Anda di halaman 1dari 22

FISIKA KESEHATAN DALAM PRAKRIK KEBIDANAN

Nama: NURI RAMAHDANI

PRODI: S1 KEBIDANAN

NIM: 2215201022

ALAT UKUR TEKANAN

1. Alat ukur tekanan darah ( spyhmommanometer)

Tensimeter atau Sphygmomanometer adalah alat ukur yang dibuat untuk


mengukur tekanan darah, alat ini dibuat pertama kali oleh Samuel Siegfried Karl Ritter
von Basch pada tahun 1881, dan dikembangkan lebih lanjut oleh Scipione Riva-Rocci
(1896), dan Harvey Cushing (1901).24 Mei 2022.

Apa itu tes tekanan darah?

Tes tekanan darah adalah pemeriksaan dengan alat khusus bernama sphygmomanometer,
yang bertujuan mengukur tekanan pada pembuluh darah arteri ketika jantung berdenyut. Tes ini
biasanya dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan dokter rutin guna mendeteksi adanya
tekanan darah tinggi (hipertensi).
Tekanan darah merupakan salah satu tanda vital yang dapat menggambarkan
fungsi tubuh seseorang. Tanda vital yang terdiri atas tekanan darah, suhu tubuh, denyut
jantung, dan pernapasan yang berada di atas atau di bawah angka normalnya
menandakan gangguan pada kondisi kesehatan pasien.

••°Kenapa tes tekanan darah diperlukan?

Tes tekanan darah biasanya dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan rutin
kesehatan. Pada pasien dengan kondisi medis tertentu, seperti tekanan darah yang
meningkat, hipertensi, hipotensi, atau gangguan jantung, tekanan darah akan diperiksa
secara khusus dan lebih sering.

Tekanan darah penting diperiksa karena kebanyakan pasien dengan tekanan darah
tinggi maupun rendah tidak mengalami gejala apapun. Hipertensi dapat meningkatkan
risiko penyakit serius, seperti serangan jantung dan stroke. Sementara tekanan darah
rendah dan menyebabkan pusing dan pingsan pada beberapa pasien.

••°Siapa yang butuh tes tekanan darah dan seberapa sering frekuensinya?

Semua pasien berusia 18 tahun ke atas perlu melakukan tes tekanan darah secara
rutin sebagai bagian dari medical check up. Berikut penjelasannya:

Bagi pasien berusia 40 tahun ke atas, tes tekanan darah perlu dilakukan satu kali
setahun.Pada pasien dengan risiko hipertensi, yaitu memiliki berat badan berlebih atau
tekanan darah sistolik 130-139 mmHg atau tekanan darah diastolik 85-89 mmHg, tes
tekanan darah perlu dilakukan satu kali setahun.Untuk pasien berusia 18-39 tahun
dengan tensi di bawah 130/85 mmHg dan tidak memiliki faktor risiko tekanan darah
tinggi, tes tekanan darah perlu dilakukan 3-5 tahun sekali.Pada pasien yang telah
didiagnosis mengalami peningkatan tekanan darah, hipertensi, atau hipotensi, tes
tekanan darah akan dilakukan lebih rutin.

••°Apa saja persiapan untuk menjalani tes tekanan darah?

Sebelum melakukan tes tekanan darah, beberapa persiapan yang perlu dilakukan
oleh pasien meliputi:

Beristirahat setidaknya 5-10 menit sebelum tes,Menghindari konsumsi kopi, merokok,


dan beraktivitas berat (seperti olahraga) setidaknya 30 menit sebelum tes

••°Bagaimana prosedur tes tekanan darah dilakukan?


Dokter atau petugas medis akan menggunakan alat pengukur tekanan darah
(sphygmomanometer), baik jenis elektronik maupun manual. Pada beberapa kondisi,
dokter bisa menyarankan pasien untuk mengukur tekanan darah sendiri di rumah.

Secara umum, prosedur tes tekanan darah meliputi:

Pasien diminta duduk dengan tangan diletakkan di atas meja.

Petugas medis lalu memasang manset alat pengukur tensi di lengan pasien

Petugas medis kemudian meletakkan stetoskop pada lipatan siku pasien.

Setelah itu, petugas medis akan menekan balon karet sambil mengukur tekanan

darah pasien.

Suara seperti dentuman akan terdengar di stetoskop dan menandakan tekanan darah sistolik.

Sesudah tekanan darah sistolik ditemukan, manset akan dikempeskan.

Angka ketika suara dentuman hilang menandakan tekanan darah diastolik.

Seperti apa hasil tes tekanan darah?

Hasil tes tekanan darah akan ditunjukkan dalam satuan milimeter per satuan raksa
(mmHg) dalam dua angka. Angka ini disebut sistolik dan diastolik.

Angka pertama dikenal dengan tekanan darah sistolik, yakni tekanan darah pada
pembuluh darah arteri ketika jantung berdenyut.Sementara angka kedua dikenal dengan
tekanan darah diastolik, yaitu tekanan darah pada pembuluh darah arteri di antara
denyut jantung.Menurut American Heart Association (AHA), ukuran tekanan darah
diklasifikasikan sebagai berikut:

*Normal: Di bawah 120/80 mmHg

*Meningkat: Di antara 120-129 mmHg untuk tekanan sistolik dan di bawah 80


mmHg untuk tekanan diastolik

*Hipertensi tingkat 1: 130/80 mmHg hingga 139/89 mmHg

*Hipertensi tingkat 2: 140/90 mmHg atau lebih

*Apa yang harus dilakukan bila hasil tes tekanan darah tidak normal?
*Apabila hasil tes tekanan darah meningkat, dokter biasanya akan
merekomendasikan terapi perubahan gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah.
Langkah-langkah modifikasi pola hidup ini bisa berupa:

Mengurangi konsumsi garam

Menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang

Berolahraga dengan teratur

Mengurangi konsumsi alkohol

Menurunkan berat badan yang berlebih

Berhenti merokok

Bagi pasien yang telah didiagnosis dengan hipertensi, obat-obatan penurun tekanan
darah dari dokter mungkin diperlukan.

Sementara itu, untuk pasien yang memiliki tekanan darah terlalu rendah, bisa
melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan tekanan darah, seperti menambah
konsumsi garam dalam jumlah yang cukup, berolahraga secara teratur, dan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang.

Apa saja yang perlu diperhatikan setelah tes tekanan darah?

Tidak ada hal khusus yang perlu diperhatikan setelah pemeriksaan ini dilakukan.
Anda biasanya bisa langsung kembali beraktivitas dengan normal.

Apa saja efek samping tes tekanan darah?

Pada umumnya, tidak ada risiko serius yang ditimbulkan dari tes tekanan darah.
Pasien mungkin akan merasa sedikit tidak nyaman ketika manset tensi menekan lengan,
namun hal ini hanya berlangsung selama beberapa detik.

Pada beberapa pasien, bintik-bintik kemerahan tanpa rasa nyeri bisa muncul pada
lengan tempat tes tekanan darah dilakukan. Bintik-bintik ini lebih sering terjadi pada
pasien yang mengonsumsi obat pengencer darah jenis antiplatelet.
2. Alat ukur tekanan bola mata(tonometer)

Apa itu tonometri?

Tonometri adalah tes mata yang bertujuan untuk mengukur tekanan di dalam bola
mata Anda, atau yang disebut dengan tekanan intraokular (TIO). Alat yang digunakan
dalam pemeriksaan tonometri disebut dengan tonometer.Umumnya, tes ini digunakan
untuk memeriksa glaukoma, penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan akibat
rusaknya saraf di bagian belakang mata (saraf optik).

Normalnya, cairan mata mengalir keluar melalui sudut drainase mata. Pada
sebagian besar kasus glaukoma, kerusakan saraf optik terjadi karena menumpuknya
cairan yang tidak bisa mengalir keluar dari mata dengan benar. Penumpukan itulah yang
kemudian meningkatkan tekanan bola mata.

Tes tonometri dapat dilakukan setiap beberapa bulan atau tahun sekali sebagai
bagian dari pemeriksaan mata rutin. Selain itu, karena tekanan intraokular dapat
berubah sewaktu-waktu, tonometri bukan satu-satunya tes yang dilakukan untuk
memeriksa glaukoma.

Jika TIO tinggi, pemeriksaan mata tambahan seperti oftalmoskopi (funduskopi),


gonioskopi, dan uji lapangan visual mungkin diperlukan.

Apa saja jenis-jenis tonometri?

Berikut adalah 3 jenis pemeriksaan tonometri yang paling umum dilakukan:

1. Tonometri Goldmann

Pemeriksaan tonometri applanation Goldmann adalah jenis tes yang paling umum
dilakukan sebagai standar pemeriksaan tekanan intraokular, dengan hasil yang paling
akurat.

Tes ini meratakan bagian kornea Anda untuk mengukur tekanan mata dan
menggunakan lampu celah mikroskop untuk melihat mata Anda dengan tonometer.

2. Tonometri elektronik

Tes ini juga memiliki akurasi yang tinggi, meski terkadang hasilnya berbeda dengan
tonometri Goldmann. Pada tes ini, dokter akan menempatkan sebuah alat lembut
dengan ujung membundar yang terlihat seperti pena langsung pada kornea mata.
Pembacaan tekanan intraokular ditunjukkan pada panel komputer kecil.

3. Tonometri nonkontak (pneumotonometri)

Jenis tonometri ini tidak menyentuh mata Anda, tetapi menggunakan embusan
udara untuk meratakan kornea. Jenis tonometri ini bukan cara terbaik untuk mengukur
tekanan intraokular, tapi metode ini sering digunakan sebagai cara sederhana dan
mudah untuk memeriksa tekanan intraokular, terutama pada anak-anak.

Kapan saya harus menjalani tonometri?

Umumnya, dokter akan menyarankan menjalani pemeriksaan tonometri apabila


Anda diduga memiliki gejala-gejala glaukoma, seperti:

penurunan penglihatan, terutama di bagian pinggir mata

tunnel vision (mata seperti melihat dari terowongan)

sakit mata yang parah


penglihatan kabur

melihat lingkaran pelangi di sekitar lampu atau cahaya

mata memerah

Selain itu, Anda juga disarankan untuk melakukan pemeriksaan ini jika Anda
tergolong dalam orang-orang yang memiliki faktor risiko glaukoma.

Menurut American Academy of Ophthalmology, berikut adalah faktor-faktor risiko


dari glaukoma:

•berusia lebih dari 40 tahun

•memiliki anggota keluarga dengan glaukoma

•keturunan Asia, Afrika, atau Hispanik

•memiliki tekanan bola mata yang tidak normal

•menderita rabun jauh atau rabun dekat

•pernah mengalami trauma atau luka pada mata

•mengonsumsi obat steroid jangka panjang

•memiliki kornea yang tipis di bagian tengah mata

•memiliki saraf optik yang menipis

•menderita diabetes, migrain, tekanan darah tinggi, atau penyakit lainnya

Proses

Apa yang harus saya lakukan sebelum menjalani tonometri?

Anda tidak perlu melakukan persiapan khusus sebelum menjalani pemeriksaan.


Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti:

Jika Anda mengenakan lensa kontak, lepaskanlah sebelum pemeriksaan.

Beri tahu dokter jika Anda memiliki riwayat penyakit mata, seperti ulkus kornea atau
infeksi mata.
Beri tahu pula ke dokter apabila ada riwayat penyakit glaukoma dalam keluarga
Anda.

Selalu beri tahu tim medis dan dokter mengenai obat-obatan yang sedang Anda
konsumsi.

Bagaimana proses tonometri?

Proses pemeriksaan tonometri hanya membutuhkan waktu beberapa menit.


Berikut langkah-langkahnya:

Anda akan diberikan obat tetes mata untuk membius mata, sehingga Anda tidak
akan merasakan tonometer yang menempel selama tes berlangsung.

Sebuah strip kertas yang mengandung zat pewarna akan menyentuh mata Anda
atau Anda akan diberikan obat tetes mata yang mengandung pewarna. Pewarna
bertujuan untuk memudahkan dokter melihat kornea Anda.

Letakkan dagu Anda pada penopang dan menatap langsung ke mikroskop (slit
lamp) sesuai arahan dokter.

Pada metode Goldmann, dokter akan menggunakan probe tonometer yang


ditempelkan dengan lembut ke mata, untuk mengukur tekanan intraokuler pada mata
Anda.

Cara yang serupa juga berlaku pada metode elektronik. Bedanya, hasil pengukuran
TIO akan terpampang di panel atau layar monitor.

Pada metode nonkontak atau pneumotonometri, proses yang dilakukan sedikit


berbeda. Pada metode ini, Anda tidak akan membutuhkan obat bius tetes. Langkah-
langkah pneumotonometri, yaitu:

Letakkan dagu pada penopang dan menatap lurus ke dalam mesin sesuai arahan
dokter.

Kepulan udara akan ditiupkan di mata Anda dalam waktu singkat. Anda akan
mendengar suara embusan dan merasakan sensasi sejuk atau tekanan ringan pada
mata.
Tonometer mencatat TIO dari perubahan cahaya yang dipantulkan dari kornea.
Pengujian dapat dilakukan beberapa kali untuk masing-masing mata.

Apa yang harus saya lakukan setelah menjalani pemeriksaan ini?

Anda mungkin akan merasakan gatal pada kornea setelah menjalani tonometri.
Namun, biasanya ini akan hilang dalam 24 jam. Beberapa orang mungkin menjadi
cemas ketika tonometer menyentuh mata. Pada metode pneumotonometri, hanya
embusan udara menyentuh mata.Hubungi dokter Anda jika Anda merasa sakit mata
selama tes atau selama 48 jam setelah tes.

Efek samping

Apa saja efek samping yang mungkin terjadi setelah menjalani tonometri?

Umumnya, tonometri adalah pemeriksaan yang aman dan minim risiko. Namun,
apabila Anda menjalani pemeriksaan dengan metode Goldmann, kemungkinan akan
terdapat lecet di kornea Anda (abrasi kornea). Luka lecet ini biasanya dapat hilang
dengan sendirinya dalam beberapa hari.

Akan tetapi, apabila Anda merasakan ketidaknyamanan pada mata yang tidak
kunjung hilang setelah menjalani pemeriksaan tersebut, segera beri tahu dokter Anda. .
3. Alat ukur terkanan tengkorak(ICP)

Gambar 1 Ilustrasi Konten Intrakranial Monroe-Kellie.1

Increase intracranial pressure (ICP) atau peningkatan tekanan intrakranial adalah


kondisi yang mengancam jiwa. Orang dengan gejala peningkatan ICP harus segera
mendapatkan pertolongan darurat medis. Untuk itu, selengkapnya cari tahu dalam
penjelasan di bawah ini.

Apa itu Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK)?

Tekanan intrakranial atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Intracranial


Pressure (ICP) adalah istilah yang digunakan sebagai tekanan dari jaringan saraf, otak,
darah, dan cairan serebrospinal di dalam rongga kepala. Tekanan ini dapat meningkat
dan menimbulkan gejala yang perlu Anda waspadai.

Kondisi ini dapat terjadi karena kelebihan cairan atau pembengkakan di dalam
tengkorak. Peningkatan volume mengisi ruang terbatas di rongga kepala dan memberi
tekanan pada otak yang menyebabkan sakit kepala.
Tanda dan Gejala Peningkatan Tekanan Intrakranial

Gejala peningkatan TIK dapat bervariasi tergantung pada usia penderitanya. Bayi
dengan peningkatan TIK mungkin memiliki gejala yang berbeda dengan orang dewasa
dan anak dengan kondisi tersebut.

# Gejala pada orang dewasa

Gejala peningkatan TIK yang terjadi pada orang dewasa, berikut di antaranya:

• Sakit kepala.

• Pupil yang tidak merespons cahaya dengan cara biasa.

• Penglihatan kabur atau ganda.

• Perubahan perilaku.

• Kewaspadaan berkurang.

• Kesulitan berbicara atau bergerak.

• Kantuk.

• Kelemahan otot.

• Muntah.

• Kebingungan.

Ketika peningkatan tekanan intrakranial berlangsung, penderitanya mungkin


kehilangan kesadaran dan mengalami koma. Nilai ICP yang tinggi dapat menyebabkan
kerusakan otak apabila tidak segera mendapatkan perawatan.

# Gejala pada anak

Bayi dengan kondisi ini mungkin memiliki beberapa gejala yang sama seperti orang
dewasa. Selain itu, bentuk kepalanya mungkin terpengaruh.Bayi masih memiliki pelat
lunak di tengkoraknya dengan jaringan berserat yang disebut jahitan tengkorak.
Peningkatan ICP bisa menyebabkan jahitan tengkorak terpisah dan lempeng lunak
merenggang.
Peningkatan ICP pada bayi juga dapat menyebabkan ubun-ubun menonjol keluar.
Ubun-ubun merupakan titik lunak pada bagian atas tengkorak.

Kapan Harus ke Dokter?

Tekanan intrakranial adalah keadaan darurat medis. Segera hubungi dokter apabila
Anda atau orang terdekat mengalami hal ini. Jika dibiarkan tanpa pengobatan,
peningkatan ICP dapat menyebabkan cedera otak hingga kematian.

Penyebab Peningkatan Tekanan Intrakranial

Kondisi ini dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan cairan serebrospinal. Ini
adalah cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. Peningkatan TIK
juga dapat disebabkan peningkatan tekanan di dalam otak.Keadaan tersebut dapat
disebabkan oleh massa (seperti tumor), pendarahan ke otak, cairan di sekitar otak, atau
pembengkakan di dalam otak.

Peningkatan tekanan intrakranial adalah kondisi medis yang serius dan


mengancam jiwa. Tekanan ini dapat merusak otak atau sumsum tulang belakang
dengan menekan struktur penting dan dengan menghambat aliran darah ke otak.

Ada banyak kondisi yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial. Penyebab yang
umum antara lain:

1.Ruptur aneurisma dan perdarahan subarachnoid.

2.Tumor otak.

3.Cedera kepala.

4.Hidrosefalus (peningkatan cairan di dalam otak).

5.Ensefalitis (iritasi dan pembengkakan, atau radang otak).

6.Pendarahan otak hipertensi (pendarahan di otak akibat hipertensi).

7.Meningitis (infeksi pada selaput yang menutupi otak dan sumsum tulang
belakang).

8.Perdarahan intraventrikular (pendarahan ke area berisi cairan atau ventrikel di


dalam otak).
9.Hematoma subdural (perdarahan di antara selaput otak dan permukaan otak).

10.Hematoma epidural (pendarahan antara bagian dalam tengkorak dan lapisan


luar otak).

11.Kejang.

12.Stroke.

13.Cedera otak setelah serangan jantung.

14.Gumpalan di pembuluh darah otak (trombosis sinus).

Diagnosis Peningkatan Tekanan Intrakranial

Dokter mungkin akan melakukan beberapa tes untuk mendiagnosis masalah


tersebut. Berikut ini beberapa tes untuk mendiagnosis peningkatan TIK:

Pemeriksaan fisik. Dokter akan menanyakan pada pasien tentang cedera atau
penyakit yang baru saja terjadi. Dokter mungkin memeriksa tekanan darah dan
memeriksa mata untuk tanda-tanda masalah neurologis. Selain itu, dokter juga mungkin
memeriksa fungsi indra, keseimbangan, dan kondisi mental.

Spinal tap. Sebagai salah satu cara mengukur tekanan intrakranial, dokter mungkin
akan menggunakan jarum untuk memeriksa tekanan cairan di sekitar tulang belakang.
Cara ini dapat menunjukkan bahwa ada peningkatan tekanan di sekitar otak.

CT-scan atau MRI. Dokter dapat melihat gambar otak dengan menggunakan CT-
scan atau MRI. Dengan tes pencitraan tersebut, dokter akan menunjukkan cedera dan
lokasi pembengkakan atau penumpukan cairan.

Tekanan intrakranial normal biasanya berada di antara 5-15 mmHg untuk orang
dewasa, 3-7 mmHg untuk anak-anak, dan 1,5-6 mmHg untuk bayi, tekanan intrakranial
dikatakan meningkat apabila >20 mmHg.

Cara Mengobati Peningkatan Tekanan Intrakranial

Pada dasarnya, perawatannya akan tergantung pada penyebab yang mendasarinya.


Dokter mungkin akan memilih perawatan setelah mengetahui apa yang menyebabkan
peningktan ICP.
Cara mengobati peningkatan tekanan intrakanial, berikut di antaranya:

1. Obat-obatan

Beberapa obat bisa mengurangi pembengkakan di otak. Apabila Anda memiliki


gumpalan darah di otak, dokter mungkin akan meresepkan obat untuk melarutkannya.

2. Mengeluarkan cairan

Dokter akan menempatkan alat yang disebut external ventricular drain (EVD). Alat
ini akan memungkinkan kelebihan cairan mengalir keluar dari tengkorak melalui selang.

Dokter dapat memasang shunt apabila pasien membutuhkan aliran dari otak untuk
waktu yang lebih lama. Shunt adalah selang yang ditempatkan di dalam tubuh untuk
mengarahkan cairan dari otak ke perut.

3. Operasi

Terkadang dokter memerlukan prosedur operasi untuk meredakan tekanan di


dalam otak. Jenis operasi akan tergantung pada penyebab tekanan. Dokter mungkin
perlu memperbaiki cedera, menghentikan pendarahan, atau mengangkat tumor.

Kompikasi yang Bisa Terjadi

Peningkatan tekanan intrakranial dapat menyebabkan komplikasi, meliputi:

Kerusakan otak.

Kejang.

Stroke.

Koma.

Jika tanpa perawatan yang tepat, peningkatan ICP bisa berakibat fatal.
Pencegahan Peningkatan Tekanan Intrakranial

Peningkatan ICP tidak dapat dicegah, tetapi Anda dapat mencegah cedera kepala
yang menjadi penyebab kondisi ini.

Berikut ini beberapa langkah untuk mencegah cedera kepala:

* Pastikan untuk selalu mengenakan helm saat bersepeda, mengendarai motor,


atau melakukan olahraga kontak.

* Mengenakan sabuk pengaman saat mengendarai mobil.

* Jaga lantai tetap kering. Terpeleset di rumah adalah penyebab umum cedera
kepala, terutama pada orang yang sudah lanjut usia.

Peningkatan tekanan intraokular tidak selalu berarti Anda pasti mengidap


glaukoma. Orang-orang yang memiliki hasil TIO lebih tinggi dari 20 mmHg tetapi tidak
memiliki kerusakan saraf optik mungkin memiliki kondisi yang disebut hipertensi okular.
Meski begitu, hipertensi okular ini bisa saja berkembang menjadi glaukoma sewaktu-
Tekanan intrakanial normal secara umum berada diantara 5-15 mmHg pada orang
dewasa normal, 3-7 mmHg pada anak-anak, dan 1,5-6 mmHg pada bayi/infants, tekanan
intrakranial diakatakan mening jika >20 mmHg, merupakan penyebab utama terjadinya
cedera otak sekunder pada pasien trauma.2 Pengukuran tekanan intrakranial/otak,
paling sering digunakan pada cedera otak akibat trauma, selain itu dilakukan pada
kondisi perdarahan otak, hidrosefalus, kelainan pembuluh darah otak, infeksi otak, serta
kondisi lainnya yang membutuhkan tindakan ini.3

Tujuan utama pengukuran tekanan intrakranial adalah untuk menjaga aliran darah
dan oksigen ke otak, dengan menjaga tekanan intrakranial tetap normal. Pemasangan
ICP Monitor seperti yang direkomendasikan Brain Taruma Fondationmaupun di RSUD dr.
Soetomo yaitu pada pasien dengan GCS <9 dan CT Scan Kepala yang abnormal atau
pada pasien dengan CT Scan Normal disertai 2 dari 3 kondisi: usia >40 tahun,
unilateral/bilateral postur motoric, dan tekanan darah sistolik <90 mmHg.4
Gambar 2 Lokasi pemasangan ICP Monitoring Device secara invasive.1

Metode pemasangan ICP Monitor dapat dibagi menjadi 2 yaitu invasif dan non
invasif. Secara invasive, pengukuran tekanan intrakranial menggunakan EVD masih
menjadi gold standard sampai saat ini, sesuai dengan tujuannya yaitu drainase cairan
serebrospinal. Implantasi microtransducer seperti strain gauge devices, pneumatic
sensors dan fiber-optic sensors juga dapat digunakan. Sedangkan pada metode non
invasif, dapat digunakan Transcranial Doppler, berdasarkan pemeriksaan computed
tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI), Telemetric Sensors5, Anterior
Fontanelle Pressure Monitoring yang dapat dilakukan pada bayi, funduskopi dengan
melihat vena sentral retina dan selubung saraf optik merupakan metode yang mudah
dan sering digunakan. Perkembangan metode pengukuran tekanan intrakranial masih
dapat berkembang, perlu diingat juga bahwa manajemen secara menyeluruh sangat
penting agar perbaikan kondisi pasien dapat tercapai.1

Glaukoma terjadi ketika tekanan intraokular yang tinggi telah merusak saraf optik
pada mata. Kerusakan saraf inilah yang mengakibatkan turunnya kualitas penglihatan.
Apabila pasien tidak segera ditangani dengan pengobatan glaukoma yang tepat, kondisi
ini berpotensi mengakibatkan kebutaan total.
4. Alat ukur tekanan kantung kemih ( sistometer)

Apa itu sistometri?

Sistometri adalah prosedur yang dilakukan untuk mengukur kapasitas dan menilai
fungsi kandung kemih. Dengan ini, penyebab gangguan berkemih bisa
terdeteksi.Kandung kemih merupakan salah satu organ dalam saluran kemih. Organ ini
memiliki otot yang dapat mengalami kontraksi dan relaksasi untuk menyimpan
urine.Ketika sudah penuh, kandung kemih akan mengirimkan sinyal lewat serabut saraf
ke otak untuk memicu aktivitas berkemih. Sistem saraf tulang belakang kemudian
merangsang refleks berkemih.Normalnya, Anda dapat mengatur refleks berkemih
dengan sadar. Hal ini menyebabkan Anda bisa menahan untuk tidak buang air kecil
meski kandung kemih sudah penuh.

Namun kondisi medis tertentu dapat mengganggu fungsi otot atau serabut saraf
pada kandung kemih. Akibatnya, Anda tidak bisa mengendalikan fungsi berkemih.
Sistometri menjadi pemeriksaan yang diperlukan untuk mengetahui penyebab yang
mendasari masalah ini.

Kenapa sistometri diperlukan?

Sistometri dapat membantu dokter dalam mengukur kapasitas dan menilai fungsi
kandung kemih, yakni dengan menentukan:

Seberapa banyak urine yang mampu ditampung oleh kandung kemih

Apakah kandung kemih dalam kondisi penuh ketika pasien ingin buang air kecil

Tekanan aliran kencing

Dengan pemeriksaan ini, dokter dapat mengidentifikasi masalah yang dimiliki oleh
pasien dan merekomendasikan pengobatan yang tepat. Pasalnya, gangguan berkemih
dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan mengganggu kualitas hidup Anda.

Siapa yang membutuhkan sistometri?

Sistometri dibutuhkan untuk mengecek masalah pada kandung kemih dan saluran
kencing. Masalah ini dapat terjadi karena:

•Kehamilan

•Infeksi saluran kemih

•Cedera saraf tulang belakang

•Infeksi prostat (prostatitis)

•Pembesaran prostat, seperti benign prostatic hyperplasia (BPH)

•Penyakit saraf, seperti multiple sclerosis

•Stroke

•Diabetes

Apa saja persiapan untuk menjalani sistometri?

Sebelum sistometri dilakukan, dokter mungkin akan meresepkan antibiotik untuk


mencegah terjadinya infeksi. Dokter juga akan menjelaskan prosedur sistometri pada
pasien.

Bagaimana sistometri dilakukan?

Sistometri dapat dilakukan di klinik maupun rumah sakit. Dokter akan meminta
pasien untuk mengosongkan kandung kemihnya, sehingga beberapa hal berikut dapat
dinilai:

•Waktu yang diperlukan untuk mulai berkemih

•Ukuran dan kekuatan aliran kencing

•Jumlah urine yang dikeluarkan

•Berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh pasien untuk mengosongkan kandung
kemih
Setelah itu, sistometri akan dilakukan oleh dokter dengan langkah-langkah di
bawah ini:

Pasien akan diminta berbaring di meja pemeriksaan.

Dokter akan membersihkan kulit di sekitar lubang kencing dan memberi obat bius
lokal.Dokter akan memasukkan selang kecil bernama kateter ke dalam saluran kencing
hingga kandung kemih. Kateter berfungsi mengukur jumlah urine dalam kandung
kemih.Kemudian dokter memasukkan kateter kedua ke dalam rektum dengan elektroda
di sekitarnya.Alat bernama sistometer yang terpasang pada kateter akan mengukur
tekanan kandung kemih.Dokter mengisi kandung kemih dengan larutan saline dan
air.Dokter lalu menanyakan apakah pasien merasa nyeri, ingin buang air kecil, atau
merasa penuh pada kandung kemih.

Setelah kandung kemih pasien penuh, pasien diminta untuk berkemih.Dokter akan
mengukur tekanan aliran kencing pasien.Dokter kemudian membuang seluruh cairan
yang tersisa dalam kandung kemih dan melepas kateter.Prosedur sistometri umumnya
berlangsung selama 20 hingga 30 menit.

Seperti apa hasil sistometri?

Hasil pemeriksaan sistometri akan menunjukkan fungsi otot, respons saraf, serta
cara kerja kandung kemih dan saluran kemih. Dengan ini, dokter bisa mendeteksi ada
tidaknya masalah pada proses berkemih pasien.Apabila terdeteksi maslah tertentu,
dokter bisa menganjurkan pemeriskaan lanjutan guna mengetahui penyebabnya.
Setelah penyebanya sudah pasti, dokter dapat memberikan penanganan yang sesuai
untuk kondisi pasien.

Apa saja yang perlu diperhatikan setelah sistometri?

Tidak ada hal khusus yang perlu dilakukan setelah sistometri. Pasien bisa makan,
minum, dan kembali melakukan aktivitasnya seperti bias. .

Pasien akan diminta untuk mengonsumsi banyak air putih untuk mengencerkan
urine dan mengurangi rasa tidak nyaman saat buang air kecil. Dokter juga mungkin
meresepkan obat antibiotik untuk menghindari infeksi saluran kemih pascaprosedur.

Apa saja risiko sistometri?

Anda mungkin akan merasa kurang nyaman saat buang air kecil selama beberapa
hari setelah sistometri. Air seni Anda juga mungkin mengandung sedikit darah.
Pada beberapa kasus, infeksi saluran kencing dapat terjadi. Segeralah
berkonsultasI dengan dokter apabila Anda mengalami gejala-gejala berikut:

Demam, Menggigil, Darah yang banyak dalam air seni, Nyeri yang memburuk., infeksi
saluran kencinginfeksi saluran kemihpenyakit saluran kemihkandung kemih

5.Alat ukur taju endapan darah (LED)

Apa itu tes laju endap darah?

Tes laju endap darah adalah tes yang dilakukan untuk mengukur seberapa lama waktu
yang dibutuhkan oleh sel darah merah untuk jatuh atau mengendap ke dasar tabung
reaksi. Fungsi tes laju endap darah adalah untuk membantu mendeteksi adanya
peradangan maupun infeksi yang dialami.

Sering mengalami nyeri sendi atau kaku di pagi hari setidaknya 30 menit

•Demam

•Nyeri di panggul, leher, maupun bahu

•Sakit kepala

•Tidak nafsu makan

•Penurunan berat badan yang terjadi secara drastis dalam waktu yang cepat

•Gangguan pencernaan
Diare

Demam

BAB berdarah

Nyeri perut yang tak kunjung usai

Tes laju endap darah dilakukan untuk membantu dokter dalam menentukan diagnosis
penyakit seperti peradangan, lupus, kanker, penyakit autoimun, atau rheumatoid arthritis.

Terkadang, tes laju endap darah ini tidak selalu menunjukkan hasil yang akurat.
Pasalnya, ada beberapa kondisi yang memengarui kecepatan sel darah merah yang
mengendap sehingga mengurangi keakuratan hasil tes, antara lain:

Usia lanjut

Memiliki kolestrol tinggi

Obesitas

Memiliki gangguan ginjal

Hamil

Menstruasi

Menjalani pengobatan untuk gangguan pernapasan

Mengonsumsi obat-obatan terlarang

Sedang KB

Minum aspirin atau obat radang

Bila Anda mengalami salah satu kondisi di atas, sebaiknya segera beri tahukan dokter
sebelum Anda melakukan tes laju endapan.

Prosedur pemeriksaan laju endap darah

Saat melakukan tes laju endap darah, dokter akan melakukan pengambilan sampel
darah kemudian disimpan dalam wadah khusus. Sampel darah tersebut akan dibawa ke
laboratorium untuk dilakukan pemesanan

Dokter ahli patologi klinik akan menempatkan sel darah merah tersebut ke dalam
tabung reaksi sebagai alat bantu. Setelah itu, akan dilakukan pengukuran untuk
mengetahui seberapa tinggi endapan sel darah merah yang terbentuk dalam kurun
waktu sekitar 60 menit.

Jika sel darah Anda mudah menggumpal, maka artinya tubuh Anda mengalami
peradangan. Hal ini dipengaruhi oleh adanya protein abnormal dalam darah, sehingga
sel darah merah jadi lebih mudah mengendap dibandingkan sel darah normal.

Semakin cepat sel darah mengendap, maka artinya di dalam tubuh Anda mengalami
peradangan. Setelah tes laju endap darah selesai dan hasilnya sudah didapatkan, dokter
akan memastikan apakah Anda memerlukan tes selanjutnya guna memastikan penyakit
yang Anda alami.

Anda mungkin juga menyukai