DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1
1.1. Maksud dan Tujuan ............................................................................................................... 1
1.2. Ruang Lingkup ....................................................................................................................... 1
1.3. Standar Regulasi .................................................................................................................... 2
1.4. Definisi ................................................................................................................................... 3
2. DIAGRAM ALIR PROSES PRODUK PKGK bentuk bubuk ................................................................... 4
2.1. Diagram Alir Produk PKGK dengan proses Kering (Dry Blending) ............................................ 5
2.2. Diagram Alir Produk PKGK dengan Proses Kombinasi ............................................................. 7
2.3. Diagram Alir Proses Produksi PKGK proses kombinasi – MP-ASI ............................................. 9
3. TAHAP PRA-PENGOLAHAN ............................................................................................................ 11
3.1. Penerimaan Bahan .............................................................................................................. 11
3.2. Sortasi dan Pemeriksaan Awal ............................................................................................ 11
3.3. Penyimpanan Bahan-bahan dan Produk Akhir ................................................................... 12
3.4. Penyiapan Bahan dan Formulasi ......................................................................................... 12
3.5. Pencegahan Kontaminasi Silang .......................................................................................... 13
3.6. Penggunaan Air ................................................................................................................... 13
4. PENGOLAHAN ................................................................................................................................ 14
4.1. Pengolahan dengan Proses Kering ......................................................................................... 14
4.2. Proses Pengolahan dengan Proses Kombinasi ....................................................................... 14
4.3. Pencampuran Basah............................................................................................................... 14
4.4. Pasteurisasi............................................................................................................................. 15
4.4.1. Validasi Pasteuriser ............................................................................................................. 15
4.4.2. Penerapan proses tervalidasi .............................................................................................. 16
4.4.3. Ketidaksesuaian pada proses tervalidasi............................................................................. 16
4.5. Evaporasi ................................................................................................................................ 16
4.6. Spray Drying ........................................................................................................................... 17
4.7. Pengayakan ............................................................................................................................ 17
4.8. Rotary Drying/Drum Drying ................................................................................................... 17
4.9. Grinding/Penghalusan ............................................................................................................ 18
4.10. Pengisian BTP Gas dalam Kemasan Dan Pengemasan ......................................................... 18
4.11. Pelabelan/ pengkodean ....................................................................................................... 19
4.12. Pengendalian Cemaran Fisik ................................................................................................ 19
5. TAHAP PASCA-PENGOLAHAN ........................................................................................................ 20
5.1. Prosedur Release Produk .................................................................................................... 20
ii
5.2. Laboratorium dan Pengujian ............................................................................................... 20
iii
1. PENDAHULUAN
Persyaratan CPPOB terdiri atas 3 (tiga) tingkatan, yaitu "harus" (shall), ”seharusnya" (should), dan
"dapat" (can), yang diberlakukan terhadap semua ruang lingkup yang terkait dengan proses produksi,
pengemasan, penyimpanan dan atau pengangkutan pangan. Pemenuhan terhadap persyaratan dinilai
dan ditetapkan sebagai berikut:
1. persyaratan “harus” dianggap Kritis ;
2. persyaratan “seharusnya” dianggap Mayor;
3. persyaratan "dapat" dianggap Minor.
Apabila saat penerapan sistem PMR ditemukan ketidaksesuaian, maka temuan tersebut dapat
dikategorikan menjadi :
1. Ketidaksesuaian Kritis adalah penyimpangan terhadap persyaratan “harus” yang mengindikasikan
apabila tidak dipenuhi akan mempengaruhi keamanan produk secara langsung dan/atau
persyaratan yang wajib dipenuhi.
2. Ketidaksesuaian Major adalah penyimpangan terhadap persyaratan “seharusnya” yang
mengindikasikan apabila tidak dipenuhi mempunyai potensi atau secara tidak langsung
berpengaruh terhadap keamanan produk pangan.
3. Ketidaksesuaian Minor adalah penyimpangan terhadap persyaratan “dapat” yang mengindikasikan
apabila tidak dipenuhi mempunyai potensi mempengaruhi mutu (wholesomeness) produk pangan
namun kurang berpengaruh terhadap keamanan produk pangan dan efisiensi pengendalian
keamanan produk pangan.
1
1.2.3. Pangan Keperluan Medis Khusus (PKMK) untuk kelompok bayi dan anak, dapat berupa:
1.2.3.1. PKMK untuk Pasien Kelainan Metabolik (Inborn Errors of Metabolism);
1.2.3.2. PKMK untuk Dukungan Nutrisi bagi Anak Berisiko Gagal Tumbuh, Gizi Kurang atau Gizi
Buruk;
1.2.3.3. PKMK untuk Bayi Prematur;
1.2.3.4. Suplemen Air Susu Ibu (Human Milk Fortifier);
1.2.3.5. PKMK untuk Pasien Alergi Protein Susu Sapi;
1.2.3.6. PKMK untuk Pasien Anak Kejang Intraktabel (Epilepsi);
1.2.3.7. PKMK untuk Pasien Malabsorpsi;
1.2.3.8. PKMK untuk Pasien Penyakit Hati Kronik; dan
1.2.3.9. PKMK untuk Pasien Inflammatory Bowel Diseases.
1.2.4. PKMK untuk kelompok dewasa, dapat berupa:
1.2.4.1. PKMK untuk Penyandang Diabetes;
1.2.4.2. PKMK untuk Pasien Penyakit Ginjal Kronik;
1.2.4.3. PKMK untuk Pasien Penyakit Hati Kronik;
1.2.4.4. PKMK untuk Dukungan Nutrisi bagi Orang Dewasa Gizi Kurang atau Gizi Buruk; dan
1.2.4.5. PKMK untuk Pasien Kelainan Metabolik (Inborn Errors of Metabolism).
Pedoman untuk Produk PKGK yang menggunakan proses sterilisasi komersial mengacu pada
ketentuan yang berlaku.
2
1.3.10. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 8 tahun 2016 tentang
Persyaratan Bahan Tambahan Pangan Campuran
1.3.11. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 22 tahun 2016 tentang Persyaratan
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Perisa
1.3.12. Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.03.1.23.11.11.09657 tentang Persyaratan
Penambahan Zat Gizi dan Zat Non Gizi dalam Pangan Olahan
1.4. Definisi
• Bahan yang dimaksud dalam pedoman ini meliputi: bahan baku pangan, bahan tambahan
pangan, bahan penolong (processing aids), zat gizi, zat non gizi dan kemasan
• Bahan Baku Pangan adalah bahan dasar yang dapat berupa Pangan segar dan Pangan Olahan
yang dapat digunakan untuk memproduksi Pangan.
• Bahan Tambahan Pangan yang selanjutnya disingkat BTP adalah bahan yang ditambahkan ke
dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk Pangan.
• Bahan Penolong (Processing Aids) adalah bahan, tidak termasuk peralatan, yang lazimnya tidak
dikonsumsi sebagai pangan, digunakan dalam proses pengolahan pangan untuk memenuhi
tujuan teknologi tertentu dan tidak meninggalkan residu pada produk akhir, tetapi apabila tidak
mungkin dihindari, residu dan/atau turunannya dalam produk akhir tidak menimbulkan risiko
terhadap kesehatan serta tidak mempunyai fungsi teknologi.
• Zat Gizi adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam Pangan yang terdiri atas karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral, serat, air, dan komponen lain yang memberikan energi,
diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan kesehatan atau bila
kekurangan atau kelebihan dapat menyebabkan perubahan karakteristik biokimia dan fisiologis
tubuh.
• Zat Non Gizi adalah substansi yang terdapat dalam pangan yang tidak berfungsi sebagai zat gizi
tetapi mempengaruhi kesehatan.
• Kemasan Pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus Pangan
baik yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak.
3
2. DIAGRAM ALIR PROSES PRODUK PKGK bentuk bubuk
Bagian ini menjelaskan tahapan-tahapan proses yang mungkin diterapkan di produsen beserta faktor
risiko yang ada selama proses Produksi.
Proses produksi PKGK bentuk bubuk dapat dikategorikan menjadi tiga jenis yang umum digunakan
yakni :
1. Proses Kering
2. Proses Kombinasi (mencakup proses basah dan kering)
Diagram alir berikut dapat digunakan sebagai acuan bagi produsen dalam mengidentifikasi
risiko pada tiap tahapan proses. Masing-masing produsen dapat memiliki tahapan proses
yang berbeda satu sama lain.
Jenis dan Jumlah Bahan baku Pangan, Bahan Tambahan Pangan, Bahan Penolong, Zat Gizi dan Zat Non
Gizi, dan bahan lainnya yang digunakan mengacu kepada ketentuan yang berlaku.
4
2.1. Diagram Alir Produk PKGK dengan proses Kering (Dry Blending)
5
Penyimpanan Kondisi penyimpanan tidak sesuai
sementara persyaratan
Keterangan :
*) ALat takar wajib untuk Produk Formula Bayi, Formula Lanjutan, MP-ASI berbentuk bubuk, dan PKMK
sesuai dengan Perka 22 tahun 2019 tentang Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan Olahan
6
2.2. Diagram Alir Produk PKGK dengan Proses Kombinasi
Penyiapan Bahan
Dumping
Homogenisasi
Evaporasi
7
Penyimpanan Kondisi penyimpanan tidak
Sementara sesuai persyaratan
Pengayakan
Pengayakan/penyaringan tidak
mampu mencegah dari kotoran
Pengayakan dan kontaminasi lainnya (tidak
dilakukan pendeteksian logam
dan atau penangkapan logam)
8
2.3. Diagram Alir Proses Produksi PKGK proses kombinasi – MP-ASI
Selain tahapan proses produksi yang terdapat pada diagram alir diatas, terdapat tahapan proses lain
yang umum digunakan pada proses produksi, terutama produk Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI) sebagaimana pada diagram berikut :
Dumping
Filtrasi
Homogenisasi
9
Pengayakan/penyaringan tidak
Pengayakan mampu mencegah dari kotoran
dan kontaminasi lainnya
Selain tahapan proses yang tercantum pada diagram alir diatas, terdapat proses lain yang
mungkin digunakan dalam proses produksi PKGK.
10
3. TAHAP PRA-PENGOLAHAN
Bab ini mencakup tahapan pra-pengolahan, antara lain 1) penerimaan bahan baku dan bahan
pengemas, 2) sortasi dan pemeriksaan awal, 3) penyimpanan bahan baku dan bahan pengemas dan 4)
penyiapan bahan.
11
3.3. Penyimpanan Bahan-bahan dan Produk Akhir
• Fasilitas yang digunakan untuk menyimpan bahan-bahan dan produk akhir memberikan
perlindungan dari debu, kondensasi, saluran pembuangan, limbah dan sumber kontaminasi
lainnya.
• Area/sarana penyimpanan seharusnya kering dan berventilasi baik. Pemantauan, kontrol suhu
dan kelembaban harus diterapkan jika ditentukan.
• Area/sarana penyimpanan dirancang atau diatur untuk memungkinkan pemisahan bahan-bahan,
produk antara dan produk akhir.
• Semua bahan dan produk seharusnya disimpan dari lantai dan dengan ruang yang cukup antara
bahan dan dinding untuk memungkinkan kegiatan inspeksi, pemeliharaan dan pembersihan, dan
pengendalian hama, dalam rangka pencegahan terhadap potensi kontaminasi dan meminimalkan
kerusakan.
• Area penyimpanan yang terpisah, aman (dikunci atau dikendalikan akses) harus disediakan untuk
bahan pembersih, bahan kimia, dan zat berbahaya lainnya.
• Stok bahan baku atau ingredien seharusnya diberi identitas yang jelas dan dirotasi dengan sistem
First Expired First Out (FEFO) dan/atau First In First Out (FIFO) dan mampu memberikan
ketertelusuran.
• Ruang penyimpanan dapat dialokasikan untuk tujuan khusus dan tidak dipakai untuk kegiatan
pendukung lainnya seperti ruang mesin.
12
• Operator harus dapat menyediakan bukti bahwa kadar BTP di dalam produk akhir memenuhi
tingkat yang diizinkan dalam Batas Bahan Tambahan Pangan sesuai kategori pangan Produk
Pangan Untuk Keperluan Gizi Khusus.
• Bahan yang diproses dengan panas, ketika dibutuhkan dalam penyiapan pangan selanjutnya,
seharusnya segera didinginkan atau segera diproses lebih lanjut. Pertumbuhan dan kontaminasi
mikrobia termofilik seharusnya diminimalisir dengan rancangan yang baik, penggunaan suhu
operasi yang memadai, dan pembersihan rutin.
• Seluruh tahapan penyiapan pangan seharusnya dilakukan secepat mungkin dan dalam kondisi
yang dapat mencegah kontaminasi dan kerusakan, dan meminimalisir pertumbuhan mikroba pada
pangan.
13
4. PENGOLAHAN
• Tidak ada perlakuan panas ataupun tahapan proses yang dapat mengurangi total mikroba dalam
pengolahan formula dengan proses kering.
• Kualitas mikrobiologis produk yang diolah dengan cara kering sangat ditentukan oleh kualitas
mikrobiologis dari bahan baku kering yang digunakan. Sehingga penerapan pencegahan
kontaminasi mikroba selama proses pengolahan harus dilakukan dengan ketat.
• Kondisi ruang penyimpanan bahan baku dan proses produksi harus dijaga higienitasnya
sedemikian rupa sehingga dimungkinkan untuk dilaksanakan proses yang higienis.
• Perusahaan seharusnya dapat melakukan pencegahan terhadap risiko kontaminasi dari kemasan
terluar produk sebelum dilakukan proses dumping.
• Proses pencampuran kering harus dilakukan dalam kondisi yang sangat higienis; bahan baku yang
dijaga kualitas mikrobiologi; pelaksanaan sortasi; pemeriksaan fisik dan kandungan cemaran pada
bahan baku. Tahap-tahap tersebut merupakan titik kritis pada proses pengolahan.
• Proses pencampuran kering harus menghasilkan produk yang homogen, termasuk mikronutrien.
• Untuk memastikan homogenitas produk, produsen harus melakukan validasi proses pencampuran
kering pada saat awal disain proses produksi dan melakukan verifikasi secara berkala. Misalnya
dengan menguji kadar vitamin C pada produk hasil pencampuran.
• Pengayakan dilakukan untuk mengurangi dan/atau menghilangkan bahaya fisik. Proses
pengayakan dan penyaringan harus mampu mencegah dari kotoran dan kontaminasi lainnya pada
produk.
Proses pengolahan dengan metode kombinasi selain melibatkan tahapan-tahapan pada proses kering,
juga melibatkan berbagai macam jenis tahapan produksi lainnya, antara lain :
14
Rekaman yang perlu dikendalikan dan diunggah pada sistem PMR:
a. Catatan pemantauan suhu dan waktu pencampuran
b. Catatan formula yang digunakan (checklist dumping)
c. Catatan pengujian terhadap viskositas, dll
4.4. Pasteurisasi
Pasteurisasi dapat dilakukan dengan metode High Temperature Short Time/HTST, misalnya dilakukan
dengan minimum standar perlakuan selama 15 detik pada suhu 720C atau variasinya dengan alat Plate
Heat Exchanger dan kemudian pemanasan ditahan di dalam holding tube untuk mencapai waktu yang
diinginkan.
Metode pasteurisasi juga dapat dilakukan dengan memanaskan bahan pada tangki tertutup dengan
metode Low Temperature Long Time (LTLT), misalnya selama 30 menit pada suhu 65oC atau variasinya.
• Pasteurisasi harus mampu menghilangkan atau mengurangi jumlah cemaran mikroba dalam
produk akhir hingga batas cemaran yang diizinkan
• Untuk mencapai tingkat pasteurisasi yang diinginkan, parameter kunci yang harus dikontrol pada
proses pasteurisasi adalah suhu dan waktu.
• Rekaman yang memadai dari suhu dan waktu pasteurisasi seharusnya dijaga dengan baik.
• Pemilihan kombinasi suhu dan waktu harus mempertimbangkan berbagai aspek seperti
kandungan lemak, kekentalan, padatan, kandungan mikroba awal, jenis mikroba, target dan faktor
lain yang dapat mempengaruhi ketahanan mikroba target terhadap panas.
• Harus dilakukan validasi dan verifikasi proses pasteurisasi secara berkala dan teratur.
• Karena proses pasteurisasi dianggap sebagai Titik Kendali Kritis (TKK), maka seharusnya ada
prosedur untuk mendeteksi deviasi, misalnya penurunan suhu serta waktu pemanasan yang tidak
cukup, dan juga prosedur untuk mengambil tindakan perbaikan seperti proses pemanasan kembali
atau pengalihan produk ke limbah.
• Pada proses pasteurisasi/sterilisasi dengan metode direct steam injection maka seharusnya
terdapat filter (mikron) pada suplai uap untuk mencegah adanya kontaminasi fisik maupun kimia.
15
• Orang yang berkompeten seharusnya juga memiliki pemahaman yang baik tentang mikrobiologi
pangan, pengendalian proses, dan prosedur untuk validasi (misalnya pengumpulan data,
penarikan sampel produk, dan pengujian).
• Jika industri memberi perlakuan panas dengan menggunakan HTST atau sistem batch atau
menggunakan perlakuan yang ekuivalen, harus tersedia informasi tentang kriteria desain dan
karakteristik operasi dari sistem yang digunakan.
• Operator harus menyediakan bukti bahwa parameter proses basah yang ditetapkan dapat
dicapai secara konsisten oleh semua produk. Operator harus mendokumentasikan parameter
dan kondisi proses tervalidasi (misalnya debit bahan, suhu evaporasi, dan lainnya).
4.5. Evaporasi
Proses evaporasi pada susu akan mempengaruhi total padatan susu dan viskositasnya. Viskositas bahan
sangat mempengaruhi sifat alir bahan termasuk debit bahan yang akan masuk ke dalam proses
selanjutnya, misal spray drying atau rotary drying. Misalnya, jika viskositas terlalu tinggi dapat
menyumbat nozzle saat spray drying atau membuat lapisan produk yang akan dikeringkan di drum
dryer menjadi terlalu tebal sehingga mengurangi efektifitas pengeringan.
16
Rekaman yang perlu dikendalikan dan diunggah pada sistem PMR:
a. Catatan pengujian total solid dan viskositas produk
b. Catatan rekaman suhu dan waktu proses evaporasi, dll
• Udara yang digunakan pada sistem spray drying seharusnya disaring secara efektif sehingga tidak
menimbulkan kontaminasi pada produk. Bubuk kering formula bersuhu 43,3 – 79,4oC ketika keluar
dari spray dryer. Suhu udara pengering dan debit bahan perlu dimonitor
• Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi kadar air produk hasil pengeringan semprot seperti
suhu udara pengering dan debit bahan perlu dimonitor
4.7. Pengayakan
• Pengayakan mengurangi dan/atau menghilangkan bahaya fisik
• Pengayakan dapat menghasilkan partikel yang seragam
• Pembersihan rotary dryer harus dilakukan sesuai prosedur mencakup cara dan frekuensi
pembersihan.
• Peralatan harus dalam kondisi bersih dan saniter untuk mengurangi potensi kontaminasi fisik dari
peralatan
• Jika ada proses lubrikasi yang berpotensi kontak dengan produk, maka lubrikan yang digunakan
harus tara pangan (food grade) dibuktikan dengan adanya dokumen spesifikasi teknis.
17
4.9. Grinding/Penghalusan
• Penggilingan atau penghancuran bahan baku yang sesuai seharusnya dilakukan sedemikian rupa
untuk meminimalkan hilangnya nilai gizi dan untuk menghindari perubahan yang tidak diinginkan
pada sifat teknologi bahan.
• Bahan baku kering dapat digiling bersama, jika teknologi memungkinkan, atau dicampur setelah
penggilingan atau penghancuran.
• Formulasi yang mengandung sereal giling, kacang-kacangan, kacang-kacangan dan / atau minyak
biji-bijian yang belum diproses memerlukan pendidihan yang memadai untuk membuat agar-agar
bagian pati menjadi tepung dan / atau menghilangkan faktor anti-nutrisi yang ada dalam kacang-
kacangan dan kacang-kacangan.
• Sebelum proses grinding/penghancuran dapat dilakukan penjerapan metal untuk mencegah
kerusakan mesin/alat.
• Sesudah proses grinding/penghancuran seharusnya diikuti penjerapan metal untuk mengurangi
potensi cemaran fisik khususnya logam.
18
• Apabila diperlukan, kemasan yang dapat digunakan kembali (reuseable) harus tahan lama, mudah
dibersihkan dan didisinfeksi bila diperlukan.
• Semua bahan pengemas seharusnya disimpan pada tempat yang bersih dan higienis.
19
5. TAHAP PASCA-PENGOLAHAN
Bab ini mencakup tahap-tahap pengolahan yang dilakukan setelah produk terkemas.
20