Analisis situasi sistem informasi kesehatan dilakukan dalam rangka pengembangan sistem
informasi kesehatan. Sistem informasi kesehatan bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri,
melainkan merupakan bagian fungsional dari sistem kesehatan yang dibangun dari himpunan
atau jaringan sistem-sistem informasi dari level yang paling bawah. Misal: sistem informasi
kesehatan nasional dibangun dari himpunan atau jaringan sistem informasi kesehatan
provinsi. Sistem informasi kesehatan dikembangkan dalam rangka mendukung pencapaian
visi dan misi pembangunan kesehatan Indonesia, yaitu Indonesia sehat 2025. Visi dan misi ini
tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kesehatan (RPJP-K) yang disusun
pada tahun 2005 untuk kurun waktu 20 tahun, dan diuraikan menjadi Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Kesehatan (RPJM-K) yang dievaluasi setiap 5 tahun. RPJM-K yang
berlaku sekarang adalah RPJM-K ke-dua yang berlaku dari tahun 2010 sampai dengan 2014,
dengan visi: Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan. Visi ini akan tercapai dengan
baik apabila didukung oleh tersedinya data dan informasi akurat dan disajikan secara cepat
dan tepat waktu. Sehingga dapat dikatakan bahwa pencapaian visi ini memerlukan dukungan
sistem informasi kesehatan yang dapat diandalkan.
Untuk dapat mencapai hal tersebut, maka diperlukan suatu analisis dari sistem informasi
kesehatan yang tepat guna, agar sistem informasi kesehatan yang dikembangkan benar-benar
dapat mendukung terwujudnya visi Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.
Analisis situasi yang dilakukan salah satunya dapat menggunakan analisis SWOT. Analisis
SWOT yaitu analisis antarkomponen dengan memanfaatkan deskripsi SWOT setiap
komponen untuk merumuskan strategi pemecahan masalah, serta pengembangan dan atau
perbaikan mutu sistem informasi kesehatan secara berkelanjutan.
Analisis SWOT dapat merupakan alat yang ampuh dalam melakukan analisis strategis.
Keampuhan tersebut terletak pada kemampuan untuk memaksimalkan peranan faktor
kekuatan dan memanfaatkan peluang serta berperan untuk meminimalisasi kelemahan sistem
dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi. Analisis SWOT dapat
diterapkan dalam tiga bentuk untuk membuat keputusan strategis, yaitu:
1. Analisis SWOT memungkinkan penggunaan kerangka berfikir yang logis dan holistik
yang menyangkut situasi dimana organisasi berada, identifikasi dan analisis berbagi
alternatif yang layak untuk dipertimbangkan dan menentukan pilihan alternatif yang
diperkirakan paling ampuh.
2. Pembandingan secara sistematis antara peluang dan ancaman eksternal di satu pihak,
serta kekuatan dan kelemahan internal di pihak lain.
3. Analisis SWOT tidak hanya terletak pada penempatan organisasi pada kuadran
tertentu akan tetapi memungkinkan para penentu strategi organisasi untuk melihat
posisi organisasi yang sedang dianalisis tersebut secara menyeluruh dari aspek
produk/ jasa/ informasi yang dihasilkan dan pasar yang dilayani.
1. Langkah 1: Identifikasi kelemahan dan ancaman yang paling mendesak untuk diatasi
secara umum pada semua komponen.
2. Langkah 2: Identifikasi kekuatan dan peluang yang diperkirakan cocok untuk
mengatasi kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi lebih dahulu pada
Langkah 1.
3. Langkah 3: Masukkan butir-butir hasil identifikasi (Langkah 1 dan Langkah 2) ke
dalam Pola Analisis SWOT seperti berikut.
Pada waktu mengidentifikasikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam sistem
informasi kesehatan, perlu diingat bahwa kekuatan dan kelemahan merupakan faktor
internal yang perlu diidentifikasikan di dalam sistem, sedangkan peluang dan ancaman
merupakan faktor eksternal yang harus diidentifikasi dalam lingkungan eksternal sistem.
Lingkungan eksternal suatu sistem informasi kesehatan dapat berupa: pemerintah, masyarakat
luas, stakeholder internal dan eksternal, dan pesaing. Langkah ini dapat dilakukan secara
keseluruhan, atau jika terlalu banyak, dapat dipilah menjadi analisis SWOT untuk komponen
masukan, proses, dan keluaran.
Masukan termasuk fisik dan non fisik. Masukan fisik berupa sumber daya manusia,
pembiayaan, sarana-prasarana, metode, hardware dan software pendukung, market dan
manajemen waktu (7M=man, money, material, methode, machine, market dan minute).
Masukan non fisik berupa data kesehatan.
Proses berupa pengelolaan sistem (data) hingga menjadi informasi, termasuk tatapamong,
manajemen dan kepemimpinan, dan kerja sama.
Keluaran berupa jenis informasi yang dihasilkan, termasuk model dan media informasi,
publikasi, dan pengguna informasi.
Langkah-langkah Analisis SWOT di atas dikenal dengan model David (2004), yaitu matriks
Threats-Opportunity-Weakness-Strength (TOWS), merupakan perangkat pencocokan yang
penting dan dapat membantu pengelola sistem mengembangkan empat tipe strategi: strategi
SO (Strength-Opportunity), strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi ST (Strength-
Threats) dan strategi WT (Weakness-Threats). Mencocokkan faktor-faktor eksternal dan
internal kunci, merupakan bagian yang sangat sulit dalam mengembangkan matriks TOWS
dan memerlukan penilaian yang baik dan tidak ada sekumpulan kecocokan yang paling baik.
Contoh penerapan deskripsi SWOT pada sistem informasi kesehatan nasional berdasarkan
hasil evaluasi yang telah dilakukan (tahun 2012) pada Pusat Data dan Informasi, dan unit-unit
lain di Kementerian Kesehatan, serta unit di luar sektor kesehatan maka diketahui kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman dalam sistem informasi kesehatan, seperti tampak dalam
tabel di bawah ini. Hasil deskripsi ini kemudian dianalisis dan selanjutnya dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana jangka menengah pengembangan dan
penguatan sistem informasi kesehatan nasional selanjutnya.
Tabel 1: Deskripsi SWOT
Daftar Pustaka:
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman Dasar Penyeliaan Jaminan Mutu Di Puskesmas.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehtan Masyarakat.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan
2005 2025. Jakarta: Depkes RI. http://www.depkes.go.id.
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010
2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. http://www.depkes.go.id.
Sabarguna, Boy; Safrizal, Heri. 2007. Master Plan Sistem Informasi Kesehatan. Yogyakarta:
Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng-DIY.
Siagian S.P. 2004. Manajemen Strategik, Cetakan ke-lima. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sulaeman E,S. 2011. Manajemen Kesehatan, Teori dan Praktek di Puskesmas. Jogjkarta:
Gadjah Mada University Press.
Seperti kita ketahui bahwa dalam penerapan Sistem Informasi Kesehatan di Indoensia
tentunya tidak mudah. Beberapa tantangan dalam implementasinya masih banyak kita temui
sehingga memerlukan kebijakan dan kerjasama yang terintegrasi di dalamnya. Diantaranya
tantangan tersebut adalah
*Tantangan untuk membangun jejaring lintas unit dan lintas sektor. Tantanngan ini
terkait integrasi dalam menyatukan input Sistem Informasi Kesehatan yang lintas sektor.
Karena masing masing sektor atau unit punya definisi dan aplikatif sendiri dalam
meninterpretasikan datanya. Masing-masing Sistem Informasi cenderung untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya menggunakan cara dan format pelaporannya
sendiri. Sehingga unit unit operasional dalam melaporkan datanya terbebani. Dampaknya
informasi yang di hasilkan kurang akurat.
*Ancaman keamanan informasi. Ancaman ini tentunya tidak dapat di pandang sebelah
mata karena faktor keamanan informasi menjadi penting terkait dengan jenis data dan
informasi yang menjadi input dan output yang nanti dihasilkan.
*Tantangan otonomi daerah. Ini sebagai implementasi dari UU No. 2 tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah. Sehingga daerah punya otoritas dalam menentukan arah
kebijakan sendiri termasuk di dalamnya mengenai arah kebijakan Sistem Informasi
Kesehatan untuk kabupatennya.
Analisis Situasi Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa upaya
pengembangan, penguatan, dan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan
termasuk implementasi e-kesehatan sudah berjalan dalam arah yang tepat.
Berbagai capaian keberhasilan menjadi catatan penting yang dapat memberikan
kekuatan untuk meraih peluang dalam upaya pengembangan, penguatan, dan
19-
-20-
recovery center. Alokasi anggaran juga ditujukan untuk penguatan kebijakan dan
regulasi, penguatan tata kelola dan kepemimpinan, penataan standarisasi dan
interoperablitas, pengembangan aplikasi-aplikasi sistem informasi baik untuk
transaksi layanan maupun pelaporan, pengelolaan data dan informasi serta
diseminasi informasi dalam berbagai media, dan peningkatan kemampuan
pengelolaan data kesehatan bagi SDM. Alokasi anggaran telah mencakup seluruh
aspek penyelenggaraan sistem informasi kesehatan nasional. Itu semua menjadi
kekuatan dalam pengembangan sistem informasi kesehatan nasional. b.
Advokasi dan pembinaan. Sebagaimana diketahui bahwa data dan informasi
merupakan sumber daya yang strategis bagi suatu organisasi, begitupun bagi
sektor kesehatan. Saat ini, para pimpinan di jajaran kesehatan baik di pusat
maupun di daerah semakin memahami pentingnya data dan informasi untuk
manajemen kesehatan. Dalam konteks ini, bagaimana meningkatkan kualitas
dan ketersediaan di sisi produksi serta mendorong pemanfaatan data dan
informasi di sisi pengguna. Oleh karena itu, peran advokasi dan pembinaan
menjadi hal yang sangat penting. Advokasi kepada para pimpinan kesehatan
baik di pusat maupun di daerah terutama untuk penguatan kepemimpinan dan
tata kelola. Advokasi juga dapat diarahkan untuk mendorong pemanfaatan data
dan informasi kesehatan secara luas untuk manajemen kesehatan dan untuk
masyarakat. Pembinaan kepada produsen data terutama di fasilitas pelayanan
kesehatan dan Dinas Kesehatan. Pembinaan antara lain terkait pengembangan
dan pengelolaan jaringan, manajemen data, dan penguatan SDM di daerah. Oleh
karena itu, advokasi dan pembinaan
21-
-22-
dan lain-lain. Demikian pula dengan Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dan Puskesmas berinisiatif menerapkan sistem elektronik untuk
menyelenggarakan sistem informasi Puskesmas. e. Inisiatif penerapan sistem
elektronik dalam penyelenggaraan sistem pelaporan. Saat ini, orang semakin
sadar bahwa pengelolaan organisasi yang efisien tidak dapat terlepas dari peran
teknologi informasi dan komunikasi. Demikian pun dalam pengelolaan
pembangunan kesehatan, inisiatif penerapan sistem elektronik dalam
pengelolaan program kesehatan telah bermunculan. Berbagai sistem informasi
kesehatan di unit/program kesehatan telah dikembangkan untuk mendukung
pengelolaan program kesehatan terutama sistem monitoring dan evaluasi
program seperti sistemsistem pelaporan program, sistem-sistem surveilans
penyakit dan masalah kesehatan, dan lain-lain. Hal ini tentunya merupakan
kekuatan bagi pengembangan sistem informasi kesehatan nasional. 2.3.2. Faktor
Kelemahan Faktor kelemahan juga merupakan faktor internal sistem informasi
kesehatan nasional. Faktor ini jika tidak diintervensi akan berdampak negatif
pada keberlangsungan sistem informasi kesehatan. Sehingga sedapat mungkin
faktor ini harus diminimalisasi atau diintervensi. Faktor kelemahan kritis yang
diidentifikasi secara garis besar adalah sebagai berikut: a. Aspek legal masih
lemah. Adanya landasan hukum untuk mendukung keberhasilan berjalannya
sebuah sistem informasi mutlak diperlukan. Hal ini juga merupakan bentuk
komitmen dari seluruh komponen yang terlibat dalam suatu sistem informasi.
Peraturan perundang-undangan untuk penyelenggaraan sistem informasi
kesehatan baik di
23-
-24-
25-
kesehatan yang valid dan reliabel juga masih perlu ditingkatkan. e. Pemanfaatan
TIK dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan dan pengelolaan data
yang belum optimal. Hampir sebagian besar daerah dan pusat telah memiliki
infrastruktur TIK untuk mendukung pelaksanaan sistem informasi kesehatan,
namun fasilitas TIK tersebut belum secara optimal dimanfaatkan. Hal ini dapat
disebabkan karena beberapa faktor, seperti kemampuan sumber daya manusia
yang masih terbatas, tidak berfungsinya perangkat keras dan perangkat lunak
aplikasi pengelolaan data kesehatan, tidak tersedianya prosedur pengoperasian
(SOP) atau petunjuk manual untuk mengoperasikan perangkat keras maupun
perangkat lunak aplikasi pengolahan data. Banyak pula fasilitas komputer dan
infrastruktur TIK yang akhirnya kadaluarsa atau rusak sebelum SIK
diimplementasikan. Fasilitas yang digunakan pada umumnya tidak mempunyai
standar minimum kebutuhan dan cenderung bervariasi baik dalam spesifikasi
perangkat keras maupun perangkat lunaknya. Hal ini dapat mengakibatkan
ketidaksesuaian ketika akan dilakukan integrasi. f. Kuantitas dan kualitas sumber
daya manusia masih rendah. Sumber daya manusia memegang peranan penting
dalam keberhasilan implementasi sistem informasi kesehatan. Namun kondisi
saat ini baik di pusat maupun daerah masih terdapat keterbatasan baik dalam
hal kuantitas maupun kualitas tenaga pengelola sistem informasi kesehatan.
Selama ini, di beberapa daerah, pengelola data dan informasi umumnya adalah
tenaga yang merangkap jabatan atau tugas lain, yang dalam kenyataannya
mereka tidak dapat sepenuhnya bekerja mengelola data dan informasi karena
insentif yang tidak sesuai sehingga
-26-
mereka memilih pekerjaan paruh waktu di tempat lain. Kelemahan ini masih
ditambah lagi dengan kurangnya keterampilan dan pengetahuan mereka di
bidang informasi, khususnya teknologi informasidan pemanfaatannya. Selama ini
sudah terdapat jabatan-jabatan fungsional untuk para pengelola data dan
informasi, seperti pranata komputer, statistisi, epidemiolog, keamanan informasi,
dan seterusnya. Namun belum dimanfaatkan betul. g. Mekanisme monitoring
dan evaluasi masih lemah. Kelemahan-kelemahan dan berbagai permasalahan
pada penyelenggaraan sistem informasi kesehatan tentunya dapat diidentifikasi
dengan mekanisme monitoring dan evaluasi serta audit sistem informasi
kesehatan. Sayangnya, mekanisme monitoring dan evaluasi belum ditata dan
dilaksanakan dengan baik. 2.3.3. Faktor Peluang Faktor peluang merupakan
faktor eksternal sistem informasi kesehatan nasional. Faktor ini juga merupakan
lingkungan dan suprasistem yang berpengaruh pada akselerasi pengembangan
dan penguatan sistem informasi kesehatan nasional termasuk implementasi
ekesehatan. Faktor peluang kritis yang diidentifikasi secara garis besar adalah
sebagai berikut: a. Kebutuhan data dan informasi semakin meningkat. Sejalan
dengan semakin meningkatnya kebutuhan pengelolaan organisasi secara efektif
dan efisien, apresiasi terhadap data dan informasi pun juga semakin meningkat.
Kini, orang semakin sadar bahwa data dan informasi sangat berguna sebagai
masukan pengambilan keputusan dalam setiap proses manajemen. Orang
semakin sadar bahwa data/informasi sangat penting bagi organisasi dalam
menjalankan prinsip-prinsip manajemen modern. Informasi berguna untuk
manajemen layanan
27-
-28-
29-
-30-
31-
-32-
satusumber data saja melainkan dari beberapa sumber data. Sebagai contoh
untuk melakukan pengukuran atau penghitungan cakupan keberhasilan program
kesehatan diperlukan data diluar sektor kesehatan, seperti data penduduk
sebagai denumerator yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS). Dari kondisi
tersebut maka dapat terlihat bahwa ketersediaan protokol untuk membangun
jejaring serta menetapkan standarisasi yang didukung oleh aspek legal
merupakan salah satu tantangan yang harus segera diintervensi. e. Ancaman
keamanan informasi. Aspek keamanan informasi merupakan aspek penting
dalam penyelenggaraan suatu sistem informasi. Dewasa ini, potensi ancaman
keamanan informasi semakin tinggi sejalan dengan konvergensi dunia dan
semakin terintegrasinya semua sumber daya teknologi informasi dan
komunikasi. Potensi terjadinya cyber attact semakin terbuka, dengan berbagai
motif di antaranya bisnis, kriminal, politik, dan sebagainya. Ancaman keamanan
informasi dapat berasal dari internal maupun eksternal organisasi dan dapat
berupa orang, organisasi, mekanisme, atau peristiwa yang memiliki potensi
membahayakan. Oleh karena itu, manajemen keamanan informasi menjadi suatu
hal penting yang harus mendapat perhatian. Manajemen keamanan informasi
tidak hanya dilakukan untuk menjaga agar sumber daya informasi tetap aman,
tetapi juga untuk menjaga organisasi agar tetap berfungsi setelah terjadinya
suatu bencana keamanan informasi. Demikian halnya dengan penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan, tentunya tidak akan terlepas dari ancaman
keamanan informasi. Hal itu sangat tergantung bagaimana mengelola keamanan
informasi sebaikbaiknya.
33-
2.4. Isu Strategis Isu ketersediaan data yang berkualitas dan tepat waktu hingga
saat ini masih menjadi masalah utama dalam sistem informasi kesehatan. Hal itu
diakibatkan adanya dua persoalan mendasar, adalah di sisi pengadaan data
terutama di fasilitas pelayanan kesehatan dan di sisi aliran serta akses data.
Hasil evaluasi terhadap sistem informasi kesehatan, sebagaimana diuraikan di
atas, menunjukkan masih banyak yang harus dilakukan agar tersedia data yang
berkualitas dan tepat waktu. Oleh karenanya, upaya penataan dan penguatan
sistem informasi kesehatan haruslah difokuskan kepada penataan data transaksi
di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai sumber data untuk meningkatkan
kualitas dan kecepatan proses kerja terutama di fasilitas pelayanan kesehatan
(manajemen pelayanan), dan optimalisasi aliran data serta pengembangan bank
data untuk meningkatkan ketersediaan, kualitas, dan akses data dan informasi
kesehatan. Isu strategis yang harus diperhatikan dalam upaya pengembangan,
penguatan, dan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan lima tahun ke
depan antara lain adalah: a. Penataan kebijakan dan regulasi sistem informasi
kesehatan, terutama untuk menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 46
tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan dalam bentuk pengaturan yang
bersifat teknis. b. Penguatan koordinasi sistem informasi kesehatan, terutama
dalam penyamaan persepsi mengenai pentingnya data dan informasi dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan melalui advokasi,
sosialisasi, penyusunan nota kesepahaman dan perjanjian kerjasama, dan
pertemuan koordinasi lainnya. c. Penataan perencanaan sistem informasi
kesehatan yang terarah dan terukur sehingga upaya penataan, penguatan, dan
penyelenggaraan dapat mewujudkan sistem informasi kesehatan yang sesuai
dengan harapan serta evaluasi dan perbaikan sistem informasi kesehatan dapat
dilakukan secara berkala.
-34-
35-
Log In
Sign Up
docx
Makalah Analisis SWOT
10 Pages
Uploaded by
connect to download
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
(Strengths)
dan peluang
(Opportunities)
(Weaknesses)
dan ancaman
(Threats)
1.2
Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
(Strengths)
dan peluang
(Opportunities)
(Weaknesses)
dan ancaman
(Threats)
. ANALISIS SWOT adalah suatu bentuk analisis situasi dengan mengidentifikasi berbagai
faktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (Strengths) dan kelemahan-kelemahan
(Weaknesses) suatu organisasi dan kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta ancaman-
ancaman (Threats) dari lingkungan untuk merumuskan strategi organisasi. Perencanaan
strategis
(strategic planner)
Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis situasi dengan mengidentifikasi berbagai faktor
secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (Strengths) dan kelemahan-kelemahan
(Weaknesses) suatu organisasi dan kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta ancaman-
ancaman (Threats) dari lingkungan untuk merumuskan strategi organisasi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats) atau di-Indonesiakan
menjadi analisis KEKEPAN (Kekuatan-Kelemahan-Kesempatan-Ancaman) sudah sangat
umum dikenal dan mudah untuk dilakukan.
Proses manajemen strategis adalah sebuah proses delapan langkah yang mencakup
perencanaan strategis, pelaksanaan atau penerapan dan evaluasi.
Analisis adalah suatu kegiatan untuk memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu
kasus, mengetahui isu apa yang sedang terjadi, dan memutuskan tindakan apa yang harus
segera dilakukan untuk memecahkan masalah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis
SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
sebuah perusahaan dan organisasi internal maupun eksternal. Analisa ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
1.2 Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini :
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian SWOT
2. Agar mahasiswa mengerti penerapan SWOT dalam organisasi
3. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana Strategi Pengenbangan Puskesmas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Analisis SWOT
Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi sebuah perusahaan dan organisasi internal maupun eksternal. Analisa ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan
ancaman (Threats).
ANALISIS SWOT adalah suatu bentuk analisis situasi dengan mengidentifikasi
berbagai faktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (Strengths) dan kelemahan-
kelemahan (Weaknesses) suatu organisasi dan kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta
ancaman-ancaman (Threats) dari lingkungan untuk merumuskan strategi organisasi.
Perencanaan strategis (strategic planner) suatu perusahaan harus menganalisis faktor-
faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) pada kondisi yang
ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi atau popular disebut Analisis SWOT.
Dalam menganalisis data digunakan teknik deskriptif kualitatif guna menjawab perumusan
permasalahan mengenai apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada pada objek
penelitian dan apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dari luar yang harus dihadapinya.
Dalam penelitian dilakukan identifikasi variable-variabel yang merupakan kekuatan
dan peluang yang kemudian digunakan skala likert atas lima tingkat yang terdiri dari: Sangat
baik (5), Baik (4), Cukup baik (3), Kurang baik (2), dan Tidak baik (1), berupa Skala Likert
Keunggulan dan Peluang.
Kemudian penelitian dilanjutkan dengan identifikasi variable-variabel yang
merupakan kelemahan dan ancaman dari luar yang kemudian digunakan skala likert atas lima
tingkat yang terdiri dari: Sangat berat (=5), Berat (=4), Cukup berat (=3), Kurang berat (=2),
dan Tidak berat (=1), berupa Skala Likert Tantangan dan Ancaman. Analisis SWOT ini
adalah membandingkan antara faktor eksternal, berupa Peluang (opportunities) dan Ancaman
(threats) dengan faktor internal, yang berupa Kekuatan (strengths) dan Kelemahan
(weaknesses). Selanjutnya, nilai rata-rata masing-masing faktor positif dibandingkan dengan
faktor negatif baik di lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Dan Hasil dari
perhitungan tersebut, dituangkan dalam digram Cartesius.
Dari diagram Cartesius tersebut, dapat diketahui hasil analisis SWOT, sesuai dengan
posisi dari hasil perhitungannya, yaitu:
Sebelah kiri atas -> Startegi Rasionalisasi (Turne around).
Sebelah kanan atas -> Strategi Agresif (Growth).
Sebelah kiri bawah -> Strategi Defensif
Sebelah Kanan bawah -> Strategi Diversifikasi.
2.2 Penerapan Dalam Organisasi
Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis situasi dengan mengidentifikasi berbagai
faktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (Strengths) dan kelemahan-kelemahan
(Weaknesses) suatu organisasi dan kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta ancaman-
ancaman (Threats) dari lingkungan untuk merumuskan strategi organisasi.
Strengths (kekuatan) adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang berjalan dengan baik atau
sumber daya yang dapat dikendalikan.
Weaknesses (kelemahan) adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang tidak berjalan dengan baik
atau sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi tetapi tidak dimiliki oleh organisasi.
Opportunities (peluang / kesempatan) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang positif.
Threatss (ancaman) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang negatif.
Matrik SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis organisasi yang dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi
organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Ifas (Internal Strategic Factors Analysis Summary) adalah ringkasan atau rumusan faktor-
faktor strategis internal dalam kerangka kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses).
Efas (External Strategic Factors Analysis Summary) adalah ringkasan atau rumusan faktor-
faktor strategis eksternal dalam kerangka kesempatan/peluang (Opportunities) dan ancaman
(Threats).
Strategi SO adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan jalan pikiran organisasi yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
Strategi WO adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
Strategi ST adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kekuatan yang dimiliki organisasi
untuk mengatasi ancaman.
Strategi WT adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Pahami situasi dan informasi yang ada dengan melihat data eksternal maupun data
internal. Informasi dapat bersifat sebagai data numerik, hasil observasi, atau hasil wawancara.
Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar Puskesmas, misalnya :
Data kependudukan
Geografis
Sosial budaya
Kesehatan
Biologi lingkungan, dan lain-lain.
Data internal dapat diperoleh dari dalam Puskesmas, misalnya :
SP2TP
PWS-KIA
PWS-Imunisasi
Stratifikasi Puskesmas
SKDN, dan lain-lain.
Pahami permasalahan yang terjadi. Baik masalah yang bersifat umum maupun
spesifik kesehatan.
Buatlah Matrik SWOT, dalam sel kesempatan/peluang (Opportunities), Tentukan 5-10
faktor peluang eksternal yang dihadapi Puskesmas. Sel ini harus mempertimbangkan
perangkat perundangan yang terkait dan sebagai salah satu faktor strategis. Dalam sel
ancaman (Threats), tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal yang dihadapi Puskesmas. Dalam
sel kekuatan (Strength), tentukan 5-10 faktor kekuatan internal yang dimiliki Puskesmas baik
yang ada sekarang maupun yang akan datang. Dalam sel kelemahan (Weakness), tentukan 5-
10 faktor kelemahan internal yang dimiliki Puskesmas.
Untuk menyikapi ini, karena Puskesmas bukan organisasi yang berorientasi pada
keuntungan (finansial), maka Puskesmas harus mampu mengembangkan strategi kompetisi
yang sehat, agar layanan puskesmas mampu menjawab kebutuhan masyarakat. Termasuk
dalam hal ini puskesmas harus melakukan social marketing untuk memasarkan kegiatan-
kegiatannya, terutama kegiatan layanan UKM yang biasanya tidak terlalu digarap serius oleh
sektor swasta. Beberapa kegiatan layanan dalam gedung juga memiliki keunggulan.
Contohnya adalah kegiatan imunisasi dasar pada bayi. Dibandingkan layanan oleh swasta,
Puskesmas memiliki rantai dingin (cold chain) untuk penyimpanan vaksin yang standar yang
tidak dimiliki oleh sebagian besar sektor swasta, pemakaian yang sering dan jumlah banyak
memungkinkan vaksin di Puskesmas selalu baru. Biayanya juga lebih murah karena
merupakan program pemerintah, sehingga pengadaan vaksin dan perlengkapannya
mendapatkan subsidi. Tanggung jawab Puskesmas adalah mempertahankan standarisasi
tersebut termasuk dalam tindakan pemberian vaksinnya. Ini adalah peluang baik yang
dimiliki Puskesmas untuk berkompetisi dengan penyedia layanan primer lainnya.
Kerjasama ini penting supaya tidak terjadi perbedaan yang sangat dramatis untuk
penanggulangan masalah penyakit atau kesehatan yang akhirnya akan berdampak buruk pada
masyarakat. Contoh, Pengobatan Tuberculosis (TBC) dengan strategi DOTs. Sudah terbukti
bahwa pengobatan TBC dengan strategi DOTs lebih efektif daripada strategi konvensional.
Kombinasi obat dan cara pemberiannya sudah sangat jelas. Angka kesembuhan juga tinggi
(lebih dari 90%). Tapi sayang, tidak semua penderita TBC diobati dengan strategi DOTs,
terutama mereka yang berobat ke layanan swasta. Pengobatan yang diberikan msih sangat
bervariasi, kadang malah sub-standar. Salah satu penyebabnya adalah karena Puskesmas tidak
melibatkan layanan swasta dengan memberikan informasi dan fasilitasi sarana (obat) untuk
pengobatan penderita TBC dengan strategi DOTs. Aibatnya banyak penderita TBC yang tidak
mengalami kesembuhan karena drop out minum obat, bahkan muncul resistensi kuman
terhadap obat. Karena itu kerjasama menjadi sangat penting supaya capaian program bisa
berhasil.
Kerjasama lain yang harus dikembangkan misalnya dalam hal pencatatan dan
pelaporan. Sesuai dengan asasa kerja Puskesmas yang berbasis kewilayahan, maka
Puskesmas merupakan penanggung jawab seluruh kegiatan yang berhubungan dengan upaya
peningkatan layanan kesehatan di wilayahnya. Selama ini, layanan kesehatan yang dilakukan
oleh sektor swasta sering tidak terpantau oleh Puskesmas karena belum ada sistem pencatatan
dan pelaporan yang baku dari sektor swasta untuk melaporkan kegiatannya ke Puskesmas.
Begitu juga dengan rumah sakit yang tidak melaporkan kegiatannya ke Dinas
Kesehatan. hal ini menyebabkan kita banyak kehilangan banyak data yang sangat penting
untuk untuk perencanaan kegiatan dan pengambilan keputusan guna menentukan suatu
kebijakan. Oleh karena itu kerjasama dalam hal ini perlu ditingkatkan, misalnya dengan
menetapkan suatu standar sistem pelaporan tentang kegiatan layanan kesehatan di seluruh
wilayah kabupaten.
3.2 Saran
Adapun saran dari pembuatan makalah ini yaitu dengan menggunakan analisis SWOT baik
dalam sebuah perusahaan atau sebuah organisasi baik internal maupun eksternal dengan baik
akan memudahkan kedepannya untuk bekerja lebih mudah dan dapat dijangkau oleh instansi
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Data kependudukan
Geografis
Sosial budaya
Kesehatan
Biologi lingkungan, dan lain-lain. Data internal dapat diperoleh dari dalam Puskesmas,
misalnya :
SP2TP
PWS-KIA
PWS-Imunisasi
Stratifikasi Puskesmas
SKDN, dan lain-lain. Pahami permasalahan yang terjadi. Baik masalah yang bersifat umum
maupun spesifik kesehatan.
READ PAPER
Job Board
About
Press
Blog
People
Papers
Terms
Privacy
Copyright
We're Hiring!
Help Center
Physics
Chemistry
Biology
Health Sciences
Ecology
Earth Sciences
Cognitive Science
Mathematics
Computer Science
Academia 2017