Anda di halaman 1dari 11

LTM UTS – SAKIT KEPALA (Headache)

Nadhifa Ayu Nisrina (1906287931) – Obat Gangguan Saraf A

“DY (3 tahun) dengan riwayat sakit kepala yang selalu kambuh. Sakit
kepala muncul saat beraktivitas dan selalu diawali dengan gangguan visual
dan diakhiri dengan muntah”.

1. Apa yang terjadi pada DY!

Sakit kepala merupakan salah satu keluhan paling umum yang diterima oleh tenaga
kesehatan seperti dokter, perawat, dan apoteker. Terhitung lebih dari 1% kunjungan ke
dokter atau UGD adalah pasien dengan riwayat sakit kepala. Secara umum, sakit kepala
dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu primary headache dan secondary headache.
Primary headache merupakan sakit kepala diagnosis utama (bukan disebabkan oleh
penyakit lain) dan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, antara lain migrain,
cluster headache, dan tension-type. Sedangkan secondary headache merupakan sakit
kepala yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi lain yang biasanya lebih parah dibandingkan
dengan primary (Dipiro et al., 2008).

Berdasarkan gejala yang dialami oleh DY, dapat diketahui bahwa DY mengalami
sakit kepala primer.

2. Sakit kepala seperti apa dengan keluhan di atas?

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, DY mengalami sakit kepala kategori


primer dan jika dilihat dari gejala yang dialami DY, seperti sakit kepala berulang, penglihatan
kabur, serta muntah, dapat disimpulkan bahwa DY mengalami sakit kepala primer tipe
migrain dengan aura.
Pasien yang mengalami migrain
dengan aura akan mengalami pendahuluan
dengan gejala neurologis yang disebut dengan
“aura” yang kemudian dapat mengalami
progres menjadi visual, sensoris, dan/atau
menyebabkan gangguan bicara serta motorik.
Rasa nyeri atau nyeri akibat migrain dapat
dialami selama beberapa jam atau hari
(Whalen, 2015).

Migrain dengan aura disebabkan oleh


vasokonstriksi arteri intracerebral yang diikuti
dengan vasodilatasi ekstrakranial reactive dan
sakit kepala atau dengan kata lain, migrain
dengan aura ini disebabkan oleh disfungsi
neuronal. Selama proses penyebaran depresi
cortical, terjadi perubahan paralel aura, yaitu suatu peristiwa neuronal yang ditandai dengan
gelombang aktivitas listrik yang tertekan yang maju melintasi korteks otak dengan kecepatan
yang konsisten dengan penyebaran gejala aura (Dipiro et al., 2008).

3. Jelaskan patofisiologi sakit kepala secara umum!

(Sumber gambar: Sherwood, 2016)

2
Secara umum patofisiologi sakit kepala dan nyeri
hampir sama, bedanya adalah rangsangan pada sakit kepala
langsung dihantarkan ke bagian saraf otak yakni N.
Trigeminal yang berfungsi sebagai pengaturan saraf wajah,
hidung, dan gigi. Berikut ini merupakan gambaran secara
umum mengenai patofisiologi dari sakit kepala (Kharisma,
2017:8 ):

• Ketidakseimbangan antara aktivitas neuron


serotonergik dan noradrenergik dalam batang otak
mengakibatkan terjadinya pengaktivasian nukleus
kaudalis trigeminal pada medula yang menyebabkan
pelepasan vasoaktif neuropeptide seperti substansi P
dan calcitonin gene related peptide (CGRP) dari nervus
trigeminal terminal saraf.
• Teraktivasinya nociceptive afferent trigeminal pada pembuluh darah akibat
neurotransmitter peptide yang menginduksi inflamasi steril.
• Kemudian, akibat teraktivasinya nociceptive tersebut, dihasilkanlah respon berupa nyeri.
Selain itu, transmisi nyeri juga berjalan ke sentral menuju otak dan mengaktifkan nukleus-
nukleus di otak yang menyebabkan terjadinya beberapa gejala seperti mual dan muntah.

4. Jelaskan patofisiologi sakit kepala pasien di atas!

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, DY mengalami sakit kepala primer tipe
migrain dengan aura. Secara garis besar, gamabran klinis mengenai migrain ini dapat
terbagi menjadi 4 fase yaitu, prodrome, aura, headache phase, dan postdrome. Sebanyak
lebih dari 60% pasien prodrome, mengalami perkembangan sakit kepala dalam hitungan
jam hingga hari dan dapat terdiri dari banyak gejala, termasuk depresi, hiperaktivitas,
perubahan kognitif, sering buang air kecil, iritabilitas, euforia, leher terasa nyeri atau kaku,
dan kelelahan. Selain itu, pada beberapa kasus terdapat pula gejala mengidap makanan
seperti cokelat (Rizzoli & Mullally, 2018).

3
Patofisiologi migrain dapat dilihat dari kemungkinan hipersensitivitas otak yang
diinduksi secara genetik terhadap perubahan homeostasis internal dan eksternal
(brainstream tidak seimbang dan terjadi vasodilatasi pembuluh darah intrakranial-
ekstraserebral) yang dapat bertindak sebagai rangsangan sakit kepala. Rangsangan tersebut
mempengaruhi sistem trigeminovaskular di perifer. Stimulasi sistem trigeminovaskular
menghasilkan pelepasan neuropeptida dan zat lain yang dapat menyebabkan inflamasi
lokal dan amplifikasi jauh dari sirkuit saraf di medula oblongata, nukelus trigeminal
caudalis, talamus, dan korteks yang kemudian menyebabkan sensitisasi pusat (Dipiro et
al., 2008; Rizzoli & Mullally, 2018).

Berikut ini merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai fase-fase migrain:

1) Prodrome atau fase pendahuluan – pasien mengalami beberapa gejala seperti


gejala mental (euforia, iritabilitas, gelisah, mengantuk, rasa lelah), neurologik,
atau gejala umum. Gejala tersebut dapat timbul sebelum serangan migrain
terjadi baik dalam hitungan jam ataupun hari.
2) Aura – gejala neurologin awalan serangan migrain. Biasanya muncul selama 5-
20 menit dan tidak banyak kasus yang lebih dari 60 menit. Gejala visual,
sensorik, maupun motorik merupakan contoh-contoh dari gejala aura yang
dapat dirasakan olkeh pasien. Perlu diketahui pula, pada beberapa pasien
migrain aura, dapat terjadi gejala visual tanpa disertai sakit kepala. Kasus
tersebut disebut juga dengan “typical aura without headache”.

4
3) Headache – fase ini dapat terjadi setiap saat, namun paling sering muncul
ketika pagi hari. Rasa nyeri akan timbul secara perlahan dan ketika sudah
mencapai puncaknya akan menghilang secara bertahap. Umumnya, pada orang
dewasa fase ini berlangsung selama 4 hingga 72 jam dan pada anak-anak 2
sampai 48 jam. Nyeri yang dialami dapat terjadi pada kedua sisi kepala
(bilateral) ataupun satu sisi (unilateral) atau bisa juga selalu terjadi di bagian
yang sama.
4) Postdrome – akan terjadi nyeri otot, penurunan konsentrasi, dan pasien akan
measa lemah setelah rasa nyeri kepala mereda.

5. Golongan obat apa saja yang dapat digunakan untuk terapi sakit kepala?

Golongan obat yang dapat digunakan untuk terapi sakit kepala antara lain adalah
golongan analgesik, NSAID, ergot alkaloid, dihydroergotamine, serotonin agonist
(triptan), beta adrenergik antagonis, anti-depresan, Selain itu, penting pula untuk

diketahui bahwa obat-obatan dengan mekanisme kerja menghambat sintesis


prostaglandin atau menghambat kerja enzim COX-1 dan COX-2 sangat cocok dijadikan
pengobatan dalam menangani nyeri atau sakit kepala. Hal tersebut dikarenakan
keberadaan prostaglandin dapat meningkatkan respon reseptor terhadap rangsangan

5
yang merusak sehingga dengan menekan jumlah pembentukan prostaglandin
digunakanlah obat-obatan seperti Aspirin dan NSAID (Dipiro et al., 2008; Whalen,
2015).

6. Jelaskan mekanisme kerja dari golongan obat tersebut sehingga dapat


digunakan untuk terapi sakit kepala dan sebutkan contoh obat-obatnya!
7. Jelaskan efek yang tidak diinginkan dari terapi sakit kepala dan kemungkinan
interaksi yang terjadi di antara obat-obatan yang digunakan dalam terapi sakit
kepala!

Berikut adalah gabungan jawaban dari pertanyaan No. 6 dan 7:

Contoh Mekanisme Kerja Indikasi ADRs/Kontra Toksisitas/Interaksi


Ergot Alkaloid dan derivatnya
Uteroselektif: Agonisparsial campuran Migrain
Ergonovin terhadap reseptor 5-HT2 akut (nyeri
dan adrenoseptor α. kepala) Vasospasme
Vasoselektif: Agonis parsial campuran Migrain Ada selektivitas berkepanjangan yang
Ergotamin terhadap reseptor 5-HT2 akut dan terhadap otot polos menyebabkan
dan adrenoseptor α. cluster uterus angina, gangren,
headache spasme uterus

Selektif SSP: Agonis dopamin dan 5- Migrain Halusinasi dan Keadaan psikotik
Asam HT2 di susunan saraf akut psikotomimetik berkepanjangan,
Lisergat pusat (SSP), Antagonis 5- munculnya ingatan
HT2 di perifer lama
Triptan (Serotonin Agonist)
Generasi 1: Agonis reseptor serotonin Migrain Rasa berat, nyeri, Dikontraindikasikan
Sumatriptan (5-hydroxytryptamine 1)/ Akut dan sesak di dada, pada pasien dengan
5-HT1; mengurangi tenggorokan, dan faktor risiko CAD
migrain dengan berikatan rahang/ leher tanpa melakukan
selektif reseptor 5-HT1B evaluasi jantung
and 5-HT1D di pembuluh sebelum pemberian

6
darah intrakranial dan
saraf sensorik sistem
trigemina
Generasi 2: Agonis selektif reseptor Migrain Pusing, asthenia,
Zolmitriptan serotonin (5- akut mulut kering,
hydroxytryptamine 1)/ 5- hyperesthesia,
HT1; mengurangi migrain paresthesia, rasa
dengan konstriksi selektif kantuk, mual, nyeri
pembuluh darah atau sensasi
intrakranial; inhibisi kesemutan
pelepasan neuropeptida,
dan penurunan transmisi
di jalur nyeri trigeminal
Analgesik
Asetaminofen Menghambat sintesis Migrain Kehilangan nafsu Dapat terjadi
(paracetamol) prostaglandin dengan ringan makan, sulit interaksi dan efek
menghambat kerja enzim hingga bernapas, rasa sakit negatif ketika
COX-1 dan COX-2 sedang di sisi atas perut asetaminofen
(sebagai lini dikonsumsi
pertama) bersamaan dengan
sodium fusidate atau
isoniazid atau
busulfan atau
selecter anti-
koagulan
Opioid
Efikasi Agonis opiate turunan Nyeri Depresi pernapasan, -
rendah: fenantrena; mengubah ringan hipotensi, konstipasi;
Codein persepsi dan respon nyeri hingga berat limfadenopati,
dengan mengikat reseptor splenomegali;
opiate di SSP, takikardia,
menghambat jalur bradikardia,
ascending pain palpitasi;

7
hiperglikemia;
miosis; mual,
muntah, mulut
kering
Beta-Adrenergik Antagonist (Beta Blocker)
Atenolol, Menghambat reseptor Migrain Mengantuk, Propanolol,
Metoprolol, beta di pembuluh darah Propilaktis kelelahan, gangguan nadolol, timolol
Nadolol, sehingga membatasi tidur, gangguan Oral, parenteral
Propanolol, kecenderungan pembuluh memori, depresi, Toksisitas:
Timolol darah untuk dilatasi impotensi, Bradikardia,
secara berlebihan bradikardia, dan perburukan asma,
hipotensi lesu, mimpi seolah
nyata, tangan dingin

Metoprolol,
atenolol
Toksisitas:
Bradikardia , lesu,
mimpi seolah nyata,
tangan dingin
Anti-depresan
Tricyclic • Penghambatan Migrain
Anti- reuptake Profilaktis
depressants neurotransmitter
(TCAs): • Memblokir reseptor:
Doxepin, TCA juga memblokir
Amoxapine serotonergik, -
adrenergik, histamin,
dan reseptor
muskarinik.
Amoxapine juga
memblokir 5-HT2 dan
dopamin D2 reseptor

8
Anti-Konvulsan
Topiramate Menigkatkan asam γ- Migrain Mual, muntah, -
dan Natrium aminobutyric (GABA) – propilaktis Alopesia, tremor,
divalproex menghambat mediasi, asthenia, mengantuk,
modulasi dari dan penambahan
neurotransmitter rangsang berat badan
glutamat, dan
penghambatan aktivitas
saluran ion natrium dan
kalsium.
NSAID (Non-steoridal anti-inflammatory drugs)
Ibuprofen Mekanisme pastinya blm Migrain Kontraindikasi: Mual dan muntah,
diketahui, namun akut Memiliki reaksi sakit perut,
ibuprofen bekerja sebagai alergi, ibu hamil atau mengantuk dan
non selective COX yang sedang merasa lelah, tinnitus
inhibitor → mengurangi merencakanan (telinga terasa
sintesis prostaglandin yg kehamilan, tekanan berisik), sulit
berperan dalam mediasi darah tinggi bernapas
inflamasi, nyeri, dan
demam
Methysergide
Methysergide Antagonis serotonin yang Migrain Kontra indikasi: Pada anak2 dosis 20-
bekerja pada SSP → profilaksis Kehamilan, 24 mg methysergide
Menghambat kerja dan cluster gangguan pembuluh dapat menyebabkan
reseptor 5-HT2 → headaches darah perifer, toksisitas dengan
merangsang otot polos penyakit arteri gejala euphoria,
yang menyebabkan koroner, hipertensi hiperaktivitas,
vasokonstriksi berat, tromboflebtis, takikardia, pelebaran
penyakit tukak pupil, dan pusing.
lambung, disfungsi
hati atau ginjal, dan

9
penyakit katup Pada orang dewasa
jantung dengan dosis 200mg
mengakibatkan
peripheral vasopasm,
kedinginan,
cyanosis, mottling,

Tidak ada reaksi /


interaksi ketika
digunakan
bersamaan dengan
golongan

10
DAFTAR PUSTAKA

Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L. M. (2008).
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (7th Ed.). New York: McGraw-Hill.

Rizzoli, P., & Mullally, W. J. (2018). Headache. American Journal of Medicine, 131(1), 17–
24. https://doi.org/10.1016/j.amjmed.2017.09.005

Sherwood, L. (2016). Human Physiology: From Cells to Systems (9th Editio). Boston:
Cengage Learning.

Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology (6th Ed.). Philadelphia:


Wolters Kluwer.

Kharisma, Y. (2017). Tinjauan Umum Penyakit Nyeri Kepala. Bandung: Universitas Islam
Bandung. Diakses dari http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/
8314/kharisma_mak_tinjauan_penyakit_nyeri_kepala_2017_sv.pdf?
sequence=1&isAllowed=y pada13 September 2021.

Katzung, Bertram G. (2018). Basic & Clinical Pharmacology 14 Th ed. USA: McGraw-Hill
Education.

Puspitasari, T. A. (2019). Hormonal Contraception in Women with Migraine is Progestogen-


Only Contraception a Better Choice?. Purwokerto : SMF Ilmu Penyakit Saraf RSUD
Prof.Dr. Margono Soekarjo Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman.

(https://www.mims.com/indonesia/drug/info/sumatriptan?mtype=generic)

(https://www.mims.com/indonesia/drug/info/zolmitriptan?mtype=generic)

(https://go.drugbank.com/drugs/DB00316)

(https://go.drugbank.com/drugs/DB00247)

(https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2011/020353s028lbl.pdf)

(https://www.mims.com/indonesia/drug/info/ketoprofen?mtype=generic)

11

Anda mungkin juga menyukai