Ppds. Jp. 13-16 Meu E-Min
Ppds. Jp. 13-16 Meu E-Min
Peneliti
Feranti Meuthia, dr
NIM : 011181303
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat
dan anugerahNya sehingga karya akhir dengan judul Efek Pemberian Statin
dengan baik tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Kepada
Dr. Yudi Her Oktaviono, dr. SpJP(K), FIHA dan Prof. DR. Djoko Soemantri, dr.
kesempatan ini penulis juga menghaturkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Fasich, Apt selaku Rektor Universitas Airlangga saat penulis
memulai pendidikan, Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., Mt., Ak.,CMA selaku
Rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. Agung Pranoto, dr., M.Sc., Sp.PD, K-
Prof. Dr. Soetojo,dr., Sp.U selaku Dekan FK Unair saat ini, H. Slamet Riyadi
Yuwono, dr., DTM & H. MARS selaku direktur RSUD Dr. Soetomo saat
RSUD Dr. Soetomo selama penulis menjalani pendidikan dan H. Harsono, dr.
selaku Plt. Direktur RSUD Dr. Soetomo saat ini, atas kesempatan dan fasilitas
Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FK Unair saat penulis memulai
3. Andrianto, dr., SpJP (K)., FIHA, FAsCC selaku Ketua Program Studi Ilmu
4. Agus Subagjo, dr., Sp.JP(K), FIHA, FAsCC selaku Ketua Program Studi
Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FK Unair saat penulis memulai
5. Prof. Dr. Djoko Soemantri, dr., Sp.JP(K), FIHA, FAsCC dan Dr. J. Nugroho,
Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FK Unair atas segala
6. Prof. Maria Inge Lusida, dr., M.Kes., Ph.D., SpMK(K) sebagai kepala ITD-
UNAIR Surabaya dan Dr. Purwati, dr., SpPD, FINASIM, selaku kepala
dan teknisinya (Helen Susilowati, SKM., dkk) yang telah memberikan saya
ini.
7. Bambang Herwanto, dr., SpJP., FIHA., selaku dosen asuh penulis selama
masa PPDS I Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, atas segala
vi
8. Prof. Dr. Budi Susetyo Juwono (Alm), dr., SpJP (K)., FIHA dan Jatno
Karjono (Alm), dr., SpJP (K)., FIHA atas bimbingan, bantuan dan
9. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah FK Unair : Prof. Dr. Budi S. Pikir, dr., SpJP (K)., Prof. Dr. Rochmad
Romdoni, dr., SpJP (K)., Jeffrey D. Adipranoto, dr., SpJP (K)., RP.
Soeharsohadi, dr., SpJP (K)., Iswanto Pratanu, dr., SpJP (K)., Dyah Priyatini,
dr., SpJP (K)., Esti Hindariati, dr., SpJP (K)., Budi Baktijasa, dr., SpJP (K)., I
Gde Rurus Suryawan, dr., SpJP (K)., Bambang Herwanto, dr., SpJP (K).,
Achmad Lefi, dr., SpJP (K)., Yudi Her Oktaviono, dr., SpJP (K)., Moh.
Budiarto, dr., SpJP., M. Yusuf., dr., SpJP., Meity Ardiana, dr., SpJP., Rerdin
Julario, dr., SpJP., Rosi Amrilla F, dr., SpJP. dan Nia Dyah Rahmianti, dr.,
SpJP. atas segala bimbingan, bantuan dan semangat yang diberikan selama
pendidikan.
Medik, dan Ilmu Kesehatan Anak beserta staf pengajar atas kesempatan
11. Kepala Ruangan Rawat Inap, Poliklinik Jantung, ICCU, IDIK, IRD dan
dan karyawan bagian Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FK Unair
pendidikan.
12. Seluruh pasien yang telah dirawat maupun responden penelitian atas
pendidikan.
vii
pendidikan.
14. Rekan – rekan seperjuangan dalam ujian tulis nasional (CBT Maret 2016):
Amir.dr, dan Luh Oliva S.dr, atas segala bantuan, dukungan dan
kerjasamanya.
15. Rekan – rekan PPDS-1 stase IDIK yang turut memberikan dukungan dalam
penyelesaian penelitian ini atas jerih payah, kerjasama dan dukungan yang
diberikan
16. Rekan – rekan PPDS – 1 Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FK
17. Anak saya tercinta, Tania Rossa Fidelya, atas segala pengertian, dukungan,
pendidikan.
18. Orang tua saya, Prof. Dr. Sabilal Alif (Alm), dr, SpU(K) dan Nur Laily, serta
kakak-adik saya Ferizal Ardiansyah, ST., MBA., Fikri Rizaldi, dr. SpU.,
19. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu – persatu, yang turut membantu
Penulis menyadari bahwa karya akhir ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu diharapkan sumbang saran dan kritik dari semua pihak demi perbaikan
viii
di masa mendatang. Saya berharap karya akhir ini dapat bermanfaat bagi
memohon maaf yang sebesar – besarnya kepada semua pihak atas segala
Penulis,
ix
ABSTRAK
Feranti Meuthia
Yudi Her Oktaviono
Djoko Soemantri
ABSTRACT
Feranti Meuthia
Yudi Her Oktaviono
Djoko Soemantri
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
SAMPUL DALAM
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
PERNYATAAN .......................................................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN .............................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................... x
ABSTRACT ................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xix
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
1.3.1. Tujuan Umum .................................................................. 4
1.3.2. Tujuan Khusus ................................................................. 4
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
1.4.1. Manfaat Akademik .......................................................... 5
1.4.2. Manfaat Klinis ................................................................. 5
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN ....................................................... 6
2.1. Endothelial Progenitor Cell (EPC) ............................................... 6
2.1.1. Definisi dan Karakteristik EPC ........................................ 6
2.1.2. Mobilisasi dan Homing EPC ............................................ 8
2.1.3. Isolasi dan Kuantifikasi EPC ........................................... 10
2.2. Transduksi Sinyal pada Proliferasi EPC ........................................ 13
2.2.1. Reseptor Transmembran .................................................. 13
2.2.2. Second Messenger ........................................................... 14
2.2.3. Jalur Transduksi Sinyal ................................................... 15
2.3. EPC dan Faktor Risiko Kardiovaskular ......................................... 17
xii
xiii
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
xvi
DAFTAR TABEL
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
DAFTAR SINGKATAN
xix
xx
BAB 1
PENDAHULUAN
kematian di seluruh dunia. Pada tahun 2008 lebih dari 17 juta penderita
merupakan penyebab kematian pada 7.3 juta penderita. Proses yang mendasari
proses patologis kompleks pada dinding pembuluh darah yang terjadi bertahun-
tahun (Mendis et al., 2011). Definisi dari penyakit jantung koroner stabil atau
stable coronary artery disease (SCAD) adalah suatu penyakit dengan manifestasi
nyeri dada yang disebabkan oleh suatu aktivitas atau stress akibat penyempitan
≥50% arteri koroner left main dan ≥70% pada satu atau lebih pembuluh darah
peningkatan sesuai usia pada kedua jenis kelamin, mulai dari 5-7% pada wanita
usia 45-64 tahun, hingga 10-12% pada wanita usia 65-84 tahun, dan 4-7% pada
laki-laki usia 45-64 tahun hingga 12-14% pada laki-laki usia 65-84 tahun
adanya gangguan aliran darah koroner akibat atherosklerosis yang dipicu terutama
penemuan bahwa sel-sel yang berasal dari sumsum tulang yang dikenal dengan
endothelial progenitor cells (EPC) berperan dalam perbaikan sel endotel dan
kardiovaskular ini (Fadini et al., 2007). Terapi saat ini untuk penyakit
tidak dapat mengontrol penyakit jantung koroner secara komplit. Oleh karena itu,
pendekatan baru seperti terapi berbasis sel diperlukan. Sejak EPC ditemukan
retina, dan miokard, EPC mempunyai peluang yang menjanjikan sebagai terapi
baru sebagai perbaikan vaskular dan kontrol penyakit kardiovaskular (Du et al.,
2012). EPC memiliki peran utama dalam pembentukan pembuluh darah baru.
EPC pertama kali berhasil diisolasi oleh Ashahara dkk pada tahun 1997 sebagai
suatu sel progenitor hematopoietik dari sel darah tepi. Peran utama dari EPC
beberapa hasil penelitian. Jumlah dan aktivitas EPC menurun pada kondisi risiko
tinggi PJK. Beberapa peneliti telah menunjukkan bahwa jumlah EPC pada
penderita PJK lebih rendah bila dibandingkan orang sehat dan berkorelasi negatif
peningkatan jumlah EPC pada penderita infark miokard akut (IMA), angina
pektoris stabil kronik, maupun paska coronary artery bypass grafting (CABG).
Pada penderita angina pektoris stabil didapatkan jumlah EPC yang lebih rendah
fungsi EPC sirkulasi. Sampai saat ini, mekanisme diferensiasi, proliferasi, dan
sumber EPC serta faktor-faktor yang dapat menginduksi atau menghambat proses
tersebut belum diketahui secara pasti. Ada beberapa terapi yang dapat
mempengaruhi fisiologi EPC, salah satunya adalah statin (Park et al, 2011). Statin
HMG-CoA reductase, enzim yang penting untuk sintesis kolesterol di liver. Data
sangat konsisten (Lee dan Poh, 2014). Statin terdiri dari beberapa jenis yang telah
distribusi, metabolisme, dan ekskresi (Schachter, 2004). Statin dengan dosis yang
EPC. Beberapa studi melaporkan statin memiliki efek menguntungkan pada EPC
migrasi sel endotel yang dipicu oleh vascular endothelial growth factor (VEGF)
kontrol?
stabil?
proliferasi EPC pada darah tepi penderita penyakit jantung koroner stabil.
stabil.
2. Sebagai bahan pertimbangan untuk jenis dan dosis statin yang dapat
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
menyebabkan lepasnya sel endotel dan pengambilan sel progenitor yang terlibat
perbaikan endotel yang rusak dengan melawan kerusakan yang disebabkan faktor
risiko kardiovaskular. Oleh karena itu, EPC memiliki kontribusi penting dalam
EPC merupakan bagian dari sel berinti tunggal atau mononuclear cell
(MNC) yang memiliki ciri khas ekspresi dari 3 marker yaitu CD133, CD34, dan
kinase insert domain receptor (KDR) atau fetal liver kinase-1 (Flk-1). Sel dengan
stimulus termasuk iskemia jaringan melalui rilis dari berbagai growth factors.
Begitu mencapai sirkulasi perifer, EPC membentuk kumpulan sel yang secara
kerusakan. Pada sirkulasi perifer orang dewasa, EPC yang lebih matur ditemukan
telah kehilangan CD133 namun positif untuk CD34 dan VEGFR-2. Sel endotel
yang matur menunjukkan ekspresi tinggi dari VEGFR-2, VE-cadherin, dan faktor
transformasi EPC dalam sirkulasi menjadi sel endotel yang matur. Namun, hingga
saat ini belum jelas kapan EPC mulai kehilangan CD133 (Hristov et al., 2003;
Seperti halnya stem cell, EPC juga memiliki kemampuan proliferasi dan
diferensiasi namun lebih terbatas. Sel ini bersifat unipoten, hanya dapat
Gambar 2.1. Sel progenitor dan stem cell (Sumber: Asahara, 2004)
Bukti yang ada menunjukkan bahwa hematopoetic stem cell (HSC) dan
EPC berasal dari prekursor yang sama (hemangioblast). Pertumbuhan dan fusi
dari kumpulan darah dalam yolk sac embrio mengakibatkan peningkatan kapiler
yang akan berkembang menjadi sel hematopoetik berada di tengah, yang disebut
dengan HSC. EPC, atau angioblast, terletak di bagian perifer (Murasawa dan
Asahara, 2005).
dari sumsum tulang. Iskemia kemudian meningkatkan regulasi VEGF dan stromal
transformasi ligand Kit yang terikat membran menjadi ligand Kit yang solubel
al., 2003).
yang cepat (diukur dalam hitungan jam dan tidak sampai 1-2 hari). Molekul
adhesi (selectin dan integrin) melakukan mediasi homing sel menuju dinding
Langkah awal homing sel progenitor menuju jaringan iskemik yaitu adhesi
sel progenitor dengan sel endotel yang diaktivasi oleh sitokin dan iskemia, lalu
Integrin bertugas membantu adhesi dari berbagai sel menuju sel endotel.
pengambilan sel progenitor menuju jaringan iskemik. Selain itu, invasi sel
yang kemudian dapat menarik sel progenitor di dalam sirkulasi. Pada akhirnya,
EPC mengalami maturasi manjadi sel endotel yang fungsional (Urbich dan
Dimmeler, 2004).
Ada 2 tipe EPC yaitu early EPC dan late EPC. Early EPC biasanya
merupakan populasi EPC angiogenik yang didapatkan dari kultur jangka pendek
in vitro selama 4-7 hari. Early EPC ini membentuk colony forming units (CFU)
dan memiliki banyak karakteristik endotel seperti marker CD31 dan VEGFR2.
Late EPC, biasa juga disebut out-growth EPC, memiliki pola pertumbuhan yang
berbeda dan didapatkan dari kultur jangka panjang yaitu selama 2-3 minggu in
vitro (Lee dan Poh, 2014). Kemampuan EPC untuk bermigrasi menuju satu sama
dan faktor von Willebrand, selain CD31, CD133, CD34, dan VEGFR2. EPC ini
kemudian akan berdiferensiasi menjadi sel endotel matur untuk angiogenesis dan
vaskulogenesis. Morfologi kedua EPC ini pun berbeda, early EPC berbentuk
10
Poh, 2014).
Gambar 2.4. Morfologi early EPC dan late EPC (Sumber: Lee dan Poh,
2014)
EPC dapat diisolasi dan dikultur dari sumsum tulang, hati janin, tali pusat
serta sirkulasi darah perifer. Setelah diisolasi, sel dikultur dalam medium dengan
penambahan growth factor yang spesifik (VEGF, bovine brain extract, atau
Isolasi dan kuantifikasi EPC dapat dilakukan melalui 2 pendekatan: seleksi kultur
karena sifat adhesi dan pertumbuhan in vitro dan seleksi berdasarkan fenotip sel
(Hirschi et al., 2008). Inkubasi dapat dilakukan secara in vitro maupun in vivo.
waktu 3-4 minggu (Hristov et al., 2003). Secara in vitro maupun in vivo, sel yang
secara in vitro dapat dilakukan dalam waktu 5 hari. Hal ini diperjelas oleh Ito et
11
al., yang mengisolasi sel-sel mononuklear dan melakukan kultur sel pada piringan
yang dilapisi fibronektin. Setelah adhesi selama 24 jam, sel-sel yang tidak melekat
kemudian jumlah kelompok yang muncul pada hari ke-7 dihitung sebagai koloni
Modifikasi lainnya oleh Hill et al., pelapisan ulang sel-sel mononuklear pada
piringan yang dilapisi fibronektin dilakukan selama 48 jam dan perhitungan CFU
dilakukan beberapa hari kemudian. Modifikasi ini kini lebih banyak didapatkan
2008).
adhesi sel mononuklear darah perifer pada piringan kultur yang telah dilapisi
fibronektin. Penilaian EPC dilakukan setelah kultur selama 4 hari, dengan menilai
kemampuan ingest atau cerna dari sel-sel yang melekat terhadap acetylated LDL
dan Ulex europaeus agglutinin 1 plant lectin yang berlabel fluoresensi. Sel-sel
yang melekat dan berikatan dengan kedua agen dinilai sebagai EPC. Sel-sel yang
melekat dibebaskan dari kultur dan dikonfirmasi dengan beberapa protein sebagai
metode flow cytometry. Selanjutnya, metode ini telah diakui dan diperkenalkan
Diferensiasi derivat multipotent adult progenitor cell dari sumsum tulang menjadi
turunan endotel hanya dapat diinduksi pada medium tanpa serum atau dengan
kadar serum yang rendah dengan penambahan VEGF. Sebaliknya, jika kultur
12
dilakukan pada medium kaya fetal calf serum (FCS) akan secara langsung
adiposit. Proliferasi tampak nyata setelah kultur berjalan 30-60 hari. Hal ini
berlawanan dengan pertumbuhan awal derivat sel endotel dari dinding pembuluh
sinyal sebagai pengendali utama proses biologi sel (Xu et al., 2008). Transduksi
sinyal adalah suatu proses yang diawali oleh aktivasi reseptor yang berada di
membran oleh sinyal molekul dari luar sel yang kemudian mengakibatkan
molekul dari dalam sel mengeluarkan respon tertentu. Dengan transduksi sinyal,
sinyal molekul kecil dari luar sel dapat menghasilkan respon yang besar dan
Deoxyribose Nucleic Acid (DNA) atau aktivitas enzim di dalam sitoplasma. Pada
organisme multiseluler, koordinasi sel dilakukan oleh beberapa molekul kecil dan
ditemukan di permukaan atau dalam sel. Ikatan antara ligan dan reseptor pada
13
permukaan sel akan menstimulasi serial kejadian di dalam sel dan respon yang
dihasilkan sangat tergantung pada tipe reseptor. Ligan mengawali transmisi sinyal
melewati membran plasma dengan cara mengubah bentuk atau menyesuaikan diri
aktivitas enzimatik atau membuka ikatan untuk protein sinyal lain di dalam sel
molekul sinyal ekstraselular yang berbeda, antara lain tyrosine kinase receptors
(RTK), integrins, G-protein coupled receptors, dan toll-like receptors (Xu et al,
2008). RTK merupakan salah satu reseptor yang ikut berperan dalam transduksi
sinyal pada proliferasi EPC. RTK adalah protein transmembran dengan domain
intraselular dan domain ekstraselular yang mengikat ligan. Interaksi ligan dan
perubahan konformasi yang diperlukan untuk proses selular (Dhillon et al., 2007).
second messenger antara lain kalsium, beberapa derivat lipid, dan nitric oxide
(NO). NO terutama bekerja melalui aktivasi reseptor target dan bergantung pada
konsentrasinya dan adanya radikal bebas lainnya. Dalam jalur transduksi sinyal
EPC, aktivasi NO berperan penting pada migrasi sel, proliferasi, serta survival
beberapa fungsi lainnya seperti relaksasi pembuluh darah, tekanan darah, dan
14
memerlukan penelitian lebih lanjut. Dari penelitian oleh Dimmeler et al. dan
peningkatan diferensiasi EPC in vitro maupun mobilisasi EPC in vivo oleh statin
bahwa inhibisi ERK1/2 menurunkan fosforilasi Akt dan eNOS. Hal ini
menunjukkan bahwa ERK 1/2 mempengaruhi fosforilasi Akt (Merla et al., 2007).
sinyal untuk regulasi survival sel, proliferasi, metabolisme, dan migrasi. Stimulasi
dari tyrosine kinase receptor (RTK) mengaktifkan MAPK dengan proses yang
(direpresentasikan oleh c-Raf-1), dan MAPKK yang terdiri dari MEK1 dan
MEK2. MEK memfosforilasi p44 MAPK dan p42 MAPK yang dikenal dengan
ERK1 dan ERK2. ERK yang teraktivasi bertranslokasi menuju nukleus dan
15
Gambar 2.5. Kaskade MAP kinase (Sumber: Zhang dan Hui, 2002)
Jalur PI3K/Akt diaktivasi oleh subunit p85 yang terikat dengan tyrosine
16
Hal ini mengakibatkan PI3K menempel pada membran sel dan menjadi
memperbaiki diri sendiri. Endotel yang masih muda dan sehat dapat memperbaiki
diri secara komplit. Sedangkan pada endotel yang sudah tua atau telah terpapar
oleh salah satu faktor risiko kardiovaskular seperti kolesterol, hipertensi, atau
terganggunya sintesis, rilis, dan aktivitas nitric oxide (NO). Telah diketahui
bahwa kemampuan endotel untuk memperbaiki diri tidak hanya diregulasi oleh sel
lokal, namun juga dipengaruhi oleh sel di dalam sirkulasi yaitu EPC. EPC berasal
sirkulasi, EPC membentuk kumpulan sel yang dapat memperbaiki lapisan endotel
terbalik antara jumlah dan fungsi EPC dan faktor risiko kardiovaskular pada orang
17
yang sehat maupun pada penderita penyakit jantung koroner (Shantsila et al.,
2007).
2007)
detrimental terhadap jumlah dan fungsi EPC. Usia merupakan faktor predominan
terhadap EPC di dalam sirkulasi, dimana level EPC sangat berkorelasi negatif
terhaadap usia. Semakin tua, fungsi EPC menurun secara progresif, dalam hal
survival, diferensiasi, proliferasi, dan migrasi. Tekanan darah yang semakin tinggi
berhubungan dengan level EPC yang lebih rendah pada populasi umum, penderita
terbukti mengakselerasi senescence dari EPC via receptor angiotensin tipe I dan
melalui induksi stress oksidatif. Aldosteron, yang juga berkontribusi pada stress
oleh penurunan ekspresi reseptor VEGF dan signalling Akt (Tousoulis et al.,
2008).
18
mellitus tipe 1 dan 2, EPC mengalami reduksi dan disfungsi yang signifikan.
risiko terjadinya atherosklerosis yang cepat dan iskemia miokard atau perifer. Hal
menurun, dimana hal ini berhubungan dengan penurunan jumlah dan disfungsi
berubah menjadi sel endotel (Fadini et al., 2007; Chen et al., 2004). Oleh karena
itu, hiperkolesterol tidak hanya merusak sel endotel, namun juga mengganggu
jumlah dan fungsi EPC dalam waktu yang bersamaan. Dislipidemia memengaruhi
19
EPC masih belum pasti. Jumlah EPC berbanding terbalik dengan level kolesterol
reactive oxygen species (ROS) serta sel lain seperti monosit, yang berkontribusi
pada proses atherosklerosis. LDL yang teroksidasi ini (oxLDL) dapat terikat pada
reseptor membran sel, dimana salah satunya yang teridentifikasi adalah Lectin-like
Gambar 2.7. Efek molekular dari oxLDL (Sumber: Yang et al., 2012)
20
regulator dari berbagai macam biologi sel. Akt yang terfosforilasi kemudian akan
aktivasi eNOS dan rilis NO. Stimulasi produksi NO ini kemudian dapat
telah dibuktikan dalam beberapa hasil penelitian. Jumlah dan aktivitas EPC
menurun pada kondisi risiko tinggi PJK. Rendahnya jumlah EPC merupakan
antara lain terjadi penurunan mobilisasi EPC dari sumsum tulang, peningkatan
konsumsi EPC pada lokasi pembuluh darah yang cedera, dan penurunan waktu
paruh EPC yang berada pada sirkulasi. Hal sebaliknya terjadi pada kondisi
iskemia tungkai akut, IMA, luka bakar, dan CABG, yaitu jumlah EPC meningkat
sangat cepat dalam sirkulasi sebagai respon akut terhadap cedera vaskular
memiliki tingkat EPC yang lebih rendah daripada penderita tanpa adanya
21
salah satu cara terbaik untuk mendeteksi atherosklerosis tahap awal pada individu
yang asimptomatik. Oleh karena itu, selain efek dari faktor risiko kardiovaskular,
darah ke jaringan target, iskemia kronik timbul, dalam hal ini yaitu angina
pektoris stabil dan klaudikasio tungkai. Selanjutnya, arteri kolateral menjadi satu-
satunya jalan untuk mengatasi obstruksi vaskular dan di sini juga kontribusi EPC
sangat diperlukan. Telah diketahui bahwa level EPC berhubungan dengan indeks
jaringan meningkatkan regulasi berbagai macam growth factor dan sitokin, seperti
VEGF dan stromal derived growth factor (SDF)-1, yang kemudian mencapai
sumsum tulang dan menstimulasi rilis EPC melalui eNOS dan jalur dependen
MMP. Selanjutnya, homing EPC pada daerah yang sakit diarahkan oleh interaksi
antara kemokin yang diproduksi di sekitarnya dan reseptor spesifik EPC. Pada
manusia, infark miokard, angina tidak stabil, dan injuri vaskular diikuti dengan
peningkatan EPC dalam darah, yang kemudian kembali ke basal dalam 1-2
minggu. Reaksi ini dapat membatasi kerusakan yang terjadi. Selain itu,
bioavailabilitas NO, yang secara tipikal menurun pada penderita penyakit jantung
koroner, berperan penting pada proses mobilisasi EPC dari sumsum tulang. Oleh
22
karena itu, regulasi EPC tidak hanya merefleksikan respon endogen, namun juga
Statin telah menjadi agen penurun lipid yang utama dan sebagai prevensi
primer dan sekunder dari penyakit arteri koroner. Studi randomisasi dan
mayor, morbiditas kardiovaskular, dan kematian oleh sebab apapun (Patel et al.,
2007). Selain itu, telah diketahui bahwa kelebihan dari statin tidak hanya efek
23
kompetitif pada enzim ini oleh statin, menurunkan sintesis kolesterol di hepatosit.
sirkulasi darah sehingga menurunkan konsentrasi LDL dalam sirkulasi. Statin juga
oxidized LDL (oxLDL) pada eNOS. Selain itu statin juga memiliki efek
LDL dapat berkontribusi dalam menurunkan ukuran inti lipid. Statin juga
24
25
paruh sekitar 1-3 jam. Simvastatin masuk sebagai lactone prodrug, dan
dihidrolisis secara enzimatik menjadi zat aktif yaitu dalam bentuk hydroxy acid,
sedangkan statin jenis lain masuk sebagai zat aktif hydroxy acid. Atorvastatin dan
paruh masing-masing 14 jam dan 19 jam. Metabolit aktif dari komponen utama
sulphonamide. Struktur ini mengakibatkan statin jenis ini merupakan statin yang
50%. Statin yang bersifat lipofilik, lebih cepat mengalami first-pass effect karena
mentransport substrat obat dari aliran darah portal ke hepatosit (Gazzerro P, et al.,
2012). Statin sebagian besar dimetabolisir oleh famili sitokrom P450 (CYP450).
CYP2C9 dan CYP2C19. Statin yang dimetabolisme oleh CYP450 lebih mudah
mengakibatkan toksisitas otot karena risiko interaksi obat dengan obat yang
26
antara lain relaksasi vaskular, menghambat agregasi platelet, proliferasi otot polos
vaskular, dan interaksi antara endotel dan leukosit (Liao, 2005). Terapi statin
yang mengalami iskemia (30%; P<0.001), dan perubahan dari awal lebih besar
secara signifikan dibandingkan dengan segmen yang normal (5%; P<0.005) (Hw
et al., 1995).
kolesterol LDL, dimana LDL meningkatkan level caveolin-1, salah satu inhibitor
peningkatan Hsp90 yang memfasilitasi aktivasi eNOS jangka panjang. Selain itu,
Rho adalah target utama GGPP, oleh karena itu inhibisi Rho dan Rho
Famili Rho mempunyai fungsi spesifik pada regulasi kontraksi, migrasi, dan
adhesi sel otot polos vaskular (Kavalipati et al., 2015). Rho kinase meningkatkan
27
sensitivitas otot polos vaskular terhadap kalsium pada hipertensi dan spasme
produksi dan bioavailabilitas NO. Statin menghambat protein Rac yang terlibat
reactive oxygen species (ROS). Statin juga berperan dalam prenilasi Rho GTPase
NO (Davignon, 2004; Zhou dan James, 2009). Karena proses ini dihambat oleh
mobilisasi EPC dari sumsum tulang menuju pembuluh darah yang baru terbentuk
(Dimmeler et al., 2001). Penelitian oleh Llevadot et al. menunjukkan hasil assay
kemotaksis dari sel mononuklear sumsum tulang in vitro dan dari kultur EPC dari
proliferasi EPC, migrasi, dan survival sel in vitro melalui jalur Akt.
eNOS via fosforilasi asam amino Ser 1177, yang telah dideskripsikan sebagai
jalur antiapoptotik penting pada sel endotel. Selain itu Akt meregulasi aktivitas
dari berbagai macam target, termasuk protein proapoptotik Bad, caspase-9, dan
28
FOXO mengatur transkripsi inhibitor cell cycle p27 dan Bcl-2-like-protein Bim.
setelah injuri balloon karotis, memperbaiki fungsi jantung post iskemia (Liao,
2005). Studi in vitro dan in vivo menunjukkan statin setidaknya sama efektifnya
diferensiasi EPC (Dimmeler et al., 2001). Statin juga meningkatkan level EPC di
sirkulasi dan mobilisasi ke area iskemik. Pada penderita dengan penyakit jantung
dengan peningkatan jumlah EPC dalam sirkulasi sebanyak 1.5 kali di minggu
29
adanya peran ERK1/2 dalam proses aktivasi Akt yang selanjutnya memosforilasi
Gambar 2.12. Skema representasi aktivasi ERK 1/2, Akt, dan eNOS
oleh Atorvastatin (Sumber: Merla, 2007)
eNOS, penelitian akhir-akhir ini menunjukkan statin dengan dosis yang lebih
tinggi menimbulkan efek toksik pada sel endotel, yang dapat disebabkan oleh
inflamasi pada setiap proses atherosklerosis, dari pembentukan fatty streak hingga
progresi plak dan ruptur (Patel et al., 2007). Telah diketahui bahwa peningkatan
30
membuktikan adanya peran CRP dalam patogenesis penyakit arteri koroner (Patel
et al., 2007).
(Davignon, 2004). Statin menurunkan sel inflamasi pada plak atherosklerosis dan
metalloproteinase (MMP). Molekul seluler lain yang dihambat oleh statin antara
level CRP dan SAA memiliki risiko lebih tinggi dan keuntungan dari pravastatin
inflamasi. Risiko relatif kejadian kardiovaskular berulang juga menurun 54% dan
25% pada kedua grup dibandingkan dengan placebo (Ridker et al., 1998). Studi
oksidase di sel otot polos vaskular, dan meningkatkan produksi NO (Liao, 2005).
31
meningkatkan mobilisasi EPC dan SDF-1 untuk meningkatkan homing EPC pada
32
meningkatkan fosforilasi Akt dengan mekanisme yang belum jelas. SDF-1 terikat
dan Akt. Aktivasi Akt kemudian meningkatkan aktivitas MMP dan eNOS. NOS
matriks ekstraseluler untuk menginisiasi migrasi sel. Aktivasi Akt juga mencegah
apoptosis sel. Reaksi ini kemudian meningkatkan migrasi sel dan proliferasi, serta
survival EPC. EPC dari sumsum tulang kemudian mobilisasi ke dalam sirkulasi
berdiferensiasi menjadi sel endotel atau secara tidak langsung dengan mensekresi
protein signaling dan enzim struktural yang diperlukan untuk proses angiogenesis.
Efek statin dan SDF-1 saling tumpang tindih, dan kombinasinya memberi efek
33
BAB 3
EPC
Simvastatin
Atorvastatin
Rosuvastatin
Proliferasi EPC ↑
= variabel bebas
= variabel eksperimental
= variabel tergantung
Ada beberapa terapi yang dapat mempengaruhi fisiologi EPC, salah satunya
adalah statin atau HMG-CoA reductase inhibitor. Statin memiliki efek yang
diferensiasi EPC melalui jalur Akt yang kemudian akan mengaktivasi jalur eNOS
dan VEGF yang menyebabkan terjadinya migrasi sel endotel. Statin jenis yang
berbeda dengan dosis yang berbeda memiliki efektivitas yang berbeda pula.
Simvastatin, atorvastatin, dan rosuvastatin saat ini merupakan jenis statin yang
34
statin dengan jenis dan dosis yang berbeda dalam meningkatkan proliferasi EPC
yang dinilai dengan peningkatan proliferasi EPC dan jumlah koloni yang
terbentuk.
35
BAB 4
study) dengan melakukan pemberian statin pada darah tepi penderita penyakit
T1 T2
Kelompok 1 a. 0.1 µmol/L X1 O1
Simvastatin b. 0.5 µmol/L X2 O1
c. 2.5 µmol/L X3 O1
Kelompok 2 a. 0.1 µmol/L X4 O1
Atorvastatin b. 0.5 µmol/L X5 O1
Sampel c. 2.5 µmol/L X6 O1
Kelompok 3 a. 0.1 µmol/L X7 O1
Rosuvastatin b. 0.5 µmol/L X8 O1
c. 2.5 µmol/L X9 O1
Kontrol O1
Gambar 4.1. Desain penelitian “posttest only control group design”
36
Keterangan :
Unit eksperimen yang digunakan pada penelitian ini adalah darah tepi
kelompok kontrol. Sel mononuklear diisolasi dari darah tepi sampel kemudian
dibiakkan dalam media selama 3 hari. Perlakuan diberikan pada hari ke-4 berupa
respon sel dilakukan 2 hari setelah diberikan perlakuan, begitu pula dengan
Airlangga. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan (Februari 2016 – Juli 2016).
Sampel pada penelitian ini adalah EPC darah tepi yang diisolasi dari
penderita penyakit jantung koroner stabil yang diambil secara purposive sampling
37
Penderita penyakit jantung koroner stabil yang dimaksud merupakan pasien IDIK
Kriteria inklusi:
a. Laki-laki
≥50% arteri koroner left main dan ≥70% pada satu atau lebih
informed consent
Kriteria eksklusi:
e. Diabetes mellitus
f. Merokok
g. Anemia
2008).
(Z1 - /2 + Z1 – β)2 S2
n1 = n2 ≥
(X1 – X2)2
38
bermakna
tipe 1 sebesar 5% (Z1 - /2 = 1,96), kesalahan tipe 2 sebesar 20% (Z1 – β = 0,84),
perbedaan rerata minimal yang dianggap bermakna sebesar 3,28 dan simpang
mengantisipasi kemungkinan drop out atau kerusakan pada unit eksperimen yang
n=
(1–f)
EPC
39
1. Simvastatin
2. Atorvastatin
3. Rosuvastatin
Proliferasi EPC
1. EPC : EPC adalah bagian dari sel berinti tunggal atau MNC yang
Satuan : sel
proliferation assay.
Satuan : µmol/L
40
Satuan : µmol/L
Satuan : µmol/L
(FBS) 2%
Vancouver Canada)
d. Trypan blue
e. Tabung conical 50 ml
41
g. Micropipette tip
h. Cylinder pipette
l. Hemositometer
b. Formaldehide 3%
d. mikroskop imunofluorescence
6. Simvastatin (Abcam®)
7. Atorvastatin (Tocris®)
8. Rosuvastatin (Sigma®)
subyek relawan yang direkrut dengan kriteria inklusi sebagai berikut: berjenis
kelamin laki-laki, menunjukkan gejala angina pektoris stabil, berusia 40-59 tahun,
42
dan memiliki lesi stenosis ≥50% arteri koroner left main dan ≥70% pada satu atau
merokok, critical limb ischemia, atau dengan riwayat operasi bedah pintas arteri
Berikut ini adalah penjelasan langkah kerja isolasi sel darah tepi dan kultur
EPC:
baru.
tabung.
300 g x 10’.
43
13. Inkubasi pada suhu 37ºC dan kandungan CO2 5% selama 48 jam.
14. Setelah 48 jam, pisahkan cairan yang berisi non-adherent cell dari
adherent cell yang menempel pada dasar plate. Cairan yang akan
18. Pisahkan sel sesuai assay. Suspensi sel dibagi ke dalam fibronectin
44
seluruh sumur.
reagen MTT ditambahkan pada setiap sumur dan diinkubasi dalam inkubator
Koloni CFU-Hill yang terdapat pada seluruh sumur 24-well plate dihitung
menggunakan PBS. Setelah itu ditambahkan reagen anti sel CD34 yang sudah
45
46
Isolasi MNC
Kultur EPC
Pemeriksaan :
MTT Cell Proliferation Assay
Kuantifikasi CFU
Marker EPC (CD34)
Pengumpulan data
Analisis statistik
47
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dari hasil
atau rerata ± simpang baku. Data variabel bebas dan tergantung selanjutnya
kelompok dianalisis dengan T test. Analisis proliferasi EPC pada tiap kelompok
distribusi tidak normal maka akan dianalisis dengan Kruskas Wallis. Apabila
Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan kelaikan etik dari komite etik
Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya. Pasien dan keluarga telah diberikan
penjelasan mengenai penelitian ini secara lisan dan secara tertulis berupa lembar
atau keluarga pasien. Pasien atau keluarga pasien tidak dibebani biaya yang terkait
48
dengan penelitian ini. Data identitas dan hasil pemeriksaan pasien akan
49
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Disease (ITD) Universitas Airlangga dalam kurun waktu Februari - Juli 2016
inklusi dan eksklusi. Sebagai kontrol digunakan darah tepi sampel tersebut yang
C : kelompok kontrol
dihitung dan ditanamkan dengan jumlah yang sama pada setiap kelompok.
50
Pada subjek penelitian didapatkan rerata usia 54,5 ± 4,31. Usia subjek
termuda 48 tahun, dan tertua adalah 59 tahun. Faktor risiko kardiovaskular yang
subjek mendapat obat anti hipertensi dan statin golongan simvastatin. Rata-rata
tekanan darah sistolik subjek yaitu 137,5 ± 24,35 mmHg, dan tekanan darah
rerata fraksi ejeksi ventrikel kiri subjek penelitian yaitu 53,5 ± 4,11 %.
51
dan kontrol dapat dilihat pada Gambar 5.1. Proliferasi EPC dikuantifikasi
menggunakan metode MTT dan didapatkan hasil absorbansi sel dalam optical
density (O.D). Perlakuan pada EPC sampel dan kontrol sesuai dengan kriteria
kelompok eksperimen.
0.25 0.000
0.2
Proliferasi Sel (O.D)
0.15
Kontrol
0.1 Simvastatin 0.1 µmol/L
0.05
0,170 0,237
0
nilai sebesar 0.000 menggunakan T test, berarti ada perbedaan yang bermakna
antara proliferasi EPC kelompok yang tidak diberikan statin dan kelompok yang
diberikan simvastatin.
52
0.3
0.000
0.25
Proliferasi Sel (O.D)
0.2
0.15 Kontrol
Atorvastatin 0.1 µmol/L
0.1
0.05
0,170 0,248
0
perbedaan yang bermakna antara proliferasi EPC kelompok yang tidak diberikan
53
0.25 0.000
0.2
0.05
0,170 0,231
0
menggunakan T test didapatkan nilai sebesar 0.000, berarti ada perbedaan yang
bermakna antara proliferasi EPC kelompok yang tidak diberikan statin dan
54
0.245
Proliferasi Sel (O.D)
0.24 0.025
Rosuvastatin
0.235
Simvastatin
Atorvastatin
0.23
0.225
tinggi daripada simvastatin. Proliferasi EPC antar kelompok telah dilakukan uji
simvastatin dengan nilai 0.025. Proliferasi EPC antara kelompok simvastatin dan
atorvastatin juga berbeda bermakna dengan nilai signifikansi 0.000. Hasil analisis
proliferasi EPC antara rosuvastatin dan atorvastatin juga menunjukkan hasil yang
55
5.5. Perbedaan Proliferasi EPC Pada Dosis Rendah, Sedang, dan Tinggi
dan Tinggi
0.265
0.000
0.000
0.26
0.255
0.016
Proliferasi Sel (O.D)
0.25
Simvastatin 0.1 µmol/L
0.245
Simvastatin 0.5 µmol/L
0.24 Simvastatin 2.5 µmol/L
0.235
0.23
0.237 0.244 0.260
0.225
pemberian simvastatin antara dosis rendah, sedang, dan tinggi. Proliferasi EPC
dibandingkan dengan dosis 0.1 µmol/L dengan nilai signifikansi 0.016, juga
meningkat signifikan dengan dosis 2.5 µmol/L dibandingkan dengan 0.5 µmol/L
dengan nilai sebesar 0.000. Perbandingan proliferasi EPC antara dosis 0.1 µmol/L
56
dan tinggi
0.28
0.000
0.000
0.275
0.27
0.000
Proliferasi Sel (O.D)
0.265
0.245
0.24
0.248 0.263 0.274
0.235
pemberian atorvastatin antara dosis rendah, sedang, dan tinggi. Setelah dilakukan
pemberian atorvastatin 0.5 µmol/L dibandingkan dengan dosis 0.1 µmol/L dengan
nilai signifikansi 0.000, juga meningkat signifikan dengan dosis 2.5 µmol/L
proliferasi EPC antara dosis 0.1 µmol/L dan 2.5 µmol/L juga berbeda bermakna
57
dan tinggi
0.244 0.000
0.000
0.242
0.24
0.238
Proliferasi Sel (O.D)
0.236
0.593 Rosuvastatin 0.1 µmol/L
0.234
Rosuvastatin 0.5 µmol/L
0.232
Rosuvastatin 2.5 µmol/L
0.23
0.228
0.226
0.237 0.244 0.260
0.224
pemberian rosuvastatin antara dosis rendah, sedang, dan tinggi. Ternyata setelah
µmol/L dengan nilai signifikansi 0.593, namun meningkat signifikan dengan dosis
2.5 µmol/L dibandingkan dengan 0.5 µmol/L dengan nilai sebesar 0.000.
Perbandingan proliferasi EPC antara dosis 0.1 µmol/L dan 2.5 µmol/L juga
58
yang hidup. Sel EPC yang berfungsi dengan baik cenderung akan membentuk
dilakukan pada kelompok statin dengan dosis rendah dan dosis tinggi, serta
kelompok kontrol pada hari ke-6. Gambar 5.8 hingga 5.11 menunjukkan
rosuvastatin.
a b
59
a b
a b
Jumlah koloni pada kelompok statin lebih tinggi daripada kelompok yang
kontrol. Jumlah koloni yang terbentuk pada kelompok atorvastatin lebih banyak
60
CD34 merupakan salah satu marker positif untuk EPC. Ekspresi CD34
didapatkan pada sel EPC yang masih muda hingga lebih matur. Pemeriksaan
dilakukan pada salah satu well yang digunakan untuk menumbuhkan CFU, setelah
dilakukan hitung koloni, dicuci dengan PBS dan disiapkan untuk pemeriksaan
61
BAB 6
PEMBAHASAN
Telah dianalisis subjek dengan penyakit jantung koroner stabil yang telah
– Juli 2016 dan dilakukan kultur sel untuk melihat proliferasi EPC. Penelitian ini
menganalisis efek statin terhadap proliferasi EPC pada darah tepi penderita
rosuvastatin. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Vasa dan kawan-
jantung koroner stabil meningkatkan jumlah EPC sebanyak 1.5 kali dalam minggu
pertama, dan diikuti peningkatan hingga 3 kali selama periode studi 4 minggu
(Vasa et al., 2001). Penelitian oleh Llevadot dan kawan-kawan yang melakukan
penelitian in vitro dan in vivo pada tikus tentang peran simvastatin dalam
meningkatkan populasi EPC di sirkulasi dan peran Akt sebagai jalur signaling
fungsional (Llevadot et al., 2001). Peningkatan proliferasi EPC yang tampak pada
atorvastatin, dan rosuvastatin. Saat ini belum ada penelitian yang membandingkan
beberapa studi yang meneliti efek statin terhadap EPC dengan menggunakan
62
beberapa macam statin. Penelitian Spiel dan kawan-kawan dilakukan pada sampel
EPC meningkat 2.1 kali dan kelompok yang diberikan rosuvastatin 40 mg EPC
meningkat 1.9 kali yang dihitung dengan flow cytometry. Penelitian ini juga
memastikan dengan pemeriksaan CFU dengan hasil jumlah CFU meningkat 3.5
kali pada kelompok simvastatin, dan meningkat 2.6 kali pada kelompok
rosuvastatin (Spiel, et al., 2008). Namun karena studi ini tidak membandingkan
antar statin, maka tidak dicantumkan nilai signifikansi perbedaan antar statin.
Hasil penelitian Spiel menunjukkan hasil yang sesuai dengan penelitian ini yang
kelompok rosuvastatin.
kelompok statin yaitu simvastatin, mevastatin, dan atorvastatin pada darah tepi
orang sehat dan pemberian simvastatin in vivo pada tikus untuk melihat efek statin
pada peningkatan EPC dan meneliti jalur yang dipakai yaitu jalur PI3K/Akt. Hasil
EPC dengan pemberian statin, namun karena tujuan penelitian ini tidak
yang bergantung pada waktu dan dosis. Namun dari pengamatan dapat dilihat
kelompok simvastatin (Dimmeler S, et al., 2001). Hal ini sesuai dengan analisis
63
penelitian ini dimana proliferasi EPC pada kelompok atorvastatin lebih tinggi
pleiotropik, dipengaruhi oleh struktur kimia yang berbeda, sifat lipofilik dan
hidrofilik, profil kinetik. Simvastatin, merupakan salah satu jenis statin yang
berasal dari bahan natural atau fungi, memiliki interaksi yang lebih sedikit dengan
bahan sintetis antara lain atorvastatin dan rosuvastatin. Atorvastatin adalah salah
satu golongan statin yang bersifat lipofilik, dimana memungkinkan substrat obat
secara pasif penetrasi ke dalam hepatosit, hal ini juga menyebabkan aktivitas
statin lipofilik tampak pada hepatik dan ekstrahepatik. Statin yang bersifat
memasuki hepatosit oleh karena itu statin hidrofilik bersifat lebih hepatoselektif.
Hal- hal ini mungkin dapat memengaruhi efeknya terhadap proliferasi EPC.
Selain itu, mungkin didapatkan jalur transduksi lain yang digunakan oleh statin
yang meningkat pula. Hal ini memperlihatkan pengaruh statin yang bergantung
dosis terhadap proliferasi EPC. Hasil serupa tampak pada penelitian Dimmeler
64
terbanyak tampak pada kelompok rosuvastatin, dan lebih banyak pada kelompok
simvastatin dan atorvastatin. Hasil analisis ini sebagian berbeda dengan penelitian
EPC dan juga koloni EPC, dimana keduanya lebih tinggi daripada kelompok
simvastatin (Spiel et al., 2008). Hasil yang berbeda ini dapat disebabkan karena
CFU hanya dilakukan pada satu kali sebagai konfirmasi bahwa EPC yang tumbuh
EPC pada sirkulasi darah tepi yang berasal dari sumsum tulang
memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi sel endotel yang matur. Medium
menunjukkan adanya sel yang berpendar hijau yang berarti sel yang tumbuh
positif CD34.
secara in vitro. Untuk mengkonfirmasi efek statin pada penderita penyakit jantung
65
koroner stabil diperlukan penelitian lebih lanjut secara in vivo. Hasil penelitian
juga sebagian didapatkan hasil yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak. Selain
itu hingga saat ini, mekanisme yang mendasari apakah apa jalur yang berbeda
yang dipakai oleh masing-masing statin dalam hal meningkatkan proliferasi EPC.
Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut yang dapat menganalisis hal
tersebut.
66
BAB 7
7.1. Kesimpulan
7.2. Saran
67
proliferasi EPC.
68
DAFTAR PUSTAKA
Ana CA, Vivek RW, Gordon G, Heather JR. 2012. Are Endothelial Progenitor
Cells a Prognostic Factor in Patients with Heart Failure? 7th Virtual
Congress of Cardiology.
Chen JZ, Zhang FR, Tao QM, Wang X, Zhu JH. 2004. Number and activity of
endothelial progenitor cells from peripheral blood in patients with
hypercholesterolaemia. Clinical Science 107:273-80.
Davignon J. 2004. Beneficial cardiovascular pleiotropic effects of statins.
Circulation 109(3):39-43.
Dhillon A, Hagan S, Rath O, Kolch W. 2007. MAP kinase signalling pathways in
cancer. Oncogene 26:3279-3290.
Dimmeler S, Aicher A, Vasa M, Mildner-Rihm C, Adler K. 2001. HMG-CoA
reductase inhibitors (statins)increase endothelial progenitor cells via the PI
3-kinase/Akt pathway. J Clin Invest 108:391-7.
Du F, Zhou J, Gong R, Huang X. 2012. Endothelial progenitor cells in
atherosclerosis. Front Biosci 17:2327-49.
Fadini GP, Agostini C, Sartore S, Avogaro A. 2007. Endothelial progenitor cells
in the natural history of atherosclerosis. Atherosclerosis 194(1):46-54.
Fadini GP, Losordo D, Dimmeler S. 2012. Critical Reevaluation of endothelial
progenitor cell phenotypes for therapeutic and diagnostic use. Circ Res
110:624-637.
Gazzerro P, Proto MC, Gangemi G, Malfitano AM, et al. 2012. Pharmacological
actions of statins: A critical appraisal in the management of cancer.
Pharmacol Rev 64:102-146.
George AL, Prakash PB, Rajoria S, Suriano R, et al. 2011. Endothelial progenitor
cell biology in disease and tissue regeneration. Journal of Hematology &
Oncology 4.
Hirschi KK, Ingram DA, Yoder Mc. 2008. Assessing identity, phenotype, and
Fate of Endothelial Progenitor Cells. Arterioscler Thromb Vasc Biol
28:1584-95.
Hristov M, Erl W, Weber PC. 2003. Endothelial Progenitor Cells: Mobilization,
Differentiation, and Homing. Arterioscler Thromb Vasc Biol 23:1185-9.
69
70
71
72
Lampiran 1
Alamat :___________________________________________
Telepon :___________________________________________
4. SLTA 5. Sarjana
Pekerjaan : ___________________________________________
Usia : tahun
Jenis Kelamin : 1. Laki-Laki 2. Perempuan
Tinggi Badan : cm
Berat Badan : kg
Indeks Massa Tubuh (IMT) : kg/m2
Riwayat PJK : 1. Ya 2. Tidak
Riwayat DM : 1. Ya 2. Tidak
Riwayat Hipertensi : 1. Ya 2. Tidak
Riwayat Dyslipidemia : 1. Ya 2. Tidak
Riwayat Sindroma Koroner Akut 1. Ya 2. Tidak
Riwayat merokok atau perokok aktif : 3. Ya 4. Tidak
Riwayat PAD : 1. Ya 2. Tidak
Riwayat CKD : 1. Ya 2. Tidak
Riwayat CVA : 1. Ya 2. Tidak
Riwayat pemasangan stent (PCI) : 1. Ya 2. Tidak
Riwayat CABG : 1. Ya 2. Tidak
Riwayat anemia 1. Ya 2. Tidak
Terapi kardiovaskular (dapat pilih lebih : 1. ACE-I:
dari 1, dan sebutkan nama obat serta 2. ARB:
73
dosis) 3. CCB:
4. Beta bloker:
5. Diuretik:
6. Aldosteron antagonis:
7. Alfa bloker:
8. Aspilet
9. Statin:
10. Lain-lain:
11. N/A
PEMERIKSAAN FISIK
Gallop : 1. Ya 2. Tidak
Vesikuler paru : 1. Normal 2. Tidak normal
Rhonkhi : 1. Ada 2. Tidak ada
Wheezing : 1. Ada 2. Tidak ada
Pemeriksaan fisik lain yang signifikan (Bila tdk ada kelainan signifikan, lingkari N/A)
Kepala/Leher :
N/A
Thoraks :
N/A
Abdomen :
N/A
Ekstremitas :
N/A
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG :
74
Roentgen thoraks :
Ekokardiografi :
Angiografi koroner :
Data Laboratorium
Hb : g/dl
Leukosit : x103/μL
Platelet : x103/μL
BUN : mg/dL
SK : mg/dL
SGOT : ml/menit
SGPT : U/L
GDA : U/L
GDP : U/L
GD2JPP : ng/ml
Total cholesterol (TC) : mg/dL
LDL : mg/dL
HDL : mg/dL
Trigliserida : mg/dL
Surabaya, .................................2016
Dokter Peneliti,
75
Lampiran 2
Pada formulir ini bila ada kata-kata yang tidak Anda mengerti, silahkan
langsung ditanyakan kepada peneliti untuk mendapat penjelasan.
Pendahuluan
Anda dilibatkan dalam penelitian ini oleh karena anda adalah penderita
penyakit jantung koroner stabil. Pada penyakit jantung koroner stabil didapatkan
jumlah sel cikal bakal lapisan pembuluh darah (EPC) yang rendah. Peran utama
dari sel cikal bakal lapisan pembuluh darah adalah memperbaiki kerusakan
pembuluh darah melalui proses pembentukan pembuluh darah baru
(vaskulogenesis) dan dari pembuluh darah yang sudah ada sebelumnya
(angiogenesis). Seiring dengan kemajuan riset beberapa tahun terakhir, sel punca
jenis sel cikal bakal lapisan pembuluh darah (EPC) telah menjadi target terapi
yang potensial untuk menstimulasi angiogenesis, vaskulogenesis dan
memperbaiki kinerja jantung.
76
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efek pemberian statin
terhadap pembiakan sel–sel cikal bakal lapisan pembuluh darah (EPC) pada darah
tepi penderita penyakit jantung koroner stabil.
Manfaat Penelitian
Bagi subjek
Bagi anda yang berkenan ikut serta dalam penelitian ini, anda akan
mendapatkan informasi jumlah sel – sel cikal bakal lapisan dalam pembuluh darah
anda, dimana informasi ini dapat memperkirakan besarnya risiko kejadian
penyakit jantung dan pembuluh darah anda di masa depan. Setelah itu anda
berhak untuk berkonsultasi dengan tim dokter peneliti mengenai terapi yang
optimal untuk penyakit anda.
Bagi masyarakat
Anda akan menjadi subyek penelitian ini dengan proses seleksi yang
dilakukan oleh peneliti untuk menentukan apakah Anda dapat menjadi subyek
penelitian ini. Bila terseleksi, Anda dapat menjadi subyek penelitian dengan
dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
77
78
Kerahasiaan
Semua catatan kesehatan Anda yang diperoleh selama penelitian akan dijamin
kerahasiaannya. Informasi yang akan digunakan untuk kepentingan analisa data,
publikasi di jurnal/pertemuan ilmiah hanya boleh disampaikan dalam bentuk
nama inisial, sedangkan nama asli hanya diketahui oleh peneliti.
Anda berhak dan dianjurkan untuk bertanya tentang penelitian ini setiap
saat. Jika Anda mempunyai pertanyaan mengenai penelitian atau
mengalami gangguan yang menurut Anda berhubungan dengan penelitian,
maka Anda bisa menghubungi :
dr. Feranti Meuthia : 081-9898-665
Partisipasi Anda sebagai subyek penelitian ini adalah sukarela. Anda dapat
memutuskan untuk tidak melanjutkan keikutsertaan sebagai subyek dalam
penelitian tanpa mendapatkan sanksi apapun dari siapapun.
Surabaya, ____________________2016
Saksi 1 Saksi 2
( ____________________________ ) ( ____________________________ )
79
Lampiran 3
Saya mengerti bahwa keikutsertaan saya ini adalah sukarela dan saya bebas untuk
berhenti setiap saat, tanpa memberikan alasan apapun, tanpa mempengaruhi hak
saya untuk mendapatkan perawatan medis atau hak hukum saya. Jika saya
berhenti dari penelitian ini, saya menyetujui penggunaan informasi saya yang
telah dikumpulkan sampai pada saat saya berhenti.
( Nama jelas )
Tertanggal………………………………..............
80
Lampiran 4
Hasil Analisis Statistik SPSS Windows Version
BB BMI LVEF HR
N 8 8 8 8
Mean 70.2500 25.3900 53.5000 86.0000
Std. Error of Mean 2.24205 .75360 1.45160 3.07060
Median 69.5000 25.5550 54.0000 85.0000
Mode 64.00(a) 22.49(a) 48.00(a) 76.00(a)
Std. Deviation 6.34147 2.13149 4.10575 8.68496
Variance 40.214 4.543 16.857 75.429
Range 14.00 5.47 10.00 22.00
Minimum 64.00 22.49 48.00 76.00
Maximum 78.00 27.96 58.00 98.00
Sum 562.00 203.12 428.00 688.00
81
Independent T test
Std.
Std. Error
Kel N Mean Deviation Mean
absorban kontrol
8 .17013 .007586 .002682
ce
atorvastatin 8 .24763 .009768 .003453
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Sig. Std.
(2- Mean Error 95% Confidence
taile Differ Differ Interval of the
F Sig. t df d) ence ence Difference
Lower Upper
absorb Equal
ance variance - - -
.00 .0043
s 1.450 .249 17.7 14 .0775 .08687 -.068121
0 73
assume 24 00 9
d
Equal
variance - - -
13. .00 .0043
s not 17.7 .0775 .08693 -.068067
192 0 73
assume 24 00 3
d
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Sig. Std.
(2- Mean Error 95% Confidence
taile Differ Differ Interval of the
F Sig. t df d) ence ence Difference
Lower Upper
absorb Equal
ance varianc - - -
.00 .0036
es .002 .962 18.48 14 .0668 .07463 -.059116
0 18
assum 6 75 4
ed
Equal
varianc - - -
13. .00 .0036
es not 18.48 .0668 .07464 -.059109
863 0 18
assum 6 75 1
ed
82
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Me
Sig. an Std.
(2- Diff Error 95% Confidence
taile ere Differ Interval of the
F Sig. t df d) nce ence Difference
Lower Upper
absorb Equal
-
en varian -
.97 .00 .06 .0038
ces .001 15. 14 -.068651 -.052349
9 0 050 00
assum 920
0
ed
Equal
varian -
-
ces 14. .00 .06 .0038
15. -.068651 -.052349
not 000 0 050 00
920
assum 0
ed
83
84
Descriptives
Absorbance
ANOVA
Absorbance
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .058 9 .006 205.435 .000
Within Groups .002 70 .000
Total .060 79
Multiple Comparisons
85
Ator kontrol
.093250(*) .002791 .000 .08768 .09882
mid
Ator
.015625(*) .002791 .000 .01006 .02119
low
Ator
-.010500(*) .002791 .000 -.01607 -.00493
high
Ator kontrol
.103750(*) .002791 .000 .09818 .10932
high
Ator
.026125(*) .002791 .000 .02056 .03169
low
Ator
.010500(*) .002791 .000 .00493 .01607
mid
Simv kontrol
.067000(*) .002791 .000 .06143 .07257
low
Ator
-.010625(*) .002791 .000 -.01619 -.00506
low
Simv
-.006875(*) .002791 .016 -.01244 -.00131
mid
Simv
-.022500(*) .002791 .000 -.02807 -.01693
high
Rosu
.006375(*) .002791 .025 .00081 .01194
low
Simv kontrol
.073875(*) .002791 .000 .06831 .07944
mid
Simv
.006875(*) .002791 .016 .00131 .01244
low
Simv
-.015625(*) .002791 .000 -.02119 -.01006
high
Simv kontrol
.089500(*) .002791 .000 .08393 .09507
high
Simv
.022500(*) .002791 .000 .01693 .02807
low
Simv
.015625(*) .002791 .000 .01006 .02119
mid
Rosu kontrol
.060625(*) .002791 .000 .05506 .06619
low
Ator
-.017000(*) .002791 .000 -.02257 -.01143
low
Simv
-.006375(*) .002791 .025 -.01194 -.00081
low
Rosu
-.001500 .002791 .593 -.00707 .00407
mid
Rosu
-.012000(*) .002791 .000 -.01757 -.00643
high
Rosu kontrol
.062125(*) .002791 .000 .05656 .06769
mid
Rosu
.001500 .002791 .593 -.00407 .00707
low
Rosu
-.010500(*) .002791 .000 -.01607 -.00493
high
Rosu kontrol
.072625(*) .002791 .000 .06706 .07819
high
Rosu
.012000(*) .002791 .000 .00643 .01757
low
Rosu
.010500(*) .002791 .000 .00493 .01607
mid
86