Anda di halaman 1dari 9

Pendidikan Pancasila untuk Mahasiswa

II. IDEOLOGI PANCASILA

2.1. IDEOLOGI
Keberadaan ideologi memang nyata telah memunculkan hampir semua negara-
bangsa di dunia, namun secara faktual masyarakat kini tidak berminat untuk
mempelajari ideologi, interaksi ideologi-politik, ajaran dan pola kelembagaanya,
akibat daripadanya, serta prospek masa depannya.
Sulitnya pendefinisian istilah "ideologi" merupakan masalah karena
penggunaan kata-kata dan konotasi yang tidak tepat telah ada padanya secara
historis. Ada banyak definisi tentang ideologi, sebagai contoh Carl J. Friedrich
(dalam "Man and His Government: An Empirical Theory of Politics", 1963) telah
menawarkan gambaran yang luas guna orientasi dalam studi tentang ideologi-
ideologi politik utama sekarang ini. Dikatakannya bahwa Ideologi merupakan
sistem-sistem pikiran yang geraknya berhubungan, memuat suatu program dan strategi
bagi realisasinya serta fungsi menyatukan organisasi-organisasi disekelilingnya.
D. Easton dalam "A Systems Analysis of Political Life" (1965) memberikan pen-
genalan dan deskripsi, bahwa ideologi adalah seperangkat pikiran-pikiran, tujuan-
tujuan, dan maksud-maksud yang bersambung, yang membantu angota-anggota sistem
untuk menafsirkan masa lalu, menerangkan yang sekarang, dan menawarkan suatu
pandangan bagi masa depan. Berdasarkan penelitian yang intensif dan berfikir
secara reflektif-final sebagai cara berfikir dalam Filsafat Integralisme (yang
diistilahkan Filsafat Pancasilaisme), Abdulkadir B. dalam "Pancasila Ideologi
Terbuka" (1996) mengemukakan bahwa ideologi adalah seperangkat nilai intrinsik
yang diyakini kebenarannya oleh suatu masyarakat dan dijadikan dasar menata dirinya
dalam menegara.
Nilai intrinsik yang ada pada Ideologi Pancasila merupakan pandangan hidup
atau metode untuk memahami kehidupan sesama bagi setiap orang sebagai prakti-
sinya itu adalah benar-mutlak secara falsafati dan empiris. Harus dipahami pula
bahwa setiap ideologi mempunyai dasar filsafat tertentu yang menghasilkan nilai
tertentu berdasarkan metode berpikirnya sendiri yang khas, sehingga wataknya
dan orang-orang penganutnya khas pula, baik pada ideology Komunis, Liberal,
dan Pancasila. Oleh karenanya, untuk menilai setiap fenomen yang ada, terdapat
perbedaan nilai (value) dan cara urai-jawab yang berbeda sebagai akibat cara
memandang yang berbeda dari ideologi. Sehingga adu argumentasi dari para
pendebat yang berideologi/faham berbeda bagaimanapun tidak akan memperoleh
kesamaan pendapat dan kesamaan persepsi tentang peri kehidupan.
Ideologi dalam konteks masa kini, di saat perubahan sedang berlangsung
dengan cepat dan mendasar sebagai akibat dan pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi beserta temuan-temuan spektakularnya, serta jika
dikaitkan dengan orde reformasi, telah menempatkan kita pada suatu kompleksi-
tas permasalahan yang klasik, fundamental, sekaligus aktual.

Oleh: : Mulawarman, M.Si. 2008. 1


Pendidikan Pancasila untuk Mahasiswa
Klasiknya ideology, karena masalah ideologi sudah muncul semenjak tahun
1796 tatkala diintroduksikan pada masa Revolusi Perancis oleh filsuf A. Destutt de
Tracy dengan memberi batasan sebagai “Science of Ideas” atau "ilmu pengetahuan
tentang ide-ide" (studi asal mula, perkembangan, dan sifat dari ide-ide),
sebagaimana biasa, terhadap sesuatu yang baru selalu diikuti kontradiksi antara
yang pro dan yang kontra. Sejak pada masa itu istilah ideologi dilingkungi oleh
pemaknaan yang naif sebagai hasil fallacy penentangnya. Ideologi telah
dipersamakan dengan berbagai cara, gaya, atau buah fikiran paham totaliter,
sehingga tidak disukai banyak kalangan hingga saat ini.
Pencemaran nama baik dan ide-benar dari ideologi ini dimulai sejak Napoleon
Bonaparte yang mempergunakannya utuk menghina para intelektual liberal dari
Institut de France. Banyak sosiolog mengkarakterisir ideologi sebagai bentuk
propaganda politik pemerintah yang salah kaprah, terlalu muluk, dan mengada-
ada., dan berkembang dengan berbagai tafsir beserta implikasinya yang tidak saja
berbeda bahkan saling bertentangan. Fundamental karena setiap ideologi selalu
menyentuh semua segi dan sendi kehidupan umat manusia sebagai
pendukungnya secara mendasar.
Aktualnya ideologi karena dalam kehidupan umat manusia di akhir abad XX
sekarang ini aspek-aspek ideologik selalu mewarnai setiap fenomen yang muncul
dalam percaturan di bidang apapun dan di manapun. Jika dipelajari, dalam
perbendaharaan sejarah filsafat, akan dijumpai sekian banyak deskripsi yang
berbeda dan dengan arah serta makna yang berbeda pula. Masing-masing
memberi kejelasan bahwa setia konsep ideologi selalu bertolak dari suatu keya-
kinan filsafati tertentu, terutama keyakinan filsafati tentang apa dan siapa manusia
sebagai subjek pendukungnya, hak serta kewajiban dalam mencapai tujuan
bersama yang telah ditentukan, dan bagaimana corak masyarakat yang harus
diwujudkan.
Pengejawantahannya tercermin dalam kehidupan praksis, baik di bidang
spiritual, maupun di bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya suatu masyarakat
atau bangsa yang bersangkutan. Masalahnya memang menyangkut hal-hal untuk
merealisasikannya yang abstrak dan idiil, namun apabila tersedia peluang yang
tepat ideologi akan menjadi sangat konkret. Karena itu membicarakan masalah
ideologi tanpa meletakkannya pada konteks keyakinan filsafati yang menjadi
dasarnya, maka hanya "kulitnya" saja yang akan kita sentuh. Kerancuan dan
distorsi pemikiranlah yang pada akhirnya akan menjerumuskan kita pada
penyempitan wawasan, terbatas pada dimensi fenomenalnya saja, sedemikian rupa
sehingga sulit bagi kita untuk menangkap arti serta makna peristiwa-peristiwa
yang hadir di hadapan kita di zaman yang sedang dilanda arus globalisasi yang
begitu deras.

2.2. URGENSI IDEOLOGI


Secara vertikal, ideologi meliput beberapa strata pemikiran dan panutan, mulai
dari kompleks pemikiran yang "sophisticated" sampai dengan slogan-slogan atau
simbol-simbol sederhana yang mengekspresikan gagasan-gagasan tertentu yang

Oleh: : Mulawarman, M.Si. 2008. 2


Pendidikan Pancasila untuk Mahasiswa
bisa dikembangkan. Dengan demikian ideologi dikatakan berada pada keragaman
landasan yang selanjutnya bisa membuahkan berbagai tingkat pemahaman dan
penerimaan dari para penganutnya.
Berdasarkan prinsip berpikir kesisteman, dapat dikatakan bahwa Ideologi
merupakan pola sistematis pemikiran politik. Asumsi bahwa Ideologi Pancasila
bukanlah gagasan yang tercerai berai dan sembarangan tapi merupakan pemikiran
yang dilahirkan ditengah arena pergolakan perpolitikan di dunia sekaligus lawan
(penjajah) yang jelas dipelupuk mata pada masa persidangan BPUPKI dalam
proses "menemukan" Dasar Negara, adalah benar.
Muncullah tesis bahwa ideologi yalah sebagai suatu upaya mengatur tertib
hubungan dalam masyarakat yang secara logis berkaitan dengan ide-ide. Dengan
demikian ideologi menyajikan pula suatu penjelasan dan visi mengenai nasib baik
manusia. Lebih dari itu ideologi sebagai sifat "self-contained" dan "self-sufficient",
ini berarti ideologi merupakan suatu pola pemikiran yang terintegrasi antara satu
atau beberapa premis dasar yang di dalamnya menampakkan adanya aturan
perubahan dan pembaharuan. Pertanyaan; mengapa reformasi yang telah
menggelinding di Repulik ini malah menafiqkan Ideologi Pancasila ?.
Di samping ideologi sebagai pola pemikiran yang sistematis, namun juga
"abstrak", maksudnya ideologi bukanlah gambaran tentang realitas, tapi ideologi
menyajikan suatu model yang dibangun berdasarkan persepsi tentang realitas itu
sendiri. Ideologi juga mengisolasikan segi tertentu dari kehidupan politik yang
dianggap penting dan menonjol, serta mengaplikasikan beberapa gagasan untuk
menjelaskan tingkah laku politik yang diidealkan. Karena itu ideologi yang siap
pakai cenderung reduksionis, yakni hanya mengetengahkan penjelasan dengan
rekomendasi sederhana, umum serta mudah dicerna. Tetapi inilah yang
terpenting untuk mudah dikenal dan diimplementasikan oleh masyarakat
umumnya yang nota-bene tidak menyukai ilmu politik tetapi sangat trampil
bermain peran sebagai politikus.
Untuk memahami tentang "proses menjadinya" tiap poin ajaran ideologis
memerlukan kemampuan berpemikiran filsafat dengan menggunakan metode
berpikir Reflektif-final yakni tetap berada pada kerangka MEAS sebagi suatu
System.
Fungsi ideologi yang penting yalah :
a. ideologi melengkapi struktur kognitif manusia;
b. ideologi menyajikan formulasi yang berisi panduan;
c. ideologi sebagai sarana untuk mengendalikan konflik, sekaligus fungsi integratif;
d. ideologi merupakan lensa agar seseorang bisa melihat dunianya, merupakan
cermin agar seseorang bisa melihat dirinya sendiri, dan sekaligus merupakan
jendela agar orang lain bisa melihat diri seseorang;
e. ideologi mampu berperan sebagai kekuatan dinamis dalam kehidupan individu
sekaligus kolektif, dan memberikan bekal wawasan mengenai misi dan tujuan,
serta menghasilkan komitment untuk bertindak;
f. ide-benar berupa nilai-nilai intrinsik hasil penjabaran filsafat integralisme
(Pancasila) yang tercantumkan di dalam Pembukaan UUD 1945 berkualifikasi

Oleh: : Mulawarman, M.Si. 2008. 3


Pendidikan Pancasila untuk Mahasiswa
sebagai "dasar-negara" mengandung filsafat politik yang terumus pada Empat
Pokok Pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan oleh para
pendiri-negara diproyeksikan pada suatu obyek khusus, yaitu "kehidpan negara",
sebagai "citahukum". Pancasila menguasai "hukum-dasar" negara baik hukum
tertulis maupun hukum yang tidak tertulis.
Pentingnya point a s.d. f pada alinea diatas dikemukakan sangat beralasan,
karena konsekuensi logis dari "mengaku berbangsa Indonesianya" seseorang
berarti hanya ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia inilah yang menjadi
pilihannya dan harus dipelajari, dihayati, dipedomani, dan diamalkan. Sebab
orang-orang yang mengaku ber"satu-bangsa", lalu mereka menegara, menurut apa
yang penulis pelajari yalah karena adanya kesamaan beberapa karakteristik
tertentu (kesamaan karakteristik objektif) dari orang-orang tersebut, dan adanya
kesamaan rasa dimiliki dan memiliki (Sense of belonging), yang keduanya
merupakan modal dasar pembentukan satu jiwa Nasionalisme yang faktual telah
terjadi dimanapun.
Berangkaian dengan hal-hal tersebut diatas, perlu diingat bahwa sistem
kebutuhan dasar manusia berkembang secara hierarkis, yakni: yang sifatnya
primer dan harus dipenuhi sebelum muncul kebutuhan lainnya (A. Maslow, dalam
"A Theory of Human Motivation", 1943) yalah :
a. keperluan untuk bereksistensi dan survival;
b. kebutuhan keamanan;
c. kebutuhan komunitas;
d. kebutuhan harga diri;
e. kebutuhan aktualisasi diri.
Beranjak dari premis bahwa manusia sebagai "zoon politicon", maka ideologi
yang bermula dari konsep keinginan secara individual yang realistis hanya dapat
diwujudkan secara kolektif jika memenuhi syarat adanya kesamaan
ide/pandangan sebagai tujuan bersama, dengan kesatuan ideologi di negaranya.
Cara-cara pencapaian tujuan demi kebaikan bersama, memerlukan ideologi
sebagai piranti yang paling utama untuk menjadikan cara-cara tesebut sah/legal.
Problem kita bersama adalah bagaimana dapat menularkan pemahaman ideologi
kepada masyarakat. Selama ini terdapat benturan akibat keterpaksaan pihak yang
merasa diindoktrinasikan dengan ideologi, seringkali disebabkan oleh cara
penyampaian dan tidak ideologis- (baca: tidak Pancasilais)-nya seseorang, serta
diikuti oleh alerginya orang pada istilah doktrin, padahal doktrin artinya yalah
suatu ajaran yang berdasarkan pengalaman diyakini kebenarannya.

2.3. IDEOLOGI PANCASILA DALAM KONTEKS PERJUANGAN BANGSA


Bila dilacak kembali kelahiran dan perkembangan Pancasila sebagai dasar dan
ideologi negara semenjak disiapkan untuk kemudian disepakati dan disyahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945, seluruhannya itu berlangsung dalam forum politik
(yaitu BPUPKI dan PPKI). Artinya bukan dalam forum ilmiah akademis di mana
tesis-tesis ilmiah pada umumnya dijadikan dasar argumentasi.

Oleh: : Mulawarman, M.Si. 2008. 4


Pendidikan Pancasila untuk Mahasiswa
Tetapi dalam forum politk itulah dilontarkan himbauan-himbauan politis, untuk
mencapai kesepakatan-kesepakatan politik yang sangat mendasar bagi kehidupan
kemerdekaan menuju masa depan yang kita cita-citakan bersama. Hal itu jelas
menampak dalam perdebatan yang berlangsung pada tanggal 22 Juni 1945
menyangkut Piagam Jakarta, dan mencapai klimaksnya pada tanggal 18 Agustus
1945 yakni dalam menyepakati penghapusan "tujuh kata-kata" bagi perumusan
Sila Pertama Pancasila. Semenjak itu perkembangan Pancasila sebagai dasar dan
ideologi negara berlangsung melalui tahap-tahap sebagai berikut :
Pertama : Tahun 1945-1968 merupakan tahap "politis" sebagai upaya untuk melaku
kan "Nation and character building". Jiwa dan semangat persatuan dan
kesatuan dikobarkan demi survival suatu bangsa dan negara yang baru
lahir (kembali); juga untuk menanggulangi berbagai ancaman yang
datang baik dari dalam maupun dari luar. Dari dalam adalah
pemberontakan PKI/Madiun Affair 1948, RMS, DI/TII,
PRRI/PERMESTA, G30S/PKI 1965, sedangkan dari luar adalah
pembentukan RIS sebagai upaya Belanda untuk menghancurkan RI
Proklamasi, disusul aksi militer Belanda pada tahun 1947 dan 1948, serta
diramu oleh perebutan saling pengaruh mempengaruhi secara ideologis
antara blok Timur dan Barat di kala perang dingin mulai berlangsung.
Dalam atmosfir politis yang sangat dominan dengan implikasi
penafsiran dan pelaksanaan Pancasila yang secara sadar ataupun tidak --
diselewengkan untuk tujuan-tujuan tertentu, patut dicatat adanya upaya
untuk memugar Pancasila secara ilmiah-filsafati sebagaimana dirintis
oleh Prof. Notonagoro semenjak tahun 1950-an yang diteruskan hingga
akhir hayatnya pada tahun 1981. Dalam berbagai karyanya ditunjukkan
segi-segi ontologik, epistemologik dan aksiologik-nya, sebagai raison d'être
bagi eksistensi Pancasila sebagai faham atau aliran filsafat Indonesia.
Disusul oleh Prof. Driyarkara dengan gaya eksistensialisme-nya
mengembangkan filsafat antropologi dengan menegaskan bahwa
Pancasila mampu menjawab persoalan abadi. Selanjutnya Abdulkadir
Besar yang sangat berjasa telah mengsosialisasikan ke-logis-an Pancasila
sambil meletakkan dasar-dasar pengajaran fenomenologi. Ketiga tokoh
Indonesia itulah yang telah sangat berjasa dan selalu berupaya untuk
mendorong agar Pancasila tidak lagi dijadikan alternatif, melainkan
menjadi suatu imperatif - suatu "philosophical consensus" dengan
komitmen transenden, sebagai tali pengikat persatuan dan kesatuan
bangsa yang "Bhinneka Tunggal Ika" dalam menyongsong masa depan.

Kedua : Tahun 1968-1994 adalah tahap "pembangunan ekonomi" sebagai upaya


untuk mengsi kemerdekaan melalui program-program pembangunan
secara bertahap dan berlanjut dalam kerangka pelaksanaan Program
pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I). Ilmu pengetahuan dan
teknologi (Iptek) dikembangkan sebagai sarana dan wahana menuju
masyarakat maju dan modern melalui proses Industrialisasi dengan
berbagai implikasi yang harus kita terima, baik dalam arti positif
maupun negatif.
Oleh: : Mulawarman, M.Si. 2008. 5
Pendidikan Pancasila untuk Mahasiswa
Tatkala proses pembangunan kita menjadi semakin cenderung ke arah
sifatnya yang pragmatis dengan membuahkan hasil-hasil konkret dalam
pemenuhan kebutuhan di bidang fisik-materiil, kiranya sangat relevan
untuk melakukan introspeksi dan refleksi terhadap kenyataan-kenyataan
yang tidak sejalan, bahkan di sana-sini bertentangan dengan apa yang
selama ini disosialisasikan secara gencar melalui penataran P4. Distorsi
di berbagai bidang kehidupan perlu diatasi secara cepat dan tepat tanpa
perlu mengorbankan persatuan dan kesatuan nasional yang selama ini
telah dapat dicapai.
Ketiga : Tahun 1995-2020 merupakan tahap "peningkatan kualitas" semua sektor
pembangunan dalam kerangka pelaksanaan PJP II, dengan sasaran
utama di bidang ekonomi dan sumber daya manusia sebagai unsur
pendukungnya. Tidak dapat dilupakan bahwa di kala kita sedang
menyibukkan diri dengan tugas-tugas pembangunan menyongsong
tahun 2020, masyarakat sedang mengalami masa transisi dari budaya
agraris-tradisional menuju masyarakat dengan budaya industri-modern.

Tantangan yang kita hadapi semakin kompleks sebagaimana ditunjukkan


oleh kenyataan adanya perubahan yang serba cepat dan mendasar, maka
Pancasila sebagai ideologi terbuka menghendaki ajaran-ajaranya tetap actual.
Persepsi seseorang dan kemampuan nalarnya berperan untuk menjawab apa,
bagaimana, dan mengapa NKRI mempergunakan Pancasila sebagai Ideologi.
Suatu pelajaran; kesalahan pemahaman Reformasi telah menimbulkan
dampak negative langsung dan tidak langsung; contuhnya lepasnya Timor-
Timur, munculnya separatisme baru, liberalisasi kehidupan, merosotnya nilai
Rupiah, unjuk rasa berkekerasan, meningkatnya kualitas dan kuantitas KKN,
bisnis demokratisasi, dan hal-hal demikian menjadi sumber Bencana Sosial.

2.4. INDONESIA dan KILASAN SEJARAHNYA


Negara Kesatuan Republik Indonesia (disingkat NKRI atau Indonesia atau
Republik Indonesia atau RI) ialah negara kepulauan terbesar di dunia yang
terletak di Asia Tenggara, melintang di khatulistiwa antara benua Asia dan
Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Karena letaknya
yang berada di antara dua benua, dan dua samudra, ia disebut juga sebagai
Nusantara (Kepulauan Antara). Indonesia berbatasan dengan Malaysia di
pulau Kalimantan, berbatasan dengan Papua Nugini di pulau Papua dan
berbatasan dengan Timor Leste di pulau Timor.
Indonesia memiliki 17.504 pulau besar dan kecil (lihat pula: jumlah pulau di
Indonesia), sekitar 6000 di antaranya tidak berpenghuni, yang menyebar
disekitar khatulistiwa, memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia terletak pada
koordinat 6°LU - 11°08'LS dan dari 97°' - 141°45'BT serta terletak di antara dua
benua yaitu benua Asia dan benua Australia/Oseania. Wilayah Indonesia
terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
Apabila perairan antara pulau-pulau itu digabungkan, maka luas Indonesia
menjadi 1,9 juta mil². Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, di mana

Oleh: : Mulawarman, M.Si. 2008. 6


Pendidikan Pancasila untuk Mahasiswa
setengah populasi Indonesia hidup. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu:
Jawa dengan luas 132.107 km², Sumatra dengan luas 473.606 km², Kalimantan
dengan luas 539.460 km², Sulawesi dengan luas 189.216 km², dan Papua dengan
luas 421.981 km².
Lokasi Indonesia juga terletak di lempeng tektonik yang berarti Indonesia
sering terkena gempa bumi dan juga menimbulkan tsunami. Indonesia juga
banyak memiliki gunung berapi, salah satu yang sangat terkenal adalah
gunung Krakatau, terletak di selat Sunda antara pulau Sumatra dan Jawa.
Kata "Indonesia" berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu Indos yang
berarti "India" dan nesos yang berarti "pulau". Jadi kata Indonesia berarti
kepulauan India, atau kepulauan yang berada di wilayah India.
Di bawah pengaruh agama Hindu dan Buddha, beberapa kerajaan terbentuk
di pulau Sumatra dan Jawa sejak abad ke-7 hingga abad ke-14. Kedatangan
pelaut-pelaut Tiongkok yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho/Zheng He,
pedagang-pedagang Arab dari Gujarat, India, kedatangan mereka semua telah
menumbuhkan agama Islam secara pesat.
Ketika orang-orang Eropa datang pada awal abad ke-16, mereka
menemukan beberapa negara-negara kecil. Negara-negara kecil ini dengan
mudah dikuasai oleh orang-orang Eropa tersebut yang ingin mendominasi
perdagangan rempah-rempah. Pada abad ke-17, Belanda muncul sebagai yang
terkuat di antara negara-negara Eropa lainnya, mengalahkan Britania Raya dan
Portugal (kecuali untuk koloni mereka, Timor Timur). Pada masa itulah agama
Kristen masuk ke Indonesia sebagai salah satu misi dari Belanda yang dikenal
sebagai 3G, yaitu Gold, Glory, and Gospel. Belanda menguasai Indonesia
sebagai koloni hingga Perang Dunia II, awalnya melalui VOC, dan kemudian
langsung oleh pemerintah Belanda sejak awal abad ke-19.
Di bawah sistem Cultuurstelsel (Sistem Penanaman) yang diidekan oleh
Johannes van den Bosch pada abad ke-19, perkebunan besar dan penanaman
paksa dilaksanakan di Jawa, akhirnya menghasilkan keuntungan bagi Belanda
yang tidak dapat dihasilkan VOC. Pada masa pemerintahan kolonial yang lebih
bebas setelah 1870, sistem ini dihapus. Setelah 1901 pihak Belanda
memperkenalkan Kebijakan Beretika, yang termasuk reformasi politik yang
terbatas dan investasi yang lebih besar di Hindia-Belanda.
Pada masa Perang Dunia II, sewaktu Belanda dijajah oleh Jerman, Jepang
menguasai Indonesia. Setelah mendapatkan Indonesia pada tahun 1942, Jepang
melihat bahwa para pejuang Indonesia merupakan rekan perdagangan yang
kooperatif dan bersedia mengerahkan prajurit bila diperlukan. Soekarno,
Mohammad Hatta, KH. Mas Mansur, dan Ki Hajar Dewantara diberikan
penghargaan oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk sebuah komite untuk kemerdekaan
Indonesia; setelah perang Pasifik berakhir pada tahun 1945, di bawah tekanan
organisasi pemuda maka kelompok pimpinan Soekarno memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Dalam usaha untuk menguasai kembali Indonesia,
Belanda mengirimkan pasukan mereka untuk melaksanakan usaha-usaha

Oleh: : Mulawarman, M.Si. 2008. 7


Pendidikan Pancasila untuk Mahasiswa
berdarah dalam rangka meredam pergerakan kemerdekaan ini kemudian
dikenal sebagai 'aksi polisi' (Politionele Actie). Belanda akhirnya menerima hak
Indonesia untuk merdeka pada 27 Desember 1949 setelah mendapat tekanan
yang kuat dari kalangan internasional, terutamanya Amerika Serikat.
Soekarno menjadi presiden pertama Indonesia dengan Mohammad Hatta
sebagai wakil presiden. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, pemerintahan
Soekarno mulai mengikuti gerakan non-blok pada awalnya dan kemudian
dengan blok sosialis, misalnya Uni Sovyet Rusia, Tiongkok dan Yugoslavia.
Selanjutnya muncul konsepsi yang dibenamkan kedalam system
pemerintahannya yakni tentang USDEK dan NASAKOM, dimana konsepsi ini
dipertentangkan oleh kalangan Nasionalis dan Prajurit hingga pada tahun 1965
meletus kejadian G30S yang menyebabkan kematian 6 orang jenderal dan
sejumlah perwira menengah lainnya. Partai Komunis Indonesia sebagai otak di
belakang kejadian ini dan bermaksud menggulingkan pemerintahan yang sah
serta mengganti ideologi nasional berdasarkan paham sosialis-komunis.
Kejadian ini merupakan dasar penolakan Bangsa Indonesia dimana saja berada
untuk menolak pemerintahan Presiden Soekarno.
Jenderal Soeharto menjadi presiden Indonesia yang ke 2 diangkat pada
tahun 1967 dengan memperoleh dukungan kuat dari seluruh lapisan
masyarakat Indonesia dalam tekadnya untuk mengamankan negara dari
ancaman komunisme. Pemerintahan Soeharto dinamakan Orde Baru, oleh
karena banyak konsep lama pemerintahan Sukarno tak dapat dipergunakan
lagi demi tegaknya NKRI, sementara masa pemerintahan Soekarno disebut
Orde Lama. Presiden Soeharto menerapkan ekonomi terbuka yang sesuai
dengan mayoritas system bangsa-bangsa maju sejak PD I, dan berhasil
mendatangkan investasi luar negeri yang besar untuk masuk ke Indonesia dan
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar di Indonesia.
Kubu atau keluarga dan rekanan keturunan Soekarno berhasil
menggulingkan Pemerintahan Presiden Soeharto dalam rangka dendam dan
keinginan menjadi penguasa dengan cara memporak-porandakan
perekonomian Indonesia dengan mempergunakan kekuatan pasar modal,
memperbesar nilai tukar dari Rp. 3000,- untuk tiap 1 US Dollar menjadi sampai
Rp. 15000,- untuk tiap 1 US Dollar pada tahun 1997-1998, dengan kerjasama
dengan pihak-pihak asing yang sangat takut dengan kekuatan Bangsa
Indonesia selama masa Pemerintahan Soeharto. Pada masa pemerintahan
Presiden Soeharto, Indonesia merupakan Negara dengan perekonomian dan
kekuatan militer yang kuat, sehingga Negara sekitar menderita kecemasan
seperti Singapura, Malaysia, dan Australia. Penggulingan pemerintahan Orde
Baru oleh banyak Partai Politik yang muncul pada waktu itu memerlukan
energi yang sangat besar. Disamping dengan menaikkan nilai tukar Rupiah,
juga dengan melibatkan banyak masyarakat awam termasuk mahasiswa
dengan menciptakan kerusuhan dimana-mana dengan cara unjuk rasa/
demonstrasi dengan membawa bendera “Reformasi”.
Tergulingnya Pemerintahan Soeharto segera digantikan oleh Bacharuddin
Jusuf Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati Sukarnoputri. Presiden
Bacharuddin Jusuf Habibie dan Abdurrahman Wahid hanya memerintah
Oleh: : Mulawarman, M.Si. 2008. 8
Pendidikan Pancasila untuk Mahasiswa
sementara oleh karena yang akan dimunculkan sebenarnya adalah putrid
Soekarno, yakni Megawati Sukarnoputri sampai tahun 2004. Pada tahun 2004
pemilihan presiden dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono.
Lepas dari Rezim Orde Baru, Indonesia sampai kini (2008) malah mengalami
masalah-masalah ekonomi, politik dan pertikaian bernuansa agama di dalam
negeri, dan beberapa daerah sedang berusaha untuk mendapatkan
kemerdekaan, yaitu Aceh dan Papua. Timor Timur akhirnya resmi memisahkan
diri pada tahun 2002 atas usulan anggota DPR sebelumnya, dimana pada waktu
itu ketidak sukaan beberapa kalangan terhadap Dwi Fungsi ABRI telah
menyebabkan upaya militer di Timor Timur tidak memperoleh dukungan.
Timor Timur lepas dari Indonesia setelah 24 tahun bersatu dengan
Indonesia, dan selama itu dibina, diperkaya dengan hasil-hasil dari wilayah
Indonesia lainnya dan dicerdaskan masyarakatnya. Adalah sangat besar peran
Australia dan Negara-negara Barat lainnya terhadap lepasnya Timor Timur
dari Indonesia, hal ini merupakan rentetan/effek domino dari tergulingnya
Pemerintahan Presiden Soeharto. Banyak orang percaya bahwa rentetannya
berlanjut kepada peristiwa-peristiwa bencana di Indonesia, misalnya pada
Desember 2004 dan Maret 2005, Aceh dan Nias dilanda dua gempa bumi besar
yang totalnya menewaskan ratusan ribu jiwa. (Lihat Gempa bumi Samudra
Hindia 2004 dan Gempa bumi Sumatra Maret 2005.) Kejadian ini disusul oleh
gempa bumi di Yogyakarta dan tsunami yang menghantam pantai
Pangandaran dan sekitarnya, serta banjir lumpur di Sidoarjo pada 2006 yang
sampai kini (2008) tidak dapat ditanggulangi.

Makanlah atas apa yang pantas untuk kamu makan,


karena kamu menabung segalanya dalam tubuh kamu itu. (Mulawarman).

Oleh: : Mulawarman, M.Si. 2008. 9

Anda mungkin juga menyukai