Anda di halaman 1dari 4

OPTIMALISASI SINERGITAS TNI DAN POLRI DI POLDA SULTRA DALAM

PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DEMI TERWUJUDNYA KEAMANAN DAN


KETERTIBAN MASYARAKAT

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memiliki ragam budaya, suku, dan agama.
Keberagaman di Indonesia merupakan anugrah yang tak ternilai harganya dan
merupakan kekayaan bagi bangsa Indonesia dan terkonsep dalam bingkai
kebhinekaan, namun di sisi lain jika hal tersebut tidak disikapi secara tepat dan
dikelola dengan baik maka mudah menimbulkan konflik sosial. Pasca reformasi,
ketika eforia arus kebebasan melanda masyarakat Indonesia, muncul berbagai
konflik yang dapat mengancam kebhinekaan masyarakat Indonesia.
Munculnya sikap intoleransi, menguatnya kelompok radikal,
mengemukanya terorisme, dan menghangatnya separatisme, semakin
menciptakan kerawanan sosial di tengah masyarakat. Struktur masyarakat
Indonesia yang multi agama, multi etnis, dan multi bahasa sangat rawan untuk
terjadinya berbagai konflik sosial, kekerasan massal, dan kerusuhan. Terlebih
lagi dengan adanya konflik politik akibat sistem demokrasi pasca reformasi yang
menyebabkan masyarakat terpecah belah oleh pilihan politik, khususnya
menjelang Pilkada, Pileg, dan Pilpres.
Potensi terjadinya berbagai konflik sosial sebagaimana dikemukakan di
atas terjadi hampir disetiap wilayah hukum di Indonesia, tidak terkecuali di di
wilayah hukum Polda Sulawesi Tenggara (Sultra). Polda Sultra terletak di Kota
Kendari yang menjadi ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara. Sebagai ibu kota
daerah dan sebagai pusat pemerintahan Provinsi Sulawesi Tenggara, potensi
konflik tidak bisa dihindari. Meski demikian menurut Walikota Kendari, Sulkarnain
Kadir, kota kendari masih termasuk kategori wilayah yang kondusif dan relatif
masih sangat aman, walaupun bibit konflik tersebar di seluruh kecamatan yang
ada di Kota Kendari. Isu SARA, perebutan lahan mata pencaharian di terminal
dan pelabuhan, aktivitas di sekitar kampus besar, penertiban lahan yang
ditempati kelompok masyarakat secara ilegal, dan berbagai paham dan
organisasi radikal. Semua bisa jadi pemicu konflik sosial. Oleh karena itu, dalam
penanganan konflik sesuai dengan ruang lingkup tingkatannya, pencegahan dan
pemulihan pasca konflik, pemkot melibatkan kepolisian dan TNI serta perangkat
pemerintah sampai di tingkat lurah agar bersinergi dalam mengantisipasi
berbagai potensi tersebut sehingga proses pembangunan bisa dilakukan secara
maksimal.seperti yang diamanatkan di UU Nomor 7 tahun 2017 tentang
Penanganan Konflik Sosial.
Senada dengan Walikota Kendari, Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali Mazi,
saat menghadiri HUT Brimob ke-75 di Mapolda Sultra, meminta semua elemen
bersinergi dan TNI-POLRI mempunyai peranan vital dalam menjaga Kamtibmas
di daerah. Gubernur Sulawesi Tenggara berkeyakinan sinergitas TNI dan POLRI
dapat mendorong percepatan pembangunan di daerah.
Pada pelantikan Kapolda Sultra, Irjen Pol Yan Sultra Indrajaya, pada
tanggal 31 Agustus 2020, Irjen Pol Yan Sultra Indrajaya, mengatakan situasi
kamtibmas harus menjadi perhatian bersama. Kamtibmas bukan hanya tugas
polisi semata, namun semua elemen di Sulawesi Tenggara. Dengan sinergitas
semua elemen dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat
(Kamtibmas) adalah bentuk kontribusi terhadap pembangunan daerah.
Dari beberapa penjelasan di atas, menjelaskan bahwa pentingnya
sinergitas TNI dan Polri dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat
(Kamtibmas) dalam rangka mendukung pembangunan daerah maupun nasional
sehingga dapat tercapai tujuan nasional. Namun Implementasi sinergi dan
soliditas TNI-Polri saat ini masih dihadapkan pada beberapa kendala di
antaranya belum maksimalnya kerjasama dan koordinasi antara instansi,
rendahnya pemahaman pada tingkat pelaksana lapangan sehingga
dikhawatirkan dapat menimbulkan rivalitas dan kondisi yang disharmonis antara
TNI dan Polri. Sehingga penulis beranggapan bahwa sejatinya kendala yang ada
dapat diatasi apabila masing-masing institusi memiliki pemahaman yang tepat
terkait tugas dan tanggung jawabnya, sehingga pada impelementasi dilapangan
kedua institusi dapat saling melengkapi.
Oleh karena itu dalam tulisan ini, penulis mengangkat judul “Optimalisasi
Sinergitas TNI dan Polri Di Polda Sultra Dalam Penanganan Konflik Sosial Demi
Terwujudnya Keamanan dan Ketertiban Masyarakat”.
Sinergitas TNI dan Polri dalam menjaga Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat tertuang dalam Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2002 tentang Pertahanan Negara menyatakan bahwa dalam hal terdapat
ketertiban kegiatan pertahanan dan kegiatan keamanan, Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia harus bekerjasama dan
saling membantu.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara
Nasional Indonesia, mengenai Pasal 7 ayat (2), disebutkan bahwa tugas pokok
yang diemban TNI ada dua yaitu Operasi Militer untuk Perang (OMP) dan
Operasi Militer Selain Perang (OMSP), seperti penanggulangan terorisme,
separatisme, bantuan kepada kepolisian dalam menjaga ketertiban masyarakat
hingga penanggulangan bencana alam.
Sesuai dengan Pasal 7 ayat (10) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004
tentang TNI menyebutkan bahwa:“Membantu kepolisian negara indonesia dalam
rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan”. Pasal 41 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Polri menyatakan, bahwa: “Dalam rangka melaksanakan tugas keamanan,
Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat meminta bantuan tentara nasional
Indonesia, yang mana diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah“.
Peraturan Pemerintah (PP) No. 2 Tahun 2015 tentang Penanganan Konflik
Sosial menyatakan bahwa penanganan konflik sosial harus dilakukan secara
sinergis oleh Pemerintah / Pemerintah Daerah bersamasama dengan Polri, TNI,
dan semua stakeholder terkait.
Selanjutnya, MoU Polri dengan TNI Nomor B/2/2018 dan Nomor
Kerma/2/I/2018 Tentang Perbantuan TNI Kepada Polri Dalam Kamtibmas
mengatur tentang perbantuan TNI untuk Polri, misalnya dalam menghadapi unjuk
rasa, mogok kerja, kerusuhan massa, konflik sosial, dan mengamankan kegiatan
masyarakat dan pemerintah.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, terkait upaya


kedua institusi dalam menjaga dan memelihara Kamtibmas sejatinya tidak perlu
terjadi apabila masing-masing institusi memiliki pemahaman yang tepat terkait
tugas dan tanggung jawabnya. Belum baiknya kerjasama dan koordinasi antara
instansi terlihat dari hal-hal sebagai berikut:
a. Masih kurangnya pemahaman yang sama di antara aparat Polri dan TNI,
khususnya pada level bawah terkait tugas-tugas penyelenggaraan
keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. Deteksi dini terhadap potensi kriminalitas seringkali dilakukan secara parsial,
belum maksimalnya kerjasama dan koordinasi yang baik;
c. Sosialisasi terhadap personil kedua anggota terkait kerjasama dan
koordinasi di antara kedua institusi dalam penyelenggaraan keamanan
jarang dilakukan;
d. Masing-masing institusi dalam menjalankan kewenangannya masih bersifat
sektoral tidak dalam keterpaduan sistem.

3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada tulisan ini adalah sinergitas TNI dan Polri dalam
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) di Kota Kendari.

4. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan besok pi lagi di cari ^_^

Anda mungkin juga menyukai