Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH VIROLOGI

PARAMYXOVIRIDAE

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sitoteknologi

Dosen pengampu : Ni’matul Murtafi’ah,S.Pd.,M.Sc

Disusun oleh :

Kelompok 3

1. Zahratul Zakiah 5118017


2. Devitha Ramadina 5118047
3. Alan Supendi 5118039
4. Hasna Afiyah 5118052
5. Siti Nurjanh 5118036
6. Resha Mustika 5118044
7. Desti Junaidah 5118010
8. Cindy Fauziah 5118027
9. Bentar Subhansyah 5118006

FAKULTAS KESEHATAN

DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK INSTITUT

KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG TAHUN 2020 2021


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................................3
1.3 TUJUAN............................................................................................................................................4
1.4 MANFAAT........................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
ISI...........................................................................................................................................................5
2.1 Paramyxoviridae..........................................................................................................................5
2.2 Morfologi Paramyxoviridae.........................................................................................................5
2.3 Virologi........................................................................................................................................5
2.4 Jenis Berdasarkan Klasifikasi Paramyxoviridae............................................................................8
2.4.1 Genus Paramyxovirus.............................................................................................................10
Mumps ( Parotitis Epidemica ).............................................................................................................11
New Castle Disease (NCD)...................................................................................................................12
Genus Morbili Virus............................................................................................................................13
2.3.3. Genus Pneumovirus ( Respiratory Syncital Virus)..................................................................15
BAB II1.................................................................................................................................................17
KESIMPULAN.......................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia rentan dengan penyakit, penyebabnya begitu beragam, salah satu yang sering di
jumpai adalah virus, yakni mikroba yang bersifat parasit dengan ukuran mikroskopik dan
cenderung bekerja dengan cara menginfeksi inangnya.Virus dapat bertindak sebagai agen
penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit,virus memasuki sel dan menyebabkan
perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau
bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus
memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen. Perubahan yang
diakibatkannya tidak membahayakan bagi sel atau bahkan bersifat menguntungkan. Dalam
beberapa kasus, virus dapat bertindak sebagai agen penyakit atau sebagai agen pewaris sifat
tergantung dari sel-sel inangnya dan kondisi lingkungan.
Virus merupakan mikroorganisme yang bersifat parasit (agen infeksi) yang dapat
menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat melakukan perkembangbiakan dengan
cara memanfaatkan material hidup yang ada pada sel, karena pada dasarnya virus tidak
memiliki kelengkapan seluler untuk melangsungkan proses reproduksi sendiri.
Virus hanya dapat ditumbuhkan pada sel-sel hewan maupun tumbuhan. Virus juga tidak
dapat tumbuh diluar sel makhluk hidup lain dalam waktu lama, sehingga virus dikatakan
sebagai parasit obligat. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau
RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi bahan pelindung yang terdiri atas
protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Dengan kandungan sejumlah kecil
bahan genetic itulah sehingga virus dapat digolongkan dalam dua kelompok besar yakni virus
DNA dan virus RNA. Virus RNA adalah virus yang materi genetiknya berupa asam nukleat
yang berbentuk rantai tunggal atau ganda tidak berpilin. Berdasarkan jenis genom yang
dibawa, virus RNA terbagi atas virus RNA double strand, RNA single strand (-) dan RNA
single strand (+). Salah satu famili yang termasuk dalam virus RNA single strand (-) adalah
Paramyxoviridae. Golongan virus ini menyebabkan berbagai macam penyakit baik pada
manusia maupun hewan. Paramyxoviridae merupakan virus RNA berselubung berbentuk
bulat atau pleomorfik, berdiameter 150-300 nm, genom tidak bersegmen. Memiliki 4 genus
yaitu: pneumovirus , paramyxovirus (parainfluenzavirus tipe 1-4), rubulavirus (virus mumps),
mobillivirus (virus campak).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Jelaskan jenis/klasifikasi virus famili Paramyxoviridae !
2. Bagaimana sifat infeksi famili Paramyxoviridae ?
3. Bagaimana cara koleksi atau sampling famili Paramyxoviridae ?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui jenis-jenis virus dari famili Paramyxoviridae
2. Untuk memahami sifat infeksi virus dari famili Paramyxoviridae
3. Untuk mengetahui cara koleksi atau sampling famili Paramyxovridae

1.4 MANFAAT
Dapat menambah wawasan serta pemahaman mengenai virus dari famili
Paramyxoviridae mulai dari jenis-jenis virusnya, sifat infeksinya dan cara sampling
virus ini.

BAB II
ISI

2.1 Paramyxoviridae 
Paramyxoviridae adalah keluarga virus yang memiliki genom RNA utas negatif dan tidak
bersegmen. Karakteristik virus ini adalah memiliki amplop yang tersusun
dari lipoprotein yang menyelubungi nukleokapsid yang berbentuk heliks. Paramyxoviridae
ditemukan hanya pada hewan berdarah panas. Aktivitas neuraminidasenya dapat
menggumpalkan sel darah merah mamalia dan burung.
2.2 Morfologi Paramyxoviridae
Paramyxovirus anggota famili ini morfologinya mirip Orthomyxovirus, mempunyai
virion dengan ukuran diameter antara 150-350 nm dan panjang antara 1000-10.000 nm.
Nukleokapsid helikal berukuran 18 nm, dan single- stranded RNA dengan Nukleokapsid
protein (NP) yang tidak bersegmen. Terdapat 2 tonjolan duri yaitu yang terbentuk
dariglikoprotein HN (hemagglutinin-neuraminidase) / H (hemaglutinin)/ Glycoprotein (GP)
dan gliikoprotein F (Fusion glycoprotein). Nukleokapsid dan hemaglutinin virus ini terbentuk
di dalam sitoplasma. Virus-virus anggota Paramyxoviridae yang dapat menimbulkan penyakit
pada manusia adalah virus penyebab parotitis epidemica (mumpsvirus), parainfluenza dan
virus respiratory syncytial. Berbeda dengan virus influenza, Paramyxovirus secara genetik
umumnya lebih stabil.

2.3 Virologi
Paramyxoviridae juga memiliki dua spike tapi HA dan NA berada di satu spike dan spike
yang lain mengandung fusion F protein yang digunakan untuk fusion/penetrasi. Virus ini
berbentuk bulat (spherical) atau plemorpik. Nukleokapsidnya berbentuk heliks dikelilingi
oleh amplop, pada bahan genetiknya terdapat untai tunggal genetik dengan RNA sense
negative 15-17 kb yang mengandung nucleoprotein, phospoprotein, dan protein L (large).
Pada nukleoproteinnya dilengkapi dengan enzim kompleks polymerase. Jenis-jenis protein ini
sangat penting untuk digunakan dalam mengidentifiksi jenis-jenis virus pada famili
paramyxoviridae. Pada struktur genomiknya memiliki 9 elemen transkripsional (spesies
mRNA). ORF utama merupakan untai templet karena dimulai dari 3’ ke 5’(Hulo, et al, 2011).
 
Virus ini juga memiliki kelengkapan protein lain yakni hemagglutinasi (penghmbat RBCs),
semua anggota labil atau sensitif pada faktor-faktor lingkungan, namun bisa survive pada
permukaan sel beberapa jam (6-10 jam). Virus ini melakukan penetrasi di dalam sel dengan
cara fusi dan keluar dari sel dengan pertunasan (budding) dari membrane plasma (Springer
and Verlag, 1998). Paramyxoviridae juga memiliki inti nucleucapsid yang mengandung
protein dan tiga nucleocapsid mengandung protein yang tersusun atas sebuah RNA binding
protein, sebuah phospoprotein dan Large protein. Matriks potein berada diantara inti dan
amplop virus. Amplop tersebut ditutupi dengan spike yang tersusun atas satu glikoprotein
yang berfungsi pada pelekatan sel, dan glikoprotein lain yang terlibat dalam fusi virus pada
membrane sel (Kvellestad et al., 2003).

Gambar 1. Struktur Paramyxoviridae virus

Tidak seperti virus strand positif, virus strand negatif seperti Paramyxoviridae tidak dapat
lansung diterjemahkan dalam proses translasi, namun terlebih dahulu harus melalui tahapan
transkripsi menggunakan enzim yang dibawa. Proses ini terjadi di sitoplasma sehingga
menghasilkan dua bentuk RNA, pertama adalah mRNA yang mengkode setiap protein virus dan yang
kedua berfungsi sebagai template untuk sintesis salinan RNA genomic. Karakteristik virus ini
memiliki amplop untuk perlindungan saat berada diluar sel (ekstraseluler), amplop tersusun
atas lipoprotein yang berhubungan dengan spike yang juga tersusun atas glikoprotein.
Glikoprotein tersusun atas HN 80 kb (Hemaglutin dan Neuraminidase glikoprotein) dan
Fusion protein F 65 kb.
Repirovirus memiliki F dan HN, Morbillivirus memiliki F dan H, dan Pneumovirus memiliki
G dan F. Virus ini hanya memiliki singel strand RNA, dengan jumlah genom 7-8.
Nucleocapsidnya berbentuk heliks dengan panjang 18 nm. Virus ini mempunyai pleomorphic
dan RNA strand negatif dengan jumlah nucleik acid 5%. Untuk aktifitas metabolisme
intraseluler, virus ini dilengkapi dengan enzim polymerase untuk pembentukan strand RNA
positifnya. Virus ini  juga tidak memiliki segmen genom seperti pada rhabdoviridae dan
filoviridae (Kvellestad et al., 2003)
Menurut Hulo et al. (2011) replikasi virus ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Attachment, atau pelekatan pada reseptor di permukaan sel inang melalui HN
glikoprotein. Virus akan menemukan reseptor yang sesuai untuk berikatan dengan
protein virus.
2. Fusion, atau penetrasi melalui membrane plasma, spike yang menempel pada
membrane sel dilepaskan sehingga ribonukleokapsid masuk dalam sel dan kemudian
melepaskan kapsid sitoplasma, sehingga bahan genetic saja yang masuk ke dalam inti
sel.
3. Transkripsi sequential yakni transkripsi yang terjadi secara menerus dengan tujuan
membentuk mRNA. Terlebih dahulu dibentuk RNA rantai positif, kemudian rantai
positif tersebut akan ditranskripsi menjadi mRNA untuk ditranslasi di sitoplasma
menjadi protein baru sebagai bahan perakitan (Assembling).
4. Replikasi akan dimulai ketika nukleoprotein cukup untuk pembentukan encapsidate
antigenomes neo-sintesis dan genom untuk perakitan. Replikasi ini dilakukan pada
double strand RNA yang kemudian rantai negative RNA akan dijadikan bahan genetic
untuk virus baru.
5. Ribonucleocapsid yang telah dirakit kemudian berikatan dengan protein matriks dan
membentuk pertunasan (binding) melalui kompleks ESCRT inang yang terjadi pada
membrane plasma, kemudian virus keluar sel.
Adapun proses infeksi virus dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Proses infeksi virus

2.4 Jenis Berdasarkan Klasifikasi Paramyxoviridae


Virus golongan famili paramyxoviridae mempunyai 3 macam genus, yaitu:
genus paramyxovirus, morbili virus, dan pneumovirus. Virus ini termasuk ke
dalam golongan virus yang hanya terdiri dari satu susunan kimiawi yaitu RNA.
Jika dibandingkan dengan Otrhomyxoviridae maka Paramyxoviridae lebih
heterogen, artinya lebih bermacam-macam antara lain ada virus yang menyerang
selaput lendir, kelenjar ludah dan ada pula yang menimbulkan kelainann di kulit.
Morfologinya lebih bermacam-macam karena virus ini memiliki afinitas terhadap
mucin dan mucoprotein juga sensitif terhadap eter.
Adapun spesies dari virus yang terdapat dari masing-masing genus tersebut yakni:
1. Subfamili Paramyxovirinae
Genus Respirovirus contoh spesies yakni:
-Bovine parainfluenza virus 3 (BPIV-3)
-Human parainfluenza virus 1 (HPIV-1)
-Human parainfluenza virus 3 (HPIV-3)
-Sendai virus (murine parainfluenzavirus1)
-Simain parainfluenza virus 10 (SPIV-10)
Genus Morbillivirus:
-Canine distemper virus (CDV)
-dolphin distemper virus (DMV)
-measles virus (MeV)
-Peste des petits ruminants virus (PPRV)
-phocine (seal) distemper virus (PDV)
-porpoise distemper virus
-rinderpest virus (RPV)
Genus Rubulavirus
-Avian paramyxovirus 2 (APMV-2)
-Avian paramyxovirus 3 (APMV-3)
-Avian paramyxovirus 4 (APMV-4)
-Avian paramyxovirus 5 (APMV-5)
-Avian paramyxovirus 6 (APMV-6)
-Avian paramyxovirus 7 (APMV-7)
-Avian paramyxovirus 8 (APMV-8)
-Avian paramyxovirus 9 (APMV-9)
-Human parainfluenza virus 2 (HPIV-2)
-Human parainfluenza virus 4a (HPIV-4a)
-Human parainfluenza virus 4b (HPIV-4b)
-Mumps virus
-Newcastle disease virus (avian paramyxovirus 1 (NDV; APMV-1)
-Porcine rubulavirus
-Simian parainfluenza virus 5 (SV-5)
-Simian parainfluenza virus 41 (SV-41)

2.Subfamili Pneumovirinae
Genus:Pnuemovirus
-Bovine respiratory syncytial virus (BRSV)
-Human respiratory syncytial virus (HRSV)
-Pneumonia virus of mice (PVM)
Genus: Metepneumovirus
-Turkey rhinotracheitis virus (TRTV)
-Fer-de-Lance virus of reptiles (FDLV)
-Mapuera virus (MPRV)
-Nariva virus (NARV)

2.4.1 Genus Paramyxovirus


Paramyxovirus merupakan salah satu genus dari Paramyxoviridae. virus ini
dapat menyerang manusia maupun hewan. Pada manusia virus ini mengakibatkan
Parainfluenza dan Mumps sedangkan pada hewan menyababkan New Castle
Desease.
2.3.1.1 Parainfluenza Virus

Gambar 4. Parainfluenza Virus

A. Parainfluenza virus memiliki 4 macam tipe yaitu :


1. Para influenza tipe 1 ( virus sendai )
Virus ini dapat menimbulkan radang paru-paru pada bayi yang berumur kurang dari 2
minggu. Pada orang dewasa virus ini menimbulkan gejala pernafasan dengan
reinfeksi terjadi pada orang yang mempunyai antibodi dari infeksi terdahulu.
2. Parainfluenza tipe II
Virus ini biasanya menyarang anak-anak dibawah usia 5 tahun dengan gejala infeksi
alat pernafasan bagian atas. Virus ini tumbuh dalam sel hela, paru- paru dan amnion.
Virus dapat menggumpalkan eritrosit manusia golongan darah O dan eritrosit ayam.
Sifat antigen dari virus ini sama seperti antigenvirus Mumps sehingga seseorang
yang terjangkit virus ini selain akan membentuk zat antibodi terhadap
Parainfluenza juga membentuk zat antibody terhadap virus Mumps.

3. para influenza tipe III


Virus ini biasanya menyebabkan perdangan alat pernafasan bagian atas dan bawah.
Selain itu virus ini juga menyerang ternak yairu sapi dan menyebabkan
penyakit “Shipping fever” dengan suatu sindroma pernafasan.
4. Para influenza tipe IV
Virus ini hanya menimbulkan rasa lelah dan rasa tidak nafsu makan pada anak kecil.
B. Cara diagnosis
a. Dengan mengambil apus tenggorokan atau air cucian tenggorokan yang ditanam
pada biakan jaringan manusia. Bila tidak terbentuk lakukan hemabsropsi dengan
eritrosit cavia
b. Dengan melihat kenaikan titer zat anti ikatan komplemen.

Mumps ( Parotitis Epidemica )


Mups merupakan penyakit menular akut yang ditandai dengan pembengkakan
kelenjar ludah dirahang bagian bawah dan bisa terjadi pada satu sisi saja.
a. Sifat virus
1. Mempunyai S dan V antigen seperti influenza
2. Bisa hemaglutinasi tetapi tidak menyebabkan hemolysis
3. Elusi tidak spontan
4. Sensitive terhadap eter
5. Bisa di inaktivasi dengan pemanasan
6. Bila sudah di stabilisasi dengan MgSO4 virus menjadi tahan panas
7. Virus membentuk inclusion bodies dalam sitoplasma
b. Cara penularan
1. Droplet infection per-inhalas
2. Droplet infection per-oral
3. Transplacental
c. Gejala klinik
Masa tunas virus berlangsung antara 2-5 minggu dengan gejala lesu , tidak
ada nafsu makan, terjadi pembengkakan kelenjar ludah dan disertai dengan
demam . komplikasi yang dapat ditimbulkan adalah meningitis aseptica,
peradangan kelenjar alat kelamin yang mengakibatkan kemandulan bagi
wanitamaupun pria.

Gambar 5. Penyakit Mumps


d. Cara Diagnosis
1. Isolasi
Sampel isolasi yang digunakan adalah air ludah, muntahan penderita, urin, dan
liquor. Sampel ini dikultur pada telur berembrio secara intraamnion atau
intraalantois. Dapat juga dikultur pada biakan jaringan ginjal kera.
2. Sero diagnostic
Pemeriksaan ini ditentukan dengan melihat kenaikan titer zat antibody ikatan
komplemen atau zat anti hemagglutinin.
e. Pencegahan
Pemberian vaksinasi gondongan merupakan bagian dari imunisasi rutin pada
masa kanak-kanak, yaitu imunisasi MMR (mumps, morbili, rubela) yang
diberikan melalui injeksi pada usia 15 bulan.Imunisasi MMR dapat juga
diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang belum menderita Gondong.
Cukup mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar Iodium,
dapatmengurangi resiko terkena serangan penyakit gondongan( Jawet, 2010).

New Castle Disease (NCD)


Virus ini menyerang ungags terutama pada alat pernafasan kadang-kadang
juga menyerang alat pencernaan. Virus ini menyebabkan
“pneumoencephalitis” pada anak ayam dan influenza pada burung. Virus dapat
ditularkan ke manusia melalui kotoran dan memakan ungags yang terinfeksi
virus sehingga mnimbulkan peradangan mata.

Gambar 6. Virus NCD


a. Sifat Virus
1. Bisa meneybabkan hemaglutinasi, eritrosit manusia, golongan darah O
dan eritrosit ayam.
2. Bisa tumbuh ditelur berembrio dan biakan jaringan embrio ayam
3. Sifat antigennya sama dengan virus mumps, sehingga seseorang yang
terjangkit virus ini selain akan membentuk zat antibody terhadap virus
NCD juga akan membentuk zat antibody terhadap virus mumps.
b. Cara Diagnosis
1. Isolasi
Sampel isolasi yang digunakan adalah cairan yang keluar dari mata kemudian
dikultur pada telur berembrio secara intraamnion .
2. Sero diagnostic
Pemeriksaan ini ditentukan dengan melihat kenaikan titer zat antibody ikatan
komplemen, zat hemagglutinin, zat antinetralisasi.
c. Cara Pencegahan
Memberikan vaksin pada ungags

Genus Morbili Virus


Virus Morbilli menimbulkan penyakit yang disebut Campak, penyakit ini
menyerang anak-anak dan juga ibu-ibu yang ditandai dengan demam yang
sangat
tinggi (39-41° C) selama 6-7 hari, kemudian bersamaan dengan turunnya
demam
timbul bercak- bercak merah pada kulit yang kemudian diikuti
dengan
pengelupasan kulit.

Gambar 7. Virus Morbili


a. Sifat Virus
1. Sensitif terhadap eter
2. Dapat distabilisasi dengan MgSO4
3. Virus membentuk inklusi bodies pada inti dan sitoplasma
4. Dapat menimbulkan hemaglutinasi eritrosit, tapi tidak dapat
menimbulkan wlus spontan.
5. Menyebabkan hemolysis
6. Tumbuh pada kultur jaringan ginja kera
b. Cara Penularan

) Sifat-Sifat Virus
a. Sensitif terhadap eter
b. Dapat distabilisasi dengan
MgSO4
c. Virus membentuk inklusion
bodies pada inti dan
sitoplasma
d. Dapat menimbulkan
hemaglutinasi eritrosit, tapi
tidak dapat menimbulkan
2) Cara Penularan
1. Droplet infection per-inhalas
2. Transplacental
c. Gejala Klinik
Masa tunas virus ini adalah 10 hari dengan gejala demam sangat tinggi,
batuk pilek, mata merah dan bercak koplik. Lalu bersamaan dengan
timbulnya demam timbul bercak merah pada kulit. Bercak merah ini akan
menjadi coklat kehitam-hitaman kemudian kulitnya akan mengelupas dan
terjadi peradangan pada kelenjar limfa di seluruh tubuh yang akan
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh. Penurunan daya tahan tubuh
ini mengakibatkan infeksi sekunder oleh bakteri pathogen atau bakteri
flora normal, dan juga infeksi sekunder oleh virus lain.

d. Cara Diagnosis
1. Ditandai dengan demam tinggi disertai bercak koplik, bersamaan
dengan turunnya demam timbul bercak merah pada kulit.
2. Isolasi
Sampel isolasi yang digunakan adalah apus tenggorokan, darah,
apus mata bila mata terlihat merah. Sampel isolasi tersebut
dikultur pada biakan jaringan.
3. Sero diagnostic
Pemeriksaan ini ditentukan dengan melihat kenaikan titer zat
antibody ikatan komplemen, zat hemagglutinin, zat antinetralisasi.

2.3.3. Genus Pneumovirus ( Respiratory Syncital Virus)


Virus Syncial Pernafasan (RSV) sering menyebabkan penyakit baik
pada alat pernafasan bagian atas maupun bawah, virus ini menjangkit anak-
anak terutama yang berumur kurang dari 2 tahun.
Berbeda dengan Paramyxovirus lainnya, virus ini tidak dapat
membentuk kekebalan, karena tidak dapat membentuk zat anti hemaaglutinin.

Gambar 8. Virus Pneumovirus ( Respiratory Syncital Virus)

a. Gejala Klinik
Gejala klinik dapat berupa : bronchiolitis atau pneumonia. Dan
dilaporkan dinegara-negara yang mengalami musim dingin bahwa kira-kira
12.000 bayi tiaptahun memerlukan perawatan rumah sakit karena bronchiolitis
dan penumoniayang disebabkan oleh virus ini.
b. Cara Diagnosa
1. Isolasi
Bahan isolasi yang digunakan adalah apus tenggorok, ditanam pada
biakkanjaringan yang berasal dari manusia. Virus ini tidak
tumbuh pada telurberembrio dan tidak patogen terhadap tikus.
2. Sero diagnostic
Yaitu dengan melihat kenaikan titer zat anti netralisasi. Dan metode
pilihanuntuk diagnosa biasanya adalah tes antibodi fluoresensi.
BAB II1
KESIMPULAN
Berdasakan uraian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Paramyxoviridae secara umum memiliki bentuk morfologi bulat (sperichal),
diameter 150-350 nm, dilengkapi dengan spike 1 (HA dan NA) dan spike 2 (F
Protein ). Termasuk virus tidak bersegmen, memiliki nukleokapsid heliks RNA
tunggal strand negative yang panjangnya 15-17kb. Virus ini dilengkapi dengan
protein-protein dan enzim polymerase.
2. Virus golongan famili paramyxoviridae mempunyai 3 macam genus, yaitu:genus
paramyxovirus, morbili virus, dan pneumovirus
3. Virus-virus anggota Paramyxoviridae yang dapat menimbulkan penyakit pada
manusia adalah virus penyebab parotitis epidemica (mumpsvirus), parainfluenza
dan virus respiratory syncytial. Berbeda dengan virus influenza, Paramyxovirus
secara genetik umumnya lebih stabil.
4. Virus ini umumnya menyerang anak-anak, namun tidak
menutupkemungkinan dapat menyerang orang dewasa. Cara diagnosis yang
dilakukanadalah melihat gejala klinik yang khas, isolasi, penanaman pada
biakanjaringan dan hewan percobaan juga secara sero-diagnostik
DAFTAR PUSTAKA

Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medik (TLM) VIROLOGI_Ocky Dwi


Suprobowati dan Iis Kurniati_Edisi Tahun 2018 http://klinik24.net/penyakit/gondongan-
mumps/
https://www.academia.edu/15538172/Virus_dari_Famili_Paramyxoviridae
Santosa, Nugroho Iman. 1989. Virologi Khusus. Jakarta: Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Arif,Ilham.2012. Mumps (Parotitis). (online)(http://ilhamarif.com/), diakses tanggal
18 Oktober 2020
Agus Agung Surya Dipta Nugraha.MORBILI PADA ANAK DALAM
PENGOBATAN ANTI RETRO VIRAL (ARV).Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.VOL. 4 NO.1, SEPTEMBER-DESEMBER, HAL 1-5 .
(Online : http://intisarisainsmedis.weebly.com/)
Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA. (2012). Jawetz, melnick,
& adelberg’s medical microbiology. 25th Edition. Terjemahan Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2010. Mikrobiologi kedokteran jawetz, melnick, &
adelberg. Edisi 25. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC. pp: 151-236

Anda mungkin juga menyukai