Anda di halaman 1dari 35

ANALISIS SISTEM INFORMASI KESEHATAN

Posted on 21 Januari 2014 Updated on 21 Januari 2014

Analisis situasi sistem informasi kesehatan dilakukan dalam rangka pengembangan sistem
informasi kesehatan. Sistem informasi kesehatan bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri,
melainkan merupakan bagian fungsional dari sistem kesehatan yang dibangun dari himpunan
atau jaringan sistem-sistem informasi dari level yang paling bawah. Misal: sistem informasi
kesehatan nasional dibangun dari himpunan atau jaringan sistem informasi kesehatan
provinsi. Sistem informasi kesehatan dikembangkan dalam rangka mendukung pencapaian
visi dan misi pembangunan kesehatan Indonesia, yaitu Indonesia sehat 2025. Visi dan misi ini
tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kesehatan (RPJP-K) yang disusun
pada tahun 2005 untuk kurun waktu 20 tahun, dan diuraikan menjadi Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Kesehatan (RPJM-K) yang dievaluasi setiap 5 tahun. RPJM-K yang
berlaku sekarang adalah RPJM-K ke-dua yang berlaku dari tahun 2010 sampai dengan 2014,
dengan visi: Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan. Visi ini akan tercapai dengan
baik apabila didukung oleh tersedinya data dan informasi akurat dan disajikan secara cepat
dan tepat waktu. Sehingga dapat dikatakan bahwa pencapaian visi ini memerlukan dukungan
sistem informasi kesehatan yang dapat diandalkan.

Untuk dapat mencapai hal tersebut, maka diperlukan suatu analisis dari sistem informasi
kesehatan yang tepat guna, agar sistem informasi kesehatan yang dikembangkan benar-benar
dapat mendukung terwujudnya visi Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.
Analisis situasi yang dilakukan salah satunya dapat menggunakan analisis SWOT. Analisis
SWOT yaitu analisis antarkomponen dengan memanfaatkan deskripsi SWOT setiap
komponen untuk merumuskan strategi pemecahan masalah, serta pengembangan dan atau
perbaikan mutu sistem informasi kesehatan secara berkelanjutan.

SWOT merupakan akronim dari Strength (kekuatan/kondisi positif), Weakness (kelemahan


internal sistem), Opportunity (kesempatan/ peluang sistem), dan Threats (ancaman/
rintangan/ tantangan dari lingkungan eksternal sistem). Kekuatan yang dimaksud adalah
kompetensi khusus yang terdapat dalam sistem, sehingga sistem tersebut memiliki
keunggulan kompetitif di pasaran. Kekuatan dapat berupa: sumber daya, keterampilan,
produk, jasa andalan, dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari pesaing dalam
memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan dan masyarakat di dalam atau di luar sistem.
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber daya, keterampilan dan
kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kerja sistem informasi
kesehatan. Adapun peluang adalah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi
sistem tersebut, sedangkan ancaman/tantangan merupakan kebalikan dari peluang. Tantangan
yang mungkin muncul sehubungan dengan pengembangan sistem informasi kesehatan pada
dasarnya berasal dari dua perubahan besar yaitu tantangan dari otonomi daerah dan tantangan
dari globalisasi. Dengan demikian ancaman/tantangan adalah faktor-faktor lingkungan yang
tidak menguntungkan sistem.

Analisis SWOT dapat merupakan alat yang ampuh dalam melakukan analisis strategis.
Keampuhan tersebut terletak pada kemampuan untuk memaksimalkan peranan faktor
kekuatan dan memanfaatkan peluang serta berperan untuk meminimalisasi kelemahan sistem
dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi. Analisis SWOT dapat
diterapkan dalam tiga bentuk untuk membuat keputusan strategis, yaitu:
1. Analisis SWOT memungkinkan penggunaan kerangka berfikir yang logis dan holistik
yang menyangkut situasi dimana organisasi berada, identifikasi dan analisis berbagi
alternatif yang layak untuk dipertimbangkan dan menentukan pilihan alternatif yang
diperkirakan paling ampuh.
2. Pembandingan secara sistematis antara peluang dan ancaman eksternal di satu pihak,
serta kekuatan dan kelemahan internal di pihak lain.
3. Analisis SWOT tidak hanya terletak pada penempatan organisasi pada kuadran
tertentu akan tetapi memungkinkan para penentu strategi organisasi untuk melihat
posisi organisasi yang sedang dianalisis tersebut secara menyeluruh dari aspek
produk/ jasa/ informasi yang dihasilkan dan pasar yang dilayani.

Dalam melakukan analisis situasi menggunakan analisis SWOT, maka langkah-langkahnya


adalah:

1. Langkah 1: Identifikasi kelemahan dan ancaman yang paling mendesak untuk diatasi
secara umum pada semua komponen.
2. Langkah 2: Identifikasi kekuatan dan peluang yang diperkirakan cocok untuk
mengatasi kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi lebih dahulu pada
Langkah 1.
3. Langkah 3: Masukkan butir-butir hasil identifikasi (Langkah 1 dan Langkah 2) ke
dalam Pola Analisis SWOT seperti berikut.

Gambar 1. Pola Deskripsi dalam Analisis SWOT

Pada waktu mengidentifikasikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam sistem
informasi kesehatan, perlu diingat bahwa kekuatan dan kelemahan merupakan faktor
internal yang perlu diidentifikasikan di dalam sistem, sedangkan peluang dan ancaman
merupakan faktor eksternal yang harus diidentifikasi dalam lingkungan eksternal sistem.
Lingkungan eksternal suatu sistem informasi kesehatan dapat berupa: pemerintah, masyarakat
luas, stakeholder internal dan eksternal, dan pesaing. Langkah ini dapat dilakukan secara
keseluruhan, atau jika terlalu banyak, dapat dipilah menjadi analisis SWOT untuk komponen
masukan, proses, dan keluaran.

Masukan termasuk fisik dan non fisik. Masukan fisik berupa sumber daya manusia,
pembiayaan, sarana-prasarana, metode, hardware dan software pendukung, market dan
manajemen waktu (7M=man, money, material, methode, machine, market dan minute).
Masukan non fisik berupa data kesehatan.

Proses berupa pengelolaan sistem (data) hingga menjadi informasi, termasuk tatapamong,
manajemen dan kepemimpinan, dan kerja sama.

Keluaran berupa jenis informasi yang dihasilkan, termasuk model dan media informasi,
publikasi, dan pengguna informasi.

4. Langkah 4: Rumuskan strategi atau strategi-strategi yang direkomendasikan untuk


menangani kelemahan dan ancaman, termasuk pemecahan masalah, perbaikan, dan
pengembangan program secara berkelanjutan. Analisis untuk pengembangan strategi
pemecahan masalah dan perbaikan/pengembangan program itu digambarkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Analisis SWOT untuk Pengembangan Strategi

5. Langkah 5: Tentukan prioritas penanganan kelemahan dan ancaman itu, dan


susunlah suatu rencana tindakan untuk melaksanakan program penanganan.

Hasil analisis SWOT dimanfaatkan untuk menyusunan strategi pemecahan


masalah, serta pengembangan dan atau perbaikan mutu sistem secara berkelanjutan. Jika
kekuatan lebih besar dari kelemahan, dan peluang lebih baik dari ancaman, maka strategi
pengembangan sebaiknya diarahkan kepada perluasan/pengembangan sistem, sedangkan jika
kekuatan lebih kecil dari kelemahan, dan peluang lebih kecil dari ancaman, maka sebaiknya
strategi pengembangan lebih ditekankan kepada upaya konsolidasi ke dalam, melakukan
penataan sistem dan organisasi secara internal dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang
yang ada, dan mereduksi kelemahan di dalam dan ancaman dari luar. Analisis itu dapat
digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3. Analisis SWOT dan Prioritas Strategi Pengembangan

Langkah-langkah Analisis SWOT di atas dikenal dengan model David (2004), yaitu matriks
Threats-Opportunity-Weakness-Strength (TOWS), merupakan perangkat pencocokan yang
penting dan dapat membantu pengelola sistem mengembangkan empat tipe strategi: strategi
SO (Strength-Opportunity), strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi ST (Strength-
Threats) dan strategi WT (Weakness-Threats). Mencocokkan faktor-faktor eksternal dan
internal kunci, merupakan bagian yang sangat sulit dalam mengembangkan matriks TOWS
dan memerlukan penilaian yang baik dan tidak ada sekumpulan kecocokan yang paling baik.

Strategi SO (Strength-Opportunity), yaitu strategi kekuatan-peluang, menggunakan kekuatan


internal sistem untuk memanfaatkan peluang eksternal sistem. Strategi WO (Weakness-
Opportunity), yaitu strategi kelemahan-peluang, bertujuan untuk memperbaiki kelemahan
dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST (Strength-Threats), yaitu strategi
kekuatan-ancaman, menggunakan kekuatan sistem untuk menghindari atau mengurangi
dampak ancaman eksternal. Strategi WT (Weakness-Threats), yaitu strategi kelemahan-
ancaman, merupakan strategi defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal
dan menghindari ancaman eksternal.

Contoh penerapan deskripsi SWOT pada sistem informasi kesehatan nasional berdasarkan
hasil evaluasi yang telah dilakukan (tahun 2012) pada Pusat Data dan Informasi, dan unit-unit
lain di Kementerian Kesehatan, serta unit di luar sektor kesehatan maka diketahui kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman dalam sistem informasi kesehatan, seperti tampak dalam
tabel di bawah ini. Hasil deskripsi ini kemudian dianalisis dan selanjutnya dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana jangka menengah pengembangan dan
penguatan sistem informasi kesehatan nasional selanjutnya.
Tabel 1: Deskripsi SWOT

STRENGTH ( KEKUATAN ) WEAKNESSES ( KELEMAHAN )


Indonesia telah memiliki beberapa SIK masih terfragmentasi (belum
legislasi terkait SIK (UU Kesehatan, terintegrasi) dan dikelola berbagai pihak
SKN, Kebijakan dan strategi sehingga terdapat pulau-pulau
pengembangan SIKNAS dan SIKDA). informasi.
Tenaga pengelola SIK sudah mulai Legislasi yang ada belum kuat untuk
tersedia pada tingkat Pusat, Provinsi dan mendukung integrasi SIK.
Kabupaten/Kota.
Tidak terdapatnya penanggung
Infrastruktur teknologi informasi dan jawab khusus SIK (petugas SIK umumnya
komunikasi tersedia di semua Provinsi masih rangkap jabatan).
dan hampir seluruh Kabupaten/kota
Tenaga Pengelola SIK umumnya masih
Indikator kesehatan telah tersedia. kurang diakui perannya, pengembangan
karir tidak jelas dan belum ada jabatan
Telah ada sistem penggumpulan data fungsionalnya.
secara rutin yang bersumber dari fasilitas
kesehatan pemerintah dan masyarakat. Terbatasnya anggaran untuk teknologi
informasi dan komunikasi khususnya
Telah ada inisiatif pengembangan SIK untuk pemeliharaan.
oleh beberapa fasilitas kesehatan seperti
Rumah Sakit, Puskesmas dan Dinas Indikator yang digunakan sering kurang
Kesehatan, untuk memenuhi kebutuhan menggambarkan subjek yang diwakili.
mereka sendiri.
Belum terbangunnya mekanisme aliran
Diseminasi data dan informasi telah data kesehatan baik lintas program (Pusat,
dilakukan, contohnya hampir semua Provinsi, Kabupaten/Kota) maupun lintas
Provinsi dan Kabupaten/kota dan Pusat sektor.
menerbitkan profil kesehatan. Masih lemahnya mekanisme monitoring,
evaluasi dan audit SIK.
Kualitas data masih bermasalah (tidak
akurat, lengkap, tepat waktu)

Penggunaan data/informasi oleh


pengambil keputusan dan masyarakat
masih sangat rendah
OPPORTUNITIES ( PELUANG ) THREATHS ( ANCAMAN )
Kesadaran akan permasalahan kondisi Dengan Otonomi daerah, terkadang
SIK dan manfaat eHealth mulai pengembangan SIK tidak menjadi
meningkat pada semua pemangku prioritas.
kepentingan terutama pada tingkat
manajemen Kementerian Kesehatan. Rotasi tenaga SIK di fasilitas kesehatan
Pemerintah tanpa perencanaan dan
Telah ada peraturan perundang-undangan koordinasi dengan Dinas Kesehatan telah
terkait informasi dan TIK. menyebabkan hambatan dalam
pengelolaan SIK.
Terdapatnya kebijakan perampingan
struktur dan pengkayaan fungsi, Sebagian program kesehatan yang didanai
memberikan peluang dalam oleh donor mengembangkan sistem
pengembangan jabatan fungsional informasi sendiri tanpa dikonsultasikan
pengelolaan SIK. atau dikoordinasikan sebelumnya dengan
Pusat Data dan Informasi dan pemangku
Terdapat jenjang pendidikan informasi kepentingannya.
kesehatan yang bervariasi dari diploma
hingga sarjana di perguruan tinggi. Komputerisasi data kesehatan terutama
menuju data individu (disaggregate)
Para donor menitik beratkan program meningkatkan risiko terhadap keamanan
pengembangan SIK. dan kerahasiaan sistem TIK.
Registrasi vital telah dikembangkan oleh
Kondisi geografis Indonesia yang sangat
Kementerian Dalam Negeri dan telah
beragam dimana infrastruktur masih
mulai dengan proyek percobaan di
sangat lemah di daerah terpencil sehingga
beberapa Provinsi.
menjadi hambatan modernisasi SIK.
Adanya inisiatif penggunaan nomor
identitas tunggal penduduk oleh
Kementerian Dalam Negeri yang
merupakan peluang untuk memudahkan
pengelolaan data sehingga menjadi
berkualitas.

Kebutuhan akan data berbasis bukti


meningkat khususnya untuk anggaran
(perencanaan) yang berbasis kinerja.

Daftar Pustaka:

Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman Dasar Penyeliaan Jaminan Mutu Di Puskesmas.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehtan Masyarakat.

Departemen Kesehatan RI. 2007. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi


Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 932 tahun 2002),
Cetakan Kedua. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan
2005 2025. Jakarta: Depkes RI. http://www.depkes.go.id.

Kepmenkes RI No. 192/MenKes/SK/VI/2012 tantang Roadmap Rencana Aksi Penguatan


Sitem Informasi Kesehatan Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010
2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. http://www.depkes.go.id.

Sabarguna, Boy; Safrizal, Heri. 2007. Master Plan Sistem Informasi Kesehatan. Yogyakarta:
Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng-DIY.

Siagian S.P. 2004. Manajemen Strategik, Cetakan ke-lima. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sulaeman E,S. 2011. Manajemen Kesehatan, Teori dan Praktek di Puskesmas. Jogjkarta:
Gadjah Mada University Press.

Tantangan Sistem Informasi Kesehatan di


Indonesia
by mputrakusuma on November 29, 2016

Seperti kita ketahui bahwa dalam penerapan Sistem Informasi Kesehatan di Indoensia
tentunya tidak mudah. Beberapa tantangan dalam implementasinya masih banyak kita temui
sehingga memerlukan kebijakan dan kerjasama yang terintegrasi di dalamnya. Diantaranya
tantangan tersebut adalah

*Globalisasi. Banyak ragam perangkat lunak Sistem Informasi Kesehatan sehingga


membingungkan unit operasional dalam menginputnya. Juga membingungkan pihak
pengambil kebijakan dalam menentukan model dan sistem yang nantinya akan digunakan
guna menghasilkan input, proses dan output yang maksimal sesuai dengan kebutuhan yang
ada.

*Tantangan ekonomi global dan kemampuan keuangan pemerintah. Ini berkaitan


dengan ketersediaan kemampuan keuangan pemerintah dalam menyediakan budgeting guna
operasional dan penyiapan perangkat lunak dan perangkat keras dalam implementasi Sistem
Informasi Kesehatan.

*Tantangan untuk membangun jejaring lintas unit dan lintas sektor. Tantanngan ini
terkait integrasi dalam menyatukan input Sistem Informasi Kesehatan yang lintas sektor.
Karena masing masing sektor atau unit punya definisi dan aplikatif sendiri dalam
meninterpretasikan datanya. Masing-masing Sistem Informasi cenderung untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya menggunakan cara dan format pelaporannya
sendiri. Sehingga unit unit operasional dalam melaporkan datanya terbebani. Dampaknya
informasi yang di hasilkan kurang akurat.

*Ancaman keamanan informasi. Ancaman ini tentunya tidak dapat di pandang sebelah
mata karena faktor keamanan informasi menjadi penting terkait dengan jenis data dan
informasi yang menjadi input dan output yang nanti dihasilkan.

*Tantangan otonomi daerah. Ini sebagai implementasi dari UU No. 2 tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah. Sehingga daerah punya otoritas dalam menentukan arah
kebijakan sendiri termasuk di dalamnya mengenai arah kebijakan Sistem Informasi
Kesehatan untuk kabupatennya.
Analisis Situasi Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa upaya
pengembangan, penguatan, dan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan
termasuk implementasi e-kesehatan sudah berjalan dalam arah yang tepat.
Berbagai capaian keberhasilan menjadi catatan penting yang dapat memberikan
kekuatan untuk meraih peluang dalam upaya pengembangan, penguatan, dan

19-

penyelenggaraan sistem informasi kesehatan termasuk implementasi e-


kesehatan ke depan. Sementara itu, berbagai permasalah yang dihadapi dalam
upaya pengembangan, penguatan, dan penyelenggaraan sistem informasi
kesehatan termasuk implementasi e-kesehatan yang telah dilaksanakan,
tentunya juga menjadi refleksi terhadap kelemahan untuk menghadapi
tantangan dalam upaya pengembangan, penguatan, dan penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan termasuk implementasi e-kesehatan ke depan. Oleh
karenanya, identifikasi komprehensif terhadap aspek internal yang berupa
kekuatan dan kelemahan serta aspek eksternal yang berupa peluang dan
tantangan sangat diperlukan agar peta situasi sistem informasi kesehatan secara
konseptual menggambarkan upaya pengembangan, penguatan, dan
penyelenggaraan sistem informasi kesehatan termasuk implementasi e-
kesehatan. Berikut ini uraian analisis situasi yang mencakup faktor kekuatan,
kelemahan, peluang, dan tantangan. 2.3.1. Faktor Kekuatan Faktor kekuatan
merupakan faktor internal sistem informasi kesehatan nasional. Faktor ini
diharapkan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada dalam
pengembangan dan penguatan sistem informasi kesehatan nasional. Sehingga
faktor ini harus terus digali dan dikembangkan. Pemetaan faktor kekuatan sistem
informasi kesehatan nasional dalam perspektif pendanaan, pengguna, proses
bisnis, dan pembelajaran antara lain sebagai berikut: a. Pendanaan untuk sistem
informasi kesehatan nasional. Dalam rangka penguatan sistem informasi
kesehatan nasional setiap tahun telah dialokasikan anggaran pengembangan
sistem informasi kesehatan nasional. Alokasi APBN untuk sistem informasi
kesehatan dari tahun ke tahun cenderung meningkat searah naiknya anggaran
kesehatan secara ke seluruhan. Alokasi anggaran tersebut untuk peningkatan
dan perluasan infrastruktur seperti untuk jaringan SIKNAS, data center, disaster

-20-

recovery center. Alokasi anggaran juga ditujukan untuk penguatan kebijakan dan
regulasi, penguatan tata kelola dan kepemimpinan, penataan standarisasi dan
interoperablitas, pengembangan aplikasi-aplikasi sistem informasi baik untuk
transaksi layanan maupun pelaporan, pengelolaan data dan informasi serta
diseminasi informasi dalam berbagai media, dan peningkatan kemampuan
pengelolaan data kesehatan bagi SDM. Alokasi anggaran telah mencakup seluruh
aspek penyelenggaraan sistem informasi kesehatan nasional. Itu semua menjadi
kekuatan dalam pengembangan sistem informasi kesehatan nasional. b.
Advokasi dan pembinaan. Sebagaimana diketahui bahwa data dan informasi
merupakan sumber daya yang strategis bagi suatu organisasi, begitupun bagi
sektor kesehatan. Saat ini, para pimpinan di jajaran kesehatan baik di pusat
maupun di daerah semakin memahami pentingnya data dan informasi untuk
manajemen kesehatan. Dalam konteks ini, bagaimana meningkatkan kualitas
dan ketersediaan di sisi produksi serta mendorong pemanfaatan data dan
informasi di sisi pengguna. Oleh karena itu, peran advokasi dan pembinaan
menjadi hal yang sangat penting. Advokasi kepada para pimpinan kesehatan
baik di pusat maupun di daerah terutama untuk penguatan kepemimpinan dan
tata kelola. Advokasi juga dapat diarahkan untuk mendorong pemanfaatan data
dan informasi kesehatan secara luas untuk manajemen kesehatan dan untuk
masyarakat. Pembinaan kepada produsen data terutama di fasilitas pelayanan
kesehatan dan Dinas Kesehatan. Pembinaan antara lain terkait pengembangan
dan pengelolaan jaringan, manajemen data, dan penguatan SDM di daerah. Oleh
karena itu, advokasi dan pembinaan

21-

merupakan kekuatan dalam pengembangan sistem informasi kesehatan


nasional. c. Besarnya infrastruktur kesehatan. Sesungguhnya, kesehatan
memiliki ekosistem yang kompleks dengan entitas yang besar. Besarnya
infrastruktur kesehatan dapat dilihat dari jumlah fasilitas dan tenaga kesehatan.
Saat ini terdapat lebih dari 2.400 rumah sakit dan 9.700 Puskesmas. Hampir
seluruh kabupaten/kota terdapat rumah sakit dan hampir seluruh kecamatan
telah dibangun Puskesmas. Demikian pula dengan fasilitas kesehatan lainnya
yang jumlah tidak sedikit. Tenaga kesehatan pun terutama bidan sudah sampai
ke kecamatan bahkan di desa. Dengan segala kompleksitasnya, mereka
bersinergi menyelenggarakan pembangunan kesehatan sesuai peran masing-
masing yang tertata dengan baik dalam sistem kesehatan. Ini semua merupakan
potensi dan kekuatan dalam pengembangan sistem informasi kesehatan nasional
yang memungkinkan koordinasi pengembangan sistem informasi kesehatan
nasional dapat dilakukan secara baik dan terstruktur. d. Inisiatif penerapan
sistem elektronik dalam penyelenggaraan transaksi layanan kesehatan.
Munculnya inisiatif penerapan sistem elektronik pada penyelenggaraan sistem
informasi kesehatan oleh beberapa pihak terutama di fasilitas pelayanan
kesehatan memberikan kekuatan bagi pengembangan sistem informasi
kesehatan nasional. Sejumlah rumah sakit berinisiatif menerapkan sistem
elektronik dalam menyelenggarakan SIMRSnya terutama untuk administrasi
keuangan dan penagihan pasien serta pengolahan data rekam medis. Beberapa
rumah sakit bahkan telah membangun jejaring rumah sakit dalam satu grup
kepemilikan, dengan rumah sakit lain, laboratorium kesehatan, asuransi,
perbankan,

-22-

dan lain-lain. Demikian pula dengan Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dan Puskesmas berinisiatif menerapkan sistem elektronik untuk
menyelenggarakan sistem informasi Puskesmas. e. Inisiatif penerapan sistem
elektronik dalam penyelenggaraan sistem pelaporan. Saat ini, orang semakin
sadar bahwa pengelolaan organisasi yang efisien tidak dapat terlepas dari peran
teknologi informasi dan komunikasi. Demikian pun dalam pengelolaan
pembangunan kesehatan, inisiatif penerapan sistem elektronik dalam
pengelolaan program kesehatan telah bermunculan. Berbagai sistem informasi
kesehatan di unit/program kesehatan telah dikembangkan untuk mendukung
pengelolaan program kesehatan terutama sistem monitoring dan evaluasi
program seperti sistemsistem pelaporan program, sistem-sistem surveilans
penyakit dan masalah kesehatan, dan lain-lain. Hal ini tentunya merupakan
kekuatan bagi pengembangan sistem informasi kesehatan nasional. 2.3.2. Faktor
Kelemahan Faktor kelemahan juga merupakan faktor internal sistem informasi
kesehatan nasional. Faktor ini jika tidak diintervensi akan berdampak negatif
pada keberlangsungan sistem informasi kesehatan. Sehingga sedapat mungkin
faktor ini harus diminimalisasi atau diintervensi. Faktor kelemahan kritis yang
diidentifikasi secara garis besar adalah sebagai berikut: a. Aspek legal masih
lemah. Adanya landasan hukum untuk mendukung keberhasilan berjalannya
sebuah sistem informasi mutlak diperlukan. Hal ini juga merupakan bentuk
komitmen dari seluruh komponen yang terlibat dalam suatu sistem informasi.
Peraturan perundang-undangan untuk penyelenggaraan sistem informasi
kesehatan baik di

23-

tingkat transaksi layanan kesehatan maupun di tingkat pelaporan dirasa masih


lemah. Peraturan perundang-undangan yang ada juga belum secara spesifik
menjawab kebutuhan integrasi sistem informasi kesehatan. Di beberapa
kabupaten/kota belum ada landasan hukum yang cukup kuat untuk
mengimplementasi sistem informasi kesehatan di daerah yang seharusnya
berlaku secara terintegrasi. Walaupun beberapa peraturan perundangundangan
yang ada seperti UU ITE, UU KIP, PP PSTE, PP SIK, dan lain-lain dapat dijadikan
acuan. Namun peraturan perundang-undangan yang spesifik mengatur secara
teknis penyelenggaraan sistem informasi kesehatan perlu disiapkan seperti
peraturan perundang-undangan terkait rekam medis/kesehatan elektronik. b.
Sistem informasi kesehatan masih terfragmentasi. Sebagaimana diketahui
bahwa di bidang kesehatan telah berkembang berbagai sistem informasi sejak
lama tetapi satu sama lain kurang terintegrasi. Setiap sistem informasi tersebut
cenderung untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan langsung dari
fasilitas pelayanan kesehatan yang paling bawah dengan menggunakan cara dan
format pelaporan sendiri. Akibatnya setiap operasional seperti Puskesmas dan
Rumah Sakit yang harus mencatat data dan melaporkannya sehingga Puskesmas
dan Rumah Sakit menjadi sangat terbebani. Dampak negatifnya adalah berupa
kurang akuratnya data dan lambatnya pengiriman laporan. c. Pendanaan untuk
sistem informasi kesehatan di daerah masih terbatas. Aspek pendanaan dapat
dinilai sebagai faktor kekuatan, namun terdapat beberapa hal yang dapat pula
dikategorikan sebagai faktor kelemahan. Alokasi dana untuk operasional,
pemeliharaan, dan peremajaan sistem informasi

-24-

baik di pusat maupun di daerah, belum menjadi prioritas penganggaran rutin


sehingga dapat mengakibatkan operasional dan pemeliharaan sistem tidak
dapat dilakukan secara baik untuk menjaga kesinambungan sistem informasi.
Kemampuan pendanaan daerah yang bervariasi dalam memperkuat sistem
informasi kesehatan di daerah berdampak pula pada keberhasilan penguatan
sistem informasi kesehatan secara keseluruhan. d. Kemampuan daerah dalam
pengembangan sistem informasi kesehatan dan pengelolaan data/informasi yang
bervariasi. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar
kabupaten/kota dan provinsi belum memiliki kemampuan yang memadai dalam
mengembangkan sistem informasi kesehatannya, sehingga perlu dilakukan
fasilitasi. Untuk sebagian daerah yang telah memiliki kemampuanpun
tampaknya pengembangan yang dilakukan masih kurang mendasar dan
komprehensif serta belum mengatasi masalah-masalah mendasar dalam sistem
informasi kesehatan. Setiap upaya pengembangan cenderung menciptakan
sistem informasi kesehatan sendiri dan kurang memperhatikan keberlangsungan
sistem dan konsep integrasi sistem untuk efisiensi. Kondisi geografis, khususnya
pada daerah terpencil dan perbatasan juga berdampak pada kemampuan untuk
membangun sistem informasi kesehatan daerah serta optimalisasi pemanfaatan
infrastruktur teknologi informasi dan kemampuan sumberdaya lainnya.
Sementara itu, kemampuan untuk melakukan manajemen data mulai dari
pengumpulan, pengolahan, dan analisis data serta penyajian dan diseminasi
informasi baik di pusat dan daerah masih belum optimal. Kemampuan untuk
menghasilkan indikator dan informasi

25-

kesehatan yang valid dan reliabel juga masih perlu ditingkatkan. e. Pemanfaatan
TIK dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan dan pengelolaan data
yang belum optimal. Hampir sebagian besar daerah dan pusat telah memiliki
infrastruktur TIK untuk mendukung pelaksanaan sistem informasi kesehatan,
namun fasilitas TIK tersebut belum secara optimal dimanfaatkan. Hal ini dapat
disebabkan karena beberapa faktor, seperti kemampuan sumber daya manusia
yang masih terbatas, tidak berfungsinya perangkat keras dan perangkat lunak
aplikasi pengelolaan data kesehatan, tidak tersedianya prosedur pengoperasian
(SOP) atau petunjuk manual untuk mengoperasikan perangkat keras maupun
perangkat lunak aplikasi pengolahan data. Banyak pula fasilitas komputer dan
infrastruktur TIK yang akhirnya kadaluarsa atau rusak sebelum SIK
diimplementasikan. Fasilitas yang digunakan pada umumnya tidak mempunyai
standar minimum kebutuhan dan cenderung bervariasi baik dalam spesifikasi
perangkat keras maupun perangkat lunaknya. Hal ini dapat mengakibatkan
ketidaksesuaian ketika akan dilakukan integrasi. f. Kuantitas dan kualitas sumber
daya manusia masih rendah. Sumber daya manusia memegang peranan penting
dalam keberhasilan implementasi sistem informasi kesehatan. Namun kondisi
saat ini baik di pusat maupun daerah masih terdapat keterbatasan baik dalam
hal kuantitas maupun kualitas tenaga pengelola sistem informasi kesehatan.
Selama ini, di beberapa daerah, pengelola data dan informasi umumnya adalah
tenaga yang merangkap jabatan atau tugas lain, yang dalam kenyataannya
mereka tidak dapat sepenuhnya bekerja mengelola data dan informasi karena
insentif yang tidak sesuai sehingga
-26-

mereka memilih pekerjaan paruh waktu di tempat lain. Kelemahan ini masih
ditambah lagi dengan kurangnya keterampilan dan pengetahuan mereka di
bidang informasi, khususnya teknologi informasidan pemanfaatannya. Selama ini
sudah terdapat jabatan-jabatan fungsional untuk para pengelola data dan
informasi, seperti pranata komputer, statistisi, epidemiolog, keamanan informasi,
dan seterusnya. Namun belum dimanfaatkan betul. g. Mekanisme monitoring
dan evaluasi masih lemah. Kelemahan-kelemahan dan berbagai permasalahan
pada penyelenggaraan sistem informasi kesehatan tentunya dapat diidentifikasi
dengan mekanisme monitoring dan evaluasi serta audit sistem informasi
kesehatan. Sayangnya, mekanisme monitoring dan evaluasi belum ditata dan
dilaksanakan dengan baik. 2.3.3. Faktor Peluang Faktor peluang merupakan
faktor eksternal sistem informasi kesehatan nasional. Faktor ini juga merupakan
lingkungan dan suprasistem yang berpengaruh pada akselerasi pengembangan
dan penguatan sistem informasi kesehatan nasional termasuk implementasi
ekesehatan. Faktor peluang kritis yang diidentifikasi secara garis besar adalah
sebagai berikut: a. Kebutuhan data dan informasi semakin meningkat. Sejalan
dengan semakin meningkatnya kebutuhan pengelolaan organisasi secara efektif
dan efisien, apresiasi terhadap data dan informasi pun juga semakin meningkat.
Kini, orang semakin sadar bahwa data dan informasi sangat berguna sebagai
masukan pengambilan keputusan dalam setiap proses manajemen. Orang
semakin sadar bahwa data/informasi sangat penting bagi organisasi dalam
menjalankan prinsip-prinsip manajemen modern. Informasi berguna untuk
manajemen layanan

27-

masyarakat, manajemen institusi, dan manajemen program pembangunan atau


wilayah. Kini, data/informasi telah menjadi salah satu sumber daya yang
strategis bagi suatu organisasi di samping SDM, dana, dan sebagainya. Dalam
konteks politik anggaran, sektor kesehatan harus dapat membuktikan kepada
para pengambil keputusan di bidang anggaran (khususnya DPR dan DPRD)
bahwa dana yang dialokasikan untuk pembangunan kesehatan membawa
manfaat bagi masyarakat. Pembuktian ini tentu sangat memerlukan dukungan
data dan informasi yang diperoleh dari suatu sistem informasi. Hal tersebut
menjadi peluang untuk pengembangan dan penguatan sistem informasi
kesehatan agar mampu menyediakan data/informasi yang akurat, lengkap, tepat
waktu, dan sesuai kebutuhan. b. Perkembangan teknologi informasi yang
semakin pesat. Berkembangnya teknologi informasi dalam beberapa tahun
terakhir ini merupakan kondisi positif yang dapat mendukung berkembangnya
sistem informasi kesehatan dan implementasi ekesehatan khususnya untuk
memperkuat integrasi sistem dan optimalisasi aliran data. Infrastruktur teknologi
informasi telah merambah semakin luas di wilayah Indonesia dan apresiasi
masyarakat pun tampaknya semakin meningkat. Sementara itu, penyediaan
perangkat keras dan perangkat lunak pun semakin banyak. Harga teknologi
informasi tampaknya juga relatif terjangkau karena telah semakin
berkembangnya pasar dan ditemukannya berbagai bahan serta cara kerja yang
lebih efisien. Demikian pula fasilitas pendidikan dan pelatihan di bidang
teknologi informasi, baik yang berbentuk pendidikan formal maupun kursus-
kursus juga berkembang pesat.

-28-

c. Kepedulian pemerintah terhadap penerapan sistem teknologi informasi untuk


penyelenggaraan layanan publik dan pemerintahan semakin meningkat.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di satu sisi akan menjadi
peluang yang baik dalam mendukung penyelenggaraan organisasi secara efektif
dan efisien bila dimanfaatkan secara cerdas, namun sekaligus di sisi yang lain
akan memberikan ancaman bila penerapan teknologi informasi dan komunikasi
itu tidak dikelola sebaik-baiknya. Secara umum, penerapan sistem teknologi
informasi dalam suatu sistem layanan publik dan pemerintahan bertujuan untuk
mempercepat proses kerja dan meningkatkan kualitas pelayanan serta
penyediaan data/informasi. Adanya kepedulian pemerintah terhadap penerapan
sistem teknologi informasi itu tentunya menjadi peluang yang positif bagi
pengembangan dan penguatan sistem informasi kesehatan termasuk
implementasi e-kesehatan. d. Kebijakan nasional di bidang TIK semakin kuat.
Berbagai kebijakan nasional yang telah dirumuskan oleh Kementerian
Komunikasi dan Informatika, melalui visi dalam pengembangan teknologi
informasi dan komunikasi di Indonesia, merupakan peluang yang besar dalam
mendukung penguatan dan perluasan implementasi sistem informasi kesehatan
dan e-kesehatan. Kemkominfo membagi tahapan pengembangan atau peta jalan
TIK nasional tahun 2010-2020 dalam 4 bagian, yaitu: Indonesia Connected,
Indonesia Informative, Indonesia Broadband, dan Indonesia Digital. Tahapan
Indonesia Connected (2010-2012), seluruh desa ada akses telepon dan seluruh
kecamatan ada akses internet. Tahapan lndonesia Informative (20122014),
seluruh ibukota provinsi akan terhubung dengan jaringan serat optik, seluruh
kabupaten kota memiliki akses broadband, dan peningkatan

29-

pelayanan berbasis elektronik seperti e-layanan, ekesehatan, e-pendidikan.


Tahapan selanjutnya adalah Indonesia Broadband (2014-2019), yang mana
diharapkan adanya peningkatan akses broadband di atas 5MB dan peningkatan
daya saing bangsa dan industri inovatif. Pada tahapan ini diterbitkannya
Peraturan Presiden nomor 96 tahun 2014 tentang Rencana Pitalebar Indonesia
20142019. Pada tahun 2020 adalah tahapan Indonesia Digital, yang mana
seluruh kabupaten/kota memiliki e-government, dan Indonesia yang kompetitif.
Keempat tahapan peta jalan TIK nasional tersebut diharapkan dapat mendukung
pengembangan sistem informasi kesehatan ke depan mulai dari pengembangan
sistem informasi kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan (puskesmas, klinik
swasta, rumah sakit), Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan
Provinsi, hingga Kementerian Kesehatan. e. Bantuan pendanaan dari mitra
pembangunan (development partner) untuk pengembangan sistem informasi
kesehatan. Pengembangan dan penguatan sistem informasi kesehatan bagi
negara-negara berkembang dan belum maju menjadi prioritas dari lembaga-
lembaga donor internasional. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya peluang yang
dibuka oleh beberapa lembaga donor internasional untuk memberikan bantuan
pendanaan dan bantuan teknis pengembangan system informasi kesehatan.
2.3.4. Faktor Ancaman atau Tantangan Faktor ancaman merupakan faktor
eksternal atau lingkungan dari sistem informasi kesehatan nasional. Faktor ini
akan menghambat implementasi sistem jika tidak disikapi dengan baik. Dengan
perspektif lain sebuah ancaman dapat juga dipandang sebagai sebuah
tantangan di masa depan yang harus bisa dihadapi. Beberapa faktor eksternal
yang menjadi ancaman atau

-30-

tantangan yang mungkin muncul dalam pengembangan sistem informasi


kesehatan antara lain: a. Tantangan otonomi daerah. Otonomi daerah saat ini
menyebabkan masing-masing daerah sibuk mengerjakan urusannya sendiri,
termasuk dalam menyusun prioritas untuk pengembangan dan pengelolaan
sistem informasi kesehatannya. Hal ini tentu saja akan berdampak pada
kelancaran integrasi sistem informasi kesehatan yang diharapkan salah satunya
dibangun dengan penguatan SIKDA. Kondisi tersebut akan menyulitkan
Pemerintah (dhi. Kementerian Kesehatan) dalam memfasilitasi pengembangan
sistem informasi kesehatan di daerah, implementasi standarisasi dan
pembenahan tata kelola. Pembandingan dengan daerah lain (benchmarking) pun
akan mengalami kesulitan karena tidak adanya standar. b. Tantangan globalisasi.
Era globalisasi menyebabkan bebasnya pertukaran berbagai hal antar negara
seperti sumber daya manusia, IPTEK, dan lain-lain. Di bidang kesehatan, hal ini
akan dapat menimbulkan dampak negatif apabila tidak dikelola dengan baik.
Beberapa dampak negatif tersebut antara lain adanya penyakit-penyakit serta
gangguan kesehatan baru, masuknya investasi dan teknologi kesehatan yang
dapat meningkatkan tingginya biaya kesehatan, serta masuknya tenagatenaga
kesehatan asing yang menjadi kompetitor tenaga kesehatan dalam negeri. Untuk
menghadapi kemungkinan dampak negatif yang terjadi seiring era globalisasi
maka dukungan sistem informasi sangatlah diperlukan. Sistem kewaspadaan dini
untuk mengintervensi permasalahan kesehatan sangatlah bergantung pada
pasokan data dan informasi yang akurat, cepat, dan tepat. Apabila era
globalisasi datang pada saat sistem informasi

31-

kesehatan nasional kita belum kuat, maka dikhawatirkan akan membawa


dampak-dampak negatif yang merugikan. c. Tantangan ekonomi global dan
kemampuan keuangan pemerintah. Kondisi ekonomi global dan kemampuan
keuangan pemerintah sangat berpengaruh dalam implementasi teknologi
informasi dan komunikasi, karena perangkat teknologi informasi dan komunikasi
sebagian besar berasal dari impor. Setiap perubahan kondisi ekonomi global
akan berpengaruh kepada ekonomi dalam negeri. Kondisi ekonomi dalam negeri
yang memburuk tentunya dapat mempengaruhi kemampuan keuangan
pemerintah. Oleh karena itu, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
yang begitu cepat harus disikapi dengan cerdas dalam memanfaatkannya untuk
penyelenggaraan sistem informasi kesehatan. Salahnya adalah bagaimana
memilih teknologi tepat yang mampu beradaptasi dengan perkembangan
teknologi untuk beberapa tahun ke depan (tidak cepat usang). Langkah lain yang
penting adalah melakukan analisis biaya manfaat. d. Tantangan untuk
membangun jejaring lintas unit dan lintas sektor. Adanya kebijakan pemerintah
dalam memperkuat e-government akan sangat bergantung pada
interoperabilitas seluruh komponen sistem. Tidak tersedianya standar dan
protokol dalam penyelenggaraan sistem informasi di setiap
kementerian/lembaga mengakibatkan ketidakjelasan aturan main. Akses data
dan informasi dari lintas unit di Kementerian Kesehatan dan lintas sektor masih
sulit dilakukan. Hal ini karena jejaring untuk memperkuat ketersediaan data yang
valid dan akurat tidak dapat dilakukan dengan optimal. Kebutuhan untuk
menghitung indikator kesehatan tidak hanya berasal dari

-32-

satusumber data saja melainkan dari beberapa sumber data. Sebagai contoh
untuk melakukan pengukuran atau penghitungan cakupan keberhasilan program
kesehatan diperlukan data diluar sektor kesehatan, seperti data penduduk
sebagai denumerator yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS). Dari kondisi
tersebut maka dapat terlihat bahwa ketersediaan protokol untuk membangun
jejaring serta menetapkan standarisasi yang didukung oleh aspek legal
merupakan salah satu tantangan yang harus segera diintervensi. e. Ancaman
keamanan informasi. Aspek keamanan informasi merupakan aspek penting
dalam penyelenggaraan suatu sistem informasi. Dewasa ini, potensi ancaman
keamanan informasi semakin tinggi sejalan dengan konvergensi dunia dan
semakin terintegrasinya semua sumber daya teknologi informasi dan
komunikasi. Potensi terjadinya cyber attact semakin terbuka, dengan berbagai
motif di antaranya bisnis, kriminal, politik, dan sebagainya. Ancaman keamanan
informasi dapat berasal dari internal maupun eksternal organisasi dan dapat
berupa orang, organisasi, mekanisme, atau peristiwa yang memiliki potensi
membahayakan. Oleh karena itu, manajemen keamanan informasi menjadi suatu
hal penting yang harus mendapat perhatian. Manajemen keamanan informasi
tidak hanya dilakukan untuk menjaga agar sumber daya informasi tetap aman,
tetapi juga untuk menjaga organisasi agar tetap berfungsi setelah terjadinya
suatu bencana keamanan informasi. Demikian halnya dengan penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan, tentunya tidak akan terlepas dari ancaman
keamanan informasi. Hal itu sangat tergantung bagaimana mengelola keamanan
informasi sebaikbaiknya.

33-

2.4. Isu Strategis Isu ketersediaan data yang berkualitas dan tepat waktu hingga
saat ini masih menjadi masalah utama dalam sistem informasi kesehatan. Hal itu
diakibatkan adanya dua persoalan mendasar, adalah di sisi pengadaan data
terutama di fasilitas pelayanan kesehatan dan di sisi aliran serta akses data.
Hasil evaluasi terhadap sistem informasi kesehatan, sebagaimana diuraikan di
atas, menunjukkan masih banyak yang harus dilakukan agar tersedia data yang
berkualitas dan tepat waktu. Oleh karenanya, upaya penataan dan penguatan
sistem informasi kesehatan haruslah difokuskan kepada penataan data transaksi
di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai sumber data untuk meningkatkan
kualitas dan kecepatan proses kerja terutama di fasilitas pelayanan kesehatan
(manajemen pelayanan), dan optimalisasi aliran data serta pengembangan bank
data untuk meningkatkan ketersediaan, kualitas, dan akses data dan informasi
kesehatan. Isu strategis yang harus diperhatikan dalam upaya pengembangan,
penguatan, dan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan lima tahun ke
depan antara lain adalah: a. Penataan kebijakan dan regulasi sistem informasi
kesehatan, terutama untuk menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 46
tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan dalam bentuk pengaturan yang
bersifat teknis. b. Penguatan koordinasi sistem informasi kesehatan, terutama
dalam penyamaan persepsi mengenai pentingnya data dan informasi dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan melalui advokasi,
sosialisasi, penyusunan nota kesepahaman dan perjanjian kerjasama, dan
pertemuan koordinasi lainnya. c. Penataan perencanaan sistem informasi
kesehatan yang terarah dan terukur sehingga upaya penataan, penguatan, dan
penyelenggaraan dapat mewujudkan sistem informasi kesehatan yang sesuai
dengan harapan serta evaluasi dan perbaikan sistem informasi kesehatan dapat
dilakukan secara berkala.

-34-

d. Penataan dan penguatan organisasi sistem informasi kesehatan, baik di


tingkat pusat maupun di daerah terutama fasilitas pelayanan kesehatan. e.
Penataan standarisasi sistem informasi kesehatan, yang dilakukan melalui
kodefikasi data, penyusunan kamus data kesehatan (dataset), dan penetapan
indikator prioritas, diharapkan dapat menjawab masalah integrasi dan
pertukaran data kesehatan yang ada selama ini. f. Pengembangan SDM sistem
informasi kesehatan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Pengembangan
SDM ini akan dilakukan melalui optimalisasi jabatan fungsional yang ada (seperti
pranata komputer, statistisi, epidemiolog, atau lainnya) dan/atau melalui
pengembangan jabatan fungsional informatika kesehatan. g. Penguatan
infrastruktur TIK di fasilitas pelayanan kesehatan, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kementerian Kesehatan (data
center dan DRC) serta penyediaan pendukung operasional dan pemeliharaan
infrastruktur TIK. h. Pembiayaan sistem informasi kesehatan memerlukan dana
yang tidak sedikit. Penyelenggaraan sistem informasi kesehatan terlebih lagi
pembangunan infrastruktur haruslah menjadi prioritas pemerintah daerah.
Penggalian pendanaan melalui sumber-sumber lain seperti development partners
perlu terus diupayakan. i. Penataan data transaksi di fasilitas pelayanan
kesehatan untuk meningkatkan kualitas dan kecepatan proses kerja pelayanan
serta ketersediaan dan kualitas data, melalui pembenahan sistem pencatatan
dan pelaporan, baik secara elektronik maupun non-elektronik. j. Optimalisasi
aliran data untuk meningkatkan ketersediaan, kualitas, dan akses data dan
informasi kesehatan melalui penguatan sistem komunikasi data antar fasilitas
pelayanan kesehatan, dinas kesehatan, dan bank data di pusat. k.
Pengembangan bank data kesehatan, belum mampu mengintegrasikan data dari
semua sumber data sehingga sistem penyajian informasi (bussiness intelligence)
yang

35-

dibangun hanya memiliki sajian informasi yang terbatas. l. Pengembangan


akses/sharing data, merupakan solusi termudah dan tercepat yang dapat
dilakukan dalam menjawab masalah sistem informasi yang terfragmentasi. m.
Penguatan penggunaan informasi, melalui peningkatan kualitas data akan
mendorong tumbuhnya budaya informasi dan peduli data sehingga penggunaan
data dan informasi dalam pengambilan keputusan, baik di level pemerintahan,
swasta, maupun masyarakat, dapat terus meningkat.

4. KEDUDUKAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN DALAM SISTEM KESEHATAN


Sistem informasi kesehatan memiliki kedudukan yang strategis dalam
sistem kesehatan dan manajamen kesehatan. Sistem informasi kesehatan
tidak dapat berdiri sendiri melainkan

Log In
Sign Up

docx
Makalah Analisis SWOT

10 Pages

Makalah Analisis SWOT


Uploaded by

Mei Susnita Santi

connect to download

Makalah Analisis SWOT


Download

Makalah Analisis SWOT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Analisis SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats) atau di-Indonesiakan


menjadi analisis KEKEPAN (Kekuatan-Kelemahan-Kesempatan-Ancaman) sudah sangat
umum dikenal dan mudah untuk dilakukan. Proses manajemen strategis adalah sebuah proses
delapan langkah yang mencakup perencanaan strategis, pelaksanaan atau penerapan dan
evaluasi. Analisis adalah suatu kegiatan untuk memahami seluruh informasi yang terdapat
pada suatu kasus, mengetahui isu apa yang sedang terjadi, dan memutuskan tindakan apa
yang harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi sebuah perusahaan dan organisasi internal maupun eksternal. Analisa
ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(Strengths)

dan peluang

(Opportunities)

, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weaknesses)

dan ancaman

(Threats)

1.2

Tujuan

Tujuan dalam pembuatan makalah ini : 1.

Agar mahasiswa mengetahui pengertian SWOT 2.

Agar mahasiswa mengerti penerapan SWOT dalam organisasi 3.

Agar mahasiswa mengetahui bagaimana Strategi Pengenbangan Puskesmas.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisis SWOT


Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi sebuah perusahaan dan organisasi internal maupun eksternal. Analisa ini didasarkan
pada

logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(Strengths)

dan peluang

(Opportunities)

, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weaknesses)

dan ancaman

(Threats)

. ANALISIS SWOT adalah suatu bentuk analisis situasi dengan mengidentifikasi berbagai
faktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (Strengths) dan kelemahan-kelemahan
(Weaknesses) suatu organisasi dan kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta ancaman-
ancaman (Threats) dari lingkungan untuk merumuskan strategi organisasi. Perencanaan
strategis

(strategic planner)

suatu perusahaan harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan,


kelemahan, peluang, dan ancaman) pada kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan
Analisis Situasi atau popular disebut Analisis SWOT. Dalam menganalisis data digunakan
teknik deskriptif kualitatif guna menjawab perumusan permasalahan mengenai apa saja yang
menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada pada objek penelitian dan apa saja yang menjadi
peluang dan ancaman dari luar yang harus dihadapinya. Dalam penelitian dilakukan
identifikasi variable-variabel yang merupakan kekuatan dan peluang yang kemudian
digunakan skala likert atas lima tingkat yang terdiri dari: Sangat baik (5), Baik (4), Cukup
baik (3), Kurang baik (2), dan Tidak baik (1), berupa Skala Likert Keunggulan dan Peluang.
Kemudian penelitian dilanjutkan dengan identifikasi variable-variabel yang merupakan
kelemahan dan ancaman dari luar yang kemudian digunakan skala likert atas lima tingkat
yang terdiri dari: Sangat berat (=5), Berat (=4), Cukup berat (=3), Kurang berat (=2), dan
Tidak berat (=1), berupa Skala Likert Tantangan dan Ancaman. Analisis SWOT ini adalah
membandingkan antara faktor eksternal, berupa Peluang (opportunities) dan Ancaman
(threats) dengan faktor internal, yang berupa Kekuatan (strengths) dan Kelemahan
(weaknesses). Selanjutnya, nilai rata-rata masing-masing faktor positif dibandingkan dengan
faktor negatif baik di lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Dan Hasil dari
perhitungan tersebut, dituangkan dalam digram Cartesius. Dari diagram Cartesius tersebut,
dapat diketahui hasil analisis SWOT, sesuai dengan posisi dari hasil perhitungannya, yaitu:

Sebelah kiri atas -> Startegi Rasionalisasi (Turne around).

Sebelah kanan atas -> Strategi Agresif (Growth).

Sebelah kiri bawah -> Strategi Defensif

Sebelah Kanan bawah -> Strategi Diversifikasi.

2.2 Penerapan Dalam Organisasi

Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis situasi dengan mengidentifikasi berbagai faktor
secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (Strengths) dan kelemahan-kelemahan
(Weaknesses) suatu organisasi dan kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta ancaman-
ancaman (Threats) dari lingkungan untuk merumuskan strategi organisasi.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats) atau di-Indonesiakan
menjadi analisis KEKEPAN (Kekuatan-Kelemahan-Kesempatan-Ancaman) sudah sangat
umum dikenal dan mudah untuk dilakukan.
Proses manajemen strategis adalah sebuah proses delapan langkah yang mencakup
perencanaan strategis, pelaksanaan atau penerapan dan evaluasi.
Analisis adalah suatu kegiatan untuk memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu
kasus, mengetahui isu apa yang sedang terjadi, dan memutuskan tindakan apa yang harus
segera dilakukan untuk memecahkan masalah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis
SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
sebuah perusahaan dan organisasi internal maupun eksternal. Analisa ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).

1.2 Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini :
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian SWOT
2. Agar mahasiswa mengerti penerapan SWOT dalam organisasi
3. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana Strategi Pengenbangan Puskesmas.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Analisis SWOT
Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi sebuah perusahaan dan organisasi internal maupun eksternal. Analisa ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan
ancaman (Threats).
ANALISIS SWOT adalah suatu bentuk analisis situasi dengan mengidentifikasi
berbagai faktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (Strengths) dan kelemahan-
kelemahan (Weaknesses) suatu organisasi dan kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta
ancaman-ancaman (Threats) dari lingkungan untuk merumuskan strategi organisasi.
Perencanaan strategis (strategic planner) suatu perusahaan harus menganalisis faktor-
faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) pada kondisi yang
ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi atau popular disebut Analisis SWOT.
Dalam menganalisis data digunakan teknik deskriptif kualitatif guna menjawab perumusan
permasalahan mengenai apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada pada objek
penelitian dan apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dari luar yang harus dihadapinya.
Dalam penelitian dilakukan identifikasi variable-variabel yang merupakan kekuatan
dan peluang yang kemudian digunakan skala likert atas lima tingkat yang terdiri dari: Sangat
baik (5), Baik (4), Cukup baik (3), Kurang baik (2), dan Tidak baik (1), berupa Skala Likert
Keunggulan dan Peluang.
Kemudian penelitian dilanjutkan dengan identifikasi variable-variabel yang
merupakan kelemahan dan ancaman dari luar yang kemudian digunakan skala likert atas lima
tingkat yang terdiri dari: Sangat berat (=5), Berat (=4), Cukup berat (=3), Kurang berat (=2),
dan Tidak berat (=1), berupa Skala Likert Tantangan dan Ancaman. Analisis SWOT ini
adalah membandingkan antara faktor eksternal, berupa Peluang (opportunities) dan Ancaman
(threats) dengan faktor internal, yang berupa Kekuatan (strengths) dan Kelemahan
(weaknesses). Selanjutnya, nilai rata-rata masing-masing faktor positif dibandingkan dengan
faktor negatif baik di lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Dan Hasil dari
perhitungan tersebut, dituangkan dalam digram Cartesius.

Dari diagram Cartesius tersebut, dapat diketahui hasil analisis SWOT, sesuai dengan
posisi dari hasil perhitungannya, yaitu:
Sebelah kiri atas -> Startegi Rasionalisasi (Turne around).
Sebelah kanan atas -> Strategi Agresif (Growth).
Sebelah kiri bawah -> Strategi Defensif
Sebelah Kanan bawah -> Strategi Diversifikasi.
2.2 Penerapan Dalam Organisasi
Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis situasi dengan mengidentifikasi berbagai
faktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (Strengths) dan kelemahan-kelemahan
(Weaknesses) suatu organisasi dan kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta ancaman-
ancaman (Threats) dari lingkungan untuk merumuskan strategi organisasi.
Strengths (kekuatan) adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang berjalan dengan baik atau
sumber daya yang dapat dikendalikan.
Weaknesses (kelemahan) adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang tidak berjalan dengan baik
atau sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi tetapi tidak dimiliki oleh organisasi.
Opportunities (peluang / kesempatan) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang positif.
Threatss (ancaman) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang negatif.
Matrik SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis organisasi yang dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi
organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Ifas (Internal Strategic Factors Analysis Summary) adalah ringkasan atau rumusan faktor-
faktor strategis internal dalam kerangka kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses).
Efas (External Strategic Factors Analysis Summary) adalah ringkasan atau rumusan faktor-
faktor strategis eksternal dalam kerangka kesempatan/peluang (Opportunities) dan ancaman
(Threats).
Strategi SO adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan jalan pikiran organisasi yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
Strategi WO adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
Strategi ST adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kekuatan yang dimiliki organisasi
untuk mengatasi ancaman.
Strategi WT adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Pahami situasi dan informasi yang ada dengan melihat data eksternal maupun data
internal. Informasi dapat bersifat sebagai data numerik, hasil observasi, atau hasil wawancara.
Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar Puskesmas, misalnya :
Data kependudukan
Geografis
Sosial budaya
Kesehatan
Biologi lingkungan, dan lain-lain.
Data internal dapat diperoleh dari dalam Puskesmas, misalnya :
SP2TP
PWS-KIA
PWS-Imunisasi
Stratifikasi Puskesmas
SKDN, dan lain-lain.
Pahami permasalahan yang terjadi. Baik masalah yang bersifat umum maupun
spesifik kesehatan.
Buatlah Matrik SWOT, dalam sel kesempatan/peluang (Opportunities), Tentukan 5-10
faktor peluang eksternal yang dihadapi Puskesmas. Sel ini harus mempertimbangkan
perangkat perundangan yang terkait dan sebagai salah satu faktor strategis. Dalam sel
ancaman (Threats), tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal yang dihadapi Puskesmas. Dalam
sel kekuatan (Strength), tentukan 5-10 faktor kekuatan internal yang dimiliki Puskesmas baik
yang ada sekarang maupun yang akan datang. Dalam sel kelemahan (Weakness), tentukan 5-
10 faktor kelemahan internal yang dimiliki Puskesmas.

Buatlah kemungkinan strategis dari Puskesmas atau menciptakan berbagai alternatif


pemecahan masalah berdasarkan pertimbangan kombinasi empat sel faktor strategis tersebut :
Dalam sel STRATEGI S-O, ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang.
Dalam sel STRATEGI S-T, ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi
ancaman.
Dalam sel STRATEGI W-O, ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk
memanfaatkan peluang.
Dalam sel STRATEGI W-T, ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman.
Evaluasi pilihan alternatif dan pilih alternatif yang terbaik dengan mempertimbangkan
kemampuan dan sumber daya yang dimiliki Puskesmas.

2.3 Strategi Pengembangan Puskesmas


Strategi pengembangan Puskesmas yang dilaksanakan, dimaksudkan untuk
memberikan wadah bagi Puskesmas untuk mengembangkan diri sesuai potensi masing-
masing yang tujuannya adalah peningkatan mutu layanan secara komprehensif (promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif) dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip strategi
pengembangan Puskesmas. Prinsip-prinsip strategi pengembangan Puskesmas tersebut
diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar kebijakan pengelolaan Puskesmas dan menjadi
salah satu agenda prioritas kegiatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara. Prinsip-
prinsip strategi pengembangan Puskesmas yang harus diperhatikn diantaranya adalah :
1. Mengembangakan dan Mengelola Puskesmas Sebagai Pelaksana Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya kesehatan Perorangan (UKP).
Sesuai fungsinya, Puskesmas merupakan lembaga yang bertanggungjawab
menyelenggarakan layanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Layanan kesehatan tersebut meliputi Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) sekaligus. Dalam UKP, tujuan utamanya
adalah menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan. Layanan perorangan
tersebut adalah rawat jalan dan rawat inap. Di UKP lebih ditekankan pada upaya medis
teknis.
Sementara untuk UKM, tujuan kegiatan yang utama adalah memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit. Layanan ini bersifat publik (public goods).
Yang termasuk dalam layanan ini antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana,
kesehatan jiwa masyarakat dan berbagai program kesehatan masyarakat lainnya. Dua tujuan
layanan ini apabila tidak dikelola dengan baik, akan timbul permasalahan di belakang hari.
Kenyataan di lapangan membuktikan, bahwa semakin maju layanan UKP di dalam gedung
Puskesmas, maka layanan UKM banyak yang terbengkalai. Dari permasalahan ini muncul
konsep untuk memisahkan antara dua jenis layanan tersebut dalam dua institusi yang
berbeda. Contoh untuk pemisahan ini adalah Kabupaten Rembang, dimana untuk pelayanan
UKP dan UKM benar-benar terpisah dalam dua lembaga yang berbeda.
Untuk kabupaten Banjarnegara, konsep pemisahan mutlak seperti ini mungkin belum
mendesak. Konsep yang lebih cocok dikembangkan adalah pemisahan pengelolaan UKP dan
UKM, tetapi masih dalam satu institusi. Pemisahan ini lebih ditekankan pada reformasi
organisasi atau restrukturisasi Puskesmas. Konsep Puskesmas Terpadu mungkin perlu kita
ingat kembali dan disempurnakan.
2. Mengembangakan dan Mengelola Upaya Pemberdayaan Masyarakat Untuk Kesehatan.
Dalam Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, disebutkan
bahwa fungsi Puskesmas adalah sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan pemberian layanan kesehatan strata pertama
(primer). Puskesmas memiliki tanggungjawab agar perorangan, terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan
dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hdup sehat dengan
memperhatikan situasi dan kondisi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
3. Mengembangkan dan Mengelola Strategi Kompetisi Dengan Layanan Kesehatan Primer
Lainnya.
Puskesmas bukanlah satu-satunya pemberi layanan kesehatan primer (strata pertama).
Di tengah-tengah masyarakat ada banyak pemberi layanan kesehatan primer lainnya yang
langsung berhubungan dengan masyarakat, terutama untuk layanan UKP. Di sana ada dokter
praktek swasta, bidan praktek swasta, Balai Pengobatan dan Klinik swasta serta rumah sakit
baik negeri atau swasta yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat layanan rujukan, tapi
sering juga memberikan layanan langsung kepada masyarakat sesuai kebutuhan masyarakat
(memberi layanan primer).

Untuk menyikapi ini, karena Puskesmas bukan organisasi yang berorientasi pada
keuntungan (finansial), maka Puskesmas harus mampu mengembangkan strategi kompetisi
yang sehat, agar layanan puskesmas mampu menjawab kebutuhan masyarakat. Termasuk
dalam hal ini puskesmas harus melakukan social marketing untuk memasarkan kegiatan-
kegiatannya, terutama kegiatan layanan UKM yang biasanya tidak terlalu digarap serius oleh
sektor swasta. Beberapa kegiatan layanan dalam gedung juga memiliki keunggulan.
Contohnya adalah kegiatan imunisasi dasar pada bayi. Dibandingkan layanan oleh swasta,
Puskesmas memiliki rantai dingin (cold chain) untuk penyimpanan vaksin yang standar yang
tidak dimiliki oleh sebagian besar sektor swasta, pemakaian yang sering dan jumlah banyak
memungkinkan vaksin di Puskesmas selalu baru. Biayanya juga lebih murah karena
merupakan program pemerintah, sehingga pengadaan vaksin dan perlengkapannya
mendapatkan subsidi. Tanggung jawab Puskesmas adalah mempertahankan standarisasi
tersebut termasuk dalam tindakan pemberian vaksinnya. Ini adalah peluang baik yang
dimiliki Puskesmas untuk berkompetisi dengan penyedia layanan primer lainnya.

Disamping dengan sektor swasta, puskesmas juga harus berkompetisi dengan


Puskesmas lainnya, terutama di wilayah-wilayah yang saling berbatasan. Untuk ini
diharapkan akan ada upaya di tiap Puskesmas untuk meningkatkan mutu layanannya dan
setiap Puskesmas diharapkan dapat mengembangkan kegiatan lokal spesifik sebagai ciri khas
masing-masing Puskesmas untuk meningkatkan daya saing.

4. Mengembangkan dan Mengelola Kerjasama Dengan Layanan Kesehatan Primer Lainnya


Puskesmas sebagai ujung tombak Pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
merupakan kepanjangan tangan pemerintah untuk menyampaikan dan memberikan program-
program layanan kesehatan baik pada perorangan maupun masyarakat. Agar kegiatan-
kegiatan tersebut dapat berjalan dan memperoleh hasil seperti yang diinginkan, maka
Puskesmas harus membangun kerjasama dengan layanan kesehatan primer lainnya, baik
swasta maupun pemerintah.

Kerjasama ini penting supaya tidak terjadi perbedaan yang sangat dramatis untuk
penanggulangan masalah penyakit atau kesehatan yang akhirnya akan berdampak buruk pada
masyarakat. Contoh, Pengobatan Tuberculosis (TBC) dengan strategi DOTs. Sudah terbukti
bahwa pengobatan TBC dengan strategi DOTs lebih efektif daripada strategi konvensional.
Kombinasi obat dan cara pemberiannya sudah sangat jelas. Angka kesembuhan juga tinggi
(lebih dari 90%). Tapi sayang, tidak semua penderita TBC diobati dengan strategi DOTs,
terutama mereka yang berobat ke layanan swasta. Pengobatan yang diberikan msih sangat
bervariasi, kadang malah sub-standar. Salah satu penyebabnya adalah karena Puskesmas tidak
melibatkan layanan swasta dengan memberikan informasi dan fasilitasi sarana (obat) untuk
pengobatan penderita TBC dengan strategi DOTs. Aibatnya banyak penderita TBC yang tidak
mengalami kesembuhan karena drop out minum obat, bahkan muncul resistensi kuman
terhadap obat. Karena itu kerjasama menjadi sangat penting supaya capaian program bisa
berhasil.

Kerjasama lain yang harus dikembangkan misalnya dalam hal pencatatan dan
pelaporan. Sesuai dengan asasa kerja Puskesmas yang berbasis kewilayahan, maka
Puskesmas merupakan penanggung jawab seluruh kegiatan yang berhubungan dengan upaya
peningkatan layanan kesehatan di wilayahnya. Selama ini, layanan kesehatan yang dilakukan
oleh sektor swasta sering tidak terpantau oleh Puskesmas karena belum ada sistem pencatatan
dan pelaporan yang baku dari sektor swasta untuk melaporkan kegiatannya ke Puskesmas.

Begitu juga dengan rumah sakit yang tidak melaporkan kegiatannya ke Dinas
Kesehatan. hal ini menyebabkan kita banyak kehilangan banyak data yang sangat penting
untuk untuk perencanaan kegiatan dan pengambilan keputusan guna menentukan suatu
kebijakan. Oleh karena itu kerjasama dalam hal ini perlu ditingkatkan, misalnya dengan
menetapkan suatu standar sistem pelaporan tentang kegiatan layanan kesehatan di seluruh
wilayah kabupaten.

5. Mengembangkan dan Mengelola Layanan Kesehatan Lokal Spesifik


Penting bagi puskesmas untuk mengembangkan kegiatan lokal spesifik sebagai ciri khas
layanan kesehatan Puskesmas tersebut. Layanan yang dikembangkan menyesuaikan dengan
situasi dan kondisi setempat, baik lingkungan geografis, demografis maupun sosial budaya.
Ini dimaksudkan agar agar Puskesmas mampu memberikan pilihan kepada masyarakat
mengenai layanan kesehatan yang dibutuhkan. Ini juga dapat menjadi nilai lebih untuk
meningkatkan daya saing Puskesmas bersangkutan. Contoh kegiatan lokal spesifik yang
dapat dikembangkan oleh Puskesmas sangat banyak, diantaranya pada Puskesmas yang
kondisi geografisnya sangat rawan terjadi bencana
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi sebuah perusahaan dan organisasi internal maupun eksternal. Analisa ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan
ancaman (Threats).
Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis situasi dengan mengidentifikasi berbagai
faktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (Strengths) dan kelemahan-kelemahan
(Weaknesses) suatu organisasi dan kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta ancaman-
ancaman (Threats) dari lingkungan untuk merumuskan strategi organisasi.

3.2 Saran
Adapun saran dari pembuatan makalah ini yaitu dengan menggunakan analisis SWOT baik
dalam sebuah perusahaan atau sebuah organisasi baik internal maupun eksternal dengan baik
akan memudahkan kedepannya untuk bekerja lebih mudah dan dapat dijangkau oleh instansi
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym, 2009. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis,


http://id.shvoong.com/writers/papapfarras/, 20-10-2009.
Anonym, 2008. Analisis SWOT, http://one.indoskripsi.com/, 20-10-2009.
Strengths (kekuatan) adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang berjalan dengan baik atau
sumber daya yang dapat dikendalikan. Weaknesses (kelemahan) adalah kegiatan-kegiatan
organisasi yang tidak berjalan dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi
tetapi tidak dimiliki oleh organisasi. Opportunities (peluang / kesempatan) adalah faktor-
faktor lingkungan luar yang positif. Threatss (ancaman) adalah faktor-faktor lingkungan luar
yang negatif. Matrik SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis organisasi
yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Ifas
(Internal Strategic Factors Analysis Summary) adalah ringkasan atau rumusan faktor-faktor
strategis internal dalam kerangka kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses). Efas
(External Strategic Factors Analysis Summary) adalah ringkasan atau rumusan faktor-faktor
strategis eksternal dalam kerangka kesempatan/peluang (Opportunities) dan ancaman
(Threats). Strategi SO adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan jalan pikiran organisasi
yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya. Strategi WO adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan
peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi ST adalah
strategi yang ditetapkan berdasarkan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi
ancaman. Strategi WT adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kegiatan yang bersifat
defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Pahami situasi dan informasi yang ada dengan melihat data eksternal maupun data internal.
Informasi dapat bersifat sebagai data numerik, hasil observasi, atau hasil wawancara. Data
eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar Puskesmas, misalnya :

Data kependudukan

Geografis

Sosial budaya

Kesehatan

Biologi lingkungan, dan lain-lain. Data internal dapat diperoleh dari dalam Puskesmas,
misalnya :

SP2TP

PWS-KIA

PWS-Imunisasi

Stratifikasi Puskesmas

SKDN, dan lain-lain. Pahami permasalahan yang terjadi. Baik masalah yang bersifat umum
maupun spesifik kesehatan.

READ PAPER

Job Board
About

Press

Blog

People

Papers

Terms

Privacy
Copyright

We're Hiring!

Help Center

Find new research papers in:

Physics

Chemistry

Biology

Health Sciences

Ecology

Earth Sciences

Cognitive Science

Mathematics

Computer Science

Academia 2017

Anda mungkin juga menyukai