Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tenis meja sendiri berawal di Inggris. Situs pongworld menyebutkan bahwa ping pong
dimulai sebagai hobi sosial di Inggris yang mencuat akhir 1800-an. Meja makan dan bola yang
terbuat dari gabus menjadi perangkat pertama yang digunakan. Boleh jadi mereka menyebut
permainan itu sebagai gossima, flim-flam, atau ping-pong. Ketika abad berganti, permainan itu
pun mengalami sejumlah perubahan di Inggris. Belakangan, ada yang memperkenalkan bola
seluloid pada permainan itu, sedangkan yang lain menambahkan karet pada bet yang terbuat dari
kayu. Namun, belakangan seperti dilansir situs geocities.com, olahraga ini juga popular di
amerika serikat, sekitar pada tahun 1900-an.Sayang, permainan ini mulai kehilangan popularitas.
Tapi secara bersamaan muncul satu gerakan simultan yang dimulai dari sejumlah kawasan di
dunia berupaya menghidupkan kembali ping pong sebagai olahraga serius pada 1922. Hasilnya,
terbentuklah Federasi Tenis Meja Internasional (ITTF) yang terdiri atas 140 negara anggota pada
1926. Olahraga ini pun segera menyebar ke Jepang dan negara Asia lain. Jepang pun
mendominasi olahraga tersebut pada 1950-1960-an. setelah tenis meja menjadi cabang olahraga
yang dilombakan di Olimpiade pada 1980-an, negara lain seperti Swedia dan Korea Selatan turut
masuk dalam jajaran papan atas dunia.

Sedangkan sejarah tenis meja di Indonesia baru dikenal pada tahun 1930. Pada masa itu
hanya dilakukan di balai-balai pertemuan orang-orang Belanda sebagi suatu permainan rekreasi.
Pada tahun 1939 sebelum perang dunia ke II para tokoh petinis meja indonesia mendirikan
PPPSI (Persatuan Ping Pong Seluruh Indonesia). Dan sejak itu, Perkembangan tenis meja di
Indonesia hingga sekarang bisa dikatakan cukup pesat.

B. Tujuan
Makalah ini bertujuan :
• Dapat mengetahui tentang Tenis Meja
• Dapat mengetahui cara bermain tenis meja
• Dapat mengetahui sejarah tenis meja

C. Rumusan Masalah
• Bagai sebenarnya Tenis Meja
• Bagai mana peraturan tenis meja
• Apa saja yang diperlukan dalam permainan Tenis Meja

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tenis Meja

Yang dimaksud dengan tenis meja adalah suatu permainan yang menggunakan meja sebagai
lapangan yang dibatasi oleh jaring (net) yang menggunakan bola kecil yang terbuat dari celluloid
dan permainannya menggunakan pemukul atau yang disebut bet (Depdiknas, 2003 : 3).

1. Alat dan Fasilitas

Adapun alat dan fasilitas yang digunakan adalah sebagai berikut :

 Meja berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 274 cm, lebar 152,5 cm, dan
tinggi 76 cm.
 Jaring (net) termasuk tali pengantungnya dengan panjang 183 cm, dan tinggi 15,25 cm.
 Bola berbentuk bulat, terbuat dari bahan celluloid atau plastik, berwarna putih atau pudar,
diameternya 37,2 mm atau 38,2 mm, dengan berat 2,40 gram atau 5,50 gram.
 Bet atau Raket tebuat dari kayu sama tebal, latar dan kayu, permukaan berwarna gelap
dan pudar, bila daun pemukul dilapisi dengan karet berbintik dan menonjol keluar dan
tebal seluruhnya tidak lebih dari 2 mm.

B. Pengertian Service

Service adalah suatu pukulan yang dilakukan untuk memulai atau membuka permainan
dengan tiap bagian alat pemukul memulai bagian atas net, setelah bola dilambungkan pada
daerah service. Dapat pula ditambahkan bahwa service merupakan tindakan pertama dalam
permainan tenis meja dan juga sebagai serangan pertama kali bagi pemain yang melakukan
service yang sukar atau sulit diterima oleh pihak lawan dapatlah dipakai suatu senjata untuk
mengadakan suatu serangan. (Drs. Soetomo, 1985 : 553).

2
C. Macam-macam Service

Di dalam permainan tenis meja ada 2 macam service yaitu :

1. Tehnik Service Forehand

Service Forehand adalah service yang dilakukan dengan bagian depan bet/raket, di sebelah
kanan badan bagi seorang pemain yang memegang bet dengan tangan kanan atau sebelah kiri
badan bagi seorang pemain kidal. (Napitupulu, 1982 : 57).

 Posisi Kaki, Service forehand memiliki sikap dasar badan agak condong ke arah meja,
dengan pengertian bahwa kaki kiri berada di depan, (bagi yang tidak kidal).
 Posisi Lengan, Lengan atas membentuk sudut kecil dengan tubuh lengan bahwa
mengarah ke bawah.
 Posisi Bet, Saat melakukan service bet terbuka, maksud dari bet terbuka adalah waktu
perkenaan bola posisi bagian depan bet menghadap ke depan.
 Gerakan service dilakukan dari bawah ke atas, dari kanan ke kiri, dari belakang ke depan.

2. Tehnik Service Backhand

Service Backhand adalah Service yang dilakukan dengan menggunakan bagian belakang
kepala bet/raket. (Nupitupulu, 1982 : 10).

 Sikap Posisi Kaki, Kedua kaki berdiri paralel dengan meja.


 Sikap Lengan, Lengan mengarah ke depan, lengan bawah membentuk sudut yang lebih
besar. Tangan yang memegang bet lebih dekat dengan tubuh dari pada siku.
 Posisi Bet, Selama melakukan service bet terbuka. Pada waktu melakukan service posisi
bagian depan bet menghadap ke depan.
 Gerakan Service, Gerakan service dilakukan dari belakang ke depan, dari kiri ke kanan,
dan dari atas ke bawah.
 Pengembalian Bola, Dalam usaha mengembalikan bola pada dasarnya adalah tidak
memberikan kesempatan pada para pemain untuk mematikan bola tersebut.

3
D. Sarana dan Prasarana Tenis Meja

1) Lapangan pertandingan tenis meja

 Panjang daun meja = 274,0 – 274,5 cm.


 Lebar daun meja = 152,5 – 153,0 cm.
 Tebal garis sisi dan garis tengah meja = 2,1-2,5 cm dan warna putih.
 Tinggi meja dari lantai 76,0-76,25 cm.
 Lebar garis pembagi pemain 3 mm.
 Daya pantul daun meja 22 – 25 cm, bila bola tenis meja dijatuhkan dari
ketinggian 30,5 cm.
 Jarak proyeksi sisi daun meja terhadap kaki meja terdekat tidak kurang dari 25
cm.
 Jarak proyeksi ujung daun terhadap kaki meja terdekat tidak kurang dari 25 cm.
 Memiliki 8 roda pelat putar ukuran 2 inchi (50 mm).
 Kaki meja dari besi dan terdapat pengatur ketinggian kaki meja.
 Meja dapat dilipat menjadi 2 bagian.
 Kaki meja dapat dilipat ke dalam (sistem knock down) sehingga memudahkan
packing.
 1 set meja tenis meja masuk dalam 1 dus carton box.
 Bahan daun meja dari partikel board (PB).
 Warna meja Hijau.
 Sesuai Standar PTMSI (Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia).

4
2) Net

 Perangkat net harus terdiri dari net, perpanjangannya dan kedua tiang penyangga,
termasuk kedua penjepit yang dilekatkan ke meja
 Net harus terpajang dengan bantuan tali yang melekat pada kedua sisi atas tiang
setinggi 15,25 cm, batas perpanjangan kedua tiang di setiap sisi akhir lebar meja
adalah 15,25 cm.
 Ketinggian sisi atas net secara keseluruhan harus 15,25 cm di atas permukaan
meja
 Dasar net sepanjang lebar meja harus rapat dengan permukaan meja dan
perpanjangan ujung net harus serapat mungkin dengan tiang penyangga

3) Bola

 Bola harus bulat dengan diameter 40 mm


 Berat bola harus 2,7 gr
 Bola harus terbauat dari bahan celluloid atau sejenis bahan plastik dan harus
berwarna putih atau oranye dan pudar (tidak mengkilap).

E. Pereturan Pertandingan Tenis Meja

1. Set (Game)

Beberapa ketentuan mengenai set atau game antara lain sebagai berikut:

 Suatu set (game) dinyatakan dimenangkan oleh seorang pemain atau pasangan yang
terlebih dahulu mendapatkan skor atau angka 11. Jika kedua pemain atau pasangan sama-
sama mendapat angka 10 (10 –10), maka permainan akan dimenangkan oleh pemain
yang terlebih dahulu unggul 2 poin.
 Suatu pertandingan terdiri atas 3 game, 5 game, 7 game, atau 9 game terbaik.
 Permainan harus terus berlanjut hingga selesai selama  game berlangsung, kecuali dalam
pergantian set (di antara game) pemain diperbolehkan istirahat selama tidak lebih dari
satu menit.

5
2. Sistem Pertandingan

 Sistem Pertandingan pada kompetisi ini menggunakan sistem gugur. Dengan system
pertandingan adalah Best of Three pada penyisihan sampai semifinal dan Best of Five
pada Final dan eksibisi.
 Kategori yang dimainkan untuk Tabel Olimbud 1 adalah Tunggal Putra, Tunggal Putri,
dan Ganda Campuran.
 Kategori yang dimainkan untuk Tabel Olimbud 2 adalah Tunggal Putra.

3. Sistem Penilaian Pertandingan

a. Untuk Tunggal :

 Setiap bola mati menghasilkan nilai satu untuk pemain lawan.


 Servis berganti pemain setelah pemain tersebut melakukan servis sebanyak 2x.
 Pemegang servis bebas menempatkan bola dari segala penjuru lapangan.
 Permainan satu set berakhir apabila pemain mencapai nilai 11 dan kemenangan diraih
apabila mencapai jumlah kemenangan set yang ditentukan.
 Apabila terjadi deuce, permainan berakhir jika selisih nilai adalah 2. Contoh : 15-13, 18-
16.

b. Untuk Ganda :

 Setiap bola mati menghasilkan nilai satu untuk pemain lawan.


 Servis berganti pemain setelah pemain tersebut melakukan servis sebanyak 2x.
 Pemain bergantian menerima bola dari lawan.
 Pemegang servis hanya bisa melakukan servis dari sisi kanan lapangan ke arah sisi kiri
lapangan lawan.
 Permainan satu set berakhir apabila pemain mencapai nilai 11 dan kemenangan diraih
apabila mencapai jumlah kemenangan set yang ditentukan.
 Apabila terjadi deuce, permainan berakhir jika selisih nilai adalah 2. Contoh : 15-13, 18-
16
 Netting, terjadi ketika bola servis mengenai net. Pemain yang melakukan netting
sebanyak 3x akan kehilangan poin (pihak lawan akan mendapat 1 poin).
 Dalam permainan ganda, bola servis yang masuk ke sisi lapangan kanan lawan (sisi yang
salah) dianggap tidak masuk. Pemain lawan kemudian akan memperoleh 1 poin.
 Bola servis harus dilempar. Ketika pemain melakukan servis tanpa melempar bola
terlebih dahulu, dianggap poin (pihak lawan akan mendapat 1 poin).

6
F. Organisasi Penyelenggaraan Pertandingan

Dalam penyelenggaraan suatu pertandingan, terutama pertandingan pada tingkat atas,


para pelaksana pertandingan tersebut haruslah terdiri atas orang-orang yang memahami betul
dalam bidangnya. Hal ini dilakukan agar semua rencana berjalan dengan balk dan lancar. Dalam
ilmu manajemen dijelaskan bagaimana cara yang baik untuk menyelesaikan suatu kegiatan agar
pembiayaan lebih hemat dan waktunya lebih singkat dengan hasil yang memuaskan bagi semua
peserta, para panitia dan penonton.

Tahap-tahap penyelenggaraan pertandingan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Planning

Perencanaan (Planning) merupakan langkah awal suksesnya penyelenggaraan pertandingan.


Perencanaan yang baik akan menghasilkan mutu penyelengaraan yang baik pula. Berikut
beberapa perencanaan yang perlu untuk diperhatikan.

1. Planning tempat

Penentuan tempat pertandingan perlu mempertimbangkan beberapa hal berikut ini

 WC untuk para pengunjung harus cukup airnya dan bersih.

 Meja, beberapa meja yang dapat dipasang dalam gedung tersebut.

 Tempat parkir.

 Tempat pemain harus dipisahkan dari tempat penonton.

 Kursi untuk para wasit, scoring board, meja panitia, kursi panitia dan lain sebagainya.

2. Planning Waktu

 Tanggal berapa pertandingan akan dilaksanakan dan tanggal berapa pertandingan akan
berakhir?

 jam berapa pertandingan akan dimulai serta berapa session (pagi, slang, malam)?

 Kapan diadakan upacara pembukaan, upacara pembagian hadiah serta upacara


penutupan?

3. Planning Fungsi

Planning Fungsi antara lain:

 Fungsi pelaksanaan pertandingan: wasit, scoring board serta panitia lainnya.

7
 Fungsi peralatan, misalnya: net, bola, lapangan, scoring board, dan lain-lain.

 Fungsi humas, penerima tamu dan panitia yang lainnya.

4. Planning Tujuan

Pertandingan dapat dikatakan sukses apabila semua orang yang terlibat dalam acara itu
seperti atlet, pelaksana pertandingan, dan penonton merasa puas. Tujuan ini dapat tercapai antara
lain dengan memperhatikan kinerja-kinerja pada setiap organisasi.

b. Organizing

Pengorganisasian (Organizing) mutlak diperlukan agar rencana dan tujuan yang telah
ditetapkan berjalan dengan lancar dan tertib. Menyusun struktur organisasi dimaksudkan agar
setiap bagian mengetahui tugas dan kewenangannya.

Macam-macam organisasi dalam pertandingan tenis meja sebagai berikut:

 Ketua pertandingan

Ketua pertandingan harus bertanggung jawab untuk :

a) Memimpin dan menyelenggarakan pertandingan

b) Memimpin "technical meeting" dan mengatur jadwal pertandingan

c) Memimpin dan mengarahkan pelaksanaan tugas semua seksi yang berada di bawahnya

 Pengawas Pertandingan (Supervisor)

Menampung dan memutuskan semua permasalahan teknis dan non-teknis yang timbal dari
para peserta yang diajukan oleh pimpinan pertandingan (teknis). Keputusannya adalah mutlak
dan final.

 Sekretaris pertandingan

Sekretaris pertandingan bertanggung jawab untuk :

a) Membantu ketua pertandingan dalam tugas-tugas administrasi pertandingan

b) Mengkoordinir seksi-seksi di bawah ketua pertandingan

c) Bertanggung jawab kepada ketua pertandingan

8
 Referee

Pada setiap pertandingan, referee harus ada dan tempat dan identitasnya harus diketahui oleh
peserta, dan sebaiknya diketahui oleh kapten tim.

Referee  bertanggung jawab untuk :

a) memimpin undian

b) penjadwalan pertandingan dengan waktu dan meja pertandingan

c) ketentuan (keseragaman) untuk wasit/petugas pertandingan

d) memimpin pertemuan dengan para wasit/petugas pertandingan sebelum pertandingan


dimulai

e) mengambil tindakan disiplin terhadap pelanggaran ketentuan dan sikap atau hal lain yang
melanggar peraturan

f) Apabila Referee menganggap perlu, ia dapat mengganti wasit, asisten wasit kapan saja,
tetapi ia tidak boleh mengubah keputusan yang dibuat oleh wasit yang diganti yang
menjadi wewenangnya

g) Referee harus mengawasi pemain sejak saat tiba di arena tempat pertandingan hingga
keluar dari tempat tersebut.

 Wasit dan Pembantu Wasit

Seorang wasit dan seorang pembantu wasit harus ditunjuk untuk setiap pertandingan. Wasit
harus duduk atau berdiri sejajar dengan net dan pembantu wasit duduk disebelah meja
berhadapan dengannya.

Wasit harus bertanggung jawab untuk :

a) memeriksa keabsahan peralatan dan kondisi tempat pertandingan dan melaporkan kepada
referee apabila terdapat kekurangan/ kerusakan.

9
b) melakukan undian untuk menentukan yang servis, penerima bola, atau tempat

c) memutuskan setiap reli sebagai suatu poin atau let

d) mengucapkan poin/skor sehubungan dengan prosedur yang ditentukan

e) menjaga kelangsungan permainan

f) mengambil tindakan bagi pelanggar ketentuan coaching/nasihat atau ketentuan sikap

Pembantu wasit harus bertanggung jawab untuk :

a) memutuskan apakah servis pemain tidak sah

b) memutuskan apakah bola menyentuh net pada saat servis

c) memutuskan apakah pemain menyentuh bola

d) memutuskan apakah kondisi permainan terganggu dan dapat mempengaruhi hasil suatu
reli

e) memastikan waktu pemanasan, interval antara game/set, dan lamanya pertandingan

f) Baik pembantu wasit maupun salah satu petugas lain dapat bertugas sebagai pencatat
pukulan, menghitung pukulan penerima bola atau pasangannya ketika sistem percepatan
waktu diberlakukan

g) Wasit harus mengawasi pemain dari saat masuk ke arena tempat pertandingan hingga
keluar arena setelah pertandingan selesai.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bermain tenis meja ada dua tenaga yang paling mendasar; yang satuadalah tenaga
pukulan membentur bola yamg lebih di kenal dengan sebutanmemukul, dan yang satunya lagi
adalah tenga pergesekan yang lebih di kenaldengan sebutan mengesek bola. Selain bola yang
tinggi dekat net., dapat di pukulsecara ringkas, memukul bola-bola yang lainya harus dilengkapi
dengan gesekanCara Memegang Bet dan Mengontrtol Bet ketika Bet dipegang tidak sempurna
akan membuat pukulan anda tidak sempurnna pula. Contohnyaseseorang bisa melakukan
pukulan forhand yang sempurna dengan caramemegang bet yang tidak sempurna, tapi karena
gerakan tubuh anda tidak akanmampu melakukan pukulan backhand dengan sempurna.

B. Saran

11
Bermain tennis meja juga menuntut kemampuan gerak dan ketepatan dalam
menempatkan bola, Untuk dapat bermain tennis meja kita harus banyak berlatih dan bagi yang
anda harus memupuk kerja sama yang ulet karena dalam permainan ini sangat diperlukan
kebersamaan.

DAFTAR PUSTAKA

1.        Stiles, K.E. dan Loucks-Horsley, S. 1998. Professional Development Strategies: Proffessional
Learning Experiences Help Teachers Meet the Standards. The Science Teacher. September
1998. hlm. 46-49).
2.        Sumargi. 1996. Profesi Guru Antara Harapan dan Kenyataan. Suara Guru No. 3-4/1996. Hlm.
9-11.
3.        Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Jakarta: Depdikbud.
Surya, H.M. 1998. Peningkatan Profesionalisme Guru Menghadapi Pendidikan Abad ke-21n (I);
Organisasi & Profesi. Suara Guru No. 7/1998. Hlm. 15-17.
Tilaar, H.A.R. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Abad
21. Magelang: Indonesia Tera.

12
4.        Trilling, B. dan Hood, P. 1999. Learning, Technology, and Education Reform in the Knowledge
Age or "We're Wired, Webbed, and Windowed, Now What"? Educational Technology may-June
1999. Hlm. 5-18.

http://www.tenismeja.org/organisasi/peraturan/peraturan-tenis-meja.html

2. PERATURAN TENIS MEJA

2.01 MEJA

2.01.01 Permukaan meja atau meja tempat bermain harus berbentuk segi empat dengan panjang
2,74m dan lebar 1,525m, dan harus datar dengan ketinggian 76 cm di atas lantai.

2.01.02 Permukaan meja tidak termasuk sisi permukaan meja.

2.01.03 Permukaan meja boleh terbuat dari bahan apa saja namun harus menghasilkan pantulan
sekitar 23 cm dari bola yang dijatuhkan dari ketinggian 30 cm.

2.01.04 Seluruh permukaan meja harus berwarna gelap dan pudar dengan garis putih selebar 2
cm pada tiap sisi panjang meja 2,74 m dan tiap lebar meja 1,525 m.

2.01.05 Permukaan meja dibagi dalam 2 bagian yang sama secara vertikal oleh net paralel
dengan garis akhir dan harus melewati lebar permukaan masing-masing bagian meja.

13
2.01.06 Untuk ganda, setiap bagian meja harus dibagi dalam 2 bagian yang sama dengan garis
tengah berwarna putih selebar 3mm, paralel dengan garis lurus sepanjang kedua bagian meja,
garis tengah tersebut harus dianggap menjadi 2 bagian kiri dan kanan.

2.02 PERANGKAT NET

2.02.01 Perangkat net harus terdiri dari net, perpanjangannya dan ke dua tiang penyangga,
termasuk kedua penjepit yang dilekatkan ke meja.

2.02.02 Net harus terpajang dengan bantuan tali yang melekat pada ke dua sisi atas tiang setinggi
15,25 cm, batas perpanjangan ke dua tiang di setiap sisi akhir lebar meja adalah 15,25 cm.

2.02.03 Ketinggian sisi atas net secara keseluruhan harus 15,25 cm di atas permukaan meja.

2.02.04 Dasar net sepanjang lebar meja harus rapat dengan permukaan meja dan perpanjangan
ujung net harus serapat mungkin dengan tiang penyangga.

2.03 B O L A

2.03.01 Bola harus bulat dengan diameter 40 mm.

2.03.02 Berat bola harus 2,7 gram.

2.03.03 Bola harus terbuat dari bahan selulosa (celluloid) atau sejenis bahan plastik, berwarna
putih atau oranye, dan tidak mengkilap.

2.04 RAKET / BET

2.04.01 Ukuran, berat dan bentuk raket tidak ditentukan, tetapi daun raket harus datar dan kaku.

2.04.02 Daun raket minimal 85 % terbuat dari kayu diukur dari ketebalannya; lapisan perekat di
dalam kayu dapat diperkuat dengan bahan yang berserat seperti serat karbon (carbon fibre) atau
serat kaca (glass fibre) atau bahan kertas yang dipadatkan, namun bahan tersebut tidak boleh
lebih dari 7,5 % dari total ketebalan atau berukuran 0,35 mm, yang lebih tipis yang dipakai
sebagai acuan.

14
2.04.03 Sisi daun raket yang digunakan untuk memukul bola harus ditutupi oleh karet licin/halus
maupun bintik, bila menggunakan karet bintik yang menonjol ke luar (tanpa spons) maka
ketebalan karet termasuk lapisan lem perekat tidak boleh lebih dari 2.0 mm, atau jika
menggunakan karet lapis (karet + spons) dengan bintik di dalamnya menghadap keluar atau ke
dalam maka ketebalannya tidak boleh lebih dari 4.0 mm sudah termasuk dengan lem perekat.

2.04.03.01 Karet bintik biasa adalah lapisan tunggal karet yang bukan seluler (cellular), sintetik
atau alami, dengan bintik yang menyebar dipermukaannya secara merata dengan kepadatan tidak
kurang dari 10 per-cm2 dan tidak lebih dari 30 per-cm2.

2.04.03.02 Karet lapis (sandwich rubber) adalah lapisan tunggal karet seluler (biasa disebut
spons) yang ditutupi/ditumpuk dengan satu lapisan luar karet bintik biasa (biasa disebut
topsheet), ketebalan dari karet bintik tidak lebih dari 2 mm.

2.04.04 Karet penutup daun raket tidak melebihi daun raket itu sendiri, kecuali pada bagian yang
terdekat dari pegangan raket dan yang ditutupi oleh jari-jari dapat ditutupi oleh bahan lain atau
tidak ditutupi.

2.04.05 Daun raket, lapisan yang ada di dalam dan lapisan yang menutupinya baik karet atau
lemnya pada sisi yang digunakan untuk memukul bola harus tiada sambungan dan ketebalannya
juga merata.

2.04.06 Permukaan karet yang menutup daun raket di satu sisi harus berwarna merah menyala di
satu sisi dan hitam di sisi lain (tidak sama dengan warna sebelahnya), atau permukaan daun raket
yang dibiarkan polos tanpa penutup harus berwarna pudar.

2.04.07 Karet penutup raket yang digunakan harus tanpa perlakuan bahan kimia, merubah
karakterisktik karet secara fisik, atau hal lainnya.

2.04.07.01 Apabila terjadi sedikit kekurangan/ penyimpangan pada warna dan kesinambungan
permukaan akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh kejadian yang tidak disengaja dapat
diijinkan sepanjang tidak merubah karakteristik dari permukaan karet.

2.04.08 Pada permulaan permainan dan kapan saja pemain menukar raketnya selama permainan
berlangsung, seorang pemain harus menunjukkan raketnya pada lawannya dan pada wasit dan
harus mengijinkan wasit dan lawannya untuk memeriksa/ mencobanya.

2.05 DEFINISI-DEFINISI

2.05.01 Suatu reli (rally) adalah suatu periode selama bola dalam permainan.

2.05.02 Bola dalam permainan mulai dari saat terakhir diam di telapak tangan bebas sebelum
bola dilambungkan pada saat servis hingga reli diputuskan sebagai suatu let atau poin.

15
2.05.03 Suatu let adalah suatu reli yang hasilnya tidak dinilai/dihitung.

2.05.04 Suatu poin adalah hasil suatu reli yang hasilnya dinilai/dihitung.

2.05.05 Tangan raket adalah tangan yang memegang raket.

2.05.06 Tangan bebas adalah tangan yang tidak memegang raket; lengan bebas adalah lengan
dari tangan bebas.

2.05.07 Seorang pemain memukul bola jika dia menyentuhnya dengan raket yang dipegangnya
atau bagian tangan dibawah pergelangan tangan yang memegang raket ketika bola masih dalam
permainan.

2.05.08 Seorang pemain yang menyentuh bola jika dia, atau apa saja yang dipakai atau
dibawanya, mengenai bola dalam permainan ketika bola masih berada/melintas di atas
permukaan meja dan belum melewati garis akhir, belum menyentuh bagian mejanya sejak
dipukul oleh lawannya.

2.05.09 Pelaku Servis/Pemain yang melakukan servis(server) adalah pemain yang memukul bola
pertama kalinya dalam suatu reli.

2.05.10 Penerima bola (receiver) adalah pemain yang memukul bola yang kedua pada suatu reli.

2.05.11 Wasit adalah seseorang yang ditunjuk untuk mengawasi permainan.

2.05.12 Pembantu wasit adalah seseorang yang ditunjuk untuk membantu wasit dengan
keputusan-keputusan tertentu.

2.05.13 Sesuatu yang dipakai atau dibawa oleh seorang pemain adalah segala sesuatu yang
dipakai atau dibawa, kecuali bola, pada saat reli dimulai.

2.05.14 Bola sudah harus dinyatakan melewati atau mengelilingi net jika telah melalui bagian
mana saja selain antara net dan tiangnya dan antara net dan permukaan meja.

2.05.15 Garis akhir adalah juga perpanjangan kedua arah sisi ujung meja.

2.06 SERVIS

2.06.01 Servis dimulai dengan bola diam berada di atas permukaan telapak tangan yang terbuka
dari tangan bebas pelaku servis (siap untuk dilambungkan).

2.06.02 Pelaku servis harus melambungkan bola secara vertikal ke atas, tanpa putaran, sehingga

16
bola naik minimal 16 cm dari permukaan telapak tangan bebas, kemudian turun tanpa menyentuh
apapun sebelum dipukul.

2.06.03 Pada saat bola turun, pelaku servis harus memukulnya sehingga menyentuh mejanya
terlebih dahulu dan setelah melewati net atau mengelilingi net kemudian menyentuh meja dari
penerima; pada permainan ganda, bola harus menyentuh bagian kanan dari masing-masing meja
pelaku servis dan penerima secara berurutan.

2.06.04 Dari mulai servis hingga bola dipukul, bola harus berada di atas perpanjangan
permukaan meja permainan (di belakang batas akhir meja) pelaku servis, dan bola tidak boleh
dihalangi dari pandangan penerima oleh pelaku servis atau pasangan gandanya atau apa saja
yang mereka bawa atau pakai.

2.06.05 Segera setelah bola dilambungkan, lengan dan tangan bebas pelaku servis harus
disingkirkan/ditarik dari ruang antara bola dan net.

Catatan: Ruang antara bola dan net (net dan tiang penyangga) ditentukan oleh bola yang
dilambungkan.

2.06.06 Menjadi tanggung jawab pemain untuk melakukan servis agar wasit atau pembantu wasit
dapat diyakinkan bahwa servisnya sesuai peraturan dan demikian juga untuk memutuskan bahwa
servisnya tidak benar.

2.06.06.01 Jika wasit atau pembantu wasit ragu atas keabsahan suatu servis, maka pada
kesempatan pertama pada pertandingan tersebut, dapat menghentikan pemainan dan
memperingatkan pelaku servis; tetapi untuk servis yang meragukan berikutnya yang dilakukan
oleh pemain atau pasangannya harus dinyatakan tidak benar/sah.

2.06.07 Pengecualian, wasit dapat melonggarkan persyaratan servis yang baik jika diyakini
bahwa rintangan tersebut disebabkan oleh kemampuan fisik yang tidak normal (cacat).

2.07 PENGEMBALIAN BOLA

2.07.01 Bola, setelah diservis atau dikembalikan, harus dipukul sehingga melewati/mengelilingi
net dan menyentuh meja lawan, baik secara langsung maupun setelah menyentuh perangkat net.

2.08 URUTAN PERMAINAN

2.08.01 Pada permainan tunggal, pelaku servis harus melakukan servis terlebih dahulu,
kemudian penerima harus melakukan pengembalian dan setelah itu pelaku servis dan penerima

17
secara bergantian melakukan pengembalian.

2.08.02 Pada permainan ganda, pelaku servis harus melakukan servis terlebih dahulu,
selanjutnya penerima melakukan pengembalian, kemudian, pasangan pelaku servis melakukan
pengembalian, pasangan penerima kemudian melakukan pengembalian dan akhirnya setiap
pemain melakukan pengembalian sesuai gilirannya.

2.08.03 Ketika pemain cacat yang duduk di kursi roda bermain ganda, pelaku servis melakukan
servis terlebih dahulu kemudian dikembalikan oleh penerima, tetapi setelah itu, siapa saja dari
mereka boleh melakukan pengembalian. Namun demikian, apabila kursi roda (bagian mana saja
dari kursi roda) melewati garis tengah meja, maka wasit menyatakan poin untuk lawannya.

2.09. SUATU LET

2.09.01 Reli dinyatakan let:

2.09.01.01 jika pada saat servis, bola melewati net dan menyentuhnya, kemudian bola masuk
atau dipukul oleh penerima atau pasangannya;

2.09.01.02 jika servis dilakukan pada saat penerima atau pasangannya belum siap, dan baik
penerima atau pasangannya tidak berusaha memukul bola/ mengembalikan;

2.09.01.03 jika gagal melakukan servis atau pengembalian atau jika sesuai dengan peraturan
bahwa hal tersebut disebabkan gangguan di luar kontrol pemain;

2.09.01.04 jika permainan dihentikan oleh wasit atau pembantu wasit;

2.09.01.05 Jika penerima pada pemain cacat yang menggunakan kursi roda dan pada saat servis,
apakah servisnya benar atau tidak

2.09.01.05.01 Setelah mengenai meja penerima (pantulan bola) mengarah ke net.

2.09.01.05.02 berhenti di bagian meja penerima.

2.09.01.05.03 pada salah satu bagian sisi meja, bola keluar setelah mengenai bagian samping
meja penerima.

2.09.02 Permainan dapat dihentikan

2.09.02.01 untuk mengoreksi kesalahan urutan servis, penerima, atau tempat;

2.09.02.02 untuk memulai sistem percepatan waktu;

18
2.09.02.03 untuk menghukum dan memperingati pemain atau penasihat;

2.09.02.04 karena kondisi permainan terganggu dan mempengaruhi hasil reli.

2.10 SUATU POIN / SKOR

2.10.01 Selain reli dinyatakan let, pemain dinyatakan mendapat poin

2.10.01.01 jika lawannya gagal melakukan servis yang benar;

2.10.01.02 jika lawannya gagal melakukan pengembalian yang benar;

2.10.01.03 jika, setelah melakukan servis atau pengembalian, bola menyentuh apa saja selain net
sebelum dipukul oleh lawannya;

2.10.01.04 jika bola melewati meja atau berada di luar permukaan meja, tanpa menyentuh meja;

2.10.01.05 jika lawannya menyentuh bola;

2.10.01.06 jika lawannya dengan sengaja memukul bola dua kali secara beruntun;

2.10.01.07 jika lawannya memukul bola dengan sisi daun raket yang tidak dilapisi karet atau
tidak sesuai dengan ketentuan 2.04.03, 2.04.04., dan 2.04.05;

2.10.01.08 jika lawannya, atau apa saja yang dipakainya menggerakkan permukaan meja;

2.10.01.09 jika lawannya atau apa saja yang dipakai menyentuh net;

2.10.01.10 jika tangan bebas lawannya menyentuh permukaan meja;

2.10.01.11 jika, dalam permainan ganda, setelah pelaku servis pertama melakukan servis ke
penerima dengan benar, kemudian lawannya memukul bola di luar dari urutannya;

2.10.01.12 seperti yang dijelaskan dalam sistem percepatan waktu (2.15.04).

2.10.01.13 jika pemain atau pasangan cacat yang menggunakan kursi roda dan

2.10.01.13.01  lawannya tidak tidak berada pada posisi duduk yang minimal pada kursi rodanya,
belakang paha tidak menempel, ketika bola dipukul;

2.10.01.13.02  lawannya menyentuh bola dengan tangan mana saja sebelum memukul bola;

2.10.01.13.03 kaki lawannya menyentuh lantai semasa (bola) dalam permainan.

19
2.10.01.14 seperti yang dijelaskan pada urutan permainan (2.08.03).

2.11 SUATU GAME/SET

2.11.01 Suatu game dinyatakan dimenangkan oleh seorang pemain/ pasangan yang pertama
mendapat poin 11, kecuali kedua pemain atau pasangan sama mendapatkan poin 10, pada situasi
ini, salah satu pemain atau pasangan harus mendapat selisih kemenangan 2 (dua) poin atas
lawannya.

2.12 SUATU PERTANDINGAN

2.12.01 Suatu pertandingan terdiri dari game/set ganjil terbaik.

2.13 MEMILIH SERVIS, MENERIMA BOLA, ATAU TEMPAT

2.13.01 Hak untuk memilih urutan servis, menerima bola, atau tempat harus diputuskan oleh
undian dan pemenangnya dapat memilih servis, atau menerima bola, atau memilih tempat
terlebih dahulu;

2.13.02. Bila salah satu pemain/pasangan telah memilih servis atau menerima atau memilih
tempat, maka lawannya harus memilih yang lainnya;

2.13.03 Setelah mencapai 2 (dua) poin, penerima/pasangan yang harus menjadi pelaku servis,
dan seterusnya secara bergantian hingga game selesai, kecuali kedua pemain/pasangan telah
sama-sama mencapai poin 10 atau sistem percepatan waktu diberlakukan, maka urutan servis
dan menerima tetap sama tetapi tiap pemain harus melakukan servis 1 kali secara bergantian;

2.13.04 Pada setiap game/set dalam pertandingan ganda, pasangan yang berhak melakukan servis
terlebih dahulu harus menentukan siapa dari mereka yang melakukan servis pertama dan
penerima bola juga harus menentukan siapa yang terlebih dahulu menerima bola; pada game/set
berikutnya, pemain yang melakukan servis (server) pertama ditentukan oleh pasangan tersebut
dan penerima adalah pemain yang melakukan servis kepadanya pada game sebelumnya;

2.13.05 Dalam ganda, tiap pindah servis, penerima sebelumnya menjadi pelaku servis dan
pasangan yang melakukan servis sebelumnya menjadi penerima servis.

20
2.13.06 Pemain/pasangan yang melakukan servis pertama pada suatu game/set menjadi penerima
pada game/set berikutnya dan untuk game terakhir/penentuan pada pertandingan ganda,
pasangan yang menerima bola kemudian harus merubah urutan yang menerima apabila salah
satu pasangan telah mencapai poin 5;

2.13.07 Pemain/pasangan yang memulai pada suatu sisi (tempat) dalam suatu game akan pindah
tempat pada game berikutnya dan pada game/set penentuan, pemain/pasangan, harus tukar
tempat jika salah satunya telah mendapat skor/poin 5.

2.14 KESALAHAN URUTAN SERVIS, PENERIMA, ATAU TEMPAT

2.14.01 Jika pemain melakukan kesalahan urutan servis (server maupun receiver), permainan
harus segera dihentikan oleh wasit dan dilanjutkan sesuai dengan urutan yang sebenarnya siapa
yang seharusnya melakukan servis dan menerima bola pada skor/angka yang telah dicapai,
sesuai dengan urutan pada saat mulai pertandingan dan, dalam permainan ganda, sesuai dengan
urutan pemain yang telah ditetapkan untuk melakukan servis pertama dalam game/set tersebut
sejak kesalahannya ditemukan.

2.14.02 Jika para pemain tidak bertukar tempat pada saat mereka seharusnya melakukannya,
wasit harus menghentikan permainan dan dilanjutkan sesuai dengan pemain yang sebenarnya
pada skor yang telah diraih, disesuaikan dengan urutan yang telah ditetapkan pada saat
pertandingan dimulai.

2.14.03 Dalam keadaan apapun, semua poin yang telah diraih sebelum kesalahan ditemukan
harus dihitung.

2.15 SISTEM PERCEPATAN WAKTU (Expedite System)

2.15.01 Kecuali seperti yang dijelaskan pada 2.15.02, sistem percepatan waktu harus
diberlakukan setelah 10 menit permainan dalam satu game atau kapan saja diminta oleh kedua
pemain atau pasangan.

2.15.02 Sistem percepatan waktu tidak lagi berlaku dalam satu game jika skor yang sudah diraih
berjumlah 18 (delapan belas).

2.15.03 Jika bola masih dalam permainan ketika batas waktu telah habis, permainan harus
diberhentikan oleh wasit dan dilanjutkan dengan mengulang servis oleh pemain yang melakukan
servis pada saat permainan berlangsung; jika bola tidak dalam permainan (bola mati) dan sistem
percepatan waktu harus diberlakukan, permainan dilanjutkan dengan pelaku servis adalah yang
menerima bola pada reli sebelumnya.

21
2.15.04 Setelah itu, setiap pemain harus melakukan servis 1 kali secara bergantian hingga game
berakhir, dan jika pemain/pasangan yang menerima telah melakukan 13 kali pengembalian,
penerima mendapat satu poin.

2.15.05 Pemberlakuan sistem perccepatan waktu harus tidak merubah urutan servis dan penerima
pada pertandingan tersebut, seperti yang diuraikan pada 2.13.06.

2.15.06 Sekali diterapkan, sistem percepatan waktu harus terus diberlakukan hingga
pertandingan selesai.

3. KETENTUAN KOMPETISI INTERNASIONAL

3.01 BATASAN KETENTUAN DAN PERATURAN

3.01.01 Jenis Kompetisi

3.01.01.01 Suatu Kompetisi Internasionaladalah yang mencakup para pemain lebih dari satu
Asosiasi.

3.01.01.02 Suatu Pertandingan Internasionaladalah pertandingan antar regu yang mewakili


beberapa Asosiasi.

3.01.01.03 Suatu Turnamen Terbukaadalah ternamen yang dapat diikuti oleh seluruh Asosiasi.

3.01.01.04 Suatu Turnamen Terbatasadalah turnamen yang terbatas bagi pemain dari regu
tertentu selain kelompok umur.

3.01.01.05 Suatu Turnamen Invitasiadalah turnamen yang diikuti oleh asosiasi atau pemain
tertentu yang diundang secara individu.

3.01.02 Hal-hal yang berlaku.

3.01.02.01 Kecuali seperti yang diterangkan pada 3.01.02.02, Peraturan (bab 2) harus
diberlakukan pada Kejuaraan Dunia, Benua/Kontinental, Olympiade dan Paralimpik, Kejuaraan
Terbuka, dan pada Pertandingan Internasional jika disetujui oleh Asosiasi peserta.

3.01.02.02 Pengurus memiliki kekuatan untuk memberi wewenang kepada penyelenggara


kejuaraan terbuka untuk mengadopsi beberapa variasi peraturan yang diujicoba secara khusus
oleh Komite Eksekutif (ITTF).

3.01.02.03 Ketentuan Kompetisi Internasional harus diterapkan untuk :

22
3.01.02.03.01 Jenis Kejuaraan Dunia, Olimpiade, dan Paralimpik jika tidak disetujui oleh Dewan
Pengurus dan diumumkan sebelumnya kepada Asosiasi peserta;

3.01.02.03.02 Kompetisi dengan nama tingkat benua/kontinental, kecuali jika tidak disetujui oleh
Federasi Kontinental yang sesuai dan diumumkan sebelumnya kepada Asosiasi peserta;

3.01.02.03.03 Kejuaraan Terbuka Internasional (3.07.01.02), kecuali jika tidak disetujui oleh
Komite eksekutif dan diterima oleh peserta sesuai dengan 3.01.02.04.

3.01.02.03.04 Kejuaraan terbuka, kecuali seperti dijabarkan dalam 3.01.02.04.

3.01.02.04 Bilamana dalam kejuaraan terbuka tidak menggunakan salah satu peraturan di atas,
variasi yang ditimbulkan harus diuraikan secara khusus dalam formulir pendaftaran; uraian yang
disampaikan dalam formulir dianggap sebagai suatu kondisi yang dapat diterima dalam
kompetisi, termasuk variasi tersebut.

3.01.02.05 Peraturan dan ketentuan tersebut diperuntukkan bagi seluruh kompetisi internasional
kecuali menurut pengamatan Konstitusi, pada turnamen internasional yang terbatas dan sifatnya
undangan dan kompetisi internasional yang diselenggarakan oleh badan organisasi yang bukan
anggota (ITTF) dapat menggunakan peraturan sesuai dengan kewenangan penyelenggara.

3.01.02.06 Peraturan dan ketentuan untuk kompetisi internasional harus dapat diperkirakan akan
diterapkan jika beberapa penambahan tidak memerlukan persetujuan dikemudian hari atau dibuat
jelas dalam peraturan kompetisi yang dipublikasikan.

3.01.02.07 Penjelasan dan interpretasi peraturan secara rinci, termasuk spesifikasi peralatan
harus dipublikasikan dalam Panduan Teknis (prospektus) yang diakui oleh Dewan Pengurus dan
dalam Buku Pegangan bagi para Wasit dan Referee.

3.02 KONDISI TEMPAT PERTANDINGAN DAN PERALATAN

3.02.01 Peralatan yang diakui dan disetujui

3.02.01.01. Persetujuan dan pengakuan peralatan pertandingan harus dilaksanakan oleh komite
peralatan atas nama Dewan Pengurus; persetujuan dan pengakuan tersebut dapat disaksikan oleh
Dewan Pengurus setiap saat jika kelangsungannya merugikan bagi olahraga.

3.02.01.02 Formulir pendaftaran atau prospektus untuk Kejuaraan Terbuka harus menjelaskan
warna dan merek meja, net yang akan digunakan, pemilihan peralatan harus berdasarkan
Asosiasi tempat penyelenggaraan, jenis dan merek yang dipilih harus sesuai dengan ketentuan
ITTF yang terbaru.

23
3.02.01.03 Karet raket yang digunakan untuk memukul bola harus sesuai dengan merek dan jenis
yang disahkan terakhir oleh ITTF dan harus melekat pada daun raket sehingga logo ITTF dan
merek, dan penyalur (supplier), serta nomor ITTF (jika ada) terlihat jelas ditepi permukaannya.

Daftar peralatan dan material yang diakui oleh ITTF dapat dilihat di web-site ITTF.

3.02.01.04 Kaki meja untuk pemain yang menggunakan kursi roda haruslah berjarak sedikitnya
40cm dari ujung meja.

3.02.02 Pakaian Bertanding

3.02.02.01 Pakaian pertandingan biasanya terdiri dari kaos lengan pendek atau tanpa lengandan
celana pendek atau rok atau bagian/perangkat pakaian olahraga, sepatu dan kaos kaki. Pakaian
lain, seperti trainingspak atau bagiannya, tidak dapat digunakan kecuali atas seizin Referee.

3.02.02.02 Warna dasar/utama pakaian, celana pendek atau rok, selain dari kerah dan lengan
baju, harus berbeda dari warna bola yang digunakan.

3.02.02.03 Pada bagian belakang pakaian dapat bertuliskan nomor atau huruf untuk
mengidentifikasi pemain, asosiasinya, atau klubnya ketika mewakili klub, dan iklan sesuai
dengan yang diuraikan pada 3.02.04.09. Jika pada bagian belakang mencantumkan nama pemain,
hal tersebut ditempatkan persis di bawah kerah kaosnya.

3.02.02.04 Nomor punggung apa saja yang digunakan oleh penyelenggara bagi pemain harus
mendapat ruang untuk iklan yang dipasang dibelakang kostum, lebar nomor punggung harus
tidak lebih besar dari 600cm2.

3.02.02.05 Corak apa saja yang terdapat pada sisi atau depan kostum termasuk perhiasan yang
dipakai pemain harus tidak menyilaukan lawannya.

3.02.02.06 Tidak diperbolehkan adanya pola dan tulisan pada kostum pemain yang dapat
menimbulkan suasana permainan menjadi terganggu.

3.02.02.07 Segala pertanyaan yang berhubungan dengan keabsahan kostum pertandingan harus
diputuskan oleh Referee.

3.02.02.08. Pada kejuaraan dunia, Olimpiade atau Paralimpik, pemain pada pertandingan Beregu
dan pemain ganda dari asosiasi yang sama harus berpakaian seragam, kecuali untuk kaos kaki,
sepatu, nomor, ukuran, warna dan disain iklan pada pakaian. Untuk kejuaraan internasional
lainnya, pemain ganda dari asosiasi yang sama dapat memakai pakaian yang berbeda merek, asal
warnanya sama dan diakui oleh asosiasinya.

3.02.02.09 Pemain/pasangan yang berlawanan harus memakai kostum yang warnanya benar-
benar berbeda agar dapat dengan mudah dibedakan/dikenali oleh penonton.

3.02.02.10 Apabila pemain atau regu yang berhadapan memakai warna kostum yang sama dan

24
tidak ada yang mengalah untuk mengganti kostumnya, maka keputusannya ditentukan melalui
undian oleh wasit.

3.02.02.11 Pemain yang mengikuti Olimpiade, Kejuaraan Dunia atau Paralimpik atau kejuaraan
internasional lainnya harus memakai kostum (kaos dan celana) yang disediakan asosiasinya.

3.02.03 Keadaan Tempat Pertandingan.

3.02.03.01 Area pertandingan haruslah bersegi empat dan (untuk 1 meja) tidak kurang dari :
panjang 14m, lebar 7m, dan tinggi 5m, tetapi ke-empat sudutnya dapat ditutupi sketsel
(pembatas) yang panjangnya tidak lebih dari 1,5m. Area pertandingan untuk pemain yang
menggunakan kursi roda dapat diperkecil, akan tetapi tidak kurang dari : panjang 8m dan lebar
6m.

3.02.03.02 Perlengkapan/peralatan berikut dapat dianggap sebagai bagian dari area permainan :
Meja termasuk net, kursi dan meja wasit, petunjuk/papan skor, tempat handuk, nomor meja,
pembatas, karpet, papan nama pemain atau daerah/asosiasinya.

3.02.03.03 Sebagai pemisah antara area pertandingan yang satu dengan yang lain dan dari
penonton, area harus ditutupi sekelilingnya dengan (sketsel) ketinggian 75cm, dan dengan latar
belakang warna gelap.

3.02.03.04 Intensitas cahaya pada Olimpiade, Kejuaraan Dunia atau Paralimpik,setelah diukur
dari permukaan meja, tidak kurang dari 1000 lux merata keseluruh permukaan meja
pertandingan dan 500 lux disekelilingnya; pada kejuaraan lain, intensitasnya boleh 600 lux pada
permukaan meja dan 400 lux sekelilingnya.

3.02.03.05 Bila beberapa meja sedang digunakan, cahaya lampu juga harus sama dengan yang
lainnya, dan cahaya latar/tambahan pada area pertandingan tidak lebih besar dari cahaya yang
ada di area tersebut.

3.02.03.06 Sumber cahaya lampu harus tidak kurang dari 5m dari lantai.

3.02.03.07 Latar belakang warna pada umumnya haruslah gelap dan tidak dimasuki sinar
matahari melalui pintu/dinding/atap yang terbuka.

3.02.03.08 Lantai tidak boleh berwarna cerah dan menimbulkan pantulan cahaya atau licin dan
permukaannya tidak dari batu bata, beton atau batu; akan tetapi, lantai untuk event kursi roda
dapat terbuat dari semen.

3.02.03.08.01 Pada Olimpiade, Kejuaraan Dunia dan Paralimpik, lantai harus dari kayu atau
karpet gulung sintetis dengan merek dan tipe yang diakui oleh ITTF.

3.02.04 Kontrol Raket

3.02.04.01 Menjadi kewajiban pemain untuk meyakinkan bahwa karet yang mereka

25
pakai/rekatkan tidak dilapisi lem atau perekat yang mengandung cairan berbahaya/terlarang.

3.02.04.02 Tempat/pusat control/tes raket harus disediakan pada seluruh Kejuaraan Dunia ITTF,
event Olimpiade dan Paralimpik serta beberapa ITTF Pro Tour and Event Sirkuit Junior dan
dapat juga disediakan pada Kompetisi Regional dan Benua.

3.02.04.02.01 Tempat kontrol raket untuk pengetesan karet, sesuai dengan kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan oleh Panitia Eksekuif dengan rekomendasi dari Panitia Peralatan dan
Wasit dan Komite Referee untuk meyakinkan bahwa raket memenuhi persyaratan ITTF
termasuk ketebalan, ke-rata-an dan kandungan cairan yang berbahaya (efektif 1 April 2012).

3.02.04.02.02 Tes kontrol raket harus dilakukan secara acak setelah pertandingan apabila pemain
tidak menyerahkan raketnya untuk dites sebelum pertandingan, akan tetapi mulai dari perempat
final, tes raket dilakukan sebelum pertandingan pada nomor perorangan dan pertandingan
individual tertentu pada nomor beregu.

3.02.04.02.03 Raket yang tidak lolos tes Kontrol Raket sebelum pertandingan tidak dapat
digunakan tetapi dapat diganti dengan raket yang kedua/lainnya dan akan dites setelah
pertandingan selesai.dalam hal raket yang tidak lolos pada control raket yang dilakukan secara
acak selesai pertandingan, pemain tersebut dikenakan hukuman.

3.02.04.02.04 Seluruh pemain diberi hak agar raketnya dites secara sukarela tanpa hukuman
sebelum pertandingan.

3.02.04.03 Pemain yang mengalami kegagalan tes raket dalam bentuk apapun sebanyak empat
kali dalam waktu empat tahun, pemain tersebut dapat menyelesaikan pertandingannya pada event
tersebut, tetapi untuk berikutnya, pemain tersebut dikenakan sanksi/hukuman tidak boleh
bertanding selama 12 bulan (efektif 1 April 2012).

3.02.04.03.01 ITTF harus mengumumkan sanksi kepada pemain tersebut secara tertulis.

3.02.04.03.02 Pemain yang dikenakan sanksi dapat mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase
Olahraga dalam waktu 21 hari sejak surat sanksi diterima; sanksi yang telah dijatuhkan tetap
berlaku meskipun surat banding diajukan.

3.02.04.04 ITTF melakukan pendataan terhadap semua kegagalan control raket yang terjadi sejak
1 September tahun 2010.

3.02.04.05 Area yang berventilasi dan layak harus disediakan untuk merekatkan karet, dan cairan
perekat tidak lagi boleh digunakan pada arena gedung tempat/venues pertandingan

“Venues pertandingan”adalah bagian dari gedung pertandingan yang digunakan untuk tenis meja
dan fasilitas lain yang berhubungan dengan gedung dan area publik. (efektif 1 Juli 2012)

3.02.05 Iklan.

26
3.02.05.01 Dalam area pertandingan, iklan hanya diperbolehkan pada peralatan/perlengkapan
seperti pada 3.02.03.02 dan tidak boleh ada tambahan khusus.

3.02.05.02 Pada Olimpiade dan Paralimpik,penempatan iklan pada peralatan pertandingan, pada
kostum bertanding dan pakaian wasit, harus sesuai dengan ketentuan masing-masingdari IOC
dan IPC.

3.02.05.03 Dengan pengecualian cahaya/sinar yang muncul dari dalam, warna iklan dan
sketsel/pembatasyang memantulkan cahaya atau yang mengkilap tidak diperbolehkan di sekitar
area pertandingan.

3.02.05.03.01 Cahaya yang muncul dari (dalam) iklan atau pembatas tidak boleh
dipindah/diubah sejak mulai hingga selesai pertandingan termasuk saat interval.

3.02.05.04 Simbol atau huruf yang tertera di dalam sketsel harus berbeda warna dari warna bola
yang digunakandan tidak boleh lebih dari dua warna dan dalam ketinggian 40cm; untuk ini
diijinkan menggunakan warna latar yang sama, namun sedikit lebih cerah atau lebih gelap
(efektif 1 Juli 2012).

3.02.05.05 Tanda atau simbol di lantai harus benar-benar berbeda warna dari warna bola yang
digunakan; disarankan warna sedikit lebih gelap atau sedikit memiliki bayangan lebih cerah dari
warna latar (efektif 1 Juli 2012).

3.02.05.06 Tidak boleh lebih dari 4 buah iklan di lantai dalam areal pertandingan, 1 di tiap lantai
samping meja dan 1 di tiap sisi atas meja, masing-masing terdiri dari 2.5m2 luasnya; jarak tanda
iklan ini tidak boleh kurang 1m dari batas sketsel dan pada masing-masing ujung meja tidak
lebih dari 2m dari batas akhir meja.

3.02.05.07 Diperbolehkan 1 iklan nama penyalur atau logo permanendan 1 iklan temporer pada
tiap sisi atas meja dan 1 pada sisi belakang tempat dan tiap-tiap iklan tambahan tersebut
memiliki total panjangnya 60cm; Iklan yang temporer harus berbeda dari iklan yang permanen;
iklan tidak untuk merek meja/perusahaan peralatan yang sama dan tidak boleh ada iklan atau
logo perusahaan atau penyalur pada kaki meja, kecuali jika meja dan penyalur adalah sponsor
untuk turnamen tersebut (efektif 1 April 2012).

3.02.05.08 Iklan di Net harus lebih gelap atau sedikit bayangan lebih cerah dari warna dasar,
tidak lebih 3 cm dari ujung sisi sepanjang sisi atas meja dan tidak menggangu pandangan pada
celahnya.

3.02.05.09 Iklan pada meja wasit atau pada perlengkapan lainnya disekitar meja pertandingan
harus dalam batas 750cm2 totalnya di tiap permukaan.

3.02.05.10 Iklan pada kostum bertanding terbatas untuk

3.02.05.10.01 tanda merek yang normal, simbol atau nama dengan total area 24cm2;

27
3.02.05.10.02 tidak boleh lebih dari 6 iklan yang terpisah dengan jelas dalam satu kombinasi
dengan total area 600cm2 di depan, samping atau bahu kostum, dan tidak lebih 4 iklan di
depannya;

3.02.05.10.03 Tidak lebih dari 2 iklan pada belakang kostum dengan total area 400cm2;

3.02.05.10.04 Tidak lebih dari 2 iklan, terdiri dari suatu kombinasi dalam total area 120cm2
hanya di depan atau samping celana atau rok.

3.02.05.11 Iklan pada nomor punggung harus dalam total 100cm2.

3.02.05.12 Iklan pada pakaian wasit harus dalam total area 40cm2.

3.02.05.13 Tidak boleh ada iklan untuk rokok, minuman ber-alkohol, atau obat terlarang pada
kostum pemain.

3.02.06 Kontrol/Tes Doping

3.02.06.01 Seluruh pemain yang ikut pada saat kompetisi internasional, termasuk kompetisi
Junior diberlakukan tes doping oleh ITTF, Asosiasi Nasional pemain, dan Organisasi Anti
Doping lainnya bertanggungjawab pada tes di tempat kompetisi yang diikuti.

3.03 PETUGAS TEKNIS PERTANDINGAN

3.03.01 Referee

3.03.01.01 Pada setiap pertandingan, referee harus ada dan tempat dan identitasnya harus
diketahui oleh peserta, dan sebaiknya diketahui oleh kapten tim.

3.03.01.02 Referee bertanggungjawab untuk

3.03.01.02.01 memimpin undian;

3.03.01.02.02 penjadwalan pertandingan dengan waktu dan meja pertandingan;

3.03.01.02.03 ketentuan (keseragaman) untuk wasit/petugas pertandingan;

3.3.1.2.4 memimpin pertemuan dengan para wasit/petugas pertandingan sebelum pertandingan


dimulai;

3.3.1.2.5 mengecek keabsahan pemain untuk pertandingan yang diikuti;

3.3.1.2.6 memutuskan apakah permainan dapat ditunda bila terjadi sesuatu yang darurat;

28
3.3.1.2.7 memutuskan apakan pemain dapat meninggalkan arena selama pertandingan masih
berlangsung;

3.3.1.2.8 memutuskan apakah waktu pemanasan dapat diperpanjang;

3.3.1.2.9 memutuskan apakah pemain yang bertanding dapat memakai trainingspak;

3.3.1.2.10 memutuskan interpretasi pertanyaan yang timbul tentang ketentuan dan peraturan
pertandingan termasuk pakaian yang digunakan, peralatan, dan kondisi pertandingan;

3.3.1.2.11 memutuskan waktu dan tempat pemain untuk melakukan pemanasan selama
penundaan darurat permainan;

3.3.1.2.12 mengambil tindakan disiplin terhadap pelanggaran ketentuan dan sikap atau hal lain
yang melanggar peraturan.

3.03.01.03 Bila tugas referee didelegasikan kepada orang lain, dengan persetujuan panitia
penyelenggara, harus diumumkan kepada

peserta, dan selayaknya kepada kapten tim.

3.03.01.04 Referee yang telah ditentukan atau wakilnya harus ada sepanjang pertandingan.

3.03.01.05 Apabila Referee menganggap perlu, ia dapat mengganti wasit, asisten wasit kapan
saja, tetapi ia tidak boleh mengubah keputusan yang dibuat oleh wasit yang diganti yang menjadi
wewenangnya.

3.03.01.06 Referee harus mengawasi pemain sejak saat tiba di arena tempat pertandingan hingga
keluar dari tempat tersebut.

3.03.02 Wasit, Pembantu Wasit, dan Pencatat Pukulan

3.03.02.01 Seorang wasit dan seorang pembantu wasit harus ditunjuk untuk setiap pertandingan.

3.03.02.02 Wasit harus duduk atau berdiri sejajar dengan net dan pembantu wasit duduk
disebelah meja berhadapan dengannya;.

3.03.02.03 Wasit harus bertanggungjawab untuk

3.03.02.03.01 memeriksa keabsahan peralatan dan kondisi tempat pertandingan dan melaporkan
kepada referee apabila terdapat kekurangan/kerusakan.

3.03.02.03.02 mengambil bola secara acak seperti pada 3.04.02.01.01-02;

3.03.02.03.03 melakukan undian untuk menentukan yang servis, penerima bola, atau tempat;

29
3.03.02.03.04 memutuskan apakah persyaratan servis dapat diperlonggar bagi pemain yang cacat
fisik;

3.03.02.03.05 mengontrol urutan servis, penerima bola, tempat, dan mengoreksi kesalahan yang
terjadi;

3.03.02.03.06 memutuskan setiap reli sebagai suatu poin atau let.

3.03.02.03.07 mengucapkan poin/skor sehubungan dengan prosedur yang ditentukan;

3.03.02.03.08 memperkenalkan sistem percepatan waktu pada saatnya;

3.03.02.03.09 menjaga kelangsungan permainan;

3.03.02.03.10 mengambil tindakan bagi pelanggar ketentuan coaching/nasihat atau ketentuan


sikap;

3.03.02.03.11 Melakukan undian untuk menentukan pemain/pasangan/tim yang harus mengganti


pakaian bila terjadi kesamaan warna pakaian dan kedua pihak tidak ada yang mengalah untuk
mengganti pakaian.

3.03.02.03.12 Memastikan bahwa hanya orang yang berhak yang boleh berada di arena/area
pertandingan.

3.03.02.04Pembantu wasit harus

3.03.02.04.01 memutuskan apakah bola menyentuh atau tidak sisi atas meja yang terdekat
dengannya.

3.03.02.04.02 Memberitahukan wasit atas perlakuan yang berhubungan dengan nasihat dan sikap
(pemain/pemberi nasihat)

3.03.02.05 Baik wasit maupun pembantunya dapat

3.03.02.05.01 memutuskan apakah servis pemain tidak sah;

3.03.02.05.02 memutuskan apakah bola menyentuh net pada saat servis;

3.03.02.05.03 memutuskan apakah pemain menyentuh bola;

3.03.02.05.04 memutuskan apakah kondisi permainan terganggu dan dapat mempengaruhi hasil
suatu reli;

3.03.02.05.05 memastikan waktu pemanasan, interval antara game/set, dan lamanya


pertandingan.

30
3.03.02.06 Baik pembantu wasit maupun salah satu petugas lain dapat bertugas sebagai pencatat
pukulan, menghitung pukulan penerima bola atau pasangannya ketika sistem percepatan waktu
diberlakukan;

3.03.02.07 Keputusan yang dibuat oleh pembantu wasit atau pencatat pukulan sehubungan
dengan yang dijabarkan pada 3.03.02.5 tidak dapat diubah oleh wasit.

3.03.02.08 Wasit harus mengawasi pemain dari saat masuk ke arena tempat pertandingan hingga
keluar arena setelah pertandingan selesai.

3.03.03 Banding

3.03.03.01 Tidak ada persetujuan diantara pemain, dalam pertandingan perorangan, atau antara
kapten tim dalam pertandingan beregu, yang dapat mengubah keputusan, yang kenyataannya
dibuat oleh wasit yang bertugas, juga dalam interpretasi dari pertanyaan tentang ketentuan dan
peraturan oleh referee yang bertugas atau pertanyaaan lain tentang penyelenggaraan
pertandingan atau turnamen oleh panitia penyelenggara yang berwenang.

3.03.03.02 Tidak ada banding yang diajukan kepada referee untuk melawan keputusan yang
dibuat oleh wasit dan pembantu wasit yang berwenang atau oleh panitia penyelenggara atas
interpretasi pertanyaan tentang peraturan yang dibuat oleh referee.

3.03.03.03 Suatu banding boleh diajukan ke referee terhadap pertanyaan mengenai interpretasi
peraturan dan ketentuan keputusan yang dibuat wasit, dan keputusan referee adalah final.

3.03.03.04 Banding dapat diajukan ke Panitia Penyelenggara terhadap penjelasan pelaksanaan


pertandingan yang tidak tercantum pada ketentuan dan peraturan, dan keputusan panitia
penyelenggara adalah final.

3.03.03.05 Pada pertandingan perorangan, banding hanya dapat dilakukan oleh pemain yang
terlibat dalam masalah yang timbul, sedangkan pada beregu, hanya oleh kapten tim atas masalah
yang timbul pada pertandingan tersebut.

3.03.03.05.01 Nama kapten tim, bermain ataupun tidak, harus disampaikan kepada wasit
sebelum pertandingan dimulai.

3.03.03.06 Pertanyaan tentang interpretasi ketentuan dan peraturan yang dibuat oleh referee atau
akibat keputusan panitia penyelenggara dapat diajukan oleh pemain atau kapten tim melalui
induk organisasinya sebagai pertimbangan bagi panitia perumus peraturan ITTF.

3.03.03.07 Panitia perumus peraturan ITTF harus memberikan panduan untuk keputusan yang
akan datang, dan panduan keputusan ini dapat menjadi jawaban/sangsi dari protes yang
disampaikan oleh induk organisasi tersebut kepada pengurus atau pada rapat umum ITTF, tetapi
hal itu tidak mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh referee yang berwenang atau panitia
penyelenggara.

31
3.04 PENGATURAN PERTANDINGAN

3.04.01. Petunjuk Skor/poin.

3.04.01.01 Wasit harus menyebutkan poin segera setelah bola mati pada saat reli usai, atau
secepatnya setelah pelaksanaan reli tersebut.

3.04.01.01.01 Dalam penyebutan skor, wasit terlebih dahulu menyebutkan angka pemain yang
akan melakukan servis pada game tersebut, kemudian angka bagi lawannya.

3.04.01.01.02 Pada permulaan game/set dan pada saat pertukaran servis, wasit harus menunjuk
ke pemain yang servis berikutnya, dan juga

menyebutkan skor diikuti nama pelaku servis.

3.04.01.01.03 Pada akhir game, wasit harus menyebutkan nama/pasangan yang menang
kemudian skor yang menang diikuti skor yang kalah.

3.04.01.02 Sebagai pelengkap dalam menyebutkan skor, wasit dapat menggunakan tangannya
sebagai tanda untuk menunjukkan keputusannya.

3.04.01.02.01 Ketika poin diputuskan, wasit dapat mengangkat lengan yang dekat dengan
pemain yang mendapat poin dengan posisi lengan sejajar dengan bahunya, bagian depan lengan
kedepan secara vertikal dan telapak tangan tertutup.

3.04.01.02.02 Ketika wasit harus memutuskan let pada suatu reli, dia dapat mengangkat
tangannya ke atas kepalanya, menunjukkan reli telah berakhir.

3.04.01.03 Pada sistem percepatan waktu, skor dan hitungan pukulan harus disebut dengan
bahasa Inggris atau bahasa lain yang diterima oleh kedua pemain atau pasangan dan wasit.

3.04.01.04 Skor harus ditampilkan dalam bentuk petunjuk elektronik atau mekanik agar dapat
dilihat oleh pemain dan penonton.

3.04.01.05 Ketika pemain secara resmi diperingati karena sikap yang kurang baik, sebagai suatu
tanda, kartu kuning ditempatkan dekat petunjuk skor.

3.04.02 Peralatan/Perlengkapan

3.04.02.01 Pemain tidak boleh memilih bola di area pertandingan.

3.04.02.01.01 Bila memungkinkan, pemain diberi kesempatan memilih satu atau lebih bola
sebelum memasuki meja pertandingan, dan wasit mengambil salah satu dari bola yang dipilih

32
secara acak untuk digunakan.

3.04.02.01.02 Jika bola tidak/belum dipilih pemain sebelum memasuki meja pertandingan, bola
diambil secara acak oleh wasit dari box/tempat yang disediakan untuk pertandingan.

3.04.02.01.03 Jika bolanya rusak pada saat pertandingan masih berlangsung, bola diganti dengan
yang telah dipilih sebelum pertandingan dimulai, jika tidak ada, maka diambil oleh wasit secara
acak dari tempat/box bola yang disediakan.

3.04.02.02 Karet raket yang digunakan harus yang diakui oleh ITTF tanpa tindakan lain atau
modifikasi keaslian karet yang disebabkan oleh bahan kimia, sehingga menyebabkan kecacatan
atau perubahan fisik, warna, stuktur, permukaan karet, dan lain-lain; secara khusus, tidak boleh
menggunakan zat aditif.

3.04.02.03 Raket harus lolos dari semua parameter tes kontrol raket.

3.04.02.04 Raket yang dipakai tidak dapat ditukar selama pertandingan tersebut belum selesai
kecuali raket benar-benar rusak dan tidak dapat digunakan, jika hal ini terjadi, raket yang rusak
segera diganti dengan raket yang dibawa oleh pemain tersebut atau yang diberikan kepadanya di
area pertandingan.

3.04.02.05 Jika tidak diizinkan oleh wasit, pemain harus meninggalkan raketnya di meja
pertandingan selama interval (pergantian game); akan tetapi jika raketnya terikat ke tangan
pemain tersebut, wasit harus mengijinkan raket tersebut tetap berada di tangannya selama
interval.

3.04.03 Pemanasan

3.04.03.01 Pemain berhak untuk melakukan pemanasan pada meja pertandingan segera sebelum
pertandingan dimulai dengan waktu maksimum 2 menit, tetapi tidak termasuk dalam interval
yang lainnya; waktu pemanasan secara khusus dapat diperpanjang hanya dengan persetujuan
referee.

3.04.03.02 Referee dapat mengizinkan pemain melakukan latihan pada meja mana saja selama
penundaan waktu akibat kecelakaan, termasuk meja pertandingan.

3.04.03.03 Pemain diberikan kesempatan yang sesuai untuk mengecek dan menyesuaikan diri
dengan perlengkapan yang mereka gunakan, tetapi hal ini otomatis tidak melebihi beberapa
pukulan percobaan sebelum permainan dilanjutkan setelah kerusakan bola atau raket.

3.04.04 Pergantian Game/Set (Interval)

3.04.04.01 Permainan harus terus berlanjut selama pertandingan perorangan kecuali ada pemain
yang disetujui untuk :

3.04.04.01.01 mendapatkan interval (istirahat) selama 1 menit diantara game/set pada

33
pertandingan yang sedang berlangsung.

3.04.04.01.02 mendapatkan interval sejenak untuk lap keringat setelah (tiap) 6 poin sejak tiap
game dimulai dan pada saat pindah tempat pada game/set penentuan.

3.04.04.02 Seorang pemain atau pasangan dapat mengklaim satu kali Time-out selama 1 menit
untuk satu pertandingan tersebut.

3.04.04.02.01 Pada pertandingan perorangan, permintaan time-out hanya dapat dilakukan oleh
pemain/pasangan tersebut atau oleh penasihat yang telah ditentukan; pada pertandingan beregu,
hal ini dapat dilakukan oleh pemain/pasangan atau kapten tim yang bersangkutan.

3.04.04.02.02 Jika pemain atau pasangan dan pelatih atau kapten tim tidak setuju time-out
diambil, keputusan akhir dibuat oleh pemain/pasangan pada pertandingan perorangan dan kapten
tim pada beregu.

3.04.04.02.03 Permintaan Time-out hanya dapat dilakukan hanya pada saat bola mati antara reli
dalam satu game/set, dengan membuat tanda “T” dengan tangan.

3.04.04.02.04 Ketika menerima permintaan Time-out, wasit menghentikan permainan dan


mengangkat Kartu Putih dengan tangan yang berada pada posisi yang meminta time-out;
kemudian, Kartu Putih atau tanda (T) lain diletakkan pada bagian meja pemain/pasangan yang
minta time-out.

3.04.04.02.05 Setelah Time-out selesai (maksimal 1 menit) atau pemain yang meminta time-out
siap melanjutkan permainan, kartu putih atau tanda T segera diambil dari meja dan pertandingan
dilanjutkan.

3.4.4.2.6 Jika time-out secara bersambung dan sah diminta oleh kedua pemain/pasangan,
permainan diteruskan ketika keduanya siap memulai atau waktu 1 menitsudah berakhir, setelah
itu, tidak ada lagi time-out bagi kedua pemain/pasangan pada pertandingan tersebut.

3.4.4.3 Pada pertandingan beregu, tidak ada istirahat/interval antara pertandingan tunggal kecuali
pemain tersebut harus bermain lagi pada pertandingan berikutnya dapat meminta interval selama
5 menit diantara pertandingan tersebut.

3.04.04.04 Jika pemain sewaktu-waktu mendapat kecelakaan sepanjang sepengetahuan referee


bahwa hal itu tidak merugikan lawannya, referee dapat menunda permainan untuk tambahan
waktu pemanasan, dan dengan alasan apapun tidak lebih dari 10 (sepuluh) menit,

3.04.04.05 Penundaan tidak dapat diizinkan bila akibat terlambat hadir atau karena permintaan
pemain, atau bila terjadi gangguan bagi pemain akibat stress, karena kelelahan atau kram
disebabkan oleh kelemahan fisik atau karena kecelakaan sebelumnya, penundaan hanya boleh
dilakukan akibat kecelakaan seperti adanya luka karena terjatuh.

3.04.04.06 Jika ada pemain cidera dan berdarah di areal pertandingan, permainan segera harus

34
dihentikan dan tidak boleh diteruskan sebelum pemain tersebut mendapatkan pengobatan/
perawatan medis dan darah yang tercecer dibersihkan dari areal pertandingan.

3.04.04.07 Pada petandingan perorangan, pemain harus tetap berada di sekitar meja pertandingan
selama pertandingan belum selesai, kecuali dengan pesetujuan referee, pada saat interval
game/set dan time out pemain harus di sekitar 3 meter dari area pertandingan dengan
pengawasan wasit.

3.05 DISIPLIN

3.5.1. Nasihat

3.5.1.1. Dalam pertandingan beregu, nasihat/coaching dapat diberikan oleh siapa saja yang
diakui/yang dibenarkan berada di area pertandingan.

3.5.1.2. Dalam pertandingan perorangan (tunggal/ganda) nasihat hanya dapat diberikan oleh 1
(satu) orang yang ditunjuk terlebih dahulu/ diberitahukan kepada wasit, kecuali jika ada pemain
yang berpasangan berasal dari asosiasi yang berbeda maka masing-masing dapat menunjuk satu
penasihat, tetapi sehubungan dengan 3.5.1 dan 3.5.2 kedua penasihat tersebut harus dianggap
sebagai suatu kesatuan; namun jika terdapat orang yang tidak berhak memberikan
nasihat/coaching, maka wasit harus memberikan kartu merah dan menyuruh orang tersebut
meninggalkan area pertandingan.

3.5.1.3. Pemain hanya boleh mendapat nasihat pada saat pergantian game/set atau pada saat
penundaan permainan, jika ada orang yang memberikan nasihat bukan pada saat antara
game/pergantian game/set, maka wasit harus memberikan peringatan dengan kartu kuning, bila
mengulangi perbuatannya maka ia akan disuruh meninggalkan area pertandingan.

3.5.1.4. Setelah peringatan diberikan/kartu kuning, dan apabila siapa saja mengulangi hal yang
sama pada pertandingan beregu tersebut, maka wasit harus memberikan kartu merah dan diusir
dari area pertandingan tanpa melihat siapa yang diberikan peringatan/kartu kuning sebelumnya.

3.5.1.5. Pada pertandingan beregu, pemain yang diusir oleh wasit tidak boleh kembali ke area
pertandingan sampai pertandingan usai, kecuali yang bersangkutan mendapat giliran untuk
bertanding, dan tidak dapat digantikan oleh penasihat yang lain hingga pertandingan selesai;
Sedangkan pada pertandingan perorangan, yang bersangkutan/yang mendapat kartu merah tidak
boleh kembali ke area pertandingan hingga pertandingan selesai.

3.5.1.6. Jika orang yang dikenakan kartu merah tidak mau meninggalkan area pertandingan, atau
kembali sebelum pertandingan selesai, maka wasit harus menghentikan permainan dan melapor
ke referee.

3.5.1.7. Peraturan di atas hanya ditujukan untuk pemberian nasihat pada saat permainan

35
berlangsung dan tidak untuk menghalangi pemain atau kapten tim, jika sesuai, untuk
menyampaikan banding atau konsultasi dengan penerjemah atau wakil asosiasinya dalam rangka
penjelasan keputusan juridisnya.

3.5.2. Sikap yang kurang baik/tidak sopan.

3.5.2.1. Pemain dan pelatih atau penasihat lainnyaharus bersikap sportif terhadap lawan dan
penonton agar tidak menimbulkan kerusuhan dan kerusakan peralatan pertandingan, seperti
dengan sengaja merusak bola atau membuang bola ke luar arena, menendang meja atau sketsel,
dan tidak sopan kepada petugas teknis (referee, wasit, dan pembantu wasit).

3.5.2.2. Jika kapan saja seorang pemain atau pelatih atau penasihat lainnya melakukan serangan
yang serius, wasit harus menghentikan permainan dan segera melapor ke referee; untuk serangan
yang tidak serius, pada kesempatan pertama. wasit memperingati dengan kartu kuning dan
memperingati pelaku jika masih dilakukan lagi, maka akan diberikan hukuman.

3.5.2.3. Kecuali seperti yang diuraikan pada 3.5.2.2. dan 3.5.2.5, jika seorang pemain telah
diberikan peringatan, maka pada tindakan yang ke-dua pada pertandingan yang sama, baik dalam
tunggal maupun beregu, wasit harus menghukum dengan memberikan 1 angka/poin kepada
lawannya, dan pada hukuman/tindakan selanjutnya, lawannya diberi 2 poin, setiap memberikan
hukuman poin, wasit harus menunjukkan kartu merah dan kuning secara bersamaan.

3.5.2.4. Jika seorang pemain telah mendapat hukuman 3 poin kehilangan angka, pada
pertandingan perorangan atau beregu tersebut, masih juga melakukan pelanggaran, maka
tindakan berikutnya, wasit harus menghentikan permainan dan melapor ke referee.

3.5.2.5. Jika seorang pemain mengganti raketnya ketika permainan masih berlangsung tetapi
raket tersebut tidak rusak, maka wasit harus menghentikan permainan dan melapor ke referee.

3.5.2.6. Peringatan yang diberikan kepada salah satu pemain dalam ganda berarti berlaku untuk
keduanya, tetapi tidak berlaku untuk pemain yang tidak melakukan pelanggaran untuk
pertandingan berikutnya pada pertandingan beregu yang sedang berjalan tersebut; pada
permulaan pertandingan ganda, pasangan harus paham bahwa hukuman yang diberikan kepada
salah satu pemain berarti berlaku untuk keduanya pada pertandingan beregu tersebut.

3.5.2.7. Kecuali seperti pada 3.5.2.2, jika seorang pelatih telah diperingati sebelumnya, maka
pada peringatan berikutnya baik pada pertandingan perorangan maupun beregu, wasit harus
memberi hukuman dengan kartu merah dan menyuruhnya meninggalkan area pertandingan
hingga pertandingan beregu atau perorangan tersebut selesai.

3.5.2.8. Referee harus memiliki wewenang untuk mendiskualifikasi pemain dari suatu
pertandingan atau seluruh pertandingan yang diikuti pada event tersebut yang merupakan akibat
dari tindakan yang benar-benar tidak sportif, baik karena laporan dari wasit maupun tidak, dan
untuk ini referee menunjukkan kartu merah.

3.5.2.9. Jika seorang pemain telah didiskualifikasi dari dua pertandingan pada beregu atau

36
perorangan, secara otomatis pemain tersebut didiskualifikasi dari seluruh pertandingan.

3.5.2.10.Referee dapat mendiskualifikasi siapa saja yang telah diusir dua kali dari area
pertandingan selama kompetisi tersebut.

3.5.2.11.Jika seorang pemain didiskualifikasi dari satu event/nomor pertandinganatau kompetisi,


maka secara otomatis ia kehilangan hak juara, medali, dan hadiah uang atau poin ranking(efektif
1 April 2012).

3.5.2.12.Bila terjadi sikap yang kurang sopan secara serius harus dilaporkan kepada asosiasi
pelaku.

3.5.3. Penampilan yang baik

3.5.3.1. Pemain, pelatih dan official harus menjaga penampilannya sesuai dengan kaidah
olahraga dan menjaga integritas dengan tidak menimbulkan pengaruh terhadap berbagai aspek
yang bertentangan dengan etika olahraga(efektif 1 April 2012).

3.5.3.1.1. Pemain harus serius memenangkan pertandingan dan tidak boleh mengalah/mundur
kecuali dengan alasan sakit atau cedera.

3.5.3.1.2. Pemain, Pelatih, dan ofisial tidak boleh terlibat atau mendukung dalam berbagai
bentuk judi atau taruhan yang berhubungan dengan kompetisi atau pertandingan yang
diikuti(efektif 1 April 2012).

3.5.3.2. Setiap pemain yang dengan sengaja tidak mematuhi psinsip tersebut di atas, akan
dikenakan sanksi kehilangan seluruh atau sebagian hadiah uang pada event tersebut dan/atau
dikenakan sanksi pelarangan ikut dari event-event ITTF.

3.5.3.3. Manakala kejadian tersebut berhubungan dengan official atau pemberi nasihat dari
asosiasi yang relevan, maka sanksi tersebut juga berlaku pada orang tersebut.

3.5.3.4. Satu tim disiplin yang dibentuk oleh Komite Eksekutif, terdiri dari 4 anggota dan 1 ketua
akan memutuskan tentang perlakuan/ penampilan yang tidak baik dan jika perlu dengan sanksi
yang sesuai; Komisi ini membuat keputusan berdasarkan arahan/ acuan yang disampaikan
Komite Eksekutif.

3.5.3.5. Banding terhadap keputusan tim disiplin dapat disampaikan oleh pemain, pemberi
nasihat, atau official dalam waktu 15 hari ke ITTF Exekutive Committee yang keputusannya
adalah final.

3.06 UNDIAN UNTUK SISTEM GUGUR

37
3.6.1 Kualifikasi dan bye.

3.6.1.1. Pada event yang menggunakan sistem gugur, jumlah penempatan dalam babak pertama
masing-masing bagian (atas/bawah) harus memiliki 2 kekuatan yang sama.

3.6.1.1.1. Jika terdapat lebih sedikit kolom/entry daripada yang diundi, pada babak awal, bye
harus disesuaikan untuk melengkapi jumlahnya.

3.6.1.1.2. Jika terdapat lebih banyak yang diundi daripada kolom, maka kualifikasinya (babak
awal) harus dilaksanakan sesuai jumlah orang yang ikut sehingga jumlah kolom berikutnya
sesuai dengan yang diinginkan.

3.6.1.2. Bye harus sedapat mungkin dapat dibagi rata sepanjang babak pertama, yang juga
ditempatkan terlebih dahulu pada seeded sesuai dengan urutan seeded.

3.6.1.3. Pemain harus diundi dan sedapat mungkin merata diantara dua bagian kolom/entry, per-
empat, per-delapan atau per-enam belas dari undian, sesuai kelayakan jumlahnya.

3.6.2. Penempatan Seeded dengan Ranking

3.6.2.1. Pemain yang memiliki peringkat paling tinggi harus dipisahkan sehingga tidak bertemu
sebelum babak akhir.

3.6.2.2. Jumlah kolom/entry yang diseeded tidak boleh melebihi jumlah kolom/entry pada babak
awal tiap kejuaraan.

3.6.2.3. Kolom nomor/ranking 1 harus ditempatkan di bagian atas dan ranking 2 ditempatkan di
bagian bawah dari 2 bagian kolom/seeded, tetapi yang lainnya ditempatkan berdasarkan undian
pada kolom yang ditentukan seperti :

3.6.2.3.1. Kolom yang ditempati ranking 3 dan 4 harus diundi untuk ditempatkan pada bagian
bawah dan bagian atas dari masing-masing 2 bagian besar kolom (pertengahan).

3.6.2.3.2. Kolom yang ditempati ranking 5 s/d 8 harus diundi diantara nomor ganjil pada
perempat bagian bawah dan nomor genap pada perempat bagian atas yang masing-masing bagian
terlebih dahulu dibagi 2 (1/4 bagian dari keseluruhan).

3.6.2.3.3. Kolom yang ditempati ranking 9 s/d 16 harus diundi diantara nomor ganjil pada
perdelapan bagian bawah dan diantara nomor genap pada perdelapan bagian atas (pada masing-
masing per-delapan bagian).

3.6.2.3.4. Kolom yang ditempati ranking 17 s/d 32 harus diundi diantara nomor ganjil pada
perenambelas bagian bawah dan nomor genap pada perenambelas bagian atas (pada masing-
masing per-enam belas bagian).

3.6.2.4. Pada kejuaraan beregu yang menggunakan sistem gugur, hanya regu yang memiliki

38
ranking tertinggi dari asosiasinya yang boleh di seeded.

3.6.2.5. Penempatan seeded berdasarkan ranking harus mengikuti urutan yang ditetapkan terakhir
oleh ITTF, kecuali bahwa

3.6.2.5.1. apabila seluruhnya layak untuk diseeded berasal dari benua yang sama maka daftar
ranking terakhir yang dibuat oleh federasi tersebut harus diutamakan.

3.6.2.5.2. apabila seluruh kolom yang diseeded berasal dari asosiasi yang sama maka daftar
ranking yang dibuat oleh asosiasi tersebut diutamakan.

3.6.3. Penempatan Seeded Berdasarkan Unggulan Asosiasi

3.6.3.1. Pemain dan pasangan yang diusulkan dari asosiasi yang sama, sedapat mungkin, harus
dipisahkan, sehingga mereka tidak bertemu sebelum babak akhir.

3.6.3.2. Asosiasi harus membuat daftar urutan para pemain dan pasangan berdasarkan ranking
mereka, dimulai dari pemain yang mana saja termasuk yang terdaftar untuk diseeded
berdasarkan daftar urutan tersebut.

3.6.3.3. Kolom/entry untuk ranking 1 dan 3 harus diundi untuk ditempatkan pada kolom
setengah bagian atas dan setengah bagian bawah dan ranking 3 dan 4 kedalam perempat bagian
kolom yang tidak ditempati oleh ranking 1 dan 2.

3.6.3.4. Kolom/entry untuk ranking 5-8 harus diundi sedapat mungkin merata pada bagian
perdelapan kolom yang tidak ditempati ranking III dan IV.

3.6.3.5. Kolom/entry untuk ranking 9-16 harus diundi sedapat mungkin merata pada bagian per-
enambelas kolom yang tidak ditempati ranking sebelumnya dan seterusnya, hingga seluruh
kolom terisi.

3.6.3.6. Pasangan/ganda putra dan putri yang berasal dari asosiasi yang berbeda diperhitungkan
kepada asosiasi yang memiliki ranking dunia tertinggi, jika tidak berdasar ranking dunia, maka
berdasar ranking benua, jika pemain tidak juga terdaftar dalam ranking benua, maka ditentukan
berdasar ranking tim lebih tinggi diantara mereka pada kejuaraan dunia.

3.6.3.7. Ganda campuran yang berasal dari asosiasi yang berbeda harus diperhitungkan
berdasarkan ranking asosiasi pemain putranya.

3.6.3.8. Sebagai alternative, tiap pemain pasangan yang berasal dari asosiasi yang berbeda dapat
dijadikan satu pasangan dari kedua asosiasi tersebut.

3.6.3.9. Pada babak pendahuluan/kualifikasi, kolom yang diisi oleh pemain yang berasal dari
asosiasi yang sama, hingga masuk pada jumlah kualifikasi group, harus diundi kedalam group
yang berbeda, sedapat mungkin, tidak berdekatan hingga kualifikasinya terpisah sesuai dengan
prinsip pada 3.6.3.3-5.

39
3.6.4. Perubahan-perubahan

3.6.4.1. Undian yang telah selesai hanya dapat diubah atas persetujuan panitia penyelenggara
yang berwenang dan, bila sesuai, persetujuan dari wakil asosiasi yang bersangkutan.

3.6.4.2. Hasil undian hanya dilakukan untuk memperbaiki kesalah-pahaman penempatan dan
penerimaan kolom/entry, untuk memperbaiki ketidak-seimbangan undian yang sangat menyolok,
seperti dalam 3.6.5, atau untuk melengkapi pemain/pasangan seperti dalam 3.6.6.

3.6.4.3. Tidak boleh ada perubahan yang dibuat pada undian yang pertandingannya telah dimulai
selain penghapusan seperlunya; tujuan ketentuan ini adalah bahwa kualifikasi suatu
kompetisidapat dianggap sebagai pertandingan yang berbeda.

3.6.4.4. Seorang pemain tidak boleh dihapus dari undian tanpa persetujuannya, kecuali ia
didiskualifikasi; persetujuan tersebut disampaikan oleh yang bersangkutan atau wakilnya yang
berwenang.

3.6.4.5. Suatu pasangan ganda tidak dapat diubah jika keduanya hadir dan siap untuk bermain,
kecuali seorang diantaranya mengalami cedera, sakit, atau absen, maka dapat diterima sebagai
dasar perubahan.

3.6.5. Undian Ulang

3.6.5.1. Kecuali seperti dalam 3.6.4.2, 3.6.4.5., dan 3.6.5.2., pemindahan penempatan seorang
pemain dalam undian tidak dibenarkan dengan alasan apapun menyebabkan tidak seimbang dan
bila dimungkinkan undian diulang.

3.6.5.2. Pengecualian, bilamana terjadi ketidak-seimbangan akibat tidak hadirnya pemain/


pasangan yang diseeded pada undian yang sama, pemain lainnya yang diseeded hanya boleh
dihitung ulang sesuai dengan urutan rankingnya dan diundi ulang menyebar pada tempat yang
diseeded, sebagai pertimbangan bahwa sejauh persyaratan seeded tersebut oleh asosiasi
unggulan.

3.6.6. Tambahan

3.6.6.1. Pemain yang tidak termasuk dalam undian dapat ditambahkan kemudian, menjadi
keputusan panitia yang berwenang dan berdasarkan persetujuan referee.

3.6.6.2. Setiap kekosongan pada tempat yang diseeded harus diisi terlebih dahulu, berdasarkan
urutan ranking, melalui undian untuk pemain/pasangan baru yang terkuat.; pemain/pasangan
lainnya harus diundi untuk mengisi kekosongan akibat absennya pemain tersebut dan kemudian
kedalam bye selain pemain/pasangan yang berhadapan dengan yang di-seeded.

3.6.6.3. Setiap pemain/pasangan yang telah diseeded dalam ranking, jika mereka telah termasuk
dalam undian sesungguhnya dapat diundi ulang mengisi tempat seeded yang kosong.

40
3.07 ORGANISASI PENYELENGGARAAN

3.7.1. Wewenang

3.7.1.1. Sepanjang masih berhubungan dengan konstitusi, setiap organisasi memiliki


wewenang/dapat menyelenggarakan kejuaraan terbuka, turnamen yang sifatnya invitasi atau
terbatas dalam wilayahnya atau dapat juga menyelenggarakan pertandingan internasional.

3.7.1.2. Suatu asosiasi, dalam musim apa saja, dapat memprogramkan satu kejuaraan terbuka
senior, satu junior, satu veteran sama seperti menyelenggarakan kejuaraan terbuka internasional
senior dan junior atau veteran ; seorang pemain dapat mengikuti kejuaraan tersebut dengan
persetujuan asosiasinya, tetapi persetujuannya dapat ditolak dengan alasan yang masuk akal.

3.7.1.3. Pemain yang asosiasinya termasuk dalam keanggotaan ITTF, ketika bertanding secara
internasional, hanya dapat ikut dalam event ITTF, event yang diakui oleh ITTF dan event yang
terdaftar pada ITTF yang didaftarkan oleh asosiasi nasionalnya, demikian juga pada event yang
diakui ITTF yang didaftarkan melaluimasing-masing Komite Olipiade Nasional-nya atau Komite
Nasional Paralimpik. Partisipasi pada tipe event lainnya hanya dapat diijinkan dengan seizin dari
asosiasi nasionalnya atau ITTF; izin kepada pemain dianggap diberikan jika tidak mengandung
pemberitahuan yang spesifik atau yang umum dibuat oleh asosiasi nasionalnya atau ITTF yang
menolak izin untuk berpartisipasi pada suatu event atau seri pada suatu event.

3.7.1.4. Satu pemain atau tim tidak boleh ikut kompetisi internasional jika yang bersangkutan
mendapat sanksi pelarangan oleh Asosiasinya atau Federasi Benuanya.

3.7.1.5. Tidak satupun kejuaraan dapat menggunakan nama dunia (Kejuaraan Dunia) tanpa
persetujuan dari ITTF, dan demikian juga kejuaraan tingkat benua tanpa persetujuan dari federasi
benua yang berhak.

3.7.2 Perwakilan

3.7.2.1. Perwakilan dari seluruh asosiasi yang pemainnya berpartisipasi padaKejuaraan Terbuka
Internasional harus diberi hak untuk mengikuti undian dan diberi penjelasan tentang setiap
perubahan yang sehubungan dengan undian atau setiap keputusan banding yang dapat
mempengaruhi pemainnya secara langsung.

3.7.3 Pendaftaran

3.7.3.1. Formulir pendaftaran untuk Kejuaraan Tebuka Internasional harus telah dikirim kepada
seluruh asosiasi paling lambat 2 bulan sebelum kejuaraan dimulai dan paling lambat 1 bulan
sebelum tanggal terakhir pendaftaran.

3.7.3.2. Seluruh pendaftaran yang diajukan oleh asosiasi untuk kejuaraan terbuka harus diterima

41
kecuali penyelenggara memiliki wewenang untuk menentukan pendaftaran tersebut untuk
kualifikasi kejuaraan; dalam keputusan ini penyelenggara harus memperhatikan daftar ranking
dari ITTF dan juga Benuanya dan setiap susunan ranking pada formulir yang dinominasikan oleh
asosiasinya.

3.7.4. Kejuaraan/Event

3.7.4.1. Kejuaraan terbuka Internasional harus mencakup tunggalputera dan puteri, ganda putera
dan puteri, dan boleh dengan ganda campuran dan kejuaraan internasional beregu yang mewakili
asosiasinya.

3.7.4.2. Pada jenis kejuaraan dunia, secara berurutan, event (kelompok) Remaja harus dibawah
21 tahun, Junior dibawah 18 tahun, dan Kadet dibawah 15 tahun, setelah tanggal 31 Desember
sebelum tahun pelaksanaan kejuaraan (per-1 Januari) pada pada tahun penyelenggaraan). Limit
usia ini juga diperuntukkan bagi kompetisi yang lainnya.

3.7.4.3. Disarankan agar pertandingan beregu pada Kejuaraan Terbuka Internasional


dipertandingkan sesuai dengan salah satu sistem yang dikhususkan dalam 3.7.6; pendaftaran atau
prospektusnya harus mencantumkan sistem mana yang akan digunakan.

3.7.4.4. Nomor pertandinganperorangan dapat dipertandingkan dengan sistem gugur, tetapi


pertandingan beregu dan babak penyisihan pada perorangan dapat dipertandingkan dengan
sistem gugur atau dengan group/pool.

3.7.5. Kejuaraan dengan pembagian Group/Pool.

3.7.5.1. Dalam group/pool atau kejuaraan dengan sistem “Round Robin”, seluruh pemain dalam
group harus bertanding satu sama lain dan mendapatkan nilai 2 (match point) untuk yang
menang, 1 untuk yang kalah, dan 0 untuk yang tidak bertanding (WO) atau tidak selesai
bertanding/mengundurkan diri; urutan pemenang harus terlebih dahulu ditentukan oleh nilai
pertandingan (match point) yang diraih. Jika seorang pemain tidak memenuhi ketentuan setelah
suatu pertandingan selesai dengan alasan apapun, pemain tersebut dinyatakan kalah pada
pertandingan tersebut, yang kemudian dihitung sebagai kalah dalam hal tidak selesai bertanding
(WO).

3.7.5.2. Jika 2 atau lebih anggota/pemain dalam group mendapat nilai pertandingan sama,
pemenang/urutan mereka ditentukan oleh hasil pertandingan diantara mereka, dengan
mempertimbangkan, secara beturut-turut nilai pertandingan, rasio nilai skor menang dibagi nilai
kalah dari tiap-tiap individu (pada pertandingan beregu), jumlah gamedan poin, sejauh hal
tersebut dibutuhkan untuk menentukan urutan.

3.7.5.3. Jika dalam setiap tahapan perhitungan, posisi/urutan salah satu atau lebih anggota dalam
group telah ditentukan, sementara yang lain masih sama, penilaian hasil pertandingan bagi
mereka harus dikecualikan dari perhitungan lanjutan yang diperlukan untuk menentukan
kesamaan yang sehubungan dengan prosedur 3.7.5.1 dan 3.7.5.2.

42
3.7.5.4. Jika tidak dimungkinkan untuk menentukan kesamaan melalui cara/media seperti dalam
prosedur 3.7.5.1-3, posisi/urutannya ditentukan oleh undian/tos.

3.7.5.5. Bila tidak disyahkan oleh juri, jika satu pemain diunggulkan ke final pada pertandingan
di group, maka ditempatkan pada posisi diantara urutan 1 dan 2, dan jika ada 2 diunggulkan ke
final maka ditempatkan diantara pemain urutan no 2 dan 3 dan seterusnya.

3.7.6 Sistem Pertandingan Beregu

3.7.6.1 5 pertandingan terbaik (New Swaythling Cup System, 5 tunggal)

3.7.6.1.1. Setiap tim/regu harus terdiri dari 3 pemain.

3.7.6.1.2. Susunan permainan

1) A v X

2) B v Y

3) C v Z

4) A v Y

5) B v X.

3.7.6.2. 5 pertandingan terbaik (Corbillon Cup System, 4 tunggal dan 1 ganda)

3.7.6.2.1. Setiap tim/regu terdiri dari 2, 3, atau 4 pemain.

3.7.6.2.2. Susunan permainan

1) A v X

2) B v Y

3) Ganda

4) A v Y

5) B v X.

3.7.6.2.3 Pada Tenis Meja event untuk Para, susunan pemain dapat seperti pada 3.7.6.2.2 kecuali
pada Gandanya dapat dipertandingkan terakhir.

3.7.6.3. 5 pertandingan terbaik (Olympic System, 4 tunggal dan 1 ganda)

43
3.7.6.3.1. Satu tim/regu harus terdiri dari 3 pemain; tiap pemain bertanding maksimal 2 kali
pertandingan perorangan (dalam pertandingan tim/regu tersebut).

3.7.6.3.2. Susunan permainan

1) A v X

2) B v Y

3) Ganda C & A atau B v Z & X atau Y

4) A atau B v Z

5) C v X atau Y.

3.7.6.4. 7 pertandingan terbaik ( 6 tunggal dan 1 ganda)

3.7.6.4.1. Setiap tim terdiri dari 3, 4, atau 5 pemain.

3.7.6.4.2. Susunan permainan

1) A v Y

2) B v X

3) C v Z

4) Ganda

5) A v X

6) C v Y

7) B v Z.

3.7.6.5. 9 pertandingan terbaik ( 9 tunggal)

3.7.6.5.1 Setiap tim harus terdiri 3 pemain.

3.7.6.5.2 Susunan permainan

1) A v X

2) B v Y

3) C v Z

44
4) B v X

5) A v Z

6) C v Y

7) B v Z

8) C v X

9) A v Y.

3.07.07. Prosedur Pertandingan Beregu

3.07.07.01. Seluruh pemain merupakan pilihan dari yang dinominasikan untuk kejuaraan
tersebut.

3.07.07.02. Nama-nama kapten tim, baik bermain ataupun tidak, harus disampaikan kepada wasit
sebelum pertandingan dimulai.

3.07.07.03. Sebelum suatu regu bertanding, regu tersebut harus memilih A,B,C atau X,Y,Z.
terlebih dahulu melalui undian dan kapten tim harus menandatangani dan menyerahkan formulir
isian nama-nama pemainnya ke referee atau wakilnya.

3.07.07.04. Nama-nama pemain ganda tidak mesti disampaikan sampai giliran mereka
bertanding.

3.07.07.05. Suatu tim dinyatakan menang apabila telah memenangkan mayoritas pertandingan
dari keseluruhannya.

3.07.08. Hasil

3.07.08.01. Asosiasi penyelenggara harus mengirimkan hasil lengkap, termasuk skor kecil dari
tiap Kejuaraan Internasional Terbuka dan tingkat Benua, dan hasil babak akhir kejuaraan
nasional ke Sekretariat ITTF dan ke Sekretariat Federasi Benua paling lambat 7 hari setelah
penyelenggaraan berakhir.

3.07.09. Televisi dan Penyiaran

3.07.09.01. Selain Kejuaraan Dunia, Olimpiade atau Paralimpik, dan tingkat Benua, siaran
televisi hanya dapat dilakukan berdasarkan persetujuan dari wilayah asosiasi penyelenggaraan.

3.07.09.02. Keikutsertaan pada kejuaran internasional memungkinkan adanya izin dari asosiasi
sebagai pengawasan terhadap pemain pendatang dalam siaran televisi pada Kejuaraan Dunia,
Olympiade atau Paralimpik, dan Benua, izin tersebut diperkirakan untuk tempat penyiaran, baik

45
langsung maupun ulangan, selama kejuaraan berlangsung atau dalam masa 1 bulan setelah
kejuaraan.

3.07.09.03. Semua penyiaran/penyaluran event ITTF (semua kategori)harus mengacu kepada


proses sertifikasi penyiaran ITTF dan Biaya Sertifikasi Penyiaran, sejak 1 Juni 2011, dibebankan
kepada pemegang hak siar dari event tersebut.

3.08 PERSYARATAN INTERNASIONAL

3.08.01 Persyaratan untuk kejuaraan olimpiade dijelaskan terpisah pada pasal 4.05.01. dan
ketentuan dalam kejuaraan Paralimpik diatur secara terpisah oleh IPC dan 4.06.01;peraturan
tambahan yang diperuntukkan pada event Dunia (4.01.03, 4.02.03, 4.03.06, 4.04.03).

3.08.02 Seorang pemain dianggap mewakili suatu asosiasi bila dia diterima menjadi nominasi
dari asosiasi tersebut dan secara berturut-turut berpartisipasi pada sebuah kompetisi seperti yang
dijelaskan pada 3.01.02.03 atau kejuaraan regional selain dari pertandingan perorangan pada
kejuaraan terbuka internasional (efektif 1 Juli 2012).

3.08.03 Seorang pemain dapat mewakili asosiasinya bila dia warga negara pada asosiasinya,
kecuali bila pemain tersebut secara sah mewakili suatu asosiasi yang bukan warga negara
asosiasi sehubungan dengan peraturan sebelumnyadapat mengacu pada persyaratan ini.

3.08.03.01 Bilamana beberapa pemain terdaftar pada lebih dari 1 asosiasi namun memiliki
kewarganegaraan yang sama, jika oleh karena tempat kelahirannya atau penduduk pada daerah
yang dikontrol oleh asosiasi tersebut, maka seorang pemain hanya dapat mewakili salah satu
asosiasi tersebut.

3.08.03.02 Seorang pemain yang boleh mewakili lebih dari 1 asosiasi berhak memilih asosiasi
mana yang relevan akan diwakilinya.

3.08.04 Seorang pemain dapat mewakili Federasi Benuanya (1.18.01) untuk ikut tim benua jika
yang yang bersangkutan benar-benarwakildariasosiasi dari Federasi Benuanya sehubungan
dengan 3.08.03.

3.08.05 Seorang pemain tidak boleh mewakili asosiasi yang berbeda dalam kurun waktu 3 tahun.

3.08.06 Suatu asosiasi dapat menominasi seorang pemain dalam daerah binaannya (1.21) untuk
mengikuti event perorangan pada kejuaraan terbuka internasional yang mungkin dimasukkan
dalam publikasi ITTF seperti daftar ranking dunia akan tetapi hal ini tidak termasuk suatu alasan
untukpersyaratan pemain tersebut mewakili asosiasi yang diinginkan sehubungan dengan
3.08.02.

3.08.07 Seorang pemainatau asosiasinya harus, jika diminta oleh referee, menyiapkan bukti

46
dokumen keabsahan dan paspornya.

3.08.08 Setiap banding mengenai tafsiran/pertanyaan dari suatu persyaratan harus ditujukan
kepada komisi keabsahan yang terdiri dari komisi eksekutif, ketua peraturan dan komisi ranking
serta ketua Komisi Atlet yang keputusannya adalah final.

Tekni memegang bet

TEKNIK MEMEGANG BET


Dalam bermain tenis meja terdapat banyak teknik memegang bet.Permaianan tenis meja
dipengaruhi oleh teknik memegang bet, oleh karena itu setiap pemain harus menguasai teknik
dasar memegang bet. Terdapat beberapa variasi dalam memegang bet. Macam-macam teknik
memegang bet antara lain:

Shakehand Grip
Shakehand grip adalah cara memegang bet yang sering digunakan oleh banyak pemain.Cara
mememang ini sangat efektif untuk bermain bertahan dan menyerang. Dengan shakehand grip
ini pemain dapat dengan mudah memukul dengan kuat ke semua sudut meja. Memegang
shakehand grip seperti orang melakukan jabat tangan(Sapto Adi dan Mu’arifin,1994:8).
Kesalahan dan perbaikan yang sering terjadi dalam belajar grip ini meliputi, pukulan forehand
atau backhand terasa tidak stabil. Untuk mengatasi hal ini adalah dengan memutar bagian bet
kearah dalam (bila memegang di depan tubuh dengan shakehand grip) akan membuat pukulan
lebih stabil, tetapi pukulan forehand kurang stabil. Kemudian putar bagian atas bet ke arah
belakang. Bagian dalam ibu jari menyentuh bet mengakibatkan pukulan forehand tidak menentu,
dan pukulanback hand menjadi kurang efektif.

47
Penhold grip
Penholg grip adalah cara memegang bet seprti orang yang memegang pena. Cara memegang ini
hanya digunakan pada satu permukaan bet. Seperti yang dijelaskan (Sutarmin,2007:15) Penhold
grip atau memegang tangkai bet hanya dapat digunakan untuk satu permukaan bet saja. Cara
memegang ini sangat efektif untuk pukulan forehand tetapi kurang efektif untuk pukulan
backhand. Cara memegang ini hanya digunakan untuk pemain dengan tipe bertahan. Kelebihan
bermain dengan teknik penhold grib adalah mampu memukulbackhand dengan cepat, pada
waktu servis mudah menggerakkan pergelangan tangan, dan yang paling penting adalah sesuai
untuk memukul forehand. Sedangkan kelemahan menggunakan teknik penhold gripadalah
kesulitan dalam melakukan pukulan backhand dan tidak efektif dalam permainan bertahan.

Seemiller Grip
Seemiller grip juga disebut dengan American grip, yang merupakan versi dari shakehends
grip(Sutarmin,2007:19).Cara memegang ini hampir sama dengan shakehand grip. Bedanya pada
seemiller grip Bet bagian atas diputar dari 20 hingga 90 derajat kearah tubuh. Jari telunjuk
menempel di sepanjang sisi bet.
Kelebihan gaya seemiller grip adalah mudah melakukan blok, mudah menguasai permainan di
tengah meja,Mudah melakukan perubahan sisi bet pada saat permaianan berlangsung,
pergelangan tangan mudah digerakkan untuk pukulan forehand. Kelemahan pada gaya seemiller
grip adalah kesulitan melakukan pukulanbackhand yang jauh dari meja, kesulitan melakukan
pukulan sudut, tidak efektif untuk pola bertahan.

Teknik memukul

TEKNIK MEMUKUL
Pada dasarnya ada dua teknik memukul dalam tenis meja yaitu forehand dan backhand. Pukulan
forehand memiliki keunggulan pada kerasnya laju bola sedangkan pukulan backhand akan
mempermudah untukmanghadapai pukulan backspin dan topspin. Kedua teknik memukul ini
mendasari berbagai jenis pukulan.

Pukulan Forehand
Pukulan forehand dilakukan jika bola berada disebelah kanan tubuh (sabto adi dan mu’arifin,
1994:16).Cara melakukan pukulan ini adalah dengan merendahkan posisi tubuh, Lalu gerakkan
tangan yang memegang bet kearah pinggang (bila tidak kidal gerakan kearah kanan), siku
membentuk sudut kira-kira 90 derajat.Sekarang tinggal menggerakkan tangan kedapan tanpa
merubah siku.

Pukulan backhand
Pukulan backhand dilakukan jika bola berada disebelah kiri badan (Sapto Adi dan
Mu’arifin,1994:17). Cara melakukannya pertama rendahkan posisi tubuh lalu gerakkan tangan
kearah pinggang sebelah kiri jika tidak kidal, dengan sudut siku sembilan puluh derajat.Gerakkan
tangan dan bet kearah depan, jaga siku agar tetap sembilan puluh derajat dan bet tetap lurus.

48
Jenis-jenis pukulan (stroke)
Banyak jenis pukulan dalam tennis meja yang harus diketahui dalam bermain tennis meja yaitu
drive, push, chop, blok, lobbing dan loopping.

Pukulan Drive
Drive merupakan pukulan dengan ayunan panjang sehingga menghasilkan pukulan yang datar
dan keras (Sutarmin,2007:36).Tipe pukulan ini keras dan cepat .Cara melakukan forehand drive
pertama gerakkan bet kearah depan. Gerakan ini diikuti dengan perputaran badan kearah depan
kira-kira badan berputar tiga puluh derajat..
Kesalahan dan cara mengatasi dalam melakukan pukulan forehand drive adalah terjadi
perubahan pada posisi bet akibat bergeraknya pergelangan tangan hal ini menyulitkan saat
kontak dengan bola. Kuatkan pergelangan tangan saat sikap permulaan, sehingga bet tidak akan
mudah berubah posisi. Yang kedua adalah pukulan backhand drive Cara melakukannya pertama
siku membentuk sudut sembilan puluh derajat.Pergerakan bet diikuti oleh gerak memutar
badan.Usahakan kontak dengan bola saat bet berada didepan badan agak kiri.
Kesalahan yang sering terjadi dalam pukulan drive dan cara mengatasinya adalah gerakan kaki.
Untuk mengatasi hal ini adalah dengan memperbanyak latihan backhand.

Pukulan Push (dorongan)


Push adalah pukulan backspin pasif yang dilakukan untuk menghadapi backspin (Larry
Hodges,2002:64).Pukulan ini dapat menjaga agar bola tidak melambung terlalu tinggi dari
net.Untuk melakukan pukulan forehand push perhatikan agar posisi bet sedikit terbuka Gerakan
bet kedepan dan sedikit kebawah.Usahakan bola mengenai bet bagian tengah.Yang kedus adalah
cara melakukan backhand pushperkenaan blanya sama dengan forehand push bedanya ini
menggnakan backhand. Usahakan kontak bola hanya terjadi gesekan tetapi kuat sehingga
menghasilkan bola backspin yang sempurna. Usahakan perkenaan bola di kiri mendekati bagian
depan tubuh

Pukulan Chop
Chop merupakan pukulan backspin yang bersifat bertahan (Larry Hodges,2002:99). Persiapan
dalam melakukan pukulan forehand chop sama untuk melakukan pukulan forehand tapi posisi
bet agak terbuka.Gerakkan bet ke depan condong ke bawah. Usahan kontak dengan bola terjadi
di depan kanan badan.
Perkenaan bola pada sisi bet depan agak bawah dan perkenaan pada bola pada sisi bawah
bola.Sedangkan untuk backhand chop posisi awal sama dengan backhand
tetapi posisi bet terbuka atau sisi depan condong ke atas. Usahakan kontak bola pada bagian sisi
bawah bet depan dengan sisi bawah bola.Usahakan perkenaan bola di kiri agak depan tubuh.

49
50

Anda mungkin juga menyukai