PETUNJUK PELAKSANAAN
PENYELENGGARAAN KODE ETIK
SUMBER DAYA MANUSIA
PROGRAM KELUARGA HARAPAN
Kementerian Sosial RI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan salah satu upaya Pemerintah
Indonesia dalam rangka mempercepat penanggulangan kemiskinan dan melaksanakan
kebijakan perlindungan sosial. Salah satu komponen penting dalam pelaksanaan PKH
adalah sumber daya manusia (SDM). SDM PKH mempunyai fungsi dan tugas untuk
melaksanakan business process PKH berdasarkan prinsip-prinsip dalam PKH.
Penegakan prinsip-prinsip dalam PKH sangat penting munculnya berbagai kasus yang
berkaitan dengan pelanggaran etika perilaku SDM PKH.
Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial telah menyusun Kode Etik
SDM PKH melalui Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial
Nomor 01/LJS/08/2018 tanggal 10 Agustus 2018 tentang Kode Etik Sumber Daya
Manusia Program Keluarga Harapan. Kode Etik merupakan pedoman bagi setiap SDM
PKH untuk dapat melaksanakan tugas secara santun, berintegritas dan profesional.
Dalam rangka penegakan Kode Etik tersebut, Direktur Jenderal Perlindungan dan
Jaminan Sosial telah mengangkat anggota Komisi Etik berdasarkan Surat Keputusan
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Nomor 02/LJS/08/2018 tanggal 10
Agustus 2018 tentang Komisi Etik.
Berkenaan dengan hal tersebut perlu disusun Pedoman Penyelenggaraan Kode
Etik sebagai panduan kerja bagi anggota Komisi Etik, Penanggung Jawab Program,
SDM PKH, Mitra Kerja dan berbagai pihak terkait lainnya agar dapat menjalankan Kode
Etik secara konsisten dan akuntabel. Pedoman ini menerjemahkan lebih rinci
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Kode Etik.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Upaya
Penanganan Fakir Miskin Melalui Pendekatan Wilayah.
4. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial.
5. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Sosial sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Sosial
Nomor 14 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 20
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial.
6. Peraturan Menteri Sosial Nomor 15 Tahun 2017 tentang Standar Nasional Sumber
Daya Manusia Penyelenggara Kesejahteraan Sosial.
7. Peraturan Menteri Sosial Nomor 10 Tahun 2017 tentang Program Keluarga
Harapan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 1
Tahun 2018 tentang Program Keluarga Harapan.
8. Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Nomor 01/
LJS/08/2018 tentang Kode Etik Sumber Daya Manusia Program Keluarga Harapan.
9. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Nomor 02/
LJS/08/2018 tentang Komisi Etik.
C. Tujuan
1. Sebagai pedoman umum bagi Komisi Etik, Penanggung Jawab Program, SDM
PKH, Mitra Kerja dan berbagai pihak terkait lainnya dalam penyelenggaraan Kode
Etik pada pelaksanaan PKH
2. Mengatur hal-hal yang bersifat operasional mengenai pelaksanaan fungsi dan tugas
Komisi Etik, Penanggungjawab Program dan SDM PKH dalam pencegahan dan
penanganan pelanggaran Kode Etik SDM PKH
3. Sebagai salah satu media sosialisasi tentang Kode Etik SDM PKH kepada berbagai
pihak terkait agar penyelenggaraan Kode Etik dapat berjalan secara efektif.
D. Sasaran
1. Komisi Etik;
2. Penanggungjawab Program;
3. SDM PKH;
4. Mitra Kerja ; dan
5. Pihak Terkait Lainnya .
E. Ruang Lingkup
1. Pendahuluan
2. Kode Etik
3. Komisi Etik
4. Tim Ad Hoc
5. Mekanisme Penegakan Etik
6. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan
7. Pembinaan dan Pengawasan terhadap Komisi Etik
8. Penutup
BAB II
KODE ETIK
A. Kewajiban
Kewajiban dilandasi oleh nilai-nilai dasar yang meliputi:
1. Santun
Santun menunjukkan sikap, perilaku, dan tindakan yang meliputi:
a. Menerima orang lain sebagai individu yang memiliki latar belakang dan kapasitas
yang berbeda-beda;
b. Menerima perbedaan sosial budaya, ras, etnis, adat, warna kulit, jenis kelamin,
umur, status perkawinan, agama, jabatan, golongan dan kondisi disabilitas;
c. Ramah dan bertutur kata sopan serta tidak merendahkan dalam berkomunikasi;
d. Memberikan pelayanan tanpa tekanan atau ancaman; dan
e. Bijak dalam menyampaikan informasi, pernyataan, opini dan bentuk lainnya
melalui semua jenis media berupa tulisan, foto, gambar, audio dan video.
B. Integritas
Integritas menunjukkan sikap, perilaku, dan tindakan meliputi:
a. Mematuhi dan menerapkan nilai dan norma yang berlaku dalam PKH dan
Kementerian Sosial secara konsisten;
b. Proaktif dalam mencegah terjadinya korupsi serta tidak melibatkan diri dalam
perbuatan tercela.
c. Menjaga kerahasiaan data dan informasi yang menyangkut jabatan, rahasia
negara, program, dan penerima manfaat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
d. Bertanggung jawab untuk turut serta mengatasi kendala dalam pelaksanaan
tugas;
e. Bertanggung jawab untuk menjaga dan/atau memelihara barang milik negara
yang digunakan dalam pelaksanaan tugas; dan
f. Jujur dan mampu mempertanggungjawabkan setiap perkataan dan perbuatan.
C. Profesional
Profesional menunjukkan sikap, perilaku, dan tindakan yang meliputi:
a. Melaksanakan tugas dan fungsi berdasarkan pengetahuan dan keterampilan
sesuai standar operasional prosedur yang berlaku;
b. Melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik, benar, tuntas dan tepat waktu;
c. Meningkatkan kompetensi diri secara terus menerus untuk mendukung
pelaksanaan tugas; dan
d. Melakukan koordinasi dan konsultasi untuk menjaga kualitas kinerja.
D. Larangan
Larangan meliputi sikap, perilaku, dan tidakan sebagai berikut:
1. Berperilaku tidak terpuji/tercela yang bertentangan dengan norma kesusilaan dan
dapat mencemarkan nama baik dan reputasi Kementerian Sosial;
2. Menggunakan data dan/atau informasi yang dimiliki untuk hal-hal di luar tugas
pelaksanaan PKH;
3. Memberikan keterangan palsu atau memanipulasi data dan/atau informasi untuk
kepentingan pribadi dan/atau kelompok;
4. Menyebarkan pendapat yang bersifat provokatif terkait kebijakan dan pelaksanaan
PKH dalam bentuk tulisan, foto, gambar, audio dan video di semua jenis media;
5. Melakukan penggelapan dan penyalahgunaan uang serta mengutip, mengurangi,
membawa, menyimpan, dan/atau menarik uang bantuan program;
6. Melakukan aktivitas dengan pihak-pihak yang berpotensi menimbulkan benturan
kepentingan;
7. Memanfaatkan jabatan untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat bagi diri
sendiri dan/atau orang lain;
8. Menerima hadiah dan/atau imbalan yang dapat mempengaruhi independensi dan
profesionalisme dalam pelaksanaan tugas PKH;
9. Terlibat dalam aktivitas politik praktis seperti pengurus dan/atau anggota Partai
Politik, menjadi juru kampanye, melakukan kampanye, mendaftar menjadi calon
anggota legislatif pusat ataupun daerah, mendaftar menjadi calon anggota Dewan
Perwakilan Daerah, mendaftar menjadi calon pada Pemilihan Kepala Daerah,
Pemilihan Kepala Desa dan sebutan lainnya;
10. Menjadi pegawai atau petugas pelaksana pemilihan umum pusat, daerah provinsi,
daerah kabupaten/kota, kecamatan, dan/atau desa/kelurahan/ nama lain;
11. Melakukan pekerjaan yang mendapat imbalan dan beresiko mengurangi jam kerja
pelaksanaan PKH;
12. Menggunakan atribut PKH untuk kepentingan lain di luar kepentingan PKH; dan
13. Melakukan tindakan asusila, kekerasan fisik, psikis, seksual dan/atau eksploitasi.
E. Etika Hubungan
Etika hubungan merupakan tata cara melakukan hubungan dengan pihak terkait
seperti
1. Etika dengan KPM;
a. Berinteraksi dengan KPM PKH dengan penuh komitmen, tanggung jawab, dan
jujur dilandasi sikap saling menghormati dan menghargai;
b. Memberikan layanan kepada KPM tanpa membeda-bedakan budaya, ras, etnis,
adat, warna kulit, jenis kelamin,umur, status perkawinan, agama, jabatan,
golongan, maupun kondisi disabilitas;
c. Bersikap dan berperilaku sopan, berbudi bahasa halus, sabar, dan tenang dalam
memberikan edukasi dan bimbingan kepada KPM;
d. Memberikan informasi secara akurat, terkini, lengkap dan terbuka kepada KPM
terkait kebijakan dan pelaksanaan PKH;
e. Proaktif terhadap pemenuhan hak dan kebutuhan KPM yang dilakukan secara
profesional dan adil untuk kepentingan terbaik KPM;
f. Proaktif dalam memotivasi KPM untuk menjalankan kewajibannya;
g. Memberi kesempatan kepada KPM untuk mengambil keputusan yang terkait
dengan kebutuhan dirinya secara bertanggung jawab dan sesuai dengan
kebijakan pelaksanaan PKH;
h. Meminta persetujuan KPM dalam hal mendokumentasikan dan mempublikasikan
kondisi KPM demi melindungi hak KPM;
i. Menjalin hubungan profesional dengan mengedepankan objektivitas tanpa
dipengaruhi hubungan pribadi; dan
j. Menjaga kerahasiaan KPM dengan tidak memanfaatkan informasi yang
merugikannya kecuali untuk kepentingan pelaksanaan PKH.
F. Tingkat Pelanggaran
Tingkat pelanggaran dapat ditentukan oleh beberapa aspek sebagai berikut:
1. Pelanggaran yang dilakukan;
2. Adanya unsur kesengajaan atau direncanakan;
3. Akibat yang diderita oleh korban;
4. Menjadi pelaku utama atau turut serta; dan/atau
5. Merupakan pelanggaran pertama atau pengulangan.
Kategori
Pasal Pelanggaran Kode Etik B S R
9.(2).a Tidak menerima orang lain sebagai individu yang memiliki latar
belakang dan kapasitas yang berbeda-beda;
9.(2).b Tidak menerima perbedaan sosial budaya, ras, etnis, adat, warna
kulit, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, jabatan,
golongan dan kondisi disabilitas;
9.(2).c Tidak ramah dan bertutur kata sopan serta tidak merendahkan
dalam berkomunikasi;
9.(2).d Tidak memberikan pelayanan tanpa tekanan atau ancaman;
9.(2).e Tidak bijak dalam menyampaikan informasi, pernyataan, opini dan
bentuk lainnya melalui semua jenis media berupa tulisan, foto,
gambar, audio dan video.
9.(3).a Tidak mematuhi dan menerapkan nilai dan norma yang berlaku
dalam PKH dan Kementerian Sosial secara konsisten;
9.(3).b Tidak proaktif dalam mencegah terjadinya korupsi serta tidak
melibatkan diri dalam perbuatan tercela.
9.(3).c Tidak menjaga kerahasiaan data dan informasi yang menyangkut
jabatan, rahasia negara, program, dan penerima manfaat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
9.(3).d Tidak bertanggung jawab untuk turut serta mengatasi kendala
dalam pelaksanaan tugas;
9.(3).e Tidak bertanggung jawab untuk menjaga dan/atau memelihara
barang milik negara yang digunakan dalam pelaksanaan tugas;
dan
9.(3).f Tidak jujur dan mampu mempertanggungjawabkan setiap
perkataan dan perbuatan.
9.(4).a Melaksanakan tugas dan fungsi tidak berdasarkan pengetahuan
dan keterampilan sesuai standar operasional prosedur yang
berlaku;
9.(4).b Tidak melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik, benar,
tuntas, dan tepat waktu;
9.(4).c Tidak meningkatkan kompetensi diri secara terus menerus untuk
mendukung pelaksanaan tugas; dan
9.(4).d Tidak melakukan koordinasi dan konsultasi untuk menjaga kualitas
kinerja.
TABEL 2
KATEGORI PELANGGARAN KODE ETIK BERDASARKAN LARANGAN
TABEL 3
KATEGORI PELANGGARAN KODE ETIK BERDASARKAN ETIKA HUBUNGAN
3. Proses seleksi
Adapun proses seleksi anggota Komisi Etik sebagai berikut:
a. Direktur Jaminan Sosial Keluarga mengajukan usulan calon anggota Komisi Etik
kepada Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial;
b. Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial melakukan seleksi atas
usulan calon anggota Komisi Etik; dan
c. Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial menetapkan anggota Komisi
Etik.
4. Pemberhentian
Pemberhentian anggota Komisi Etik didasari oleh beberapa hal sebagai berikut:
1. Berakhir masa jabatan;
2. Meninggal dunia;
3. Mengundurkan diri secara sukarela;
4. Diberhentikan karena pelanggaran etik atau pelanggaran hukum; atau
5. Tidak dapat melaksanakan tugas sebagai Komisi Etik.
4) Pelaksanaan
Sosialisasi dapat dilaksanakan oleh:
a) Direktorat Jaminan Sosial Keluarga
b) Direktorat Jaminan Sosial Keluarga bekerjasama dengan pihak lain
2. Fungsi Penanganan
A. Pemeriksaan terhadap pengaduan
Komisi etik menerima penugasan dari Direktur Jaminan Sosial Keluarga untuk
melakukan penanganan terhadap pelanggaran Kode Etik.
B. Sidang dan penentuan tingkat pelanggaran kode etik
Komisi etik dalam melaksanakan tugas penanganan pelanggaran Kode Etik,
melakukan proses pemeriksaan, pembuktian, dan memberikan rekomendasi.
C. Pembuatan rekomendasi hasil putusan sidang etik
Komisi etik memberikan rekomendasi hasil sidang etik kepada Direktur
Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial dan tembusan disampaikan kepada
Direktur Jaminan Sosial Keluarga dengan memberikan kesempatan hak jawab
kepada Terlapor.
BAB IV
TIM AD HOC
Tim Ad Hoc merupakan tim khusus yang dibentuk berdasarkan penugasan oleh Direktur
Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial atas usulan Komisi Etik.
A. Kedudukan
Tim Ad Hoc berkedudukan di tingkat daerah provinsi dan/atau tingkat daerah
kabupaten/kota.
B. Kriteria Tim Ad Hoc
1. Jumlah Anggota:
a. Tim Ad Hoc pada suatu daerah beranggotakan paling sedikit 3 (tiga) orang dan
paling banyak 5 (lima) orang;
b. Mempertimbangkan komposisi laki-laki dan perempuan.
2. Persyaratan:
a. Unsur-unsur yang berasal dari:
1) Aparatur pemerintah daerah yang berasal dari Dinas/Instansi Sosial provinsi
dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota
2) SDM PKH;
3) Profesi terkait; dan/atau
4) Unsur masyarakat.
b. Kualifikasi:
1) Tidak memiliki kedekatan personal dengan terlapor dan pelapor;
2) Tidak memiliki hubungan subordinasi dengan terlapor dan pelapor;
3) Memiliki komitmen menjalankan tugas;
c. Memiliki rekam jejak integritas, kredibilitas, dan moralitas yang baik.
C. Mekanisme Pembentukan dan Pengakhiran
Komisi Etik mengajukan Direktur JSK mengirimkan Direktur menerima
permohonan kepada Direktur surat kepada Kepala
usulan calon anggota
JSK agar Kepala Dinas/instansi Dinas/instansi Sosial Prov
Tim Ad Hoc dari
Sosial Prov atau Kab/Kota atau Kab/Kota dengan
tembusan kepada Komisi Dinas/instansi Sosial
mengusulkan calon anggota
Etik Prov/Kab/Kota
Tim Ad Hoc
Contoh surat tugas dari Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial kepada
Tim Ad Hoc dapat dilihat pada lampiran 2.
E. Pemantauan
1. Komisi Etik mensupervisi tugas Tim Ad Hoc
2. Kepala Dinas/Instansi Sosial melakukan pengawasan terhadap kinerja Tim Ad Hoc
dalam penyelesaian dugaan pelanggaran di wilayahnya.
A. Pengaduan
Pengaduan merupakan proses penyampaian informasi, keluhan, atau masalah
terkait pelaksanaan PKH. Pengaduan dapat dilakukan oleh KPM PKH, sesama SDM
PKH, mitra kerja, maupun masyarakat secara tertulis maupun lisan melalui Contact
Center PKH dan akan ditindaklanjuti oleh Komisi Etik apabila pengaduan terkait dengan
pelanggaran Kode Etik. Adapun contoh formulir pengaduan lisan dan tertulis terdapat
pada lampiran 6 dan 7. Tim Pengelola Contact Center wajib menjaga kerahasiaan
pihak-pihak yang melakukan pengaduan.
Selesai
Yes
No
Subdit Dit.
Komisi Etik
JSK
Tindak Lanjut
Tindak Lanjut
B. Pemeriksaan
Pengaduan selanjutnya ditindaklanjuti melalui proses pemeriksaan terhadap laporan
pengaduan. Pemeriksaan merupakan proses mengumpulkan, mengolah dan
mencocokkan data, keterangan, bukti-bukti dugaan pelanggaran terhadap laporan
pengaduan. Pada proses ini, Komisi Etik wajib menjaga kerahasiaan identitas dan
keterangan pelapor. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada proses pemeriksaan
meliputi:
Laporan hasil pemeriksaan ini pun menentukan apakah proses penegakan etik akan
dilanjutkan melalui sidang etik atau tidak. Apabila proses penegakan etik tidak
dilanjutkan melalui sidang etik, maka Komisi Etik dapat membuat rekomendasi sanksi
apabila Terlapor terbukti melakukan pelanggaran. Apabila hasil pemeriksaan
menunjukkan Terlapor tidak terbukti melakukan pelanggaran, maka proses
pemeriksaan dapat dihentikan dan Komisi Etik membuat rekomendasi pemulihan nama
baik. Adapun waktu penyelesaian pemeriksaan pelanggaran kode etik dilaksanakan
berdasarkan kecukupan dan kelengkapan alat bukti yang diperoleh.Komisi Etik dapat
pula mengusulkan pembentukan Tim Ad Hoc untuk membantu verifikasi dan validasi
serta meminta keterangan dari pelapor, saksi-saksi, dan/atau terlapor apabila
dibutuhkan.
C. Sidang Etik
Komisi Etik dapat melakukan Sidang Etik apabila diperlukan. Sidang Etik dilakukan
secara tertutup untuk membahas hasil pemeriksaan dalam rangka menetapkan
rekomendasi. Sidang Etik dihadiri oleh paling sedikit 3 atau 5 anggota Komisi Etik dan
dipimpin oleh seorang pemimpin sidang yaitu Ketua Komisi Etik. Apabila Ketua Komisi
Etik berhalangan hadir, maka Ketua Komisi Etik dapat memberikan penugasan kepada
anggota Komisi Etik untuk menjadi pimpinan sidang.
Sidang Etik wajib direkam dan dicatat oleh notulen yang telah ditugaskan. Adapun
susunan pelaksanaan sidang etik meliputi:
Untuk menjamin keadilan bagi terlapor, dalam hal terlapor tidak menerima putusan
atas pelanggaran etik, maka Terlapor berhak mengajukan hak jawab dan klarifikasi
dengan mengajukan bukti baru.
1. Terlapor memiliki hak untuk mengajukan hak jawab maksimal 1 kali atas sidang etik.
2. Apabila ada bukti baru, Terlapor mengajukan surat kepada Komisi Etik bahwa ia
memiliki bukti baru.
3. Persyaratan hak jawab harus menunjukan bukti-bukti dan saksi-saksi baru yang
belum ditunjukan pada sidang sebelumnya paling lama 3 hari untuk menyatakan hak
jawab, dan 14 (empat belas) hari harus menunjukan bukti,
4. Bukti harus bersifat otentik.
5. Apabila terlapor tidak mengajukan hak jawab, berarti inkrah.
Bukti utama adalah surat, saksi, bukti-bukti dalam bentuk barang yang menunjukan
tentang kejadian. Bukti elektronik dimasukkan sebagai bukti pendukung, bukan bukti
utama. Bukti pendukung bukan bukti utama dan merupakan petunjuk ke arah
pembuktian.
D. Sanksi
Sanksi adalah hukuman yang diberikan kepada SDM PKH yang melakukan
pelanggaran terhadap Kode Etik. Sanksi dapat berupa sanksi ringan, sedang, dan berat
yang dijelaskan pada tabel berikut:
Kategori Sanksi
Ringan Surat keputusan peringatan pertama
Sedang • Surat keputusan peringatan kedua
• Penundaan honor selama 2 bulan
sejak keputusan dikeluarkan
Berat Pemberhentian sebagai SDM PKH
E. Rekomendasi
Komisi Etik membuat rekomendasi sebagai tindak lanjut hasil pemeriksaan dan/atau
sidang Komisi Etik. Rekomendasi dapat berupa:
1. Sanksi apabila terlapor terbukti melakukan pelanggaran
2. Pemulihan nama baik apabila terlapor tidak terbukti melakukan pelanggaran
1. Tujuan
a. Monitoring bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.
b. Evaluasi bertujuan mengukur pencapaian tujuan-tujuan program yang telah
ditetapkan dan menghasilkan rekomendasi untuk perbaikan selanjutnya.
2. Indikator Kinerja Utama
Untuk dapat melakukan monitoring dan evaluasi, maka terlebih dulu ditetapkan
Indikator Kinerja Utama. Indikator Kinerja Utama adalah suatu keterangan berupa
data dan atau informasi yang menjadi petunjuk sejauhmana tujuan dicapai. Indikator
dalam berupa data kuantitatif dan informasi kualitatif yang pencapaiannya ditetapkan
dalam suatu batasan waktu tertentu (QQT = quantity quality and time). Dalam hal
kode etik SDM PKH, indikator-indikator kinerja utamanya adalah:
TABEL 4
INDIKATOR KINERJA UTAMA
PENYELENGGARAAN KODE ETIK SDM PKH
4. Alat Verifikasi
Monitoring dan evaluasi membutuhakn alat verifikasi yang dapat memberikan bukti
bahwa indikator-indikator telah tercapai. Alat verifikasi dapat berupa laporan
kegiatan, laporan berkala, daftar absen foto, gambar, dsb.
5. Timeline
Pencapaian indikator dibatasi secara waktu. Beberapa indikator dapat ditentukan
pencapaiannya secara per bulan, per semester atau per tahun.
6. Tools
Monitoring memerlukan tracking tool untuk merekam data dan informasi yang dapat
diperbaharui secara berkala, setiap tiga bulan sekali. Contoh tracking tool terdapat
pada lampiran 13. Tool-tool lainnya dikembangkan berdasarkan metode yang
dilakukan dalam monitoring dan evaluasi. Dalam melakukan monitoring, harus
mengacu pada matriks monitoring evaluasi SDM PKH seperti yang tercantum pada
lampiran 14.
7. Penanggung jawab
Penanggung jawab monitoring dan evaluasi ditentukan untuk memastikan bahwa
kegiatan monitoring dan evaluasi dapat dilakukan, data-data dan informasi
dikumpulkan, analisis dan laporan dikembangkan dan disampaikan kepada pihak
yang berkepentingan.
B. Pelaporan
Sebagai bentuk pertanggungjawaban Komisi etik berkewajiban untuk memberikan
laporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Direktur Jenderal Perlindungan dan
Jaminan Sosial dengan tembusan kepada Direktur Jaminan Sosial Keluarga. Adapun
periodisasi penyampaian laporan sebagai berikut.
A. Laporan Berkala
a. Laporan Triwulan
Laporan triwulan berisi tentang rekapitulasi pencegahan dan penanganan kasus
pelanggaran kode etik dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan berjalan, yang mencakup:
1) Pencegahan
a) Jumlah, jenis, waktu dan lokasi kegiatan sosialisasi yang dilakukan
b) Jumlah, jenis dan penyebaran media sosialisasi yang dilakukan
c) Jumlah SDM PKH yang telah mengikuti kegiatan sosialsiasi
2) Penanganan Pelanggaran
1) Jumlah dan jenis kasus yang dilaporkan
2) Jumlah dan jenis kasus yang ditangani
3) Jumlah dan jenis kasus yang sudah selesai ditangani
4) Jumlah dan daftar Tim Ad Hoc
3) Rekomendasi
1) Jumlah dan jenis rekomendasi yang ditetapkan
2) Jumlah dan jenis rekomendasi yang dilaksanakan
3) Jumlah dan jenis umpan balik terhadap keputusan penanganan kasus
4) Daftar Tabel Rekapitulasi Kasus dan Rekomendasi (contoh format tabel
terdapat pada lampiran 15)
5) Isu-isu Strategis dan Rekomendasi
6) Rencana Kegiatan Triwulan Mendatang
b. Laporan Tahunan
Laporan tahunan berisi tentang rekapitulasi pencegahan dan penanganan
kasus pelanggaran kode etik dalam kurun waktu 1 (satu) tahun berjalan. Adapun
format laporan tahunan sama dengan format laporan triwulan.
2. Laporan Insidental
Laporan insidental adalah laporanyang dibuat atas permintaan Direktur Jenderal
Perlindungan dan Jaminan Sosial atau berdasarkan kebutuhan penanggungjawab
program. Isi laporan insidental disesuaikan dengan kebutuhan.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TERHADAP KOMISI ETIK
Direktur Jenderal Pelindungan dan Jaminan Sosial memiliki tugas melakukan pembinaan
dan pengawasan kepada Komisi Etik melalui kegiatan sebagai berikut:
A. Pembinaan
1. Pembinaan dilakukan dengan cara:
a. Rapat secara berkala setiap tiga bulan sekali sekaligus menyampaikan laporan
triwulan.
b. Rapat insidental untuk menanggapi dan membahas satu kebutuhan dan kejadian
tertentu
2. Pembinaan dilakukan dengan bentuk:
a. Pengarahan
b. Permintaan konsultasi
c. Pemberian bahan dan informasi
d. Peningkatan kapasitas
B. Pengawasan
1. Pengawasan dilakukan dengan cara:
a. Pemeriksaan laporan triwulan dan tahunan
b. Komunikasi verbal dan non verbal secara langsung
c. Rapat
2. Pengawasan dilakukan dalam bentuk:
a. Penyampaian penilaian terhadap kinerja komisi etik dalam pelaksanaan
pencegahan dan penanganan Kode Etik.
b. Penjelasan kembali mengenai kewenangan, fungsi dan tugas
c. Mengkonfirmasi berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh Komisi Etik
BAB VIII
PENUTUP
Buku Pedoman Pelaksanaan Kode Etik SDM PKH ini disusun mengacu pada Peraturan
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Nomor 01/LJS/08/2018 tentang Kode
Etik. Diharapkan dengan telah tersusunnya pedoman ini dapat memberikan informasi
yang lebih komprehensif dan operasional tentang Kode Etik SDM PKH, sehingga
pencegahan dan penanganan pelanggaran Kode Etik dapat dilaksanakan secara optimal.
LAMPIRAN II
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN DAN
JAMINAN SOSIAL NOMOR
1979/LJS.JSK/10/2018 TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN KODE ETIK SDM PKH
Nomor Laporan
Tanggal
Laporan
Nama Terlapor
No Jenis Pelanggaran Pasal Kategori Apakah ada Apakah Apakah Deskripsi akibat yang Kesimpula
. Kode Etik Kode Pelanggar unsur menjadi telah diderita oleh korban n Tingkat
yang Diadukan Etik an kesengajaa pelaku melakukan Pelanggar
yang (mengacu n/ utama? pelanggara an
Dilangga pada direncanaka n lebih dari
r tabel 2, 3, n? satu kali?
4)
Ringa
Ringa
Berat
Berat
Seda
Seda
Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
ng
ng
n
n
1
Rekomendasi:
SURAT TUGAS
Nomor : /LJS/ /
Nama :
Jabatan :
Tempat Tugas :
Alamat/Tempat Tinggal :
No Tlp :
Alamat Email :
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya sebagai SDM Program Keluarga
Harapan (PKH) akan melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta mematuhi Kode
Etik SDM PKH. Apabila saya melanggar pernyataan ini, maka saya bersedia untuk
dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang
berlaku dalam PKH.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, tanpa ada paksaan dari pihak
manapun dan untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Ditandatangani di :
Pada Tanggal :
Mengetahui
Kepala Dinas/Instansi Sosial
Kabupaten/Kota
MATERAI 6000
…………….. ……………..
Nama :
Jabatan :
Tempat Tugas :
Alamat/Tempat Tinggal :
No Tlp :
Alamat Email :
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya sebagai SDM Program Keluarga
Harapan (PKH) akan melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta mematuhi Kode
Etik SDM PKH. Apabila saya melanggar pernyataan ini, maka saya bersedia untuk
dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang
berlaku dalam PKH.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, tanpa ada paksaan dari pihak
manapun dan untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Ditandatangani di :
Pada Tanggal :
Mengetahui
Kepala Dinas/Instansi Sosial
Provinsi
MATERAI 6000
…………….. ……………..
E. CONTOH SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MEMATUHI KODE ETIK
Nama :
Jabatan :
Tempat Tugas :
Alamat/Tempat Tinggal :
No Tlp :
Alamat Email :
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya sebagai SDM Program Keluarga
Harapan (PKH) akan melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta mematuhi Kode
Etik SDM PKH. Apabila saya melanggar pernyataan ini, maka saya bersedia untuk
dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang
berlaku dalam PKH.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, tanpa ada paksaan dari pihak
manapun dan untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Ditandatangani di :
Pada Tanggal :
Mengetahui
Direktur Jaminan Sosial Keluarga
MATERAI 6000
Nama :
Jabatan :
Tempat Tugas :
Alamat/Tempat Tinggal :
No Tlp :
Alamat Email :
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya sebagai SDM Program Keluarga
Harapan (PKH) akan melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta mematuhi Kode
Etik SDM PKH. Apabila saya melanggar pernyataan ini, maka saya bersedia untuk
dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang
berlaku dalam PKH.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, tanpa ada paksaan dari pihak
manapun dan untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Ditandatangani di :
Pada Tanggal :
Mengetahui
Direktur Jaminan Sosial Keluarga
MATERAI 6000
RAHASIA
LAPORAN/ PENGADUAN LISAN
NOMOR
IDENTITAS PELAPOR
NAMA :
ALAMAT :
NO. TELP / HP :
EMAIL :
IDENTITAS TERLAPOR
NAMA :
JABATAN :
SAKSI
NAMA :
ALAMAT :
NO. TELP / HP :
EMAIL :
Isi Laporan :
.......................................................................................................
....................................................................................................
................................... ..................................
H. CONTOH FORMULIR PENGADUAN TERTULIS
RAHASIA
PENGADUAN TERTULIS
NOMOR
IDENTITAS PELAPOR
NAMA :
ALAMAT :
NO. TELP / HP :
EMAIL :
IDENTITAS TERLAPOR
NAMA :
JABATAN :
SAKSI
NAMA :
ALAMAT :
NO. TELP / HP :
EMAIL :
Isi Laporan :
.......................................................................................................
..................................................................................................
................................
I. CONTOH SURAT PANGGILAN
RAHASIA
SURAT PANGGILAN
NOMOR
Nama ..............
Tembusan:
1. ...............................
2. ..............................
*) coret yang tidak perlu
**) Tulislah pelanggaran kode etik yang dilakukan
J. CONTOH BERITA ACARA PEMERIKSAAN
RAHASIA
BERITA ACARA PEMERIKSAAN
Jabatan : ……………………………………………………………………..
2 Nama : ……………………………………………………………………..
Jabatan : ……………………………………………………………………..
3 Dst
Nama : ……………………………………………………………………..
Jabatan : ……………………………………………………………………..
Alamat : ...............................................................................
1. Pertanyaan
1. Jawaban
2. Pertanyaan
2. Jawaban
3. Dst
Yang
N di periksa Komisi Etik :
Nama
a : 1.
Jabatan
m : 2.
Tanda Tangan : 3. Dst
K. CONTOH SURAT KEPUTUSAN PERINGATAN PERTAMA
RAHASIA
KEPUTUSAN…
NOMOR
Membaca : 1. Laporan dari……………….....tanggal…………….tentang pelanggaran kode
etik yang dilakukan oleh Sdr………….… tanggal ………;
2.
3. Hasil pemeriksaan tanggal………
Menimbang : a. bahwa menurut hasil pemeriksaan tersebut, Sdr…..telah melakukan
perbuatan berupa……;
b. bahwa perbuatan tersebut merupakan perlanggaran terhadap ketentuan
Pasal… angka….. huruf ….Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan dan
Jaminan Sosial Nomor 01/ LJS/ 08/ 2018;
c. ;
d. bahwa untuk menegakkan kode etik perlu menjatuhkan sanksi yang sesuai
dengan pelanggaran yang dilakukannya;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, huruf c, dan huruf d perlu menetapkan keputusan tentang sanksi
ringan berupa surat keputusan peringatan pertama;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);
2. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1845) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Sosial RI
Nomor 14 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Sosial
Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1125);
3. Peraturan Menteri Sosial Nomor 15 Tahun 2017 tentang Standar Nasional
Sumber Daya Manusia Penyelenggara Kesejahteraan Sosial (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1167);
4. Peraturan Menteri Sosial Nomor 10 Tahun 2017 tentang Program Keluarga
Harapan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 940)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun
2018 tentang Program Keluarga Harapan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 187);
5. …..
6. Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial
No.01/LJS/08/2018 tentang Kode Etik SDM PKH
MEMUTUSKAN
Menetapkan
KESATU : Menjatuhkan sanksi berupa surat keputusan peringatan pertama
Nama :
Jabatan :
karena yang bersangkutan pada……..telah melakukan perbuatan yang
melanggar ketentuan Pasal…… angka….huruf…. Peraturan Direktur Jenderal
Perlindungan dan Jaminan Sosial No.01/LJS/08/2018 tentang Kode Etik SDM
PKH.
KEDUA : Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan dan apabila dalam kurun waktu 2
(dua) bulan Saudara kembali melakukan pelanggaran kode etik, akan dikeluarkan
Surat Keputusan Peringatan Kedua.
KETIGA : Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di……
Pada Tanggal…….
……………………
Tembusan Yth
1. ……….
2. ……….
3. ……….
Ditetapkan di……
Pada Tanggal…….
Ditetapkan di……
Pada Tanggal…….
………………………
Tembusan Yth
1. ……….
2. ……….
3. ……….
N. TRACKING TOOL KODE ETIK SDM PKH
2
P. TABEL REKAPITULASI KASUS DAN REKOMENDASI
Tanggal Jenis Isi Tanggal Tindak Lanjut Keteranga
N Nomor
Pengaduan Masuk Pelanggaran Rekomendas Rekomendasi Rekomendasi n
o Pengaduan
i
3
Q. ALUR MEKANISME PENEGAKAN ETIK MELALUI SIDANG PEMERIKSAAN
5
7. Melakukan sidang internal - Bukti baru 1 hari - Rekomendasi
membahas bukti baru dan - Tabel analisis - Berita acara
penetapan dan pembacaan tingkat sidang etik
rekomendasi pelanggaran bukti baru
- Draft
rekomendasi
8. Menyampaikan rekomendasi - Rekomendasi Nota Dinas Penetapan
kepada Direktur Jenderal - Berita acara rekomendasi
Perlindungan dan Jaminan sidang etik mengacu pada
Sosial untuk ditindaklanjuti ps. 24 Kode
oleh Direktur. Etik SDM PKH
9. Menugaskan Direktur Draft Surat Disposisi
Jaminan Sosial Keluarga Keputusan
untuk menetapkan surat Pelanggaran
keputusan pelanggaran kode Kode Etik
etik apabila Terlapor terbukti
melanggar kode etik
10. Menerbitkan surat keputusan Draft Surat Surat - Secara
pelanggaran kode etik Keputusan Keputusan teknis SK
Pelanggaran Pelanggaran dipersiapkan
Kode Etik Kode Etik oleh Subdit
Sumber
Daya
- SK
ditembukska
n kepada
Komisi Etik,
Pelapor, dan
Terlapor
Keterangan Simbol:
6
: dimulainya suatu prosedur
: proses berjalannya suatu prosedur
: pengambilan keputusan
Keterangan Simbol:
: dimulainya suatu prosedur
: proses berjalannya suatu prosedur
: pengambilan keputusan