JUDUL PERCOBAAN
FERMENTASI
B. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mempelajari kemampuan memfermentasi amilum, glukosa,
fruktosa, mannosa, galaktosa oleh beberapa jenis inokulum murni ragi roti
(Saccharomyces cerevisiae), ragi tape dan inokulum murni Rhizopus Oligoporus.
C. LANDASAN TEORI
Fermentasi merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunakan sejak
lama sejak jaman kuno. Tahun 6000-4000 SM, teknologi fermentasi pembuatan bir
di Sumeria dan Mesir. Pada abad ke-14 distilasi untuk menghasilkan minuman
beralkohol tinggi di Cina. Bioteknologi berbasis fermentasi sebagian besar
merupakan proses produksi barang dan jasa dengan menerapkan teknologi
fermentasi atau yang menggunakan mikroorganisme untuk memproduksi
makanan dan minuman seperti: keju, yoghurt, minuman beralkohol, cuka, sirkol,
acar, sosis, kecap, dll. Produk-produk tersebut biasanya dimanfaatkan sebagai
minuman ataupun makanan. Bioteknologi fermentasi, teknologi fermentasi
merupakan teknologi yang menggunakan mikroba untuk memproduksi suatu
makanan dan minuman (Nurcahyo, 2011: 18).
Fermentasi timbul sebagai hasil metabolisme tipe anaerobik. Untuk hidup
semua organisme membutuhkan sumber energi-energi diperoleh dari metabolisme
bahan pangan di mana organisme berada di dalamnya. Bahan baku yang paling
banyak digunakan diantara mikroorganisme adalah glukosa. Fermentasi bahan
pangan adalah sebagai hasil kegiatan beberapa jenis mikroorganisme di antara
beribu-ribu jenis bakteri, khamir, dan kapang yang telah dikenal. Mikroorganisme
yang memfermentasikan bahan pangan untuk menghasilkan perubahan yang
diinginkan dapat dibedakan dari mikroorganisme-mikroorganisme yang
menyebabkan kerusakan atau penyakit yang ditularkan melalui makanan. Dari
organisme-organisme yang memfermentasi bahan pangan yang paling penting
adalah bakteri pembentuk asam laktat, bakteri pembentuk asam asetat, dan
beberapa jenis khamir penghasil alkohol. Jenis-jenis kapang tertentu juga berperan
dalam fermentasi beberapa bahan pangan (Buckle,2009:92-93).
Fermentasi bahan pangan adalah sebagai hasil kegiatan beberapa jenis
mikroorganisme baik bakteri, khamir, dan kapang. Mikroorganisme yang
memfermentasi bahan pangan dapat menghasilkan perubahan yang
menguntungkan (produk-produk fermentasi yang diinginkan) dan perubahan yang
merugikan (kerusakan bahan pangan). Dari mikroorganisme yang memfermentasi
bahan pangan, yang paling penting adalah bakteri pembentuk asam laktat, asam
asetat, dan beberapa jenis khamir penghasil alcohol (Suprihatin, 2010: 3).
Menurut Danial (2006:17) teknologi fermentasi merupakan teknologi yang
menggunakan mikroorganisme untuk produksi makanan dan minuman seperti
keju, yoghurt, minuman alkohol, cuka, kecap, dan beberapa produk fermentasi
lainnya. Teknologi fermentasi dapat memanfaatkan mikroorganisme guna
menghasilkan :
1. Metabolit primer, seperti gliserol, asam asetat, aseton, butanol, asam
organik, asam amino, vitamin, polisakarida, dan xanthan.
2. Metabolik sekunder, seperti penicilin, streptomycin, oksitetrasiklin,
sefalosporin, giberalin, alkaloid, dan aktinomisin.
3. Enzim industri, seperti invertase, asparaginase, amilase, restriksi
endonuklease, dan ligase.
Khamir sejak dulu berperan dalam fermentasi yang bersifat alkohol
dimanaproduk utama dari metabolismenya adalah etanol. Saccharomyces
cerevisieae adalah jenis yang utama yang berperan dalam produksi minuman
beralkohol seperti bir dan anggu dan juga digunakan untuk fermentasi adonan
dalam perusahaan roti. Kapang jenis-jenis tertentu digunakan daam persiapan
pembuatan beberapa macam keju dan beberapa fermentasi bahan pangan seeperti
kecap dan tempe. Jenis-jenis yang termasuk golongan Aspergillus, Rhizopus, dan
Penicillium sangat penting dalam kegiatan tersebut (Buckle, dkk, 2009:95).
Salah satu penggunaan utama ragi adalaj pemebntukan alkohol dari bahan
baku karbohidrat. Proses fermentasi ini digunakan oleh perusahaan minuman
semacam bir dan anggur. Selain air, alkohol merupakan bahan pelaryt utama
dalam laboratorium dan industri kimia. Etanol dapat dihasilkan oleh karbohidrat
yang dapat difermentasikan. Bila bahan karbohidrat ini berbentuk bahan
kompleks, maka bahan ini harus dihidrolisakan terlebih dahulu menjadi gula
sederhana. Proses hidrolisa dapat diperoleh dengan perlakuan enzim dari kapang
ataupun dengan perlakuan suhu tinggi dari substrat yang diasamkan. Jagung,
molase, gula bit, ketang , dan anggur merupakan bahan baku yang sering
digunakan. Galur pilihan Saccharomyces cereviceae sering digunakan untuk
fermentasi. Ciri utama galur ini adalah memiliki pertumbuhan yang cepat dan
tolerasi yang tinggi terhadap suatu alkohol (Danial, 2006:39-40).
Karbohidrat dapat difermentasi menjadi alkohol. Glukosa dapat
difermentasi oleh sel-sel khamir (ragi) menjadi alcohol sampai membebaskan gas
CO2, tetapi bahan pati/amilum dan karbohidrat monosakarida selain glukosa tidak
dapat difermentasi oleh sel-sel ragi. Ragi banyak digunakan untuk fermentasi
singkong dan beras ketan, sebenarnya bukan ragi murni, melainkan terdiri dari
beberapa jenis mikroba antara lain khamir (saccharomyces cerevisiae) dan kapang
(Rhizopus atau Apergillus) (Tim Dosen Biokimia, 2021:1).
Semakin lama fermentasi dihasilkan alkohol semakin banyak sampai
waktu 144 jam, setelah waktu tersebut persentase alkohol menurun. Sebagai
contoh pada waktu 48. Jam persentase alcohol yang dihasilkan sebesar 3,9, setelah
144 jam persentase alcohol naik menjadi 13,54 % dan turun menjadi 13,4 % pada
waktu 192 jam. Pada waktu 48 sampai 144 jam alkohol yang dihasilkan
bertambah banyak karena aktifitas mikrobia mengalami pertumbuhan dengan
berkembang biak sehingga alkohol yang dihasilkan bertambah banyak. Pada
waktu 144 jam perkembang biakan mikrobia sudah maksimum. Sedangkan pada
waktu fermentasi lebih besar dari 144 jam kadar etanol turun, hal ini disebabkan
nutrisi yang dibutuhkan untuk pembiakan sudah habis, akibatnya bakteri
memakan alkohol, hal ini ditunjukkan adanya pembentukan asam asetat. Proses
ini dapat terlihat adanya gelembung - gelembung udara (Ardhiany,2019:17-18).
Amilum yang dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai zat pati atau
zat tepung, yang merupakan suatu glukosan dan cadangan persediaan makanan
bagi tanaman. Amilum praktis tidak dapat larut dalam air dingin, tetapi apabila
dipanaskan dengn air yang cukup, ternyata zat ini terdiri dari atas 2 fraksi. Fraksi
yang larut disebut amilosa dan fraksi yang tidak larut disebut amilopektin.
Hidrolisis sempurna maltose, selobiosa, selulosa, amilum, dan glikogen
menghasikan glukosa. Hidrolisis sakarosa dan laktosa juga akan menghasilkan
glukosa dan hasil-hasil lainnya. (Sumardjo, 2006: 207 dan 226).
Menurut Nurcahyo (2011: 21) mikrobia yang umumnya terlibat dalam
fermentasi adalah bakteri, khamir, dan kapang.
1. Bakteri Acetobacter xylinum pada pembuatan nata decoco
2. Khamir Saccharomyces cerevisiae dalam pembuatan alkohol
3. Kapang Rhizopus sp pada pembuatan tempe
Mikroba dapat digolongkan menjadi: (1) kelompok bakteri: Bacillus sp,
Lactobacillus sp, Streptococcus sp, Eschericia sp. (2) kelompok jamur:
Aspergillus sp. Penicillium sp. (3) kelompok khamir (yeast): Saccharomyces sp.
E. PROSEDUR KERJA
1. Hidrolisis Pati
Setelah 10 menit
Setelah 5 menit
ditambahkan 3 tetes
ditambahkan 3 tetes
iod ke lubang 3,6,9.
iod ke lubang 2,5,8
Setelah 15 menit
ditambahkan 3 tetes
iod ke lubang 4,7,10
Tabung 10,11,12
Tabung 4,5,6 Tabung 7,8,9 berturut-turut
berturut-turut berturut-turut diisi dengan 1
diisi dengan 1 diisi dengan 1 mL suspensi ragi
mL suspensi mL suspensi roti, ragi tape dan
ragi roti, ragi ragi roti, ragi ragi tempe
tape dan ragi tape dan ragi
tempe tempe
Tabung digoyangkan Diinkubasi pada
untuk memeriksa CO2, suhu kamar
serta dicium bau alkohol selama 24 jam
F. HASIL PENGAMATAN
1. Hidrolisis Pati
No Perlakuan Hasil
1 Pati
a. 5 mL pati + 1 mL ragi Tidak ada gelembung dan tidak
roti, inkubasi 24 jam berbau
b. 5 mL pati + 1 mL ragi Tidak ada gelembung dan tidak
tape, inkubasi 24 jam berbau
c. 5 mL pati + 1 mL ragi Tidak ada gelembung dan tidak
tempe, inkubasi 24 jam berbau
2 Glukosa
a. 5 mL pati + 1 mL ragi Terdapat gelembung dan bau
roti, inkubasi 24 jam alkohol
b. 5 mL pati + 1 mL ragi
tape, inkubasi 24 jam Terdapat gelembung dan bau
c. 5 mL pati + 1 mL ragi alkohol
tempe, inkubasi 24 jam
Terdapat gelembung dan bau
alkohol
3 Fruktosa
a. 5 mL pati + 1 mL ragi Terdapat gelembung dan bau
roti, inkubasi 24 jam alkohol
b. 5 mL pati + 1 mL ragi
tape, inkubasi 24 jam Terdapat gelembung dan bau
c. 5 mL pati + 1 mL ragi alkohol
tempe, inkubasi 24 jam
Terdapat gelembung dan bau
alkohol
4 Galaktosa
a. 5 mL pati + 1 mL ragi Terdapat gelembung dan bau
roti, inkubasi 24 jam alkohol
b. 5 mL pati + 1 mL ragi
tape, inkubasi 24 jam Terdapat gelembung dan bau
c. 5 mL pati + 1 mL ragi alkohol
tempe, inkubasi 24 jam
Terdapat gelembung dan bau
alkohol
No Perlakuan Hasil
1 Pati + Ragi roti Benedict = merah bata, Fehling = biru
2 Pati + Ragi tape Benedict = merah bata, Fehling = biru
3 Pati + Ragi tempe Benedict = merah bata, Fehling = biru
G. PEMBAHASAN
a. Tes Hidrolisis Pati (amilum)
Hidrolisis adalah suatu pemecahan kimiawi suatu molekul karena
pengikatan air sehingga akan menghasilkan molekul-molekul yang lebih kecil
Hidrolisis pati dapat dilakukan dengan katalis asam maupun enzim. Jika pati
dipanaskan dengan asam akan terurai menjadi molekul yang lebih kecil secara
berurutan dengan menghasilkan glukosa. Asam akan menghidrolisis semua
jenis polisakarida yang mampu terhidrolisis. Asam lebih cepat mengkatalis
hidrolisis komponen pati dibandingkan dengan polisakarida nonpati lainnya.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami
kemampuan dari ragi roti (Saccharomyces cerevisae), ragi tempe (Rhizopus
oligosporus), dan ragi tape (Aspergillus Sp.) dalam menghidrolisis pati menjadi
monomer monomernya yaitu glukosa yang saling berikatan dalam ikatan
glikosida. Dalam pengujian ini, digunakan plat tetes sebagai medianya.
Kemudian dalam plat tersebut diberi no 1 sampai 10. Semua lubang diisi
dengan amilum, dimana amilum ini berfungsi sebagai bahan dasar yang akan
dihidrolisis menggunakan ragi. Pada lubang plat 2,3,4 ditambahkan dengan
suspensi roti, lubang 5,6,7 ditambah dengan suspensi tape dan lubang 8,9,10
ditambah dengan suspensi tempe. Penambahan suspensi ragi ini berfungsi
untuk membandingkan ragi mana yang dapat menghidrolisis pati menjadi
monomer-monomernya, yaitu monosakarida/oligosakarida. Kemudian 5 menit
pertama lubang 2,5,8 ditambahkan iod. 10 menit berikutnya 3,6,9 ditambahkan
oid dan 15 menit berikutnya lubang plat 4,7,10 diisi larutan iod. Adapun dalam
jangka waktu tertentu ini dilakukan penambahan iod berfungsi untuk
mengetahui adanya pembentukan kompleks amilum yang ditandai dengan
warna biru. Untuk lubang plat no 1 ditambahkan air sebagai kontrol.
Berdasarkan hasil pengamatan hasil yang diperoleh yaitu lubang plat
no. 2-10 semua berwarna ungu namun tingkat kepekatan warnanya berbeda
beda. Pada lubang plat 2,3,4 yang berisi ragi roti dihasilkan larutan berwarna
ungu terang. Hal ini menunjukkan bahwa amilum terhidrlisis. Hal ini tidak
sesuai dengan teori dikarenakan khamir yaitu ragi roti (Saccharomyces
cerevisae) tidak dapat menghidrolisis amilum menjadi glukosa melainkan
hanya bisa mengkonversi glukosa menjadi etanol dan karbon dioksida (CO2)
(tim Dosen Biokimia, 2021:1). Hal ini disebabkan karena kurang sterilnya alat
yang digunakan, dimungkin adanya kontaminasi dengan ragi yang lain.
Adapun reaksinya:
Ragi roti
Ragi roti
Untuk amilum yang ditambahkan ragi tape, hasil yang diperoleh yaitu
tidak adanya bau alkohol dan tidak terdapat gas CO2. Hal ini tidak sesuai
dengan teori bahwa ragi tape mengandung khamir dan kapang yang dapat
menghidrolisis pati menjadi monosakaridanya kemudian mengubah gluksa
menjadi alkohol dan gas CO2 (Tim Dosen Biokimia, 2020: 1). Adapun reaksi
yang terjadi:
Sedangkan untuk glukosa yang ditambahkan ragi tempe dan ragi tape
hasil yang diperoleh adanya bau alkohol dan terdapat gas CO 2. Hal ini tidak
sesuai dengan teori bahwa kapang (Rhizopus dan Aspergillus) tidak dapat
memfermentasi glukosa menjadi etanol melainkan hanya dapat menghidrolisis
pati menjadi glukosa (Tim Dosen Biokimia, 2020: 1). Adapun reaksi yang
terjadi:
Ragi tempe/tape
OH O OH
OH H H Ragi roti/tempe/tape
H H
H OH
galaktosa
+ C u S O