2.1. IDEOLOGI
Keberadaan ideologi memang nyata telah memunculkan hampir semua negara-
bangsa di dunia, namun secara faktual masyarakat kini tidak berminat untuk
mempelajari ideologi, interaksi ideologi-politik, ajaran dan pola kelembagaanya,
akibat daripadanya, serta prospek masa depannya.
Sulitnya pendefinisian istilah "ideologi" merupakan masalah karena
penggunaan kata-kata dan konotasi yang tidak tepat telah ada padanya secara
historis. Ada banyak definisi tentang ideologi, sebagai contoh Carl J. Friedrich
(dalam "Man and His Government: An Empirical Theory of Politics", 1963) telah
menawarkan gambaran yang luas guna orientasi dalam studi tentang ideologi-
ideologi politik utama sekarang ini. Dikatakannya bahwa Ideologi merupakan
sistem-sistem pikiran yang geraknya berhubungan, memuat suatu program dan strategi
bagi realisasinya serta fungsi menyatukan organisasi-organisasi disekelilingnya.
D. Easton dalam "A Systems Analysis of Political Life" (1965) memberikan pen-
genalan dan deskripsi, bahwa ideologi adalah seperangkat pikiran-pikiran, tujuan-
tujuan, dan maksud-maksud yang bersambung, yang membantu angota-anggota sistem
untuk menafsirkan masa lalu, menerangkan yang sekarang, dan menawarkan suatu
pandangan bagi masa depan. Berdasarkan penelitian yang intensif dan berfikir
secara reflektif-final sebagai cara berfikir dalam Filsafat Integralisme (yang
diistilahkan Filsafat Pancasilaisme), Abdulkadir B. dalam "Pancasila Ideologi
Terbuka" (1996) mengemukakan bahwa ideologi adalah seperangkat nilai intrinsik
yang diyakini kebenarannya oleh suatu masyarakat dan dijadikan dasar menata dirinya
dalam menegara.
Nilai intrinsik yang ada pada Ideologi Pancasila merupakan pandangan hidup
atau metode untuk memahami kehidupan sesama bagi setiap orang sebagai prakti-
sinya itu adalah benar-mutlak secara falsafati dan empiris. Harus dipahami pula
bahwa setiap ideologi mempunyai dasar filsafat tertentu yang menghasilkan nilai
tertentu berdasarkan metode berpikirnya sendiri yang khas, sehingga wataknya
dan orang-orang penganutnya khas pula, baik pada ideology Komunis, Liberal,
dan Pancasila. Oleh karenanya, untuk menilai setiap fenomen yang ada, terdapat
perbedaan nilai (value) dan cara urai-jawab yang berbeda sebagai akibat cara
memandang yang berbeda dari ideologi. Sehingga adu argumentasi dari para
pendebat yang berideologi/faham berbeda bagaimanapun tidak akan memperoleh
kesamaan pendapat dan kesamaan persepsi tentang peri kehidupan.
Ideologi dalam konteks masa kini, di saat perubahan sedang berlangsung
dengan cepat dan mendasar sebagai akibat dan pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi beserta temuan-temuan spektakularnya, serta jika
dikaitkan dengan orde reformasi, telah menempatkan kita pada suatu kompleksi-
tas permasalahan yang klasik, fundamental, sekaligus aktual.