Tinjauan Hukum Pelaksanaan Tugas Kepala Desa Di Era Otonomi Daerah
Tinjauan Hukum Pelaksanaan Tugas Kepala Desa Di Era Otonomi Daerah
OLEH:
MUH. IQBAL
B 121 12 167
SKRIPSI
OLEH:
MUH. IQBAL
B 121 12 167
i
PENGESAHAN
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Kabupaten Soppeng)
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. A. Pangerang Moenta, SH, MH, DFM. Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H.
NIP. 19610828 198703 1 003 NIP. 19731231 1999903 1 003
iii
PERSETUJUAN
iv
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
yang relatif panjang, menyita segenap tenaga dan pikiran dengan penuh
menjalani tahap demi tahap dalam proses penulisan skripsi ini maupun
Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
vi
kasih banyak dan penghargaan setinggi-tingginya kepada orang tua
mengasuh dan mendidik Penulis dengan cinta dan kasih sayang. Tak lupa
pula dengan saudaraku Hj. Nurlaela, Supriadi, Isma tak lupa keponakan
saya Nurlaeny Parante dan sepupu saya Darma,S.KH terima kasih atas
pendidikan.
1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, M.A. Selaku Rektor
Universitas Hasanuddin.
2. Ibu Prof. Dr. Farida Patittingi, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas
Muchtar, S.H., M.H. selaku Pembantu Dekan II, dan Bapak Dr.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Razak, S.H., M.H. selaku Penguji I, Ibu Prof.
Dr. Marwati Riza, S.H., M.Si. selaku Penguji II, dan Ibu Ariani
vii
Arifin, S.H., M.H. selaku Penguji III yang telah memberikan kritikan
kepada Penulis.
Hasanuddin.
Angkatan 2012.
viii
11.Pimpinan beserta Pegawai Negeri dan tenaga Honorer di Badan
Desa Citta dalam hal ini Kepala Desa Citta dan Ketua atau
masih jauh dari kesempurnaan sebagai suatu karya ilmiah. Oleh karena
skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis,
Muh.Iqbal
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
PENGESAHAN SKRIPSI.....................................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................................iii
ABSTRAK....................................................................................................................................v
KATA PENGANTAR.............................................................................................................vi
DAFTAR ISI.................................................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................7
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................................7
D. Kegunaan Penelitian.............................................................................................7
1. Definisi Desa.....................................................................................................21
3. Kepala Desa......................................................................................................29
x
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................................45
A. Jenis Penelitian......................................................................................................45
B. Lokasi Penelitian...................................................................................................46
C. Objek Penelitian.....................................................................................................46
F. Analisis Data...........................................................................................................48
Daerah...........................................................................................................................57
BAB V PENUTUP..................................................................................................................83
A. Kesimpulan.................................................................................................................83
B. Saran.............................................................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................85
LAMPIRAN...............................................................................................................................88
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang Dasar 1945 menjadi peluang yang besar bagi perubahan yang
1
Pelaksanaan otonomi secara luas diletakkan di daerah kabupaten
dan kota, bukan pada daerah propinsi. Kebijakan ini didasarkan pada
dan tepat.
empat kali sejak 1999 sampai dengan 2002, konsep negara kesatuan
biaya yang tinggi juga di yakini tidak mampu lagi menjawab tantangan
2
pada tanggal 18 Desember 2013 sidang paripurna DPR RI menyetujui
1
dan meningkatkan daya saing Desa.
1 Pasal 7 Ayat (3) Undang- Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
3
berdasarkan peran,status, dan fungsi masing-masing yang mengacu pada
2
nilai dan norma yang disepakati bersama.
adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah Kepala Desa atau yang disebut
4
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala desa
3
Daerah. Secara eksplisit Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang No. 6 Tahun
3 Pasal 1 Angka 7 Permendagri No. 112 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Kepala Desa.
5
fungsinya dalam memimpin dan mengkoordinasikan Pemerintah Desa
masyarakat Desa Citta adalah belum optimalnya kinerja Kepala Desa Citta
Desa.
atau dengan kata lain, Kepala desa dalam menjalankan tugas dan
6
Desa Di Era Otonomi Daerah (Studi Kasus Desa Citta kecamatan Citta
Kabupaten Soppeng)”.
B. Rumusan Masalah
daerah?
C. Tujuan Penelitian
otonomi daerah.
D. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritis
7
sejenis tentang kinerja Kepala Desa dalam melaksanakan fungsi
2. Manfaat Praktis
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
badan atau wadah secara berencana, teratur dan terarah guna mencapai
4
tujuan yang diharapkan. Wiestra, dkk mengemukakan pengertian
5
waktu dimulainya.
9
6
proyek. Pelaksanaan merupakan konsep dinamis yang melibatkan
7
programke dalam dampik.
8
kepribadian, sikap dan perilaku.
suatu badan atau wadah secara berencana, teratur dan terarah guna
10
1. Menurut Moekijat, tugas adalah suatu bagian atau satu unsur atau
9
yang lengkap. Definisi lainnya yang menilai bahwa tugas
merupakan suatu kegiatan spesifik yang dijalankan dalam
10
dilakukan untuk suatu tujuan khusus.
atau kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu badan atau wadah secara
9 Ibid,
10 Ibid,
11
Kota.Karena sifatsementaranya, seorang Pelaksana Tugas tidak dapat
sehari-hari.
11
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kata “otonomi” berasal
12
sendiri.
undangan.
11 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 2001, hlm 805
12 Ibid,
12
terbatas atau kemandirian itu adalah wujud pemberian kesempatan yang
13
penyelesaian tugas itu.
atau otonomi berkembang dari bawah dan oleh pemerintah pusat atas
14
dasar permusyawaratan diberi dasar formil yuridis.
15
suatu daerah otonom haru memiliki atribut sebagai berikut:
13 Ateng Syfrudin, Titik Berat Otonomi Daerah Pada Daerah Tingkat II Dan Perkembangannya,
Penerbit Mandar Maju, 1991,hlm.23.
14 Amrah Muslimin, Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah, Alumni Bandung, 1982.hlm.50
15 Josep Riwu Kaho, Mekanime Pengontrolan Dalam Hubungan Pemerintah Pusat Dan
Daerah,Bina Aksara Jakarta,1996.hlm.20.
13
b. Memiliki aparatur sendiri yang terpisah dari pemerintah pusat, yang
16
kekuasaan menurut dasar negara berdasarkan hukum.
16
Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum FH UII, Jogjakarta,
2001.hlm.57.
14
R.D.H. Koesomahatmadja berpendapat bahwa dengan
17
kepentingan-kepentingan umum.
18
DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945. Dimana Gubernur,
19
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Pemerintah daerah
15
nasional memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri.
20
adalah negara kesatuan.
21
Ciri – ciri pemerintah daerah menurut Oppenheim antara lain:
(1) Adanya lingkungan atau daerah batas yang lebih kecil dari pada
negara;
16
(3) Adanya kepentingan-kepentingan yang coraknya sukardibedakan;
menyelenggarakankepentingan-kepentingan tersebut;
oleh kepala daerah dan DPRD dengan dibantu oleh Perangkat Daerah.
22
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
sebagai berikut:
a) Asas Desentralisasi
22
Penjelasan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
17
23
2005:9). Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Daerah).
24
cirinya menurut Smith sebagai berikut:
18
Melalui pelaksanaan desentralisasi diharapkan akan lebih membuka
b) Asas Dekonsentrasi
25
Menurut Smith dekonsentrasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
25 Ibid, Hlm 13
19
d. Tidak menciptakan otonomi daerah dan daerah otonom tetapi
pemerintah pusat;
urusan pemerintah pusat dan pemerintah lokal yang berhak mengurus dan
26
rumah tangga daerah yang tingkatnya lebih atas.
26 Ibid, hlm 16
20
Penjelasan di atas dapat diartikan bahwa Tugas pembantuan
1. Definisi Desa
yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif
shops in a country area, smaller than and town “. Desa adalah kesatuan
tangganya berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam
27
menyatakan bahwa: Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum
pemberdayaan masyarakat.
27 Prof. Drs. Widjaja, HAW. 2003. Pemerintahan Desa/Marga. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hlm. 3.
21
28
Menurut R. Bintarto , berdasarkan tinajuan geografi yang
sosial, politik, dan cultural yang terdapat disuatu daerah serta memiliki
hubungan timbal balik dengan daerah lain. Menurut Kamus Besar Bahasa
29
Indonesia , desa adalah suatu kesatuan wilayah yang dihuni oleh
Desa adalah Desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain,
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
Indonesia.
30
Kusuma menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup
28 R. Bintaro, Dalam Interaksi Desa – Kota dan Permasalahannya (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1989).
29Kamus Besar Bahasa Indonesia, Medan: Bitra Indonesia, 2013. Hlm.2.
30 Candra Kusuma Putra, Ratih Nur Pratiwi, suwondo, Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa. Jurnal Administrasi Publik ,
vol I, No. 6.
22
dipilih dan ditetapkan sendiri. Sedangkan pemerintahan berdasarkan
Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan nama
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
23
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
31
Indonesia .
Nomor 6 Tahun 2014, Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang
Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa
Republik Indonesia.
32
kedudukan yang sama. Kewenangan Desa meliputi kewenangan di
24
Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
33
Pemerintah Desa berdasarkan asas:
a. Kepastian hukum;
d. Keterbukaan;
e. Proporsionalitas;
f. Profesionalitas;
g. Akuntabilitas;
i. Kearifan lokal;
j. Keberagaman; dan
k. Partisipatif.
25
d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah
dimaksud dalam Pasal 19 huruf c dan huruf d diurus oleh Desa. Tetapi
yang menyatakan :
26
pemberdayaan masyarakat Desa. Keempat hal tersebut penugasaan
disertai biaya. hanya ada dua konsep yang diberikan batasan dalan
34
desa. dan pemberdayaan masyarakat desa adalah upaya
35
esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.
36
Desa adalah melaksanakan tugas, Kepala Desa berwenang:
27
f) Membina kehidupan masyarakat Desa.
Peraturan Perundang-undangan.
Peraturan Perundang-undangan.
secara hukum memiliki tanggung jawab yang besar, untuk efektif harus
37
Kepala Desa berhak:
28
b. Mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa.
dilaksanakan.
3. Kepala Desa
dijelaskan secara jelas mengenai definisi dari Kepala Desa, kepala desa
No. 112 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Kepala Desa, Kepala Desa
38
melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
38 Pasal 1 Angka 7 Permendagri No. 112 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Kepala Desa.
29
5. Menyelenggarakan Pemerintahan Desa;
39
Kepala Desa berwenang:
30
n. Mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk
peraturan perundang-undangan;
peraturan perundang-undangan.
Kepala Desa tidak bisa menetapkan sendiri APB Desa dan Perdes.
31
kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Desa.
40
6 Tahun 2014, yaitu:
kepentingan di desa;
32
i) Mengelola keuangan dan aset desa;
desa;
Desa;
Desa; dan
41
Tahun 2014 adalah, sebagai berikut:
dilaksanakan; dan
33
D. Tinjauan Tentang Efektifitas Hukum
42
yang meliputi:
negara.
hukum.
42 Koentjaraningrat dalam H. Halim HS, Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada
Penelitian Tesis dan Disertasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hal. 305
34
pejabat yang berwenang itu ditegakkan oleh kepolisian, pengadilan dan
efektif jika terdapat dampak hukum yang positif, pada saat itu hukum
Ancaman paksaan pun merupakan unsur yang mutlak ada agar suatu
43
ketentuan atau aturan hukum. Membicarakan tentang efektivitas hukum
berarti membicarakan daya kerja hukum itu dalam mengatur dan atau
43 Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum dan Penerapan Sanksi, (Bandung : CV. Ramadja Karya,
1988), hal 80.
35
dikehendaki oleh atau peraturan perundang-undangan tersebut mencapai
44
efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor, yaitu :
(5) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur dari
44 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2008), hal. 8.
36
tidak hanya terletak pada sikap mental aparatur penegak hukum (hakim,
jaksa, polisi dan penasihat hukum) akan tetapi juga terletak pada faktor
45
sosialisasi hukum yang sering diabaikan.
46
pertama adalah:
pertentangan.
baik.
45 Romli Atmasasmita, Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia &Penegakan Hukum, (Bandung :
Mandar Maju, 2001), hal. 55.
46 Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, (Bandung : Bina Cipta, 1983), hal. 80.
37
Menurut Soerjono Soekanto bahwa masalah yang berpengaruh
47
tergantung pada hal berikut:
ada.
kepada masyarakat.
48
tersebut adalah:
38
2. Prasarana yang belum ada perlu diadakan dengan
lagi fungsinya.
muncul. Internalisasi faktor ini ada pada tiap individu yang menjadi elemen
terkecil dari komunitas sosial. Oleh karena itu pendekatan paling tepat
menjadi salah satu parameter tentang efektif atau tidaknya hukum itu
39
oleh berbagai penyebab, baik yang ditimbulkan oleh kondisi internal
maupun eksternal.
menimbulkan rasa takut atau tidak nyaman sehingga lebih memilih taat
kebudayaan spiritual atau non material. Hal ini dibedakan sebab sebagai
40
tersebut, hak-hak dan kewajiban-kewajibanya, dan seterusnya.
konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (hingga dianuti) dan
setempat diharapkan terjalin hubungan timbal balik antara hukum adat dan
41
penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung
49
usaha. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa istilah governance sebagai
50
good and services.
negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif,
51
domain negara, sektor swasta dan masyarakat.
52
stakeholder (negara, masyarakat madani dan sektor swasta).
49 Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi Revisi 2009. Yogyakarta. Penerbit Andi. Hal 18
50Ari Dwipayana. 2003. Membangun Good Governance Di Desa. IRE Press. Yogyakarta. Hal 47
51 Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI. 2000. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP), Pengukuran Kinerja Instansi Pemerintah: Modul Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Istitut
Pemerintah. Lembaga Administrasi Negar (LAN) RI. Hal. 6
52 Hardiansyah .2011. Kualitas Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gava Media. Hal 105
42
penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (good governance),
53
akuntabilitas (accountability), visi strategis (strategic vision).
54
good governance, meliputi:
pandang bulu.
yang membutuhkan.
53 Rosyada, Dede dkk. (2003). Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, Edisi Revisi, Jakarta: Tim
ICCE UIN Syarif Hidayatullah dan Prenada Media Hal 183
54 Opcit, LAN RI. Hal 7
43
5. Consesnsus orientation, berorientasi pada kepentingan masyarakat
terdapat satu elemen lagi yang dapat mewujudkan good governance yaitu
55
value for money (ekonomi, efisiensi, dan efektivitas).
44
BAB III
METODE PENELITIAN
penulisan Hukum.
tersebut akan diolah guna mendapatkan data yang lengkap dan hasil
A. Jenis Penelitian
45
2. Penelitian lapangan (field research) adalah penelitian yang dilakukan
B. Lokasi Penelitian
C. Objek Penelitian
lingkup yang menjadi objek kajian dari meluasnya wilayah batas kajian
Jenis dan Sumber Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat
46
penelitian di lokasi penelitian dengan menggunakan teknik
objek penelitian.
47
F. Analisis Data
kesimpulan.
48
BAB IV
Asal mula nama Desa Citta berasal dari kata CIDDAI yang dalam
oleh Raja Bone yang bergelar Mangkau yang pada saat itu Raja Bone
Rombongannya telah menempuh jarak yang cukup jauh, ketika Raja Bone
anggota rombongan bahwa pencarian air tidak ditemukan, lalu Raja Bone
basah kuyup, dan seketika itu pula anjingnyapun menghilang. Raja Bone
49
bertanya kepada Rombongan “Kemana Anjing Tersebut
Ciddai” cepat cari dan ikuti kemana anjing tersebut, ternyata anjing hitam
dekat sumber mata air. Yang sekarang dikenal sebagai Mata Air Citta.
Dari kata CIDDAI yang diucapkan oleh Raja Bone, yang kemudian
masyarakat Desa Citta memberikan nama Desa Citta yang kita kenal
Barang sekarang) yang pada saat itu dikepalai oleh seorang raja yang
tersebut berubah menjadi Desa Citta dan Desa Kampiri dan berada
dan pada tahun 1965 tersebut berubah lagi menjadi Wanua yaitu Wanua
Kecamatan Liliriaja sampai pada tahun 1968, dan pada tahun 1968 kedua
Wanua tersebut digabung menjadi Wanua Citta sampai pada tahun 1972.
50
Sehingga pada perkembangan selanjutnya pada tahun 1979 Desa
Citta dimekarkan menjadi tiga buah desa yaitu : Desa Citta berkedudukan
“CIDDAI” yang asal mulanya pemerintah dipimpin oleh seorang raja yaitu:
tidak mengetahuinya, selanjutnya : Ikajo Datu Citta, Tenri Dolo Baso Bila
tercatat sebagai Kepala Desa Citta, A. Malyan Kepala Desa Citta tahun
51
2) Kondisi Desa Citta
1. Dusun Lemoape
2. Dusun Belawa
3. Dusun Bacu-Bacue
4. Dusun Ungae
- RT 02 Talebba - RT 02 Jarae
RW 03 Watancitta
- RT 01 Palla Ottie
- RT 02 Pallakalukue b.
- RT 01 Bulu - RT 01 Belawa
- RT 02 Tocciama - RT 02 Uttange
RW 03 Abbinenge
- RT 01 Acciro Cironge
52
- RT 02 Abbinenge
c. Dusun Bacu-Bacue
RW 01 Bacu-Bacue RW 02 Codong
- RT 03 Codong Rilau
- RT 04 Kampong Pandang
d. Dusun Ungae
RW 01 Tocakko RW 02 Ungae
b. Batas Wilayah :
53
c. Penduduk Desa Citta :
Jumlah Penduduk : 2.579 Jiwa
d. Keadaan Iklim :
Kelembaban : 0,0
o C
Suhu rata-rata : 20 o
C
Ketinggian : 150 M
e. Orbitasi
54
c. Kantor Danramil 1 unit
f. Masjid 6 unit
h. Sekolah
TK 1 unit
Kelompok Bermain 4 unit
SD 3 unit
SMP 1 unit
MTs 1 unit
MAN unit
i. Puskesmas 1 unit
55
Visi dari Desa Citta adalah :
masa depan yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan desa.
secara musyawarah.
suatu focus. Misi inilah yang harus diemban oleh pemerintah desa untuk
56
B. Pelaksanaan Tugas Kepala Desa Citta Di Era Otonomi Daerah
Desa (BPD). Kepala Desa adalah orang yang mengepalai desa. Kepala
57
tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan atau
56
pemerintah kabupaten.
Citta dengan empat indikator tugas kepala desa yang berdasar pada
Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, yaitu
sebagai berikut:
57
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintahan desa
56 HAW Widjaja, 2003, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh, Jakarta.
Raja Grafindo Persada. Hal 20.
57 Pasal 1 angka (2) Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa
58
yykepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas,
partisipatif.
59
“kami dari masyarakat juga ikut terlibat dalam musyawarah desa,
dalam musyawarah desa kami menyampaikan aspirasi kami yang
terkait masalah-masalah dan kebutuhan yang masyarakat.”
orang terdahulu (prinsip bugis) sesuai visi dan misi Pemerintah Desa Citta.
Bawah Lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa” dan Misi Desa Citta adalah
Dengan Tetap Berpegang Teguh Pada Prinsip Kearifan Lokal Yaitu : Mali
Rui No, Massilessureng Makke Wanua”. Makna dari misi tersebut adalah
60
masyarakat desa untuk memusyawarahkan hal yang bersifat strategis
Usaha Milik Desa, penambahan dan pelepasan aset desa dan kejadian
Hasil ini menjadi pegangan bagi perangkat Pemerintah Desa dan lembaga
mengatakan bahwa:
61
pemerintah desa lain terkait pemanfaatan sumber mata air Desa Citta.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa kami selaku pemerintah desa
60
menerima tugas pembantuan dari Pemerintah Kabupaten Soppeng.”
Penyelenggaraan pemerintahan desa di Desa Citta
(KTP), Kartu Keluarga (KK), Akta Kematian, pembuatan akta jual beli
Pitue.
beberapa desa yakni pemanfaatan air bersih dari mata air Citta ke Desa
62
Tinco dan Desa Kampiri dan pembuatan jalan tembus ke Desa Kampiri
dan Desa Labae. Untuk kegiatan bidang kerja sama pemanfaatan sumber
mata air Citta dilaksanakan oleh para Kepala Desa dan BPD Desa Citta,
Desa Kampiri dan kelompok pelaksana Desa Tinco dan Desa Kampiri.
Hasil kerja sama dari ketiga desa ini adalah masyarakat Desa Tinco dan
Desa Kampiri telah memanfaatkan air bersih dan membayar iuran air
KTP, KK, Akta Kelahiran, penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
63
sarana dan fasilitas pelayanan umum dan pelaksanaan tugas pembantuan
Tabel 1
Tugas Pembantuan Pemerintah Daerah Kab. Soppeng
64
Pelaksanaan semua kegiatan tugas pembantuan dari Pemerintah
Desa Citta sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Kepala Desa
melaksanakan semua kegiatan fisik serta tugas lain yang diberikan dalam
penanggung jawab kegiatan adalah Kepala Desa Citta dan yang menjadi
Daerah Kab. Soppeng. Dimana pada kegiatan ini yang menjadi Kolektor
adalah Kepala Desa Citta dan Kepala Dusun. Jadi menurut penulis,
65
Urusan Pemerintah Daerah Kabupaten Soppeng yang di serahkan
Citta mengatakan:
66
Menurut Bapak Muhammad Zainuddin selaku Tokoh Masyarakat
tahun anggaran.
67
Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan
68
Pemerintah Desa yang merupakan penjabaran dari Rencana
Desa Citta.
kemudian ditetapkan menjadi RPJM Desa dan RKP Desa yang di muat
dalam berita acara. RPJM Desa dan RKP Desa inilah yang dijadikan
69
mengutamakan pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya
alam yang ada di Desa Citta serta mendayagunakan swadaya dan gotong
66
pembangunan desa dengan cara:
pembangunan Desa;
66 Pasal 86 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 114 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pembangunan Desa.
70
b. menerima, mempelajari dan memberikan umpan balik terhadap
71
Tabel 2
Kegiatan Pembangunan Fisik Desa Citta TA 2015
Tabel 3
Kegiatan Pembangunan Fisik Desa Citta TA 2016
72
tahun 2015. Artinya Pemerintah Desa Citta pada tahun anggaran 2016
73
perencanaan, penelitian, pengembangan, bimbingan, pendidikan dan
pembinaan adalah:
mengatakan bahwa:
74
Adapun program/kegiatan di bidang pembinaan kemasyarakatan
yang dilakukan Kepala Desa Citta atau Pemerintah Desa Citta dapat
Tabel 4
Kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa Citta
75
kehendak pemberdaya atau penguasa tersebut. Berdasarkan pendapat
mengatakan bahwa:
mengatakan bahwa:
76
pemerintah desa memberdayakan masyarakat untuk bersama-
sama membangun desa ini menjadi lebih baik. Untuk itu kami selalu
membuka ruang bagi masyarakat yang ingin ikut berpartisipasi
dalam penetapan program maupun kegiatan desa lewat
musyawarah desa dan pelaksanaan kegiatan pembangunan
71
desa”
Berhubungan dengan hal di atas, Bapak Muhammad Zainuddin
77
Adapun program/kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah Desa
berikut:
Tabel 5
Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Desa Citta
78
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
proses pelaksanaan tugas tersebut, begitu juga yang dialami oleh Kepala
1. Partisipasi Masyarakat
sendiri artinya masyarakat desa ikut serta dalam pembangunan atas dasar
keyakinan dan kesadaran yang datang dari dalam diri mereka sendiri.
oleh, dan untuk masyarakat daerah itu sendiri. Oleh karean hal tersebut
kegiatan pembangunan.
79
Menurut Bapak Bahar Mahmud selaku Kepala Desa Citta
mengatakan bahwa:
“masyarakat di desa ini banyak acuh tak acuh terhadap apa yang
dilaksanakan oleh pemerintah desa, memang betul apa yang pak
desa katakan bahwa partisipasi dalam musyawarah desa masih
sedikit yang hadir, yang hadir cuma tokoh-tokoh masyarakat saja.
Padahal kami dari pemerintah desa berharap masyarakat dapat
74
berpartisipasi penuh dalam pembangunan desa”.
Menurut Bapak Muhammad Zainuddin selaku Tokoh Masyarakat
bahwa:
80
“Pak Desa memang selalu memanggil kita kalau ada kegiatan, tapi
saya hanya sesekali pergi membantu. Karena begitulah dek, saya
juga bertani dan berkebun sehingga waktunya terbatas untuk
membantu”.
mengatakan:
siang hari dan pada malam hari harus beristirahat, jadi masyarakat tidak
81
2. Sumber Daya Manusia
kerja dalam suatu organisasi. Sumber daya manusia yang tepat akan
program kerja yang telah ditetapkan akan terlaksanakan dengan baik dan
akan tepat sasaran. Dalam memilih dan menempuh sumber daya manusia
harus dilakukan dengan selektif agar apa yang diharapkan sesuai dengan
kinerja yang dihasilkan oleh sumber daya manusia itu. Sumber daya
manusia adalah semua manusia yang ada didunia ini mampu dan mau
mengatakan bahwa:
dalam hal ini aparatur desa. Kemampuan dan keterampilan aparatur atau
82
perangkat desa pada Desa Citta masih tergolong rendah karena tingkat
aparatur ini merupakan hal penting dalam membatu kepala desa dalam
tugasnya tanpa para aparatur desa. Akan tetapi, Kepala Desa Citta terus
public, karena apabila kedua hal ini yang diharapkan sesuai dengan
83
terhambat. Tapi nanti kami akan membahas masalah terkait sarana
77
dan prasarana ini pada saat musyawarah desa.
Sarana fasilitas atau peralatan sangat penting dalam proses
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
85
ini aparatur desa. Dan ketiga, masih terbatasnya sarana dan
B. Saran
sebagai berikut:
desa.
manusia yang ada di desanya dalam hal ini aparatur desa demi
masing.
86
DAFTAR PUSTAKA
87
Manan, Bagir. 2001. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi
Hukum FH UII, Jogjakarta.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi Revisi 2009. Yogyakarta. Penerbit
Andi.
Moenir, A.S. 2010. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta :
Bumi Aksara.
Muslimin, Amrah. 1982. Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah, Alumni:
Bandung.
Nurcholis, Hanif. 2011. Pertumbuhan & Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, Jakarta:Erlangga.
Nurcholis, Hanif. 2005, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi
Daerah,Grasindo, Jakarta.
Prawirosentono, Suyadi. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta :
1
BPFE. Simamora, Henry. 2006. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Cetakan kedua. Yogyakarta : STIE TKPN.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
R. Bintaro, 1989. Dalam Interaksi Desa – Kota dan Permasalahannya.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rosyada, Dede dkk. 2003. Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani,
Edisi Revisi, Jakarta: Tim ICCE UIN Syarif Hidayatullah dan
Prenada Media.
Sedarmayanti. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi
Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negri Sipil. Bandung: PT
Refika Aditama.
Soekanto, Soerjono. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penegakan Hukum. Bandung : CV. Ramadja Karya.
Soekanto, Soerjono. 2001. Penegakan Hukum. Bandung : Bina Cipta.
Soekanto, Soerjono. 1988. Efektivitas Hukum dan Penerapan Sanksi,
Bandung : CV. Ramadja Karya.
88
Suprihanto, John dkk., 2003. Perilaku Organisasional. Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Syafrudin, Ateng. 1991. Titik Berat Otonomi Daerah Pada Daerah Tingkat
II Dan Perkembangannya, Penerbit Mandar Maju.
Utama, Prabawa . 1991. Pemerintahan Di Daerah. Jakarta: Indonesia-Hill-
Co.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-
Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 Tentang Pengelolaan Keuangan
Desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 114 Tentang Pedoman
Pembangunan Desa.
89
YAMINA DECOMP
KANTIN RAMSIS UNHAS
0853 9600 1109-081 342 933 050
90
91
92