Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejak diberlakukannya otonomi daerah tahun 2001 yang lalu, aspek pembangunan
dan perencanaan daerah menjadi semakin diperlukan dan menentukan dalam proses
pembangunan nasional karena wewenang pemerintah daerah dalam mengelolah
pembangunan di daerahnya masing-masing menjadi semakin besar. Disamping itu dengan
keluarnya undang-undang no 25 tahun 2004. Tenteng sistem perencanaan pembangunan
nasional (SPPN 2004), peranan perencanaan pembangunan daerah di indonesia yang
menjadi semakin penting.

Dari segi teknis perencanaan, keluarnya SPPN 2004 tersebut juga memberikan
perubahan yang cukup signifikan dalam penyusunan dokumen perencanaan pembanunan
daerah di indonesia. Perobahan tersebut antara lain adalah : pertama menyangkut dengan
jenis dokumen perencanaan pembangunan daerah yang harus dibuat oleh masing-masing
daerah sesuai dengan perkembangan demokrasi dan sistem pemerintahan daerah. kedua,
sesuai dengan perobahan jenis dokumen yang perlu dibuat, maka teknis penyusunan
rencana uga mengalami perubahan yang cukup mendasar. Ketiga tahapan penyusunan
rencana juga mengalami perobahan untuk dapat menerapkan sistem perencanaan
parsitipatif guna meningkatkan penyerapan aspirasi masyarakat  dalam meyusunan
rencana.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Teknik Analisis SWOT
2. Planning Strategic
3. Perencanaan regional
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEKNIK ANALISIS SWOT


Analisis SWOT lazim digunakan dalam penyusunan sebuah perencanaan,
khusunya rencana strategis (Renstra). Teknik Perencanaan ini menjadi populer karena dia
dapat menghasilkan suatu strategi pembangunan yang lebih terarah sesuai dengan potensi
yang dimiliki oleh daerah atau institusi bersangkutan. Disamping itu, dengan
menggunakan teknik SWOT akan dapat pula dihasilkan program dan kegiatan yang lebih
tepat untuk merebut peluang yang tersedia maupun untuk mengatasi kelemahan yang
dihadapi. Dengan demikian penggunaan analisis SWOT akan dapat menggunakan analisis
yang lebih kongkrit dan realistis sesuai dengan kondisi dan situasi yang dimiliki oleh
daerah atau institusi bersangkutan. Karena itu tidaklah mengherankan bilamana analisis
SWOT ini sangat populer dikalangan aperatur pemerintahan dalam penyusunan rencana
pembngunan untuk suatu daerah atau institusi tertentu.
Semula rencana strategis ini umumnya digunakan dalam penyusunan rencana
untuk dunia usaha dimana tingkat persaingan sangat tajam. Akan tetapi karena dalam era
otonomi daerah persaingan antara suatu daerah dengan daerah lainnya juga sangat tajam
dalam mendorong proses pembangunan pada masing-masing daerahnya, maka
belakangan ini rencana strategis ini juga sangat populer dalam menyusun rencana
pembangunan untuk masing-masing dinas instansi pada tingkat daerah. Aspek lain yang
juga mendorong instansi pemerintah untuk menyusun rencana strategis ini adalah karena
penyusunan rencana ini lebih terfokus pada aspek-aspek yang bersifat strategis dan
langsung mempengaruhi kinerja pembangunan dari dinas dan instansi bersangkutan.
Analisis SWOT pada dasarnya merupakan identifikasi berbagai faktor dan unsur
penentu pembangunan suatu institusi secara sistematis untuk melakukan evaluasi kondisi
lingkup kegiatan bersangkutan dan selanjutnya dapat pula digunakan untuk merumuskan
strategi pembangunan institusi yang tepat sesuai dengan kondisi dan potensi yang
dimilikinya. Dalam penerapannya, institusi yng dimaksud disini dapat berbentuk
perusahaan atau dinas dan instansi pemerintah. Analisis SWOT ini didasarkan pada
kondisi umum institusi bersangkutan baik yang bersifat internal maupun external guna
mencapai tujuan serta visi dan misi yang telah ditetapkan semula oleh para pemangku
kepentingan. Kekuatan utama analisis SWOT adalah karena teknik ini dapat melakukan
evaluasi secara lebih tajam dan terarah. Kemudian analisis dapat pula digunakan untuk
perumusan strategi pembangunan secara sistematis sesuai dengan kondisi dan
lingkungan institusi bersangkutan dalam rangka menghadapi kondisi persaingan sesama
institusi bersangkutan.
SWOT merupakan singkatan dari perkataan Strength (kekuatan), Weaknesses
(kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threat (ancaman). Keempat unsur ini
merupakan aspek penting yang perlu dibahas untuk dapat mengetahui kondisi dan
potensi yang dimiliki oleh suatu daerah atau institusi tertentu. Dengan demikian analisis
SWOT dapat diartikan sebagai suatu teknik analisis yang menggunakan keempat unsur
tersebut sebagai variabel utama dalam melakukan analisis. Analisis SWOT ini berasal
dari Ilmu Manajemen (Management Scince) yang diterapkan untuk perumusan
pengembangan perusahaan (Freddy Rangkuti, 1997).
Unsur kekuatan dan kelemahan pada dasarnya adalah faktor internal yang berasal
dari dalam suatu daerah atau lingkup tugas (TUPOKSI) institusi tertentu. Sedangkan
unsur peluang dan ancaman adalah merupakan faktor eksternal yang berasal dari luar
daerah atau ruang lingkup tugas tertentu tetapi berpengaruh terhadap masa depan
institusi tersebut. Pengelempokan ini perlu diperhatika agar tidak terjadi keraguan atau
kebingungan dalam menentukan aspek-aspek yang termasuk atau berkaitan dengan
keempat unsur analisis SWOT tersebut.
Kekuatan (Strength) pada dasrnya merupakan kelebihan yang dimiliki oleh suatu
daerah dan institusi dibandingkan dengan daerah dan institusi lainnya. Dalam analisis
kondisi sosial ekonomi daerah  kekuatan tersebut dapat muncul dalam bentuk kesuburan
tanah yamg lebih baik, ptensi sumberdaya alam yang lebih besar, kualitas pendidikan
yang lebih baik, kondisi keuangan yang lebih mapan dan lain-lainnya. Analisis akan
menjadi lebih kongkrit dan meyakinkan bilamana kekuatan ini dapat dibuktikan secara
kuantitatif dengan menggunakan indikator pembangunan dan data tertentu. Misalnya
tingkat kesuburan dapat diperlihatkan oleh produktivitas lahan per hektar, potensi
sumberdaya alam ditunjukkan oleh jumlah kandungan deposit yang dimiliki, kualitas
sumberdaya manusia oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan lain-lainnya.
Kelemahan (Weaknesses) pada dasarnya merupakan kekurangan atau kelemahan
yang dimilikioleh suatu daerah atau institusi tertentu dibandingkan dengan daerah dan
institusi lainnya. Dalam analisis kondisi sosial ekonomi, unsur kelemahan ini pada
dasarnya merupakan kebalikan dari unsur kekuatan sebagaimana telah dijelaskan di atas.
Dengan demikian kelemahan dapat muncul dalam bentuk relatif rendahnya tingkat
kesuburn lahan, terbatasnya atau relatif kecilnya potensi sumberdaya alam, rendahnya
kualitas sumberdaya manusia dan lain-lainnya. Sama halnya dengan unsur kekuatan,
analisis tentang kelemahan ini akan lebih kongkrit dan meyakinkan bilamana dapat
didukung oleh data dan informasi yang kuantitatif secara terukur.
Peluang (Opportunities)  dapat diartikan sebagai kesempatan dan kemungkinan
yang tersedia dan dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses pembangunan daerah
atau institusi bersangkutan. Sebagaimana telah disinggung terdahulu bahwa peluang ini
adalah unsur yang datang dari luar (eksternal), baik dari kondisi ekonomi, sosial, aturan
kebijakan dan aturan pemerintah atau karena adanya perubahan teknologi baru. Dalam
analisis kondisi sosial ekonomi peluang tersebut dapat muncul dalam bentuk adanya
minat masyarakat yang cukup tinggi terhadap sesuatu hal, meningkatnya daya beli
masyarakat, adanya kebijakan dan aturan baru yang dapat memberikan peluang
pengembangan atau karena adanya perubahan teknologi dan penemuan produk baru yang
dapat mendorong timbulnya kebutuhan baru pula dan lain-lainnya. Sama denga hal
terdahulu, analisis akan lebih kongkrit dan lebih tajam bilamana kesemua unsur peluang
tersebut dapat dimunculkan dengan data dan informasi kuantitatif sehingga menjadi lebih
terukur.
Ancaman (Threat) dapat pula diartikan sebagai suatu kondisi yang datang dari luar
dan dapat menimbulkan kesulitan, kendala atau tantangan yang cukup serius bagi suatu
daerah atau institusi tertentu. Ancaman tersebut dapat muncul sebagai akibat kemajuan
dan perubahan kondisi sosial ekonomi, perubahan kebijakan dan aturan atau karena
terjadinya perubahan pandangan dan kemajuan teknologi. Sebagai contoh, dengan
semakin mantapnya pelaksanaan otonomi daerah maka masing-masing daerah akan
berlomba-lomba untuk mempercepat proses pembangunan daerahnya masing-masing
sehingga terjadi persaingan yang semakin tajam antar daerah berkaitan.
Dengan menggunakan keempat unsur tersebut secara rinci dan kalau mungkin dalam
bentuk kuntitatif, maka analisis tentang kondisi sosial ekonomi daerah atau institusi
bersangkutan akan semakin jelas dan kongkrit. Karena itulah analisis SWOT ini lazim
pula digunakan sebagai alat untuk melakukan evaluasi diri (Self Evaluation) terhadap
suatu institusi tertentu. Perlu dicatat disini bahwa analisis SWOT ini akan menjadi baik
dan dapat dipercaya bilamana penilaian terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman tersebut dilakukan secara jujur tanpa ditutupi atau dinilai secara berlebihan.
Manfaat Analisis SWOT untuk Perencanaan
Secara lebih spesifik, ada dua manfaat utama dari penggunaan analisis SWOT
dalam penyusunan perencanaan pembangunan. Pertama, dengan menggunakan analisis
SWOT pembahasan tentang kondisi umum daerah atau suatu institusi akan menjadi lebih
tajam dan terarah kepada hal-hal yang berkaitan langsung dengan penyusunan
perencanaan. Hal ini sangat penting artinya karena kondisi umum (existing condition)
adalah merupakan dasar utama penyusunan perencanaan pembangunan. Perumusan
perencanaan pembangunan akan menjadi lebih tepat dan terarah bilamna analisis tentang
kondisi umum daerah juga dapat dilakukan dengan cara lebih baik dan tajam, dan
demikian pula sebaliknya terjadi apabila analisis tentang kondisi umum daerah dilakukan
terlalu umum dan tidalk terarah.
Kedua, manfaat selanjutnya dari penggunaan analisis SWOT adalah dapatnya
dirumuskan strategi pembangunan daerah sesuai dengan kondisi umum daerah dan
institusi bersangkutan. Dengan demikian, perumusan strategi pembangunan daerah
menjadi lebih tajam dan terarah sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh
daerah dan institusi bersangkutan. Dengan demikian kemungkinan berhasilnya
pelaksanaan strategi pembangunan daerah tersebut akan menjadi lebih besar.hal ini sangat
penting artinya karena bilamana strategi pembangunan dirumuskan hanya secara umum
dan tidak sesuai dengan potensi daerah, maka kemunkinan tercapainya sasaran
pembangunan dengan menggunakan strategi tersebut akan menjadi lebih kecil.

Sebenarnya ada cara lain yang juga lazim digunakan dalam perumusan strategi
pembangunan dalam penyusunan RPJMD atau Renstra SKPD, yaitu dengan menarik
langsung dari visi dan misi kepala daerah terpilih atau yang telah ditetapkan semula
oleh kepala SKPD bersangkutan. Perumusan strategi yang dimekian disarankan dalam
permendagri 54 tahun 2010 tentang tata cara penyusunan rencana pembangunan
daerah. Akan tetapi kelemahan cara ini adalah karean sering etrjadi di mana penetapan
visi dan misis tersebut juga syarat dengan aspek politis dan kepentingan pihak ternentu
yang belum tenntu sesuai dengan kondisi riil yang terdapat pada daerah yang
bersangkutan. Karena itulah dari sudut pandang ilmiah, perumusan strategi
pembangunan daerah dengan menggunakan teknik analisis SWOT dianggap lebih baik
karena sesuai dengan kondisi yang terdapat pada daerah setempat.
B. TEKNIK PERENCANAAN REGIONAL
Dalam menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah yang baik,
diperlukan bebarapa teknik perencanaan khusus di bidang perencanaan regional.
Alasannya adalah bahwa teknik perencanaan yang biasanya dipakai dalam penyusunan
perencanaan pembanguna nasional banyak yang tidak sesuai dengan kondisi dan struktur
pembangunan daerah dimana aspek ruang (Space) dan perbedaan potensi pembanguna
antar wilayah merupaka unsur yang sangat penting. Dengan menggunakan teknik
perencanaan regional ini diharapkan penyusunan rencana menjadi lebih tepat dan terarah.
Tenik perencanaan regional yang banyak terpakai dalam penyusunan perencanaan
pembangunan daerah antara lain adalah: Koefisien Lokasi (Locatioan Quotient), Indeks
Konsentrasi Wilayah, Indeks Ketimpangan Pembangunan regional (Regional Disparity),
Shift Share Analysis, Klassen Typology, Model Gravitasi dan Lowry Model.
1. Koefisien Lokasi

Dalam melakukan analisis terhadap kondisi umu daerah dan perumusan strategi
pembangunan yang tepat dan terarah, pertanyaan pokok yang selalu muncul adalah apa
potensi pembangunan utama yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Pertanyaan ini
sangat penting artinya karena analisis kondisi umum daerah harus dapat memunculkan
analsis tentang potensi utam ekonomi daerah secara sektoral dan kalau dapat sampai ke
tingkat komoditi.

2. Indeks Ketimpanagan Pembangunan Regional

Kenyataan umum hampir di semua Negara sedang berkembang, termasuk


Indonesia, menunjukkan bahwa ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah cukup
besar. Hal ini dipicu oleh beberapa hal antara lain: perbedaan potensi daerah yang sangat
besar, perbedaan kondisi demografis dan ketenagakerjaan.

Penggunaan Theil Index sebagai ukuran ketimpangan mempunyai kelebihan


tertentu. Pertama, dapat menghitung ketimpangan dalam daerah dan antar daerah secara
sekaligus, sehingga cakupan analisa menjadi lebih luas.

3. Shift-Share Analysis

Metode Shift-Share adalah salah satu teknik analisis dalam ilmu Ekonomi
Regional yang bertujuan untuk mengetahui factor-faktor utama yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
4. Klassen Typology

Sebagai implikasi dan perbedaan struktur dan potensi ekonomi wilayah,


pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah cenderung sangat bervariasi satu sama
lainnya.

Kebijakan dan program untuk daerah yang mempunyai pertumbuhan ekonomi


cepat tentunya tidak akan sama dengan kebijakan dan program untuk daerah yang
bertumbuh lambat atau bahkan stagnasi. Karena itu, pengelompokkan daerah menurut
struktur pertumbuhan dan tingkat pembangunan akan sangat penting.

Pengelompokkan daerah menurut struktur daerah dan tingkat pmbangunan ini


antara lain dapat digunakan dengan menggunakan Matrix Klassen Typology. Dalam hal
ini, pengelompokkan daerah dilakukan dengan 2 indikaor utama yaitu: laju pertumbuhan
dan tingkat pendapatan perkapita

C. Perencanaan Strategis (Strategic Planning)

Perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk


menentukan strategi atau arahan, serta mengambil keputusan untuk mengalokasikan
sumber dayanya (termasuk modal dan sumber daya manusia) untuk mencapai strategi
ini[2].

Perencanaan strategis (Strategic Planning) adalah sebuah alat manajemen yang


digunakan untuk mengelola kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi kondisi pada
masa depan, sehingga rencana strategis adalah sebuah petunjuk yang dapat digunakan
organisasi dari kondisi saat ini untuk mereka bekerja menuju 5 sampai 10 tahun ke
depan (Kerzner , 2001).

Perencanaan strategic adalah proses pemilihan tujuan-tujuan organisasi;


penentuan strategi; kebijaksanaan dan program-program strategic yang diperlukan
untuk tujuan-tujuan tersebut; dan penetapan metoda-metoda yang diperlukan untuk
menjamin bahwa strategi dan kebijaksanaan telah di implementasikan.[3] Secara lebih
ringkas perencanaan strategic merupakan proses perencanaan jangka panjang yang
disusun dan digunakan untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Ada tiga alasan yang menunjukkan pentingnya perencanaan strategic. Pertama,


perencanaan strategic memberikan kerangka dasar . Kedua, Pemahaman terhadap
perencanaan strategic akan mempermudah pemahaman bentuk-bentuk perencanaan
lainnya. Ketiga, perencanaan strategic sering merupakan titik permulaan bagi
pemahaman dan penilaian kegiatan-kegiatan manajer dan organisasi.

Strategi. Strategi adalah program umum untuk pencapaian tujuan-tujuan


organisasi dalam pelaksanaan misi. Kata “program” dalam definisi tersebut menyangkut
suatu peranan aktif, sadar dan rasional yang dimainkan oleh manajer dalam perumusan
strategi organisasi. Strategi memberikan pengarahan terpadu bagi organisasi dan
berbagai tujuan organisasi, dan memberikan pedoman pemanfaatan sumber daya
organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan.

Untuk mencapai sebuah strategi yang telah ditetapkan oleh organisasi dalam
rangka mempunyai keunggulan kompetitif, maka para pimpinan perusahaan, manajer
operasi, haruslah bekerja dalam sebuah sistem yang ada pada proses perencanaan
strategis / strategic planning ( Brown , 2005 ). Kemampuan manufaktur, harus
dipergunakan secara tepat, sehingga dapat menjadi sebuah senjata yang unggul dalam
sebuah perencanaan stategi ( Skinner, 1969 ).Untuk mencapai sebuah strategy yang
telah ditetapkan oleh organisasi dalam rangka mempunyai keunggulan kompetitif, maka
para pimpinan perusahaan, manajer operasi, haruslah bekerja dalam sebuah sistem yang
ada pada proses perencanaan strategis Brown , 2005 ). Kemampuan manufaktur, harus
dipergunakan secara tepat, sehingga dapat menjadi sebuah senjata yang unggul dalam
sebuah perencanaan stategis ( Skinner, 1969 ).

Perencanaan strategis secara eksplisit berhubungan dengan manajemen


perubahan, hal ini telah menjadi hasil penelitian beberapa ahli (e.g., Ansoff, 1965;
Anthony,1965; Lorange, 1980; Steiner, 1979). Lorange (1980), menuliskan, bahwa
strategic planning adalah kegiatan yang mencakup serangkaian proses dari inovasi dan
mengubah perusahaan, sehingga apabila strategic planning tidak mendukung inovasi
dan perubahan, maka itu adalah kegagalan.

Proses Perencanaan Strategik.


Langkah 1: Penentuan misi dan tujuan, yang mencangkup pernyataan-pernyataan umum
tentang misi, falsafah maksud, dan tujuan organisasi. Perumusan misi dan tujuan merupakan
tanggung jawab kunci bagi manajer. Nilai-nilai ini dapat mencangkup masalah-masalah
social dan etika, atau masalah-masalah umum seperti luas perusahaan, macam produk atau
jasa yang akan diproduksi atau cara pengoperasian perusahaan.

Langkah 2: Pengembangan profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi internal dan


kemampuan perusahaan. Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasikan tujuan-tujuan
dan strategi-strategi yang ada sekarang (existing). Suatu profil perusahaan adalah hasil
analisis internal perusahaan untuk mengidentifikasikan tujuan dan strategi sekarang, serta
memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya perusahaan yang tersedia. Profil perusahaan
menunjukkan kesuksesan perusahaan di waktu yang lalu dan kemampuannya untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan sebagai implementasi strategi dalam pencapaian tujuan di
waktu yang akan datang.

Langkah 3: Analisis lingkungan eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasikan cara-


cara dalam mana perubahan-perubahan lingkungan ekonomi, teknologi, social/budaya, dan
politik dapat secara tidak langsung mempengaruhi organisasi. Di samping itu perusahaan
perlu mengidentifikasikan lingkungan lebih khusus, yang terdiri dari para penyedia, pasar
organisasi, pasar pesaing, pasar tenaga kerja, dan lembaga-lembaga keuangan, dimana
kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi secara langsung operasi perusahaan.

Langkah 4: Analisis internal perusahaan - kekuatan dan kelemahan organisasi. Analisis ini
dilakukan dengan memperbandingkan profil perusahaan dan lingkungan eksternal.

Langkah 5: Identifikasi kesempatan dan ancaman strategic. Identifikasi tujuan dan strategi,
analisis lingkungan, serta analisis kekuatan dan kelemahan organisasi di padukan dalam
langkah ke-5, penentuan berbagai kesempatan yang tersedia bagi organisasi dan ancaman-
ancaman yang harus di hadapinya. Berbagai kesempatan dan ancaman ini dapat ditimbulkan
oleh banyak faktor, antara lain perkembangan teknologi, perubahan kondisi pasar, perubahan
politik, atau prilaku konsumen.

Langkah 6: Pembuatan keputusan strategic. Langkah selanjutnya mencangkup identifikasi,


penilaian dan pemilihan sebagai alternatif strategic.

Langkah 7: Pengembangan strategi perusahaan. Setelah tujuan jangka panjang dan strategi
dipilih dan ditetapkan, organisasi perlu menjabarkannya kedalam sasaran-sasaran jangka
pendek (tahunan) dan strategi operasional. Tujuan dan strategi umum di terjemahkan dan
diperinci menjadi berbagai strategi, kebijaksanaan dan taktik (rencana, program dan
anggaran) operasional pada masing-masing bidang fungsional organisasi.

Langkah 8: Implementasi strategi, yang menyangkut kegiatan manajemen untuk


mengoperasikan strategi. Implementasi berarti peletakan strategi menjadi kegiatan.
Implementasi melibatkan penugasan tanggung jawab atas sukses semua atau sebagian strategi
kepada karyawan yang sesuai, diikuti dengan alokasi sumber daya yang dibutuhkan.

Lima variabel yang biasanya merupakan faktor-faktor kritis implementasi strategi: tugas,
orang, struktur, teknologi, dan system balas jasa. Keberhasilan implementasi strategi-strategi
perusahaan mensyaratkan bahwa metoda-metoda implementasi yang dirancang dan dikelola
akan menjadi efektif bila perusahaan mampu mengintegrasikan faktor-faktor tersebut secara
efisien.

Langkah 9: Peninjauan kembali dan evaluasi. Proses ini sering disebut “strategic control”.
Setelah strategi diimplementasikan, manajer perlu senantiasa memonitor secara periodik, atau
ada tahap-tahap kritis untuk menilai apakah organiasi berjalan kearah tujuan yang telah
ditetapkan tau tidak.

Kebaikan dan Kelemahan Perencanaan Strategik

Kebaikan. Kebaikan utama perencanaan strategic adalah dalam memberikan


pedoman yang konsisten bagi kegiatan-kegiatan organisasi. Dengan mempergunakan
perencanaan strategic, para manajer akan memberikan kepada organisasi tujuan-
tujuan yang dirumuskan secara jelas dan metoda-metoda bagi pencapaian tujuan-
tujuan tersebut. Jadi, Organisasi mempunyai sasaran dan pengarahan jelas. Disamping
itu proses perencanaan strategic, membantu manajer mengantisipasi masalah-masalah
sebelum timbul dan menanganinya sebelum menjadi lebih berat[4].

Kebaikan penting perencanaan strategic lainnya adalah membantu para


manajer dalam membuat keputusan. Perencanaan strategic juga meminimumkan
kemungkinan kesalahan, karna tujuan atau sasaran dan strategi dirumuskan dengan
sangat cermat.

Kelemahan. Kebaikan diatas dapat tercapai sepenuhnya bila organisasi


melakukannya melalui proses perencanaan strategic fomal. Kelemahan utama
perencanan strategic formal adalah bahwa hal itu memerlukan investasi dalam waktu,
uang dan orang yang cukup besar. Dalam banyak organisasi perencanaan strategic
memakan waktu bertahun-tahun agar berfungsi dengan lancar, sehingga dapat
kehilangan kesempatan[5].

Di samping itu, penetapan dan pemeliiharaan suatu system formal melibatkan


banyak biaya. Sebagai contoh, biaya-biaya riset pasar, survey, dan penyusunan model
yang sering menyangkut biaya kegiatan-kegiatan pemrosesan data yang mahal, biaya-
biaya latihan dan penggajian para perencana serta para manajer divisional dan
fungsional yang terlibat dalam proses. Oleh karna itu, organisasi-organisasi kecil
sering tidak mampu untuk mengembangkan program-program perencanaan strategic.

Kelemahan selanjutnya adalah bahwa perencanaan strategic kadang-kadang


cendrung membatasi organisasi hanya terhadap pilihan yang paling rasional dan bebas
resiko. Para manajer belajar untuk mngembangkan hanya terhadap strategi dan tujuan
yang dapat lolos dari analisis terperinci proses perencanaan. Kesempatan-kesempatan
menarik yang mempunyai derajat ketidakpastian tinggi atau sulit dianalisis dan
dikomunikasikan akan dihindari, diabaikan, atau disingkirkan.

Tujuan Rencana Strategis

Adapun yang menjadi tujuan perencanaan strategis itu sangat penting, diantaranya sebagai
berikut:

1. Dapat mengalokasikan perusahaan agar bisa menggunakan konsep pemasaran efektif.

2. Dapat meningkatkan kinerja perusahaan dengan meningkatkan kualitas kerja karyawan


lebih terarah.

3. Menciptakan etika bisnis yang kondusif dan aman.

4. Meminimalisasi resiko akibat dari perubahan dan pergeseran kondisi.

5. Kesenjangan dalam tugas-tugas anggota dapat dikurangi. Strategi perusahaan juga akan
mengatur pengalokasian sumber daya perusahaan sehingga optimal dalam melaksanakan
tugasnya.

Anda mungkin juga menyukai