Anda di halaman 1dari 22

96

BAB IV
KOSEP SKEMATIK RANCANGAN KAMPUNG VERTIKAL JOGOYUDAN

Bab ini membahas bagaimana konsep rancangan di hadirkan, dan beberapa rancangan
skematik pada kampung vertikal. Adapun konsep dan rancangan skeamtik yang akan di dibahas
adalah, konsep dan rancangan skematik :
1. Zonasi
2. Sirkulasi
3. Tata masa
4. Tata hunian kampung vertikal
5. Tata ruang urban farming
6. Landscape dan tata lahan urban farming
Pada dasarnya Konsep kampung vertikal Jogoyudan adalah menyususn hunian vertikal
yang mempunyai fungsi urban farming pada kegiatan penghuni kampung vertikal
sebagai etahan pangan dan sumber energi warga. Dengan Urban Farming ini
diharapkan warga mampu bisa bekerja atau berkebun pada lahan vertikal, dengan
tujuan yaitu kebutuhan pangan bisa terpenuhi dan mengganti lahan pertanian yang
sudah tidak ada pada site menjadi vertikal. Kegiatan Urban Farming ini juga
memperkuat interaksi sosial warga kampung vertikal, dengan sistem perkebunan
bersama dan menambah penghasilan ekonomi warga dengan penjualan panen.

4.1 Konsep Rancangan


A. Zonasi pada site.

Gambar 4. 1 Zonasi Konsep


97

Pada rancangan kampung vertikal Jogoyudan RW 10 ini dibagi menjadi 3 zona, yaitu
zona Privat yang merupakan masa zona hunia, zona semi publik, adalah zana untuk
fasilitas, kantor pengelola kampung vertikal, dan Urban Farming. Sementara zoa publik
adalah zona yang bisa diakses oleh smua orang, mulai dari Taman bermain, Mushola,
tempat olahraga, dan zona riverwalk pada tepian sungai.
Pembagian zona publik, semi publik dan privat yaitu melihat dari kondisi site,
diamana zoa publik di letakan berdekatan dengan Jalan kampung Jogoyudan dan
pedestrian sungai, fungsinya yaitu, agar orang-orang dari luar kampung bisa
menggunakan zona publik tersebut tanapa mengganggu zoan private seperti hunian.
Pada Bagian barat site yaitu zona publik berupa taman bermain dan ruang
terbuka hijau. Sementara pada bagian timur adalah zona publik sebagai fungsi
riverwalk, dengan fasilitas komesil seperti mini market dan resto kampung vertikal.

Gambar 4. 2 Entrance Site

Pada hunian kampung vertikal, masa bangunan pada lantai Groundfloor yaitu
difungsikan sebagai Zona Publik, dan semi publik. Pada zona ini Fasilitas untuk
penghuni kampung vertikal sangat mendominasi, fungsinya agar para penghuni apabila
memerlukan kebutuhan seperti kesehata, atau fasilitas ibadah bisa terpenuhi. Adapun
pada lanati ground floor terdapat area pupuk dan bibit urban farming untuk
memfasilitasi penghuni terkait urban farming yang mereka lakukan. Setiap masa
bangunan kampung vertikal terdapat taman dan ruang terbuka hijau, fungsinya agar
mereka menggunakan area terbuka tersebut sebagi kegiatan komunal, seperti ciri khas
perilaku warga kampung.
98

Gambar 4. 3 Denah Ground floor

Blok 1 dan 2 mempunyai bentuk dan program ruang yang sama dengan Blok 3 dan 4
pada lantai Ground floor kampung vertikal. Kedua blok tersebut masing-masing
mempunyai Lobby unit, dan mempunyai lift barang yang digunakan sebagi pembawa
sayuran yang sudah panen untuk dibawa atau dijual menuju pasar. Dalam 2 blok masa
kampung vertikal disediakan ruang 1 ruang pupuk, 1 ruang Gudang, dan 2 pengelola
dari kampung vertikal dan urban Farming. Penyediaan fasilitas kesehatan pada blok 1
sudah bisa membantu warga kampung vertikal dalam mengecek kesehatanya.

Gambar 4. 4 Pembagian Lantai

Pada kampung vertikal Jogoyudan zona vertikal disusun berdasarkan tingkat fungsi
privasi perlantai. Pada lantai ground floor dibagi menjadi zona publi, dan semi publik,
yang diisi dengan keguanaan ruang-ruang fasilitas warga. Pada lantai 1 samapai lantai
4 adalah zoan privat hunian. Jumlah lantai ini di dapat dari peraturan, dengan maksimal
tinggi bangunan 32 meter.

a. Konsep Zonasi Sirkulasi pada Site


99

Gambar 4. 5 Konsep Sirkulasi site

Konsep sirkulasi pada site yaitu mengambil dari 2 entran jalan yaitu, yang pertama
yaitu entrance dari jalan Kampung Jogoyudan dan yang kedua dari riverwalk
sungai. Jalan kampung Jogoyudan ini mempunyai lebar 4 meter, sementara
riverwalk mempunyai lebar meter. Arah sirkulasi dari jalan Jogoyudan menerus
sampai pada riverwalk, konsep menerus ini yaitu agar jarak padang dari Jalan
Jogoyudan menuju sungai terlihat, sehingga mampu menarik orang untuk datang
menuju area komrsial kampung vertikal dan riverwalk.
Akses sirkulsi untuk pemadam kebarakan menggunakan akses jalan menuju
Blok bangunan, artinya apabila terjadi kebaran ataupun bahaya pada bangunan
maka pemadam kebaran bisa mudah masuk ke area kampung vertikal.

Gambar 4. 6 Konsep Sirkulasi dan Zonasi


b. Konsep Masa banguna Kampung vertikal.
100

Gambar 4. 7 Konsep masa terhadap Sinar matahari pada bulan Juni


Konsep masa bangunan pada site yaitu berdasarkan analisis matahari yang
digunakan sebagai optimalisasi kegiatan urban Farming. Masa bangunan
memanjang dari barat daya menuju timur laut, sedangkan fasad bangunan yang
digunakan untuk urban Farming mengdapa tenggara dan barat daya.
Besaran konsep masa dihitung dari besaran jumlah penduduk dari 4 RT, (RT
35, 36, 37 dan 38). Konsep masa sesuai dengan Entrance Jalan, yaitu blok 1 dan 2,
berdekatan dengan jalan kampung Jogoyudan dan Blok 3, 4 berdeakatan dengan
pedestrian sungai.
Berikut adalah transformasi Gubahan masa.

Gambar 4. 8 Transormasi Gubahan Masa


Pemilihan bentuk bangunan yang pertama yaitu bentuk kotak dan memutar, dimana
terdapat void pada tengah bangunan namun semua sisi bangunan menjadi satu.
Kelebihan dari bentuk masa bangunan seperti ini adalah, bangunan tidak terputus,
namun terdapat void yang pendek untuk area pencahayaan. Untuk memasukan
udara ke tengah bangunan terhalang karena bentuk masa yang menyambung.
Peletakan bangunan pada site mudah di atur karna bentuk yang kotak. Penghawaan
pada setiap bangunan bisa maksimal dengan bukaan yang lebar, namun untuk akses
anginn menuju tengah bangunan terhambat.
101

Masa yang kedua yaitu bentuk masa yang terpisah. Kelebihan dalam bentuk masa
ini yaitu cahaya matahari terhadap bangunan bisa maksimal dan angin masuk ke
dalam area tengah bangunan. Kegiatan urban farming cocok, dikarenakan matahari
mampu masuk ke seluruh fasade bangunan. Kekurangan pada masa ini yaitu, terlalu
menghabiskan site, karena jangkauan masa yang lebar, tidak ada aksesnya jembatan
untuk menggabungkan kedua masa tersebut. Dalam hal bentuk rusun apabila masa
banguna terpisah maka kegiatan sosial hanya bisa dilakukan di lantai bawah,
ataupun akses untuk menuju msa lainya harus turun ke lantai ground floor.

Maasa yang sling terpotong, kekurangan pada masa ini yaitu struktur yang tidak
digabung boros. Akses jembatan untuk menuju masa lainya harus sesuai dengan
banyak masa bangunan itu. Kegiatan sosial terhambat karean akses menuju masa
lainya tidak ada.
Kelebihanya yaitu semua masa bangunan mendapatkan cahaya matahari maksimal.
Mendapatkan sirkulasi angin dari luar bangunan cukup bagus.

Kesimpulan dari bebrapa alternatif gubahan di atas, maka yang akan digunakan
yaitu gubahan dari 2 masa yang digabungkan menjadi satu. Yaitu alternatif masa 1
dengan alternatif masa 2.
102

Alasan penggabungan yaitu, mengambil bentuk masa yang sederhana, yaitu bentuk
alternatif pertama yang sederhana. Memepunyai akses antar masa, artinya
bangunan menggabung menjadi satu. Dan Alternatif yang kedua digunakan yaitu
pada bagaimana masa bangunan mempunyai jarak yang cukup lebar. Fungsi dari
jarak mas ayang cukup lebar yaitu untuk memaksimalkan cahaya matahari masuk
kedalam bangunan. Sehingga kegiatan faming hidroponik dan aquaponik bisa
maksimal. Untuk peletakakan urban farming sendiri berada pada balkon setiap
hunian dan pada koridor hunian.

Gambar 4. 9 Transformasi Gubahan Masa

c. Konsep Hunian
Konsep Hunian pada kampung vertikal ini lebih menekankan pada kegiatan
urban Farming, yaitu kegiatan yang setaip harinya dilakukan oleh para
penghuni mulai pagi dan sore hari. Untuk menunjang kegiatan tersebut maka
balkon hunian di perlebar menjadi 2 meter, dan memanjang sesuai lebar hunian.
Tujuanya adalah lebar balkon bisa digunakan sebagai kegiatan urban Farming
berupa hidrponik dan aquaponik, dimana hidrponik bisa menggunakan di
tumpuk, dan aquaponik membutuhkan aquarium ikan. Berikut adalah hunia
Tipe A.
103

Gambar 4. 10 Konsep Ruang hunian tipe A

Pada Tipe hunian B dan C juga sama, yaitu mempunyai kegiatan utanma urban
Farming. Konsep ruang pada hunian yaitu memanjang, selain untuk menambah
ukuran pada balkon juga sebagai ruang hunian dengan sirkulasi memanjang
dengan ruang-ruang pada pinggir sirkulasi.
104

Gambar 4. 11 Konsep Ruang Hunian Tipe B

d. Tata hunian dalam 1 lantai.


Tata hunia dalam satu lantai yaitu hanya tedapat satu masa hunian, yang berjajar
memanjang. Konsep menggunakan hunian berjajar ini yaitu berfungsi agar
sirkulasi yang menhubungkan antar unit digunkan sebagi Urban Farming,
sehingga penghuni unit kampung vertikal mempunyai 2 temapt kegiatan urban
Farming pada balkon dan sirkulasi pada depan hunian. Berikut adalah hunian
dalm 1 lantai beserta kegiatan urban Farming.

Gambar 4. 12 Hunian dalam 1 lantai

e. Konsep ruang Urban Farming Bersama


105

Konsep pada ruang urban Farming yaitu memusat, dimana sayuran bekas panen
akan di packaging pada tengah ruangan, kegiatan urban Farming ini mampu
meningkatkan kegiatan sosial antar warga dan juga warga dengan pihak luar.
Terdapat beberapa ruangan, yaitu mulai bagaimana pembibitan, pemupukan,
penanaman (pada luar ruangan), pemanenan, pembersihan, dan packaging.

Gambar 4. 13 Ruang Urban Farming


f. Konsep Landscape kampung vertikal

Gambar 4. 14 Lanscape Site


Konsep tata lanscape yaitu dibagi menjadi 3 bagian, bagian pertama ada pada
Arah masuk dari jalan Jogoyudan, penataan landsacpe disini yaitu berfungsi
sebagi taman bermain dan olaraga baik untuk pengguna kampung vertikal
maupun umum. Yang ke 2 adalah taaman yang berada di anatara 2 blok
106

bangunan kampung vertikal, bertujuan untuk kegitana komunal warga. Dan


yang ke 3 adalah tata lanscape yang berada pada pinggir sungai code, yaitu pada
zona ini lahan dibuat untuk kegiatan pertanian sayuran, dimana kegiatan ini
dilakukan gotong-royong antar warga dan juga sebagai wiasata bagi para
pengunjung.

4.2 Rancangan skematik Desain


a. Site Plan
Pada rancangan site plan ini yaitu menggabarkan masa bangunan yang merespos
kondisi lingkunagn pada site, dimana sirkulasi di optimalkan untuk masuk
menuju kampung vertikal. Lahan pertanian yang berad pada pinggir sungai
menjadi kegiatan yang ada pada site, lahan pertanian ini selain sebagi fungsi
pertanian juga sebagi lahan terbuka hijau. Area parkir yang berada di entrance
jalan Jogoyudan dan pada area hunian membuat tatanan untuk kendaraan lebih
tertata. Entrance masuk kampung vertikal dibagi menjadi 2, dari jalan
Jogoyudan dan Pedestrian sungai Code. Sirkulasi masuk menuju blok bangunan
tidak terhambat dan jelas. Dengan Sirkulasi memanjang dari jalan Jogoyudan
langsung mengarah ke view sungai menarik pengunjung untuk datang. Blok 1
dan 2 terhubung oleh area komunal warga, berupa runag terbuka dan Ruang
tertutup.
107

Gambar 4. 15 Site Plan


b. Rancangan Skematik Tata Ruang
Rancangan skematik tata ruang pada kampung vertikal Jogoyudan ini yaitu pada
lantai Ground floor digunakan sebagai ruang publik dan semi publik. Ruang
publik yaitu mulai dari Lobby dan Mushola. Ruang-ruang lain pada Ground
floor adalah ruang fasilitas kesehatan, warung dan ruang penunjang kegiatan
urban Farming, yang berisikan Gudang pupuk, peralatan, dan bibit yang sering
digunakan oleh para penghuni.
108

Taman

Gambar 4. 16 Lantai Ground floor


Gambar 4.17 menggambarkan pada lantai berikutnya yaitu 1-4 adalah zona
Private, dimana terdapat hunian-hunian yang terdiri dari 3 tipe hunia, Hunian A dengan
luas dan kapsitas paling besar, yang B adalah hunian dengan luas nomor 2, dan tipe C
adalah hunian dengan kapsitas suami-istri. Pada area hunian terdapat kegiatan Urban
Farming pada balkon setiap hunian dan pada area sirkulasi antar hunian.

Gambar 4. 17 Rancangan Skematik Hunian Tipe A


109

Gambar 4. 18 Rancangan Skematik Hunian Tipe B

Gambar 4. 19 Rancangan Skematik Tipe C


c. Rancangan Skematik Struktur.
Rancangan skematik struktur pada kampung vertikal ini yaitu mempunyai
ukuran Grid 6 x 6 meter dan dengan skema pada gambar dibawah ini.

Gambar 4. 20 Rancangan Ukuran Grid Struktur


Pada struktu kampung vertikal Jogoyudan menggunakan balok-balok
bertulang, dan menngunakan pondasi footplat. Dengan diameter 20 cm dan
tinggi balok 40 cm.
110

Gambar 4. 21 Rancangan Struktur Beton


Pondasi footplat

Gambar 4. 22 Rancangan skematik Pondasi


d. Rancangan Skematik Utilitas.
Pada gambar 4.23 rancangan skematik Utilitas mulai dari air bersih ini
mengambil dari PDAM, dan sumur. Adapun Air dari PDAM di tampung pada
Ground watertank kemudian dipompa menuju Watertank yang berada pada
rooftop dan dibaginan ke setiap hunian kampung vertikal.

Gambar 4. 23 Rancangan Skematik Utilitas


111

e. Rancangan Skematik Akses Difabel dan Keselamatan Bangunan.


Akses difabel pada kampung vertikal yaitu menghubungkan antara lantai
Grounfloor dengan lantai 2. Adapun akses jalur difabel yaitu berada pada
samping bangunan. Pada Ground floor.

Gambar 4. 24 Jalur Difabel


Untuk Akses keselamatan bangunan yaitu menggunakan tangga pada tengah
bangunan yang menghubungkan Ground floor hingga lantai 4. Bias dilihat pada
gambar 4.25 warna kuning.

Gambar 4. 25 Pembagian Sirkulasi Difabel dan Tangga Darurat


Pada setiap blok bangunan terdapat jalur difabel dan tangga darurat, yang juga
digunakan sebagai tangga akses para penghuni.
112

f. Rancangan deatil skematik Arsitektural Terhadap Urban Farming


Detil Rancangan untuk kegiatan urban Farming yaitu menggunakan media 4
pipa peralon, yang digabung menjadi 1, dan dalam pemasangan pada balkon
hunian yaitu secara vertikal tumpuk pada gambar 4.26. Pipa yang
sudahdigabung tersebut di tumpuk ke atas, dengan jarak antara tumpukan 1 dan
lainya yaitu 30 cm sebagai tempat pertumbuhan tanaman.

Gambar 4. 26 Sistem Tumpuk


Adapun Media hidrponik yang digunakan sebagai dinding balkon yaitu,
menggunakan media frame, yang dibuat dengan ukuran 1x1 meter.

Gambar 4. 27 Sistem 1 x 1 Meter


Sistem ini yang akan digunakan pada balkon setiap hunian kampung vertikal.
Bertujuan untuk memasukkan cahaya matahari melalui celah-celah besi hollow
sebagai penyinaran bagi sayuran hidroponik. Rangka besi hollow selain sebagai
ralling balkon juga bisa digunakan sebagai sarana tanaman rambat.
113

Sistem yang terahir adalah sistem Aquaponik pada gambar 4.28, dimana
nutrisi tumbuhan beasal dari kotoran ikan. Airn pada aquarium di pompa menuju
pipa-pipa tanaman.

Gambar 4. 28 Konsep Aquaponik

Detail Pada bukaan hunian pada gambar 4.29, memanfaatkan angin dan
sinar matahari yang mengenai tanaman, sehingga bukaan pada hunian
dimaksimalkan, kususnya balkon.

Gambar 4. 29 Bukaan Bangunan pada Hunian

g. Detail asrsitektural kusus


114

Yaitu penerapan model hidroponik auaponik pada kaoridor yang juga


digunakan sebagai ranling.

Gambar 4. 30 Detail Arsitektual Kusus

h. Site Plan
Akses menuju site yaitu melalui jalan Jogoyudan, dan pembagian masa
bangunan yang tidak berjajar ataupun lurus untuk memaksimalkan cahaya
matahari.
Ruang terbuka hijau seperti taman diperbanyak pada site untuk kegiatan
komunal penghuni dan warga sekitar.

Gambar 4. 31 Site Plan

i. Situasi
115

Pada gambar 4.32 yaitu menggambarkan bangunan sekitar site yaitu, pada jalan
gowongan berupa area komersil, dan pada sebelah timur site berupa Sungai
Code.

Gambar 4. 32 Situasi

4.3 Uji Desain


Uji Alternative desain yaitu menggunakan aplikasi sketchup dengan memasukan masa
bangunan terhadap kordinat lokasi perancangan atau site. Dihitung mulai dari evaluasi
pencahayaan sinar matahari pada sekeliling site, hembusan angin, dan kualitas
lingkungan site. Dengan meletakan masa bangunan terhadap sun chart matahari yang
sudah sesuai dengan titik koordinat lokasi. Aplikasi yang digunakan adalah
http://andrewmarsh.com/apps/staging/sunpath3d.html.

Setelah ploting selasai dan memdaptakan hasilnya, selanjutnya adalah


mengevaluasi indikator apa saja yang harus terpenuhi terhadap Pembangungan
kampung vertikal, dan Urban Farming.

Berikut Indikator yang harus dipenuhi dalam perancngan Kampung vertikal dengan
pendekatan Urban Farming yaitu pada tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Uji desain


No Uji Design Gambar

1 Lahan biasa luas bangunan 25 x 15 =


375m2 x 1,5 = 562kg
116

No Uji Design Gambar

2
Roof top bersama 4,5 x 10 = 45m x 3,5 =
157kg x 5 = 785kg
3 Urban farming bersama 4,5 x 6 = 27 x 3
lantai = 81m x 3,5kg = 283,5kg
Koridor A 20m x 4 = 80kg x 6 lantai =
480kg
4
Koridor B 10m x 6 = 50kg x 6 lantai =
360kg
Blok bangunan, void di lebarkan dengan
bentang hingga 10 meter, dengan tujuan
6 agar tanaman di lantai dasar teteap
menerima hangat dari matahari 148m x 6m
= 888m2 x 3,5 = 3,108kg
Setiap balkon mampu memanen 4,5m x 3,5
kg = 15,75kg x 148 unit = 2.331 kg

Desain fasad yaitu dengan raling ukuran


baja 10cm x 10cm pada setiap balkon guna
8 meman memasukan matahari matahari
berlebih yang tidak berlebihan terhadap
tanaman
Fasad yang berada pada balkon mampu
memberi kegiatan pertanian hidroponik dan
aquaponik dengan cara frame pertanian
dengan ukuran 3m x 1,5m = 4,5m2 dialiri
9 kotoran ikan yang menjadi nutrisi tanaman

Balkon untuk kegiatan menjemur pakaian,


10 sisi dari farming 1m x 2m = 2m2, sudah
cukup
Urban farming diarahkan pada arah
matahari menyinari bangunan, bertujuan
11
agar tanaman tetap mendapatkan sinar
matahari yang hangat
117

No Uji Design Gambar

Pada koridor bangunan dibuat hidroponik


12 dengan panjang pipa 3m dengan tingkat 3
level, dimana setiap levelnya mampu
memanen 3m x 3,5m = 10,5 kg sehingga 3
level dapat memanen 31,5kg

Berikut adalah hasil dari pengujian masa menggunakan Aplikasi Sketcup dan
htttp://andrewmarsh.com/apps/staging/sunpath3d.

Gambar 4. 33 Hasil Analisa Matahari pada Site Terhadapa Masa


Gambar 4. 33 menggambrakan arah matahari Utara pada bulan Juni jam 11.00 WIB. Bangunan
mendapatkan sinar matahari untuk kegiatan urban farming.

Gambar 4. 34 Hasil Analisa Matahari pada Site Terhadapa Masa


Gambar 4.43 yaitu menggambaran arah matahari selatan pada bulan Januari jam 11.00 WIB.
Bangunan mendapatkan sinar matahari untuk kegiatan urban farming.

Anda mungkin juga menyukai