Anda di halaman 1dari 200

BAB I

PENDAHUL
PENDAHULUAN
AHULUAN

A. Pendahuluan

F
isika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar, karena
berhubungan dengan perilaku dan struktur benda. Bidang fisika
biasanya dibagi menjadi gerak, fluida, panas, suara, cahaya, listrik
dan magnet dan topik-topik modern seperti relativitas, struktur atom,
fisika zat padat, fisika nuklir, partikel elementer dan astrofisika. Dalam
buku ini pembahasan dibatasi pada materi fisika yang berkaitan dengan
ilmu kesehatan khususnya ilmu kedokteran, keperawatan, kebidanan dan
kesehatan masyarakat atau lingkungan. Praktik klinik baik kedokteran,
keperawatan maupun kebidanan telah banyak memanfaatkan kemajuan
sains atau Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di mana ilmu fisika
mempunyai peran yang sangat besar. Maka dari itu ada baiknya kita
melihat sekilas bagaimana aktivitas yang disebut sains, termasuk fisika ini
dipraktikkan. Dengan pemahaman oleh mahasiswa ilmu keperawatan,
kebidanan dan kesehatan masyarakat maupun lingkungan terhadap
materi yang ada di buku ini, diharapkan dapat menjadi bekal dalam
menekuni profesinya di kemudian hari.
Walaupun istilah sains berasal dari bahasa Latin yang berarti
mengetahui, akhirnya sains tidak sekedar berarti pengetahuan. Tujuan
utama semua sains, termasuk fisika, umumnya dianggap sebagai usaha
untuk mencari keteraturan dalam pengamatan manusia pada alam
sekitarnya. Banyak orang berpikir bahwa sains adalah proses mekanis
dalam pengumpulan fakta-fakta dan membuat teori. Hal ini tidak benar.
Sains, termasuk fisika, seperti juga sains lainnya merupakan usaha kreatif.

1
Fisika bukan hanya sekelompok fakta. Teori-teori penting dibuat dengan
tujuan untuk menjelaskan pengamatan. Untuk dapat diterima, teori diuji
dengan membandingkan prediksinya dengan hasil eksperimen yang
sebenarnya. Perhatikan bahwa umumnya teori tidak dapat dibuktikan
secara absolute.
Untuk waktu yang lama sains kurang lebih merupakan satu kesatuan
yang dikenal sebagai filosofi alam. Baru pada satu atau dua abad yang
lalu, perbedaan antara fisika dan kimia dan bahkan sains kehidupan
menjadi jelas. Memang perbedaan menyolok yang kita lihat sekarang
antara seni dan sains juga baru berumur beberapa abad. Dengan demikian
tidak mengherankan kalau perkembangan fisika telah mempengaruhi
dan dipengaruhi bidang-bidang lain. Karya awal mengenai listrik yang
berlanjut dengan penemuan baterai listrik dan arus listrik dibuat oleh
seorang fisiologis abad ke-18, Luigi Galvani (1737-1798). Ia memperhatikan
sentakan kaki katak yang merupakan respon terhadap percikan listrik,
kemudian otot-otot tersebut kelihatan tersentak jika bersentuhan dengan
dua logam yang tidak sama. Pertama kalinya fenomena ini dikenal sebagai
kelistrikan hewan, tetapi tidak lama kemudian menjadi jelas bahwa arus
listrik itu sendiri bisa ada walaupun hewannya tidak.
Seseorang tidak perlu menjadi seorang ilmuwan peneliti pada,
katakanlah kedokteran atau biologi molekuler untuk menggunakan fisika
dalam pekerjaannya. Seorang terapi fisik misalnya, dapat melakukan
pekerjaannya lebih efektif jika ia paham akan prinsip pusat gravitasi dan
cara kerja gaya-gaya dalam tubuh manusia.
Para ilmuwan sering membuat model dari fenomena fisika. Sebuah
model merupakan semacam gambaran atau analogi yang kelihatannya
menjelaskan fenomena yang bersangkutan. Teori sering dikembangkan dari
model, biasanya lebih dalam dan lebih kompleks dari model yang sederhana.
Hukum ilmiah merupakan suatu pernyataan yang singkat, sering dinyatakan
dalam bentuk persamaan, yang secara kuantitatif mendeskripsikan
sekelompok fenomena yang meliputi kasus-kasus yang luas.

B. Satuan, Standar, dan Sistem SI


Besaran-besaran fisika selalu dinyatakan relative terhadap suatu
standar atau satuan tertentu, dan satuan yang digunakan harus selalu

2 Fisika Kesehatan
diikutsertakan. Satuan yang diterima secara umum saat ini adalah
System International (SI), di mana satuan standar: panjang, massa dan
waktu adalah: meter, kilogram dan sekon.
Standar internasional yang pertama adalah meter (disingkat m),
dinyatakan sebagai standar panjang oleh French Academy of Sciences
pada tahun 1790-an. Dalam semangat rasionalitas, 1 meter standar pada
awalnya ditentukan sebesar: Jarak antara dua goresan pada meter standar
sehingga jarak dari kutub utara ke khatulistiwa melalui Paris adalah 10 juta
meter. Meter standar adalah sebuah batang yang terbuat dari campuran
platina-iridium.

Gambar 1.1. Satu meter ditetapkan


atas dasar jarak dari kutub utara ke
khatulistiwa melalui Paris

Pada tahun 1889, meter didefinisikan dengan lebih tepat sebagai


jarak antara dua tanda yang dibuat jelas pada sebuah penggaris campuran
platinum-iridium. Tahun 1960, untuk memberikan ketepatan yang lebih
tinggi dan agar bisa diproduksi ulang, meter didefinisikan kembali sebagai
1.650.763,73 panjang gelombang dari suatu cahaya jingga tertentu yang
dipancarkan oleh atom-atom gas Krypton-86 (Kr86). Tahun 1983, meter
kembali didefinisikan ulang, kali ini dalam hubungannya dengan
kecepatan cahaya (yang nilai pengukuran terbaiknya dalam definisi meter
yang lama adalah 299.792.458 m/s, dengan ketidakpastian sebesar
1m/s). Definisi yang baru adalah: “satu meter adalah panjang jalur yang
dilalui oleh cahaya pada ruang hampa udara selama selang waktu
1/299.792.458 sekon”.

Pendahuluan 3
Gambar 1.2 Sketsa definisi baru 1 meter

Satuan Inggris untuk panjang (inci, foot, mil) sekarang didefinisikan


dalam meter Inci (in), didefinisikan tepat sebesar 2,54 centimeter (cm);
dimana 1 cm = 0,01 m.
Standar massa adalah massa sebuah silinder platina-iridium, yang
disebut sebagai satu kilogram, disimpan di International Bureau of Weights
and Measures di Sevres, dekat Paris.

Gambar 1.3 Kilogram standar

Sampai tahun 1960 standar waktu didasarkan pada hari surya rata-
rata, selang waktu yang dibutuhkan oleh matahari untuk mencapai titik
tertingginya dua kali berturut-turut, dirata-ratakan selama watu 1 tahun.
Pada tahun 1967 ditetapkan standar atom. Pada atom cesium energi dari
kedua tingkat energinya yang terendah tidak banyak berbeda, tergantung
pada sejajar atau tidaknya spin electron paling luar pada spin inti. Radiasi
listrik magnetic (gelombang mikro) dengan frekuensi yang tepat
menyebabkan perpindahan dari satu tingkat energi ke tingkat energi
yang lain. Saat ini satu detik didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan
oleh 9.192.631,770 periode radiasi ini. Tentu saja ada tepat 60 s dalam

4 Fisika Kesehatan
satu menit (min) dan 60 menit dalam satu jam atau hour (h). Perhatikan
bahwa dua faktor 60 ini (sebagaimana juga 2,54 cm per inci) merupakan
definisi dan dengan demikian memiliki jumlah angka signifikan tak
terhingga. Tabel 1.1 menunjukkan kisaran pengukuran selang interval
waktu.

Tabel 1.1. Beberapa interval waktu tertentu


Selang waktu Sekon (pendekatan)
Waktu hidup partikel yang sangat tidak stabil 10-23 S
Waktu hidup elemen-elemen radioaktif 10-23 S s/d 1028 S
Waktu hidup muon 10-6 S
Waktu di antara detak jantung manusia 100 S (=1 S)
Satu hari 105 S
Satu tahun 3 x 107 S
Rentang waktu kehidupan manusia 2 x 109 S
Panjang sejarah yang tercatat 1011 S
Manusia di Bumi 1014 S
Kehidupan di Bumi 1017 S
Umur Alam semesta 1018 S

Definisi satuan standar untuk besaran lainnya akan diberikan ketika


kita menemukannya dalam bab-bab berikutnya.
Pada sistem metrik, satuan yang lebih besar dan lebih kecil
didefinisikan dalam kelipatan 10 dari satuan standar, dan cara ini
membuat perhitungan cukup mudah. Dengan demikian, 1 kilometer
(km) adalah 1000 m, 1 centimeter adalah 1/100 m, 1 milimeter (mm)
adalah 1/1000 m atau 1/10 cm, dan seterusnya. Awalan “centi”, “kilo”
dan yang lainnya diberikan pada table 1.2 dan dapat diterapkan tidak
hanya pada satuan panjang, tetapi juga satuan volume, massa, atau satuan
metrik lainnya. Misalnya 1 centiliter (cL) adalah 1/1000 liter (L) dan
satu kilogram adalah 1000 gram (g).

Pendahuluan 5
Tabel 1.2 Awalan-awalan Metrik (SI)
Awalan Singkatan Nilai
exa E 1018
peta P 1015
tera T 1012
giga G 109
mega M 106
kilo k 103
hecto H 102
deka Da 101
deci D 10-1
centi C 10-2
milli M 10-3
micro µ* 10-6
nano N 10-9
pico P 10-12
femto F 10-15
atto a 10-18
* µ adalah huruf Yunani “mu”

Ketika berurusan dengan hukum dan persamaan fisika, penggunaan


satu set satuan yang konsistem merupakan hal yang sangat penting.
Beberapa sistem satuan telah digunakan selama bertahun-tahun. Saat
ini yang paling penting adalah System International (versi Prancis dari
sistem internasional), yang disingkat dengan SI. Pada satuan SI, standar
panjang adalah meter, standar waktu adalah sekon dan standar massa
adalah kilogram. Sistem ini digunakan dalam cabang ilmu fisika yaitu
mekanika. Sistem ini dulu disebut MKS (meter-kilogram-sekon). Seluruh
kuantitas yang digunakan dalam mekanika dapat dinyatakan dalam istilah
satuan standar. Sistem metrik kedua adalah sistem cgs, di mana centime-
ter, gram dan sekon adalah satuan standar untuk panjang, massa dan
waktu, sebagaimana disingkat pada namanya. British Engineering System
memakai standar foot untuk panjang, pound untuk gaya dan sekon untuk
waktu.
Cabang ilmu fisika lainnya mempergunakan lebih dari 3 kuantitas
dasar dan satuan, yaitu suhu (Kelvin), arus listrik (Ampere) dan intensitas
luminasi (Candela). Tahun 1954 dan 1960, seluruh kuantitas fisika dan
satuannya telah dinyatakan dalam istilah Satuan Internasional (SI) dan

6 Fisika Kesehatan
beberapa derivate/ keturunannya dari SI. Berikut ini disajikan tabel satuan
internasional dan beberapa derivatnya.

Tabel 1.3 Satuan Internasional


Kuantitas Satuan Singkatan
Panjang meter m
Massa Kilogram Kg
Waktu detik sec.
Arus Ampere A
Temperatur Kelvin K
Intensitas cahaya candela cd
Jumlah zat mole Mol

Tabel 1.4 Turunan Satuan Internasional


Kuantitas Satuan Singkatan Dimensi
Gaya Newton N Kgm/sec2
Tekanan Pascal Pa.N/m2 Kg/m sec2
Energi Joule J.Nm Kgm2/sec2
Tenaga Watt W.J/sec Kgm2/sec3
Torque Meter-Newton r.mN Kgm2/sec2
Electric charge Coulomb C A sec.
Potensial listrik Volt V, J/c Kgm2/sec3A2
Tahanan listrik Ohm V/A Kgm2/sec3A2
Kapasitas Farad F, C/V, C2/J Sec.4A2/Kgm2
Induktan Henry H, J/A2.sec Kgm2/sec2A2
frekwensi Hertz Hz sec-1
dll

Dalam bidang kedokteran dan juga keperawatan sistem SI, maupun


turunannya tidak semua digunakan, masih banyak mempergunakan
sistem non SI. Berikut ini adalah besaran dan satuan yang sering
digunakan dalam bidang kedokteran:

Pendahuluan 7
Tabel 1.5 Sistem non SI yang digunakan dalam bidang
kedokteran dan keperawatan

Kuantitas Satuan Singkatan


massa gram g
panjang foot,centimeter ft, cm
volume liter -
waktu menit min
gaya dyne, -
pound force Lbf
energi kalori Cal
Kilokalori Kcal
tenaga Kilokalori/menit Kcal/min
tekanan pound/inch2 Psi
millimeter merkuri mm Hg
atmosfir atm
temperatur Fahrenheit F
Celcius C

C. Mengkonversi Satuan
Besaran apapun yang kita ukur, seperti panjang, kecepatan ataupun
arus listrik, harus terdiri dari suatu bilangan dan suatu satuan. Jika besaran-
besaran tersebut dijumlahkan, dikurangi, dikalikan atau dibagi dalam
suatu persamaan aljabar, maka satuannya juga harus diperlakukan sama
seperti bilangan lainnya. Sering kita diberikan besaran dalam satu set
satuan , tetapi kita ingin menyatakan dalam set satuan yang lain. Sebagai
contoh, kita mengukur bahwa tinggi badan seorang pasien 21,5 inci, dan
kita ingin menyatakannya dalam centimeter. Kita harus menggunakan
factor konversi (semua faktor konfersi bernilai 1) yang dalam hal ini
adalah:
1 in = 2,54 cm
Jika kita bagi ruas kanan dengan ruas kiri, kita peroleh:

1in 2,54cm
= 1 atau =1
2,54cm 1in

8 Fisika Kesehatan
1in 2,54cm
2,54cm atau 1in disebut factor konversi.
Jadi faktor konversi memiliki nilai 1.
Karena setiap besaran dapat dikalikan 1 dengan tanpa mengubah
nilainya, sekarang kita dapat mengubah 1 in ke dalam cm dengan
2,54cm
mengalikannya dengan faktor konfersi :
1in
⎛ 2,54cm ⎞
21,5in = (21,5 in) × ⎜⎜ ⎟⎟ = 54,6cm
⎝ 1in ⎠
1in
Jika kita mengalikannya dengan faktor konversi :
2,54cm

⎛ 1in ⎞
21,5in = (21,5 in) × ⎜⎜ ⎟⎟
⎝ 2,54cm ⎠
Kita tidak dapat mencoret satuan in karena keduanya terdapat pada
pembilang. Ini menyatakan bahwa faktor konversi harus dibalik.
Dengan mencoret satuan inci (in), seperti yang biasa dilakukan
dengan bilangan biasa untuk memperoleh satuan cm yang benar. Cara
memperlakukan satuan semacam ini memudahkan kita untuk melakukan
konversi dari satu satun ke satuan yang lainnya.

Contoh:
Sebuah membran yang bundar memiliki luas 1,25 inci persegi.
Nyatakanlah luas membran sel tersebut dalam centimeter!

Jawab:
Karena 1 in = 2,54 cm, maka
1 in2 = (2,54 cm)2 = 6,45 cm2
1in 2,54cm
Faktor konfersinya adalah= = 1 atau =1
2,54cm 1in
sehingga,

Pendahuluan 9
2
⎛ 2,54cm ⎞ ⎛ 6,45cm 2 ⎞
( )
1,25in = 1,25in × ⎜⎜
2
( 2
)
⎟⎟ = 1,25in × ⎜⎜ 2
⎟⎟ = 8,06cm 2
⎝ 1in ⎠ ⎝ in ⎠

D. Pengukuran
Pengukuran memainkan peranan penting pada fisika, tetapi hasil
pengukuran tidak akan pernah tepat secara sempurna. Adalah penting
untuk menentukan ketidakpastian suatu pengukuran, baik dengan
menyatakan langsung dengan ± , dan atau dengan memakai angka
signifikan yang tepat.
Fisika maupun disiplin ilmu lain seperti ilmu kesehatan, pengukuran
kuantitas merupakan dasar utama guna mencari korelasi atau interpretasi
dan juga untuk membandingkan hasil pengukuran dengan prediksi
teoritis.
Pengukuran adalah tindakan yang bertujuan untuk menentukan
kuantitas dimensi suatu besaran pada suatu sistem, dengan cara
membandingkan dengan satu satuan dimensi besaran tersebut,
menggunakan alat ukur yang terkalibrasi dengan baik.
Tapi, pada kenyataannya nilai pembandingnya tidak pernah
diperoleh secara pasti, sehingga nilai sebenarnya tidak dapat diketahui.
Pengukuran berulang-ulang hasilnya selalu berbeda, meskipun selisihnya
sangat kecil. Jadi dalam pengukuran selalu terdapat kesalahan. Usaha
yang harus dilakukan adalah mengusahakan kesalahan itu sekecil-kecilnya.
Untuk menyatakan seseorang sakit atau tidak, perlu dilakukan
pengukuran terhadap besaran-besaran fisis tubuh seperti suhu badan,
tekanan darah, frekuensi detak jantung dan sebagainya. Dari hasil
pengukuran, belum dapat memberikan informasi apapun tanpa
membandingkan dengan suatu nilai yang ada. Nilai yang diperoleh
selanjutnya dibandingkan dengan suatu nilai yang dianggap sebagai
standar normal untuk menyatakan keadaan tubuh yang sehat. Nilai
standar yang digunakan merupakan hasil pendekatan secara empiris dari
hasil pengukuran terhadap banyak sampel yang kemudian nilai terbaik/
rata-rata nya dianggap sebagai nilai standar normal atau sehat, sehingga
sedikit batas penyimpangan atau variasi baik di atas maupun di bawah
dari nilai standar tersebut masih dianggap sehat.

10 Fisika Kesehatan
Kesalahan dari proses pengukuran baik disebabkan karena faktor
alat, metode maupun pelaku pengukuran, tentunya akan mengakibatkan
kesalahan informasi yang diperoleh sehingga menimbulkan kesalahan
kesimpulan dan ahirnya kesalahan tindakan yang akan merugikan pasien.
Dalam hal penentuan ini dapat terjadi false positif atau false negative.
False positif adalah merupakan suatu error (penyimpangan) yang terjadi
di mana penderita dinyatakan menderita suatu penyakit, padahal sama
sekali tidak menderita penyakit tersebut. Sedangkan false negative
merupakan suatu error yang terjadi di mana penderita dinyatakan tidak
sakit, pada hal menderita suatu penyakit. Hal ini tentunya akan sangat
merugikan pasien. Untuk memperkecil kesalahan-kesalahan dalam
pengukuran, maka perlu memahami faktor-faktor penyebab timbulnya
kesalahan/ralat dan cara memperkecil kesalahan-kesalahan dalam
pengukuran.

1. Jenis & Faktor Penyebab Timbulnya Kesalahan atau Ralat


a. Ralat sistematik, ralat kelompok ini bersifat tetap adanya,
penyebabnya :
1) Alat, kalibrasi, harga skala, kondisi alat yg berubah, pengaruh
alat terhadap besaran yang diukur, dan sebagainya.
2) Pengamat, misal karena ketidak cermatan pengamat dalam
membaca.
3) Kondisi fisis pengamatan, misal karena kondisi pada saat
pengamatan tidak sama dengan kondisi fisis pada saat
peneraan alat.
4) Metode pengamatan, ketidaktepatan dalam pemilihan metode
akan berpengaruh terhadap hasil pengamatan. Misalnya sering
terjadi kebocoran pada besaran fisis seperti panas, cahaya, dan
sebagainya.
b. Ralat Kebetulan, kesalahan yang terjadi pada pengamatan yang
dilakukan secara berulang-ulang terhadap besaran fisis yang
dianggap tetap. Penyebabnya adalah:
1) Salah menaksir, misal kesalahan penaksiran terhadap nilai skala
terkecil.

Pendahuluan 11
2) Kondisi fisis yangg berubah (berfluktuasi); misal karena perubahan
temperatur atau perubahan listrik ruang yang tidak stabil.
3) Gangguan, misal adanya medan magnet yang kuat, dapat
mempengaruhi penunjukkan jarum penunjuk alat ukur listrik.
4) Definisi; misal karena penampang pipa tidak bulat betul maka
penentuan diameternya pun akan menimbulkan kesalahan.
c. Ralat kekeliruan tindakan, bagi pengamat dapat terjadi dalam 2
bentuk:
1) salah berbuat, misalnya salah membaca, pengaturan situasi/
kondisi.
2) Salah anggapan; misal terjadi pada pembulatan angka
perhitungan.
Kesalahan-kesalahan dalam pengukuran dapat diperkecil dengan
cara lebih banyak berlatih, pemilihan metode yang tepat serta
menggunakan alat ukur yang terkalibrasi dan memiliki tingkat
ketepatan (akurasi) dan kebenaran (presisi) yang tinggi.

2. Perhitungan Ralat n

Kesalahan dalam pengukuran tidak dapat dihindari sehingga nilai ∑


x= i=1
sebenarnya tidak akan pernah dapat ditentukan. Usaha yang dapat n
dilakukan hanyalah dengan memperkecil kesalahan tersebut sampai
sekecil-kecilnya. Ralat berdasarkan bagaimana data diperoleh,
dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Ralat dari hasil pengamatan (pengukuran secara langsung)
1) Untuk satu kali pengukuran, nilai ralatnya adalah 0,5 skala
terkecil dari alat ukur yang digunakan.
2) Untuk pengukuran berulang, nilai terbaik besaran terukur
adalah nilai rata- ratanya. Misalnya suatu besaran x diukur
sebanyak n kali dengan nilai terukur: x1, x2, x3,…,xn. Nilai terbaik
untuk besaran tersebut adalah:

(1.1)

12 Fisika Kesehatan
Selisih atau penyimpangan dari nilai terukur terhadap nilai
terbaiknya disebut deviasi, dilambangkan dengan δx . Jadi

=
(1.2)
Informasi selisih kumulatif seluruh data harus ditampilkan
secara efisien & ringkas dalam bentuk standar deviasi (ukuran
penyimpangan nilai pendekatan terbaik terhadap nilai
sebenarnya yang tetap misterius), yaitu:

∑(δxi)2
Sx = (1.3)
n(n − 1)
Nilai hasil pengukuran dituliskan dalam bentuk:
(
x = x ± sx ) (1.4)
sedangkan deviasi standart nilai rata-rata relatifnya dapat
ditulis:
sx
Sx = x100 00 (1.5)
x
δxxi − x
dengan keseksamaan atau kecermatan (akurasi) yaitu:

⎛S ⎞
100 00 − ⎜⎜ x x100 00 ⎟⎟ (1.6)
⎝ x ⎠

Contoh:
Suatu panjang logam diukur 10 kali dengan hasil sebagai
berikut:

Pendahuluan 13
Nilai terukur: xi Deviasi (cm): Kuadrat deviasi
n
(cm) (
δxi = xi − x) (δxi)2 (cm)2
1 47,51 +0,02 0,0004
2 47,49 0,00 0,0000
3 47,48 -0,01 0,0001
4 47,50 +0,01 0,0001
5 47,47 -0,02 0,0004
6 47,49 0,00 0,0000
7 47,48 -0,01 0,0001
8 47,46 -0,03 0,0009
9 47,53 +0,04 0,0016
10 47,49 0,00 0,0000
n

∑x n 2
(δxi) = 0,00 ∑ (δxi)
n
N=10
x= i=1
i
= 474,90

i=1
= 0,0036
i=1
n

∑x i
Jadi nilai terbaiknya, x = i=1
= 474,90 cm
n
Sedangkan deviasi standartnya,

∑(δxi)2 0,0036
Sx = = = 0,007cm
n(n − 1) 10(10 − 1)
Kemudian nilai x diinformasikan dalam format:
( )
x = x ± sx = (474,9 ± 0,007) cm.

b. Ralat dari hasil perhitungan (pengukuran tidak langsung atau ralat


rambatan)
Adalah ralat yang timbul sebagai hasil perhitungan, berlaku
pada besaran-besaran yang tidak dapat diukur secara langsung.
Misal pada penentuan luas suatu meja melalui pengukuran panjang
dan lebar (tak ditentukan pengukuran masing-masing satu kali
atau lebih). Pengukuran panjang akan menghasilkan ketidak
pastian yang sebanding dengan kesalahan pengukuran, demikan
pula pada penentuan lebar meja. Ketidakpastian pengukuran
panjang dan lebar meja pasti akan memberi kontribusi pada
penentuan luas meja.

14 Fisika Kesehatan
Panjang meja

Lebar meja

Luas meja L = p × ldan hasilnya dinyatakan dalam :

L = (L ± ∂L) m 2
Ketidakpastian ∂p,∂l serta proses p× lakan berkontribusi dalam
penentuan .

(1.7)

Marilah kita interpretasikan secara sederhana arti persamaan (1.7).


∂L
Lambang adalah simbol operasi diferensial (turunan) parsial, yaitu
∂p
turunan L terhadap salah satu variabelnya, p. Kita tentu tahu bahwa
operasi diferensial tersebut menyatakan bagaimana perubahan pada p
akan mempengaruhi L; anggap saja seperti pengaruh p dalam penentuan
l ==(l( p
∂pL ±⎛±∂∂lL
∂)pmL.
2 Jelas bahwa 2
⎞)m 2 ⎛ ∂L ⎞
persamaan (1.7) adalah cara menentukan ketidakpastian
∂l= ⎜ ⎟ ∂p + ⎜ ⎟ (∂l) masing-masing variabel dan dari proses interaksinya.
⎜ ⎟L (
dari) ketidakpastian2

⎝ ∂p ⎠ ⎝ ∂l⎠
3. Accuracy, Precision, Error dan Uncertainty
Penting sekali untuk membedakan beberapa istilah yang sering
dijumpai dari hasil pengukuran.
Accuracy (akurasi – ketepatan), adalah suatu ukuran seberapa
dekat hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Jadi nilai ini
sebanding dengan ketepatan hasil.
Precision (presisi – ketelitian), adalah ukuran seberapa baik hasil
pengukuran telah ditentukan tanpa mengacu pada nilai sebenarnya.
Ketelitian lebih mengarah pada pengertian seperti kekonsistenan hasil.
Alat yang menghasilkan data seperti angka sebelumnya dikatakan
alat yang teliti, tidak peduli apakah hasil tersebut tepat atau tidak
dengan nilai sebenarnya.
Error (ralat – kesalahan), adalah perbedaan antara hasil observasi
atau pengukuran dengan nilai sebenarnya.

Pendahuluan 15
Uncertainty (ketidakpastian), berkaitan dengan fluktuasi
simpangan data xi terhadap nilai pendekatan terbaik , sebagai
gambaran kualitas hasil pengukuran atau perhitungan.

- oOo -

16 Fisika Kesehatan
BAB II
BIOMEKANIKA

A. Hukum Newton Tentang Gerak

H
ukum gerak Newton menghubungkan konsep gaya dan konsep
gerak. Gaya didefinisikan sebagai tarikan atau dorongan pada suatu
benda sehingga menyebabkan benda mengalami perubahan
gerak atau perubahan bentuk. Gaya adalah besaran yang memiliki arah,
misalnya gaya berat yang arahnya ke bawah. Gaya untuk menggeserkan
meja arahnya mendatar. Jadi gaya termasuk besaran vektor (mempunyai
nilai dan arah). Untuk menjumlahkan dan mengurangkan suatu gaya
dengan gaya lain, berlaku aturan-aturan berhitung vektor. Demikian pula
halnya dengan penguraian gaya menjadi komponen-komponennya.
Jumlah gaya disebut resultan gaya-gaya yang dijumlahkan.

1. Hukum I Newton
Hukum I Newton menyatakan:
“Sebuah benda dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan
konstan, akan tetap diam atau akan terus bergerak dengan kecepatan konstan,
kecuali ada gaya-gaya eksternal yang bekerja pada benda itu”.
Kecenderungan ini digambarkan dengan mengatakan bahwa
benda mempunyai kelembaman. Sehubungan dengan itu, Hukum I
Newton disebut juga hukum kelembaman. Secara matematis Hukum I
Newton dapat dirumuskan sebagai berikut:

∑F = 0 (2.1)

17
Berdasarkan Hukum I Newton tersebut, berarti untuk benda
yang semula diam maka benda tersebut selamanya akan tetap diam.
Sedangkan untuk benda yang bererak, akan bergerak terus, kecuali
ada gaya yang menghentikannya. Contohnya pada waktu berada di
atas kendaraan yang bergerak, kemudian tiba-tiba kendaraan direm,
maka penumpang akan terdorong ke depan. Hal ini menunjukkan
bahwa penumpang yang sedang bergerak bersama kendaraan
cenderung ingin bergerak.

Gambar 2.1 Kelembaman bekerja pada sebuah mobil

2. Hukum II Newton
Hukum II Newton menyatakan:
“Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang
bekerja padanya, dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah
percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya”:

a=
∑F atau
m
∑F = m a (2.2)

F = gaya (dalam satuan Newton, disingkat N)


m = massa benda (kg)
a = percepatan (m/s2)
Hukum II Newton menghubungkan antara deskripsi gerak
dengan penyebabnya, yaitu gaya. Hukum ini merupakan hubungan
yang paling dasar pada fisika.

18 Fisika Kesehatan
Gambar 2.2 menunjukkan benda terletak di
atas bidang datar yang licin, kemudian di-
pengaruhi gaya F hingga timbul percepatan a

3. Hukum III Newton


Hukum III Newton menyatakan:
“Ketika suatu benda memberikan gaya pada benda kedua, benda kedua
akan memberikan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah terhadap
benda yang pertama”.

(2.3)

Hukum ini terkadang dinyatakan juga dengan kalimat :”Untuk setiap


aksi ada reaksi yang sama dan berlawanan arah”. Maka hukum III Newton
sering dinamakan hukum interaksi atau hukum aksi reaksi. Hukum ini
menggambarkan sifat penting dari gaya yaitu bahwa gaya-gaya selalu terjadi
Faksi = − Freaksi berpasangan. Untuk menghindari kesalahpahaman perlu diketahui
bahwa gaya aksi reaksi yang berpasangan bekerja pada benda yang berbeda.
Sebagai contoh, seseorang yang mendorong mobil yang terpasang rem
tangannya, selama itu pula ia merasakan adanya dorongan ke belakang.
Hal ini terjadi karena orang tersebut mendapat gaya reaksi dari mobil
yang menurut hukum III Newton, sama besar namun berlawanan arah
dengan gaya yang diberikan pada mobil tersebut.

a. Gaya Gravitasi
Menurut Galileo bahwa benda-benda yang dijatuhkan di
dekat permukaan bumi akan jatuh dengan percepatan yang sama,
(g) jika hambatan udara dapat diabaikan. Gaya yang dapat
menyebabkan percepatan g disebut gaya gravitasi. Jika diterapkan
hukum II Newton untuk gaya gravitasi, maka untuk percepatan a
digunakan percepatan ke bawah atau g yang disebabkan oleh
gravitasi. Berat badan kita merupakan gaya gravitasi bumi
terhadap tubuh kita; terjadinya varises pada vena merupakan gaya

Bio Mekanika 19
tarik gravitasi bumi terhadap aliran darah yang mengalir secara
berlawanan. Dengan demikian, gaya gravitasi FG pada sebuah
benda, yang biasa disebut berat benda (diberi lambang W dari
kata weight) dapat ditulis sebagai :

FG = m .g , atau W = m .g (2.4)

dengan FG = W = berat benda (N)


m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi bumi = 9,8 m/s2

Berat adalah gaya gravitasi bumi (sering disebut gaya tarik


bumi), karena itu vektor berat selalu berarah tegak lurus pada
permukaan bumi menuju ke pusat bumi. Dengan demikian vekor
berat suatu benda di bumi selalu digambarkan berarah tegak lurus
ke bawah di manapun posisi benda diletakkan, apakah pada
bidang horizontal, pada bidang miring maupun bidang tegak.

Gambar 2.3 Arah vektor berat selalu tegak lurus ke bawah


bagaimanapun posisi benda diletakkan

Istilah massa dan berat sering dikacaukan antara satu dengan


yang lainnya. Massa tidak sama dengan berat. Massa adalah sifat
dari benda itu sendiri (yaitu ukuran inersia benda tersebut, atau
jumlah zat nya). Massa juga dapat didefinisikan sebagai sifat
intrinsik sebuah benda yang mengukur resistansinya terhadap
percepatan. Sedang berat adalah gaya gravitasi yang bekerja pada
sebuah benda. Jadi berat badan kita adalah gaya gravitai yang
bekerja pada badan kita.
Gaya gravitasi pada sebuah benda di dekat permukaan bumi
adalah berat benda. Gaya gravitasi yang dikerjakan oleh matahari
pada bumi dan planet-planet lain bertanggungjawab untuk

20 Fisika Kesehatan
mempertahankan planet-planet dalam orbitnya mengelilingi
matahari. Demikian pula, gaya gravitasi yang dikerjakan oleh bumi
pada bulan menjaga bulan dalam orbitnya yang mendekati
lingkaran mengelilingi bumi. Gaya gravitasi yang dikerjakan oleh
bulan dan matahari pada lautan di bumi bertanggung jawab pada
peristiwa pasang surut
b. Gaya Normal (N)
Gaya gravitasi bekerja pada sebuah benda ketika benda
tersebut jatuh. Ketika benda dalam keadaan diam di bumi, gaya
gravitasi pada benda tersebut tidak hilang, sebagaimana dapat
diketahui jika ditimbang dengan neraca pegas.
Dari hukum I Newton, gaya total pada benda yang tetap diam
adalah nol. Pasti ada gaya lain dalam benda tersebut untuk
mengimbangi gaya gravitasi. Apa bila kita berdiri di atas lantai,
lantai tersebut memberikan gaya ke atas. Lantai sedikit tertekan
ke bawah oleh tubuh kita dan lantai akan memberikan gaya dorong
ke atas. Gaya yang diberikan lantai ini disebut gaya kontak, yang
hanya terjadi jika dua benda bersentuhan. Ketika gaya kontak
tegak lurus terhadap permukaan kontak , gaya ini disebut gaya
normal. Dalam hal ini gaya gravitasi (berat) dengan gaya normal
bukan termasuk pasangan gaya aksi reaksi, karena bekerja pada
benda yang sama.

Gambar 2.4 Gaya normal adalah gaya sentuh yang arahnya selalu
tegak lurus pada permukaan kontak

B. Gaya Pada Tubuh dan Di Dalam Tubuh


Gaya didefinisikan sebagai tarikan atau dorongan pada suatu benda
sehingga menyebabkan benda mengalami perubahan gerak atau
perubahan bentuk. Demikan juga pada tubuh manusia, setiap gerak

Bio Mekanika 21
pada tubuh pasti ada suatu gaya yang bekerja. Ada gaya yang bekerja
pada tubuh dan ada gaya yang bekerja di dalam tubuh kita. Gaya pada
tubuh dapat diketahui apa bila kita menabrak suatu objek. Sedangkan
gaya di dalam tubuh, sering kali tidak kita sadari, misal gaya otot jantung
yang menyebabkan mengalirnya darah dan gaya otot paru-paru saat
inspirasi dan ekspirasi.
Sistem otot dan tulang pada manusia bekerja sebagai sistem
pengumpil. Ada tiga macam sistem pengumpil yang bekerja pada tubuh
manusia, yaitu :
1. Klas pertama sistem
pengumpil
Titik tumpuan terletak di
antara gaya berat dan gaya
otot. (Gambar 2.5)

O = titik tumpuan
W = gaya berat
M = gaya otot

Gambar 2.5
2. Klas kedua sistem
pengumpil
Gaya berat di
antara titik
tumpuan dan
gaya otot.
(Gambar 2.6) O = titik tumpuan
W = gaya berat
M = gaya otot

Gambar 2.6

3. Klas ketiga sistem pengumpil


Gaya otot terletak di antara titik tumpuan dan gaya berat. (Gambar
2.7)

22 Fisika Kesehatan
O = titik tumpuan
W = gaya berat
M = gaya otot

Gambar 2.7

Keuntungan Mekanik
Iw IM
Keuntungan mekanik didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya
otot (M) dan O
gaya berat (W).
G aya berat G aya otot
(W ) (M )

Keuntungan mekanik

(K M ) = M (2.5)
W
Oleh karena momen gaya terhadap titik tumpu = 0, maka:
W.IW = 0
M.IM = 0

Bio Mekanika 23
atau:
W.IW = M.IM

Keuntungan mekanik (KM ) = M =


IW
(2.6)
W IM
Dengan : W = gaya berat (N)
M = gaya otot (N)
I = momen inersia (kg.m2)

C. Analisis Gaya dan Kegunaan Klinik


Gaya adalah konsep pokok dalam ilmu fisika. Bila kita mendorong
atau menarik suatu benda, dikatakan kita memberi gaya (force) pada benda
tersebut. Gaya merupakan besaran vektor (mempunyai nilai dan arah).
Untuk membahas suatu gaya, kita perlu membahas arah beraksinya,
maupun besarnya, yang merupakan pernyataan kuantitatif berapa banyak
atau berapa kuat gaya tersebut mendorong atau menarik, dalam standar
satuan gaya.
Gaya yang bekerja pada suatu benda atau juga tubuh manusia bisa
gaya vertikal, gaya horizontal dan gaya yang membentuk sudut dengan
bidang vertikal atau horizontal.

1. Gaya Vertikal
Apabila seseorang berdiri di atas suatu benda, maka orang
tersebut memberi gaya terhadap benda tersebut, sedangkan benda
akan memberi gaya reaksi yang besarnya sama dengan gaya yang
diberikan orang tersebut tetapi arahnya berlawanan (hukum III
Newton: aksi = - reaksi).

24 Fisika Kesehatan
Gambar 2.8 Aksi = - reaksi

2. Gaya Horisontal
Gaya-gaya dapat digabungkan dengan menggunakan operasional
vektor.
a. Benda di Atas Lantai kasar Ditarik dengan Gaya Horisontal
Benda bermassa m terletak pada lantai kasar, kemudian
ditarik dengan gaya horisontal sebesar F (gambar 2.9)

fk F

W
Gambar 2.9 Balok di atas lantai kasar ditarik dengan
gaya horisontal

Bio Mekanika 25
Maka berlaku: ∑ F = ∑ m .a (2.7)

Ketika dua benda saling bergesekan, ada gaya yang disebut gesekan.
Gaya gesek (fk) ini membuat benda sulit bergerak dengan cepat,
maka :
F − fk = m .a (2.8)
fk adalah gaya gesek kinetik yang besarnya :
fk = µ k N (2.9)
dengan: µk = koefisien gaya gesek kinetik (0< µk <1)
N = gaya tekan normal, dengan N=W

b. Balok di Atas Lantai Kasar Ditarik Melalui Katrol oleh Benda


dengan Gaya Membentuk Sudut dengan Bidang Horisontal
Benda bermassa m terletak pada lantai kasar, kemudian
ditarik dengan gaya F yang membentuk sudut dengan bidang
horisontal.
α∑ F =
F sin F
N
α F cos

fs W
Gambar 2.10 Balok di atas lantai kasar ditarik oleh gaya
yang membentuk sudut dengan bidang horisontal

Gaya F diuraikan menjadi komponen-komponennya yaitu F cos


dan F sin . Jika benda bergerak, maka berlaku:

F cosα − fk = m .a (2.10)

26 Fisika Kesehatan
c. Benda di Atas Papan Ditarik Melalui Katrol oleh Benda Lain dalam
Arah Vertikal ke Bawah
Dua buah benda massanya m1 dan m2 tersusun seperti Gambar
2.11
N
T

licin T

W 1 W 2

Gambar 2.11 Benda di atas meja ditarik malalui katrol


oleh benda lain dalam arah vertikal ke bawah

Jika benda m2 bergerak turun, maka berlaku:

∑ F = ∑ m .a
w 2 − T − T = (m 1 + m 2 ) a
m 2 g = (m 1 + m 2 ) a

m2
a= g (2.11)
m1 + m 2

Contoh:
1) Seorang pasien duduk di atas kursi roda dimana massa pasien
dan kursi roda adalah 40 kg, kemudian ditarik dengan gaya
konstan 100 N arah mendatar ke kanan. Jika koefisien gesekan
kinetik antara kursi roda dan lantai = 0,05, hitunglah
percepatan kursi roda!
Diketahui: m =40 kg, f = 100N, g = 10 ms-1, = 0,05
Ditanyakan: a = ….?
Jawab:

∑ F = m .a

Bio Mekanika 27
F − fk = m .a
F − µ k N = m .a
100 − 0,05.400 = 40a

2) Hitunglah gaya yang diberikan pada kaki oleh peralatan mesin


traksi yang ditunjukkan pada gambar berikut ini!

(a) (b)
80 = 40
100− 2
Jawab:
Ada tegangan sebesar 20 kg. 9,8 ms-2 = 200 N sepanjang tali
(Gambar a). Dengan demikian ada dua gaya 200 N yang
bekerja dengan sudut 37o pada katrol yang di tengah dan pada
kaki, Gambar b. Jadi gaya resultan pada kaki adalah:
F = 2 (200 N) cos 37o = 400 N . 0,8 = 320 N, yang bekerja ke
kanan (kaki dalam keadaan setimbang, sehingga pasti ada gaya
320 N lain yang bekerja pada kaki agar tetap diam, yaitu gaya
lawan/reaksi dari otot kaki).

3) Seorang pasien anak N


sedang menjalani traksi
kulit dimana ujung-ujung fk
T
tali yang tergantung pada
T
katrol saling diikatkan W W A
pada kulit betis kaki W B

28 Fisika Kesehatan
pasien dan pemberat. Kulit pada kaki di atas papan mesin traksi
ditarik melalui katrol oleh pemberat dengan arah vertikal ke
bawah. Massa betis kaki pasien (mA) 2 kg dan massa pemberat
(mB) 3 kg (g=10m/s2). Bila koefisien gesekan kinetik badan
pasien dengan papan 0,5 dan gesekan katrol serta massa tali
diabaikan, hitunglah:
a) percepatan sistem
b) tegangan tali
Diketahui: mA = 2 Kg
mB = 3 kg
fk = 0,5
Ditanyakan : a) a = …?
b) T = …?
Jawab:
a)

m B .g − µfk .m A .g = (m A + m B ) a
a B=−=−410 ks= (m A + m B ) a 3.10 − 0,5.2.10 = (3 + 2) a
20
30
W T5mfa==−325.4
a

Jadi percepatan benda B adalah 4 ms-2


b. Perhatikan benda B (pemberat)

W B − T = m B .a

T = 30 − 12 = 18N
Jadi tegangan tali adalah 18 N.

Aplikasi gaya-gaya tersebut di atas dalam praktik klinik adalah pada


mesin traksi, yaitu:

Bio Mekanika 29
a. traksi leher

Gambar 2.12
Traksi leher

b. traksi tulang

Gambar 2.13
Traksi tulang

c. Traksi kepala

Gambar 2.14
Traksi tulang

D. Pusat Massa
Pengamatan-pengamatan pada gerak benda menunjukkan bahwa
walaupun benda berotasi, atau ada beberapa benda yang bergerak relatif
satu dengan yang lainnya, ada satu titik yang bergerak dalam lintasan
yang sama dengan yang dilewati partikel jika mendapat gaya yang sama.
Titik ini disebut pusat massa (PM). Jadi pusat massa sebuah benda (atau
kelompok benda) merupakan titik di mana gaya total dapat dianggap
bekerja untuk tujuan menentukan gerak translasi benda sebagai satu
kesatuan. Gerak umum benda yang diperluas (atau sistem benda) dapat
dianggap sebagai: jumlah gerak translasi dari pusat massa, ditambah gerak
rotasi, getaran (vibrasi), atau gerak lainnya di sekitar pusat massa.

30 Fisika Kesehatan
Sebagai contoh, perhatikan gerak pusat massa penerjun (Gambar
2.15) : pusat massa mengikuti lintasan parabola bahkan ketika si penerjun
berotasi, sebagaimana ditunjukkan (gambar 2.15b). Lintasan ini sama
dengan lintasan parabola yang dibentuk partikel yang ditembakkan jika
hanya mengalami gaya gravitasi (yaitu gerak peluru). Titik-titik lain pada
tubuh penerjun yang berotasai mengikuti lintasan yang lebih rumit.

Gambar 2.15 Pusat massa penerjun mengikuti lintasan parabola

Pusat massa didefinisikan sebagai


berikut, kita dapat menganggap benda
yang diperluas terdiri dari banyak
partikel kecil. Tetapi pertama kita
bayangkan sebuah sistem yang hanya
terdiri dari dua partikel, dengan massa
m 1 dan m 2 . Kita pilih koordinat
Gambar 2.16 sedemikian sehingga kedua partikel
Dua buah partikel berada berada pada sumbu x pada posisi x1 dan
pada sumbu X pada posisi X1 x2 ( gambar 2.16). Pusat massa sistem ini
dan X2 didefinisikan pada posisi x PM yang
dinyatakan dengan:

Bio Mekanika 31
m 1x1 + m 2 x2 m 1x1 + m 2 x2
xPM = = (2.12a)
m1 + m 2 M

di mana M = m1 + m2 adalah massa total sistem. Pusat massa berada pada


garis yang menghubungkan m1 dan m2. Jika kedua massa sama (m1 = m2 =
m), xPM berada di tengah antara keduanya, karena dalam hal ini

m ( x1 + x2 ) ( x1 + x2 )
xPM = = [massa sama]
2m 2
Jika suatu massa lebih besar dari yang lain, katakanlah m1>m2, maka
PM lebih dekat ke massa yang lebih besar. Jika ada lebih dua partikel
sepanjang garis, akan ada suku-suku tambahan pada persamaan (2.12a),
sebagaimana ditunjukkan oleh contoh pada gambar 2.17 berikut ini:

Contoh:

X =0 1,0 m 5,0 m 6,0 m

Gambar 2.17

Tiga orang yang kurang lebih memiliki massa yang sama m pada
perahu pisang (diisi udara) yang ringan duduk sepanjang sumbu x pada
posisi x1 = 1,0 m, x2 = 5,0 m, dan x3 =6,0 m. Carilah posisi PM!

Jawab:
Kita gunakan persamaan 2.12a dengan menambahkan suku ketiga:

m x1 + m x2 + m x3 m (x1 + x2 + x3 )
xPM = =
m +m +m 3m

32 Fisika Kesehatan
=
(1,0m + 5,0m + 6,0m ) = 12,0m = 4,0m
3 3
Jika partikel-partikel tersebut dalam dua atau tiga dimensi, kita tidak
hanya perlu menspesifikasi sumbu x dari PM saja (xPM), tetapi juga
koordinat y dan z, yang akan dinyatakan oleh rumus seperti persamaan
2.12a. Sebagai contoh untuk partikel dengan massa m1 dan m2, yang
koordinat y-nya adalah y1 dan y2, berturut-turut, koordinat y dari PM
mereka adalah:

m 1 y1 + m 2 y2 m 1 y1 + m 2 y2
xPM = = (2.12b)
m1 + m 2 M

Untuk partikel yang lebih banyak, akan ada lebih banyak suku pada
rumus ini.
Sebuah konsep yang hampir sama dengan pusat massa adalah pusat
gravitasi (PG). Pusat gravitasi sebuah benda adalah titik di mana gaya
gravitasi bisa dianggap bekerja. Tentu saja gaya gravitasi sebenarnya bekerja
pada semua bagian atau partikel pada benda, tetapi untuk tujuan
menentukan gerak translasi benda sebagai satu kesatuan, kita dapat
menganggap bahwa seluruh berat benda tersebut (yang merupakan jumlah
berat semua bagiannya) bekerja pada pusat gravitasi. Jadi terdapat
perbedaan konseptual antara pusat gravitasi dengan pusat massa, tetapi
untuk tujuan praktis, keduanya biasanya merupakan titik yang sama.

Gambar 2.18 Gambar 2.19

Seringkali lebih mudah untuk menentukan PM atau PG dari sebuah


benda yang diperluas secara eksperimen dan bukan analitis. Jika sebuah
benda digantungkan dari titik mana saja, ia akan berayun (gambar 2.18)

Bio Mekanika 33
kecuali jika ditempatkan sedemikian rupa sehingga PG berada pada garis
vertikal persis di bawah titik di mana benda tersebut digantungkan. Jika
benda tersebut dua dimensi, atau mempunyai bidang simetri, ia hanya
perlu digantungkan dari dua titik sumbu yang berbeda dan garis vertikal
(pengukur) yang digambar. Dengan demikian pusat gravitasi akan berada
pada perpotongan dua garis seperti pada gambar 2.19. Jika benda tidak
memiliki bidang simetri, PG terhadap dimensi ketiga didapat dengan
menggantungkan benda dari setidaknya tiga titik yang garis ukurnya tidak
berada pada bidang yang sama. Untuk benda-benda yang berbentuk
simetris seperti silinder (roda), bola dan benda padat persegi, PG terletak
di pusat geometri benda tersebut.

E. Pusat Massa untuk Tubuh Manusia


Jika kita memiliki sekelompok benda yang diperluas, yang masing-
masing PM nya diketahui, kita dapat menentukan PM kelompok tersebut
dengan menggunakan persamaan 2.12a dan 2.12b. Sebagai contoh,
perhatikan tubuh manusia. Tabel 2.1 menunjukkan PM dan titik engsel
(sendi) untuk komponen yang berbeda dari seorang yang representative.

Tabel 2.1 Pusat massa dari Bagian-bagian Tubuh Manusia


(tinggi dan massa penuh = 100 satuan)

Tentu saja, ada berbagai variasi di antara tubuh manusia satu dengan
yang lainnya, sehingga data ini hanya merupakan perkiraan kasar.
Perhatikan bahwa angka-angka tersebut menyatakan persentase dari

34 Fisika Kesehatan
ketinggian total, yang dianggap sebagai 100 satuan; dengan cara yang
sama massa total adalah 100 satuan. Dengan demikian, sebagai contoh,
jika seseorang mempunyai tinggi 1,70 m, sendi bahunya akan berada
kira-kira (1,70 m)(81,2/100) = 1,38 m di atas lantai.

Contoh:
Tentukan posisi pusat massa (PM)
satu kaki (sebagaimana ditunjukkan
pada gambar 2.19) jika :
(a) kaki diluruskan,
(b) kaki ditekuk 90o,
Anggap tinggi orang tersebut 1,70 m.

Jawab:
(a) Tabel 2.1 menggunakan satuan
persentase, yang berarti orang
tersebut mempunyai massa 100
satuan dan tinggi seratus satuan.
Pada ahirnya kita dapat mengalikan
dengan (1,70 m/100). Kita ukur
jarak dari sendi pinggul dengan Gambar 2.20
menggunakan Tabel 2.1 dan
didapat angka-angka yang ditunjukkan pada gambar 2.20a. Dengan
menggunakan persamaan 2.12a, kita dapatkan:

xPM =
(21,5)(9,6) + (9,6)(33,9) + (3,4)(50,3) = 20,4 satuan
21,5 + 9,6 + 3,4
Dengan demikian, pusat massa kaki dan telapaknya adalah 20,4
satuan dari sendi pinggul, atau 52,1-20,4 = 31,7 satuan dari dasar
telapak kaki. Karena tinggi orang tersebut 1,70 m, angka ini berarti
(1,70 m)(31,7/100) = 0,54 m.
(b). Pada bagian ini kita menghadapi masalah dua dimensi. Kita gunakan
sistem koordinat xy, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.20b.
Pertama kita hitung seberapa jauh ke arah kanan dari sendi pinggul,
PM tersebut berada:

Bio Mekanika 35
xPM =
(21,5)(9,6) + (9,6)(23,6) + (3,4)(23,6) = 14,9 satuan
21,5 + 9,6 + 3,4
Untuk orang dengan tinggi 1,70 m, ini berarti (1,70 m)( 14,9/100)=
0,25 m.
Berikutnya kita hitung jarak yPM dari PM di atas lantai:

yPM =
(3,14)(1,8) + (9,6)(18,2) + (21,5)(28,5) = 23,1satuan
21,5 + 9,6 + 3,4
atau (1,70m)(23,1/100) = 0,39 m. Dengan demikian, PM terletak 39
cm di atas tanah dan 25 cm ke kanan sendi pinggul.
Pusat massa juga bisa berada di luar tubuh. Satu contoh sederhana
dari atletik ditunjukkan pada gambar 2.21. Jika para atlit peloncat tinggi
dapat mencapai posisi pada gambar, PM mereka sebenarnya dapat
melewati bagian bawah palang, sementara tubuh mereka lewat di atasnya,
yang berarti bahwa untuk suatu laju loncatan tertentu, mereka dapat
melewati palang yang lebih tinggi. Inilah yang sebenarnya mereka coba
lakukan. Contoh lain adalah donat yang PM nya berada di pusat lingkaran.
Pengetahuan mengenai pusat massa tubuh dengan berbagai posisi sangat
membantu dalam mempelajari mekanika tubuh.

Gambar 2.21 PM atlit loncat tinggi sebenarnya berada di bawah palang

F. Torsi
Bila anda akan memutar sebuah gasing, anda memuntirnya. Dalam
gambar 2.22a, sebuah cakram yang diam mendatar pada permukaan

36 Fisika Kesehatan
horizontal dibuat berputar oleh gaya F1 dan
F2 bekerja pada tepi cakram. Ingat bahwa
lokasi titik tangkap gaya-gaya ini adalah
penting. Kedua gaya yang sama itu bila
dikerjakan sedemikian rupa hingga garis
kerjanya melalui pusat cakram, seperti pada
gambar 2.22b, tidak akan menyebabkan
cakram berputar. (Garis kerja sebuah gaya
adalah garis seberapa panjang gaya itu
bekerja). Jarak tegak lurus antara garis kerja
sebuah gaya dan sumbu rotasi dinamakan
lengan gaya tersebut atau lengan torsi. Hasil
Gambar 2.22 kali sebuah gaya dengan lengannya disebut
torsi (huruf kecil dari abjad Yunanai tau).
Torsi yang diberikan pada sebuah benda oleh
sebuah gaya adalah besaran yang
mempengaruhi kecepatan anguler benda
tersebut. Percepatan sudut dari sebuah benda
berbanding lurus dengan torsi total yang
τ i = Fil = Firi sinθ diberikan.
Gambar 2.23a menunjukkan bahwa
gaya Fi yang bekerja pada partikel I dari
sebuah cakram. Lengan gaya ini adalah: l =
ri sin θ , dengan θ adalah sudut antara gaya
Fi dan vektor posisi ri ke titik tangkap gaya.
Jadi besar torsi yang diberikan oleh gaya ini
adalah:

(2.13)
Karena torsi merupakan jarak dikalikan
gaya, maka diukur dalam satuan N.m pada
satuan SI, atau dyne cm pada sistem cgs, dan
lb.ft dalam sistem Inggris.
Gambar 2.23

Bio Mekanika 37
Contoh:
Otot bisep memberikan gaya ke atas
pada lengan bawah sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 2.24a dan
2.24b. Untuk masing-masing kasus
hitunglah torsi sekitar sumbu rotasi
melalui sendi siku, dengan menganggap
bahwa otot melekat 5,0 dari siku
sebagaimana digambarkan.

Jawab:
(a). F = 700 N dan r = 0,050 m, sehingga :
τ = F .r = (700N )(0,050m ) = 35 N .m
(b). Karena lengan membentuk sudut,
lengan gaya lebih pendek (gbr 2.22c) :
maka r = (0,050m) (sin 60o), F tetap
700N, jadi:

τ = F.r =
Lengan dapat memberikan torsi yang
lebih kecil pada sudut. Mesin pada gymna-
sium sering dirancang dengan mem-
perhitungkan variasi sudut ini. Gambar 2.24

G. Energi Potensial Gravitasi


Suatu sistem dikatakan mempunyai energi jika sistem tersebut
memiliki kemampuan untuk melakukan usaha. Dari ketentuan di atas
maka ada hubungan yang erat antara energi dan usaha, yaitu energi
adalah usaha yang akan timbul. Dengan kata lain besarnya energi suatu
sistem sama dengan besarnya usaha yang mampu ditimbulkan sistem
tersebut. Dengan demikian satuan energi sama dengan satuan usaha. Energi
pun juga merupakan besaran skalar (besaran yang mempunyai nilai tetapi
tidak mempunyai arah).

38 Fisika Kesehatan
Pada gambar 2.24 menggambarkan benda
yang digantung. Jika tiba-tiba penggantung putus,
benda akan jatuh, maka benda melakukan usaha
karena gaya beratnya menempuh jarak selama
jatuh. Ini berarti sebelum benda jatuh, benda
tersebut memiliki tenaga (energi). Pada sistem ini
benda memiliki kesanggupan untuk melakukan
usaha oleh karena keadaan tempatnya. Jenis
tenaga yang demikian disebut tenaga tempat atau
energi potensial (Ep).
Gambar 2.24
Jika massa benda m dan letaknya di atas
tanah setinggi h maka besarnya energi potensial
benda sama dengan usaha yang dilakukan gaya beratnya selama jatuh,
atau dapat dituliskan dengan persamaan:
E p = w .h
E p = (m .g).h
E p = m .g .h (2.14)
di mana:
Ep = energi potensial dalam Joule (J)
m = massa benda dalam kilogram (kg)
g = percepatan gravitasi dalam m.s-2
h = tinggi benda di atas tanah dalam meter (m)

H. Energi Kinetik
Setiap benda yang berada dalam keadaan bergerak selalu memiliki
kemampuan untuk melakukan usaha. Suatu contoh misalnya sebuah
mobil yang bergerak, tiba-tiba menumbuk benda di depannya, maka benda
tersebut akan didorong oleh gaya tekan mobil hingga menggeser, maka
mobil tersebut telah melakukan usaha. Jadi mobil yang berada dalam
keadaan bergerak, memiliki tenaga atau energi. Tenaga yang dimiliki
oleh benda yang bergerak disebut tenaga gerak atau energi kinetik (Ek).
Jika massa benda m, kecepatan gerak v, menurut hasil eksperimen
besarnya energi kinetik dirumuskan sebagai berikut:

Bio Mekanika 39
1
Ek = m .v2 (12.15)
2
dengan:
Ek = energi kinetik dalam Joule (J)
m = massa benda (kg)
v = kecepatan benda (ms-1)

- oOo -

40 Fisika Kesehatan
BAB III
BUNYI

A. Pendahuluan

G elombang bunyi merupakan gelombang longitudinal (gelombang


yang partikelnya bergerak sejajar dengan arah rambatannya) yang
terjadi karena perapatan dan perenggangan dalam medium gas,
cair atau padat. Gelombang bunyi dihasilkan dari getaran partikel-partikel
benda yang saling beradu satu sama lain sehingga menghasilkan Energi.
Energi dipindahkan dari sumber dalam bentuk gelombang longitudinal
dan kemudian dapat dideteksi oleh telinga atau suatu alat.

B. Laju Gelombang Bunyi


Laju bunyi bergantung pada sifat medium. Laju gelombang bunyi
berbeda untuk materi yang berbeda. Untuk gelombang bunyi dalam fluida
seperti udara atau air laju gelombang bunyi (v) dinyatakan dalam
persamaan (3.1).

B
v= (3.1)
ρ
dengan ρ adalah kerapatan materi dan B adalah modulus elastis.
Pada udara di 0oC dan 1 atm, bunyi merambat dengan laju 331 m/s.
Ada dua aspek dari setiap bunyi yang dirasakan oleh pendengaran
manusia, yaitu kenyaringan dan ketinggian , dan masing-masing
menyatakan sensasi dalam kesadaran pendengar. Untuk masing-masing
sensasi subyektif ini, ada besaran yang dapat diukur secara fisis.

Bunyi 41
Kenyaringan berhubungan dengan energi pada gelombang bunyi.
Sedang ketinggian bunyi menyatakan apakah bunyi tersebut tinggi, seperti
bunyi suling atau biola, atau rendah seperti bunyi bas dram atau senar
bass. Besaran fisika yang menyatakan ketinggian adalah frekuensi. Makin
rendah frekuensi, makin rendah pula ketinggian, demikian juga
sebaliknya.
Telinga manusia dapat mendengar frekuensi antara 20 Hz sampai
20.000 Hz (1 Hz adalah 1 siklus per detik). Rentang nilai frekuensi ini
disebut frekuensi pendengaran atau audio frekuensi yang nilainya kadang
berbeda antara manusia satu dangan yang lain.
Gelombang bunyi dengan frekuensi kurang dari 20 Hz disebut
infrasonik. Frekuensi ini tidak dapat didengar telinga manusia tetapi dapat
dirasakan getarannya. Infrasonik dapat ditimbulkan oleh getaran tanah,
gempa bumi, guntur, gunung berapi, bangunan maupun truk mobil yang
apa bila mengenai tubuh kadang menimbulkan perasaan kurang nyaman
(discomfort), kelesuan (fatique) dan perubahan pendengaran. Gelombang
frekuensi rendah ini bekerja secara resonansi, menyebabkan gerakan dan
iritasi yang cukup besar pada organ-organ di dalam tubuh.
Gelombang bunyi dengan frekuensi di atas 20.000 Hz disebut I=
ene
ultrasonik. Gelombang bunyi pada frekuensi ini tidak dapat didengar
oleh telinga manusia. Gelombang ultrasonik mempunyai aplikasi klinik
dalam bidang kedokteran yang akan dibahas dalam bab selanjutnya.

C. Intensitas Bunyi
Sebagaimana ketinggian, kenyaringan juga merupakan sensasi dalam
kesadaran manusia. Ketinggian juga berhubungan dengan intensitas
gelombang. Intensitas gelombang didefinisikan sebagai energi yang dibawa
sebuah gelombang per satuan waktu melalui satuan luas.

(3.2)

I = intensitas bunyi (Watt/m2)


P = daya (Watt)
A = luas (m2)

42 Fisika Kesehatan
Telinga manusia dapat mendeteksi bunyi dengan intensitas antara
10-12W/m2 sampai 1 W/m2.
Tingakat intensitas bunyi biasanya dinyatakan dengan skala
logaritmik. Satuan skala ini adalah bel, dari Alexander Graham Bell (1847-
1922), penemu telepon, atau lebih umum decibel (dB), yang merupakan
bel (10 dB = 1 bel). Intensitas bunyi ( β ) didefinisikan dalam
1
10
intensitasnya :

(3.3)

di mana I0 adalah intensitas tingkat acuan, dan logaritma adalah


dari basis 10. I0 biasanya diambil dari intensitas minimum yang dapat
didengar rata-rata, yaitu ambang pendengaran yang bernilai I0 = 1,0 × 10-12
W/m2. Tingkat intensitas bunyi yang intensitasnya 1,0 × 10-10 W/m2
misalnya, akan sebesar

β ⎡1,) 10log⎤
0=×10 −10 I
β(=dal
10am
logdB
⎢ −12 ⎥
= 10log100= 20dB
⎣1,0× 10 ⎦I0
D. Telinga
Telinga manusia merupakan detektor bunyi yang sangat sensitive.
Fungsi telinga adalah untuk secara efisien merubah energi getaran dari
gelombang menjadi sinyal listrik yang dibawa ke otak melalui saraf. Hal
ini sama dengan mikrofon di mana gelombang bunyi yang mengenai
diafragma mikrofon akan menggetarkannya, dan getaran ini diubah
menjadi sinyal listrik dengan frekuensi yang sama, kemudian dikuatakan
oleh amplifier dan dikirim ke pengeras suara.
Telinga dibagi menjadi tiga bagian utama: telinga luar, telinga tengah,
dan telinga dalam.
Di telinga luar, gelombang bunyi dari luar merambat sepanjang
saluran telinga ke gendang telinga (timpani), yang bergetar sebagai
tanggapan terhadap gelombang yang menimpanya.

Bunyi 43
Lubang Eustasius

Gambar 3.1 Diagram telinga manusia


Telinga tengah terdiri dari tiga tulang kecil yang dikenal dengan
nama martil landasan dan sanggurdi , yang memindahkan getaran
gendang telinga ke telinga dalam jendela oval. Sistem pengungkit yang
halus ini digabungkan dengan daerah yang relative luas dari gendang
telinga jika dibandingkan dengan luas jendela oval, menghasilkan
tekanan yang dikuatkan dengan
faktor sekitar 40.
Telinga dalam terdiri dari
saluran-saluran setengah lingkaran,
yang penting untuk mengendalikan
keseimbangan, dan rumah siput
yang berisi cairan, di mana energi
getaran dari gelombang bunyi
diubah menjadi energi listrik dan
dikirim ke otak. Gambar 3.2 Diagram Rumah Siput
Getaran bunyi merambat dari
jendela oval, menempuh saluran vestibular dan kembali ke atas saluran
timpani. Karena adanya viskositas cairan, terjadi peredaman yang cukup

44 Fisika Kesehatan
besar, tetapi energi yang tersisa dibuang melalui jendela bundar di ujung
saluran timpani. Antara dua saluran ini ada saluran ke tiga, yang disebut
sebagi pembuluh rumah siput . Pada membran yang memisahkan
pembuluh rumah siput dengan saluran timpani (membrane basilar)
terdapat organ Corti yang berisi sekitar 30.000 ujung saraf. Sementara
gelombang tekanan melewati saluran timpani, gelombang ini
menyebabkan riak-riak di membran basilar dan organ Corti yang mele-
kat pada saluran ini. Pada saluran ini lah energi diubah menjadi impuls
listrik dan dikirim ke otak melalui saraf pendengaran. Membran basilar
mengalami tegangan yang kemudian berkurang dan membran menjadi
lebih tebal dari telinga tengah menuju rumah siput. Hasil percobaan dapat
diketahui bahwa ujung yang lebih tebal dan tidak terlalu tegang akan
lebih sensitif terhadap frekuensi rendah, sedang ujung yang lebih tegang
dan tipis lebih sensitive terhadap frekuensi tinggi, fakta ini penting dalam
perasaan kita terhadap tinggi bunyi.
Tingkat kepekaan telinga tiap manusia tidak sama sensitifitasnya
untuk semua frekuansi. Untuk mendengar kenyaringan yang sama dari
bunyi yang frekuensi berbeda, dibutuhkan intensitas yang berbeda. Pada
grafik 3.1, setiap kurva mempresentasikan tingkat kenyaringan (satuannya
decibel phon) yang secara numerik sama dengan tingkat intensitas dalam
dB pada 1000 Hz.

Grafik 3.1

Bunyi 45
Sebagai contoh, kurva yang diberi label 40 mempresentasikan bunyi
yang terdengar memiliki kenyaringan yang sama dengan bunyi 1000 Hz
dengan tingkat intensitas 40 dB. Dari kurva 40-phon dapat dilihat bahwa
nada 100 Hz harus memiliki intensitas sekitar 62 dB agar terdengar sekeras
(untuk orang rata-rata) nada 1000 Hz dengan hanya 40 dB.
Kurva yang paling rendah (diberi label 0) menggambarkan tingkat
intensitas sebagai fungsi frekuensi untuk bunyi yang paling lembut yang
hampir tidak terdengar oleh telinga yang sangat baik. Dari grafik dapat
dilihat bahwa telinga paling sensitive terhadap bunyi dengan frekuensi 200
dan 4000 Hz, sementara bunyi 1000 Hz terdengar pada tingkat 0 dB,
bunyi pada 100 Hz paling tidak harus 40 dB agar terdengar.
Kurva paling atas yang diberi label 120, menggambarkan ambang
rasa sakit. Bunyi di atas tingkat ini bisa dirasakan dan dapat menyebabkan
rasa sakit.

1. Hilang Pendengaran
Hilang pendengaran atau tuli ada dua macam, yaitu tuli konduksi
dan tuli persepsi (tuli saraf).
a. Tuli Konduks, tuli ini bersifat sementara, disebabkan vibrasi suara
tidak bisa sampai ke telinga bagian tengah oleh karena adanya
malam/wax/serumen atau adanya cairan telinga di bagian tengah.
Apabila tuli konduksi tidak dapat pulih kembali, dapat dibantu
dengan menggunakan alat bantu pendengaran (hearing aid).
b. Tuli Persepi, bisa terjadi hanya sebagian kecil frekuensi saja atau
seluruh frekuensi yang tidak dapat didengar. Tuli persepsi sampai
saat ini belum bisa disembuhkan.
c. Tuli Campuran, merupakan campuran antara tuli konduksi dan
tuli persepsi.

2. Tes Pendengaran
Untuk mengetahui tuli konduksi atau tuli saraf dapat dilakukan
tes pendengaran. Dalam perkembangannya, seiring dengan kemajuan
teknologi moderen, tes pendengaran semakin disempurnakan.
Beberapa jenis tes pendengaran yang dapat di lakukan adalah:

46 Fisika Kesehatan
a. Tes Berbisik
Dahulu tes pendengaran dilakukan dengan suara berbisik atau
bicara pada jarak tertentu dan penderita disuruh menirukannya
(Voice test). Dengan cara ini dapat diketahui secara kasar apakah
penderita yang diperiksa tuli atau tidak. Telinga normal dapat
mendengar suara berbisik dengan tone atau nada rendah. Misal
suara konsonan, dan platal : b, p, t, m, n pada jarak 5-10 meter.
Sedang suara berbisik dengan nada tinggi menggunakan nada
suara desis atau sibiland: s, z, ch, sh, shel pada jarak 20 m.
b. Tes Garputala
Pada tahun 1855, Rinne, Weber dan Schwabach mengadakan
pemeriksaan dengan garputala dari bermacam-macam frekuensi.
Pemeriksaan ini didasarkan pada fisiologi pendengaran bahwa
suara dapat didengar melalui hantaran udara dan hantaran tulang.
Dengan cara ini dapat diketahui ketulian secara kualitatif yaitu
tuli konduktif, tuli sensori neural (tuli saraf) dan tuli campuran.
Frekuensi garputala yang digunakan adalah C128, C1024, dan C2048.
1) Tes Weber, dilakukan dengan menggetarkan garputala C128,
kemudian diletakkan pada vertex dahi/puncak dari vertex.
Pada penderita tuli konduksi akan terdengar terang pada telinga
yang sakit. Sedang pada penderita tuli persepsi, getaran garputala
terdengar terang pada telinga normal. Misal telinga kanan yang
terdengar terang, maka hasil tes disebut Weber lateralisasi ke
kanan.
2) Tes Rinne, tes ini membandingkan antara konduksi bunyi
melalui tulang dan udara. Garputala C 128 digetarkan,
kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus (di belakang
telinga). Setelah tidak mendengar getaran lagi, garputala
dipindahkan di depan liang telinga, kemudian penderita
ditanya apakah masih mendengar bunyi garputala. Pada telinga
normal, konduksi melalui udara 85-90 detik dan konduksi
melalui tulang 45 detik. Hasil tes dinyatakan dengan Tes Rinne
Positif (Rinne + ) apabila pendengaran penderita baik, begitu
juga pada penderita tuli persepsi. Sedangkan hasil tes
dinyatakan Tes Rinne Negatif (Rinne - ) pada penderita tuli
konduksi di mana jarak waktu konduksi tulang mungkin sama
atau bahkan lebih panjang.

Bunyi 47
3) Tes Schwabach, tes ini membandingkan antara jangka waktu
konduksi tulang melalui verteks atau prosesus mastoideus
penderita terhadap konduksi tulang pemeriksa. Pada tuli
konduksi, konduksi tulang penderita lebih panjang dari pada
konduksi tulang pemeriksa. Sedangkan pada tuli persepsi, konduksi
tulang penderita sangat pendek.
Garputala C 2048 digunakan untuk memeriksa ketajaman
pendengaran terhadap nada tinggi. Pada manusia usia lanjut dan
tuli persepsi akan kehilangan pendengaran terhadap nada tinggi.
c. Audiometer
Seiring dengan perkembangan yang pesat di bidang elektro-
akustik, maka tes pendengaran semakin disempurnakan. Pada saat
ini telah diciptakan bermacam-macam alat elektro-akustik yang
disebut audiometer. Seiring dengan perkembangan teknologi mod-
ern, saat ini juga telah dikembangkan audiometer terkomputerisasi
di mana hasil pemeriksaan dan analisis dapat langsung ditampilkan
pada komputer. Audiometer dapat menghasilkan nada-nada
tunggal dengan frekuensi dan intensitas yang dapat diukur.
Komponen utama terdiri dari dua bagian, yaitu sumber getaran
dan peredam intensitas (attenuator).
Sumber getaran untuk nada murni adalah sebuah alat yang
disebut oscillator. Frekuensi yang dikehendaki oleh pemeriksa dapat
diatur dengan memutar tombol (dial). Kemudian dengan menekan
tombol penyaji, bunyi tersebut dapat diterima oleh probandus
melalui head phones untuk hantaran udara dan melalui vibrator
untuk hantaran tulang. Audiometer yang banyak dipakai sekarang
dapat menghasilkan frekuensi-frekuensi 125, 250, 500, 750, 1000,
1.500, 2000, 3000, 4000, 6000, dan 8000 Hz. Vibrator untuk
pemeriksaan hantaran tulang hanya dapat menghasilkan frekuensi
antara 250 - 4000 Hz.
Attenuator atau peredam intensitas adalah alat untuk
mengatur intensitas bunyi sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan.
Intensitas tertinggi 120 dB dan terendah -10 dB, dengan jenjang
penurunan biasanya 5 dB. Vibrator Untuk pemeriksaan hantaran
tulang biasanya hanya dapat menghasilkan intensitas tertinggi 60
dB pada frekuensi tengah, dan 20 dB pada frekuensi rendah.

48 Fisika Kesehatan
Kalibrasi atau peneraan angka 0 dB pada audiometer saat ini
dipakai penetapan menurut standar ISO 1964 (International
Standardation Organisation). ISO 1964 dibuat berdasarkan telinga
normal oang-orang dewasa dari berbagai bangsa. Untuk vibrator
kalibrasi digunakan dari ANSI 1969 (American National Standards
Institute). Nilai 0 dB dari hantaran tulang ANSI 1969 diperoleh
dari ambang rata-rata telinga orang dewasa normal antara 18–30
tahun.
Pemeriksaan dengan audiometer bertujuan untuk
menentukan nilai ambang pendengaran, yaitu frekuensi yang
dikaitkan dengan nineau bunyi (dB). Hasil pemeriksaan dengan
menggunakan audiometer digambarkan dalam bentuk tabel
maupun grafik yang disebut audiogram. Ambang pendengaran
untuk setiap frekuensi hantaran udara telinga kanan digambarkan
dengan tanda bulatan kecil (o), sedang untuk telinga kiri
digambarkan dengan tanda silang (x). Tiap tipe ketulian akan
memberikan gambaran audiogram yang khas, sedang derajat
ketulian ditentukan dengan mengambil nilai rata-rata dari
frekuensi percakapan 500, 1000 dan 2000 Hz.

Tabel 3.1 Scale Of Hearing Impairment

Hearing Loss (dB) Descriptive Term


-10 – 26 Normal Limite
27 – 40 Mild hearing loss
41 – 55 Moderate hearing loss
56 – 70 Moderate Severe hearing loss
71 – 90 Severe hearing loss
91 plus Profaund hearing loss

Pemeriksaan pendengaran dengan audiometer dapat


diketahui keadaan fungsi pendengaran masing-masing telinga baik
secara kualitatif (pendengaran normal, tuli konduksi, tuli persepsi/
neural dan tuli campuran) maupun secara kuantitatif (normal, tuli
ringan, tuli sedang dan tuli berat).

Bunyi 49
E. Kebisingan
Bunyi biasa seperti yang dihasilkan dengan memukulkan dua batu,
merupakan bunyi yang mempunyai kualitas tertentu, tetapi ketinggian
yang jelas tidak dapat dilihat. Bunyi seperti ini merupakan campuran
dari banyak frekuensi yang sedikit hubungannya satu sama lain. Bunyi
seperti ini disebut kebisingan. Bising didefinisikan sebagai bunyi yang tidak
dikehendaki yang berasal dari aktivitas alam seperti bicara manusia, dan
buatan manusia seperti bunyi mesin. Kebisingan mempengaruhi kita baik
secara psikologis maupun fisiologis. Kadang-kadang kebisingan hanya
merupakan gangguan biasa, tetapi kebisingan yang keras dapat
menyebabkan kehilangan pendengaran yang saat ini menjadi
permasalahan di pabrik-pabrik dan tempat industri. Kehilangan
pendengaran karena tingkat kebisingan yang berlebihan ditemukan oleh
orang Romawi kuno. Kebisingan menyebabkan kehilangan pendengaran
yang serius pada frekuensi 2000-5000 Hz yang merupakan daerah penting
untuk percakapan dan musik. Kebisingan dapat diukur dengan sound level
meter yang dapat mengukur kebisingan antara 30-130 dB dan frekuensi
20-20.000 Hz.

1. Pembagian Kebisingan
Kebisingan dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu:
a. Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan
tenaga bunyi:
1) Audible Noise (bising pendengaran), disebabkan oleh frekuensi
bunyi antara 32,5-8000 Hz.
2) Occupational Noise (bising yang berhubungan dengan
pekerjaan), disebabkan oleh bunyi mesin industri/pabrik,
mesin ketik dan sebagainya.
3) Impuls Noise ( Impact noise=bising impuls), terjadi akibat adanya
bunyi yang menyentak, misal pukulan palu, ledakan meriam.
b. Berdasarkan waktu terjadinya :
1) Bising kontinyu dengan spektrum luas (misal karena mesin, kipas
angain), sempit (misal bunyi gergaji, penutup gas), bising
terputus-putus atau intermitten (misal lalu lintas, bunyi pesawat
terbang di udara)

50 Fisika Kesehatan
2) Bising sehari penuh (full time noise) dan bising setengah hari
(part time noise)
3) Bising terus menerus (steady noise) dan Bising impulsife (impuls
noise) atau pun bising sesaat (letupan).
Tingkat kebisingan berdasarkan intensitas disajikan dalam tabel
3.2 sebagai berikut:

Table 3.2 Skala intensitas kebisingan

Tingkat Intensitas Batas dengar


kebisingan (dB) tertinggi
120 Halilintar
Menulikan 110 Meriam
Mesin uap
100
Jalan hiruk pikuk
Sangat hiruk pikuk 90 Perusahaan sangat gaduh
Pluit polisi
80
Kantor gaduh
Jalan pada umumnya
Kuat 70
Radio
Perusahaan
60
Rumah gaduh
Kantor umumnya
Sedang 50
Percakapan kuat
Radio perlahan
40
Rumah tenang
Kantor perorangan
Tenang 30
Auditorium
Percakapan
20 Bunyi daun
Sangat tenang 10 Berbisik
Batas dengan terendah
0

2. Pengaruh Kebisingan terhadap Kesehatan


Kebisingan dapat menyebabkan rusaknya indera pendengaran.
Kerusakan atau gangguan sistem pendengaran akibat kebisingan
adalah:

Bunyi 51
a. Hilang pendengaran sementara/temporer, dapat pulih kembali
apa bila bising tersebut dapat dihindarkan.
b. Orang menjadi kebal terhadap bising
c. Telinga berdengung
d. Hilang pendengaran/tuli permanen dan tidak pulih kembali,
biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz kemudian semakin hebat
dan meluas pada frekuensi sekitarnya hingga mengenai frekuensi
percakapan. Hal ini dapat dilihat pada grafik 3.2

Grafik 3.2 Grafik hilang daya dengar sementara dan


pemulihannya

Secara psikis, kebisingan dapat menggangu konsentrasi dan


meningkatnya kelelahan. Sedangkan secara fisiologis, berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan di Jerman menunjukkan pekerja yang
mengalami kebisingan dapat menyebabkan gangguan hormonal,
sistem saraf, dan merusak metabolisme. Para ahli Rusia menemukan
pekerja-pekerja industri mengalami perubahan saluran darah, dan
timbul brady cardia (denyut jantung lemah), fisik lesu dan mudah
terangsang.

52 Fisika Kesehatan
3. Pencegahan Ketulian dari Kebisingan
Prinsip pencegahan ketulian dari kebisingan adalah menjauhi
dari sumber bising, hal ini dapat dilakukan dengan cara:
a. Mesin atau alat-alat yang menghasilkan bising diberi pelumas.
b. Membuat tembok pemisah antara sumber bising dengan tempat
kerja.
c. Para pekerja diharapkan memakai pelindung telinga seperti ear
muff (penutup telinga), ear plug (penyumbat telinga), woll katun
atau woll sintesis.

F. Efek Doppler
Apa bila sumber bunyi bergerak mendekati pengamat/pendengar,
ketinggian nada lebih tinggi dari pada ketika sumber tersebut dalam
keadaan diam; dan ketika sumber bunyi menjauh dari pengamat,
ketinggian nada lebih rendah. Fenomena ini dikenal sebagai efek
Doppler. Perhatikan sirine mobil ambulan ketika dalam keadaan diam,
yang memancarkan bunyi dengan frekuensi tertentu ke semua arah.
Kenyaringan sirine mobil ambulan berubah ketika ambulan mendekat
atau menjauhi pengamat.
Kecepatan gelombang hanya bergantung pada medium di mana ia
merambat, dan tidak tergantung dari kecepatan sumber ataupun
pengamat. Perubahan frekuensi bunyi sedikit berbeda bergantung apakah
sumber atau penerima yang sedang bergerak relatif terhadap medium.
Apabila sumber bunyi yang bergerak, panjang gelombang akan berubah,
dan frekuensi baru f’ akan ditemukan dengan pertama kali mencari
panjang gelombang baru ë dan kemudian menghitung f’= v/ë.
Bila sumber bergerak mendekati pengamat yang diam dengan
frekuensi f dan kecepatan vs, sedang kecepatan bunyi di udara v, maka
frekuensi yang terdengar oleh pengamat adalah:

f
f'=
v (3.4)
1− s
v
Karena penyebut lebih kecil dari 1, maka f’ > f .

Bunyi 53
Contoh: jika sumber memancarkan bunyi dengan frekuensi 400 Hz
saat dalam keadaan diam, maka ketika sumber mendekati pengamat yang
diam dengan laju 30 m/s, pengamat mendengar frekuensi sebesar:
400 H z
f'= = 438 H z
30m /s
1−
343m /s
Apa bila sumber bunyi menjauh dari pengamat yang diam, maka
frekuensi yang terdengar oleh pengamat adalah
f
f'=
v (3.5)
1+ s
v
Dalam hal ini, jika sumber yang bergetar pada 400 Hz menjauh dari
pengamat yang diam dengan laju 30 m/s, pengamat tersebut akan
mendengar frekuensi sekitar 368 Hz.
Apabila pengamat bergerak mendekati sumber yang diam, laju
gelombang relative terhadap pengamat adalah v’ = v + v0, di mana v adalah
kecepatan bunyi di udara, dan v0 adalah kecepatan pengamat. Dengan
demikian , frekuensi baru yang terdengar oleh pengamat adalah:
⎛ v ⎞
f'= ⎜1+ 0 ⎟ f (3.6)
⎝ v⎠
Apa bila pengamat bergerak menjauhi sumber, maka frekuensi yag
terdengar oleh pengamat adalah :

⎛ v ⎞
f'= ⎜1− 0 ⎟ f (3.7)
⎝ v⎠

Dalam bidang kedokteran, efek Doppler digunakan untuk


mengukur bergeraknya zat cair di dalam tubuh misalnya darah. Berkas
ultrasonik yang mengenai darah yang bergerak menjauhi bunyi, darah
akan memantulkan bunyi echo dan diterima oleh detektor. Apabila
diketahui frekuensi mula-mula (f0), sudut è dari arah sumber bunyi,
kecepatan darah (vd), kecepatan suara (vs) dan perubahan frekuensi f’,
maka:

54 Fisika Kesehatan
2 fvd
f'= cosθ (3.8)
vs

G. Aplikasi Ultrasonik dalam Bidang Klinik


Gelombang ultrasonik adalah gelombang bunyi dengan frekuensi
di atas 20.000Hz yang dihasilkan oleh getaran magnet listrik dan kristal
piezo elektrik. Batang feromagnetik yang diletakkan pada medan magnet
listrik atau juga dengan melingkari dengan kumparan yang dialiri arus
listrik dapat menimbulkan gelombang bunyi ultra pada ujung batangnya.
Demikian juga apabila kristal piezo elektrik dialiri tegangan listrik maka
lempengan kristal akan bervibrasi sehingga timbul frekuensi ultra.
Berdasarkan sifat tersebut, kristal piezo elektrik digunakan sebagai
transduser pada ultrasonografi.
Ultrasonik digunakan oleh kapal-kapal laut untuk mendeteksi kapal-
kapal selam dan benda-benda di bawah laut lainnya dengan suatu piranti
yang disebut sonar (sound navigation and ranging – navigasi dan penjajakan
bunyi). Berdasarkan efek-efek yang ditimbulkan (mekanik: membentuk
emulsi asap/awan dan disintegrasi beberapa benda padat sehingga dapat
digunakan untuk menentukan lokasi batu empedu, panas: pada titik yang
terkena mengalami perubahan panas, kimia: menyebabkan proses oksidasi
dan hidrolisis pada ikatan polyester, dan biologis: karena panas
menimbulkan pelebaran pembuluh darah, peningkatan permeabilitas
membrane sel dan kapiler serta merangsang aktivitas sel), gelombang
ultrasonik digunakan dalam bidang kedokteran untuk tujuan diagnostik
dan pengobatan.

1. Aplikasi Ultrasonik Sebagai Diagnosis


Penggunaan ultrasonik sebagai diagnostik dalam praktik
kedokteran merupakan aplikasi yang sangat menarik dari konsep-
konsep fisika. Pada bagian ini digunakan teknik pulsa-gema yang
hampir sama dengan sonar. Pulsa bunyi frekuensi tinggi diarahkan
ke tubuh, dan pantulannya dari batas atau pertemuan antara organ-
organ dan struktur lainnya maupun luka dalam tubuh akan terdeteksi.
Teknik ini disebut juga dengan USG (Ultrasonography). Dengan
menggunakan teknik ini, tumor dan pertumbuhan abnormal lainnya

Bunyi 55
serta gumpalan fluida (udema) dapat dilihat. Kerja katup jantung dan
perkembangan janin dapat diperiksa, serta informasi tentang berbagai
organ tubuh (otak, jantung, hati, dan ginjal) dapat diperoleh.
Walaupun ultrasonik tidak bisa menggantikan sinar X, untuk
diagnosis jenis tertentu, teknik ini lebih membantu. Beberapa jenis
jaringan atau fluida tidak terdeteksi di foto sinar X, tetapi bunyi ultra
terpantul dari perbatasan jaringan ini. Hasil citra bunyi ultra, anggota
tubuh bagian dalam juga bisa dilihat secara real time (pada saat itu
juga) pada layar monitor. Pada tingkat intensitas rendah yang
digunakan untuk diagnosis (< 3.10 4 W/m2), tidak ada laporan
mengenai efek yang melawan, sehingga ultrasonik dianggap sebagai
metode yang tidak berbahaya untuk memeriksa tubuh.
Frekuensi gelombang ultrasonik yang digunakan dalam diagnosa
berkisar 1 samapi 10 MHz (1 MHz = 106 Hz). Laju gelombang bunyi
pada jaringan tubuh manusia berkisar sekitar 1540 m/s (hampir sama
dengan air), sehingga panjang gelombang 1 MHz adalah sekitar:

v 1540 m /s
λ= = = 1,5× 10−3 m = 1,5m m ,
f 106 s−1
dan ini merupakan batas benda yang paling terkecil yang dapat
terdeteksi. Frekuensi yang lebih tinggi berarti panjang gelombangnya
lebih pendek. Hal ini merupakan prinsip yang dipakai untuk visualisasi
yang lebih rinci. Semakin tinggi frekuensi, makin banyak gelombang
yang diserap oleh tubuh, dan pantulan yang lebih dalam dari bagian
yang lebih dalam dari tubuh akan hilang.
Teknik pulsa-gema untuk pencitraan medis bekerja sebagai berikut:
Sebuah pulsa singkat dari bunyi ultra dipancrkan oleh sebuah
transduser yang akan merubah pulsa listrik menjadi pulsa gelombang
bunyi. Bagian dari pulsa dipantulkan pada berbagai pertemuan
permukaan dalam tubuh, dan sebagaian besar (biasanya) akan
diteruskan. Pulsa yang dipantulkan terdeteksi oleh transduser yang
sama. Transduser tersebut akan merubah pulsa bunyi menjadi pulsa
listrik yang kemudian ditampilkan pada layer terminal atau monitor.
Sebagai contoh perhatikan pulsa bunyi yang melewati perut (Gambar
3.3.a).

56 Fisika Kesehatan
d 0,50m
t= = = 3,2 × 10− 4 s = 320µs.
v 1540m /s

Gambar 3.3 a. Pulsa bunyi ultra melewati perut, dipantulkan


dari permukaan lintasannya

Pada berbagai batas permukaan dalam tubuh, sebagian dari pulsa


dipantulkan. Waktu yang dibutuhkan dari saat pulsa dipancarkan sampai
ketika pantulannya (gema) diterima sebanding dengan jarak ke
permukaan yang memantulkan. Sebagai contoh, jika jarak dari transduser
ke tulang belakang adalah 25 cm, pulsa menempuh jarak bolak-balik
2 × 25 cm = 0,50m, dan waktu yang diperlukan adalah:

Pulsa yang dipantulkan dari benda yang hanya 10 cm dari transduser


akan diterima setelah 130 µs. Gambar 3.3.b menggambarkan pulsa

Bunyi 57
pantulan ini sebagai fungsi waktu pada waktu diterima oleh transduser
untuk situasi yang digambarkan di bagian (a).
(A-scan) ketika diterima oleh transduser, waktu sebanding dengan
jarak rambatan. Garis terputus-putus vertikal memperlihatkan pulsa
pantulan yang berhubungan dengan pantulan yang sama.
Kekuatan pulsa pantulan terutama tergantung pada selisih kerapatan
kedua materi di kedua sisi pertemuan. Kekuatan ini juga bergantung pada
kecepatan bunyi di setiap materi, tetapi biasanya mempunyai efek yang
kecil karena dalam banyak jaringan kecepatannya berkisar beberapa
persen dari rata-rata 1540 m/s. ( Pengecualian pada tulang: 4000m/s
dan udara : 340 m/s). Pada pertemuan yang melibatkan tulang dan paru-
paru, sebagian besar pulsa bunyi dipantulkan, sehingga bunyi ultra tidak
dapat digunakan untuk memeriksa melewati pertemuan semacam itu.
Tanda seperti pada gambar 3.3.b dapat ditampilkan langsung
dimonitor seperti pada gambar 3.4 (tampilan A-scan mata).

Gambar 3.4 Tampilan A-scan mata

Yang lebih umum digunakan pada saat ini adalah B-scan (Bright Scan-
ning), yang dapat dugunakan membentuk citra dua dimensi dari
penampang lintang tubuh. Pada scan mode B, setiap gema
direpresentasikan sebagai satu titik, yang posisinya dinyatakan dengan
waktu tunda dan kecerahannya bergantung pada kekuatan gema. Gambar
3.3.c menunjukkan titik-titik ini untuk gema yang dihasilkan dari
serangkaian B-scan. Transduser digerakkan, dan pada setiap posisi
transduser mengirimkan pulsa dan menerima gema, seperti ditunjukkan
pada gambar 3.5. Hanya 10 baris ditunjukkan pada gambar 3.5, sehingga
citra tampak kasar. Lebih banyak garis memberikan citra yang lebih rinci.
Foto citra bunyi ultra ditunjukkan pada gambar 3.6.

58 Fisika Kesehatan
Gambar 3.5 Transduser digerakkan dan pada setiap posisi
transduser mengirimkan pulsa dan menerima gema

Scan yang lebih cepat bisa didapat dengan menggunakan serangkaian


transduser, atau dengan merotasikan satu transduser sekitar satu titik
sehingga transduser melihat ke serangkai-
an arah yang berbeda sepanjang tubuh.
M-skan atau modulation scanning
merupakan dua metode yang digunakan
dalam kaitan untuk memperoleh
informasi gerakan alat-alat dengan
menggunakan ultrasonik. Misalnya dalam
hal mempelajari gerakan jantung dan
gerakan vulva, atau teknik Doppler yang
digunakan untuk mengukur aliran darah.
Pada M-scan, amplitude (A) akan dalam
keadaan stasioner sedangkan echo gema
yang terjadi berupa dot /titik dari B-scan.
Gambar 3.6

Bunyi 59
Pada ultrasonography, suatu gambaran yang dikonstruksi dari
gelombang-gelombang ultrasonik, diambil dari seorang wanita hamil
untuk mengukur ukuran janin, memperkirakan jenis kelamin dan untuk
mendeteksi ketidaknormalan. Ultrasionik dapat digunakan dalam metode
ini karena selain tidak dapat didengar, untuk panjang gelombang yang
lebih pendek, difraksi lebih kecil sehingga berkas gelombang lebih tidak
menyebar dan benda yang lebih kecil dapat dideteksi.

Gambar 3.7 USG janin & Skema dasar Ultrasonik untuk


memonitor gerakan jantung janin

2. Aplikasi Ultrasonik untuk Pengobatan


Berdasarkan efek-efek yang ditimbulkan (panas, kimia dan
biologis), maka ultrasonik dapat digunakan dalam pengobatan.
Ultrasonik memberi efek kenaikan temperatur dan peningkatan
tekanan sehingga dapat digunkan utuk terapi fisik, untuk memberikan
pemanasan lokal pada otot yang cidera. Efek ini timbul karena jaringan

60 Fisika Kesehatan
mengabsorbsi energi bunyi sehingga ultrasonik dapat digunakan
sebagai diatermi. Intesitas ultrasonik yang dipakai utuk diatermi
sebesar 1 – 10 W/cm2 dengan frekuensi sebesar 1 MHz.
Ultrasonik juga digunakan dalam pengobatan Parkinson, namun
untuk memfokuskan gelombang bunyi ke arah otak masih sangat
sulit. Sedangkan pada penyakit maniere (maniere disease) di mana
keadaan penderita kehilangan pendengaran dan kesetimbangan,
apabila diobati dengan ultrasonik dikatakan 95% berhasil baik,
ultrasonik menghancur-kan jaringan dekat telinga tengah.
Selain itu, ultrasonik juga digunakan untuk menghancurkan
jaringan ganas (kanker). Sel-sel ganas akan hancur pada beberapa
bagian, sedangkan pada daerah lain kadang-kadang menunjukkan
rangsangan pertumbuhan, sehingga penggunaan untuk masalah ini
masih diteliti lebih lanjut.

- oOo -

Bunyi 61
62 Fisika Kesehatan
BAB IV
FLUIDA

A. Pendahuluan

K
eadaan bahan keseluruhan secara mudah dapat dibagi menjadi
zat padat dan f luida. Zat padat cenderung tegar dan
mempertahankan bentuknya, sementara f luida tidak
mempertahankan bentuknya tetapi mengalir. Fluida meliputi cairan, yang
mengalir di bawah pengaruh gravitasi sampai menempati daerah terendah
yang mungkin dari penampungnya, dan gas, yang mengembang mengisi
m penampungnya tanpa peduli bentuknya.
ρ =
V
B. Massa Jenis (Kerapatan)
Salah satu sifat penting dari suatu zat adalah massa jenis (ñ) atau
kerapatan. Huruf Yunanai ( ñ) kuno biasanya digunakan untuk
menyatakan massa jenis. Massa jenis didefisnisikan sebagai perbandingan
antara massa suatu benda terhadap volumenya:

, (4.1)

Dimana ñ : massa jenis (kg/m3),


m : massa benda (Kg)
V : volume benda (m3)
Satuan massa jenis dalam cgs adalah g/cm3. Bila kerapatan atau
massa jenis suatu benda lebih besar dari kerapatan air, maka benda akan
tenggelam dalam air. Bila kerapatan benda lebih kecil maka benda akan
mengapung. Kerapatan air dipengaruhi oleh temperatur. Semakin tinggi

63
temperatur air maka massa jenis air semakin kecil karena jarak antar
partikelnya semakin besar sehingga untuk menampung sejumlah atom
diperlukan volume yang besar , demikian juga sebaliknya, semakin rendah
suhu air maka kerapatannya semakin besar karena jarak antar atomnya
semakin kecil sehingga sejumlah atom cukup menempati volume yang
kecil. Persamaan (4.1) menyatakan nilai maksimum dari perubahan massa
jenis air dengan berubahnya temperature yang terjadi pada temperature
4oC. Satuan yang biasa digunakan untuk volume air adalah liter (L).
1 liter = 103 cm3 = 10-3 m3
Dalam satuan ini, massa jenis air adalah 1,00 kg/L.
Rasio kerapatan sebuah zat terhadap kerapatan air dinamakan berat
jenis zat tersebut. Berat jenis adalah bilangan tak berdimensi yang sama
dengan besarnya kerapatan ini jika dinyatakan dalam gram per centi-
meter kubik.

C. Tekanan pada Fluida


Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas, di mana gaya F
dipahami bekerja tegak lurus terhadap luas permukaan benda A,
F
Tekanan = P = (4.2)
A
Satuan SI untuk tekanan adalah N/m2 atau disebut Pascal (Pa). Satuan
dalam cgs yang juga kadang digunakan adalah dyne/cm2, lb/in2 (kadang
disingkat “psi”).
Prinsip Paskal menyatakan bahwa:
Tekanan yang diberikan pada fluida dalam suatu tempat akan menambah
tekanan keseluruhan dengan besar yang sama.
Gaya yang disebabkan oleh tekanan fluida yang berada dalam
keadaan diam selalu bekerja tegak lurus terhadap permukaan yang
bersentuhan dengannya. Maka sebagaimana dinyatakan oleh Hk New-
ton ketiga (aksi = - reaksi), permukaan akan memberikan gaya kembali
pada fluida yang juga akan memiliki komponen sejajar dengan
permukaan yang kemudian menyebabkan fluida mengalir.

64 Fisika Kesehatan
1. Alat Ukur Tekanan Darah
Beberapa alat yang digunakan untuk mengukur tekanan adalah
manometer tabung terbuka, barometer aneroid (digunakan untuk
mengukur tekanan udara), pengukur tekanan ban.

(b) Pengukur aneroid (terutama di-


(a) Manometer tabung gunakan untuk tekanan udara dan ke- (c) Pengukur tekanan ban
terbuka mudian disebut barometer aneroid)

Gambar 4.1 Alat ukur tekanan

Yang paling sederhana adalah manometer tabung terbuka, yaitu


tabung berbentuk U yang sebagian diisi air atau air raksa. Tekanan P
yang terukur dihubungkan dengan perbedaan tinggi h dari dua ketinggian
zat cair. Besarnya tekanan dinyatakan dengan persamaan:

P = P0 + ρ gh (4.3)

P = tekanan fluida (N/m3)


P0 = tekanan atmosfir (yang bekerja di atas fluida di tabung
sebelah kiri) (N/m3)
ρ = massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = perbedaan tinggi zat cair antara tabung kiri dengan tabung
kanan (m)
Perhatikan bahwa nilai ρ gh adalah tekanan terukur, suatu angka
sehingga harga P lebih besar daripada tekanan atmosfir. Biasanya bukan

Fluida 65
hasil kali ρ gh yang dihitung, melainkan hanya ketinggian h yang
ditentukan. Pada kenyataannya, tekanan kadang dinyatakan dalam orde
millimeter air raksa (mm-Hg), dan kadang-kadang nilainya sekecil mm air
(mm-H2O). Satuan mm-Hg ekivalen dengan tekanan 133 N/m2, karena
1,00 mm = 1,00 X 10-3 m dan massa jenis air raksa adalah 13,6 X 103 kg/
m 3.
Untuk mendiagnosis suatu penyakit dalam praktik klinik, seringkali
perlu diukur tekanan darah pasien.

Gambar 4.2 Sphygmomanometer

Riva-Rocci telah membuat alat ukur tekanan darah manusia yang


disebut dengan Sphygmomanometer atau tensimeter. Sphygmomanom-
eter yang sering digunakan ada dua macam, yaitu sphygmomanometer
logam dan sphygmomanometer air raksa. Tekanan darah yang biasa
diukur meliputi:
1. Sistolik, yaitu tekanan darah maksimum yang terdapat pada aorta
ketika jantung berada pada phase sistolis atau berkontraksi di mana
darah dipompakan dari ventrikel kiri ke aorta. Ini terjadi kira-kira
72 kali per menit dalam keadaan tenang dan jantung sehat.
2. Diastolik, yaitu tekanan darah minimum yang diperoleh pada aorta
ketika jantung berada pada phase diastolis (mengembang) di mana
darah dari vena masuk ke atrium.
Tekanan nadi yaitu selisih tekanan sistolik dengan tekanan diastolik,
misal tekanan sistolik normal = 120 mm-Hg, sedangkan tekanan diastolik
normal = 80 mm-Hg. Maka tekanan nadi normal adalah 40 mm-Hg.

66 Fisika Kesehatan
D. Dinamika Fluida
Dinamika fluida mempelajari mengenai fluida yang bergerak atau
mengalir. Jika fluida tersebut adalah air maka lebih dikenal dengan istilah
hidrodinamika. Tidak semua fluida yang berpindah dinamakan fluida
mengalir. Jika kita memindahkan air dari ember ke bak mandi maka air
tersebut tidak bisa dikatakan mengalir. Fluida dikatakan mengalir jika
fluida tersebut bergerak terus terhadap sekitarnya.

1. Aliran Laminar dan Aliran Turbulan


Lintasan yang ditempuh oleh
suatu partikel dalam fluida mengalir
dinamakan garis alir (flow line). Ada
dua jenis aliran fluida, yaitu aliran lami-
nar atau garis arus (streamline) dan
aliran turbulen. Pada aliran laminar,
setiap partikel f luida mengikuti
lintasan yang mulus, dan lintasan ini
tidak saling bersilangan.
Di atas suatu kelajuan tertentu,
aliran fluida menjadi turbulen yang
ditandai dengan lingkaran-lingkaran
tak menentu, kecil dan menyerupai
pusaran yang disebut arus eddy . Arus
eddy banyak menyerap energi
Gambar 4.3a Aliran laminar walaupun mengalami gesekan inter-
b. Aliran turbulen nal yang disebut viskositas. Bahkan
daripada aliran laminar, energi
tersebut jauh lebih besar ketika aliran berupa turbulan. Untuk
mengetahui apakah suatu aliran fluida merupakan laminar atau
turbulan dapat dilakukan dengan menjatuhkan sedikit tinta atau
pewarna ke dalam fluida tersebut. Jika tinta menempuh lintasan yang
lurus atau melengkung tetapi tidak berputar-putar membentuk
pusaran, maka aliran fluida tersebut berupa laminar. Akan tetapi bila
tinta tersebut kemudian mengalir secara berputar-putar dan akhirnya
menyebar, aliran fluida termasuk turbulan.

Fluida 67
Gambar 4.4 Arus turbulen
∆m
t
laju ali
2. Persamaan Kontinuitas
Mari kita perhatikan aliran laminar suatu fluida yang melalui
tabung tertutup atau pipa seperti ditunjukkan pada gambar 4.5.
Pertama kita tentukan
bagaimana laju f luida
berubah ketika ukuran
tabung berubah. Laju aliran
massa didefinisikan sebagai
massa dari fluida yang
Gambar 4.5 Aliran fluida melalui pipa melewati titik tertentu
yang diameternya berubah-ubah persatuan waktu ,

(4.4)

68 Fisika Kesehatan
Pada gambar 4.4 volume fluida yang melewati titik 1 (melalui
luas A1) dalam waktu ∆ t adalah A1 , dimana adalah jarak
yang dilalui fluida dalam waktu . Karena kecepatan fluida yang
∆m 1
melewati titik 1 adalah , laju alir massa melalui luas
∆t
A1 adalah:

∆ m 1 ρ 1∆ v1 ρ 1 A1∆ l1
= = = ρ 1 A1v1 (4.5)
∆t ∆t ∆t

∆ v1 = A1 ∆ l1 adalah volume dengan massa , dan adalah


massa jenis fluida. Dengan cara yang sama, pada titik 2 (melalaui
luas A2), laju alir adalah . Karena tidak ada aliran fluida yang
masuk atau keluar dari sisi-sisi, laju alir melalui A1 dan A2 harus sama.

Dengan demikian, karena , maka


ρ 1 A1v1 = ρ 2 A 2 v2 (4.6)

ρA mkons
ρ
∆ lv=A ρ
t
m ∆=vtlan
∆Amv Persamaan (4.6) disebut persamaan kontinuitas. Jika fluida
v11121=11112=221 2 22 tersebut tidak bisa ditekan ( tidak berubah terhadap tekanan), yang
∆t ∆ t∆t
merupakan pendekatan yang baik untuk zat cair dalam sebagian besar
kondisi (kadang termasuk juga pada gas) maka , sehingga
persamaan kontinuitas menjadi

, (untuk ) (4.7)
Hasil kali Av menyatakan laju aliran volume (volume fluida yang
∆v ∆l
melewati suatu titik per sekon), karena =A = Av (m3/s). Dari
∆t ∆t
persamaan (4.7) dapat diketahui bahwa luas penampang berbanding
terbalik dengan kecepatan aliran. Semakin besar luas penampang, maka
kecepatan aliran semakin kecil, demikian juga sebaliknya.

3. Aliran Darah di Dalam Tubuh


Persamaan (4.7) dapat dipakai untuk aliran darah dalam tubuh.
Mekanisme aliran darah di dalam tubuh manusia adalah sebagai
berikut:

Fluida 69
Darah mengalir dari jantung ke
aorta, dan kemudian masuk ke arteri-
arteri utama. Dari arteri utama ini
bercabang lagi ke arteri kecil (arteriol),
kemudian bercabang lagi menjadi
sejumlah pembuluh kapiler yang amat
kecil. Darah kemudian kembali lagi
ke jantung melalui vena.

Gambar 4.6
Sistem sirkulasi manusia

Contoh soal aliran darah


1. Darah mengalir dari pembuluh darah
yang besar dengan jari-jari 0,3 cm, di mana kelajuannya 10 cm/s, ke
dalam daerah di mana jari-jari berkurang menjadi 0,2 cm karena
penebalan dinding (arteriosclerosis). Berapakah kelajuan darah di =
A1v1 A
v2 =
bagian yang lebih kecil? A
Penyelesaian: Jika v1 dan v2 adalah kelajuan awal dan ahir, A1 dan A2
adalah luas awal dan ahir, maka dengan menggunakan persamaan
(4.7) :

2. Radius aorta kurang lebih 1,0 cm dan darah yang melewatinya


memiliki laju sekitar 30 cm/s. Pembuluh kapiler biasanya memiliki
radius sekitar 4 x 10-4 cm, dan darah mengalir melaluinya dengan laju
sekitar 5 x 10-4 m/s. Perkirakanlah berapa banyak pembuluh kapiler
yang ada di dalam tubuh!
Penyelesaian: Tentukan A1 = Luas aorta, dan A 2 = luas semua
pembuluh kapiler di mana darah mengalir. A2 = Nπ 2kap di mana N

70 Fisika Kesehatan
adalah jumlah pembuluh kapiler dan rkap = 4 x 10-4 cm adalah perkiraan
radius rata-rata pembuluh kapiler. Dari persamaan (4.7) dapat
ditentukan:
A1v1 = A 2 v2

2
v r2aorta ⎛ 0,30m /s ⎞⎛ 1,0× 10−2 m ⎞
N = 1 2 = ⎜⎜ −4
⎟⎟⎜⎜ −6
⎟⎟ = 4× 109 pem buluhkapiler
v2 r kap ⎝ 5× 10 m /s⎠⎝ 4× 10 m ⎠

E. Viskositas
Kekentalan atau viskousitas adalah tingkat kekentalan fluida yang
menyatakan besar kecilnya gaya gesek pada fluida. Dengan semakin
kentalnya fluida atau zat cair yang melewati pembuluh, semakin besar
gesekan terhadap dinding pembuluh dan sebagai konsekuensinya
diperoleh tahanan semakin besar yang tentunya akan berpengaruh
terhadap debit pada fluida.
Debit adalah volume zat cair yang mengalir melalui penampang tiap
v2Nπr
2
kap = vπr
detiknya.
1
2 Secara matematis dapat dinyatakan:
aorta

volum e v ⎛ m l ⎞
V = = ⎜ ⎟ (4.8)
waktu t⎝ s ⎠

Hk Poiseuille menyatakan bahwa cairan yang mengalir melalui suatu


pipa akan berbanding langsung dengan penurunan tekanan sepanjang
pipa dan pangkat empat jari-jari pipa. Maka dari persamaan (1) dapat
dinyatakan bahwa
π r4 (P1 − P2 )
V = (4.9)
8η L

π r4 ( ρ gh1 − ρ gh2 )
V = (4.10)
8η L

Keterangan:
V : debit (ml/s)
t : waktu (sekon)
π : 3,14

Fluida 71
r : jari-jari pembuluh (cm)
g : (percepatan gravitasi bumi) :980 cm/s2
L : panjang pipa pembuluh (cm)
: viskousitas atau kekentalan (N s/m2 = Pa.s dalam SI, atau
dyne.s/cm2 = poise dalam cgs)
Dengan semakin kentalnya zat cair yang melewati pembuluh,
semakin besar gesekan terhadap dinding pembuluh dan sebagai
konsekuensinya, diperoleh tahanan semakin besar. Kekentalan ini penting
untuk mengetahui konsntrasi sel darah merah. Pada darah normal,
kekentalan sebesar 3,5 kali air. Apabila konsentrasi darah 1,5 dari darah
normal, kekentalan menjadi dua kali air dan apabila konsentrsi darah
meningkat 70 kali di atas normal maka kekentalan darah menjadi 20
kali air. Dengan alasan demikian, aliran darah pada penderita anemia
adalah cepat oleh karena konsentrasi sel darah merah sangat rendah.
Sebaliknya pada penderita polycythemia (kadar sel darah merah meningkat)
aliran darah sangat lambat.

F. Pompa Jantung dan Tekanan Darah


Jantung manusia dan juga hewan pada dasarnya merupakan pompa η
sirkulasi. Cara kerja jantung manusia diperlihatkan pada gambar 4.7.
(a) Pada fase diastol,
Jantung rileks diantara
denyutan. Darah masuk ke
jantung; kedua serambi
dipenuhi dengan cepat. (b)
Ketika serambi melakukan
kontraksi, fase sistol, atau
pemompaan dimulai.
Kontraksi mendorong
darahmelalui katup mitral
dan tricuspid ke dalam
bilik. (c) Kontraksi bilik
memaksa darah melalui
katup semilunar masuk ke
dalam arteri pulmonary
(yang menuju paru-paru),
dan ke aorta (arteri tubuh
yang terbesar) yang menuju
arteri di semua bagian
tubuh. (d) Ketika jantung
rileks, katup semilunar
tertutup; darah memenuhi
serambi, siklus dimulai
Gambar 3.8 Cara kerja jantung manusia kembali.

72 Fisika Kesehatan
Ada dua lintasan terpisah untuk alian darah. Lintasan yang lebih
panjang membawa darah ke bagian-bagian tubuh, melalaui arteri dengan
membawa oksigen (O2) ke jaringan tubuh dan mengambil karbondioksida
(CO2) yang dibawanya kembali ke jantung melalui pembuluh darah balik
(vena). Darah ini kemudian dipompa ke dalam paru-paru (lintasan kedua)
dimana karbondioksida dilepaskan dan oksigen diambil. Darah yang
dimuati oksigen kembli ke jantung, dimana darah tersebut kembali
dipompa ke jaringan-jaringan tubuh.
Tekanan darah diukur dengan menggunakan manometer yang berisi
air raksa dan biasanya dikalibrasi dalam mm-Hg. Alat ukur dipasang ke
jaket berisi udara yang tertutup yang diikatkan pada lengan atas di
ketinggian jantung.

Gambar 4.8 Peralatan untuk mengukur tekanan darah

Dua nilai tekanan darah yang diukur, yaitu: tekanan maksimum


ketika jantung memompa (tekanan sistolik) dan tekanan ketika jantung
beristirahat (tekanan diastolik). Pada awalnya tekanan udara pada jaket
dinaikkan tinggi di atas tekanan sistolik dengan pompa tangan, dan
tekanan ini memompa arteri utama (brachial) di lengan dan memotong
aliran darah. Tekanan udara kemudian diperkecil perlahan-lahan sampai
titik di mana darah kembali mulai mengalir ke tangan, hal ini dideteksi

Fluida 73
dengan mendengarkan karakteristik ketukan darah yang kembali ke
lengan bawah dengan stetoskop. Pada saat ini tekanan sistolik sama dengan
tekanan udara pada jaket yang bisa dibaca pada alat ukur. Tekanan udara
kemudian diperkecil lebih lanjut dan suara ketukan menghilang ketika
darah dengan tekanan rendah dapat memasuki arteri. Pada saat ini alat
ukur menunjukkan tekanan diastolik. Tekanan sistolik normal sekitar
120 mm-Hg, sementara tekanan diastolik normal sekitar 80 mm-Hg.

G. Pernafasan
1. Mekanisme Pernafasan
Mekanisme masuknya udara dari luar ke dalam paru-paru disebut
inspirasi, sedang keluarnya udara dari dalam paru-paru disebut ekspirasi.
Keluar masuknya udara pernafasan ini melibatkan rongga dada dan
perut, sehingga keluar masuknya udara dapat dibedakan menjadi
pernafasan dada dan pernafasan perut.
a. Pernafasan Dada
Inspirasi pernafasan dada terjadi pada saat otot antar rusuk
berkontraksi, tulang-tulang rusuk akan naik dan rongga dada
membesar. Akibatnya tekanan udara di dalam rongga dada lebih
kecil dari pada tekanan udara di luar, sehingga udara dari luar
masuk ke paru-paru.
Ekspirasi pernafasan dada terjadi pada saat otot antara tulang rusuk
berelaksasai atau mengendor, tulang rusuk akan turun dan rongga
dada mengecil. Akibatnya tekanan udara di dalam rongga dada
lebih besar dari pada tekanan udara di luar. Akibatnya udara dalam
rongga dada akan terdorong ke luar dari paru-paru menuju hidung
atau mulut.
b. Pernafasan Perut
Inspirasi pernafasan perut terjadi pada saat otot rongga diafragma
berkontraksi, posisi diafragma menjadi mendatar. Akibatnya
rongga dada membesar dan tekanan udara lebih kecil, sehingga
udara luar masuk ke paru-paru.
Ekspirasi pernafasan perut terjadi pada saat otot rongga diafragma
berelaksasi, rongga dada mengecil dan tekanan udara menjadi
lebih besar, sehingga udara ke luar dari paru-paru.

74 Fisika Kesehatan
Pernafasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau
dalam keadaaan tertidur sekalipun karena sistem pernafasan
dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Masuk keluarnya udara dalam
paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga
dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan udara di luar
rongga dada lebih besar, maka udara akan masuk ke paru-paru,
demikian jua sebaliknya jika tekanan di dalam rongga dada lebih besar
maka udara akan keluar dari paru-paru.

2. Aplikasi Konsep Fisika dalam Pernafasan


a. Hukum Dalton
Hukum ini menyatakan bahwa:
Tekanan parsial suatu komponen dalam campuran gas adalah tekanan
dari komponen itu seandainya sendirian mengisi seluruh volume gas
yang tersedia.
Maka dari itu, jumlah tekanan suatu campuran gas yang tidak
reaktif dan bersifat ideal, adalah sama dengan jumlah tekanan parsial
semua komponen gas. Misalnya dalam suatu ruangan terdapat udara
dengan tekanan 1 atmosfir (760 mm-Hg). Jika dipindahkan seluruh
% O2 P O2 (mm-Hg) % CO2 P CO2 (mm-Hg)
molekul kecuali O2, maka O2 dalam udara tersebut 20%, berarti O2
0,3
Udara Inspirasi memiliki
20,9 tekanan150 20% x 760 0,04
mm Hg = 152 40
mm-Hg. Demikian pula
Alveoli Paru-paru N =14,0 100 5,6
610 mm Hg (80% dari 760 mm-Hg). 32
2
Udara ekspirasi 16,3 116 4,5
Tekanan parsial uap air dipengaruhi oleh kelembaman. Suatu
contoh udara ruangan mempunyai tekanan parsial 15-20 mm-Hg.
Sedangkan di dalam paru-paru mempunayi tekanan 47 mm-Hg
pada temperature 37oC dengan 100% kelembaman. Dengan
mempergunakan tekanan parsial dari hukum Dalton dapat dibuat
daftar sebagai berikut:

Tabel 4.1 Tekanan Parsial uap air pada pernafasan

Fluida 75
Pada waktu ekspirasi terahir di dalam paru-paru selalu terdapat
30% volume udara yang disebut Fungsional Residual Capasity.

b. Hukum Boyle
Hukum ini menyatakan bahwa :
Untuk suatu massa gas pada temperature konstan maka tekanan
berbanding terbalik terhadap volumenya.
Sehingga dapat dinyatakan dengan persamaan:
pV = tetap (4.11)
(T konstan, dan jumlah massa gas m tetap)
Apabila terjadi peningkatan volume maka akan diikuti
dengan penurunan tekanan, demikian juga sebaliknya. Untuk
mengetahui hubungan tekanan (P) terhadap volume (V) dapat
dilihat pada grafik 4.1.

Grafik 4.1 Hubungan Tekanan (P) terhadap volume (V)

Pada saat inspirasi volume paru-paru meningkat, sedangkan


tekanan intrapleura mengalami penurunan.
Pada waktu inspirasi jumlah volume udara dalam paru-paru
meningkat sedang pada waktu ekspirasi jumlah volume udara paru-
paru menurun.

76 Fisika Kesehatan
Grafik 4.2 Volume paru-paru VS waktu pada saat
inspirasi dan ekspirasi

c. Hukum Laplace
Hukum ini menyatakan bahwa tekanan pada gelembung al-
veoli berbanding terbalik terhadap radius dan berbanding lurus
terhadap tegangan permukaan .

(4.12)

P = tekanan (mm-Hg)
γ 4γ
Ρ = R = jari-jari (cm)
R
γ = tegangan permukaan (dyne/cm)

H. Spirometer
Spirometer adalah alat untuk mengukur aliran udara yang masuk
dan keluar paru-paru dan dicatat dalam grafik volume per waktu. Subjek
yang diuji (dalam hal ini penderita/probandus)menarik nafas dari
lingkungan dan menghembuskan nafas ke dalam spirometer dengan
keadaan hidung ditutup sehingga tidak ada udara yang dikeluarkan
melalui hidung. Dengan alat spirometer maka dapat ditampilkan
volume udara dalam paru-paru pada setiap saat sebagaimana digambarkan
berikut ini:

77
Gambar 4.10 Proses inspirasi dan ekspirasi oleh paru-paru

Pada waktu istirahat menunjukkan volume udara paru-paru 500 ml.


Keadaan ini disebut tidal volume. Pada permulaan dan akhir pernafasan
terdapat keadaan reserve; akhir dari suatu inspirasi dengan suatu usaha
agar mengisi paru-paru dengan udara. Udara tambahan ini disebut in-
spiratory reserve volume, jumlahnya sebanyak 3000ml. Demikian pula
akhir dari ekspirasi, usaha dengan tenaga untuk mengeluarkan udara
dari paru-paru. Udara ini disebut expiratory reserve volume yang
jumlahnya kira-kira 1.100 ml. Udara yang tertinggal setelah ekspirasi secara
normal disebut fungtional residual capacity (FRC). Seorang yang bernafas
dalam keadaan baik inspirasi maupun ekspirasi, keadaan yang ekstrim
ini disebut Vital Capacity.
Dalam keadaan normal, vital capacity sebanyak 4.500 ml. Dalam
keadaan apapun paru-paru tetap mengandung udara, maka udara ini
disebut residual volume atau udara sisa (kira-kira 1.000ml untuk orang
dewasa).
Untuk membuktikan adanya residual paru-paru, penderita (subjek)
disuruh bernafas dengan mencampuri udara dengan helium, kemudian
dilakukan pengukuran fraksi helium pada waktu ekspirasi. Di klinik
biasanya mempergunakan spirometer. Penderita disuruh bernafas dalam
satu menit yang disebut respiratory minute volume. Maksimum udara
yang dapat dihirup selama 15 menit disebut Maximum Voluntary Venti-
lation. Maksimum ekspirasi setelah maksimum inspirasi sangat berguna
untuk mengetest penderita emphysema dan penyakit obstruksi jalan
pernafasan. Penderita normal dapat mengeluarkan udara kira-kira 70%

78 Fisika Kesehatan
dari vital capacity dalam 0,5 detik; 85% dalam satu detik; 94% dalam 2
detik; 97% dalam 3 detik. Normal peak flow rate 350-500 liter/menit.
Aliran diplot terhadap volume untuk mengetahui tingkat kontinuitas
loop dari inspiratori ke ekspiratori. Bentuk loop penting untuk
memberikan interpretasi watak spirometriknya. Kurva volume terhadap
waktu merupakan alternatif lain untuk menampilkan hasil spirometrik.
Untuk penderita asma terjadi penyempitan batang tenggorokan
sehingga ujung kurva ekspiratori cenderung lebih kekiri dari awal
inspiratori. Namun untuk penderita batuk sebaliknya.

(a) (b)
Gambar 4.11. (a) Plot laju aliran udara terhadap volume
(b) Plot volume udara terhadap waktu

Pada gambar (4.11.a) ditampilkan grafik aliran terhadap volume


untuk mengetahui tingkat kontinuitas loop dari inspiratori ke ekspiratori.
Bentuk loop penting untuk memberikan interpretasi watak
spirometriknya. Berdasarkan posisi ujung kanan kurva bagian bawah
maka dapat diketahui kontinuitas nafas dari inspiratori ke ekspiratori,
sedangkan dari posisi ujung kiri bagian bawah kurva maka dapat diketahui
apakah terjadi penyempitan batang tenggorokan atau pembengkakan.
Gambar (4.11.b) yaitu kurva volume terhadap waktu merupakan alternatif
lain untuk menampilkan hasil spirometrik.

- oOo -

Fluida 79
80 Fisika Kesehatan
BAB V
THERMODIN AMIKA
THERMODINAMIKA

A. Pendahuluan

T
ermodinamika berasal dari dua kata, yaitu thermal (yang
berkenaan dengan panas) dan dinamika (yang berkenaan dengan
pergerakan). Jadi thermodinamika adalah ilmu mengenai
fenomena tentang energi yang berubah-ubah karena pengaliran panas
dan usaha yang dilakukan. Misalnya suatu benda dinaikkan suhunya maka
timbul pemuaian. Pada proses ini terdapat suatu pemindahan panas dan
juga bekerja suatu gaya yang mengalami perpindahan sehingga
mengakibatkan terlaksananya suatu usaha.
Dengan demikian termodinamika merupakan akar dari beberapa
cabang ilmu fisika. Dalam mempelajari termodinamika bukan hanya
fenomena suhu tetapi juga tuntutan logika, sifat-sifat gas, larutan zat padat
dan reaksi kimia.

B. Temperatur
Konsep temperatur dapat mudah dikenal dengan adanya perasaan
panas atau dingin. Panas atau dinginnya suatu benda dapat dirasakan
dengan menyentuhnya, meskipun demikian kita tidak dapat menyatakan
dengan tepat berapa kuantitas suhu benda tersebut. John Locke pada
tahun 1969 melakukan percobaan dengan mencelupkan tangan kiri pada
ember yang berisi air dingin dan tangan kanan pada ember yang berisi
air hangat selama kira-kia 30 sekon. Kemudian dengan cepat
memindahkan kedua tangannya ke dalam ember berisi air yang suhunya
di antara air dingin dan hangat. Air terasa lebih sejuk untuk tangan
kanan dan lebih hangat untuk tangan kiri.

81
Hasil percobaan di atas menunjukkan perasaan kita keliru menilai
suhu. Oleh karena itu diperlukan suatu alat untuk mengukur suhu dan
dinyatakan dengan suatu angka. Alat tersebut adalah thermometer.
Beberapa sifat fisis zat berubah jika dipanaskan. Perubahan sifat fisis
zat jika dipanaskan disebut sifat termometrik zat, di antaranya adalah
volume zat cair, panjang logam, hambatan listrik seutas logam, tekanan
gas pada volume tetap, volume sejumlah gas pada tekanan tetap, dan
warna sebuah kawat pijar (filamen) lampu. Sifat termometrik zat dapat
dimanfaatkan untuk mengukur suhu pada thermometer.
Thermometer yang sering digunakan dalam kegiatan laboratorium
maupun praktik klinik dasar pembuatannya dengan perubahan volume
zat cair ketika terjadi perubahan suhu. Sedangkan zat cair yang digunakan
adalah air raksa maupun alkohol yang diberi warna. Air raksa dan alkohol
digunakan sebagai bahan pengisi thermometer karena kedua zat cair
tersebut perubahan volumenya teratur. Air raksa memiliki titik beku
-39oC sedangkan titik didihnya 357oC (dapat digunakan untuk mengukur
suhu tinggi), sedangkan alkohol memiliki titik beku -115oC dan titik didih
78oC 9dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah); tidak
membasahi dinding kaca, dan untuk air raksa sebagai konduktor panas
yang baik.

1. Suhu dan Energi Termal


Di dalam suatu zat, molekul satu dengn molekul yang lain
dikendalikan oleh gaya elastis yang analog dengan pegas. Molekul ini
bergerak maju dan mundur dari titik setimbangnya. Maka pada
molekul ini ada energi kinetik dan energi potensial. Karena energi
internal ini terkait dengan keadaan panas dan keadaan dingin benda
maka dikenal dengan energi termal. Energi termal adalah energi to-
tal benda yaitu jumlah energi kinetik dan energi potensial molekuler
benda.
Jika dua buah benda disinggungkan satu sama lain maka energi
termal akan ditransfer dari benda yang satu menuju ke benda yang
lain. Misal besi panas dimasukkan ke air. Energi panas termal akan
dipinahkan dari besi ke air sampai dicapai keadaan setimbang yang
disebut kesetimbangan termal. Dengan kata lain besi dan air telah
mencapai keadaan yang sama dan tidak ada transfer energi termal.

82 Fisika Kesehatan
Dua benda dikatakan dalam kesetimbangan termal jika dan hanya
jika suhu kedua benda tersebut sama. Transfer energi hanya mungkin
jika suhu kedua benda berbeda. Untuk kepentingan pengukuran suhu
maka sangat penting diperhatikan bahwa thermometer pada akhirnya
memiliki suhu yang sama dengan benda yang diukur.

2. Pengukuran Suhu
Suhu dapat diukur pada besaran mekanik, optik maupun elektrik
yang bervariasi terhadap suhu. Jika pertambahan ukuran benda dapat
diketahui kaitannya dengan perubahan suhu maka dalam keadaan
sebaliknya variasi panjang yang dikehendaki dapat dikalibrasi dengan
menentukan suhunya. Alat yang dikalibrasi untuk keperluan ini
disebut thermometer, yaitu alat ukur berskala yang dapat digunakan
untuk menunjukkan suhu. . Cara menggunakan thermometer adalah
dengan memasang thermometer tersebut kontak dengan benda lain
sampai antara benda dan thermometer terjadi kesetimbangan termal.
Thermometer dibuat berdasarkan sifat termometrik yaitu
terjadinya perubahan volume akibat adanya perubahan suhu. Ther-
mometer umum saat ini terdiri dari tabung kaca dengan ruang di
tengahnya diisi air raksa atau alkohol yang diberi warna merah. Jika
thermometer disentuhkan pada benda
panas maka air raksa atau alkohol dan
tabung kaca akan memuai. Karena
pemuaian zat cair lebih besar dari tabung
kaca, maka ketinggian zat cair akan naik
dalam tabung. Zat cair yang banyak
digunakan untuk mengisi thermometer
yaitu air raksa. Karena air raksa
mempunyai kelebihan antara lain:
a. Mudah dilihat (mengkilap)
b. Pemuaiannya teratur
c. Tidak membasahi dinding
d. Peka terhadap perubahan suhu Gambar 5.1 Thermometer
karena kalor jenisnya kecil
e. Jangkauan pengukurannya luas, karena mempunyai titik beku
-39oC dan titik didih 357oC.

Thermodinamika 83
Thermometer dibuat dengan menyesuaikan terhadap thermom-
eter standar. Untuk menentukan sistem skala suhu diperlukan dua
titik acuan, yaitu:
a. Titik tetap bawah, menggunakan suhu es yang melebur, yaitu suhu
di mana es dan air berada dalam kesetimbangan pada tekanan 1
atm (tekanan udara normal 76 cmHg).
b. Titik tetap atas, menggunakan suhu air yang mendidih, yaitu suhu
di mana air dan uap berada dalam kesetimbangan pada tekanan
1 atm (tekanan udara normal 76 cmHg).
Hubungan antara skala suhu dalam derajat Celcius (C), Reamur
(R) dan Fahrenheit (F) dapat dituliskan sebagai berikut:
a. 0oC – 0oR – 32oF sebagai tetap bawah
b. 100oC – 80oR – 212oF sebagai tetap atas
c. 100 skala C = 80 skala R = 180 skala F
d. Perbandingan skala C : R : F = 5 : 4 : 9
Hubungan antara suhu C, R dan F adalah:

⎛4 ⎞
T oC = ⎜ T ⎟ o R
⎝5 ⎠

⎛5 ⎞
T o R =⎜ T ⎟ oC
⎝4 ⎠

⎛9 ⎞
T oC =⎜ T + 32⎟ o F
⎝5 ⎠

⎛9 ⎞
T o F =⎜ T − 32⎟ oC
⎝4 ⎠

⎛9 ⎞
T o R =⎜ T + 32⎟ o F
⎝4 ⎠

⎛4 ⎞
T o F =⎜ T − 32⎟ o R
⎝9 ⎠

84 Fisika Kesehatan
Selain skala suhu C, R dan F, terdapat skala suhu Kelvin (K),
yaitu skala suhu mutlak atau skala termodinamika. Pada skala ini suhu
dinyatakan dalam Kelvin atau K. Berdasarkan eksperimen diperoleh
bahwa titik beku air (0oC) adalah 273,15 K dan titik didih air adalah
373,15 K. Dalam praktik angka tersebut ditulis 273 K dan 373 K,
maka terdapat hubungan antara skala celcius dan skala Kelvin sebagai
berikut:
T oC = (T + 273)K
TK =(T − 273)oC
Secara umum hubungan antara dua thermometer dapat
dituliskan sebagai berikut:
TA−TbA T Tb
= B− B (5.1)
TaA − TbA TaB − TbB

Keterangan :
TA = suhu A TB = suhu B
TaA= titik tetap atas A TbA = titik tetap bawah B
TaB = titik tetap atas B TbB = titik tetap bawah B

Gambar 5.2 Hubungan skala Celcius, Fahrenheit dan Kelvin

Thermodinamika 85
Contoh:
Suhu suatu benda menunjukkan angka 20oR, tentukan angka
yang ditunjukkan oleh skala Celcius, Fahrenheit dan Kelvin!

Jawab:
9
TR = 20oR TF = TC + 32 TK = TC + 273
5
5 9
TC = TR = 20 + 32 = 25 + 273
4 5
5
= TR = 36+32 = 298 K
4
= 25oC = 68oF

3. Pengaturan Suhu Tubuh


Burung dan mammalia secara fisiologis digolongkan dalam Worm
Blooded atau homotermal. Organisme homotermal ini secara umum
dapat dikatakan suhu tubuhnya senantiasa tetap atau konstan
walaupun suhu lingkungan berubah. Hal ini disebabkan karena adanya
interaksi secara berantai antara pembentukan panas dan kehilangan
panas pada tubuh. Kedua proses tersebut dalam keadaan tertentu
aktivitsnya diatur oleh susunan syaraf pusat yang mengatur
metabolisme, sirkulasi (peredaran darah), perspirasi (penguapan), dan
pekerjaan otot-otot skeletal.
Tubuh manusia selalu berusaha mempertahankan temperatur
tubuh tetap konstan walaupun terjadi perubahan temperatur
lingkungan. Pengaturan fisik panas secara implicit adalah sejumlah
total dari proses fisiologis di mana terjadi peningkatan dan penurunan
panas dari tubuh manusia.
Pengaturan temperatur atau regulasi termal ialah suatu pengaturan
secara komplek dari suatu proses fisiologis di mana terjadi
kesetimbangan antara produksi panas (heat product) dan kehilangan
panas (heat lost) sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara
konstan.

86 Fisika Kesehatan
Panas dapat hilang dan masuk ke lingkungan dengan cara
konveksi, radiasi dan evaporasi; konduksi tidak pernah terjadi.
Kehilangan panas melalui radiasi dapat terjadi apabila temperatur
udara berhubungan langsung dengan tubuh dan temperatur sekeliling
obyek tersebut sangat rendah. Kehilangan panas secara konveksi
terjadi apabila temperatur sekeliling objek lebih rendah dari pada
suhu tubuh. Kehilangan panas akibat evaporasi (penguapan) adalah
hubungan antara output dari evaporasi kulit dan pernafasan dari paru-
paru. Peristiwa konveksi, radiasi, dan evaporasi ini semuanya dikontrol
oleh susunan syaraf pusat agar mencapai kesetimbangan termal.
Di kulit terdapat Krause’s and bulb dan Meismer’s Corpuscle yang
mengatur temperatur panas dan dingin. Melalui syaraf motor somatic
dan syaraf visero motoris via hipofise anterior dan kelenjar endokrin, maka
produksi panas dan pelepasan panas dapat diatur. Di kulit terdapat
Counter Current di mana terjadi pembesaran pembuluh darah pada
satu bagian sedangkan pada bagian lain terjadi konstruksi
penguncupan yang hal ini diatur juga oleh susunan syaraf pusat. Pada
keadaan kritis misalnya dingin atau panas yang menyengat, keadaan
ini langsung mempengaruhi fisiologis thermostat yaitu hipotalamus
dan preoptik. Hipotalamus posterior mengatur suhu dingin yang kritis.

4. Topografi Temperatur Badan dan Kulit


Temperatur 37oC diterima sebagai temperatur normal tubuh
manusia. Untuk mengukur temperatur badan dan kulit terdapat
banyak kesukaran. Di klinik sering dipakai lokasi pengukuran
temperatur pada ketiak (aksila), sub lingual (di bawah lidah), dan rec-
tal (dubur). Temperatur liang rectal 0,3 oC sampai dengan 0,5oC lebih
tinggi dari pada temperatur aksila. Pada gambar (5.3) terlihat topografi
temperatur pada kulit manusia.
Daerah tubuh maupun kepala mempunyai temperatur kulit lebih
tinggi dari pada anggota badan. Salah satu metode untuk mengetahui
rata-rata temperatur kulit (mean skin temperature) yang lazim digunakan
adalah:

0,07 Tkepala + 0,14 Tlengan + 0.05 Ttangan + 0,07 Tkaki+


(5.2)
0,13Tbetis+ 0,09Tpaha + 0,35 Tbatang tubuh

Thermodinamika 87
M eat
H eanSt
b
Gambar 5.3 Topografi temperatur pada kulit manusia

Dengan mengetahui temperatur kulit rata-rata tersebut dapat


menghitung temperatur tubuh rata-rata dengan persamaan:

(0,69 X tem p.rektal)+ (0,33 X tem p.kulitrata -rata) (5.3)

Kwantitas ini berkaitan dengan panas yang tertampung di dalam


tubuh manusia (Heat storage). Untuk menghitung banyaknya panas
yang tertampung di dalam tubuh harus menghitung perubahan
temperatur tubuh rata-rata dikalikan dengan panas spesifik dan massa
badan. Secara matetamis dapat dirumuskan dengan persamaan:

(5.4)

88 Fisika Kesehatan
Nilai panas spesifik tubuh manusia diperoleh dari hasil
eksperimen sebesar 0,83 gram kalori/gram/oC. Dengan mengetahui
persamaan kulit rata-rata maka dapat dihitung besarnya konduksi
panas (heat conductance). Heat Conductance adalah ratio antara rata-
rata transfer panas (rate of heat transfer)/rata-rata alih panas dengan
perbedaan temperatur antara temperatur internal/rectal dengan
temperatur kulit rata-rata. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut

(5.6)

C. Kalor Jenis
Jika kalor diberikan pada suatu benda, maka temperatur benda akan
naik. Dari hasil eksperimen diperoleh hasil bahwa besar kalor Q yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu zat sebanding dengan
massa m dan perubahan temperatur ∆T zat tersebut. Hal ini dapat
dinyatakan dengan persamaan
Q = mQc∆T Rateofheattransfer
H=eatConductance =
c (5.7)
m ∆T Rectaltem p.− m eanskin tem p.

di mana c adalah kalor jenis yang merupakan besaran karakteristik dari


zat tersebut. Kalor jenis adalah nilai yang menyatakan jumlah atau
banyaknya kalor yang diperlukan oleh suat zat untuk menaikkan suhunya
sebesar 1oC tiap sau satuan massa. Dapat dinyatakan dalam persamaan:

(5.8)

maka satuan kalor jenis adalah J/kgoC (dalam SI) atau cal/goC (dalam
cgs).

Thermodinamika 89
Tabel 5.1 Kalor jenis zat
C, kkal/kg K
Zat C, kJ/kg K Cm, J/ml-K
atau Btu/lb oF
Aluminium 0,900 0,215 24,3
Bismuth 0,123 0,0294 25,7
Tembaha 0,386 0,0923 24,5
Emas 0,126 0,0301 25,6
Es (-10oC) 2,05 0,49 36,9
Timah hitam 0,128 0,0305 26,4
Perak 0,233 0,0558 24,9
Tungsten 0,134 0,0321 24,8
Seng 0,387 0,0925 25,2
Alkohol (ethyl) 2,4 0,58 111
Raksa 0,140 0,033 28,3
Air 4,18 1,00 75,2

Contoh soal
1. Berapakah kalor yang diperlukan untuk memanaskan air 250 cm3
dari suhu 20oC menjadi 35oC?
2. Berapa kalor dilepas air kalau air kembali mendingin sampai Q =mc
20o C?

Penyelesaian:
Karena 250 cm3 air massanya 250 g, dan karena cair = 1,00 J/kgoC,
maka
1. Q = m c∆T = (250 g) (1 cal/goC) (15 oC) = 3750 cal.
2. = (250 g) (1 cal/goC) (-15 oC) = -3750 cal.

D. Kalorimetri
Ketika bagian-bagian yang berbeda dari sistem yang terisolasi berada
pada temperatur yang berbeda, kalor akan mengalir dari bagian benda
bertemperatur tinggi menuju bagian benda yang bertemparatur lebih
rendah hingga tercapai suatu keadaan di mana temperatur semua bagian
benda sama. Hal ini dikatakan benda pada keadaan kesetimbangan termal.
Kehilangan kalor sebanyak satu bagian sistem sama dengan kalor yang

90 Fisika Kesehatan
didapat oleh bagian yang lain. Hukum kekekalan energi berperan dalam
keadaan ini dimana:

Kalor yang hilang = kalor yang diterima

Teknik pertukaran energi panas tersebut dikenal dengan nama


kalorimetri. Sedangkan peralatan yang digunakan untuk mengukur panas
yang hilang maupun panas yang diterima adalah kalorimeter. Satu
kegunaan yang penting dari kalorimeter adalah dalam penentuan kalor
jenis zat

Gambar 5.4 Kalorimeter

Kalorimeter terdiri dari cairan yang akan diberi kalor yang berasal
dari listrik melalui pemanas air. Panas air di dalam kalorimeter berasal
dari listrik yang membangkitkan energi:
W = VIt (5.9)
dengan V tegangan listrik (volt), I arus yang mengalir (ampere) dan t
waktu lamanya pengaliran (sekon). Energi listrik ini dipakai oleh cairan
di dalam kalorimeter untuk menaikkan suhunyua sebasar ToC.
Benda yang akan ditentukan kalor jenisnya ditimbang terlebih
dahulu kemudian dimasukkan ke dalam kalorimeter. Jika turunnya suhu
cairan akibat dimasukkan benda tersebut maka besarnya kalor yang
dilepaskan cairan sama dengan:

Thermodinamika 91
Q = m cC c∆T ( 5.10)
Sedangkan kalor yang diterima oleh benda :

Q = m bC b ∆T ( 5.11)
Karena mb dan ∆T telah dikatahui maka cb dapat diketahui, yaitu:

m c cc ∆T
cb = (5.12)
m b ∆T

Contoh:
Kalorimeter tembaga dengan massa 200 g berisi minyak 150 g pada
suhu 20oC. Dalam minyak dicelupkan sepotong aluminium 80g bersuhu
300oC. Setelah keadaan kesetimbangan termal tercapai, berapakah suhu
sistem?

Penyelesaian:
ctembaga = 0,093 kal/goC, cAl = 0,021 kal/goC, cminyak = 0,37 kal/goC.
Kalor yang dilepas aluminium = kalor yang diserap minyak dan
kalorimeter
(m c∆Τ ) Al = (m c∆Τ )tem baga + (m c∆Τ )m in yak
(0,21cal/g oC )(80g)(300o C − t)=
(0,093cal/g oC )(200g)(t− 20o C ) + (0,37cal/g oC )(150g)(17o C )
t = 72oC

E. Perpindahan Panas
Panas adalah bentuk energi yang bergerak. Jika dua benda memiliki
suhu yang berbeda atau dua bagian dari suatu benda memiliki suhu yang
berbeda, maka panas akan mengalir dari benda (bagian benda) yang
bersuhu tinggi ke benda (bagian benda) yang bersuhu rendah. Ada
beberapa prinsip perpindahan panas, yaitu: konduksi, konveksi, radiasi dan
evaporasi. Energi panas yang hilang atau masuk ke dalam tubuh manusia
melalui kulit dapat secara keempat prinsip tersebut.

92 Fisika Kesehatan
1. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas oleh tumbukan antar
molekul yang bertetangga. Atau dapat juga diartikan proses
perpindahan panas dari suatu obyek yang bersuhu lebih tinggi menuju
obyek yang bersuhu lebih rendah dengan jalan kontak langsung.
Misalnya jika kita memegang batang besi yang bagian ujungnya
dipanaskan di api, maka panas akan segera terasa oleh tangan kita
melalui konduksi. Proses perpindahan panas akan terus berlanjut
selagi masih ada beda suhu antar bagian batang besi tersebut.
Untuk berbagai bahan, panas yang diterima atau dilepaskan
melalui konduksi berbeda-beda. Logam akan terasa lebih dingin
dibandingkan kayu meskipun jika diukur kedua bahan bersuhu sama.
Hal ini dikarenakan karena logam lebih cepat menghantarkan panas
ke tangan kita dibandingkan dengan kayu. Logam seperti perak,
tembaga, aluminium dan emas merupakan penghantar panas yang
baik. Non logam seperti gelas, asbes dan fiberglass merupakan
konduktor yang buruk atau insulator yang baik.
Misal selembar pelat memiliki luas penampang A dan tebal x,
Q ∆T kedua permukaannya dipertahankan pada suhu yang berbeda. Akan
∞A
t ∆x diukur panas Q yang mengalir tegak lurus terhadap permukaan selama
waktu t. Eksperimen menunjukkan bahwa untuk beda suhu antara
kedua permukaan tersebut ∆ T (oC), Q (Joule) sebanding dengan waktu
t (sekon) dan luas penampang A, dan jika t dan A kecil maka Q
sebanding dengan T/x (gradient suhu) untuk t dan A yang diberikan.
Maka:

(5.13)

Jika tebal pelat dx (cm) tipis sekali, beda suhu antara kedua
permukaan adalah dT, maka dapat diperoleh rumus konduksi:

dQ dT
= − kA (5.14)
dt dx
Dalam hal ini dQ/dt adalah laju perpindahan panas terhadap
waktu, dT/dx gradient suhu dan k adalah konstanta kesebandingan

Thermodinamika 93
yang disebut konduktivitas termal (W/mk). Arah aliran panas dipilih
ke pertambahan nilai x. Karena jika x semakin bertambah maka suhu
T semakin berkurang, sehingga di ruas kanan persamaan (5.14) diberi
tanda minus (jadi dQ/dT bertanda plus jika dT/dx minus).
Menurut para ahli faal, perpindahan panas dari kulit ke udara
secara geometris ditunjukkan dengan gambar 5.5 sebagai berikut:

Gambar 5.5 Perpindahan panas dari kulit ke udara

Pada jarak X (dari dalam sampai permukaan kulit) mempunyai


temperatur sebesar T 1 dan pada jarak yang sama di udara
temperaturnya T2, di antara kedua permukaan temperatur Ti. Aliran
panas melalui kulit harus sama dengan udara sekitarnya, maka asumsi
kita:

Di permukaan kulit Q=
ks
(Ti − T1 ) (5.15)
∆X

(T2 − T1 )
ka
Di udara Q =− (5.16)
∆X

Jadi Q =−
ks
(T1 − T1 ) = − ka (T2 − Ti)
∆X ∆X

ks ka (T2 − T1 )
Q= . (5.17)
ks + ka ∆X

94 Fisika Kesehatan
Q = kalor yang berpindah secara konduksi antara kulit dan udara (3)
ks = koefisien konduktivitas kulit (3/m2soC)
ka = koefisien konduktivitas udara (3/m2soC)
T2 –T1 = perbedaan suhu antara badan dan kulit (oC)

2. Konveksi
Konveksi adalah aliran panas melalui fluida dari tempat yang
bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah dengan gerakan
atau aliran partikel-partikel fluida itu sendiri. Pada konveksi, kalor
berpindah bersama-sama dengan perpindahan partikel zat. Beberapa
contoh peristiwa konveksi adalah terjadinya angin laut dan angin
darat. Pada siang hari suhu udara di darat lebih tinggi dari pada suhu
permukaan laut sehingga terjadi aliran udara dari laut ke darat (angin
laut). Sedangkan pada malam hari udara di darat suhunya lebih
rendah dari pada suhu udara di permukaan laut, maka terjadi aliran
udara dari darat ke laut (angin darat). Contoh lain adalah sistem
pemanas air dan ventilasi rumah.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor secara
konveksi antara lain adalah: bentuk permukaan (datar atau lengkung),
posisi permukaan (horisontal atau vertikal), jenis fluida (cair atau gas),
kerapatan, kekentalan, kalor jenis, konduktivitas fluida, kecepatan
aliran fluida dan keadaan fluida dalam hal perubahan fase (penguapan
atau pengembunan). Untuk perhitungan secara praktis digunakan
persamaan:
Q = h A ∆T t (5.18)
Q = jumlah kalor yang dipindahkan secara konveksi (J)
A = luas permukaan (m2)
T = perbedaan suhu antara permukaan fluida (oC atau K)
t = lama waktu proses konveksi tersebut berlangsung (s)
h = koefisien konveksi (J/m2soC)

Konveksi secara alam dapat terjadi oleh karena pemanasan yang


asimatris. Gaya konveksi dapat terjadi apabila angin secukupnya
mengalir melewati tubuh. Pertukaran panas dan gaya konveksi adalah
berbanding lurus dengan beda temperatur antara kulit dan udara

Thermodinamika 95
serta kecepatan udara. Aliran panas secara konveksi yang terjadi
antara kulit dan lingkungan dapat dituliskan dengan persamaan:

(5.19)
Q = kalor yang berpindah secara konveksi antara kulit dan
lingkungan (J)
V = kecepatan angin (m/s)
8,3= konstanta di mana seseorang berdiri berhadapan dengan
tiupan udara
Ta = temperatur udara (oC)
Ts = temperatur kulit (oC)
Persamaan tersebut diperoleh secara empiris dan dikenal sebagai
hukum Newton mengenai konveksi.
Tubuh manusia menghasilkan energi termal yang besar. Energi
diubah dari makanan di dalam tubuh, maksimal 20% digunakan untuk
kerja, sehingga lebih dari 80% muncul sebagai energi termal. Kalor
yang dihasilkan oleh tubuh harus ditransfer ke luar. Jika energi termal
ini tidak dikeluarkan, dalam aktivitas ringan, maka temperatur tubuh
akan naik sekitar 3oC per jam. Q = 8,3V
Kalor dalam tubuh akan dibawa ke permukaan tubuh oleh darah.
Sebagai tambahan bagi peranannya yang penting, darah berfungsi
sebagai fluida konvektif untuk mentransfer kalor sampai persis di bawah
permukaan kulit. Kalor kemudian dihantarkan (melalaui jarak yang
sangat kecil) ke permukaan dan kemudian ditransfer ke lingkungan
dengan konveksi, penguapan dan radiasi.

3. Radiasi
Radiasi adalah proses perpindahan panas oleh gelombang
elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik tersebut bergerak
dengan kecepatan 186mil/s atau 300 juta m/s, dan untuk bergerak
tidak memerlukan medium perantara. Jika kita meletakkan tangan
di samping api maka tangan akan terasa panas. Panas merambat
melalui radiasi. Sumber energi radiasi yang utama adalah matahari.
Pada lampu listrik, energi dipancarkan dari filament yang dipanaskan
melewati tabung gas walaupun di dalam tabung tidak ada gas. Hal ini

96 Fisika Kesehatan
membuktikan perambatan panas melalui radiasi tidak membutuhkan
zat perantara.
Semua benda secara kontinyu memancarkan energi radiasi. Pada
suhu rendah maka laju emisinya kecil, sedangkan pada suhu tinggi
maka laju emisinya akan besar. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa
laju radiasi berbanding lurus dengan luas benda dan pangkat 4 suhu
mutlak benda. Hasil ini ditemukan secara empiris oleh Josef Stefan
pada tahun 1879 dan diturunkan secara teoritis oleh Ludwig
Boltzmann kira-kira lima tahun kemudian, sehingga dinamakan
Hukum Stefan Boltzmann. Menurut Stefan Boltzmann, laju emisi
radiasi (energi yang dipancarkan) oleh benda yang memiliki luas A
pada suhu T adalah:
∆Q
= eσAT 4 W /m 2 (5.20)
∆t
dengan A adalah luas, T adalah konstanta emisi (disebut juga konstanta
Stefan-Boltzmann) yang besarnya 5,67 x 10-8 W/m2K4, e emisivitas
yang tergantung pada permukaan bahan yang meradiasikan. Nilai e
memiliki jangkauan mulai dari 0 yaitu untuk reflektor sempurna (atau
∆Q
= eσAr(Tsradiator
4
− Tw 4 )sempurna yaitu benda hitam) sampai dengan 1 yaitu untuk
∆t benda hitam sempurna.
Benda hitam merupakan penyerap radiasi yang baik sehingga
disebut radiator. Di bidang ilmu faal dikatakan bahwa panas tubuh
yang melakukan radiasi ke dalam udara di mana sebelumnya telah
memperoleh panas dari lingkungan. Dengan demikian maka
persamaan kecepatan total aliran kalor radiasi dituliskan:

(5.21)

QRadisi = Jumlah kalor yang dipindahkan secara radiasi (J)


e = emisivitas dari manusia
σ = Konstanta Stefan –Boltzmann
A = luas permukaan tubuh
r = perbandingan permukaan raediasi efektif oleh Du Bois, 0,78
untuk seseorang yang berdiri tegak, 0,85 untuk orang yang
bergerak

Thermodinamika 97
Tw = temperatur dinding dalam derajat absolute (K)
Ts = temperatur kulit dalam derajat absolute (K)

Contoh: kehilangan kalor tubuh karena radisi


Seorang atlit duduk tanpa pakaian di kamar ganti yang dindingnya
gelap pada temperatur 15oC. Perkirakan kecepatan kehilangan kalor
dengan radiasi dengan menganggap temperatur kulit sebesar 34oC
dan e = 0,70. Anggap permukaan tubuh yang tidak bersentuhan
dengan kursi sebesar 1,5 m2.

Jawab:

= (0,70)(5,6 x 10-8 W/m2K4)(1,5m2)[(307 K)4- (288 K)4]


= 120 Joule.
Hal lain yang mempengaruhi laju emisi radiasi atau absorbsi
radiasi adalah permukaan bahan dan jaraknya. Benda yang memiliki
permukaan berwarna hitam akan memancarkan atau menyerap
radiasi lebih cepat dibandingkan dengan benda yang berwarna terang Q Radiasi
atau berpermukaan halus. Misal bola berwarna hitam dengan bola
berwarna perak dipanaskan pada suhu yang sama, maka bola berwarna
hitam akan lebih cepat dingin setelah dipanaskan.
Radiasi yang dipancarkan oleh sebuah benda pada temperatur
di bawah sekitar 600oC tidak tampak. Kebanyakan daripadanya
dipusatkan pada panjang gelombang yang jauh lebih panjang daripada
panjang gelombang cahaya tampak. Bila kita pelajari cahaya, akan
kita lihat bahwa cahaya tampak adalah radiasi elektromagnetik dengan
panjang gelombang antara sekitar 400 dan 700 nm. Bila sebuah benda
dipanaskan, laju pancaran energi naik dan energi yang diradiasikan
meluas ke panjang gelombang yang semakin pendek. Antara 600oC
dan 700oC, cukup banyak energi yang diradiasikan berada dalam
spektrum tampak yang menyebabkan benda berpijar merah pudar.
Pada tempeatur yang lebih tinggi, benda menjadi merah cerah atau
bahkan putih panas.

98 Fisika Kesehatan
Panjang gelombang pada saat daya maksimum berubah secara
terbalik dengan temperatur, hal ini dikenal dengan hukum pergeseran
Wien:
2,898m m .K
λ m aks = (5.22)
T
Hukum ini digunakan untuk menentukan temperatur bintang
dari analisis radiasinya. Hukum ini juga dapat digunakan untuk
memetakan variasi temperatur meliputi daerah-daerah yang berbeda
dari permukaan sebuah benda. Peta semacam ini disebut termograf.

Termografi
Termograf merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
jumlah radiasi infra merah yang hasilnya berupa perbedaan warna
pada termogram. Berdasarkan bahwa setiap benda memancarkan
radiasi, maka pada tahun 1950 telah ada usaha untuk membuat
termogram dari infra red radiasi permukaan tubuh manusia. Dan
tekhnik ini banyak dipergunakan dalam bidang klinik untuk
keperluan diagnosis. Termogram dapat digunakan untuk mendeteksi
kanker karena bahan yang mengandung kanker mempunyai
temperatur yang sedikit lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya.
Jaringan yang dipenuhi kanker lebih panas karena lebih banyak dialiri
darah atau lebih banyak terjadi metabolisme dibanding dengan tempat
yang lain. Selain itu juga dapat digunakan untuk mendiagnosis
penyakit pembuluh darah (vascular disease) dan lain-lain. Skema dasar
termografi dapat dilihat pada gambar 5.6.

Gambar 5.6 Skema sistem termografi

Thermodinamika 99
Radiasi yang datang dari penderita akan diterima oleh cermin
A, kemudian direfleksikan ke cermin B. Dari cermin B ini gelombang
radiasi akan diterima oleh detektor dan diteruskan ke amplifier sebagai
penguat gelombang radiasi. Sebagai display digunakan CRT (Cathode
Ray Tube / tabung sinar katoda / osiloskop).
Unit termografi yang khas dipergunakan di klinik dapat
ditunjukkan pada gambar 5.7 di bawah ini.

Gambar 5.7 Unit termografi yang digunakan dalam praktik klinik

Radiasi dari suatu daerah yang kecil (=5 mm) melewati susunan
cermin kemudian melewati chopper ke detektor yang biasa dilengkapi
dengan pendingin untuk memperoleh sensitivitas. Fungsi chopper
adalah mengubah radiasi yang kontinyu menjadi sinyal AC sehingga
mudah diperkuat oleh amplifier. Penggunaan filter transparan infra
red untuk menghilangkan visible light (sinar tampak) dan detektor
merubah infra red radiasi dari panas tubuh menjadi sinyal listrik dan
disesuaikan dengan proporsi temperatur tubuh yang memancarkan
radiasi. Agar dapat memberikan gambaran dari seluruh permukaan
tubuh, maka cermin tersebut dapat diatur secara mekanis. Posisi dan
pembesaran radiasi dari tiap-tiap bagian tubuh pasien akan tampak
pada display/CRT/osiloskop.
Terangnya bayangan ditentukan oleh temperature; dan posisi
dari screen (layar) disesuaikan dengan areal tubuh yang akan
diskanning. Pada CRT (display) daerah panas akan ditunjukkan sebagai
bayangan hitam atau putih. Untuk memperoleh gambaran termografi
yang jelas, tidak cukup menggunakan termogragi yang monokromatis,

100 Fisika Kesehatan


sebaiknya menggunakan color
termography/termografi yang
berwarna. Syarat yang perlu
diperhatikan pada waktu akan
melakukan termografi adalah:
a. Pakaian penderita harus
dilepaskan sebelum me-
lakukan termografi.
b. Penderita sebelumnya
harus ditempatkan dalam
ruangan yang suhunya
21 o C selama 20 menit,
dengan tujuan agar
penderita beradaptasi
terlebih dahulu sehingga
pada waktu melakukan
termografi akan tampak
Gambar 5.8 Termograf seorang anak
kontras yang jelas.
dan anjingnya; daerah yang terang
menunjukkan temperatur yang tinggi

4. Evaporasi
Evaporasi adalah peralihan panas dari bentuk cairan menjadi
uap. Manusia kehilangan sekitar 9.103 kalori/gram melalui penguapan
paru-paru. Dengan aktifitas berat atau lingkungan panas, seseorang
akan minum 4 liter/jam, ini merupakan suatu proses pertukaran
energi termal. Kehilangan panas secara evaporasi dapat terjadi apa
bila:
a. Perbedaan tekanan uap air antara keringat pada kulit dengan
udara ambien (lingkungan).
b. Temperatur lingkungan rendah dari normal sehingga evaporasi
dari keringat dapat terjadi dan dapat menghilangkan panas dari
tubuh, hal ini dapat terjadi apabila temperatur basah kering di
bawah temperatur kulit.
c. Adanya gerakan angin.
d. Adanya kelembaman.

Thermodinamika 101
Dengan demikian kehilangan panas secara evaporasi melewati
kulit dapat dituliskan dengan persamaan:

Q m aksim um = 13,7 − V 0,5 (Pkulit − Pudara ) (5.23)

Qmaksimum = panas yang hilang secara evaporasi melalui kulit (J)


V = kecepatan angina (m/s)
Pkulit = tekanan uap air pada kulit (millibar)
Pudara = tekanan uap air pada udara (millibar)

F. Kalor dan Usaha


1. Definisi Kalor dan Tenaga
Kalor adalah tenaga yang mengalir dari suatu benda ke benda
lain karena perbedeaan suhu. Sedangkan Kerja adalah tenaga yang
dipindhkan dari suatu benda ke benda lain namun perbedaan suhu
tidak terlibat secara langsung. Pada dasarnya perubahan suatu benda
dari satu keadaan ke keadaan lain adalah perubahan dari satu
kesetimbangan ke kesetimbangan yang lain. Proses yang demikian
disebut proses termodinamika. Proses termodinamika terjadi karena
suatu sistem berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga dalam
proses ini baru dapat didefinisikan sebagai kalor dan kerja. Dalam
termodinamika, kalor yang dipindahkan diberi lambang Q dan kerja
yang dilakukan diberi simbol W.
W
W

Batas sistem

Sistem dalam Sistem berinteraksi Sistem dalam


kesetimbangan dengan kesetimbangan
awal lingkungan akhir

a b c
Q

Gambar 5.9 Proses menuju ke kesetimbangan yang lain

102 Fisika Kesehatan


Pada (a) sistem berada pada kesetimbangan awal yaitu setimbang
dengan lingkungan luarnya. Pada (b) sistem berinteraksi dengan
lingkungan melalui proses termodinamika khusus. Pada keadaan ini
tenaga dalam bentuk kalor atau kerja dapat dilakukan masuk atau
keluar sistem. Panah menyatakan bahwa aliran panas Q atu kerja W
harus menembus permukaan yang melingkupi sistem tersebut. Pada
(c) sistem telah mencapai keadaan akhir yang setimbang dengan
lingkungannya.

2. Hukum I Termodinamika
Hukum pertama termodinamika adalah pernyataan kekekalan
energi. Hukum ini menggambarkan hasil banyak eksperimen yang
menghubungkan usaha yang dilakukan pada sistem, panas yang
ditambahkan pada atau dikurangkan dari sistem, dan energi internal
sistem. Dari definisi mula-mula kalori, kita tahu bahwa dibutuhkan
satu kalori panas untuk menaikkan temperatur 1 g air dengan 1oC.
Akan tetapi kita juga dapat menaikkan temperatur air atau sistem
lain apapun dengan melakukan usaha padanya tanpa menambahkan
sedikitpun panas.
U i − U f = ∆U
Jika suatu sistem mula-mula memiliki tenaga dalam Ui dan
kemudian diberikan kalor atau melakukan kerja sehingga tenaga
dalamnya berubah menjadi Uf maka perubahan dalam sistem tersebut
dapat dinyatakan dengan persamaan:

(5.24)
Dan tenaga dalam sistem (internal energy atau energi dakhil) sama
dengan kalor yang diberikan pada sistem dikurangi dengan kerja yang
dilakukan oleh sistem tersebut.
∆U = Q − W (5.25)
Tenaga dalam U tidak tergantung pada jalan yang ditempuh dari
keadaan awal menuju ke keadaan akhir. Jika perubahan tenaga dalam
kecil sekali karena kalor yang diserap kecil sekali dQ sehingga kerja
yang dilakukan juga amat kecil dW, maka:

Thermodinamika 103
(5.26)
Persamaan (5.26) di atas merupakan pernyataan hukum pertama
termodinamika.

3. Metabolisme sebagai konversi Energi


Manusia dan hewan melakukan kerja. Kerja dilakukan ketika
seseorang berjalan atau berlari, mengangkat benda yang berat dan
berbagai aktivitas fisik lainnya. Kerja membutuhkan energi. Energi
juga diperlukan untuk pertumbuhan, membuat sel-sel baru dan untuk
menggantikan sel-sel lama yang telah mati. Banyak proses perubahan
energi yang terjadi dalam satu organisme, dan proses ini disebut
metabolisme.
Metabolisme berarti change ialah kata yang dipakai untuk
mengidentifikasi perubahan yang terjadi dalam kehidupan organisme
yang bernyawa. Dalam arti luas metabolisme adalah jumlah total
reaski kimia atau fisika yang diperlukan untuk kehidupan.
Metabolisme juga dipakai dalam batasan untuk menunjukkan
serangkaian reaksi dari tipe-tipe makanan (food stuff) atau derivatnya.
Turunannya metabolisme karbohidrat misalnya metabolisme dU = d
karbohidrat atau beberapa kompound partikel seperti metabolisme
glukosa. Kadang-kadang menyatakan suatu obyek seperti water
metabolism di mana substansi masuk ke dalam badan, bergerak ke
berbagai bagian tubuh dan meninggalkan ginjal, kulit atau melalui
rute yang lain.
Kita dapat menerapkan hukum termodinamika pertama
(persamaan 2.25) dalam proses metabolisme pada semua organisme
misalnya manusia.
Kerja W dilakukan oleh tubuh dalam berbagai kegiatan, dan jika
hasilnya tidak berupa penurunan energi dalam dan temperatur tubuh,
energi dengan suatu cara harus ditambahkan untuk mengimbangi.
Bagaimanapun juga, energi dalam tubuh tidak dipertahankan oleh
aliran kalor Q ke dalam tubuh. Biasanya temperatur tubuh lebih tinggi
dari lingkungannya, sehigga tubuh akan melepas kalor karena kalor
mengalir ke luar tubuh. Bahkan pada hari yang sangat panas ketika
kalor diserap, tubuh tidak menggunakan kalor ini untuk menunjang

104 Fisika Kesehatan


proses vitalnya. Dalam hal ini yang menjadi sumber energi adalah
energi dalam (energi potensial kimia) yang tersimpan di makanan. Pada
sistem tertutup, energi dalam berubah hanya sebagai hasil aliran kalor
atau kerja yang dilakukan. Pada sistem terbuka seperti hewan, energi
dalam itu sendiri dapat mengalir ke dalam atau ke luar sistem.
Ketika kita menyantap makanan, kita membawa energi dalam
langsung ke dalam tubuh kita, yang kemudian menaikkan energi
dalam total U pada tubuh. Energi ini akhirnya dipakai untuk kerja
dan aliran kalor dari tubuh menurut hukum pertama termodinamika.
Kecepatan metabolisme adalah kecepatan di mana energi dalam
diubah di dalam tubuh. Kecepatan ini biasanya dinyatakan dalam
Kcal/jam atau dalam watt. Kecepatan metabolisme untuk berbagai
kegiatan manusia diberikan pada Table 5.2 untuk orang dewasa
dengan massa rata-rata 65 Kg.

Tabel 5.2 Kecepatan Metabolisme


(manusia 65 kg)

Kecepatan Metabolisme
Kegiatan (pendekatan)
Kkl/jam watt
TIdur 60 70
Duduk Tegak 100 115
Kegiatan ringan (makan, 200 230
berpakaian, pekerjaan rumah
tangga)
Kegiatan sedang (tennis, 400 460
berjalan)
Berlari (15 km/jam) 1000 1150
Bersepeda balap 1100 1270

Contoh soal perubahan energi dalam tubuh


Berapa besar energi yang diubah dalam 24 jam oleh orang 65
Kg yang menghabiskan waktu 8,0 jam untuk tidur, 1,0 jam melakukan
pekerjaan fisik yang sedang, 4,0 jam untuk kegiatan ringan, dan 11,0
jam untuk bekerja di meja atau bersantai?

Thermodinamika 105
Jawab:
Karena 4,19 x 103J = 1 Kcal, nilai ini ekuivalen dengan 2800
Kcal; sehingga pemasukan makanan sebesar 2800 Kalori akan
mengimbangi keluaran energi ini. Orang yang ingin menurunkan
berat badannya harus makan kurang dari 2800 Kalori per hari, atau
menaikkan tingkat kegiatannya.

Ada dua kata yang terkandung dalam metabolisme, yaitu


anabolisme dan katabolisme. Anabolisme digunakan untuk
menunjukkan reaksi sintesis menjurus ke penyimpanan energi di
dalam tubuh. Katabolisme menggambarkan kerusakan jaringan dan
penggunaan dari sumber energi. Kedua kata ini luas dalam pemakaian
tetapi sering sulit diartikan dan sering pula tercampur dalam
pengertian. Suatu contoh sintesis dan penyimpanan lemak tubuh.
Ketika lemak dibentuk dari karbohidrat dan disimpan dalam jaringan
lemak tampak dalam proses ini pengertian anabolisme, katabolisme
dapat terjadi pada saat yang sama dalam proses penggunaan energi
dalam sintesis. Tetapi jelas dalam proses reaksi metabolisme akan
tampak panas. Tubuh walaupun bukan mesin panas, yang dapat
membakar seperti api yang membakar makanan, namun energi yang
dihasilkan merupakan suatu substansi yang dioksidasi di dalam badan
serupa dengan material yang dibakar di luar tubuh. Berdasarkan hal
ini para ahli telah mengkonstruksi bom kalorimeter (oleh Richard dan
Barry) untuk mencari beberapa kalori, apabila suatu bahan dibakar.
Hasil pembakaran dengan kalorimeter pada bahan-bahan hewan:
a. Untuk karbohidrat:
ƒ Sukrosa menghasilkan 3,94 Kcal/gram
ƒ Glukosa menghasilkan 3.74 Kcal/gram
ƒ Glikogen menghasilkan 4,19 Kcal/gram
ƒ Tepung menghasilkan 4,18 Kcal/gram
b. Untuk lemak:
ƒ Rata-rata menghasilkan 9,3 Kcal/gram
c. Untuk protein:
ƒ Rata-rata menghasilkan 5,6 Kcal/gram

106 Fisika Kesehatan


Untuk manusia diperoleh:
a. Protein dan karbohidrat masing-masing 4,1 Kcal/gram
b. Lemak: 9,3 Kcal/gram
Berdasarkan hukum pertama termodinamika, total energi dalam
suatu sistem berhubungan erat dengan pertukaran energi:

Food intake = head loss + work output + energi storage (5.26)

G. Kelembaban Udara
Udara adalah 78 % nitrogen dan 21% oksigen ditambah sejumlah
kecil gas-gas lain, seperti argon, karbondioksida dan uap air. Tekanan
yang diberikan oleh udara adalah jumlah tekanan parsial yang diberikan
oleh masing-masing gas yang membentuknya. Dalam udara dengan vol-
ume tertentu, tekanan parsial masing-masing gas tertentu : nitrogen,
oksigen, uap air, atau apa pun, sama seperti jika gas itu menempati vol-
ume itu sendiri. Artinya, kehadiran gas-gas lain tidak mengubah tekanan
parsial suatu gas. Hasil ini dikenal sebagai hukum Dalton. Tumbukan
salah satu jenis molekul gas dengan dinding-dinding tabung tidak
dipengaruhi oleh kehadiran jenis molekul lainnya.
Jika lebih banyak uap air ditambahkan pada udara dengan volume
tertentu pada suatu temperatur, maka tekanan parsial uap air bertambah.
Bila tekanan parsial ini sama dengan tekanan uap untuk temperatur itu,
maka udara dikatakan jenuh. Selanjutnya uap air mulai mengembun
menjadi cairan air jika temperatur berada di atas titik lelah atau menjadi
kristal es (salju atau bunga es) jika temperatur berada di bawah titik lelah.
Rasio tekanan parsial uap air terhadap tekanan uap untuk temperatur
tertentu dinamakan kelembaban relatif, yang biasanya dinyatakan dalam
persen:

tekanan parsial
Kelem baban relatif = × 100% (5.27)
tekananuap

Kelembaban relatif dapat ditambah, baik dengan menambah jumlah


uap air di udara pada temperatur tertentu atau pun dengan menurunkan
temperatur dan dengan demikian menurunkan tekanan uap. Temperatur

Thermodinamika 107
pada saat udara menjadi jenuh dengan uap air, artinya, temperatur ketika
kelembaban relatif sama dengan 100%, dinamakan titik embun. Bila
permukaan bumi menjadi dingin di bawah titik embun di malam hari
karena radiasi, maka embun terbentuk jika titik embun di atas 0oC dan
bungan es terbentuk jika titik embun di bawah 0oC.

H. Energi Panas dalam Praktik Klinik


1. Efek Panas
Apa bila energi panas mengenai salah satu bagian tubuh akan
mempengaruhi temperatur daerah tersebut. Efek panas dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu:
a. Fisik, panas menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami
pemuaian segala arah.
b. Kimia, kecepatan reaksi kimia akan meningkat dengan
peningkatan temperatur. Reaksi oksidasi akan meningkat seiring
dengan peningkatan temperatur, pernyataan ini sesuai dengan
hukum Vant Hoff. Permeabilitas membran sel akan meningkat
seiring dengan peningkatan suhu, pada jaringan akan terjadi
peningkatan metabolisme seiring dengan peningkatan pertukaran
antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh.
c. Biologis, merupakan sumasi dari efek panas terhadap fisik dan
kimia. Adanya peningkatan sel darah putih secara total dan
fenomena reaksi peradangan serta adanya dilatasi (pelebaran)
pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah
dan tekanan kapiler. Tekanan O2 dan CO2 di dalam darah akan
meningkat sedangkan pH darah akan mengalami penurunan.

2. Penggunaan Energi Panas dalam Pengobatan


Transfer energi termis ke tubuh dapat melalui konduksi,
konveksi, radiasi, dan evaporasi. Energi panas mula-mula akan
penetrasi ke dalam jaringan kulit dalam bentuk berkas cahaya secara
konduksi atau radiasi. Kemudian akan menghilang di daerah jaringan

108 Fisika Kesehatan


yang lebih dalam berupa panas. Panas tersebut kemudian diangkut
ke jaringan lain dengan cara konveksi oleh cairan tubuh ke seluruh
jaringan tubuh. Metode-metode yang dipakai dalam pengobatan
adalah:
a. Metode Konduksi
Metode ini berdasar pada sifat fisik kedua benda yang apabila
terdapat perbedaan temperatur antara kedua benda maka panas
akan ditransfer secara konduksi dari benda yang bersuhu tinggi
ke benda yang bersuhu rendah. Beberapa penggunaan metode
konduksi dalam pengobatan adalah:
1) Kantong air panas atau botol berisi air panas, cara ini sangat
efisien dalam pengobatan nyeri daerah abdomen.
2) Handuk panas, cara ini sangat berhasil untuk pengobatan otot
yang sakit. Misal spasme (kejang) otot dan fase akut poliomyeli-
tis (radang akut sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh
virus).
3) Turkis bath (mandi uap), memberi efek relaksasi otot.
4) Mud packs (lumpur panas), dapat mengkonduksi panas ke
dalam jaringan serta dapat pula mencegah kehilangan panas
tubuh.
5) Wax bath (parafin bath), sangat efisien untuk transfer panas pada
tungkai bawah.
6) Elektric pads, dengan cara melingkari kawat elemen panas yang
dibungkus asbes atau plastik dan dilengkapi thermostat.
b. Metode Radiasi
Metode ini digunakan untuk pemanasan permukaan tubuh serupa
dengan pemanasan dengan sinar matahari atau nyala api. Sumber
radiasi berasal dari elektrik fire dan infra merah.
c. Metode Elektromagnetis
Metode yang digunakan untuk transfer panas ke dalam jaringan
tubuh:
1) Short wave diathermy (diatermi gelombang pendek)
2) Micro wave diathermy (diatermi gelombang mikro)
Penggunaan kedua metode ini akan dibahas pada bab Biolistrik.

Thermodinamika 109
d. Gelombang Ultrasonik
Transduser piezo elektrik diletakkan langsung pada jaringan yang
akan diobati. Intensitas yang digunakan berkisar 5 watt/cm2.
Penggunaan metode ini lebih efektif pada tulang belakang oleh
karena tulang lebih banyak menyerap panas.

- oOo -

110 Fisika Kesehatan


BAB VI
STERILISASI

A. Teknik Sterilisasi

S
terilisasi atau suci hama yaitu suatu proses pembunuhan segala
bentuk kehidupan mikro organisme yang ada dalam sampel atau
contoh, alat-alat atau lingkungan tertentu. Dalam bidang
bakteriologi, kata sterilisasi sering dipakai untuk menggambarkan langkah
yang diambil agar mencapai tujuan meniadakan atau membunuh semua
bentuk kehidupan mikro organisme.
Teknik sterilisasi pada dasarnya dapat ditempuh melalui dua cara:
1. Secara fisis
2. Secara kimia/chemical

1. Sterilisasi Secara Fisis


a. Metode Radiasi
Dalam mikro biologi, radiasi gelombang elektromagnetik
yang banyak digunakan adalah radiasi sinar ultraviolet, sinar gamma
atau sinar X dan sinar matahari. Sinar matahari banyak
mengandung sinar ultraviolet, sehingga secara langsung dapat
dipakai untuk proses sterilisasi. Sinar ultraviolet dapat diperoleh
dengan menggunakan katoda panas (emisi termis) yaitu ke dalam
katoda bertekanan rendah diisi dengan uap air raksa. Panjang
gelombang yang dihasilkan dari proses ini biasanya dalam orde
2.500 s/d 2.600 Angstrom. Lampu merkuri yang banyak dipasang
di jalan-jalan juga banyak mengandung sinar ultraviolet, namun
sinar ultraviolet yang dihasilkan banyak diserap oleh tabung gelas

111
yang dilaluinya. Dalam proses sterilisasi hendaknya
memperhatikan dosis ultraviolet.
Sinar ultraviolet yang diserap oleh organisme yang hidup,
khususnya oleh nukleotida maka elektron-elektron dari molekul
sel hidup akan mendapatkan tambahan energi. Tambahan energi
ini terkadang cukup kuat untuk mengganggu bahkan merusak
ikatan intramolekuler, misalnya ikatan atom hydrogen dalam
DNA. Perubahan intramolekuler ini menyebabkan kematian pada
sel-sel tersebut. Beberapa plasma sangat peka terhadap sinar
ultraviolet sehingga mudah menjadi rusak.
Sinar gamma mempunyai tenaga yang lebih besar dari pada
sinar ultraviolet dan merupakan radiasi pengion. Interaksi antara
sinar gamma dengan bakteri biologis sangat tinggi sehingga mampu
memukul electron pada kulit atom sehingga menghasilkan
pasangan ion (pair production). Cairan sel baik intraselluler maupun
ekstraselluler akan terionisasi sehingga menyebabkan kerusakan
dan kematian pada mikro organisme tersebut.
Sterilisasi dengan penyinaran sinar gamma berdaya tinggi
dipergunakan untuk obyek-obyek yang tertutup plastik (stick untuk
swab, jarum suntik). Untuk makanan maupun obat-obatan tidak
boleh menggunakan sinar gamma untuk sterilisasi, karena akan
menyebabkan terjadinya perubahan struktur kimia pada makanan
maupun obat-obatan tersebut.
b. Metode Pemanasan dengan Uap Air dan Pengaruh Tekanan (auto
clave)
Benda yang akan disuci hamakan diletakkan di atas
lempengan saringan dan tidak langsung mengenai air di bawahnya.
Pemanasan dilakukan hingga air mendidih (diperkirakan pada suhu
100 o C), pada tekanan 15 lb temperatur mencapai 121 o C.
Organisme yang tidak berspora dapat dimatikan dalam tempo 10
menit saja. Banyak jenis spora dapat mati hanya dengan
pemanasan 100oC selama 30 menit, tetapi ada beberapa jenis spora
dapat bertahan pada temperatur ini selama beberapa jam. Spora-
spora yang dapat bertahan 10 jam pada tempeatur 100oC dapat
dimatikan hanya dalam waktu 30 menit apabila air yang mendidih
ini ditambah dengan natrium carbonat (Na2 CO3).

112 Fisika Kesehatan


c. Metode Pemanasan Secara Kering
Pemanasan kering ini kurang efektif apabila temperatur
kurang tinggi. Untuk mencapai efektivitas diperlukan pemanasan
mencapai temperatur antara 160oC s/d 180oC. Pada temperatur
ini akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel hidup dan jaringan.
Hal ini desebabkan terjadinya auto oksidasi sehingga bekteri patho-
gen dapat terbakar. Pada sistem pemanasan kering terdapat udara,
di mana udara merupakan penghantar panas yang buruk sehingga
sterilisasi melalui pemanasan kering dapat memerlukan waktu
cukup lama, rata-rata waktu yang diperlukan 45 menit. Pada
temperatur 160oC memerlukan waktu 1 jam, sedangkan pada
180oC memerlukan waktu 30 menit. Pada metode pemanasan
kering ini secara rutin dipergunakan untuk mensterilisasi alat-alat
pipet, tabung reaksi, stick swab, jarum operasi, jarum suntik, syringe.
Oleh karena temperatur tinggi sangat mempengaruhi ketajaman
jarum atau gunting, maka hindarilah sterilisasi dengan metode
panas kering terhadap jarum dan gunting.
d. Metode Pemanasan Secara Intermittent/terputus-putus
John Tyndall (1877) dari hasil penelitiannya menyatakan
bahwa pada temperatur didih 100oC selama 1 jam tidak dapat
membunuh semua mikro organisme, tetapi bila air dididihkan
berulang-ulang sampai lima kali dan setiap air mendidih istirahat
selama 1 menit akan sangat berhasil membunuh kuman. Hal ini
disebabkan bahwa dengan pemanasan intermitten, lingkaran
hidup pembentukan spora dapat diputuskan.
e. Metode Incineration (pembakaran langsung)
Alat-alat platina, khrome yang akan disteril dapat dilakukan
melalui pembakaran secara langsung pada nyala lampu bunzen
hingga mencapai merah padam. Hanya saja dalam proses
pembakaran langsung ini alat-alat tersebut lama kelamaan menjadi
rusak. Keuntungannya : mikroorganisme akan hancur semuanya.
f. Metode Penyaringan (filtration)
Metode penyaringan berbeda dengan metode pemanasan.
Sterilisasi dengan metode pemanasan dapat membunuh
mikroorganisme, tetapi mikroorganisme yang mati tetap berada

Sterilisasi 113
pada material tersebut, sedangkan sterilisasi dengan metode
penyaringan mikroorganisme tetap hidup hanya dipisahkan dari
material. Bahan filter/penyaringan adalah sejenis porselin yang
berpori yang dibuat khusus dari masing-masing pabrik. Metode
filtrasi ini hanya dipakai untuk sterilisasi larutan gula, cairan lain
seperti serum atau sterilisasi hasil produksi mikroorganisme seperti
enzyme dan exotoxin dan untuk memisahkan fitrable virus dari
bekteri dan organisme lain.

2. Sterilisasi Secara Kimia


Sterilisasi secara kimia tidak dibahas secara terperinci di sini,
namun yang lazim digunakan adalah alkohol 96%, Aceton tab
formalin, sulfur dioxida, dan chlorine. Materi yang akan
disucihamakan dibersihkan terlebih dahulu kemudian direndam
dalam alkohol atau acetone atau tab formalin selama kurang lebih
24 jam.

B. Pelaksanaan Sterilisasi
Agar sterilisasi dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
diinginkan yaitu mikroorganisme dapat dibunuh dan peralatan tetap baik,
perlu memperhatikan beberapa hal yaitu: Jenis atau macam peralatan
yang akan disterilisasikan dan metode sterilisasai yang akan dipakai.

1. Sterilisasi terhadap Bahan Baku Logam dan Gelas


Alat yang terbuat dari logam, sebelum disteril dicuci terlebih
dahulu. Dianjurkan segera mencuci alat-alat begitu selesai memakainya
agar kotoran yang melengket mudah dibersihkan. Alat-alat logam
(jarum suntik, pinset, gunting, jarum operasi, scapel blede) maupun
tabung reaksi, pipet, petridisk, mula-mula dibersihkan terlebih dahulu
kemudian dibungkus dengan kain gaas. Setelah itu menggunakan
metode pemanasan secara kering, suhu mencapai 160oC, jarak waktu
mencapai 1-2 jam, kemudian didiamkan agar suhu turun perlahan-
lahan.

114 Fisika Kesehatan


2. Sterilisasi Terhadap Bahan Baku Kain dan Media Kultur
Media kultur yang akan disterilisasi terlebih dahulu dibungkus
dengan kertas agar setelah disteril dan dikeluarkan dari alat sterilisator
tidak terkontaminasi dengan kuman lagi. Demikian pula kain doek,
dibungkus dengan plastik terlebih dahulu sebelum melakukan
sterilisasi. Metode sterilisasi yang digunakan adalah metode pemanasan
uap air dan pengaruh tekanan (autoclave).

3. Sterilisasi Bahan Baku dari Karet dan Plastik


Bahan karet misalnya sarung tangan apabila akan disterilkan
sebaiknya tidak memakai metode pemanasan, karena hal ini dapat
mengganggu elastisitas karet dan karet akan meleleh. Untuk
mensterilkan bahan baku karet, mula-mula dibersihkan dari kotoran
dengan memakai air bersih dan detergent kemudian dikeringkan.
Setelah itu taburi talk dan disimpan dengan menggunakan tablet
formalin.

- oOo -

Sterilisasi 115
116 Fisika Kesehatan
BAB VII
BIOLISTRIK

A. Pendahuluan

K
elistrikan merupakan sesuatu yang biasa digunakan dalam
kehidupan sehari-hari dan biasanya kita tidak terlalu banyak
memikirkan hal tersebut. Walaupun pemakaian praktis dari
kelistrikan telah dikembangkan khususnya pada abad keduapuluh,
penelitian dibidang kelistrikan mempunyai sejarah yang panjang.
Pengamatan terhadap gaya tarik listrik dapat ditelusuri sampai pada zaman
Yunanai kuno. Orang-orang Yunani kuno telah mengamati bahwa setelah
batu amber digosok, batu tersebut akan menarik benda kecil seperti jerami
atau bulu. Kata listrik berasal dari bahasa Yunani untuk amber yaitu elec-
tron.
Selama periode hujan badai pada tahun 1786, Luigi Galvani
menyentuh otot tungkai seekor katak dengan menggunakan suatu metal,
dan teramati bahwa otot katak tersebut berkontraksi. Dari pengamatan
tersebut, ia menyimpulkan bahwa aliran listrik akibat badai tersebut
merambat melalui saraf si katak sehingga otot-ototnya berkontraksi. Sel
saraf menghantarkan impuls dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh
yang lain. Namun dengan mekanisme yang jauh berbeda dengan hantaran
aliran listrik pada suatu konduktor metal. Dalam rentang waktu yang
cukup lama, kita mengetahui impuls dalam sistem saraf terdiri dari ion-
ion yang mengalir sepanjang sel-sel saraf, analog dengan aliran elektron
dalam suatu konduktor. Namun demikian, sifat-sifat listrik dari sel-sel
saraf lebih lambat dan kekuatannya lebih rendah (konduksinya ada atau
tidak sama sekali) dibandingkan konduksi pada metal.

117
Kelistrikan memegang peranan penting dalam bidang kedokteran.
Ada dua aspek kelistrikan dan magnetis dalam bidang kedokteran, yaitu
listrik dan magnet yang timbul dalam tubuh manusia, serta penggunaan
listrik dan magnet pada permukaan tubuh manusia.

B. Hukum dalam Biolistrik


Hukum-hukum yang mendasari biolistrik antara lain adalah Hukum
Ohm dan Hukum Joule.
Hukum Ohm menyatakan bahwa:
“Perbedaan potensial antara ujung konduktor berbanding langsung dengan
arus yang melewati, dan berbanding terbalik dengan tahanan dari konduktor”.
Secara matematis dapat dirumuskan dengan persamaan:

V
R = (7.1)
I

R = hambatan (Ù )
I = kuat arus (Ampere)
V = tegangan (Volt)
Hukum Joule menyatakan bahwa:
“Arus listrik yang melewati konduktor dengan beda potensial (V), dalam
waktu tertentu akan menimbulkan panas”.
Secara matematis dapat dinyatakan dengan persamaan:

Q = V It (7.2)

Q = energi panas yang ditimbulkan (Joule)


V = tegangan (volt)
I = Arus (A)
t = waktu lamanya arus mengalir (second)

118 Fisika Kesehatan


C. Kelistrikan dan Kemagnetan yang Timbul di Dalam
Tubuh

1. Sistem Saraf dan Neuron


Sistem Saraf
Sistem saraf dibagi menjadi dua, yaitu: sistem saraf pusat dan
sistem saraf otonom.
Sistem Saraf Pusat:
Terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer. Saraf perifer
ini adalah serat saraf yang mengirim informasi sensoris ke otak atau
ke medulla spenalis, disebut saraf afferent. Sedangkan serat saraf yang
menghantarkan informasi dari otak atau medulla spenalis ke otot
dan kelenjar disebut saraf efferent.
Sistem Saraf Otonom:
Serat saraf ini mengatur organ dalam tubuh, misalnya jantung,
usus dan kelenjar-kelenjar. Pengontrolan ini dilakukan secara tidak
sadar.

Neuron
Struktur
dasar dari sistem
saraf disebut neu-
ron/sel saraf .
Suatu sel saraf
( n e u r o n )
merupakan
bagian terkecil
dalam suatu ske-
ma saraf dan
berfungsi meneri-
ma, menginter-
pretasikan
(memaknai) dan
menghantarkan
Gambar 7.1 Diagram dari suatu struktur sel saraf

Biolistrik 119
aliran listrik/informasi. Sel saraf terdiri dari tubuh serta serabut yang
menyerupai ranting. Serabutnya juga terdiri dari 2 macam, yaitu dendrit
dan akson.
Dendrit, bersama dengan tubuh sel berfungsi menerima informasi
berupa rangsangan dan sensor penerima maupun dari sel saraf yang
lainnya. Sedangakan akson berfungsi menghantarkan informasi ke
bagian sel saraf lain. Jika rangsangan yang diterima oleh dendrite
atau tubuh sel pada setiap waktu, intensitasnya berada pada ambang
batas atau lebih, maka impuls saraf bereaksi serta menjalar sepanjang
akson. Impuls ini akan mengalir sepanjang akson dari tubuh sel
menuju cabang terminal.
Akson, merupakan suatu salinan panjang yang tipis dan pada
ujungnya terbungkus oleh suatu membran yang berisi cairan dengan
nama aksoplasma (gambar 7.2). Sesampainya impuls saraf pada termi-
nal, suatu substansi saraf penghantar dilepaskan dan akan
menyampaikan impuls ke penerima di sel berikutnya.

×
Gambar 7.2 Penampang
bujur suatu akson

Penampang lintang yang kecil dari suatu akson dengan tahanan


yang tinggi [R = ñL/A, R : hambatan ( Ù ), ñ : Konstanta
kesebandingan/resistivitas (Ù .m), L : panjang akson (cm) dan A : luas
penampang (cm2)], aksoplasmanya membentuk suatu hambatan yang
tinggi. Secarik akson dengan panjang 1 cm memiliki tahanan listrik
sekitar 2,5 108 Ù . Untuk memahami bagaimana impuls saraf dapat
dihantar melalui medium tersebut, perlu dipahami suatu sel saraf
sebelum memperoleh rangsangan, atau dengan kata lain berada
dalam keadaan istirahat.

Sel Saraf dalam Keadaan Istirahat


Dalam suatu sel saraf maupun sel-sel hidup lainnya, membran
sel mempertahankan kondisi intraseluler yang berbeda dengan

120 Fisika Kesehatan


lingkungan ekstra selulernya. Setiap sel saraf menghasilkan sedikit
ion negatif tepat di dalam sel dan juga ion positif tepat di luar membran
sel (Gambar 7.3)

Gambar 7.3 Distribusi tegangn listrik sepanjang membran sel saraf


dalam kondisi istirahat

Telah diketahui bahwa sel mempunyai lapisan yang disebut


membran sel, di dalam sel ini terdapat ion Na+, K+, Cl-, dan protein
(A ). Perbedaan sifat elektron pada membran sel saraf adalah kunci
dalam memahami hantaran impuls saraf. Konsentrasi ion Kalium
(K+) di dalam cairan pada bagian dalam membran sel 30 kali lebih
banyak daripada yang di luar, sedangkan konsentrasi ion Natrium
(Na +) sepuluh kali lebih banyak dibagian luar membran sel
dibandingkan dengan bagian dalam. Perlu dicermati bahwa semua
anion (terutama klorida, Cl-) juga tidak terdistribusi sempurna. Seperti
pada sel hidup yang lain, sel saraf menggunakan difusi pasif dan
transportasi aktif untuk mempertahankan perbedaan ini melalui
membran selnya. Ketidak sesuaian distribusi Na+ dan K+ sebenarnya
dibentuk oleh kebutuhan energi pemompaan Na + -K + , yang
memindahkan ion Na+ keluar dari sel dan K+ ke dalam sel. Juga
adanya suatu protein dalam membran sel saraf sebagai suatu saluran
potensial yang memudahkan Na+ dan K+ mengalir selama hantaran
impuls saraf.
Suatu sel saraf berada dalam keadaan istirahat, saluran Na+ yang
bergantung pada tegangan tertutup sehingga menjadi ketidaksamaan
distribusi Na+. Membran sel saraf yang berada dalam keadaan istirahat
(tidak adanya proses konduksi impuls listrik), konsentrasi ion Na+ lebih
banyak di luar sel dari pada di dalam sel, di dalam sel akan lebih

Biolistrik 121
negatif dibandingkan dengan di luar sel. Dalam keadaan istirahat,
membran sel tidak permiabel terhadap anion yang besar (atau
terhadap jenis muatan negatif besar lainnya, seperti protein) dengan
demikian kelebihan muatan negatif terbentuk tepat di bagian dalam
permukaan membran sel. Beda potensial (table 7.1) pada membran
sel sekitar 70 mV; dan potensial listrik di luar sel adalah nol. Dengan
demikian beda potensial di dalam membran sel -70 mV. Membran
sel ini disebut dalam keadaan polarisasi. Ini adalah potensial sel saraf
dalam keadaan istirahat.

Tabel 7.1 Konsentrasi Ion di Dalam dan di Luar


Sel Saraf Istirahat yang Umum

Susunan muatan pada setiap permukaan membran sel saraf = (1Io,


menyerupai kapasitor bermuatan. Medan listrik di antara kapasitor = 1,6
Na+
pelat sejajar adalah seragam, sehingga kita dapat menghitung medan K+
listrik pada membran sel yang memiliki ketebalan 7 nm: Cl
− dv Lainny
E = (7.3)
dL

− (−70× 10−3 V )
=
7,0 × 10−9 m
= 1,0 × 107 V /m (kearah kanan)
Dengan demikian gaya yang dihasilkan oleh medan ini terhadap ion
positif menjadi:

F = qE (7.4)

122 Fisika Kesehatan


Gaya ini beraksi melawan perbedaan konsentrasi K+, walaupun
menambah efek dari perbedaan konsentrasi Na+.

Rangsangan Sel Saraf


Potensial sel saraf dalam keadaan istirahat dapat diganggu oleh
rangsangan listrik, kimia maupun fisis (mekanik), selanjutnya butir-
butir membran akan berubah dan beberapa ion Na+ akan masuk
dari luar sel ke dalam sel. Di dalam sel akan menjadi kurang negatif
(lebih positif) dari pada di luar sel dan potensial membran akan
meningkat. Keadaan membran ini disebut dalam keadaan depolarisasi.
Gangguan ini mungkin hanya sedikit mempengaruhi potensial
membran pada titik rangsangan. Pada kasus ini, potensial membran
dengan cepat kembali pada nilai istirahatnya yaitu -70 mV. Efek dari
nilai ambang rangsangan ini, dinyatakan s1 seperti diperlihatkan oleh
gambar 7.4.

Gambar 7.4
Aksi potensial, s1 adalah
rangsangan di bawah
nilai ambang s2
rangsangan ambang.

Jika rangsangan ini cukup kuat hingga menyebabkan depolarisasi


dari potensial istirahat, -90 mV menjadi sekitar -50 mV. Saluran
membran karena adanya perubahan potensial akan terbuka. Karena
ada gradien konsentrasi dan gradien listrik, ion Na+ mengalir memasuki
sel dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak serta menimbulkan
arus listrik ( I = ∆q /∆t). Fluks Na+ pada bagian dalam membran
menghasilkan perubahan polaritas membran dan menyebabkan
perubahan potensial listrik sebesar +40 mV. Efek dari rangsangan
ambang yang dinyatakan s2, diperlihatkan pada gambar 7.4.

Biolistrik 123
Jika efek dari konsentrasi Na+ (luar > dalam) menjadi seimbang
oleh karena gradien listrik (potensial membrannya menjadi positif di
bagian dalam), depolarisasi berahir pada tempat rangsangan semula.
Saluran Na+ kemudian menutup kembali. Saluran K+ merespon
perubahan polaritas membran secepatnya setelah pembukaan Na+
dengan mengirimkan K+ keluar dan Na+ ke dalam. Gerakan ion K+
dan lambatnya pemompaan Na+-K+ segera memperbaiki gradien
konsentrasi dan gradien listrik seperti pada keadaan istirahat (lihat
repolarisasi gambar 7.4)
Setelah depolarisasi, saluran Na+ tetap tertutup untuk waktu yang
cukup singkat (beberapa milisekon) sampai membran sel saraf tidak
dapat dirangsang lagi. Periode ini dinamakan dengan periode
pemulihan. Perubahan transien pada potensial listrik di antara
membran dinyatakan sebagai potensial aksi. Potensial aksi merupakan
fenomena keseluruhan yang berarti bahwa begitu nilai ambang
tercapai, peningkatan waktu dan amplitudo dari potensial aksi akan
selalu sama, tidak perduli macam apapun intensitas dari rangsangan.
Segera setelah potensial aksi mencapai puncak mekanisme
pengangkutan di dalam sel membran dengan cepat mengembalikan
ion Na+ ke luar sel sehingga mencapai potensial membran istirahat.
Untuk mengukur potensial aksi secara baik dipergunakan
elektroda. Kegunaan dari elektroda adalah untuk memindahkan
transmisi ion ke penyalur elektron. Bahan yang dipakai sebagai
elektroda adalah perak dan tembaga. Apabila sebuah elektroda
tembaga dan sebuah elektroda perak dicelupkan ke dalam larutan
elektrolit seimbang cairan badan/tubuh maka akan terjadi perbedaan
potensial antara kedua elektroda itu. Perbedaan potensial ini kira-
kira sama dengan perbedaaan antara potensial kontak kedua logam
tersebut, dinamakan potensial offset elektroda. Apabila sebuah elektroda
tembaga dan elektroda perak ditempatkan dalam bak berisi elektrolit
akan terdapat perbedaan potensial sebesar 0,80 - 0,34 = 0,46 V.
Perbedaan potensial sebesar 0,46 dapat dijumpai bila kedua tangan
penderita disambung melalui elektroda tembaga dan elektroda perak
pada jalan masuk instrumen yang dipakai untuk pengukuran. Namun
dalam praktik perbedaan potensial offset elektroda harus dibuat sekecil
mungkin/mendekati nol, akan tetapi selalu tidak mungkin dan akan

124 Fisika Kesehatan


terjadi penurunan tegangan secara perlahan-lahan (drift). Untuk
mendapatkan potensial offset elektroda sekecil mungkin, elektroda
tidak disambung dalam amplifier tegangan searah melainkan dilapisi
pasta/jelly. Dalam pemilihan bahan sebagai elektroda sangat penting,
diutamakan baham elektroda yang dapat disterilkan (oleh karena
pemakaian terus menerus terhadap berbagai penderita) dan tidak
mengandung racun. Untuk itu pilihan utama adalah perak (Ag) dan
ditutupi lapisan tipis perak (AgCl). Beberapa jenis elektroda adalah
elektroda jarum berfungsi mengukur aktivitas motor unit tunggal,
elektroda mikropipet untuk mengukur potensial biolistrik dekat/di
dalam sebuah sel, dan elektroda permukaan kulit untuk mengukur
potensial listrik permukaan tubuh EKG, EEG dan EMG.

Perambatan Impuls Saraf


Paragraf-paragraf sebelumnya menggambarkan suatu pulsa listrik
tunggal pada titik rangsangan. Pertanyaan selanjutnya adalah
bagaimanakah impuls ini
bergerak melalui akson?
Depolarisasi lokal
pada titik mula rangsangan
menyebabkan gerakan-
difusi pasif-ion yang berada
pada daerah rangsangan
(gambar 7.5).
Karena adanya po-
tensial aksi, sebagian kecil
membran mengalami
depolarisasi akibat adanya
aliran ion dalam mem-
bran. Saat proses depo-
larisasi ini mencapai batas
ambang, potensial aksi
dihasilkan kembali pada
bagian akson tersebut.
Gambar 7.5 tidak
Gambar 7.5 Perambatan suatu potensial aksi

Biolistrik 125
menunjukkan aliran ion ke arah kiri, hal ini terjadi karena adanya
periode pemulihan, serta tidak memicu terjadinya potensial aksi.
Potensial membran pada daerah tersebut mencapai nilai ambang
-50 mV. Dengan demikian permeabilitasnya terhadap Na+ menjadi
meningkat secara tiba-tiba dan potensial aksi +40 mV merambat
menyerupai gelombang sepanjang sel saraf (lihat gambar 7.5). Karena
adanya periode pemulihan, yaitu selama sebagian membran
mengalami depolarisasi dan tidak dapat dirangsang lagi. Impuls saraf
hanya dapat merambat pada satu arah tertentu saja, menjauhi tubuh
sel saraf. Impuls akan
terus bergerak hingga
mencapai terminal,
dan menyebabkan
dilepaskannya neu-
rotransmitter dari
membran sel saraf.
Neurotransmitter
yang dihasilkan men-
jembatani rentang
antar sel saraf, se-
hingga seluruh proses
dapat terulang.
Perlu diperhati-
kan bahwa selama
proses penghantaran
impuls saraf aliran
listrik mengalir ke
dalam dan ke luar
melalui membran
serta tegak lurus ter-
hadap arah peram-
batan impuls. Lebih
Gambar 7.6 jauh lagi, seberapa
Sejumlah akson diselimuti oleh sejumlah jauh pun akson,
lapisan myelin yang terbentuk ketika sel-sel impuls tidak pernah
Schwann membungkus akson memerlukan

126 Fisika Kesehatan


penguatan, impuls akan terus merambat dengan kekuatan yang sama
dari rangsangan awal.
Sebagian akson diselimuti oleh sejumlah lapisan myelin. Lapisan
ini terbentuk ketika sel-sel Schwann membungkus akson (gambar 7.6).
Ruang antara lapisan myelin selebar 1 m disebut “Ranvier Node”
dan terbentuk pada setiap interval 1 sampai 2 mm sepanjang akson.
Perambatan impuls melalui akson yang diselimuti lapisan myelin
sedikit berbeda dengan perambatan melalui akson tanpa myelin.
Lapisan myelin
merupakan suatu
insulator yang baik,
sehingga ion tidak
dapat mengalir
menembus lapisan
tersebut. Aktivitas
listrik pada sel saraf
yang dilapisi myelin
hanya terbatas pada Gambar 7.7 Potensial aksi
µ node Ranvier, karena
adanya konsentrasi yang cukup besar dari saluran ion yang bergantung
pada tegangan. Potensial aksi hanya dapat dihasilkan pada node Ran-
vier dan meloncat dengan cepat sepanjang akson (gambar 7.7) oleh
karena difusi ion-ion melalui aksoplasma dan cairan ekstraselular.
Kecepatan rambat pada akson saraf dengan lapisan myelin adalah 12
m/s.
Kecepatan rambat ini juga bergantung pada hambatan dari
aksoplasma dan kapasitas membran. Karena hambatan berbanding
terbalik dengan penampang lintang suatu kawat, sehingga akson
dengan diameter yang lebih besar memiliki hambatan yang lebih kecil
serta cepat rambat yang tinggi. Akson dengan lapisan myelin memiliki
kapasitansi yang lebih rendah dibandingkan akson tanpa lapisan
myelin. Semakin rendah kapasitansi membran, semakin kecil
muatannya, dan waktu depolarisasinya semakin singkat, kedua hal
ini menjelaskan mengapa kecepatan rambat pada akson dengan lapisan
myelin begitu tinggi. Pengamatan mengenai cepat rambat pada

Biolistrik 127
berbagai macam variasi sel saraf telah menunjukkan bahwa terdapat
korelasi antara hambatan dan kapasitansinya.
Mekanisme perambatan impuls listrik dalam suatu sel saraf
sangat berbeda dengan konduksi listrik dalam logam, namun
demikian konsep-konsep fisika dapat dijadikan dasar dalam
memahami proses tersebut.

D. Kelistrikan Otot Jantung


Sel membran otot jantung (miokardium) sangat berbeda dengan saraf
dan otot bergaris. Pada saraf maupun otot bergaris dalam keadaan potensial
membran istirahat dilakukan rangsangan maka ion-ion Na+ akan masuk
ke dalam sel dan setelah tercapai nilai ambang akan timbul depolarisasi.
Sedangkan pada sel otot jantung, ion Na+ mudah bocor, sehingga setelah
terjadi repolarisasi komplit, ion Na+ perlahan-lahan akan masuk kembali
ke dalam sel dengan akibat terjadi gejala depolarisasi secara spontan
sampai mencapai nilai ambang dan terjadi potensial aksi tanpa
memerlukan rangsangan dari luar.

Gambar 7.8 Depolarisasi spontan pada myocardium

Dari keterangan di atas diketahui membran sel otot jantung tanpa


rangsangan dari luar akan mencapai nilai ambang dan menghasilkan
potensial aksi pada suatu rate/kecepatan yang teratur. Rate/kecepatan
ini disebut Natural Rate/kecepatan dasar membran sel otot jantung.

128 Fisika Kesehatan


Untuk menentukan natural rate dari berbagai sel otot jantung yaitu
waktu antara terhitung mulai depolarisasi spontan sampai mencapai nilai
ambang setelah terjadinya repolarisasi. Interval waktu ini bisa bervariasi
oleh karena perubahan dalam hal:
1. Potensial membran istirahat
2. Tingkat dari nilai ambang
3. Slope dari depolarisasi spontan terhadap nilai ambang.

Gambar 7.9 Variasi potensial membran istirahat

Perubahan ketiga parameter ini sangat mempengaruhi mekanisme


kontrol fisiologis terhadap frekuensi jantung. Jika daerah sekitar
miokardium belum mencapai nilai ambang sedangkan bagian lain telah
menghasilkan potensial aksi, bagian ini akan dengan segera menyebabkan
bagian lain mencapi nilai ambang dan menghasilkan potensial aksi,
demikian seterusnya sehingga menghasilkan gelombang depolarisasi untuk
seluruh otot miokardium.
Pada miokardium ada sekumpulan sel utama yang secara spontan
menghasilkan potensial aksi yang merupakan sumber gelombang
depolarisasi, yang akan dengan cepat mendepolarisasi sel otot miokardium
yang sedang mengalami istirahat, sekumpulan sel utama tersebut disebut
Pace Maker /perintis jantung dan Natural rate nya sangat menentukan
frekuensi jantung.

Biolistrik 129
1. Aktivitas Kelistrikan Otot Jantung
Sel membran otot jantung serupa dengan sel membran otot
bergaris, yaitu mempunyai kemampuan menuntun suatu perambatan
potensial aksi/gelombang depolarisasi. Depolarisasi sel membran otot
jantung (miokardium) oleh perambatan potensial aksi dengan
menghasilkan kontraksi otot.Tetapi ada 3 hal penting perbedaan
antara sel otot jantung dengan sel otot bergaris, yaitu sel otot jantung
mempunyai :
a. High speed conductive pathways (konduksi berjalan dengan kecepatan
tinggi), merupakan keistimewaan pada otot jantung di mana
konduksi gelombang depolarisasi berlangsung secara cepat.
Sedangkan pada otot bergaris perjalanan gelombang depolarisasi
secara seragam meliputi seluruh bagian dari struktur otot.
b. Long refractory period (periode refrakter yang panjang), lamanya
repolarisasi dan periode refrakter pada otot jantung (miokardium)
100 kali lebih lama dari pada otot bergaris.
c. Automatisasi (otomatisasi), tidak menghendaki rangsangan dari luar
unutk mencapai nilai ambang, melainkan mempunyai kemampuan
sendiri yaitu depolarisasi spontan tanpa rangsangan dari luar.
Sedangkan pada otot bergaris memerlukan rangsangan dari luar.
Secara normal, mula-mula SA node (simpul sinoatrial) mengalami
gelombang depolarisasi ke atrium kiri dari atrium kanan dalam
tempo 70 detik dan terjadi kontraksi atrium.

Gambar 7.10.
Depolarisasi atrium

130 Fisika Kesehatan


Gelombang depolarisasi diteruskan ke AV node (Antrio ven-
tricular node) sehingga AV node mengalami depolarisasi.

Gambar 7.11
Antrio ventricular node
depolarisasi

Gelombang dari AV node dilanjutkan melalui “bundle of his”


(berkas hias) dan diteruskan ke cabang bundle (berkas cabang)
sehingga cabang bundle mengalami depolarisasi.

Gambar 7.12
Berkas hias dan berkas cabang
mengalami depolarisasi.

Dari cabang bundle impuls tersebut diteruskan ke jaringan


purkinye. Dari jaringan purkinye gelombang depolarisasi
diteruskan ke endokardium dan berakhir pada epikardium,
sehingga terjadi kontraksi otot jantung.

Biolistrik 131
Gambar 7.13
Depolarisasi miokardium

Setelah repolarisasi, miokardium mengalami relaksasi. Pada


waktu repolarisasi tampak proses epikardium ke endokardium
ventrikel, sedangkan pada proses depolarisasi tampak dari
endokardium ke epikardium.

Gambar 7.14
Repolarisasi miokardium

Kalau diukur, potensial listrik miokardium maka akan terlihat


pada gambar 7.15.

132 Fisika Kesehatan


Gambar 7.15 Periode refrakter otot jantung

2. Fibrilasi
Aktivitas irama jantung terletak pada permukaan jantung dekat
muara vena cava superior, yaitu pada puncak atrium kanan. Kumpulan
sel-sel ini disebut NA node yang bertindak sebagai pace maker. Melalui
pace maker ini aktivitas otot jantung secara sinkron memompa darah
ke sirkulasi paru-paru dan ke sirkulasi darah sistemik (ke seluruh tubuh).
Suatu kadaan di mana terjadi kehilangan sinkronisasi dikenal sebagai
fibrilasi. Fibrilasi dapat terjadi pada atrium (fibrilasi atrium) maupun
pada ventrikel (fibrilasi ventrikel).
Pada keadaan fibrilasi atrium, ventrikel masih berfungsi secara
normal, tetapi jawaban dengan suatu irama yang ireguler terhadap
rangsangan listrik yang tidak sinkron dari fibrilasi atrium. Banyak
darah akan masuk ke dalam ventrikel sebelum terjadi kontraksi atrium
dan berlangsung selama kontraksi ventrikel.
Pada fibrilasi ventrikel merupakan suatu keadaan yang sangat
gawat, di mana ventrikel tidak mampu memompa darah dan apabila
tidak dilakukan koreksi, dalam beberapa menit saja akan diakhiri
dengan kematian.

Biolistrik 133
E. Isyarat Magnet Jantung dan Otak
Mengalirnya aliran listrik akan menimbulkan medan magnet. Medan
magnet sekitar jantung disebabkan adanya arus listrik jantung yang
mengalami depolarisasi dan repolarisasi. Pencatatan medan magnet
jantung disebut magnetokardiogram. Besar medan magnet sekitar jantung
adalah sekitar 5 10-11 Tesla atau sekitar 10 × 108 medan magnet bumi.
Hubungan Tesla (T) dengan Gauss dapat dinyatakan: 1 T = 104 Gauss.
Untuk menghitung medan magnet dari suatu besaran benda
diperlukan suatu ruang yang terlindung magnet dan sangat peka terhadap
detector medan maganet (magnetometer). Detektor yang digunakan yaitu
SQUID (Superconducting Quantum Interference Device) yang bekerja pada
suhu 5oK, dan dapat mendeteksi medan magnet yang disebabkan arus
searah (DC) atau arus bolak-balik (AC). SQUID ini sangat peka sekali,
dapat mendeteksi medan magnet yang disebabkan seseorang berjalan
dengan mempergunakan magnet sepatu kuda sejauh 400 meter (0,25
mil).

1. Magnetokardiografi (MKG)
MKG adalah pencatatan medan magnet di sekeliling jantung ×
dengan mempergunakan arus searah (DC). Penderita ditempatkan
dalam ruang octagonal yang terdiri dari 5 lapisan pelindung magnet.
Segala materi bermagnet disingkirkan dari subjek yang akan diperiksa.
Kemudian magnetodetektor probe didekatkan pada tubuh/jantung.
Perekaman hanya berlangsung dalam waktu kurang dari 1 menit.
MKG memberikan informasi jantung tanpa mempergunakan
elektroda yang didekatkan/ditempelkan pada badan. Pencatatan
dilakukan di daerah badan dengan jarak 5 cm. Lokasi perekaman
diberi kode B, D, F, H, J, L (vertikal). Horisontal dilakukan perekaman
5-6 kali dibubuhi huruf I dan ditandai dengan angka ganjil (2, 3, 5, 7,
9). Untuk jelasnya lihat gambar 7.16 berikut ini.

134 Fisika Kesehatan


Gambar 7.16 Hasil rekaman penderita 20 tahun, tinggi 5 ft.

Perekaman MKG dapat memberi informasi yang berguna dalam


diagnosis apabila dikerjakan pada waktu jantung mengalami serangan
oleh karena pada saai ini digunakan arus listrik.

2. Magnetoensefalogram (MEG)
MEG adala pencatatan medan magnet sekeliling otak dengan
mempergunakan arus searah. Alat yang digunakan adalah SQUID
magnetometer. Pada rithme alpha, medan magnet otak berkisar
1351 × 10-13 T.

Biolistrik 135
F. Penggunaan Listrik dan Magnet pada Permukaan Tubuh
Seiring dengan perkembangan kelistrikan, telah diciptakan
peralatan yang mempergunakan energi listrik untuk terapi pengobatan.
Pada tahun 1890 Jacques A.D. Arsonval telah menggunakan listrik
berfrekuensi rendah untuk menimbulkan efek panas. Tahun 1929 telah
menggunakn listrik dengan frekuensi 30 MHz untuk pemanasan yang
disebut short wave diathermy. Pada tahun 1950 telah deperkenalkan
penggunaan gelombang mikro dengan frekuensi 2.450 MHz untuk
keperluan diatermi dan pemakaian radar.
1. Penggunaan Arus Listrik Berfrekuensi Rendah
Listrik berfrekuensi rendah mempunyai batas frekuensi antara
20 Hz sampai dengan 500.000 Hz. Frekuensi rendah ini mempunyai
efek merangsang saraf dan otot sehingga terjadi kontraksi otot. Arus
listrik berfrekuensi rendah dapat dihasilkan oleh alat listrik yaitu :
stimulator yang rangkaiannya terdiri multivibrator maupun astable
multivribator. Selain frekuensi, perlu juga diperhatikan pengulangan
dalam pemakaian dan bentuk gelombang arus listrik yang dipakai.
Untuk pemakaian jangka waktu sangat singkat dan bersifat
merangsang persarafan otot, maka dipakai gelombang arus faradik.
Sedangkan untuk pemakaian dalam jangka waktu lama dan bertujuan
merangsang otot yang telah kehilangan persarafan maka dipakai arus
listrik yang interuptur/terputus-putus atau arus DC (arus searah) yang
telah dimodifikasi.
Selain arus DC, dapat pula menggunakan arus AC dengan
frekuensi 50 HZ, yang mempunyai kemampuan merangsang saraf
sensoris, saraf motoris dan berefek kontraksi otot.
2. Penggunaan Arus Listrik Berfrekuensi Tinggi
Arus listrik berfrekuensi tinggi mempunyai frekuensi di atas
500.000 Hz, dihasilkan oleh sirkuit osilator yang mengandung
rangkaian kondensator dan inductor, yaitu rangkaian L-C. Listrik
berfrekuensi tinggi tidak mempunyai sifat merangsang saraf motoris
maupun saraf sensoris, kecuali dilakukan ransangan dengan
pengulangan yang lama. Frekuensi tinggi ini mempunyai sifat
memanaskan sehingga dapat digunakan untuk diatermi yang dapat
dibagi menjadi dua tipe:

136 Fisika Kesehatan


a. Short wave diathermy (diatermi gelombang pendek)
Pada diatermi ini terdapat dua metode yang digunakan untuk
memperoleh gelombang elektromagnetis agar masuk ke dalam
badan, yaitu :
1) Metode capacitance (metode kondensor), dengan cara elektroda
diletakkan pada msing-masing sisi yang akan diobati dan
dipisahkan dari kulit dengan bahan isolator. Apabila kedua
elektroda dialiri arus listrik, maka akan tercipta medan listrik
di antara kedua elektroda tersebut. Substansi yang ada di dalam
medan magnet akan bervibrasi, elektrolit mengalami dipole
dan timbul panas sebesar Q = VIt / 0,24 kalori (persamaan
7.2,Hk. Joule). Yang perlu diperhatikan adalah bahwa ukuran
elektroda harus lebih besar dari pada struktur yang diobati
dan jarak penempatan elektroda harus sama terhadap kulit.
2) Metode Induksi (metode kabel), pada metode ini dapat
menimbulkan efek medan listrik dan medan magnet secara
bersamaan. Metode ini dilakukan dengan cara melilitkan kabel
pada daerah yang akan diobati, misal daerah abdomen (perut).

Gambar 7.17
Kabel dililitkan pada
daerah yang akan diobati

Lilitan bisa berupa heliks tunggal (gambar 7.18a), double heliks


maupun grid (gambar 7.18b dan 7.18c)

Gambar 7.18a Heliks tunggal

Biolistrik 137
Gambar 7.18b Double heliks Gambar 7.18c Grid

Efek diatermi gelombang pendek adalah:


ƒ Menghasilkan panas dan peningkatkan efek fisiologis sebagai
akibat dari peningkatan temperatur, yaitu :
1. Meningkatkan metabolisme, perubahan struktur kimia
yang disebabkan kenaikan temperature (Hk. Vant Hoff)
2. Suplai darah meningkat, sebagai akibat dari meningkatnya
metabolisme.
3. Efek pada saraf, mengurangi eksitasi saraf apabila kurang
begitu panas.
4. Dengan meningkatnya temperature mengurangi relaksasi
otot dan meningkatkan efisiensi usaha otot. Otot akan
berkontraksi dan relaksasi semakin meningkat.
5. Oleh karena pemanasan maka terjadi koagulasi, sehingga
terjadi destruksi jaringan.
6. Penurunan tekanan darah yang disebabkan oleh pelebaran
pembuluh darah.
7. Meningkatkan aktivitas kelenjar keringat.
ƒ Mempunyai efek terapeutik (pengobatan)
1. Terhadap daerah peradangan, dimana akan terjadi
pelebaran pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan
oksigen dan pengangkutan makanan untuk sel-sel.
2. Efek terhadap infeksi bakteri, terjadi peningkatan
konsentrasi sel darah putih dan antibodi pada daerah
infeksi.
3. Menghilangkan rasa sakit, panas menyebabkan saraf
sensoris mengalami sedaktif.

138 Fisika Kesehatan


b. Micro wave diathermy (diatermi gelombang mikro)
Gelombang mikro adalah gelombang dengan panjang
gelombang 1 cm sampai 1 meter. Untuk diatermi sering digunakan
panjang gelombang 12,25 cm dengan frekuensi 2.450 MHz atau
panjang gelombang 69 cm dengan frekuensi 433,92 MHz. Efek
yang ditimbulkan tergantung jumlah energi radiasi yang diserap.
Besar absorbsi dapat dinyatakan dalam rumus eksponensial:

(7.5)

I : Intensitas radiasi yang diserap (I=37% dari I0) (W/m2)


x : kedalaman radiasi dalam jaringan (m)
I0 : intensitas radiasi pada permukaan kulit (W/m2)
d : tebal jaringan (m)
e : koefisien absorbsi.

Efek yang ditimbulkan adalah efek fisiologis dan efek


pengobatan. Efek fisiologis: menimbulkan panas pada jaringan-
I = I0e− x/d jaringan yang banyak mengandung air, banyak pula mendeposit
energi, pada otot lebih banyak menyerap energi gelombang mikro
dari pada jaringan lemak. Efek pengobatan: dapat mengobati
penderita yang mengalami ruda paksa (trauma) dan peradangan
dan dapat pula mengobati penderita nyeri dan spasme otot, bisul
dan rematik.
Meskipun penetrasi gelombang mikro lebih dalam daripada
penetrasi sinar infra merah, tetapi tidak dapat melewati jaringan
yang padat sebagaimana dilakukan oleh diatermi gelombang
pendek. Gelombang mikro kurang berhasil mengobati struktur
yang dalam dibandingkan dengan diatermi gelombang pendek.
Gelombang mikro tidak dapat dipakai pada penderita
gangguan sirkulasi, karena dapat menimbulkan perdarahan,
trombosis dan flebitis. Pada penderita TBC dan tumor ganas tidak
diperkenankan pengobatan dengan gelombang mikro.

Biolistrik 139
G. Syok Listrik (Kejutan Listrik)
Syok listrik atau kejutan listrik adalah suatu nyeri pada saraf sensoris
yang diakibatkan aliran listrik yang mengalir secara tiba-tiba melalui
tubuh. Permulaan tahun 1969 telah dilaporkan bahwa beberapa penderita
yang sedang menjalani kateterisasi atau pemasangan pace maker led dapat
terbunuh dengan aliran listrik di bawah normal. Pada tahun 1970 Carl
Walter dan tahun 1971 Ralph Nader telah memperkirakan atas
meninggalnya 1.200 orang Amerika setiap tahunnya yang diakibatkan
arus listrik pada waktu melakukan diagnostik dan pengobatan.
Bahaya syok listrik sangat besar, tubuh penderita akan mengalami
ventricular fibrillation (fibrilasi ventrikel) yang kemudian diikuti dengan
kematian. Oleh karena itu perlu diketahui perubahan-perubahan yang
timbul akibat syok listrik dan metode pengamanan sehingga bahaya syok
dapat dihindari.
Dalam bidang kedokteran, syok listrik dibagi menjadi dua: syok
dengan tujuan tertentu dan syok tanpa tujuan. Syok dengan tujuan tertentu
dilakukan atas indikasi medis. Dalam bidang psikiatri dikenal dengan
nama electric syok/electro convultion therapy. Beberapa penderita psikosis
(gangguan jiwa) sengaja dilakukan syok dengan tujuan terapi di mana di
antara temporalis kanan dan kiri penderita dialiri arus listrik dalam orde
0,5 sampai 1,5 Amper dengan tegangan sebesar 80 sampai 110 volt dalam
waktu 1/10 sampai 1,5 detik.
Syok tanpa tujuan tertentu timbul karena suatu kecelakaan, dikenal
dengan Earth syok. Syok ini terjadi apabila salah satu tubuh menyentuh
kawat fasa sedangkan bagian tubuh lain menyentuh kawat netral.
Berdasarkan besar kecilnya tegangan, earth syok dapat dibagi menjadi dua
: low tension shock dan high tension shock.
1. Low tension shock (syok tegangan rendah), terjadi berkaitan dengan
pemakaian generator yang menghasilkan arus listrik dengan tegangan
rendah atau berkaitan dengan pemakaian lampu panas radient atau
lampu sinar ultra ungu.
2. High tension shock (syok tegangan tinggi), terjadi berkaitan dengan
pamakaian generator tegangan tinggi, generator gelombang pendek
atau step up transformator. Penderita yang mengalami syok, kulit
badannya akan mengelupas seluruhnya.

140 Fisika Kesehatan


Pada beberapa buku fisika membagi earth syok menjadi mikro syok
dan makro syok.
1. Mikro syok, terjadi karena adanya aliran listrik langsung mengikuti
arteri ke jantung. Hal ini dapat terjadi ketika penggunaan kateter
untuk pencatatan EKG, liquid filled catteter untuk menyuntikkan
pewarnaan bagi radiografi atau mengukur tekanan darah jantung
(internal blood pressure) dan pemasangan elektroda-elektroda pada alat
pacu jantung. Oleh karena beberapa keteter terbuat dari kawat dan
cairan bersifat konduktor listrik, sehingga arus listrik dalam orde mikro
ampere saja telah dapat menyebabkan mikro syok. Diduga arus listrik
sekitar 20 mA dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel. Apabila ada
kebocoran arus pada alat yang sedang bekerja, arus tidak dapat
mengalir secara langsung ke bumi tetapi akan melewati alat pacu
jantung yang dipasang pada tubuh penderita kemudian ke bumi. Pada
mikro syok akan terjadi dengan fibrilasi ventrikel yang kemudian
diikuti dengan kematian.
2. Makro syok, terjadi apabila salah satu elektroda menyentuh tangan
sedangkan elektroda lain menyentuh kulit bagain lain sehingga terjadi
aliran listrik melalaui permukaan tubuh (kulit) dan timbullah makro
syok. Tahanan kulit berkisar 1 KÙ sampai dengan 1 MÙ tidak mampu
membendung aliran listrik. Apabila di tempat kontak elektroda
diberikan pasta, pada waktu melakukan tes EKG dapat menurunkan
tahanan dan memudahkan arus listrik yang mengalir, sehingga dapat
menimbulkan makro syok. Makro syok kebanyakan mengenai petugas
dari pada penderita sendiri oleh karena kecerobohan petugas.

Parameter-parameter yang Mempengaruhi Syok Listrik


Syok semakin serius apabila arus yang melewati tubuh semakin besar.
Menurut hukum Ohm, intensitas arus listrik tergantung kepada tegangan
dan tahanan yang ada, I = V /R . Parameter-parameter lain juga berperan
mempengarui tingkat syok, yaitu:
Dari sudut arus:
1. Seseorang akan menderita syok lebih serius pada tegangan 220 Volt
daripada tegangan 80 Volt, oleh karena kuat arus pada tegangan 220
Volt lebih besar daripada tegangan 80 Volt dengan nilai R yang sama.

Biolistrik 141
2. Basah tidaknya kulit penderita, kulit penderita yang berkeringat/basah
tahanannya lebih kecil sehingga memudahkan arus listrik melewati
kulit penderita.
3. Basah tidaknya lantai, lantai yang basah merupakan konduktor yang
baik sehingga lebih besar arus yang melewati tubuh ke ground.
Dari sudut parameter-parameter yang lain:
1. Jenis kelamin, pada tahun 1973 Dalziel melakukan penelitian tentang
nilai ambang persepsi (arus minimum yang dapat dideteksi) dan letgo
current (arus yang dapat menyebabkan tarikan tangan kembali) yang
ditunjukkan dengan distribusi Gausian menyatakan :
a. Rata-rata threshold of perception untuk laki-laki : 1,1 mA. Untuk
wanita 0,7 mA. Minimum nilai ambang persepsi adalah 500mA.
b. Rata-rata let go curren untuk laki-laki : 16 mA, untuk wanita : 10,5
mA. Minimum let go current untuk laki-laki 9,5 mA, untuk wanita
6 mA.
2. Fekuensi AC, dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dalziel
ternyata frekuensi 50-60 Hz merupakan minimum let go current. Di
bawah 10 Hz let go current akan meningkat dan otot-otot akan
mengalami relaksasi sebagian dan di atas beberapa ratus Hz, let go
current akan meningkat pula, dan otot-otot mengalami strength dura-
tion trade off serta refrakter jaringan yang telah mengalami eksitasi.
3. Duration, LA Gaddes dari Insitute of Electrical and Elektronics (1973)
melakukan penelitian terhadap binatang anjing, diketahui bahwa nilai
ambang fibrilasi akan meningkat bila waktu semakin kecil.
4. Berat badan, dari hasil penelitian terhadap binatang oleh Ferris
(1936), Kiselev (1963) menunjukkan nilai ambang fibrilasi akan
meningkat dengan meningkatnya berat badan. Hal ini diramalkan
berlaku pula bagi manusia.
5. Jalan yang ditempuh arus, apabila jalan yang ditempuh arus melewati
jantung atau otak akan timbul bahaya syok semakin serius.

Pengaruh Syok Listrik terhadap Tubuh


Pada mikro syok tidak diperlukan arus yang besar, dalam skala mikro
Amper saja dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena tahanan dalam tubuh sangat kecil. Ditambah pula
adanya kateter merupakan konduktor yang baik bagi arus listrik, maka

142 Fisika Kesehatan


apabila ada arus listrik yang melewati kulit kemudian masuk ke dalam
jaringan tubuh akan terlihat jelas perubahan/pengaruh terhadap organ
tubuh (makro syok). Besar arus berhubungan dengan tegangan dan tahanan
kulit serta perubahan yang diakibatkan arus AC pada 60 Hz. Pada arus 1
mA penderita hanya merasakan geli, ini merupakan nilai ambang persepsi
bagi pria dewasa (50%), untuk wanita kurang lebih 1/3 dari 1 mA.
Apabila arus listrik sampai 8 mA akan terjadi sensasi syok, di mana
kontraksi otot masih baik dan nyeri-nyeri belum terjadi. Arus listrik
diperbesar sekitar 8-15 mA terjadi rangsangan saraf dan otot sedemikian
rupa sehingga terjadi nyeri dan letih. Ini dikenal dengan syok tersiksa,
penderita saat ini sukar/tidak dapat menarik tangan kembali dan terjadi
kontraksi otot tak sadar yang menetap. Dalziel (1973) melakukan observasi
pada penderita dengan arus 18-22 mA akan terjadi pernafasan tertahan
apabila aliran arus terus berlangsung.
Arus antara 20-50 mA otot-otot mengalami kontraksi sangat kuat
dan pernafasan sangat sulit. Peningkatan arus mendekati 100 mA, bagian
arus yang melewati jantung cukup untuk menyebabkan fibrilasi ventrikel
(nilai ambang fibrilasi rata-rata 70-400 mA) dan akan mengalami kamatian
apabila tidak dilakukan koreksi. Arus listrik cukup tinggi 1-6 Ampere
akan terjadi kontraksi miocard yang menetap dan menyebabkan
terjadinya paralyse/kelumpuhan pernafasan dan apabila arus listrik
dihentikan secara tiba-tiba akan terjadi defibrilasi ventrikel. Arus listrik 10
Ampere dengan short duration/ waktu sekejap akan menyebabkan
kebakaran pada kulit, otak dan jaringan saraf akan kehilangan fungsi
eksistansi/eksitasi/kejutan apabila ada arus yang melewatinya.

Pertolongan terhadap Syok Listrik


Apa bila terjadi syok listrik, AC switching segera dimatikan dan semua
elektroda harus dijauhkan dari penderita. Penderita dipindahkan dengan
menggunakan bahan-bahan isolator agar petugas terhindar dari bahaya
syok listrik. Pertolongan yang diberikan tergantung dari berat atau
ringannya syok listrik.
Syok listrik ringan:
ƒ Penderita diistirahatkan
ƒ Diberi minum dengan air dingin dengan tujuan agar tidak
menyebabkan vasodilatasi/pelebaran pembuluh darah dan

Biolistrik 143
berkeringat banyak yang dapat menyebabkan penurunan tekanan
darah.
Syok listrik berat:
ƒ Penderita ditelentangkan agar mudah bernafas.
ƒ Pakaian dilonggarkan agar mendapat udara yang cukup, hindari
ruang yang panas/pengap karena dapat menyebabkan vasodilatasi
dan berkeringat banyak yang dapat menurunkan tekanan darah.
ƒ Apabila kesadaran menurun dan kegagalan pernafasan, dapat
dilakukan pernafasan buatan melalui mulut, hidung atau memberi
oksigen melalui kantong udara atau masker.
ƒ Apabila terjadi jantung berhenti berdenyut, dilakukan masage
jantung.
Oleh karena bahaya syok listrik sangat besar hingga dapat
menyebabkan kematian, maka perlu adanya tindakan pencegahan. Untuk
menghindari bahaya syok listrik, yaitu: segala alat digroundkan, isolasi
penderita dari ground, hindari alat-alat yang berdekatan dengan penderita
dan lakukan regular testing prosedur.

- oOo -

144 Fisika Kesehatan


BAB VIII
BIO OPTIK

A. Cahaya

C
ahaya telah menggelitik rasa ingin tahu manusia selama berabad-
abad. Mula-mula secara teori cahaya dianggap sebagai sesuatu yang
memancar dari mata. Kemudian disadari bahwa cahaya pastilah
muncul dari objek-objek yang terlihat dan memasuki mata sehingga
menyebabkan sensasi penglihatan. Pertanyaan tentang apakah cahaya
terdiri dari sebuah sorotan dari partikel-partikel atau sama semacam
gerakan gelombang adalah yang paling menarik dalam sejarah sains.
Tokoh yang paling berpengaruh dalam teori partikel cahaya adalah
Irsac Newton. Dengan teori tersebut Newton dapat menjelaskan hukum-
hukum refleksi dan refraksi. Newton menurunkan hukum refraksi
berdasarkan asumsi bahwa cahaya berjalan dalam air atau gelas lebih
cepat dari pada di udara, sebuah asumsi yang akhirnya terbukti salah.
Tokoh-tokoh utama dari teori gelombang cahaya adalah Christian
Huygens dan Robert Hooke . Menggunakan teori perambatan
gelombang, Huygens dapat menjelaskan refleksi dari refraksi dengan
asumsi cahaya berjalan di gelas atau air lebih lambat dari pada di udara.
Teori tersebut ditolak oleh Newton karena berdasarkan kenyataan yang
terlihat bahwa perambatan cahaya adalah garis lurus. Pada waktu itu
pembelokan cahaya di sekitar penghalang yang disebut difraksi belum
diamati. Karena reputasi dan otoritasnya, penolakan Newton terhadap
teori gelombang cahaya sangat mempengaruhi pengikutnya. Bahkan
sesudah bukti dari difraksi tersedia, pengikut Newton mencari-cari
penjelasannya seakan-akan difraksi adalah hamburan partikel-partikel
cahaya dari tepi celah.

145
Teori partikel-partikel Newton diterima selama lebih dari seabad
kemudian. Pada tahun 1801, Thomas Young menghidupkan kembali teori
gelombang cahaya. Ia adalah salah seorang yang pertama kali
memperkenalkan ide interferensi sebagai fenomena gelombang yang
terjadi pada cahaya dan suara. Hasil pengamatannya tentang interferensi
adalah penjelasan tentang sifat alami cahaya sebagai gelombang. Hasil
kerja Thomas Young tidak diperhatikan oleh masyarakat ilmiah selama
lebih dari satu dekade.
Mungkin yang paling berjasa dalam mengusahakan agar teori
gelombang cahaya dapat diterima secara umum dan berhasil adalah
fisikawan Perancis Augustin Fresnel (1788-1827). Ia melakukan
eksperimen secara luas tentang interferensi dan difraksi serta meletakkan
teori gelombang dalam dasar matematis. Ia menjelaskan bahwa
perambatan cahaya yang terlihat lurus itu adalah sebuah hasil dari cahaya
tampak yang memiliki panjang gelombang yang pendek.
Pada tahun 1850, Jean Foucault mengukur laju cahaya dalam air
dan menunjukkan bahwa laju cahaya tersebut lebih kecil dibanding laju
cahaya di udara, yang berarti menyingkirkan teori partikel Newton. Pada
tahun 1860, James Clerk Maxwell mempublikasikan teori matematisnya ×
tentang elektromagnetisme, yang memprediksikan keberadaan
gelombang-gelombang elektromagnetik yang merambat dengan laju yang
setelah dihitung dari hukum-hukum kelistrikan dan kemagnetan bernilai
3 108 m/s, yang berarti sama dengan laju cahaya. Maxwell didukung
oleh Hertz yang pada tahun 1887 dengan menggunakan sirkuit untuk
mendeteksinya. Pada paruh abad ke-19, Kirchhoff dan beberapa ilmuwan
lainnya menerapkan persamaan Maxwell untuk menjelaskan interferensi
dan difraksi cahaya serta gelombang-gelombang elektromagnetik lainnya
dan meletakkan metode-metode konstruksi empirisnya Huygens pada
kerangka matematika yang mantap.
Meskipun teori gelombang pada umumnya dapat mendeskripsikan
cahaya (dan gelombang-gelombang elektromagnetik lainnya), namun teori
tesebut gagal menjelaskan semua sifat-sifat cahaya, khususnya tentang
interaksi cahaya dengan materi. Dalam percobaan tahun 1887 yang
terkenal mendukung teori gelombang Maxwell, Hertz juga menemukan
efek foto listrik. Efek ini hanya dapat dijelaskan dengan sebuah model
partikel cahaya, seperti yang ditunjukkan oleh Einstein hanya beberapa

146 Fisika Kesehatan


tahun sesudahnya. Dengan demikian sebuah model partikel cahaya
diperkenalkan kembali. Partikel-partikel cahaya disebut foton. Energi dari
sebuah foton E dihubungkan dengan frekuensi f dari gelombang cahaya
melalui rumus Einstein E = h f , di mana h disebut konstanta Plank.
Pemahaman lengkap tentang dualisme cahaya (cahaya sebagai sebuah
partikel dan gelombang) baru muncul pada tahun 1929-an melalui
percobaan-percoban oleh C.J. Davisson dan L. Germer, serta oleh G.P.
Thompson, yang menunjukkan bahwa elektron-elektron (dan partikel-
partikel lainnya) juga mempunyai sifat dualisme, dan percobaan-percobaan
mereka juga menunjukkan sifat-sifat gelombang dalam interferensi dan
difraksi disamping sifat-sifat partikel yang sudah dikenal.
Pengembangan teori kuantum atom dan molekul oleh Rutherford,
Bohr, Schrodinger dan lainnya di abad ke-20 menuntun ke pemahaman
emisi (pancaran) dan absorbsi (penyerapan) cahaya oleh materi. Cahaya
yang dipancarkan atau diserap oleh atom-atom sekarang diketahui sebagai
perubahan energi dari elektron-elektron terluar di dalam atom. Karena
perubahan-perubahan energi ini dikuantisasikan dan bukannya
berlangsung kontinyu, foton-foton yang dipancarkan memiliki energi
diskrit dengan hasilnya adalah gelombang cahaya dengan satu set frekuensi
dan panjang gelombang diskrit, yang mirip satu set frekuensi dan panjang
gelombang yang diamati pada gelombang-gelombang suara stasioner.
Perkembangan teknologi pada paruh kedua abad ke-20 mengarah
kepada pembaharuan minat baik dalam optika teoritis maupun terapan.
Kemajuan komputer kecepatan tinggi, telah membawa perkembangan
yang luas dalam perancangan sistem optik yang kompleks. Serat optik
dengan cepat menggantikan kabel listrik untuk transmisi data. Laser,
yang ditemukan tahun 1960 telah mengarahkan penemuan sejumlah
efek optis baru. Saat ini laser digunakan untuk memindai (scan) label-
label di pasar swalayan, melakukan operasi-operasi di rumah sakit dan
sebagainya.

1. Laju Cahaya
Beberapa eksperimen telah dilakukan oleh para ilmuwan untuk
mengukur laju cahaya. Indikasi pertama dalam pengukuran besaran
yang benar akan laju cahaya datang dari pengamatan astronomis dari
periode Io, salah satu dari bulan-bulan (satelit) dari planet Jupiter.

Bio Optik 147


Periode ini ditentukan dengan mengukur waktu antara dua gerhana
(ketika Io lenyap di belakang Jupiter). Periode gerhana kira-kira 42,5
jam, tetapi pengukuran-pengukuran yang dilakukan ketika bumi
menjauhi Jupiter sepanjang setengah lintasannya mengelilingi
matahari memberikan nilai yang lebih besar dari pada periode ini
dibandingkan ketika bumi mendekati Jupiter sepanjang setengah
lintasan berikutnya bumi mengelilingi matahari. Karena pengukuran-
pengukuran ini hanya berselisih 15 detik dari nilai rata-rata,
ketidakcocokannya sulit diukur secara akurat. Pada tahun 1675,
astronomi Ole Romer menghubungkan ketidakcocokannya ini
dengan fakta bahwa laju cahaya tak terbatas. Selama 42,5 jam antara
dua gerhana dari satelit Jupiter, jarak antara bumi dan Jupiter berubah,
yang membuat lintasan bagi cahaya memanjang maupun memendek.
Romer merancang metode berikut untuk mengukur efek kumulatif
dari ketidakcocokan-ketidakcocokan ini. Karena Jupiter bergerak jauh
lebih lambat dari pada bumi, kita dapat mengabaikan gerakannya.
Ketika bumi berada pada titik terdekat dengan Jupiter, jarak antara
bumi dengan Jupiter berubah. Periode gerhana Io diukur, memberikan
waktu antara dua permulaan gerhana-gerhana sesudahnya.
Berdasarkan pengukuran ini, banyaknya gerhana dalam 6 bulan × ∆x
dihitung, dan waktu saat sebuah gerhana harus mulai setengah tahun c=
∆t
berikutnya ketika bumi disuatu titik diprediksikan. Saat bumi benar-
benar berada di titik tersebut, permulan gerhana yang diamati kira-
kira 16,6 menit lebih lambat dari yang diprediksikan. Inilah saat yang
diperlukan untuk memulai sebuah jarak yang sama dengan diameter
orbit bumi.
Contoh:
Diameter orbit bumi 3,00 1011 m. Jika cahaya memerlukan 16,6
menit untuk melalui jarak tersebut, berapakah laju cahaya?
Jawab:
Jika diubah ke detik, maka 16,6 menit = (16,6menit)(60 menit/detik)
= 996 detik
Kecepatan cahaya yang diukur adalah

148 Fisika Kesehatan


Dari berbagai metode pengukuran laju cahaya yang telah
dilakukan oleh para fisikawan, pada dasarnya terdapat kesamaan nilai
yang didapat. Saat ini kecepatan cahaya didefinisikan secara tepat,
c = 299 792 457 m/detik dan standar panjang, meter, didefinisikan
sehubungan dengan nilai laju cahaya di atas pengukuran laju cahaya
saat ini adalah pengukuran dalam ukuran meter, yaitu jarak yang
ditempuh oleh cahaya selama (1/299 792 457) detik. Nilai 3 x 108 m/
detik bagi laju cahaya cukup akurat untuk hampir semua perhitungan.
Laju gelombang-gelombang radio dan semua gelombang-gelombang
elektromagnetik lainnya dalam ruang hampa sama dengan laju cahaya.

2. Pemantulan dan Pembiasan


Ketika gelombang dari tipe apapun mengenai sebuah penghalang
datar misalnya sebuah cermin, gelombang-gelombang baru
dibangkitkan dan bergerak menjauhi penghalang tersebut. Fenomena
ini disebut pemantulan. Saat cahaya masuk pada sebuah permukaan
yang memisahkan dua medium di mana laju cahayanya berbeda,
sebagian energi cahaya di transmisikan dan sebagian lagi dipantulkan.
Sudut pantul sama dengan sudut datang (hukum pemantulan):
èr= è1 (8.1)

Ketika sebuah berkas cahaya


mengenai sebuah permukaan
bidang batas yang memisahkan
dua medium berbeda, seperti
misalnya sebuah permukaan
udara kaca, energi cahaya tersebut
dipantulkan dan memasuki me-
dium kedua, perubahan arah dari
sinar yang ditransmisikan tersebut
Gambar 8.1 Sudut pantul r = 1
disebut pembiasan. Laju cahaya di
dalam medium, misalnya kaca, air
atau udara ditentukan oleh indeks bias n, yang didefinisikan sebagai:
Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa c terhadap laju tersebut
dalam medium v.

Bio Optik 149


c
n= (8.2)
v
Jika cahaya berjalan dalam sebuah medium dengan indeks bias
n1 dan datang pada bidang batas dari medium ke dua dengan indeks
bias yang lebih kecil n2 < n1, maka cahaya tersebut dipantulkan secara
total jika sudut datangnya lebih besar dari sudut kritis èc (dicapai
dimana sudut biasnya adalah 90o) yang diberikan oleh:

n2
sinθ c = (8.3)
n1

3. Dispersi
Laju cahaya di dalam sebuah medium, begitu juga indeks bias
medium tersebut, bergantung pada panjang gelombang cahayanya.
Fenomena ini dikenal sebagai dispersi. Akibat dispersi, seberkas cahaya
putih yang masuk pada sebuah prisma pembias didispersikan menjadi
warna-warna komponennya. Begitu juga pemantulan dan pembiasan
cahaya matahari oleh tetes-tetes air hujan yang menghasilkan pelangi.

4. Penerangan dan Fotometri


Fotometri adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran
kuantitas cahaya. Ada beberapa kuantitas cahaya, yaitu :
a. Intensitas cahaya (I) suatu sumber cahaya adalah ukuran intensitas
(atau kekuatan) sumber menurut mata kita. Karena mata kurang
peka terhadap cahaya biru dari pada cahaya hijau, misalnya, maka
sumber cahaya biru harus mengeluarkan daya (dalam watt) yang
lebih besar dari pada sumber cahaya hijau, kalau sumber diinginkan
memiliki intensitas cahaya yang sama. Sumber (dengan komposisi
warna apa saja) dikatakan memiliki intensitas cahaya I sebesar 1
kandela (1 cd) jika tampak sama terang seperti sesuatu sumber
baku tertentu yang bersuhu 2046 K (putih menyala). Kebanyakan
sumber cahaya menampakkan intensitas yang berbeda-beda bila
dipandang dari berbagai arah, hingga nilai I suatu sumber dapat
bergantung pada sudut pandang. Satuan yang dulu dipakai untuk

150 Fisika Kesehatan


I cahaya adalah satuan “lilin” atau “daya lilin”.
lilin = 1 daya lilin = 0,981 cd.

b. Fluks cahaya ( ∆ F) yang melalui permukaan kecil ∆ A, tak lain


adalah jumlah cahaya (menurut mata) yang melalui permukaan
A itu. Misalkan intensitas cahaya sumber dalam arah unsur
permukaan ∆ A berbentuk bola dengan jari-jari r, adalah I. Maka
menurut definisi, fluks cahaya melalui ∆ A adalah:

(8.4)

∆ω = (∆A ) /r2 adalah sudut yang terpancung pada titik pusat bola
oleh unsur permukaan ∆ A. Sudut ruang dinyatakan dalam satuan
tak berdimensi disebut steradian (sr). Kalau I dinyatakan dalam
candela, dan dalam steradian, maka fluks bersatuan lu-
men (lm). Maka:
lm = 1 cd.sr atau 1 cd = 1 lm/sr

c. Iluminasi atau Intensitas Penerangan (E) suatu permukaan


∆Fω ∆F ∆A
EF= = I 2 = I∆ω menyatakan banyaknya cahaya yang tiba pada satu luas

∆A r permukaan. Jika fluks sebesar tiba pada permukaan ∆ A,
maka intensitas penerangan (iluminasi) di tempat itu adalah:

(8.5)

Kalau permukaan A diterangi fluks F secara merata, intensitas


penerangan E = F/A. Satuan E adalah lm/m2 atau luks (lx), atau
lm/ft2 (disebut ‘foot-candle’). Kekuatan penerangan sebesar-besarnya
pada suatu permukaan akan terjadi bila fluks cahaya jatuh secara
tegak-lurus permukaan, karena dalam keadaan demikian fluks
maksimum jatuh pada permukaan.

d. Intensitas Penerangan atau Iluminasi oleh sumber titik isotro-


pic. Fluks cahaya yang keluar dari sumber titik isotropic tidak
tergantung pada arah pandang, dan menembus permukaan bola
yang berpusat pada sumber titik itu, secara tegak lurus. Intensitas
penerangan pada setiap titik permukaan bola tersebut adalah:

Bio Optik 151


F 4πI I
E= = = 2 (8.6)
A 4πr 2
r
Maka intensitas penerangan oleh sumber titik isotropic berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak.
Misalkan dua sumber titik I1 dan I2 yang berjarak r1 dan r2 dari
layar menghantarkan fluks pada suatu layar secara tegak lurus (atau
pada sudut yang sama). Kalau jarak r1 dan r2 adalah sedemikian
rupa sehingga kuat penerangan kedua sumber pada layar adalah
sama, jadi E1 dan E2, maka :

(8.7)

Persamaan (8.7) dikenal sebagai azas fotometri.

5. Penggunaan Sinar Gelombang Cahaya dalam Bidang Kedokteran


Sinar sangat berguna dalam bidang kedokteran baik sebagai
pembantu diagnosis maupun sebagai terapi.
a. Penggunaan Sinar Menurut Panjang Gelombangnya I1 ⎛
=⎜
1) Ungu Ultra I2 ⎜⎝
Ungu ultra mempunyai panjang gelombang antara 100-400
nm (1 nm = 10-9m). Sinar ungu ultra mempunyai efek fisik,
kimia dan biologis, di samping itu sinar ungu ultra dipakai untuk
sterilisasi oleh karena mempunyai sifat bakterisit. Selain itu juga
mempunyi efek terhadap kulit yaitu dalam hal pembentukan
vitamin D. Ungu ultra dapat menyebabkan kulit kemerah-
merahan (erithema), dengan mempergunakan sifat ini maka
telah ada usaha untuk mengobati penderita vitiligo (kulit putih).
Selain itu menyebabkan edema kulit, pigmentasi (melanin kulit)
dan pembentukan vitamin D. Terhadap mata menyebabkan
foto keratitis dan katarak pada lensa mata dan cairan mata
bisa mengalami fluoresen yang bersifat sementara tanpa
perubahan patologis. Ungu ultra juga dapat digunakan untuk
mengatasi penderita arthritis (radang sendi).

152 Fisika Kesehatan


2) Sinar Tampak (visible light)
Mempunyai panjang gelombang antara 400-700 nm.
Termasuk dalam sinar tampak adalah: ungu, nila, biru, hijau,
kuning, oranye/jingga dan merah.
Sinar tampak digunakan untuk mengetahui secara langsung
apakah bagian-bagian tubuh baik luar maupun dalam
mengalami suatu kelainan, untuk itu dapat diperinci sebagai
berikut :
a) Transilluminasi: adalah transmisi cahaya melalui jaringan
tubuh untuk mengetahui apakah ada gejala hidrosefalus
(kepala mengandung cairan oleh karena belum sempurna
pembentukan tulang tengkorak) atau ada kelainan di
dalam tubuh. Cahaya yang ditransmisikan akan
dihamburkan sedemikian rupa sehingga membentuk
cahaya yang spesifik. Selain itu digunakan juga untuk
menentukan pneumetoraks, kelainan testes dan payudara.
b) Endoskop: adalah alat yang digunakan untuk melihat ruang
di dalam tubuh. Alat ini terdiri dari fiberglas yang mudah
dibengkokkan dan lampu. Sinar-sinar yang melalui
fiberglas akan dipantulkan secara sempurna sehingga
gambaran di dalam tubuh dapat terlihat dengan mudah.
3) Sinar Merah infra (Infra Red)
Sinar infra merah mempunyai panjang gelombang antara 700-
104 nm. Kegunaan klinik sinar infra merah adalah sebagai
berikut:
a) Sebagai diatermi pada penderita arthritis.
b) Emisi infra merah fotografi di mana radiasi yang
dipancarkan oleh tubuh kemudian ditangkap/dideteksi
sebagai termogram.
c) Reflective infra red photography, yaitu menggunakan panjang
gelombang 700-900 nm, digunakan untuk menunjukkan
aliran vena pada kulit.
d) Digunakan untuk photography terhadap pupil mata tanpa
suatu rangsangan.

Bio Optik 153


b. LASER
Singkatan dari kata Light Amplification by Stimulated Emission
of Radiation (penguatan cahaya oleh emisi radiasi terangsang). Dasar
teori laser mula-mula dicetuskan oleh Albert Einstein (1917).
Hingga tahun 1960 T.H. Maiman memproduksi sinar laser dari
suatu kristal ruby. Pada tahun 1960 para ahli banyak membuat
laser dengan mempergunakan gas, zat cair dan solid sebagai
material laser.
Sinar laser merupakan sumber cahaya yang diemisi sebagai
berkas cahaya yang monokhromatis yang masing-masing
gelombang dalam satu fase bersama-sama berkas cahaya lainnya
yang berdekatan (cahaya koheren) dan parallel. Sinar laser dapat
difokuskan pada suatu titik yang berdiameter beberapa micron
saja. Apabila semua energi laser dikonsentrasikan pada suatu
daerah kecil saja, dayanya akan menjadi besar. Ada beberapa
macam laser, yaitu:
1) Laser p-n junction, belum banyak digunakan, beroperasi pada
daerah merah dengan kepadatan arus 103 A/cm2 atau lebih,
serta pulsa 10-100 ns (nano second).
2) Laser He-Ne, beroperasi pada daerah merah dengan spektrum
633 nm, bekerja pada suatu tekanan yang rendah serupa
dengan neon dengan daya 100mW.
3) Laser Argon, memberikan tingkat daya kontinyu yang tinggi
(1-15 W) dengan spektrum 515 nm. Kegunaannya untuk foto
coagulase pembuluh darah di dalam mata penderita yang
mengalami diabetes retinopathy.
4) Laser CO2, memberi daya 50-500 W, dipakai untuk memotong
plastik logam setebal 1 cm.
Penggunaan laser dalam praktik klinik adalah:
1) Pada beberapa penyakit mata, sinar laser digunakan secara rutin
untuk koagulasi darah dan memblokir pembuluh darah vena.
2) Untuk memperoleh bayangan tiga dimensi yang dikenal sebagai
holography.
3) Pengobatan pada beberapa tipe kanker.

154 Fisika Kesehatan


Namun demikian, kerusakan jaringan dapat terjadi oleh
karena penggunaan laser pada jaringan mencapai temperatur
100oC.

B. Optika Geometris
Panjang gelombang cahaya sangat kecil dibandingkan dengan
sebagian penghalang dan lubang. Oleh karena itu, difraksi pembelokan
gelombang di sekitar sudut sering diabaikan, dan pendekatan sinar di
mana gelombang dianggap merambat dalam garis lurus, adalah sah. Optika
Geometris adalah studi tentang fenomena-fenomena di mana pendekatan
sinar adalah sah. Dengan pendekatan optika geometris, dapat dipelajari
sifat-sifat lensa dan cermin dalam bentuk matematis. Pada bagian ini kita
akan menerapkan hukum-hukum pemantulan dan pembiasan untuk
pembentukan bayangan oleh cermin dan lensa.

1. Cermin Datar
Bayangan yang kita lihat jika kita letakkan telapak tangan di
depan bidang cermin datar, bayangan tersebut sama ukurannya seperti
objeknya. Namun bayangan tersebut tidak sama seperti apa yang
terlihat jika seseorang menghadap kita atau jika kita melihat telapak
tangan kanan kita. Bayangan tangan kanan akan menjadi tangan
kiri di cermin. Pembalikan kanan ke kiri ini adalah akibat pembalikan
kedalaman, yaitu tangan diubah dari kanan ke kiri karena bagian
depan dan belakang tangan dibalik oleh cermin.Untuk sebuah cermin
datar, r (jari-jari kelengkungan cermin) dan f (titik fokus) nya tak
terhingga. Jarak bayangan = - jarak benda (s’= -s). Bayangan yang
dihasilkan oleh cermin datar bersifat
nyata, tegak dan berukuran sama
dengan obyeknya.

Gambar 8.2
Bayangan tangan kanan pada sebuah
cermin datar adalah tangan kiri

Bio Optik 155


2. Cermin-cermin Melengkung
Sebuah bayangan yang terbentuk dari sebuah cermin
melengkung atau dari sebuah lensa berada pada jarak s’. Bayangan
tersebut dihubungkan dengan jarak obyek s oleh persamaan:
1 1 1
+
'
= (8.8)
s s f
di mana f adalah panjang fokus, yang menjadi jarak bayangannya
jika s = ∞ . Untuk sebuah cermin, panjang fokusnya sama dengan
setengah jari-jari kelengkungnnya:

(8.9)

Untuk sebuah lensa tipis di udara, panjang fokusnya


dihubungkan dengan indeks bias n dan jari-jari kelengkungan dua
sisinya r1 dan r2 oleh persamaan:

⎛1 1⎞
= (n − 1)⎜⎜ − ⎟⎟
1
(8.10)
f ⎝ r1 r2 ⎠ 1
f= r
Pada persamaan ini s, s’, r, r1 dan r2 dianggap positif jika obyeknya, 2
bayangannya, atau pusat kelengkungan terletak pada sisi nyata dari
elemennya. Untuk cermin, sisi nyatanya adalah sisi datang. Untuk
lensa, sisi nyata adalah sisi datang dari obyek dan sisi transmisi bagi
bayangan dan pusat kelengkungan. Jika s’ positif, bayangannya nyata,
yang berarti bahwa berkas-berkas cahaya benar-benar menyebar dari
titik bayangan. Bayangan-bayangan nyata dapat dilihat pada sebuah
layar pantau kaca kasar atau film fotografis yang diletakkan pada titik
bayangan. Jika s’ negatif, bayangannya maya, yang berarti tidak ada
cahaya yang benar-benar menyebar dari titik bayangan. Sedangakan
perbesaran lateral bayangan diberikan oleh rumus:
y' − s'
m= = (8.11)
y s
di mana y adalah ukuran obyek dan y’ adalah ukuran bayangan.
Perbesaran negatif berarti bahwa bayangannya terbalik.

156 Fisika Kesehatan


Contoh:
Sebuah obyek berada 12 cm dari cermin cekung dengan jari-jari
kelengkungan 6 cm. Tentukan (a) panjang fokus cermin tersebut, (b)
jarak bayangan dan (c) perbesarannya!
Jawab:
(a). Dari persamaan (8.9), panjang fokus adalah

r = (6cm ) = 3cm
1 1
f=
2 2
(b). Persamaan (8.8) memberikan:
1 1 1
+
'
=
s s f
1
+
12cm
1 4 1 3
= − =
s' 12cm 12cm 12cm

1 1
'
= s’ = 4 cm
s 3cm
(c). Dari persamaan (8.11) memberikan:
y' − s'
m= =
y s

y' − 4' − 1
m= = = kali
y 12 3

Bayangan dapat ditentukan letaknya melalui sebuah diagram


sinar yang memakai dua sinar-sinar utama. Titik dari mana sinar-
sinar ini menyebar atau kelihatan menyebar adalah titik bayangan.
Untuk cermin-cermin melengkung, ada empat sinar utama:
a. Sinar sejajar, yang digambar sejajar dengan sumbu utama. Sinar
ini dipantulkan melalui titik fokus.
b. Sinar fokus, yang digambar melalui titik fokus. Sinar ini
dipantulkan sejajar sumbu utama.

Bio Optik 157


c. Sinar radial, yang digambar melalui pusat kelengkungan. Sinar
ini mengenai cermin tegak lurus permukaannya dan kemudian
dipantulkan kembali pada dirinya.
d. Sinar pusat, yang digambar pada verteks cermin tersebut. Sinar
ini memantul, dengan sudut yang sama, terhadap sumbu utama.

(a) (b)

Gambar 8.3 Diagram sinar untuk menentukan lokasi bayangan


melalui konstruksi geometris

Kita lihat dari gambar 8.3.a, bahwa bayangan tersebut dibalik


dan tidak sama ukuran dengan obyeknya. Perbandingan antara ukuran
bayangan terhadap ukuran obyek didefinisikan sebagai perbesaran
lateral dari bayangan tersebut. Pada gambar 8.3.b, digambarkan sinar
pusat dari puncak obyek ke pusat cermin, sinar ini membentuk sudut
dengan sumbu utama. Sinar yang dipantulkan ke puncak bayangan
membentuk sudut yang sama besarnya dengan sumbu utama. Sebuah
perbandingan dari segi tiga yang dibentuk oleh sinar datang, sumbu
utama, dan obyek dengan segi tiga yang dibentuk oleh sinar yang
dipantulkan, sumbu utama dan bayangannya menunjukkan bahwa
perbesaran lateral y’/y sama dengan perbandingan dari jarak-jarak
s’/s.

3. Lensa
Berdasarkan bentuk permukaannya, lensa dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Lensa yang mempunyai permukaan sferis, dibagi menjadi dua
macam pula, yaitu:

158 Fisika Kesehatan


1) Lensa Cembung / Konvergen / Positif
Sebuah lensa positif atau lensa pengumpul adalah lensa yang
bagian tengahnya lebih tebal dari bagian tepinya. Cahaya sejajar
yang datang pada sebuah lensa positif difokuskan pada titik
foks kedua yang berada pada sisi transmisi lensa tersebut.

Gambar 8.4 Bidang gelombang untuk gelombang


datar yang mengenai sebuah lensa pengumpul

2) Lensa Cekung / Divergen / Negatif


Sebuah lensa negatif atau lensa menyebar adalah lensa yang
bagian tepinya lebih tebal dari pada bagian tengahnya. Cahaya
sejajar yang datang pada sebuah lensa negatif memancar
seolah-olah dari titik fokus kedua, yang berada pada sisi datang
lensa.

Bio Optik 159


Gambar 8.5 Bidang gelombang dan sinar untuk gelombang-
gelombang datar yang datang pada sebuah lensa cekung ganda.

b. Lensa yang mempunyai permukaan silindris


Adalah lensa yang mempunyai permukaan silinder, lensa ini
mempunyai fokus yang positif dan ada pula yang mempunyai
panjang fokus negatif.

4. Kekuatan Lensa (Dioptri)


Kekuatan lensa dinyatakan dengan satuan dioptri (m-1). Kekuatan
lensa (P) sama dengan kebalikan panjang fokusnya (1/f). Jika panjang
fokus dalam meter, kekuatan lensa adalah dalam dioptri (D):

1 1 1
P= = + dioptri (8.12)
f s' s

P = Kekuatan lensa (dioptri)


F = fokus lensa (m)
s = jarak benda dari lensa (m)
s’ = jarak bayangan dari lensa (m)
1D = 1 m-1

5. Bayangan yang Terbentuk Melalui Pembiasan


Pembentukan sebuah bayangan oleh pembiasan pada sebuah
permukaan melengkung yang memisahkan dua medium dengan
indeks bias n1 dan n2 diilustrasikan pada Gambar 8.6.

160 Fisika Kesehatan


Gambar 8.6 Bayangan yang dibentuk oleh pembiasan
permukaan lengkung di antara dua medium

Pada gambar ini n2 lebih besar dari n1, sehingga gelombang-


gelombang berjalan lebih lambat di medium kedua.
Jarak bayangan s’ untuk pembiasan pada sebuah permukaan sferis
(melengkung) tunggal dengan jari-jari r dihubungkan dengan jarak
obyek s dan jari-jari kelengkungan permukaan r oleh:
n1 n2 n2 − n1
+ = (8.13)
s s r
di mana n1adalah indeks bias medium pada sisi datang permukaan
dan n2 adalah indeks bias medium pada sisi transmisinya. Perbesaran
yang disebabkan oleh pembiasan pada permukaan tunggal adalah:
n1s'
m= (8.14)
n2 s
Contoh:
Seekor ikan dalam sebuah mangkok bulat berisi air dengan
indeks bias 1,33. Jari-jari mangkok 15 cm. Ikan melihat menembus
mangkok tersebut dan melihat seekor kucing sedang duduk di atas
meja dengan hidungnya 10 cm dari mangkok tersebut. Di manakah
bayangan hidung kucing tersebut, dan berapakah besarnya?
Jawab:
Jarak obyek antara kucing dan mangkok (s) adalah 10 cm. Indeks
bias n1 = 1 dan n2 = 1,33. Jari-jari kelengkungan +15 cm. Persamaan
(8.13) untuk jarak bayangan memberikan:

Bio Optik 161


n1 n2 n2 − n1
+ =
s s r
1,00 1,33 1,33 − 1,0
+ =
10cm s' 15cm
s’= -17,1 cm.
Jarak bayangan negatif berarti bahwa bayangan tersebut adalah
nyata dan di depan permukaan membias, pada sisi yang sama dengan
obyeknya. Sedangakan perbesaran bayangannya adalah:

n1s' − 17,1cm
m= = = 1,29 kali
n2 s 1,33(10cm )

Jadi kucing tersebut kelihatan lebih jauh dan sedikit lebih besar.

6. Aberasi
Pemburaman bayangan dari sebuah obyek tunggal dikenal
dengan istilah aberasi. Aberasi sferis merupakan hasil dari kenyataan
bahwa permukaan melengkung hanya memfokuskan sinar-sinar
paraksial (sinar-sinar yang berjalan dekat sumbu utama) pada sebuah
titik tunggal. Sinar-sinar non paraksial pada titik dekat yang
bergantung pada sudut yang dibuat dengan sumbu utamanya. Sinar-
sinar yang mengenai lensa jauh dari sumbu utama dibelokkan lebih
dari sinar-sinar yang dekat dengan sumbu utama, dengan hasilnya
bahwa tidak semua sinar difokuskan pada sebuah titik tunggal.
Sebaliknya bayangan tersebut kelihatan sebagai sebuah cakram
melingkar. Lingkaran dengan kekacauan paling sedikit berada pada
titik, di mana garis tengahnya minimum.

Gambar 8.7 Aberasi sferis

162 Fisika Kesehatan


Aberasi sferis dapat dikurangi dengan memperkecil ukuran
permukaan melengkungnya, yang juga berarti memperkecil jumlah
cahaya yang mencapai bayangannya Aberasi yang mirip seperti ini
namun lebih rumit disebut coma (comet-shapet image) dan astigmatisma
yang terjadi saat obyek-obyek berada di luar sumbu utama. Aberasi
dalam bentuk bayangan obyek yang memanjang yang disebabkan
kenyataan bahwa perbesaran bergantung pada jarak titik obyek dari
sumbu utama disebut distorsi.
Aberasi kromatik, yang
terjadi pada lensa dan bukan
pada cermin, adalah hasil dari
variasi indeks bias dengan
panajang gelombang.
Aberasi kromatik dan
aberasi lainnya dapat
diperbaiki sebagian dengan
menggunakan kombinasi
beberapa lensa sebagai ganti
sebuah lensa tunggal. Sebagai
contoh, sebuah lensa positif
dan sebuah lensa negatif
dengan panjang fokus lebih
besar dapat digunakan ber-
sama-sama untuk menghasil-
kan sebuah sistem lensa
Gambar 8.8 Aberasi kromatis pengumpul yang mempunyai
aberasi kromatik jauh lebih
sedikit dibandingkan sebuah lensa tunggal dengan panjang fokus yang
sama. Lensa-lensa kamera yang bagus biasanya berisi elemen-elemen
untuk memperbaiki berbagai aberasi yang muncul.

C. Instrumen Optik
Dalam bab ini kita akan menggunakan apa yang telah kita pelajari
tentang cermin dan lensa untuk mencermati cara kerja salah satu
instrumen optik yang terpenting, yaitu mata. Banyak instrumen optik

Bio Optik 163


yang digunakan saat ini sangat canggih. Prinsip kerjanya sering sangat
sederhana, tetapi penggunaan imajinatif prinsip-prinsip ini telah melipat-
gandakan kemampuan kita untuk melihat dan memahami dunia yang
melingkupi kita.

Mata
Mata merupakan alat optik yang paling dekat dengan kita dan
merupakan sistem optik yang paling penting. Dengan mata kita bisa
melihat keindahan alam disekitar kita. Gambar mata ditunjukkan pada
gambar 8.9.

Gambar 8.9 Mata manusia

1. Bagian-bagian Mata
Mata memiliki beberapa bagian-bagian yang memiliki fungsi-
fungsi tertentu sebagai alat optik, yaitu :
a. Kornea, merupakan selaput kuat yang tembus cahaya dan berfungsi
sebagai pelindung bagian dalam bola mata.
b. Iris, merupakan selaput berbentuk lingkaran yang menyebabkan
mata dapat membedakan warna.
c. Pupil, merupakan celah lingkaran pada mata yang dibentuk oleh
iris, berfungsi mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke mata.
d. Lensa mata, merupakan lensa cembung yang terbuat dari bahan
bening, berserat dan kenyal, berfungsi mengatur pembiasan
cahaya.

164 Fisika Kesehatan


e. Retina, merupakan lapisan yang berisi ujung-ujung saraf yang
sangat peka terhadap cahaya. Retina berfungsi untuk menangkap
bayangan yang dibentuk oleh lensa mata.
f. Aquaeuos humor, merupakan cairan mata.
g. Syaraf optik, merupakan syaraf yang menyampaikan informasi
tentang kuat cahaya dan warna ke otak.

2. Pembentukan Bayangan Pada Mata


Mata bisa melihat benda jika cahaya yang dipantulkan benda
sampai pada mata dengan cukup, kemudian lensa mata akan
membentuk bayangan yang bersifat nyata, terbalik dan diperkecil pada
retina. Ada tiga komponen penginderaan penglihatan, yaitu:
a. Mata memfokuskan bayangan pada retina
b. Sistem syaraf mata yang memberi informasi ke otak
c. Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa
penglihatan tersebut.
Cahaya memasuki mata melalui bukaan yang berubah, lapisan
serat saraf yang menutupi permukaan belakangnya. Retina berisi
struktur indra-cahaya yang sangat luas yang disebut batang (rod) dan
kerucut (cone) yang menerima dan memancarkan informasi di
sepanjang serat saraf optik ke otak. Bentuk lensa kristal dapat diubah
sedikit oleh kerja otot siliari. Apa bila mata difokuskan pada benda
yang jauh, otot akan mengendur dan sistem lensa-kornea berada pada
panjang fokus maksimumnya, kira-kira 2 cm, jarak dari kornea ke
retina. Apa bila benda didekatkan, otot siliari akan meningkatkan
kelengkungan lensa, yang dengan demikian akan mengurangi panjang
fokusnya sehingga bayangan akan difokuskan ke retina. Proses ini
disebut akomodasi.
Persamaan pembentukan bayangan pada mata dapat dirumuskan
dengan persamaan (8.8) sebagai berikut:
1 1 1
P= = +
f s' s

Bio Optik 165


Contoh:
Seseorang bermata miopi mempunyai titik dekat 20 cm. Agar
orang tersebut dapat melihat sebagai mana orang bermata normal
dengan titik dekat 25 cm, berapakah:
a. daya akomodasi mata pasien?
b. kekuatan lensa kaca mata yang harus dipakai?
c. Tentukan kekuatan lensa kaca mata yang harus dipakai apa bila
titik dekat mata seseorang 0,5 m (hipermetropi)!

Jawab:
Untuk menjawab pertanyaan ini perlu diketahui bahwa bayangan
obyek yang terjadi pada retina dibentuk oleh kornea dan lensa yang
merupakan lensa gabung dan jarak kornea ke retina secara
pendekatan empiris adalah 2 cm = 0,02 m. Daya akomodasi mata
dihitung dalam Dioptri (D) di mana selisih antara kekuatan lensa
mata untuk melihat pada titik/jarak tertentu dengan daya kekuatan
lensa mata pada waktu melihat benda pada jarak jauh tak terhingga.
a. Kekuatan fokus mata normal:
1
1 1 1 =
= + = 50 D f 0,
f ∞ 0,02
Apabila mata orang tersebut difokuskan pada jarak 20 cm = 0,2
m, maka fokus matanya :
1 1 1
= + = 55 D
f 0,2 0,02
Jadi daya akomodasi mata orang tersebut sebesar:
55D − 50D = 5D

b. Untuk melihat benda pada jarak normal 25 cm = 0,25 m (mata


normal), maka kekuatan lensa matanya:
1
+ = 54 D
0,02

166 Fisika Kesehatan


Jadi kekuatan lensa kaca mata yang harus dipakai orang tersebut
adalah: 54D − 55D = −1D (lensa minus dengan kekuatan lensa 1
D).

c. Untuk titik dekat 0,5 m, maka fokus matanya:


1
+ = 52 D
0,02
daya akomodasi mata orang tersebut adalah:
52D − 50D = 2D
Untuk melihat benda pada jarak normal 25 cm = 0,25 m (mata
normal), maka kekuatan lensa matanya :
1
+ = 54 D
0,02
Jadi kekuatan lensa kaca mata yang harus dipakai orang tersebut
adalah: 54D − 52D = 2D (lensa plus dengan kekuatan lensa 2 D).

1 11 3. Ketajaman Penglihatan
=
f 0,525 Ketajaman penglihatan digunakan untuk menentukan
penggunaan kaca mata, di klinik dikenal dengan istilah visus.
Sedangkan dalam fisika, ketajaman penglihatan ini disebut resolusi
mata.
Visus penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya
(kaca mata), tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi
keterangan mengenai baik buruknya fungsi mata secara keseluruhan.
Oleh karena itu definisi visus adalah: nilai kebalikan sudut (dalam
menit) terkecil di mana sebuah benda masih dapat dilihat dan dapat
dibedakan.
Pada penentuan visus, para ahli mata mempergunakan kartu
Snellen, dengan berbagai ukuran huruf dan jarak yang sudah
ditentukan. Misalnya mata normal pada waktu diperiksa diperoleh
20/40, berarti penderita dapat membaca huruf pada 20 ft, sedangkan
bagi mata normal dapat membaca pada jarak 40 ft, (1 ft = 5 m).
Dengan demikian dapat dirumuskan dengan persamaan:

Bio Optik 167


(8.15)
d : jarak yang dapat dilihat oleh penderita
D : jarak yang dapat dilihat oleh mata normal
Penggunaan kartu Snellen ini kualitasnya kadang-kadang
meragukan oleh karena huruf yang sama besarnya mempunyai derajat
kesukaran yang berbeda, demikian pula huruf dengan ukuran berbeda
kadang-kadang tidak sama bentuknya. Untuk menghindari
kelemahan-kelemahan itu telah diciptakan kartu Cincin Landolt.
Kartu ini mempunyai sejumlah cincin berlubang, diatur berderet yang
sama besar, dengan lubang yang arahnya ke atas, ke bawah, ke kiri
dan ke kanan. Dari atas ke bawah cincin itu diatur agar lubangnya
mengecil secara berangsur-angsur. Penderita disuruh menunjukkan
deretan cincin tersebut hingga cincin terkecil tanpa salah. Angka visus
ini didapat dengan menghitung sudut di mana cincin Landolt itu
diamati. Misalnya penderita menunjukkan cincin Landolt tanpa salah
0,8 mm jarak 4 meter.

4. Medan Penglihatan d
V =
D

Gambar 8.10 Perimeter

168 Fisika Kesehatan


Untuk mengetahui besar kecilnya medan penglihatan seseorang
dipergunakan alat Perimeter . Dengan alat ini diperoleh medan
penglihatan vertikal 130o, sedangkan medan penglihatan horizontal
155o.

5. Tanggap Cahaya
Bagian mata yang tanggap cahaya adalah retina. Ada dua tipe
fotoreseptor pada retina yaitu Rod (batang) dan Cone (kerucut). Rod
dan Cone tidak terletak pada permukaan retina melainkan beberapa
lapis di belakang jaringan syaraf. Tiap mata memiliki 6,5 juta cone
yang berfungsi untuk melihat siang hari, disebut penglihatan fotopik.
Melalui cone kita dapat mengenal beberapa warna, tetapi cone tidak
sensitif terhadap semua warna, tetapi hanya sensitif terhadap warna
kuning, hijau (panjang gelombang 550 nm). Cone terdapat terutama
pada fovea sentralis.
Rod dipergunakan pada waktu malam atau disebut penglihatan
skotopik, dan merupakan ketajaman penglihatan dan dipergunakan
untuk melihat ke samping. Setiap mata terdapat 120 juta rod.
Distribusi pada retina tidak merata, pada sudut 20o terdapat kepadatan
yang maksimal. Batang ini sangat peka terhadap cahaya biru dan hijau
(510 nm).
Tetapi rod dan cone sama-sama peka terhadap cahaya merah
(650-700 nm), tetapi penglihatan cone lebih baik terhadap cahaya
merah jika dibandingkan dengan rod.

6. Penyesuaian Terhadap Terang dan Gelap


Dari ruang gelap masuk ke dalam ruangan terang kurang
mengalami kesulitan dalam penglihatan. Tetapi apabila dari ruangan
terang masuk ke dalam ruangan gelap akan tampak kesulitan dalam
penglihatan dan diperlukan waktu tertentu agar memperoleh
penyesuaian.
Apabila kepekaan retina cukup besar, seluruh obyek/benda akan
merangsang rod secara maksimum sehingga setiap benda bahkan yang
gelap pun akan terlihat terang putih. Tetapi apabila kepekaan retina
sangat lemah, ketika masuk ke dalam ruangan gelap tidak ada

Bio Optik 169


bayangan yang benderang yang merangsang rod dengan akibat tidak
ada suatu obyek pun yang terlihat. Perubahan sensitivitas retina secara
automatis ini dikenal sebagai fenomena penyesuaian terang dan gelap.
a. Mekanisme Penyesuaian Terang (cahaya)
Pada kerucut dan batang terjadi perubahan di bawah
pengaruh energi sinar yang disebut foto kimia. Di bawah pengaruh
foto kimia ini rhodopsin akan pecah, masuk ke dalam retina dan
skotopsine. Retina akan tereduksi menjadi vitamin A di bawah
pengaruh enzim alcohol dehydrogenase dan koenzym DPN-H +
H+ (=DNA) dan terjadi proses timbal balik (visa verasa).
Rushton (1955) telah membuktikan adanya rhodopsin dalam
retina mata manusia, ternyata konsentrasi rhodopsin sesuai dengan
distribusi rod. Penyinaran dengan energi cahaya yang besar dan
dilakukan secara terus menerus, konsentrasi rhodopsin di dalam
rod akan sangat menurun sehingga kepekaan retina terhadap
cahaya akan menurun.
b. Mekanisme Penyesuaian Gelap
Seseorang masuk ke dalam ruangan gelap yang tadinya berada
di ruangan terang, jumlah rhodopsin di dalam rod sangat sedikit
sebagai akibat orang tersebut tidak dapat melihat obyek/benda di
ruang gelap. Selama berada di ruangan gelap, pembentukan
rhodopsin di dalam rod sangatlah perlahan-lahan, konsentrasi
rhodopsin akan mencapai kadar yang cukup dalam beberapa menit
berikutnya sehingga akhirnya rod akan terangsang oleh cahaya
dalam waktu singkat.
Selama penyesuaian gelap, kepekaan retina akan meningkat
mencapai nilai 1.000 hanya dalam waktu beberapa menit saja.
Kepekaan retina mencapai nilai 100.000, waktu yang diperlukan
1 jam. Sedangkan kepekaan retina akan menurun dari nilai
100.000 apabila seseorang dari ruangan gelap ke ruangan terang.
Proses penurunan kepekaan retina hanya diperlukan waktu 1
sampai 10 menit. Penyesuaian gelap ini ternyata cone lebih cepat
dari pada rod. Dalam waktu kira-kira 5 menit fovea sentralis telah
mencapai tingkat kepekaan. Kemudian dilanjutkan penyesuaian
gelap oleh rod sekiar 30 sampai 60 menit, rata-rata terjadi pada
15 menit pertama.

170 Fisika Kesehatan


7. Tanggap Warna
Salah satu kemampuan mata adalah tanggap warna, namun
mekanisme tanggap warna tersebut belum diketahui secara jelas.
Tetapi dengan menggunakan pengamatan fotopik dapat melihat
warna namun tidak dapat membedakan warna pada obyek yang
letaknya jauh dari pusat medan penglihatan.
a. Teori Tanggap Warna
Kone berbeda dengan rod dalam beberapa hal, yaitu kone
memberi jawaban yang selektif terhadap warna, kurang sensitif
terhadap cahaya dan mempunyai hubungan dengan otak dalam
kaitan ketajaman penglihatan dibandingkan dengan rod. Ahli faal
Lamonov, Young Helmholtz berpendapat ada tiga tipe kone yang
tanggap terhadap tiga warna pokok yaitu biru, hijau dan merah.
1) Kone biru, mempunyai kemampuan tanggap gelombang
frekuensi cahaya antara 400-500 millimikron. Berarti cone biru
dapat menerima cahaya ungu, biru dan hijau.
2) Kone hijau, berkemampuan menerima gelombang cahaya
dengan frekuensi antara 450 dan 675 millimikron. Ini berarti
cone hijau dapat mendeteksi warna biru, hijau, kuning,
orange dan merah.
3) Kone merah, dapat mendeteksi seluruh panjang gelombang
cahaya tetapi respon terhadap cahaya orange kemerahan sangat
kuat dari pada warna-warna lainnya.
Ketiga warna pokok (biru, hijau dan merah) disebut
trikhromatik.
b. Buta Warna
Jika seseorang tidak mempunyai cone merah, ia masih dapat
melihat warna hijau, kuning oranye dan warna merah dengan
menggunakan cone hijau, tetapi tidak dapat membedakan secara
tepat antara masing-masing warna tersebut oleh karena tidak
mempunyai cone merah untuk kontras/membandingkan dengan
cone hijau. Demikian pula jika seseorang kekurangan kone hijau,
ia masih dapat melihat seluruh warna, tetapi tidak dapat
membedakan antara warna hijau, kuning, oranye dan merah. Hal
ini disebabkan cone hijau yang sedikit tidak mampu

Bio Optik 171


mengkontraskan dengan cone merah. Jadi tidak adanya cone
merah atau hijau akan timbul kesukaran atau ketidak mampuan
untuk membedakan warna antara warna merah dan hijau,
keadaan ini disebut buta warna merah-hijau. Kasus yang jarang
sekali, tetapi bisa jadi seseorang kekurangan cone biru, maka or-
ang tersebut sukar membedakan warna ungu, biru dan hijau. Tipe
buta warna ini disebut kelemahan biru (blue weakness).
Pada suatu penelitian diperoleh 8% laki-laki buta warna,
sedangkan 0,5% terdapat pada wanita dan dikatakan buta warna
ini diturunkan oleh wanita. Ada pula orang buta terhadap warna
merah disebut protanopia, buta terhadap warna hijau disebut deu-
teranopia dan buta warna terhadap warna biru disebut tritanopia.

8. Daya Akomodasi
Dalam hal memfokuskan obyek pada retina, lensa mata
memegang peranan penting. Kornea mempunyai fungsi
memfokuskan obyek secara tepat, demikian pula bola mata yang
berdiameter 20-23 mm. Kemampuan lensa mata untuk memfokuskan
obyek disebut daya akomodasi. Selama mata melihat jauh, tidak terjadi
akomodasi. Makin dekat benda yang dilihat, semakin kuat mata/
lensa berakomodasi. Daya akomodasi ini tergantung kepada umur.
Usia makin tua daya akomodasi semakin menurun, hal ini disebabkan
kekenyalan/elastisitas lensa semakin berkurang.
Jika benda terlalu dekat ke mata, lensa mata tidak dapat
memfokuskan cahaya pada retina dan bayangannya menjadi kabur.
Titik terdekat di mana lensa mata memfokuskan suatu bayangan pada
retina disebut titik dekat (punctum proksimum) . Pada saat ini mata
berakomodasi sekuat-kuatnya (berakomodasi maksimum). Jarak dari
mata ke titik dekat ini sangat beragam pada tiap orang dan berubah
dengan meningkatnya usia. Pada usia 10 tahun, titik dekat dapat
sedekat 7 cm, sementara pada usia 60 tahun titik dekat ini telah
menjauh ke 200 cm karena kehilangan keluwesan lensa akibat
elastisitas lensa semakin berkurang, disebut mata presbyop atau mata
tua dan bukan merupakan cacat mata. Nilai standar yang diambil
untuk titik dekat ini adalah 25 cm, dan dianggap sebagai mata
normal.

172 Fisika Kesehatan


Jarak terjauh benda agar dapat dilihat dengan jelas, dikatakan
benda terletak pada titik jauh (punctum remotum). Pada saat ini mata
tidak berakomodasi/lepas akomodasi.

9. Jenis-jenis Mata dan Teknik Koreksi


a. Mata Normal
Sering disebut juga mata emetrop. Mata normal memiliki
titik dekat 25 cm dan titik jauh tak terhingga. Apabila mata
memiliki titik dekat tidak sama dengan 25 cm dan titik jauh tidak
sama dengan tak terhingga, maka dikatakan sebagai cacat mata.
Hal ini mengakibatkan mata sulit melihat benda yang jauh
maupun dekat karena bayangan tidak jatuh tepat pada retina.

R etina
Lensa m ata

25 cm

Gambar 8.11a Mata Normal Benda di Titik Dekat


Bayangan Jatuh Tepat di Retina

R etina

Lensa m ata

Tak terhingga

Gambar 8.11.b Mata Normal Benda di Titik Jauh


Bayangan Jatuh Tepat di Retina

Bio Optik 173


b. Rabun Jauh (miopi)
Disebut juga mata terang dekat, memiliki titik dekat kurang
dari 25 cm (< 25 cm) dan titik jauh pada jarak tertentu. Orang
yang menderita miopi dapat melihat dengan jelas benda pada jarak
25 cm, tetapi tidak dapat melihat benda jauh dengan jelas. Hal
ini terjadi karena lensa mata tidak dapat menjadi pipih
sebagaimana mestinya sehingga bayangan benda jatuh di depan
retina, disebabkan karena mata dibiasakan melihat benda dengan
jarak dekat atau kurang dari 25 cm. Cacat mata ini dapat diatasi
dengan memakai kaca mata berlensa cekung (minus).

R etina
Lensa m ata

Tak terhingga

Gambar 8.12 Mata Miopi Bayangan Jatuh


di Depan Retina

c. Rabun Dekat (Hipermetropi)


Rabun dekat memiliki titik dekat lebih dari 25 cm (> 25 cm),
dan titik jaunya pada jarak tak terhingga. Penderita rabun dekat
dapat melihat jelas benda-benda yang sangat jauh tetapi tidak dapat
melihat benda-benda dekat dengan jelas. Hal ini terjadi karena
lensa mata tidak dapat menjadi cembung sebagai mana mestinya
sehingga bayangan benda jatuh di belakang retina, disebabkan
karena mata dibiasakan melihat benda yang jaraknya jauh. Cacat
mata ini dapat diatasi dengan kaca mata berlensa cembung (plus).

174 Fisika Kesehatan


R etina
Lensa m ata

Tidak Tak terhingga

Gambar 8.13 Mata Hipermetropi Bayangan Jatuh


di Belakang Retina

d. Mata Tua (Presbiopi)


Jenis mata ini bukan termasuk cacat mata, disebabkan oleh
daya akomodasi yang berkurang akibat bertambahnya usia. Letak
titik dekat maupun titik jauh telah bergeser. Titik dekatnya lebih
dari 25 cm dan titik jauhnya hanya berada pada jarak tertentu.
Pada penderita presbiopi tidak dapat melihat benda jauh dengan
jelas serta tidak dapat membaca pada jarak baca normal. Jenis
mata ini dapat ditolong dengan kaca mata berlensa rangkap (mi-
nus di atas dan plus di bawah) yang disebut kaca mata bifocal.
e. Astigmatisma
Cacat mata ini disebabkan oleh kornea mata yang tidak
berbentuk sferis, tapi lebih melengkung pada satu sisi dari pada
sisi yang lain. Akibatnya sebuah titik akan difokuskan sebagai garis
pendek. Penderita astigmatisma, dengan satu mata akan melihat
garis dalam satu arah lebih jelas dari pada ke arah yang berlawanan.
Penderita astigmatisma dapat diatasi dengan menggunakan kaca
mata berlensa silindris.

Bio Optik 175


R etina
Lensa m ata

Gambar 8.14 Mata astigmatisma, kornea menyerupai bentuk telur


atau buah lemon yaitu berbentuk elips

f. Mata Campuran
Penderita yang matanya sekaligus mengalami presbiopi dan
miopi, maka memiliki titik dekat yang letaknya terlalu jauh dan
titik jauh terlalu kecil, dapat ditolong dengan kaca mata berlensa
rangkap atau bifocal (negatif di atas dan positif di bawah).

- oOo -

176 Fisika Kesehatan


BAB IX
ATOM DAN RADIASI
DAN

A. Fisika Atom dan Radiasi

A
tom merupakan bagian terkecil suatu elemen yang mengambil
bagian dalam suatu reaksi kimia; merupakan partikel netral
dalam arti tidak mengandung kelebihan muatan positif maupun
negatif. Jumlah muatan positif maupun negatif dalam atom selalu
seimbang.

1. Model-model Atom
Ada tiga model atom yang terkenal, yaitu: menurut J.J Thomson
(1910), Ernest Rutherford (1911) dan Niels Bohr (1913).
a. Model Atom Thomson:
Thomson berpendapat bahwa atom bagaikan sebuah bola yang
mengandung muatan positif tersebar secara merata di seluruh
volume bola. Elektron-elektron yang bermuatan negatif
berkeliaran di dalam bola yang bermuatan positif.

Gambar 9.1 Model atom Thomson

177
b. Model Atom Rutherford:
Ernest Rutherford melukiskan tentang struktur atom bahwa
bagian luar suatu atom dibatasi oleh elektron, sedangkan bagian
tengah terdapat inti bermuatan positif. Oleh karena elektron
bermuatan negatif sedangkan inti bermuatan positif, maka
terdapat gaya tarik coulomb antara inti dan elektron.

Gambar 9.2 Model atom Rurherford

c. Model Atom Niels Bohr:


∆E = h
Model atom Niels Bohr sama dengan yang dilukiskan Ruther-
ford, hanya saja berbeda dalam hal gerakan dan lintasan elektron.
Model ini menyatakah bahwa:
1) Elektron dalam gerakannya mengelilingi inti hanya mungkin
apabila memiliki momentuk sudut sebesar:
h
L=n = nh (9.1)

n : bilangan kwantum dasar yaitu 1, 2, 3, 4, dan seterusnya.
h : konstanta Planck 6,626 × 10-34 J s.
2) Elektron-elektron bergerak dalam lintasan stasioner tanpa
mamancarkan energi
3) Elektron dapat pindah dari lintasan satu ke lintasan lain sambil
memancarkan atau menyerap energi berupa gelombang
elektromagnetik sebesar:
(9.2)

178 Fisika Kesehatan


: perbedaan energi antara kedua lintasan
f : frekuensi gelombang elektromagnetis yang
dipancarkan atau diserap.

Gambar 9.3 Model atom Bohr

2. Inti Atom dan Radioaktivitas


Rutherford menunjukkan bahwa muatan positif atom terkumpul
∆ EA
Z X pada pusat atau inti atom. Apabila inti atom dianggap terdiri dari
proton (muatan positif) saja, terdapat ketidak cocokan dengan berat
atom, oleh karena berat atom akan menjadi kira-kira setengah dari
berat atom yang diamati.
Chadwik (1932) menemukan neutron yaitu suatu partikel yang
beratnya sama dengan berat proton tetapi tidak bermuatan listrik.
Dengan penemuan ini para ahli berpendapat bahwa inti atom terdiri
dari sejumlah proton dan neutron. Jumlah proton (Z) sama dengan
jumlah elektron mengelilingi inti. Jika jumlah neutron dinyatakan
dengan N, maka seluruh nucleon (partikel inti) dapat dinyatakan
sebagai berikut:
A=Z+N (9.3)
Inti suatu atom misalnya X, jumlah proton/elektronnya Z, dan
jumlah nukleonnya A, maka inti atom X dapat dinyatakan:

atau A
Z X

Atom dan Radiasi 179


3. Bagian Atom dan Inti Atom
Jumlah proton dalam inti atom menentukan nomer atom atau
letak atom dalam sistem berkala unsur-unsur. Jumlah proton dan
neutron dalam inti atom menentukan berat atom. Suatu jenis atom
ditentukan oleh jumlah proton atau elektron (Z). Ada kalanya satu
jenis atom memiliki jumlah neutron (N) yang berbeda. Inti atom
dengan proton/elektron (Z) yang sama tetapi N berbeda, disebut isotop
dari atom yang bersangkutan. Contohnya atom Hidrogen (1H1)
mempunyai isotop deutrium (1H2) dan tritium (1H3), atom karbon
mempunyai isotop 6C12 dan 6C14.
Atom-atom dengan jumlah nukleon yang sama disebut isobar,
misalnya 1H3 dengan 2H3. Sedangkan atom-atom dengan jumlah neu-
tron yang sama disebut Isotone, misalnya 1H3 dengan 2He3.

4. Muatan Listrik dan Massa Bagian-bagian Atom


Muatan elektron = 4,8 × 10-8 satuan elektron statis
Massa 1 elektron = 0,0005 satuan massa atom = 9,110-28 gram
Muatan 1 proton = 1 satuan massa atom = 1,6710-24 gram
= 1.836massa 1 elektron.
Muatan 1 neutron = 0
Muatan 1 neutron = massa 1 proton

B. Radioaktif
Becquerel, pada tahun 1896 menemukan senyawa Uranium yang
memancarkan sinar tak tampak yang dapat menembus bahan tidak
tembus cahaya serta mempengaruhi emulsi fotografi. Pada tahun 1896
Marie Curie menunjukkan bahwa inti uranium dan banyak unsur lain
bersifat memancarkan salah satu partikel alfa, beta atau gamma. Unsur
inti atom yang mempunyai sifat memancarkan sinar-sinar alfa, beta atau
gamma disebut inti radioaktif.

1. Sinar Alfa
Merupakan partikel yang dipancarkan oleh sebuah inti yang
terjadi dari 4 buah nucleon, yaitu 2 proton dan 2 neutron. Sinar alfa

180 Fisika Kesehatan


mempunyai daya tembus sangat kecil sehingga pemakaiannya sangat
terbatas dalam radioterapi. Daya tembus sinar alfa dalam udara sejauh
4 cm, terhadap materi yang lebih padat daya tembusnya semakin kecil.
Energi sinar alfa sebesar 5,3 MeV, apabila terjadi tumbukan dengan
elektron, partikel alfa akan kehilangan energi sebesar 100 MeV. Pada
waktu energi tinggal 1 MeV, partikel alfa menangkap 2 buah elektron
sehingga menjadi atom Helium yang netral. Partikel alfa tidak
mengalami pembelokan, hal ini disebabkan massa partikel alfa lebih
besar dibandingkan dengan massa elektron. Elektron-elektron akan
terpental pada waktu terjadi tumbukan dengan partikel alfa.
Hubungan antara energi dan jarak tembus partikel alfa dapat
dinyatakan dengan rumus:
(9.4)
E = energi dalam MeV (mega electron volt)
R = Jarak tembus dalam cm

2. Sinar Beta
R = 0,543E − 0,160 Sinar beta atau partikel beta merupakan partikel yang dilepas
atau terbentuk pada suatu nucleon inti. Partikel beta ini dapat berupa
elektron bermuatan negatif (negatron), elektron bermuatan positif
(positron) atau elektron cuptur (penangkapan elektron). Besar energi
partikel beta berkisar antara 0,01 MeV samapai 3 MeV. Jarak tembus
partikel alfa kurang lebih seratus kali lebih jauh dari pada partikel
beta. Partikel beta 1 MeV dapat menembus air 0,4 cm. Sinar beta
juga menyebabkan atom-atom yang dilaluinya mengalami kenaikan
tingkat energi (pengion). Partikel beta mudah dibedakan pada
pertumbukan dengan elektron-elektron atom oleh karena massa
partikel beta sangat kecil. Jarak tembus partikel beta positron (positif)
hampir sama dengan jarak tembus partikel beta negatron (negatif).
Positron dapat mendekati elektron atom sampai dekat sekali, bahkan
bersatu dengan elektron itu dan berubah menjadi sinar gamma. Proses
ini desebut Anihilasi. Hubungan anara energi maksimum partikel beta
dan jarak tembusnya (secara empiris) dapat dinyatakan dengan rumus:
R = 0,543E − 0,160 (9.5)

Atom dan Radiasi 181


E = energi maksimum dalam MeV
R = jarak tembus dalam satuan cm
Sinar beta/partikel beta yang bermuatan negatif (negatron)
berasal dari kulit atom. Apabila akselerasi di dalam pesawat seperti
linear akselerator, maka partikel tersebut disebut elektron.

3. Neutron
Merupakan partikel tidak bermuatan listrik yang dihasilkan
dalam reakor nuklir. Neutron tidak menimbulkan ionisasi, namun
mempunyai energi. Pengurangan energi neutron, terjadi melalui
interaksi dengan inti atom. Proses pengurangan energi melalui:
a. Peristiwa hamburan (scattering).
b. Reaksi inti (masuknya neutron ke dalam inti sehingga terbentuk
inti yang berisotop).
c. Reaksi fisi (neutron diserap inti, akibatnya terbentuk 2 inti
menengah dan beberapa neutron serta tenaga).
d. Peluruhan (inti yang telah terbentuk dengan masuknya neutron
akan melepaskan salah satu partikel alfa, proton, deuteron atau
triton)
Kebanyakan kehilangan energi neutron melalui hamburan.
Neutron dipakai untuk pengobatan tumor otak. Apabila cairan
Boron disuntikkan pada penderita tumor otak, akan terjadi
konsentrasi boron yang tinggi dalam jaringan otak. Kemudian bila
tumor dibombardir dengan neutron dari hasil reaktor atom, maka
boron akan mengalami disintegrasi inti dan memancarkan sinar alfa
yang dapat menghancurkan jaringan tumor.

4. Proton
Ialah inti zat cair yang bermuatan positif. Dalam radioterapi pro-
ton dipakai untuk menghancurkan kelenjar hipofisis.

5. Sinar Gamma
Terbentuknya sinar gamma merupakan hasil disintegrasi inti
atom. Inti atom yang mengalami disintegrasi dengan memancarkan

182 Fisika Kesehatan


sinar alfa akan terbentuk inti-inti baru dengan memiliki tingkat energi
yang agak tinggi. Kemudian terjadi proses transisi ke tingkat energi
yang lebih rendah atau tingkat dasar sambil memancarkan sinar
gamma. Sinar gamma sama halnya dengan sinar-X, termasuk
gelombang elektromagnetis, jika sinar gamma menembus lapisan
materi setebal x maka intensitas akan berkurang menurut persamaan:

I = I0e− µX (9.6)

I = Intensitas sinar gamma setelah menembus materi setebal x.


I0 = Intensitas mula-mula dari sinar-X
U = Koefisien penyerapan materi yang dilalui
Tebal materi yang dapat menyerap sinar gamma sehingga
intensitasnya tinggal setengah intensitas semula, dapat dinyatakan
dengan rumus:
ln 2
t1/2 = (9.10)
µ
dan disebut Nilai lapisan Menengah “Half Value Layer” (HVL), dahulu
digunakan istilah Half Value Thickness.

6. Sinar-X
Merupakan sinar katoda dan termasuk gelombang
elektromagnetis. Timbulnya sinar X oleh karena ada perbedaan
potensial arus searah yang besar di antara kedua elektroda (katoda
dan anoda) dalam sebuah tabung hampa. Berkas elektron akan
dipancarkan dari katoda menuju anoda, pancaran elektron-elektron
ini disebut sinar katoda atau sinar-X.
Arus listrik yang digunakan untuk memanaskan filament
sehingga filament dapat memanaskan elektron dapat memberi
elektron; elektron-elektron ini akan dipercepat dari katoda ke anoda.
Perbedaan tegangan antara katoda dan anoda dalam orde 20 KeV
sampai 100 KeV. Dalam praktek klinik biasanya digunakan 80-90 KeV.
Sinar X dan sinar Gamma mempunyai sifat yang sama oleh karena
keduanya merupakan gelombang elektromagnetis.

Atom dan Radiasi 183


Sejak ditemukannya sinar X oleh W.C. Roentgen (sarjana fisika
dari Universitas Wurzburg Jerman) banyak sarjana melakukan
penelitian terhadap karakteristik sinar X. Dari hasil penelitian tersebut
dapat diketahui bahwa karakteristik sinar X adalah:
a. menghitamkan plat potret (film)
b. mengionisasi gas
c. menembus berbagai zat
d. menimbulkan fluorosensi
e. merusak jaringan.

C. Energi Absorbsi
Pada penyinaran akan terjadi pemindahan atau penyerapan energi
radiasi ke dalam materi atau jaringan tubuh yang disinari. Berdasarkan
energi yang diserap maka dibagi dalam tiga proses absorbsi radiasi, yaitu:
efek foto listrik, efek kompton dan pembentukan sepasang elektron (pair
production).
1. Efek foto listrik
Pada penyinaran cahaya terhadap suatu zat, energi radisai akan
diserap seluruhnya. Energi yang diserap itu dipergunakan untuk
mengeluarkan elektron dari ikatan inti kalau beberapa syarat tertentu
telah terpenuhi. Misalkan W min adalah usaha minimum yang
diperlukan untuk melepaskan elektron dari permukaan logam, ini
dinamai fungsi kerja logam. Misalkan foton dengan energi hf
bertumbukan dengan elektron dan pada tumbukan ini mengarahkan
seluruh energinya kepada elektron. Maka energi kinetik maksimum
yang diperoleh elektron yang terbatas dari ikatan logam adalah:
1 2
m vm aks = hf − W m in (9.11)
2
Persamaan ini dekenal sebagai persamaan Einstein untuk efek
foto listrik. Peristiwa ini dialami elektron-elektron pada kulit bagian
dalam, misalnya kulit K. Elektron yan dikeluarkan atau terpancar
keluar dinamakan foto elektron. Proses pengeluaran elektron ini terjadi
pada penyinaran dengan energi foton yang rendah kira-kira 50 KeV.

184 Fisika Kesehatan


Gambar 9.4 Sketsa alat untuk mengkaji
efek elektromagnetik

Cahaya mengenai katoda C dan melepaskan elektron. Jumlah


elektron yang mencapai anoda A diukur oleh arus dalam Ammeter.
Anodanya dapat dibuat positif atau negatif terhadap katoda untuk
menarik atau menolak elektron.

2. Efek Kompton
Energi radiasi hanya sebagian saja diserap untuk mengeluarkan
elektron dari atom (foto elektron), sedangkan sisa energi akan
terpancar sebagai scattered radiation (hamburan radiasi) dengan
energi yang lebih rendah daripada energi semula. Efek kompton terjadi
pada elektron-elektron bebas atau terikat secara lemah pada lapisan
kulit terluar, pada penyinaran dengan energi radiasi yang lebih tinggi
yaitu berkisar 200-1000 KeV.

Atom dan Radiasi 185


Gambar 9.5 Hamburan Compton sinar X oleh elektron.

3. Pembentukan Sepasang Elektron (pair production)


Adalah suatu proses pembentukan positron dan elektron melalui
energi radiasi sinar gamma yang melebihi 1,02 MeV, yaitu energi massa
positron + elektron. Proses ini terjadi apabila radiasi dengan energi
yang sangat tinggi mendekati atau memasuki medan listrik atom/
inti. Energi radiasi ini akan berubah menjadi elektron dan positron.
Ini sesuai dengan teori Einstein yang menyatakan bahwa energi
ekivalen dengan massa dan dapat dilukiskan dengan persamaan:
E = m c2 (9.12)
E = energi (erg)
M = massa (gram)
C = kecepatan gelombang elektromagnetis = 3 x 1010 cm/s.
Proses terjadinya positron dan elektron (menjadi 2 sinar gamma)
masing-masing dengan energi 0,51 MeV, dinamakan proses Annihilasi.
Setelah kehilangan energi karena ionisasi sepanjang perjalanannya,
positron bisa bergabung dengan sebuah elektron dan lenyap bersama-
sama dalam bentuk energi yang lain.

D. Ionisasi dan Jenis Radiasi


1. Ionisasi
Energi radiasi dapat mengeluarkan elektron dari inti atom, sisa
atom ini menjadi muatan positif dan disebut ion positif. Elektron yang

186 Fisika Kesehatan


dikeluarkan itu dapat tinggal bebas atau mengikat atom netral lainnya
dan membentuk ion negatif. Peristiwa pembentukan ion positif dan
ion negatif ini dinamkan ionisasi. Ionisasi ini penting sekali diketahui
oleh karena melalui proses ini jaringan tubuh akan mengalami
kelainan atau kerusakan pada sel-sel tubuh. Ionisasi di udara dapat
digunakan sebagai dasar sistem pengukuran dosis radiasi.

2. Jenis Radiasi
Tidak semua radiasi dapat menimbulkan radiasi. Berdasarkan
ada tidaknya ionisasi, maka radiasi dibagi dalam 2 kategori, yaitu:
a. Radiasi yang tidak menimbulkan ionisasi, jenis gelombang atau
sinar-sinarnya adalah:
1) Sinar ungu ultra
2) Sinar merah infra
3) Gelombang ultrasonik
jenis gelombang atau sinar-sinar ini biasanya dipakai pada
bagian/unit pusat rehabilitasi dan tidak digunakan di bagian
radioterapi, kecuali gelombang ultrasonik dipakai di unit
rontgen untuk tujuan diagnostik.
b. Radiasi yang dapat menimbulkan ionisasi, jenis gelombang atau
sinar-sinarnya adalah:
1) Sinar alfa
2) Sinar beta
3) Sinar gamma
4) Sinar-X
5) Proton

E. Energi Radiasi
Radiasi mempunyai energi. Menurut Max Planck (1900), pertukaran
energi antara radiasi dan meteri tidak terjadi secara kontinyu, melainkan
berlangsung melalui satuan energi yang disebut kwantum. Kwantum energi
radiasi (E) suatu gelombang elektromagnetis (sinar gamma dan sinar X)
sama dengan konstanta dikalikan dengan frekuensi radiasi, dapat
dinyatakan dalam persamaan (9.13) :

Atom dan Radiasi 187


E erg = h × f (9.13)
Eerg = energi radiasi dalam erg
h = konstanta Planck = 6,6210-27 erg detik
f = frekuensi radiasi (Hz)
C
dan f = ,
λ
C = kecepatan gelombang elektromagnetis = 31010 cm/s
λ = panjang gelombang (cm)

F. Radiasi Pengion Terhadap Sistem Biologik


Yang dimaksud dengan radiasi pengion adalah radisi sinar-X atau
sinar gamma. Untuk mengetahui efek radiasi pengion ini perlu
mengetahui beberapa satuan yang digunakan dalam radiasi.
1. Satuan Dosis dalam Radiasi Pengion
Mula-mula dosis yang digunakan dalam radiasi pengion adalah
dosis erithema, yaitu banyaknya radiasi sinar-X yang menyebabkan kulit
kemerahan. Starting (1939) melakukan radiasi terhadap penderita
kemudian diukur dalam satuan Roegen disingkat r, kurang lebih tahun
1960 r diganti dengan roentgen (R).
Roentgen (R) adalah satuan dari pada banyaknya radiasi (unit of
exposure). Definisi 1 Roentgen adalah: banyaknya radiasi sinar-X atau
sinar gamma yang menimbulkan ionisasi di udara pada 0,001293 gram
udara sebanyak satu-satuan muatan elektrostatis.
Radiasi sinar-X maupun sinar gamma yang mengenai suatu
areal tertentu dikenal dengan nama satuan rap (roentgen area product),
di mana rap sama dengan radiasi 100 R pada setiap cm2, maka:
1 rap = 100 Rcm2.
Satuan Roentgen ini hanya berdasarkan ionisasi yang terjadi di
udara dan hanya berlaku bagi sinar-X dan sinar gamma saja serta
tidak menunjukkan jumlah banyaknya absorbsi bagi sembarang
radiasi.

188 Fisika Kesehatan


Satu rad didefinisikan sebagai dosis penyerapan energi radiasi
sebanyak 100 erg bagi setiap gram benda/jaringan.
1 rad = 100 erg/g = 0,01 Joule/Kg jaringan.
Untuk sinar-X dan sinar gamma, dosis sebesar 1 rad hampir sama
dengan dosis 1 R per gram air dan akan memeberikan dosis rad yang
lebih besar, misalnya 1 R sinar-X pada tulang = 4 rad. Untuk energi
radiasi yang tinggi pada penggunaan radioterapi perbandingan antara
rad dan Roentgen mendekati 1 baik untuk tulang maupun untuk
jaringan.
Pada tahun 1975, International Commission on Radiological
Unit (ICRU) memakai Gray (Gy) sebagai dosis satuan Internasional
(SI). Pemakaian satuan Gy ini untuk menghormati tuan Harold Gray,
seorang ahli fisika kedokteran berkebangsaan Inggris yang
menemukan efek Oksigen pad sel-sel yang diiradiasikan. Satu Gy
adalah dosis radiasi apa saja yang menyebabkan penyerapan energi 1
joule pada 1 Kg zat penyerap, maka:
1 Gy = 1 J/Kg = 107 erg/Kg = 100 rad.
Hubungan antara rad dan Roentgen adalah:
Rad = R0,87F
F = faktor yang nilainya tergantung pada energi radiasi.
Selain satuan rad, Roentgen (R), rap dan Gy, ada pula satuan
lain yang lebih menekankan pada efek biologis dari pada radiasi
pengion, yaitu RBE (Relative Biological Effectiveness) dan Rem (rad Equiva-
lent Man) dan Reb (Rad Equivalent Biological).
a. RBE (Relative Bilogical Effectiveness)
Berbagai radiasi memberikan efek biologis yang tidak sama.
Dengan perkataan lain berbagai radiasi mempunyai RBE yang
berlainan. Definisi RBE ialah perbandingan dosis sinar-X 250
KV dengan dosis radiasi lain yang memberikan efek biologis yang
sama, atau:
RBE = dosis sinar-X, 250 KV yang memberikan efek biologis tertentu/
dosis suatu radisi lain yang memberikan efek biologis yang sama.

Atom dan Radiasi 189


Misalnya efek biologis dari 100 rad suatu radiasi sama dengan 300
rad 250 KV sinar-X, maka RBE suatu radiasi adalah 3.
b. REM (Rad Equivalent Man)
Merupakan suatu unit untuk menyatakan banyaknya ekivalen
dosis. Ekivalen dosis didefinisikan sebagai = radfactor kualitas dari
radiasi, sedangkn faktor kualitas berkaitan dengan RBE, maka:
Dosis dalam REM = dosis dalam radRBE
Satuan REM dipakai pada proteksi radiasi sedangkan RBE pada
radioterapi.

F. Efek Biologis yang Timbul oleh Radiasi Pengion


Radioterapi dengan sinar-X, sinar gamma atau partikel isotop
radioaktif pada hakikatnya tergantung pada energi yang diabsorbsi baik
secara efek fotoelektris maupun efek kompton yang menimbulkan ionisasi
pada jaringan. Akibat dari radiasi pengion ini dinamakan efek biologis.
Efek biologis dibagi menjadi 2: efek somatis dan efek genetic. Pembagian
efek somatis maupun efek genetis berdasarkan atas kerusakan sel jaringan
yang ditimbulkan oleh radiasi pengion tersebut. Di dalam sel akan terjadi
2 efek yang merusak, yaitu efek ionisasi dan efek biokimia.
Pada efek ionisasi: pada sel-sel terionisasi akan memancarkan elektron
pada struktur ikatan kimia dengan akibat terpecahnya molekul-molekul
dari sel sehingga terjadi kerusakan sel.
Pada efek biokimia: karena jaringan sebagian besar terdiri dari air,
radiasi pengion akan menyebabkan molekul-molekul molekul air terpecah
menjadi ion H+ dan OH-, serta atom-atom netral J dan OH (faseradical),
yang sangat mudah mengalami reaksi kimia. Molekul-molekul yang
jaringan yang terpecah ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan
jaringan. Dalam efek somatis ini, besarnya energi yang diabsorbsi
berkaitan dengan respon/sensitivitas jaringan terhadap radiasi. Urutan
menurun sensitivitas jaringan terhadap radiasi adalah : sumsum tulang
dan sistem hemopoetik, jaringan alat kelamin, jaringan alat pencernaan, kulit,
jaringan ikat, jaringan kelenjar, tulang, otot dan urat saraf.
Pada efek somatic, yang ditimbulkan oleh radiasi pengion terutama
terlihat kelainan pada tubuh, yaitu:

190 Fisika Kesehatan


1. Terhadap kulit: Timbul dermatitis akut, dermatitis khronika dan late
effect daripada dermatitis akuta.
2. Terhadap mata: menimbulkan konjungtivitis dan keratitis. Lensa mata
sangat radiosensitive, sehingga penyinaran 400-500 rad menimbulkan
katarak.
3. Terhadap alat kelamin: Dosis 600 rad menimbulkan sterilisasi (testis
lebih sensitive dari pada ovum). Pada dosis rendah dapat menimbulkan
mutasi gen dan kelainan pada keturunan. Sedangkan pada wanita hamil
akan terjadi kematian foetus atau menimbulkan anomaly/kelainan.
4. Terhadap paru-paru: menimbulkan batuk, sesak nafas dan nyeri dada
serta fibrosis paru-paru.
5. Terhadap tulang: menimbulkan gangguan pertumbuhan tulang serta
osteoporosis.
6. Terhadap saraf: timbul myelitis dan degenerasi jaringan otak
7. Penyakit radiasi: demam, rasa lemah, kurang nafsu makan, nausea
(mual), nyeri kepala dan mudah mencret.
8. Efek genetic: terjadi mutasi gen diperkirakan pada dosis 25-150 rem.

G. Terapi Radiasi
Prinsip dasar terapi radiasi adalah menimbulkan kerusakan pada
jaringan tumor sebesar mungkin, dengan kerusakan seminimal mungkin
pada jaringan normal di sekitar tumor. Hal ini dapat dicapai dengan
penyinaran langsung pada tumor dari berbagai arah, sehingga diperoleh
dosis maksimum pada tumor tersebut. Dalam melakukan terapi radiasi
perlu memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Jenis radiasi: Sinar X voltage, uranium, radium, 60Co, dan sebagainya.
2. Jenis sel: sel-sel embrional atau bukan.
3. Lingkungan sel: apakah terjamin adanya penyaluran darah di sekitar
sel tersebut atau tidak.
4. RBE RBE sangat tinggi (lebih dari satu) mempunyai kemampuan
mematikan sel lebih besar.

1. Perencanaan Terapi Radiasi


Sebelum dilakukan terapi radiasi perlu adanya perencanaan yang
baik sehingga dalam pelaksanaan terapi radiasi dapat memberikan

Atom dan Radiasi 191


hasil sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan terapi radiasi adalah:
a. Menetapkan letak dan luas tumor
b. Teknik penyinaran dan distribusi dosis
c. Toleransi jaringan.

a. Menetapkan letak dan luas tumor


Tumor yang dangkal dapat diraba sehingga mudah menentukan
luas tumor. Untuk tumor yang letaknya di dalam tubuh perlu
dibuat foto Roentgen agar dapat menentukan letak dan luas tu-
mor sehingga arah penyinaran dapat ditentukan. Penentuan letak
tumor ini sangat menentukan jenis energi radiasi yang akan
digunakan. Tumor-tumor yang letaknya pada kulit dapat disinari
dengan voltage rendah atau menengah, sedangkan yang terletak
di bawah kulit menggunakan voltage tinggi dan yang terletak jauh
di bawah kulit seperti ovarium, bronchus dan oesafogus perlu
malakukan terapi super voltage. Klasifikasi radioterapi adalah
sebagai berikut :
1) Terapi voltage rendah : 50 KV
2) Terapi voltage menengah : 100-140 KV
3) Terapi voltage tinggi : 200-400 KV
4) Terapi super voltage : >>1000 KV
Energi radiasi berbanding langsung dengan voltage, makin tinggi
energi suatu radiasi makin besar pula daya tembusnya.

b. Teknik penyinaran dan distribusi dosis


Teknik penyinaran sangat penting oleh karena sangat berkaitan
dengan distribusi dosis pada tumor. Melalui teknik penyinaran
yang baik, distribusi dosis pada tumor dapat merata dan lebih tinggi
dari pada dosis jaringan sekitarnya. Berdasarkan letak tumor maka
teknik penyinaran dibagi dalam:
1) Menggunakan satu lapangan, digunakan untuk tumor yang
tidak dalam, kira-kira 2-3 cm di bawah kulit.
2). Menggunakan beberapa lapangan atau terapi dengan tehnik

192 Fisika Kesehatan


rotasi, biasanya dikerjakan pada tumor yang letaknya dalam
di bawah kulit. Berdasarkan distribusi dosis yang hendak dicapai
maka teknik penyinaran di bagian dalam dapat dilakukan
dengan beberapa teknik, yaitu:
a). Teknik terapi lapangan tetap (Fixed Field Therapy),
digunakan agar tumor mendapat dosis yang merata dan
lebih tinggi dari pada jaringan tumor. Yang tergolong
dalam teknik terapi lapangan tetap adalah:
ƒ Satu lapangan, untuk tumor yang letaknya dangkal
ƒ Dua lapangan dengan menggunakan:
(1) Cross fire technic, sinar difokuskan pada suatu titik
di bawah tumor agar dosis maksimum jatuh pada
tumor karena dosisi maksimum terletak di atas titik
tersebut.
(2) Teknik tangensial, dipakai pada penyinaran suatu
tumor dengan tujuan agar jaringan di bawah tu-
mor mandapat radiasi sedikit mungkin. Misalnya
penyinaran karsinoma (kanker mamma), jaringan
paru-paru di bawahnya sedikit mendapatkan
radiasi.
ƒ Tiga lapangan berhadap-hadapan (opposing field),
digunakan untuk mendapatkan dosis maksimum pada
tumor dengan mempergunakan tiga lapangan yang
berhadap-hadapan. Misalnya pada penyinaran
karsinoma (kanker oesofagus).
b) Teknik rotasi, dapat dikerjakan pada sudut 120o, 180o dan
360o. Untuk sudut kurang dari 360o prosentase dosis
maksimumnya tidak lagi terdapat pada titik pusat rotasi
melainkan akan berpindah ke arah sinar datang dan
terletak di sebelah atas titik pusat rotasi, sehingga tumor
harus berada di sebelah atas titik pusat rotasi.
Dari pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa prosentase
maupun distribusi radiasi sangat tergantung pada ukuran
lapangan penyinaran, besar sudut rotasi, dan bentuk
permukaan bagian tubuh yang mendapat penyinaran.

Atom dan Radiasi 193


c. Toleransi jaringan sehat
Batas toleransi jaringan sehat harus diperhatikan pula pada
penyinaran untuk menghindari terjadinya dosis yang berlebihan
atau radionekrosis (kematian sel karena sinar radiologi) pada jaringan
sehat. Semakin kecil lapangan penyinaran, maka toleransi jaringan
semakin tinggi, begitu juga sebaliknya.

2. Metode Radioterapi
Ada tiga metode radioterapi, yaitu:
a. Radioterapi jarak jauh (Megavoltage therapy) menggunakan sinar-
X dengan super voltage (megavoltage) di mana sumber radiasi berada
di luar tubuh.
b. Radioterapi jarak dekat (Brachy therapy), menggunkan radium atau
gas radon radioaktif di mana sumber radiasi terletak di permukaan
atau di tanamkan di dalam tumor dalam bentuk biji-biji material.
c. Penggunaan radioisotope untuk terapi secara sistemik dalam tubuh,
menggunakan zat radioaktif yang mengikuti dalam peredaran
darah dan akan mencapai sasaran yang akan dituju. Isotop 131I
digunakan untuk pengobatan kanker thyroid, sedangkan suatu
emmisi beta yang murni dari 32P untuk pengobatan polisitemia vera
(kelebihan sel darah merah) sehingga dapat mengurangi produksi
sel darah merah.

3. Proteksi Radiasi
Pada bagaian depan telah dibahas akan bahaya radiasi sinar-X
maupun sinar gamma dari zat radium yang dapat menimbulkan
kerusakan pada jaringan tubuh. Untuk menghindari efek-efek yang
merugikan tubuh manusia dan makhluk biologis yang diakibatkan
oleh radiasi pengion, perlu dilakukan tindakan perlindungan
(proteksi) terhadap radiasi. Tentu saja dalam menerima radiasi ada
batas-batas tertentu yang masih dpat ditolerir oleh berbagai jaringan,
misal tangan dan kaki boleh menerima lebih banyak radiasi daripada
organ gonad dan lensa mata yang sangat peka/sensitif terhadap radiasi.

194 Fisika Kesehatan


Efek kronis dari radiasi dapat timbul beberapa tahun kemudian.
Misal kanker kulit atau kanker darah (leukemia) timbul setelah 10-20
tahun kemudian akibat suatu occupational exposure (pekerjaan
penyinaran).
Salah satu usaha yang dilakukan oleh International Commission
on Radiological Protection (ICRP) untuk menghindari bahaya radiasi
maka ditentukan suatu dosis maksimum yang dapat diperkenankan
sebagai pedoman dalam proteksi radiasi, yaitu Maximum Permissible
Dose (MPD). Nilai MPD ini telah beberapa kali mengalami perubahan.
Oleh karena proteksi radiasi tidak saja ditinjau dari saudut efek somatis
saja, tetapi juga efek genetis.
Dosis maksimum yang diperkenankan bagi pekerja radiasi
berbeda dengan masyarakat umum. Bagi masyarakat umum tidak lagi
memakai MPD, akan tetapi diganti dengan dosis limit (batas dosis).
Maksud dari pemakaian dosis limit ini untuk memperoleh standarisasi
dalam pelaksanaan proteksi pada pemakaian sumber-sumber radiasi
sehingga masyarakat tidak mungkin mendapatkan radiasi yang
membahayakan. Nilai batas dosis untuk masyarakat ialah 1/10 dari
pada MPD bagi pekerja radiasi.
Pekerja Radiasi MPD
ƒ Seluruh tubuh, sumsum, tulang kelenjar ƒ 5 rem dalam 1 tahun atau 3 rem
kelamin Tabel 9.1 Dosis Maksimum
dalam 3 bulan.yang
DosisDiperkenankan
seluruhnya
tidak melebihi 5 rem (N-18) rem.
Bagi Pekerja Radiasi
N=umur
ƒ Kulit, tulang dan kelenjar thyroid ƒ 30 rem dalam 1 tahun
ƒ Tangan lengan bagian bawah dan pangkal ƒ 75 rem dalam 1 tahun
kaki
ƒ Bagian lain dari tubuh ƒ 15 rem dalam 1 tahun

Atom dan Radiasi 195


Tabel 9.2 Batas Dosis Maksimum yang Diperkenankan
Bagi Masyarakat
Pekerja Radiasi MPD
ƒ Seluruh tubuh, sumsum, tulang kelenjar ƒ 0,5 rem dalam 1 tahun atau 0,3
kelamin rem dalam 3 bulan
ƒ Kulit, tulang dan kelenjar thyroid ƒ 3 rem dalam 1 tahun, anak-anak
dibawah umur 16 tahun : 1,5
rem/tahun untuk kelenjar thyroid.
ƒ Tangan lengan bagian bawah dan pangkal ƒ 7,5 rem dalam 1 taun
kaki
ƒ Bagian lain dari tubuh ƒ 1,5 rem dalam 1 tahun

Proteksi radiasi bagi orang-orang yang berhubungan langsung


dengan sumber pengion dibagi dalam beberapa golongan, yaitu:
a. Proteksi radiasi terhadap penderita dengan terapi radiasi
Pada terapi dosis tertentu yang diberikan kepada penderita,
jaringan sehat sekitarnya perlu mendapat perlindungan sebaik-
baiknya. Pada penyinaran sekitar mata, mata harus mendapat
perlindungan dengan menggunakan timah hitam lead eye shield
agar lensa mata terhindar dari kerusakan. Pada penyinaran tu-
mor yang tidak ganas dan terhadap anak-anak perlu hati-hati
dengan jumlah dosis yang deberikan, tidak diperkenankan
dilakukan berulang kali penyinaran oleh karena radiasi bersifat
karsinogen/penyebab kanker.
b. Proteksi terhadap Pekerja Diagnostik Radiologi
Pekerja diagnostik radiologi umumnya mendapat radiasi dari
tabung sinar-X. Untuk menghindari radiasi dari sinar-X dapat
dibuat sekecil mungkin 50% tanpa mengganggu informasi medis
yang diperlukan. Faktor yang perlu diperhatikan dalam proteksi
terhadap pekerja adalah:
1) filter/filtration, penyaringan/filter sangat berguna untuk
mengurangi intensitas sinar-X yang dihasilkan oleh tabung
sinar-X. Umumnya setiap unit sinar-X harus mempunyai fil-
ter Al setebal 3mm, jika tidak maka energi rendah sinar-X
yang seharusnya dihilangkan oleh filter akan mencapai pada
tubuh, sehingga tubuh akan lebih banyak menerima radiasi
yang tidak diperlukan.

196 Fisika Kesehatan


2) Kollimator, merupakan suatu cela yang befungsi mengatur luas
(area) dari berkas sinar-X yang diperlukan. Menurut NEXT
(Nationwide Evaluation of X ray Trends), perbandingan antara
luas berkas sinar dengan luas lempeng film yang ideal adalah
lebih kecil dari satu. Oleh sbab itu untuk proteksi radiasi,
kollimator harus diatur agar berkas sinar-X yang diterima oleh
tubuh secukupnya saja.
3) Kualitas film, apabila digunakan kualitas film yang kurang
sensitif akan diperoleh gambaran yang kurang jelas sehingga
diperlukan sinar-X yang lebih keras agar diperoleh gambaran
yang jelas, hal ini dapat menimbulkan radiasi semakin besar.
4) Distribusi dari hasil luas penyinaran, ini dapat diperoleh
dengan mengukur total radiasi pada penderita. Hasil luas
penyinaran berkaitan dengan perkalian penyinaran dalam
Roentgen dan luas penyinaran dalam cm2 (Rap). Selain apa
yang disebut di atas, setiap pegawai yang berkecimpung dengan
sinar-X maupun operator harus memakai led apron dan berdiri
di belakang dari arah sinar. Harus memakai film badge
sehingga jumlah dosis yang diterima dapat diketahui dan
apabila ada kesalahan dan kelainan dalam proteksi dapat
segera diselidiki. Petugas dilarang memegang tabung radium
atau jarum radium dengan tangan, melainkan harus
menggunakan alat pemegang khusus yaitu long handled forcep.
Tidak diperkenankan menggunakan sarung tangan berlapis
timah hitam pada waktu bekerja dengan radium oleh karena
sinar gamma hasil pancaran radium dengan mudah dapat
menembusnya. Menurut hukum kuadrat terbalik Invers Square
Law:
“dosis radiasi berbanding langsung dengan jumlah radium serta
lamanya waktu bekerja dan berbanding terbalik dengan jarak dari
radium”.
Hukum ini berlaku bagi mereka yang menggunakan radium
untuk radiasi.
Terapi pada penderita dengan terapi internal radiation yaitu
yang menggunakan radioisotope yang dimasukkan ke dalam
tubuh yang sakit.

Atom dan Radiasi 197


Tindakan/usaha yang perlu dilakukan untuk mencegah radiasi
terhadap petugas meliputi:
a). Penderita harus tinggal dalam satu ruangan khusus.
b). Perawat jangan terlalu lama berdekatan dengan sumber
radiasi.
c). Pada waktu membersihkan penderita, jangan terlalu dekat
dengan sumber radiasi.
d). Mengenakan pakaian pelindung.
e). Pasien-pasien yang secara permanen/menetap ditanamkan
bahan radioaktif ke dalam tubuhnya, atau yang menerima
dosis terapi 131I harus berada di rumah sakit sampai
intensitas radiasi di sekitar pasien tersebut mencapai
tingkat keselamatan.
f). Kotoran penderita harus ditampung pada suatu tempat
dan dibuang pada tempat tertentu.

- oOo -

198 Fisika Kesehatan


DAFTAR PUST
AFTAR AKA
PUSTAKA

Alvin, H., 1998, 3000 Solved Problem in Physics, New York: Mc Graw-Hill
Book Company.
Brown, M.E., 1999, Theory and Problems of Physics Engineering and Sciences,
New York: Mc Graw-Hill, Inc.
Cameron, J.R., Skofronick, J.G., 1978, Medical Physics, Newyork: John
Wiley & Sons Inc.
Claytons and Scott, Pauline M., 1975, Elektro Theraphy and Actino Theraphy,
Seventh Edition, London : Bailliera Tindall.
Cromer A.H., 1977, Physics for the Life Sciences, United States of America:
Mc Graw-Hill Book Company.
Devereaux M.D., Parr G., Hazleman B.L., 1985, Thermogarphy in
Reumatology Therapeia, Vol. IV
Gabriel, J.F., 1996, Fisika Kedokteran, Jakarta: EGC.
Giancoli D.C., 2001, Fisika, Alih Bahasa Yuhilza Hanum, edisi kelima,
Jakarta: Erlangga.
Guyton M.D, Arthur C., 1964, Function of the Human Body, Philadelpia
and London: Saunders Company, Second edition.
Hickman, R, and Canon, M.(1995). Nursing science matter: Matter and
Energy in the Human Body. Melbourne: Mac Milla Education Aus-
tralia.
Hilyard N.C., Biggin H.C., 1977, Physics for Applied Biologists, 25 Hill Street:
Edward Arnold (Publisher).

199
Johanes H., 1980, Bahan Kuliah Thermodinamika, Yogyakarta: UGM.
Kanginan M, 2002, Fisika 1A Untuk SMA Kelas X, Jakarta: Erlangga.
Mac Donald, Simon G.G., Burns D.M., 1975, Physics for the Life and Health
Sciences, Phillippinens: Adison Wesley Publishing Company.
Richardsons I.W, 1972, Neergaard E.B, Physics for Biology and Medicine,
Wiley & Sons Ltd.
Ryan, B and Pedder, M. (1990). Basic Science for Nurse. Sydney: Mc Graw
Hill Book Co.
Sears F.W and Zemansky M.W, 1954, Physics for Univeresity Cambridge
Surway, R.A. dan Faughn, J.S., 1999, College Physics, USA: Harcourt Brace
College Publisher.
Sutedjo, 2005, Fisika Teknologi dan Industri, Bogor:Yudhistira
Tippler P.A., 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik, Alih Bahasa Lea Prasetio
& Rahmad W.A., edisi ketiga, Jakarta: Erlangga.
Toifur M., 2001, Fisika-3 (untuk Mahasiswa Teknik), UAD Press, Yogyakarta

- oOo -

200 Fisika Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai