Anda di halaman 1dari 38

CYBERBULLYING SEBAGAI KEJAHATAN DI MEDIA SOSIAL

MENURUT UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2016 TENTANG


PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NO.11 TAHUN 2008 TENTANG
INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
(Analisis Kasus Cyberbullying)
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gerlar Sarjana Hukum

Oleh :
MUHAMMAD HIDAYAT
NIM. 181010200617

Fakultas Hukum
Universitas Pamulang
Pamulang, Tangerang Selatan, Banten
2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 3


A. Latar Belakang Permasalahan............................................................................... 3
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 6
E. Kerangka Teori ....................................................................................................... 8
F. Orisinalitas Penelitian............................................................................................. 9
G. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 11
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 11
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 13
A. SEJARAH UNDANG-UNDANG ITE ................................................................. 13
B. PENGERTIAN UNDANG-UNDANG ITE ......................................................... 14
C. TENTANG CYBERBULLYING SEBAGAI KEJAHATAN DI MEDIA
SOSIAL MENURUT UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2016............................... 15
D. CYBERBULLYING SEBAGAI TINDAK PIDANA KEJAHATAN DIMEDIA
SOSIAL MENURUT UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2016............................... 21
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................. 31
A. JENIS PENELITIAN ........................................................................................... 31
B. SPESIFIKASI PENELITIAN .............................................................................. 31
C. SUMBER DAN JENIS DATA ............................................................................. 31
D. LOKASI PENELITIAN ....................................................................................... 32
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA .................................................................... 33
F. TEKNIK ANALISIS DATA................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 35
B. SUMBER DARI INTERNET............................................................................... 35

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Di era serba modern ini teknologi yang serba canggih ini, ternyata

di balik semua kecanggihan dan teknologi yang tinggi ternyata banyak yang

menyalahgunakan di beberapa situs social media, seperti instagram,

facebook, twitter dan media social lainnya. Dalam hal ini penulis akan

membahas tentang cyberbullying yang selama ini banyak terjadi di media

social yang sebagaimana telah diperundungannya dalam undang-undang

no.19 tahun 2016 yang sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 dan 45B.

Dalam arti momok dari kejahatan di dunia maya, yang termasuk pada

bullying. Cyberbullying adalah intimidasi yang terjadi di dunia maya

terutama pada media social. Bentuk dari cyberbullying adalah ejekan,

ancaman, hinaan, ataupun hacking. Fenomena cyberbullying banyak

bermunculan dan akibat fatal dari tindakan ini adalah bunuh diri.

Munculnya internet merupakan salah satu penemuan yang berharga, karena

dengan menggunakan internet kita bisa mendapatkan informasi-informasi

yang dibutuhkan, dan seseorang dapat berkomunikasi dengan menggunakan

internet walaupun jaraknya jauh. Seiring berjalannya waktu, akses internet

menjadi semakin mudah. Hal ini didukung dengan banyaknya tempat-

tempat dengan fasilitas wi-fi serta kartu provider yang


1
2

menawarkan paket internet lewat handphone dengan harga yang terjangkau.

Jadi, mereka dapat mengakses situs-situs apapun termasuk media social

dengan mudah. Cyberbullying sama dengan bullying yang terjadi pada

umumnya, yaitu sama-sama mengintimidasi ataupun mengganggu orang

yang lemah, cyberbullying ini pada umumnya banyak terjadi di media

social. Perbedaan antara Cyberbullying dengan bullying adalah tempat di

mana seorang pembully atau mobbing (julukan untuk satu kelompok pem-

bully) melakukan intimidasi, ancaman, pelecehan, dll terhadap target.

Cyberbullying adalah kejadian ketika seorang anak atau remaja diejek,

dihina, diintimidasi, atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui

media internet, teknologi digital atau telepon seluler. Cyberbullying

dianggap valid bila pelaku dan korban berusia di bawah 18 tahun dan secara

hukum belum dianggap dewasa. Apabila salah satu pihak yang terlibat (atau

keduanya) sudah berusia di atas 18 tahun, maka kasus yang terjadi akan

dikategorikan sebagai cybercrime atau cyberstalking (sering juga disebut

cyber harassment)1. Cyberbullying itu sendiri ada beberapa macam yakni:

1) Flame War

1Novita Sembiring, Perbedaan Cyberbullying Dengan Bullying, di akses dari www.PotretOnline.com,


tanggal 19 juli 2017.
3

Dapat terjadi di milis atau online forum, berupa perdebatan yang tidak esensial atau

penyanggahan tanpa dasar yang kuat dengan menggunakan bahasa kasar dan

menghina.

2) Gangguan (Harassment)

Berulang kali posting diforum atau mengirimkan pesan tidak pantas melalui email.

Mengirim spam e-mail degan jumlah belasan hingga ratusan email per-hari.

3) Pencelaan

Menyebarluaskan gossip (benar atau tidak) tentang seseorang dengan tujuan untuk

mencela dan merusak reputasi seseorang. Misalnya, Secara online

menyebarluaskan rahasia, informasi atau photo pribadi yang membuat seseorang

menjadi malu.

4) Impersonation

Berpura-pura menjadi orang lain dan mengirimkan pesan yang bertujuan agar orang

lain tersebut mendapat masalah atau merusak persahabatan dan reputasinya.

Misalnya, A mencuri password B. Kemudian dengan menggunakan password

curian tersebut, A mengirimkan e-mail seolah-olah dari B berisi pernyataan yang

menyakiti teman B sehingga persahabatan B dengan temannya menjadi rusak.


4

Tipu Muslihat Berpura-pura menjadi teman anda dan banyak bertanya sehingga

tanpa sadar anda berbagi informasi yang sangat pribadi. Pelaku bullying kemudian

meneruskan informasi yang sangat pribadi tersebut kepada banyak orang secara

online dengan menambahkan komentar, bahwa anda seorang pecundang.2

Di Indonesia sendiri kasus kejahatan bully di dunia maya banyak terjadi,

adapun contoh kasus yang sampai sekarang jika di amati di media social seperti

Instagram, banyak yang membuat MEME yang mana berisi tentang bully kepada

seseorang entah itu hanya di buat bahan lelucon entah apa, akan tetapi jika dalam

hal ini yaitu penjelasan dalam pasal 45 huruf (B) unsur demi unsur nya telah

terpenuhi. Ada juga kasus seperti menyebarkan berita atau informasi bohong(hoax)

penghinaan dst, yang selama ini sering kita jumpai di facebook , WhatsApp ,

instagram yang mana berita atau informasi itu telah membuat malu para korbannya

sehingga dapat menganggu psikis korbannya khususnya dampak psikologis yang

dapat membuat korbannya kehilangan kepercayaan dirinya dan dampak

psikologis terburuk adalah hasrat korban untuk mengakhiri hidupnya.

(dikategorikan dalam pencelaan yang mana sudah dijelaskan diatas mengenai jenis-

jenis cyberbullying).

2Fauzan, Informasi Perihal Bullying, di akses dari http://bigloveadagio.wordpress.com/, tanggal 19 juli 2017.
5

B. Rumusan Masalah

Dengan demikian dapat dirumuskan apa yang menjadi

permasalahan dalam proposal ini adalah sebagai berikut:

1. Apa unsur-unsur cyberbullying itu sehingga bisa menjadi

kejahatan di internet atau media social?

2. Bagaimana cyberbullying sebagai kejahatan di media social

menurut undang-undang no.19 tahun 2016?

Pembahasan hanya seputar permasalahan-permasalahan seperti yang telah

dirumuskan diatas, sehingga penjelasan tidak melebar yang pada akhirnya bisa

mengaburkan apa yang menjadi inti dan tujuan pembahasan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dalam penelitian dan penulisan proposal ini

yang dimaksudkan oleh penulis. Sesuai dengan permasalahan-

permasalahan yang telah dirumuskan seperti tersebut diatas, maka apa

yang proposal dituangkan di sini diarahkan untuk mencapai 3 (tiga)

tujuan penelitian, sebagai berikut:


6

a) Untuk mngetahui unsur-unsur dari Cyber Bullying sehingga

dikatakan sebagai bentuk kejahatan.

b) Untuk mengetahui bagaimana cyberbullying sebagai kejahatan

di media social menurut undang-undang no.19 tahun 2016

2. Tujuan Khusus

Selain tujuan umum seperti yang telah dijelaskan di atas, adapun

tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu sebagai persyaratan akademik.

Penelitian ini ditujukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-

syarat Proposal untuk mencapai gelar Sarjana Hukum dari Universitas

Pamulang.

Sementara itu adapun kegunaan yang diharapkan penulis yaitu, tulisan ini dapat

menjadi referensi dalam perkembangan ilmu hukum di Indonesia. Selain itu,

diharapkan juga hasil penulisan proposal ini dapat bermanfaat bagi kalangan

praktisi maupun teoritis hukum serta bagi masyarakat pada umumnya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis
7

Secara praktis, penelitian ini bermanfaat untuk semua pihak yang

terkait cyberbullying sebagai kejahatan di media sosial. penelitian ini

bermanfaat untuk menggambarkan secara nyata mengenai aturan hukum

cyberbullying sebagai kejahatan di dunia maya, khususnya mengenai

aturan hukum bagi para pelaku kejahatan cyberbullying.

Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat bagi para praktisi hukum

sehingga diharapkan mampu untuk kedepannya membenahi sistem

hukum , khususnya mengenai kejahatan cyberbullying yang baru di

perundungannya yang terdapat pada pasal 45B.

2. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah dan

melengkapi literatur pengetahuan hukum, khususnya masalah

kepemilikan hunian oleh orang asing sehingga bermanfaat bagi

mahasiswa fakultas hukum dan civitas akademika Universitas

Pamulang yang ingin lebih mendqalami masalah peraturan pemerintah

dalam bidang kepemilikan hunian oleh orang asing serta bermanfaat

bagi semua pihak yang berkepentingan dengan inti permasalahan.


8

Penelitian ini juga diharapkan untuk mengembangkan hukum di

indonesia, khususnya dalam hal kepemilikan hunian oleh orang asing.

Dan juga untuk menambah keilmuan hukum, khususnya Hukum Pidana.

E. Kerangka Teori

Berkaitan dengan analisis Undang-Undang ITE ada banyak ahli hukum

yang mengemukakan teori mengenai Undang-undang ITE pada pasal

undang no.19 tahun 2016 tentang perubahan atas undang-undang no.11

tahun 2008 yaitu:

a) Jimly Asshiddiqie menyatakan pembentukan panduan Kapolri

terhadap penyelesaian kasus terkait Undang-Undang ITE belum

menyentuh salah satu akar permasalahan. Panduan Kapolri yang

salah satunya mengatur bahwa ketentuan pihak yang harus melapor

adalah korban, hanya menyentuh upaya perbaikan di tataran

implentasi penegakan. Padahal, due process of law atau proses

hukum yang baik, benar, dan adil melingkupi tatanan yang lebih

luas,yakni mulai dari tahapan pentukan, proses, serta penegak

hukum.

Undang-Undang ITE No. 19 tahun 2019 berisi tentang :


9

“ Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik dan /

atau dokumen elekronik dalam suatu komputer dan atau sistem elektronik

tertentu milik orang lain “.

Sistem hukum memunyai struktur, kerangka atau rangkanya,bagian yang

tetap bertahan, bagian yang memberi semacam bentuk dan batasan terhadap

keseluruhan. Sedangkan maksud dari subtansi adalah aturan, norma, dan

pola perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu. Penekanannya

terletak pada hukum yang hidup, bukan hanya pada aturan dalam kitab

hukum (law books).

F. Orisinalitas Penelitian

Untuk menemukan keaslian penelitian dan berdasarkan pengetahuan

peneliti sebagai penulis penelitian dengan judul “Cyberbullying Sebagai

Kejahatan Di Media Sosial Menurut Undang-Undang No.19 Tahun 2016

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang

Informasi Dan Transaksi Elektronik”. Peneliti yakin tidak ada yang

memiliki analisis yang serupa dengan apa yang di tulis oleh peneliti seperti:
10

1. Skripsi yang berjudul “ Peran Kepolisian Teerhadap

Penanggulangan Tindak Pidana Berita Bohong (Hoax) Melalui

Meria Sosial Di Kota Gorontalo ”

Peneliti memiliki kesamaan variabel bebasnya, yaitu faktor-faktor yang

mempengaruhi koresponden yaitu Ingsrianji Paputungan, Universitas

Negeri Gorontalo tahun 2019. mengenai tindak pidana penghinaan dan

pencemaran nama baik dalam bidang Informasi Elektronik dan Transaksi

Elektronik bukan semata-mata tindak pidana umum, melainkan sebagai

delik aduan tindak pidana

2. Skripsi yang berjudul “ Analisis Yuridis Mengenai Perlindungan

Data Pribadi Dalam Cloud Computing System Ditinjau Dari

Undang-Undang ITE No. 11 tahun 2008 “.

Penulis memiliki kesamaan dalam variabel polemik perubahan yang

terjadi pada Undang-Undang ITE ini terutama perihal mengenai tindak

pidana kebocoran data pribadi dalam bidang Informasi Elektronik, yaitu

Radian Adi Nugraha, Universitas Indonesia tahun 2012 .

3. Skripsi yang berjudul “ Konsep Antar Golongan dalam pasal 28

ayat(2) Undang-Undang nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan


11

atas Undang-Undang No. 11 tahun 20018 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik “.

Penulis memiliki kesamaan dalam variabel polemik perubahan yang

terjadi pada Undang-Undang ITE ini terutama perihal mengenai

mengkriminalisasi orang-orang yang berpendapat di media sosial, yaitu

Tiara Kumalasari, Universitas Airlangga tahun 2019.

G. Sistematika Penulisan

Dalam bagian sistematika ini penulis akan menguraikan secara singkat

pembahasan bab per bab guna mempermudah dan memberikan gambaran

secara keseluruhan materi karya ilmiah/skripsi. Untuk membagi

pembahasan kedalam 5 (lima) bab, yang terdiri :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini di uraikan tantang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

dan manfaat, kerangka teori, orisinalitas penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


12

Dalam bab ini di uraikan tentang cyberbullying sebagai kejahatan di media

sosial menurut undang-undang no.19 tahun 2016 tentang perubahan atas

undang-undang no.11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi

elektronik, dan pembahasan rumusan masalah.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini di uraikan tentang jenis penelitian, spesifikasi penelitian,

sumber dan jenis data, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, dan

teknik analisi data


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SEJARAH UNDANG-UNDANG ITE

Sejak tahun 2001, Direktorat Jendral Pos dan Telekomunikasi bersama

Pusat Kajian Cyberlaw Universitas Padjajaran merancang Rancangan

Undang-Undang Teknologi Informasi. RUU itu atas 13 bab dan 42 pasal.

Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (disingkat UU ITE) atau

Undang-undang nomor 11 tahun 2008 adalah UU yang mengatur tentang

informasi serta transaksi elektronik, atau teknologi informasi secara umum.

UU ini memiliki yurisdiksi yang berlaku untuk setiap orang yang melakukan

perbuatan hukum..

Pada masa Pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan DPR

RI disahkanlah RUU ITE pada 21 april 2008. Undang-Undang ITE ini

mengatur tentang informasi serta transaksi elektronik, atau teknologi

informasi secara umum. Undang-Undang ITE ini memeliki yuridiksi yang

berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang ITE ini, baik yang memiliki akibat hukum di

wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia. Pengaturan

Undang-Undang ITE ini mengacu pada instrumental seperti

13
14

UNCITRAL Model on E-Commercean, pada hal ini mengakomodir para

pelaku bisnis dalam internet guna mendapatkan kepastian hukum.

B. PENGERTIAN UNDANG-UNDANG ITE

Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik,

tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto,

electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail),

telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses,

simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat

dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.Transaksi Elektronik

adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer,

jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya.Teknologi Informasi

adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,

memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan

informasi. Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang

dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk

analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat,

ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik,

termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,

foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi
15

yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu

memahaminya.

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, baik yang berada di

wilayah Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki

akibat hukum di wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum

Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia.Pemanfaatan Teknologi

ITE dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-

hatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral

teknologi.Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik

dilaksanakan dengan tujuan untuk, mencerdaskan kehidupan bangsa

sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia, mengembangkan

perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan

public, membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap Orang untuk

memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan

pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung

jawab, dan memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi

pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi.

C. TENTANG CYBERBULLYING SEBAGAI KEJAHATAN DI MEDIA

SOSIAL MENURUT UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2016


16

Cyberbullying adalah intimidasi yang terjadi di dunia maya terutama

pada media social. Cyberbullying dikatakan sebagai tindak kejahatan

social media karena cyberbullying bisa diartikan sebagai cybercrime,

Karena pada dasarnya cybercrime adalah suatu tindakan kejahatan yang

dilakukan seseorang atau lebih dengan menggunakan alat bantu

computer dengan cara melakukannya lewat internet. Saat ini ketentuan

Cyber crime di Indonesia banyak diatur dalam undang-undang ITE,

walaupun undang-undang tersebut sebagaian besar adalah tentang

transaksi elektronik daripada kejahatan cyber. Sebelum diberlakukan

undang-undang ITE, Cyber crime di indonesia sudah diatur, namun

masih tersebar di beberapa undang-undang. Namun demikian, setelah

ada undang-undang ITE pun, ketentuan dalam beberapa undang-undang

tersebut tetap berlaku, antara lain sebagai berikut:

1) Undang-Undang Republik Iindonesia No.6 Tahun 1982 tentang Hak

Cipta, kemudian diubah melalui Undang-Undang Republik

indonesia No.7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang Undang

Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta. Akhirnya kedua UU

tersebut diganti dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.19

Tahun 2002 tentang Hak Cipta Pasal 49 dalam ayat (3) yang

berbunyi:
17

“Lembaga Penyiaran memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin

atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat,

memperbanyak, dan/atau menyiarkan ulang karya siarnya melalui

transmisi dengan atau tanpa kabel, atau melalui sistem

elektromagnetik lain.”

2) Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 1999 tentang

Telekomunikasi dalam Pasal 40 yang berbunyi:

“Setiap orang dilarang melakukan kegiatan penyadapan atas

informasi yang disalurkan melalui jaringan telekomunikasi dalam

bentuk apapun.”

3) Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2002 tentang

Penyiaran dalam Pasal 36 ayat (5) yang berbunyi:

“Isi siaran dilarang:

a. bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong;

b. menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan

narkotika dan obat terlarang; atau

c. mempertentangkan suku, agama, ras, dan antargolongan.” dan

Pasal 36 ayat (6) yang berbunyi:


18

“Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan dan/atau

mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia indonesia, atau merusak

hubungan internasional.”

Ada berbagai macam tindakan Cyber Bullying yang dirangkum oleh

Willard3, yaitu:

a. Pertama, Flaming:

“Online fights using electronic messages with angry and vulgar

language.” Yaitu mengirimkan pesan teks yang isinya merupakan kata-kata

yang penuh amarah dan frontal. Istilah “flame” ini pun merujuk pada kata-

kata di sebuah pesan yang berapi-api.

b. Kedua, Harassment:

“Repeatedly sending nasty, mean and insulting messages” Merupakan

Cyber Bully yang berisikan pesan-pesan gangguan pada e-mail, sms,

maupun pesan teks di jejaring sosial yang dilakukan secara terus-menerus.

Dalam model harassment ini, biasanya si pelaku hendak menjatuhkan

mental dan psikis korbannya. Dengan menggunakan kata-kata kotor dan

juga ancaman-ancaman yang menteror jiwa korban.

3Nancy E. Willard, Cyberbullying and Cyberthreats: Responding to the Challenge of Online Aggression,
Threats, and Distress. United States, Research Press, 2007, hal.
255.(http://books.google.co.id/books?id=VyTdG2BTnl4C&printsec=frontcover#v=onepage&q
=flaming&f=false), diakses 23 Juni 2017.
19

c. Ketiga, Denigration:

“Dissing someone online. Sending or posting gossip or rumors about

a person to damage his or her reputation or friendships.”

Yakni proses yang mengumbar keburukan seseorang di internet dengan

maksud merusak reputasi dan nama baik orang tersebut. Intinya adalah si

pelaku hendak mencemarkan nama baik seseorang, dan biasanya

korbannya adalah orang-orang yang memiliki sisi “lebih” dari orang lain,

baik dalam hal jabatan, harta, dan juga popularitas.

d. Keempat, Impersonation: “Pretending to be someone else and sending or

posting material to get that person in trouble or danger or to damage that

person’s reputation or friendships.”

Adalah berpura-pura menjadi orang lain dan mengirimkan pesan-pesan

atau status yang tidak baik, agar teman korban mengira bahwa status atau

pesan tersebut adalah asli dari si korban dengan maksud mencemarkan

reputasi atau pertemanan si korban.

e. Kelima, Outing: “Sharing someone’s secrets or embarassing information

or images online.”4

Yaitu menyebarkan rahasia orang lain, atau foto-foto pribadi orang lain

dengan maksud mengumbar keburukan atau privasi orang lain tersebut.

4 Ibid, Hal. 266


20

Bedanya dengan denigration di atas adalah terletak pada jenis objek

medianya; outing lebih menggunakan pada foto-foto dan video pribadi,

sedangkan denigration lebih pada pendeskripsian melalui tulisan. Akan

tetapi, tujuannya adalah sama-sama menjatuhkan harga diri seseorang.

f. Keenam, Trickery: “Talking someone into revealing secrets or

embarassing information, then sharing it online.”

g. Membujuk seseorang dengan tipu daya agar mendapatkan rahasia atau

foto pribadi orang tersebut yang bertujuan untuk disebarkan secara online.

h. Ketujuh, Exclusion: “Intentionally and cruelly excluding someone from

an online group.”

Secara sengaja dan kejam mengeluarkan seseorang dari grup online.

i. Kedelapan, Cyberstalking:

“Repeated, intense harassment and denigration that includes threat or

creates significant fear.”5

Yaitu mengganggu dan mencemarkan nama baik seseorang dan

mengumbar keburukan orang tersebut secara berulang-ulang dan intens

dengan unsur ancaman sehingga membuat ketakutan besar pada orang

tersebut. Tak jarang ketakutan yang ditimbulkan bisa berujung pada

kematian, stres, dan depresi yang berlebihan.

5Ibid, Hal. 267


21

D. CYBERBULLYING SEBAGAI TINDAK PIDANA KEJAHATAN DI

MEDIA SOSIAL MENURUT UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN

2016

Tindakan cyberbullying jika dikaitkan dengan peraturan perundang-

undangan yang ada di indonesia terkait dengan KUHP dapat dilihat

beberapa pasal yang ada di dalam KUHP berhubungan dengan jenis-

jenis cyber bullying khususnya pada BAB XVI.6 adalah sebagai berikut:

a) Pasal 310 ayat 1 : Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau

nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang

maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena

pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan.

(Berkaitan dengan tindakan cyber bullying dengan bentuk

Harrasment).

b) Pasal 310 ayat 2 : Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau

gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka

umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana

6 R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Politea, Bogor, cetak ulang tahun 1991.
22

penjara paling lama satu tahun empat bulan. (Berkaitan dengan

tindakan cyber bullying dengan bentuk Harrasment).

c) Pasal 311 ayat 1 : jika yang melakukan kejahatan pencemaran atau

pencemaran tertulis dibolehkan untuk membuktikan apa yang

dituduhkan itu benar, tidak membuktikannya, dan tuduhan

dilakukan bertentangan dengan apa yang diketahui, maka dia

diancam melakukan fitnah dengan pidana penjara paling lama empat

tahun. (Berkaitan dengan tindakan cyber bullying dengan bentuk

Denigration).

d) Pasal 315 : Tiap-tiap penghinaan dengan sengaja yang tidak bersifat

pencemaran atau pencemaran tertulis yang dilakukan terhadap

seseorang, baik di muka umum dengan lisan atau tulisan, maupun di

muka orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan, atau dengan

surat yang dikirim atau diterimakan kepadanya, diancam karena

penghinaan ringan dengan pidana penjara paling lama empat bulan

dua minggu. (Berkaitan dengan tindakan cyber bullying dengan

bentuk Harrasment).

e) Pasal 369 ayat 1 : Barang siapa dengan maksud untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,

dengan ancaman pencemaran baik dengan lisan maupun tulisan,


23

atau dengan ancaman akan membuka rahasia, memaksa seorang

supaya memberikan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian

kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat hutang

atau penghapusan piutang, diancam dengan pidana penjara paling

lama empat tahun. (Berkaitan dengan tindakan cyber bullying

dengan bentuk CyberStalking).

Di dalam media social, seperti instagram maupun WhatsApp

ataupun Facebook, sebagaimana telah di ketahui bahwa jika

pencemaran nama baik, unsur demi unsur dan deliknya telah

terpenuhi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana maupun di

undang-undang ITE, dalam hal ini secara tidak langsung bahwa

tindakan cyberbullying adalah tindakan kejahatan yang dilakukan

seseorang atau lebih dengan menggunakan bantuan alat computer

dan melakukannya lewat internet dengan jalur social media.

Relevansi UU No 19 Tahun 2016 terhadap cyberbulliying

Telah Diketahui, bahwa hasil revisian undang undang No.11 tahun

2008 tentang Transaksi Elektronik, dalam pasal 45 yang mana

ketentuan pasal 45 di ubah serta di antara pasal 45 dan 46 telah

disisipkan 2 pasal, yakni pasal 45A dan pasal 45B sahingga berbunyi

sebagai berikut:
24

Pasal 45

1. Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan

dan/atau mentransmisikan dan/ atau membuat dapat diaksesnya

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki

muatan yang melanggar kesusilaan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 27 ayat (ll dipidana dengan pidana penjara paling lama 6

(enam) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00

(satu miliar rupiah).

2. Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan

dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki

muatan perjudian sebagaimana dimaLsud dalam Pasal 27 ayat (2)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun

dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah).

3. Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan

dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki

muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik sebagaimana


25

dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara

paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

4. Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan

dan/atau mentransmisikan dan/ atau membuat dapat diaksesnya

Informasi Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik yang memiliki

muatan pemerasan dan/atau pengancaman sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 27 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama

6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00

(satu miliar rupiah).

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan delik

aduan.

Pasal 45A

1. Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita

bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam

Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda

paling banyak Rp 1.000. 000.000,00 (satu miliar rupiah).

2. Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi

yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan


26

individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku,

agama, ras, dan antargolongan (SARA) sebagaimana dimaksud dalam Pasal

28 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/

atau denda paling banyak Rp 1. 000.O00. 000,00 (satu miliar rupiah).

pasal 45B

Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau

menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

29 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau denda

paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).7

Pada penambahan pasal di dalam undang-undang no.19 tahun 2016 tersebut

cukup untuk membuktikan bahwa relevansi terhadap cyberbullying di internet atau

media social dapat dikatakan sebagai tindak kejahatan, sebelum revisian , Undang-

Undang ini, khususnya pencemaran nama baik, deliknya adalah delik biasa,

sedangkan setelah perubahan delik di dalam Undang-Undang no.19 tahun 2016 ini

adalah delik aduan, Karena pada dasarnya pada di KUHP dengan tegas menyatakan

bahwa pasal 310 tentang penghinaan adalah deliknya delik aduan berdasarkan

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 50/PUU-VI/2008. Sementara soal perbuatan

7 Undang-Undang No.19 tahun 2016.


27

penghinaaan di media social dilakukan Bersama-sama (lebih dari 1 orang) maka

orang-orang itu dipidana atas perbuatan “Turut Melakukan” tindak pidana

Medepleger. “Turut Melakukan” disini dalam arti kata Bersama-sama

melakukan(pleger) dan orang yang turut melakukan (medepleger) peristiwa pidana.

Ini berarti bahwa kejahatan cyberbullying dapat diproses hukum jika ada aduan dari

orang yang dihina di media social. Namun perlu diketahui bahwa pemidanaan

cyberbullying yang diatur pasal 45B tersebut, jauh lebih buruk ketimbang

penerapan pasal 27 ayat (3) UU ITE. Sebab, hingga saat ini Indonesia belum

memiliki definisi baku terkait dengan perundungan (bullying) di dunia nyata

(tradisional). Namun UU ITE yang baru ini justru “memaksa” memberikan

pengertian baku perundungan di dunia maya. Karena tidak adanya definisi baku

perundungan, di khawatirkan rumusan yang akan digunakan dalam UU ITE bersifat

lentur dan banyak menimbulkan penafsiran.8

Adapun sistem sanksi pelaku kejahatan cyberbullying selain sanksi pidana,

Sanksi pidana dan sanksi tindakan sering agak samar, namun ditingkat ide dasar,

keduanya memiliki perbedaan yang fundamental. Keduanya bersumber dari ide

dasar yang berbeda, Sanksi pidana bersumber pada ide dasar: “Mengapa diadakan

pemidanaan?”. Sedangkan sanksi Tindakan(treatment) bertolak dari ide

8 Ayu Sinata, Menimbang Konstitusionalitas UU ITE baru, di akses dari www.hukumonline.com, tanggal 26
juli 2017.
28

dasar:”Untuk apa diadakan pemidanaan itu?”. Dengan kata lain sanksi pidana

sesungguhnya bersifat reaktif terhadap suatu perbuatan, sedangkan sanksi tindakan

lebih bersifat antisipatif terhadap pelaku perbuatan tersebut. Jika fokus sanksi

pidana tertuju pada perbuatan salah seorang lewat pengenaan penderitaan (agar

yang bersangkutan menjadi jera), maka fokus sanksi tindakan terarah pada upaya

memberi pertolongan agar dia berubah.9 Jelaslah bahwa sanksi pidana lebih

menekankan unsur pembalasan (pengimbalan). Sedangkan sanksi tindakan

bersumber dari ide dasar perlindungan masyarakat dan pembinaan atau perawatan

si pembuat10

Maka dengan demikian, perbedaan prinsip antara sanksi pidana dengan

sanksi tindakan terletak pada ada tidaknya unsur pencelaan bukan tidak adanya

unsur penderitaan. Sedangkan sanksi tindakan tujuannya lebih bersifat

mendidik.11 Jika ditinjau dari sudut teori-teori pemidanaan, maka sanksi

tindakan merupakan sanksi yang tidak membalas. Ia semata-mata ditujukan

pada prevensi khusus, yakni melindungi masyarakat dari ancaman yang dapat

merugikan kepentingan masyarakat itu.12 Singkatnya, sanksi pidana

9 M.Sholehuddin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 32.
10 Sudarto, Hukum Pidana Jilid 1A, Badan Penyediaan Kuliah FH-UNDIP, Semarang, 1973, hlm. 7.
11 Utrecht, Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana II, Pustaka Tinta Mas, Surabaya, 1987, hlm. 360.
12 Ibid
29

berorientasi pada ide pengenaan sanksi terhadap pelaku suatu perbuatan,

sementara sanksi tindakan berorientasi pada ide perlindungan masyarakat.13

Pada dasarnya, kejahatan cyberbullying bisa juga dikatakan

kejahatan dalam dunia maya (cyber crime), dalam hal ini cyberbullying dengan

cara menghack/mengcrack suatu situs website di internet, dimana setelah

merampas website tersebut juga menambahkan pesan-pesan yang di dalam

pesan-pesan tersebut mengandung jenis tindakan cyberbullying yaitu

“Denigration” , menurut hemat penulis, kejahatan seperti ini lah yang harus

dapat di kategorikan dalam jenis sanksi tindakan (treatment). Karena pada

sanksi tindakan mengarah pada rehabilitasi atau mendidik pelaku, maka dari

itu jika di Indonesia ada kasus seperti yang terjadi sebelumnya yakni kasus,

situs website Indosat dan Tekomsel yang mana setelah situs itu diretas juga

menambahkan tulisan seperti pesan yang mengejek atau mengolok-olok pihak

yang terkait tersebut untuk menjatuhkan popularitas, yang bisa disebut dengan

jenis kejahatan cyberbullying Denigration, maka pelaku yang melakukan ini

sebaiknya dibina atau di didik kembali agar kelak bisa membantu penegak

hukum dalam mengupas tuntas kejahatan-kejahatan yang ada di dunia maya

13 AndiHamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, Dari Retribusi ke Reformasi, PT Pradnya
Paramita, Jakarta, 1986, hlm. 53.
30

ataupun di dunia nyata, seperti penyidik untuk membantu menemukan/melacak

informasi dari pelaku kejahatan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis menggunakan prosedur yang sistematis dan

menyeluruh untuk penyelidikan suatu masalah, adapun dalam penelitian ini

peneliti melakukan metode penelitian hukum normatif, itu mengkaji beberapa

buku, jurnal, dan skripsi yang telah di buat oleh mahasiswa lain mengenai

Cyberbullying didalan Undang-Undang ITE ini.

B. SPESIFIKASI PENELITIAN

Penelitian yang melakukan 2 metode penelitian yaitu

Pertama dengan metode penelitian library Research, melalui

penelitian kepustakaan, penulis mengkaji buku-buku serta tulisan ilmiah

yang berkaitan dengan penulisan penelitian ini.

Kedua dengan metode peneliatian lapangan Field Research, melalui

pertanyaan kepada beberapa narasumber yang terjadi dilapangan, yang

terjadi pada kehidupan sehari-hari di masyarakat.

C. SUMBER DAN JENIS DATA

31
32

Dalam penelitian ini diperoleh melalui data primer dan data

sekunder yang dikumpulkan melalui studi dokumen terhadap bahan

kepustakaan. Di dalam penelitian hukum, data sekunder terdiri dari :

1. Bahan hukum Primer

Bersumber dari hukum yang diperoleh langsung dan akan digunakan

dalam penelitian yang merupakan hukum yang mempunyai kekuatan

mengikat secara yuridis, yaitu :

A. Jenis dan sifat penelitian

1. Kitab Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik No.19 tahun

2016 tentang kejahatan melawan hukum melalui sistem Elektronik.

2. Bahan hukum sekunder

Yang merupakan bahan hukum yang erat hubungannya dengan

bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis serta memahami

bahan-bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus, ensiklopedia dan

lain lain.

D. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di perpuskaan Universitas Pamulang,

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia serta situs-situs elektronik yang

dapat menjadi sumber diperolehnya informasi terkait penelitian, baik


33

berupa website repository universitas-universitas di Indonesia, e-resource,

ataupun aplikasu perpustakaan online.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik yang digunakan dalam proses pengumpulan data di dalam

penelitian ini adalah melaui studi kepustakaan dengancara membaca dan

memahami buku-buku literature serta pengaturan-pengaturan relevan

dengan permasalahn yang di teliti.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis yang data digunakan penelitian ini yaitu analisis data

kualitatif, dimana data yang terkumpul tidak berupa angka-angka yang

dapat dilakukan pengukuran akan tetapi berdasarkan peraturan perundang-

undangan, serta pandangan informasi untuk menguraikan dan menjelaskan

CYBERBULLYING SEBAGAI KEJAHATAN DI MEDIA SOSIAL

MENURUT UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2016 TENTANG


34

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NO.11 TAHUN 2008

TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.


DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, Dari Retribusi ke


Reformasi, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hlm. 53.

Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Cet. IV,
Bayumedia Publishing, Malang, 2008, hlm. 302.

M.Sholehuddin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana, PT RajaGrafindo


Persada, Jakarta, 2007, hlm. 32.

R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Politea, Bogor, cetak ulang


tahun 1991.

Sudarto, Hukum Pidana Jilid 1A, Badan Penyediaan Kuliah FH-UNDIP,


Semarang, 1973, hlm. 7

Utrecht, Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana II, Pustaka Tinta Mas,
Surabaya, 1987, hal. 360

B. SUMBER DARI INTERNET

Ayu Sinata, Menimbang Konstitusionalitas UU ITE baru, di akses dari


www.hukumonline.com, tanggal 13 Oktober 2021.

Fauzan, Informasi Perihal Bullying, di akses dari


http://bigloveadagio.wordpress.com/, tanggal 15 Oktober 2021.

35
Nancy E. Willard, Cyberbullying and Cyberthreats: Responding to the
Challenge of Online Aggression, Threats, and Distress. United States,
Research Press, 2007,
hal.255.(http://books.google.co.id/books?id=VyTdG2BTnl4C&printsec=front
cover#v=onepage&q =flaming&f=false), diakses 15 Oktober 2021.

Novita Sembiring, Perbedaan Cyberbullying Dengan Bullying, di akses dari


www.PotretOnline.com, 15 Oktober 2021.

36

Anda mungkin juga menyukai