Anda di halaman 1dari 15

AGAMA LOKAL SUKU BATAK

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama-agama Lokal

Dosen Pengampu:
Siti Nadroh, S.Ag., M.Ag

Oleh Kelompok III:


Yanti Pradila 11190321000019
Rinka Sari 11190321000022
Lutfi Iswahyudiantoyo 11190321000007

STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Subhanallahu Wata’ala yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga masih diberikan kesempatan untuk
melaksanakan serta memenuhi tugas terstruktur dalam mata kuliah ini. Shalawat serta salam tak
lupa dipanjatkan kepada baginda kita Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wassalam yang telah
membawa kita menuju jalan yang terang benderang seperti sekarang ini.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam proses
pembuatan makalah ini, serta kepada dosen pengampu yang telah memberi banyak masukan dan
motivasi kepada kami terkait pembuatan makalah ini.

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama-Agama
Lokal. Sesungguhnya dalam pembuatan makalah ini kami menyadari  masih banyak kekurangan
di segala hal, baik dari segi materi maupun penyusunannya sendiri. Maka dari itu membutuhkan
kritik dan saran dari semuanya guna adanya sebuah perubahan menuju perbaikan yang positif
dan lebih maju lagi.

Jakarta, 18 Maret 2021

Kelompok 3

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I: PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................................................1

BAB II: PEMBAHASAN..............................................................................................................2


A. Mitologi Batak dan Jenjang Kehidupan Manusia Zaman Keberhalaan............................2
B. Asal usul dan Perkembangan Kepercayaan Parmalim.........................................................3
C. Kepercayaan Parmalim dan Ajaran-Ajarannya...................................................................5
D. Upacara Keagamaan dalam Kepercayaan Parmalim...........................................................7
E. Interaksi Kepercayaan orang Batak dengan Agama-Agama Lain......................................9

BAB III: KESIMPULAN............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................12

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budaya adalah bagian dari kehidupan masyarakat, budaya sudah ada di dalam diri
masyarakat dan lahir dari pengalaman kehidupan sehari-hari. Dalam melihat budaya kita dapat
melihat adanya berbagai hal yang mencakup seperti adat tradisioanl. Indonesia adalah negara
yang memiliki beraneka macam ragam budaya. Budaya dalam suku yang ada di Indonesia
adalah budaya yang diturunkan secara turun temuurun dari nenek moyang hingga saat ini dan
dilestarikan. Salah satunya adalah budaya dari suku Batak yang berasal dari Sumatera Utara.

B. Rumusan Masalah
1. Mitologi Batak dan Jenjang Kehidupan Manusia Zaman Keberhalaan?
2. Asal Usul dan Perkembangan Kepercayaan Parmalim?
3. Kepercayaan Parmalim dan Ajaran-ajarannya?
4. Upacara Keagamaan dalam Kepercayaan Parmalim?
5. Interaksi Orang Batak dengan Agama-agama Lain?

C. Tujuan Penelitian
1. Mahasiswa dapat mengetahui asal usul suku Batak
2. Mahasiswa dapat mengetahui kepercayaan yang dianut oleh suku Batak

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mitologi Batak dan Jenjang Kehidupan Manusia Zaman Keberhalaan


Mitologi Batak
Mitologi Batak yaitu keyakinan tradisional kepada dewa-dewi yang dianut oleh orang
Batak. Kepercayaan kepada tuhan Batak tradisional sudah nyaris menghilang pada saat ini,
begitu juga dengan mitologi Batak. Keyakinan Batak tradisional terbentuk sebelum datangnya
kepercayaan kepada agama Islam dan Kristen oleh dua unsur yaitu megalitik lawas dan
unsur Hindu yang membentuk kebudayaan Batak. Pengaruh dari India dapat terlihat dari
elemen-elemen keyakinan seperti asal-usul dunia, mitos penciptaan, keberadaan jiwa serta
bahwa jiwa tetap mempunyai meskipun orang telah meninggal.1

Suku Batak adalah salah satu suku besar di Indonesia. Suku Batak merupakan bagian dari
enam sub suku yakni Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak
Angkola, dan Batak Mandailing. Keenam suku ini menempati daerah induk masing-masing di
daratan provinsi Sumatra Utara. Batak adalah sebuah suku yang kaya akan mitos baik tentang
Debata, dewa-dewa maupun tentang penciptaan bumi. Semua mitos itu sejak dahulu
diceritakan dari mulut ke mulut dan dikemas melalui cerita dongeng.2

Menurut kepercayaan Batak dalam mitologinya, masalah kehidupan selalu ada kaitannya
dengan keilahian yang dipercaya sebagai Karya Mula Jadi Nabolon. Mite yang mirip dengan
mitologi kepercayaan Hindu ini dalam cerita turun-temurun masyarakat Batak, yaitu adanya
tiga oknum dewa (Batara Guru, Soripa, dan Mangala Bulan) yang merupakan aspek dari Mula
Jadi Nobolon, yang mempunyai otoritas di bumi untuk mengatur kehidupan Manusia.3

Orang Batak mengenal pembagian alam semesta ini terbagi menjadi tiga dunia: Banua
Ginjang atau Dunia Atas (upperrworld), Banua Tonga atau Dunia Tengah (middleworld),
dan Banua Toru atau Dunia Bawah (lowerworld).4
1
https://kepercayaanlokal2018saa4bkelompok2.blogspot.com/2018/04/resume-suku-batak.html
2
2
http://agamalokal2016pa4bkel5.blogspot.com/2016/05/tugas-responding-paper-suku-batak.html
3
ibid
4
Sihombing, Filsafat Batak tentang kebiasaan-kebiasaan Adat Istiadat, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), 32
Dunia tengah, tempat manusia hidup, juga merupakan perantara selang dunia atas dan
dunia bawah tanah. Dunia atas yaitu tempat tinggal para dewata sedangkan dunia bawah tanah
yaitu tempat tinggal setan serta roh-roh bumi dan kesuburan. Warna yang sering digunakan
orang Batak patut untuk peralatan rumah tangga, Hauduk, kain Ulos dan ukiran kayu yaitu
putih, merah dan hitam merupakan simbol dari tiga dunia ini. Pencipta dunia dalam mitologi
Batak adalah Mulajadi na Bolon (atau Debata Mulajad Nabolon).

Mulajadi na Bolon dibantu dengan sederetan dewa-dewi lainnya, yang dapat dibagi
menjadi tujuh tingkat dalam dunia atas. Anak-anaknya merupakan tiga dewata bernama Batara
Guru, Soripada dan Mangala Bulan. Ketiganya dikenal sebagai kesatuan dengan nama Debata
Sitolu Sada (tiga dewa dalam satu) atau Debata na Tolu (tiga dewata). Dalam urut-urutan
dewata mereke berada di bawah Mulajadi na Bolon. Diceritakan pula bahwa Mulajadi na
Bolon telah mengirim putrinya Tapionda ke bumi ke kaki gunung Pusuk Buhit.5

Parmalim sebenarnya adalah identitas pribadi, sementara kelembagaannya disebut


Ugamo Malim. Pada masyarakat kebanyakan, Parmalim sebagai identitas pribadi itu lebih
populer dari “Ugamo Malim” sebagai identitas lembaganya Berjuang bagi Parmalim bukan hal
baru, karena leluhur pendahulunya dari awal dan akhir hidupnya selalu dalam perjuangan. 

B. Asal usul dan Perkembangan Kepercayaan Parmalim


Agama Malim berasal dari dua kata yaitu “ugamo” dan “malim”. Secara harfiah istilah
ugamo bermakna pulungan, atau ambu-ambuan pelean (kumpulan atau ramuan dari
bermacam-macam benda yang dijadikan sebagai pelean atau sesaji). Ramuan atau pulungan
yang dijadikan sebagai sesaji itu kemudian disebut dengan ugamo atau agama. Sementara kata
malim berrmakna ias (bersih) atau pita (suci).
Dengan demikian secara etimologis pengertian agama Malim adalah “sekumpulan atau
sejumlah pulungan atau ramuan beda-benda pilihan yang bersih lagi suci”. Sedangkan menurut
istilah agama Malim, ugamo atau agama adalah jalan perjumpaan antara manusia dengan
Debata melalui sejai yang bersih lagi suci (dalan pardomuan ni hajolmaon tu Debata marhite
pelean na ias).orang yang masuk
3
dalam agama Malim disebut parugamo malim (penganut
agama malim) yang sering disingkat dengan parmalim.6

5
Ibid. h.39
Menurut Harahap (2016:81) kepercayaan parmalim adalah agama batak asli yang
berkembang di tanah Batak di bawah pimpinan Raja Sisimangaraja, di dalam upaya manusia
menuju dan menyembah Tuhan Mulajadi Na Bolon. Perkembangan dan pengajaran
kepercayaan parmalim seiring perlawanan Raja Sisingamangaraja terhadap penjajah yang
berusaha melenyapkan kepercayaan parmalim dari bumi.

Agama parmalim bukanlah agama pendatang atau juga agama universal, melainkan
agama lokal yang lahir di tanah Batak. Proses awal penamaan Parmalim sebagai agama
merujuk pada ucapan terakhir Raja Nasiakbagi di suatu pertemuan bersama-sama dengan
murid- muridnya. Kemudian, pidato terakhirnya itu dijadikan sebagai tonggak sejarah
permulaan penamaan Parmalim sebagai agama (Gultom 2012:75-76). Menurut Tobing (dalam
Gultom 1956:76) sebelum agama islam dan kristen datang ke tanah Batak, orang Batak telah
mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa yang dinamakan Debata Mulajadi Nabolon.

Parmalim merupakan kepercayaan asli Batak Toba. Tuhan Yang Maha Esa dalam agama
Parmalim adalah Debata Mulajadi Nabolon. Dalam bahasa Batak Toba artinya: Tuhan Yang
Maha Awal dan Maha Besar Dialah Tuhan yang memiliki sifat Maha Pencipta, Maha
Menjadikan, Mahakuasa dan Awal mula dari segala yang ada (Gultom 2008:4). Tidak satu pun
manusia yang sanggup memikirkan akan kewujudannya. Tidak ada sesuatu yang tidak bermula
daripada-Nya. Dia mampu menjadikan sesuatu dengan hanya berucap kata-kata. Dengan sifat-
Nya yang demikian Dia disebut Ompu Raja Mulamula dan Ompu Raja Mulajadi (Hutagalung
dalam Gultom 1991:77). Kepercayaan Parmalim juga masih memegang teguh adat-istiadat,
dan melakukan upacara dalam menjaga kesejahteraan masyarakat desa dan hubungannya
dengan roh nenek moyang serta Mulajadi Nabolon. Menurut Gultom (2010:92-95) ada empat
orang yang tercatat sebagai Parmalim yang diutus Debata khusus kepada suku Batak, yaitu
Raja Uti seorang pemimpin umat kharismatik dan disegani di zamannya. Dia tampil di tengah-
tengah suku Batak ketika masyarakatnya pada masa itu dalam keadaan chaos yang ditandai
dengan terjadinya pertikaian dan kekacauan sosial sesama suka Batak Toba. Kedua ialah
Simarimbulosi yang melanjutkan ajaran yang dibawa oleh Raja Uti. Kedatangannya adalah
untuk memantapkan keimanan 4suku Batak agar tetap berketuhanan kepada Debata Mulajadi
Nabolon. Ketiga kehadiran Raja Sisingamangaraja beberapa puluh tahun setelah
6
Badan Litbang Agama dan Departemen Agama RI, Tradisi dan Kepercayaan Lokal, (Badan Litbang Agama dan
Departemen Agama RI, 1998). 54.
Simarimbulosi, tugasnya adalah menyebarkan adat, patik, dan uhum (hukum) bagi suku Batak
sebagai panduan hidup dalam bermasyarakat. Raja keempat tampilnya sosok misterius Raja
Nasiakbagi membawa kesan yang menggembirakan bagi masyarakat Batak pada umumnya
dan semakin mempertebal keyakinan bahwa raja mereka Sisingamangaraja tidak benar mati.
Setelah Raja Nasiakbagi pergi meninggalkan umatnya, agama Parmalim diwariskan kepada
salah seorang murid setianya yaitu Raja Mulia Naipospos. Dia diserahi tugas mempertahankan
dan melanjutkan penyebaran agama Parmalim untuk masa selanjutnya.7

C. Kepercayaan Parmalim dan Ajaran-ajarannya


1. Kepercayaan Parmalim
a) Kepercayaan kepasa Si Pemilik Kearajaan Malim di Banua Ginjang

1) Debata Mulajadi Nabolon

Tuhan Yang Maha Esa dalam agama Malim adalah Debata Mulajadi Nabolon
yang dalam bahasa Batak bermakna Debata yang “mahaawal” dan “mahabesar”. Dialah
Tuhan yang memiliki sifat maha pencipta, maha menjadikan, mahakuasa dan awal mula
dari segala yang ada. Tidak ada dari segala yang ada itu tak bermula dari padanya-Nya.

2) Debata Na Tolu

Debata Na Tolu (Debata yang tiga) adalah nama kesatuan dari dewa yang tiga
yaitu dewa Bataraguru, Sorisohaliapan, dan Balabulan. Ketiga-tiga dewa ini disebut
sebagai dewa yang pertama dijadikan setelah Banua Ginjang beserta isinya.

3) Si Boru Deakparujar

7
Pdf berjudul Marini Dolok Seribu, h. 8-9
Dalam kepercayaan agama Malim Deakparujar merupakan salah satu dewa yang
wajib disembah oleh parmalim. Deakparujar adalah satu-satunya dewa yang mendapat
kuasa untuk mencipatakan Banua Tonga (bumi) ini.

4) Nagapadohaniaji

Nagapadohaniaji merupakan salah satu dewa yang ikut dalam kelompok si pemilik
kerajaan Malim di Banua Ginjang. Nagapadohaniaji diberi tugas oleh Debata Mulajadi
Nabolon yakni memelihara Banua Tonga.

5) Si Boru Saniangnaga

Salah satu dewa yang wajib diimani dalam agama Malim ialah Saniangnaga. Dia
juga termasuk dewa yang sama kedudukannya denagn dewa-dewa lainnya yaitu sama-
sama si pemilik kerajaan Malim di Banua Ginjang.

b) Kepercayaan  kepada Si Pemilik Kerajaan Malim di Banua Ginjang

Dalam pemahaman agama Malim, harajaon memiliki makna keagamaan. Berhubungan


dengan ini, maka yang dimaksud dengan raja bukanlah memiliki arti yang sesungguhnya,
tetapi”raja” yang dimaksud yaitu memiliki tugas sebagai pembawa agama.

c)   Kepercayaan Kepada Habonaran

Salah satu komponen dalam seistem kepercayaan agama Malim adalah mempercayai
adanya ”habonaraní”.  Secara harfiah, kata ”habonaran” dalam bahasa Batak bisa bermakna
“kebenaran”. 6
d) Kepercayaan Kepada Sahala

Dalam kamus bahasa Batak Indonesia mengartikan sahala sebagai  “kharisma” dan


“wibawa”, namun belumlah tepat dengan makna yang sesungguhnya.

2. Ajaran-Ajaran agama Malim

a) Konsep Kesucian Diri Menurut Agama Parmalim

Agama Malim sebagai jalan pertemuan dimaksudkan bahwa melalui agama inilah
para penganutnya dapat melakukan hubungan dengan Debata baik pada waktu melakukan
upacara keagamaan (ibadat) maupun diluar ibadat.

b)     Konsep Dosa menurut Agama Malim

Dosa dalam agama Malim dilukiskan sebagai perbuatan yang menjijikan Debata
(pangalaho hagigion ni Debata). Kriteria perbuatan yang menjijikan bisa dikenali apabila
perbuatan itu tidak sesuai dengan hukum Debata sebagaimana tertuang dalam peraturan
baik yang berbentuk suruhan/perintah maupun larangan.8

D. Upacara Keagamaan dalam Kepercayaan Parmalim


Menurut Gultom (2010:222-316) Ritual-ritual Kepercayaan Parmalim adalah sebagai
berikut:

1. Upacara Marari sabtu, yaitu salah satu upacara ritual (ibadat) yang terpenting dalam
kepercayaan Parmalim, yang dilaksanakan sekali dalam sepekan yaitu pada hari Sabtu.

2. Upacara Martutuaek (Kelahiran Anak), merupakan salah satu aturan atau ibadat wajib dalam
kepercayaan Parmalim. Upacara ini sudah ada sejak zaman Sisimangaraja I, bahkan sejaka
dari Siraja Batak sebagai salah satu adat istiadat orang-orang Batak.9

3. Upacara Pasahat Tondi (Kematian), yaitu berasal dari dua kata Pasahat yang artinya
“menyampaikan” atau “menyerahkan”
7 dan Todi yang artinya “ruh.” Jadi Pasahat Todi yaitu

8
http://agamalokal2016pa4bkel5.blogspot.com/2016/05/tugas-responding-paper-suku-batak.html
9
Ibid.
upacara penyampaian atau menyerahkan ruh, maksudnya suatu upacara ritual yang
bermaksud menyampaikan atau menyerahkan roh seorang manusia yang sudah meninggal
dunia kepada Debata Mulajadi Nabolon sekaligus memohon kepada-Nya agar orang yang
bersangkutan dapat diampuni dosanya.

4. Upacara Mardebata (Sembah Debata), yaitu upacara penyembahan kepada Debata dengan
perantaraan sesaji (pelean) yang bersih diantarkan melalui bunyi-bunyian gondang
sabangunan atau gondang hasapi sebagaimana telah disebarkan dalam Kepercayaan
Parmalim.

5. Upacara Mangan Na Paet (Memakan Yang Pahit), yaitu aturan ibadah yang wajib diamalkan
oleh setiap masyarakat Parmalim pada akhir tahun. Wajibnya melaksanakan ibadah ini yaitu
sebagai wujud pengakuan bahwa setiap manusia tidak luput dari segala perbuatan dosa sejak
awal tahun hingga akhir tahun.

6. Upacara Sipaha Sada (Hari Kelahiran Simarimbulosi), yaitu salah satu ibadah dalam ritual
parmalim. Upacara ini khusus memperingati ari hatutubu (hari kelahiran) Tuhan
Simarimbulosi yang jatuh pada ari suma (hari kedua) dan ari anggara (hari ketiga) bulan
Sipaha sada (bulan satu). Sipaha sada memperingati dan merayakan hari kelahiran
Simarimbulosi ini lazim disebut Sipaha sada.

7. Upacara Sipaha lima (Persembahan Sesaji Besar), yaitu salah satu ibadah yang wajib
diamalkan oleh warga parmalim pada setiap tahunnya. Upacara ini digelar tiga hari berturut-
turut, yaitu pada tanggal 12 (boras tini tangkup), 13 (singkora purasa), dan tanggal 14
(samisara purasa) bulan lima (Sipaha lima) yang dipusatkan di Balai Pasogit Partonggoan
Huta Tinggi. Diantara semua ritual yang dilaksanakan Sipaha lima adalah ritual yang paling
besar dalam kepercayaan Parmalim.

8. Upacara Mamasu-masu (Memberkati Perkawinan), yaitu upacara yang termasuk dalam


kelompok upacara krisis (rites crisis), karena seseorang hendak melalui suatu tahapan
perjalanan hidupnya yaitu memasuki gerbang pernikahan.
8
E. Interaksi Kepercayaan Orang Batak dengan Agama-Agama Lain

a. Interaksi dengan Hinduisme dan Buddhisme

Hal ini dapat dilihat dari bukti-bukti peninggalan yang ada di Batak. Ada tiga pendapat
yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang terjadi dari Hinduisme.

 Pengaruh itu terlihat dengan penggunaan kata Debata. Debata dalam agama Hindu-
Jawa ialah berasal dari kata Deva. Ditemukan juga persamaan nama mata angin.10

 Berasal dari Kodding, Loeb dan Tideman. Pendapat ini mengatakan bahwa masuknya
pengaruh India langsung ke tanah Batak melalui pelabuhan Barus yang merupakan
pusat perdagangan pada masa itu. Pengaruh tersebut dapat terlihat dari bahasa dan
aksara, mitologi, kalender dan pustaha pada kultur Batak tersebut.

 Datang dari Anicetus Sinaga (1975). Hinduisme dan Buddhisme datang dari Sumatera
bagian selatan ke tanah Batak. Dua kerajaan tua di Sumatera memiliki tradisi Buddha:
Sriwijaya di Sumatera Selatan (Palembang) dan Minangkabau di Sumatera Barat. Yang
pertama mempunyai tradisi Buddha Mahayana.11

b.Interaksi dengan Islam

Di melayu yang lebih dahulu menerima Islam adalah Kota Barus dibanding Pasai
dan Samudra. Karena kota barus adalah penghasil kapur barus dan kemenyan. Kapur
barus dan kemenyan ini sudah diperdagangkan sejak abad ke-17 kepada orang-orang
Cina, India, dan Timur Tengah, dan yang memperdagangkannya yaitu orang Islam. Maka
dari situ terjadilah kontak dengan para pekerja damar yang sebagian besar adalah Batak.
Dari situlah mula-mula proses islamisasi pada segelintir orang batak, bahkan ada yang
sampai ke pernikahan antara pedagang Arab dengan penduduk setempat serta keluarga
pekerja damar. Lalu dari pernikahan tersebut, terjadilah generasi-generasi baru Islam di
kawasan Barus. Namun, islamisasi tidak sampai ke sebelah Utara Barus, dikarenakan

10
Sihombing, Filsafat Batak tentang kebiasaan-kebiasaan Adat Istiadat, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), h. 76

Mufid, Ahmad Syafi’I (ed). Dinamika Perkembangan Sistem Kepercayaan Lokal Indonesia. (Jakarta: Kementerian Agama RI
11

Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan. 2012), h. 35


masih kuatnya kepercayaan tradisional di sana, selain itu juga penyebarannya hanya lewat
perdagangan bukan dakwah, maka Islam tidak bisa meluas ke wilayah Batak seluruhnya.

Tetapi, pada abad ke-15, ada seseorang yang bermarga Marpaung mendirikan sebuah
masjid di Porsea sekaligus masjid pertama di Batak. Kemudian, tahun 1818 pasukan
Paderi datang dari Minangkabau ke tanah Batak dengan pemimpin pasukan Tuanku Rao
seorang panglima perang Bonjol dan menurut sejarah ia adalah keponakan dari
Sisingamangaraja X, untuk mengajarkan Islam dengan mazhab Hambali.12

c. Masuknya Kristen di Tanah Batak

Kristen datang melalui misionaris Kristen (Richard Burton, Nathaniel Ward, dan
Evans), yang sudah diberi mandat untuk menyebarkan agama Kristen di Indonesia dari
Inggris. tahun 1924 melalui Sibolga, mereka memulai penjajahan Penginjilan, sasaran
utama adalah daerah danau Toba. Setibanya mereka di sana, mereka disambut baik oleh
masyarakat di sekitar. Dalam pembicaraan, misionaris itu mengungkapkan maksud dan
tujuan mereka datang ke daerah tersebut, akan tetapi raja menolak dan menyatakan tidak
sanggup untuk meninggalkan tradisi-tradisi mereka. Selanjutnya, misionaris Kristen dari
Amerika malah bernasib malang, mereka dibunuh dan dimakan dagingnya oleh
sekelompok orang Batak. Karena ketakutan dan kemarahan orang Batak terhadap bahaya
yang mengancam kebebasan mereka. etelah kejadian tersebut, misionaris barat tak gencar,
setelah beberapa cara dilakaukan, akhirnya sebuah jemaat Kristen didatangkan untuk
bekerja di tanah Batak, melalui interaksi-interaksi yang masih sebagian orang Batak
masuk Kristen.13

BAB III
10

Neng Darol Afia (ed). Tradisi Kepercayaan Lokal pada Beberapa Suku di Indonesia. (Jakarta: Badan Litbang
12

Agama Departmen Agama RI, 1999), h. 67


13
Mufid, Ahmad Syafi’I (ed). Opcit, h. 65&33.
KESIMPULAN

Agama Malim adalah salah satu kepercayaan yang dianut oleh suku Batak dan
mempercayai Debata Mulajadi Nabolon sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Terdapat beberapa
ajaran dan juga ritual dalama agama ini. Ada lima dewa yang di percayai oleh Agama Malim.
Upacara keagamaan Agama Malim terdiri dari delapan. Dan yang terakhir terjadinya interaksi
antara Agama Malim dengan Agama Islam, Kristen, Hindu, dan Budha.

11

DAFTAR PUSATAKA
Badan Litbang Agama dan Departemen Agama RI. 1998. Tradisi dan Kepercayaan Lokal,
(Badan Litbang Agama dan Departemen Agama RI)

https://kepercayaanlokal2018saa4bkelompok2.blogspot.com/2018/04/resume-suku-batak.html

http://agamalokal2016pa4bkel5.blogspot.com/2016/05/tugas-responding-paper-suku-batak.html

Mufid, Ahmad Syafi’I (ed). 2012. Dinamika Perkembangan Sistem Kepercayaan Lokal


Indonesia. (Jakarta: Kementerian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan
Keagamaan. )

Afia, Neng Darol (ed). 1999. Tradisi Kepercayaan Lokal pada Beberapa Suku di Indonesia.
(Jakarta: Badan Litbang Agama Departmen Agama RI, )

Pdf berjudul Marini Dolok Seribu

Sihombing. 1986. Filsafat Batak tentang kebiasaan-kebiasaan Adat Istiadat. (Jakarta: Balai
Pustaka, )

12

Anda mungkin juga menyukai