Anda di halaman 1dari 3

ARTIKEL

BAHASA INDONESIA

DISUSUN OLEH : RYANDANA AZRIEL SUKMA

KELAS : XII MIPA 6

GURU PEMBIMBING : ASRI DJALIL, S.Pd., M.Si.

SMA NEGERI 5 MODEL PALU

TAHUN AJARAN

2018/2019
Mempelajari Kriteria Anak Pengungsian Pasca Gempa Palu

7,4 sr gempa yang terjadi pada tanggal 28 September 2018 pukul 18.04
tepatnya hari jumat sore hari mengakibatkan kota palu menjadi kota yang
menakutkan bahkan pada saat itu dijuluki kota mati bukan karena mati apanya
mungkin karena pada saat terjadi gempa yang cukup besar sehingga sumber listrik
yang ada dipalu menjadi padam sehingga disebut kota mati “lampu” terlama pasca
gempa.

Gempa yang terjadi di Palu mengakibatkan trauma yang mendalam bagi


orang palu, terutama anak-anak. Anak-anak pasti bingung apa yang sebenarnya
terjadi bahkan anak-anak menjadi takut, bahkan ada seorang anak yang orang
tuanya meninggal waktu terjadi gempa mengakibatkan anak tersebut menjadi
anak yag pemurung dan pendiam dan tak bisa di ajak bicara, jika anak tersebut di
ajak bicara terkadang anak tersebut menangis tanpa sebab.

1 bulan pasca gempa, untuk menghilangkan trauma tersebut,banyak


relawan yang melakukan psikososial berupa trauma healing. Tetapi masih banyak
team psikososial kurang memahami cara melakukan trauma healing, terkadang
sekedar melakukan tepuk tangan dan nyanyi kemudian melakukan pembagian
snack atau makanan ringan untuk anak-anak pengungsian dengan tujuan untuk
menyenangkan anak-anak, justru dengan hanya membagikan snack atau makanan
ringan menimbulkan masalah baru bagi Relawan yaitu anak-anak menjadi
ketergantugan. Hal ini menjadi tantangan baru untuk para relawan trauma healing.
Bukan menyembuhkan psikologis anak tetapi malah memperburuk
psikologisnya, memang anak-anak menjadi senang jika di berikan makanan ringan
tetapi lebih baiknya lagi yaitu dengan memberikan sebuah edukasi lewat hiburan,
mungkin berupa dongeng,mewarnai, dan membuat kerajinan tangan yang mudah
sehingga meningkatkan kembali rasa percaya dirinya bahkan berjalan dengan
waktu anak-anak akan bisa melupakan peristiwa gempa yang telah terjadi.
Dalam melakukan Trauma Healing harus mempelajari tingkah laku anak
dan kriterianya karena setiap anak pasti berbeda-beda pengalamanya pada saat
gempa, Untuk mengenali kriteria anak-anak ada beberapa cara mempelajarinya
yaitu dengan:

1. Listen (dengar) Dengarkan apa yang anak-anak katakan, sehingga dapat


diketahui Kriteria anak tersebut. Mungkin dalam metode pertama ini kita
tidak boleh menanyakan hal yang anak tersebut alami contohnya Adek pas
gempa dimana?, Adek rumahnya Hancur?, Adek tidak sedih?, secara
logika pertanyaan ini yang membuat anak tersebut kembali mengingat
kejadian terburuk yang pernah terjadi sama halnya membunuh anak dua
kali. Intinya jangan pernah melontarkan pertanyaan berbau hal-hal yang
pernah anak itu alami pasca gempa kita hanya cukup mendengarkan yang
dikatakan anak tersebut.
2. Look (cari tahu) metode yang kedua ini cukup sederhana yaitu kita hanya
perlu mencari tahu apa yang anak tersebut butuhkan. Terkadang banyak
relawan memberikan bantuan mungkin berupa tas sekolah tetapi anak
yang diberikan tas tersebut tidak membutuhkannya mungkin ada sesuatu
yang lebih dia butuhkan mungkin anak terebut lebih membutuhkan sepatu,
sehingga dalam hal ini relawan tidak bisa memukul rata dalam pembagian
bantuan. Sehingga dalam metode ini relawan lebih efektif dan terarah
dalam pembagian bantuaanya sesuai dengan apa yang anak-anak
butuhkan.
3. Link (hubungkan) Hubungkan kepada ahlinya. Dalam metode yang
terakhir ini tidak semua relawan dalam melakukan trauma healing bisa
mengambil alih hal yang tidak semestinya dilakukan atau tidak bisa
dilakukan secara umum contohnya delam kegiatan psikososial ada anak
yang pendiam, murung, dan tidak bisa di ajak berbicara jika bukan
ahlinya, dalam hal tersebut relawan mungkin dapat menghubungkan anak
tersebut dengan Dokter dibidang psikolog (ahlinya).

Jika kita sudah mengetahui cara mempelajari kriteria setiap anak yang terkena
bencana kita dapat menjadi Psikologi first aid. Setidaknya kita bisa menjadi orang
yang salah dalam hal yang menolong mereka pertama kali. Dan dalam bertindak
kita juga perlu memikirkan secara matang-matang apa yang terjadi kedepannya
yang akan membuat psikologi anak tersebut menjadi lebih baik bahkan melupakan
hal yang pernah anak tersebut alami. Kalau bukan Kita siapa lagi.

#RelawanSultengKuat #PalukuatPaluBangkit #Forumanaknosarara

Anda mungkin juga menyukai