Pupuk Organik
Dinosaurus
BUKA
Daftar Isi
A. Pengertian Sifat Koligatif Larutan
B. Pengertian Larutan Non-Elektrolit dan Elektrolit
C. Sifat Koligatif Larutan
1. Penurunan Tekanan Uap (ΔP)
a) Rumus non-Elektrolit
b) Rumus Elektrolit
2. Penurunan Titik Beku (ΔTf)
a) Rumus non-Elektrolit
b) Rumus Elektrolit
3. Kenaikan Titik Didih (ΔTb)
a) Rumus non-Elektrolit
b) Rumus Elektrolit
4. Tekanan Osmotik
a) Rumus non-Elektrolit
a) Rumus Elektrolit
D. Contoh Soal
Iklan oleh
Stop lihat iklan ini
Sedangkan larutan non-elektrolit adalah larutan yang zat terlarutnya tidak terionisasi. Maka dari itu, larutan
elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik.
Perhitungan sifat koligatif pada larutan non-elektrolit dan elektrolit sedikit berbeda. Perhitungan sifat koligatif
pada larutan elektrolit dikalikan dengan faktor Van’t Hoff. Rumusnya yaitu:
i = 1 + (n − 1)α
jumlah mol zat yang terionisasi
α=
jumlah mol zat yang dilarutkan
Ket:
i = faktor Van’t Hoff
n = jumlah ion elektrolit
α = derajat ionisasi/disosiasi
Jika α = 1 maka larutan ini disebut larutan elektrolit kuat. Pada elektrolit kuat, rumusnya menjadi sebagai berikut.
i=n
Ket:
i = faktor Van’t Hoff
n = jumlah ion elektrolit
Iklan oleh
Stop lihat iklan ini
Saat air diletakkan dalam suatu wadah tertutup, terjadi perubahan partikel air dari fase cair ke fase gas (uap).
Saat gas di dalam wadah tersebut mencapai tekanan tertentu, akan ada partikel fase gas yang berubah menjadi
fase cair kembali.
Tekanan uap adalah tekanan oleh gas di atas cairan dalam wadah tertutup.
Tekanan uap jenuh adalah tekanan oleh gas di atas cairan dalam wadah tertutup saat terjadi kesetimbangan
termodinamis antara fase cair dan gas. Penambahan zat terlarut mengakibatkan menurunnya tekanan uap.
Sederhananya, hal ini terjadi karena semakin banyak partikel zat terlarut, maka partikel air akan lebih sulit untuk
bergerak dan berubah fase menjadi gas.
a) Rumus non-Elektrolit
Rumus tekanan uap jenuh dan penurunan tekanan uap jenuh larutan non-elektrolit:
ΔP = P ° − P
ΔP = P ° × XA
P = P ° × XB
nA
XA =
nA + nB
nB
XB =
nA + nB
Ket:
ΔP = penurunan tekanan uap jenuh larutan (cmHg)
P = tekanan uap jenuh larutan (cmHg)
P° = tekanan uap jenuh pelarut murni/tanpa zat terlarut (cmHg)
XA = fraksi mol zat terlarut
XB = fraksi mol zat pelarut
nA = jumlah mol zat terlarut
nB = jumlah mol zat pelarut
b) Rumus Elektrolit
Rumus tekanan uap jenuh dan penurunan tekanan uap jenuh larutan elektrolit:
ΔP = XA × P °
nA × i
XA =
nB + nA × i
nA × (1 + (n − 1)α)
XA =
nB + nA × (1 + (n − 1)α)
Ket:
ΔP = penurunan tekanan uap jenuh larutan (cmHg)
P° = tekanan uap jenuh pelarut murni/tanpa zat terlarut (cmHg)
i = faktor Van’t Hoff
XA = fraksi mol zat terlarut
XB = fraksi mol zat pelarut
nA = jumlah mol zat terlarut
nB = jumlah mol zat pelarut
n = jumlah ion elektrolit
α = derajat ionisasi/disosiasi
Sederhananya seperti ini. Saat zat pelarut (misalnya air) didinginkan hingga beku, partikel pelarut tersebut akan
membentuk kristal tertentu. Saat ditambahkan zat terlarut, zat terlarut tersebut akan mengganggu
(‘menghalangi’) pembentukan kristal tersebut sehingga perlu suhu yang lebih rendah agak benar-benar beku.
a) Rumus non-Elektrolit
ΔTf = m × Kf
ΔTf = Tf pelarut − Tf larutan
Ket:
ΔTf = perubahan titik beku larutan (°C)
m = molalitas (m)
Kf = tetapan penurunan titik beku molal (°C m-1)
Tfpelarut = titik beku pelarut (tanpa zat terlarut) (°C)
Tflarutan = titik beku larutan (°C)
b) Rumus Elektrolit
ΔTf = m × Kf × i
ΔTf = m × Kf × (i + (n − 1)α)
Ket:
ΔTf = penurunan titik beku larutan (°C)
m = molalitas (m)
Kf = tetapan penurunan titik beku molal (°C m-1)
n = jumlah ion elektrolit
α = derajat ionisasi/disosiasi
Sederhananya seperti ini. Saat zat pelarut (misalnya air) dipanaskan hingga menguap, partikel pelarut tersebut
bergerak sangat cepat hingga berubah menjadi face gas. Saat ditambahkan zat terlarut, zat terlarut tersebut
akan mengganggu (‘menghalangi’) gerakan partikel pelarut sehingga menjadi lebih sulit untuk berubah dari face
cair ke fase gas.
a) Rumus non-Elektrolit
ΔTb = m × Kb
ΔTb = Tbpelarut − Tblarutan
Ket:
ΔTb = perubahan titik didih larutan (°C)
m = molalitas (m)
Kf = tetapan penurunan titik beku molal (°C m-1)
Tbpelarut = titik didih pelarut (tanpa zat terlarut) (°C)
Tfbarutan = titik didih larutan (°C)
b) Rumus Elektrolit
ΔTb = m × Kb × i
ΔTb = m × Kb × (i + (n − 1)α)
Ket:
ΔTb = penurunan titik didih larutan (°C)
m = molalitas (m)
Kb = tetapan penurunan titik didih molal (°C m-1)
n = jumlah ion elektrolit
α = derajat ionisasi/disosiasi
4. Tekanan Osmotik
Pada bejana berhubungan, Tekanan osmotik adalah tekanan yang dibutuhkan untuk mencegah agar tinggi
permukaan larutan sama dengan tinggi permukaan air murni.
a) Rumus non-Elektrolit
πV = n × R × T
n
π= ×R×T
V
π =M ×R×T
Ket:
π = tekanan osmotik (atm)
V = volume larutan (L)
n = jumlah mol zat terlarut
M = molaritas (M)
R = tetapan gas (0,082 L.atm.mol-1K-1)
T = suhu mutlak (K)
a) Rumus Elektrolit
πV = n × R × T × i
n
π= ×R×T ×i
V
π =M ×R×T ×i
π = M × R × T × (1 + (n − 1)α)
Ket:
π = tekanan osmotik (atm)
V = volume larutan (L)
n = jumlah mol zat terlarut
M = molaritas (M)
R = tetapan gas (0,082 L.atm.mol-1K-1)
T = suhu mutlak (K)
α = derajat ionisasi/disosiasi
D. Contoh Soal
1. Sebanyak 570 gram sukrosa (Mr = 342 g mol-1) dilarutkan dalam 2.000 mL air, lalu dipanaskan. Jika tetapan
kenaikan titik didih molal 0,22°C m-1, pada suhu berapakah larutan tersebut mendidih?
M assa sukrosa; = 570 gram
Mr sukrosa; = 342 g.mol−1
M assa pelarut(p); = volume air × ρair = 2.000 mL × 1 g.mL−1 = 2.000 gram
ΔTb = m × Kb
massa sukrosa 1.000
ΔTb = × × Kb
Mr sukrosa ρ
570 1.000
ΔTb = × × 0, 22
342 2.000
ΔTb = 0, 18
2. Sebanyak 40 gram asam asetat dilarutkan dalam 200 mL air (ρ = 1 g ml-1). 70% senyawa tersebut terurai
dalam air membentuk ion-ionnya. Jika tetapan penurunan titik beku air sebesar 1,86Cm-1, pada suhu berapakah
larutan tersebut membeku? (Ar :C = 12 g mol-1, H = 1 g mol-1, O = 16 g mol-1)
m 1.000
ΔTf = × × Kf × (1 + (2 − 1)α)
Mr 200
40
ΔTf = × 5 × 1, 86 × (1 + (2 − 1)0, 7)
60
ΔTf = 10, 54
Tf = Tf ° − ΔTf
Tf = 0 − 10, 54°C
Tf = −10, 54°C