Anda di halaman 1dari 11

Pembuatan RAHASIA

esai  2
jam 55
menit

OPTIMALISASI PERAN KODIM TERHADAP INTOLERANSI DAN RADIKALISME


DALAM RANGKA MENDUKUNG TUGAS POKOK TNI AD

Pendahuluan.

TNI merupakan alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU RI


Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara) yang memiliki tugas pokok
mennegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia sesuai dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar RI tahun
1945 dan menjaga kedaulatan negara dan bangsa Indonesia dari segala bentuk
ancaman dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun luar negeri (UU RI
Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI). TNI AD merupakan bagian dari TNI yang
memiliki peran pertahanan di wilayah darat. Dalam pelaksanaan tugasnya, TNI AD
mempunyai pokok-pokok kebijakan pembinaan postur TNI AD yang diarahkan untuk
melaksanakan pembinaan kekuatan, kemampuan dan gelar kekuatan (Doktrin
Kartika Eka Paksi Nomor Kep. 1024/XI/2020). Dalam melaksanakan pembinaan
kemampuan, TNI AD menjabarkannya menjadi 4 kemampuan yaitu kemampuan
intelijen, kemampuan tempur, kemampuan dukungan dan kemampuan teritorial. Di
dalam membina kemampuan teritorial. Selain itu,di dalam Doktrin Kartika Eka Paksi
juga tertuang bahwa TNI AD mempunyai fungsi utama yaitu pertempuran dan
teritorial. Fungsi teritorial melekat pada organisasi TNI AD yang dilaksnakan oleh
satuan teritorial yaitu Korem, Kodim dan Koramil. Melihat dinamika globalisasi yang
sangat dinamis, terdapat salah satu isu dunia yang berimbas masuk ke dalam isu
nasional yaitu tentang intoleransi dan radikalisme. Dalam hal ini, harapan yang
diinginkan adalah satuan teritorial di jajaran TNI AD mampu meredam dan
mendeteksi sejak dini akan adanya potensi ancaman yang disebabkan oleh sikap
intoleransi dan faham radikaliseme. Namun pada kenyataanya masih terdapat
kejadian di beberapa wilayah Indonesia yang bersumber dari intoleransi dan
radikalisme yang secara langsung maupu tidak langsung diakibatkan oleh lemahnya
peran satuan teritorial dalam mendeteksi sejak dini potensi ancaman dari hal
tersebut.

RAHASIA
TERBATAS
2

Berangkat dari latar belakang tersebut maka penulis berupaya untuk


melakukan identifikasi masalah yang berkaitan dengan intoleransi yang
berdampak

TERBATAS
TERBATAS
3

pada radikaliseme antara lain pertama masih rendahnya kesadaran masyarakat


terhadap ancaman bahaya intoleransi dan radikalisme, kedua belum optimalnya
sinergi dalam mencegah dan menanggulangi radikalisme dan intoleransi serta ketiga
masih lemahnya penghayatan dan pengamalan pancasila oleh segenap komponen
bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam hal
penulisan esai ini, penulis menggunakan. Dari beberapa persoalan di atas, maka
dapat diambil rumusan masalah, bagaimana optimalisasi peran satuan teritorial
terhadap intoleransi dan radikalisme dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD,
sehingga penulis akan membedah persoalan tersebut dari beberapa sudut pandang
sehingga akan bisa memberikan pemahaman kepada pembaca.

Pentingnya penulisan ini adalah agar seluruh satuan teritorial di lingkungan


TNI AD memahami akan peran dan tugasnya daalam mencegah berkembangnya
sikap intoleransi di dalam masyarakat sehingga mengakibatkan terjadinya
radikalisme yang berujung menjadi terorisme. Sedangkan metode yang digunakan
dalampenulisan ini menggunakan metode diskriptif analisis yaitu memberikan
gambaran mengenai latar belakang persoalan, kendala kelemahan dan upaya
mengatasi dengan didasarkan kepada teori dan dasar/peraturan yang dilengkapi
dengan data/fakta yang berasal dari studi kepustakaan dan pengalaman penulis
selama melaksanakan pendidikan dan tugas.

Adapun nilai guna dari penulisan ini adalah memberikan pemahaman


kepada penulis bahwa dalam upaya mencegah berkembangnya sikap intoleransi di
dalam masyarakat dan faham radikalisme agar tidak berkembang, maka perlu upaya
satuan teritorial TNI AD untuk melakukan pencegahan sejak dini sedangkan
maksud dari penulisan ini adalah memerikan gambaran kepada pimpinan tentang
perlunya meningkatkan peran satuan teritorial untuk berkolaborasi dengan pihak lain
baik pemeritah maupun non pemerintah dalam upaya pencegahan hal tersebut.
Tujuan dari penulisan ini adalah memberikan saran masukan berupa ide dan
gagasan kepada pimpinans sehingga memberikan pemahaman dari beberapa sudut
pandang di lapangan sehingga diharapkan bisa berimbas kepada kebijakan yang
akan diambil. Dalam penulisan ini dibatasi pada peran satuan teritorial dalam hal
penanganan maupun pencegahan intoleransi dan radikalisme dengan ruang
lingkup penulisan pendahuluan, pembahasan dan penutup.

TERBATAS
TERBATAS
4

Pembahasan.

Indonesia sebagai negara majemuk yang terdiri dari beragam suku, budaya,
adat dan agama memang sangat dinamis dalam menjalani kehidupan berbangsa
dan bernegara. Hal itu tentunya sangat berpengaru terhadap stabilitas dan
keamanan manakala kemajemukan tersebut tidak diikuti dengan manajemen
kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara yang saling bersinergi dengan
seluruh komponen masyarakat maupun pemerintah. Menyikapi beberapa persoalan
yang melatarbelakangi penulisan ini, yaitu pertama masih rendahnya kesadaran
masyarakat terhadap ancaman bahaya intoleransi dan radikalisme, kedua belum
optimalnya sinergi dalam mencegah dan menanggulangi radikalisme dan intoleransi
serta ketiga masih lemahnya penghayatan dan pengamalan pancasila oleh segenap
komponen bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
maka penulis akan menjabarkan menjadi beberapa hal yaitu data/fakta yang terjadi
berkaitan dengan hal tersebut beserta penyebabnya, harapan yang diinginkan, teori
yang mendasari, kendala dan kelemahan serta upaya yang dapat dilakukan dengan
melihat peluang dan kemampuan.

Persoalan petama, masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap


ancaman bahaya intoleransi dan radikalisme

Menginjak persoalan pertama yaitu masih rendahnya kesadaran masyarakat


terhadap ancaman bahaya intoleransi dan radikalisme didapati data bahwa terdapat
salah satu sekolah kejuruan yang membuat aturan tidak melandasi sikap toleransi.
Fakta yang ada adalah terjadi di SMK negeri 2 kota Padang yang aturannya
mewajibkan kepada seluruh siswa perempuan termasuk non muslim menggunakan
kerudung. Hal ini berimbas menjadi viralnya kejadian ini di media sosial yang
dilakukan oleh salah seorang wali murid yang tidak setuju mengenai kebijakan yang
kontroversial ini. Selain itu, menteri pendidikan bapak Nadim Makarim juga sudah
mengatakan bahwa pemerintah tidak mengijinkan sekolah secara sepihak membuat
peraturan yang bertentangan dengan nilai toleransi. Adanya kejadian ini
disebabkan oleh antara lain: 1. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap
ancaman bahaya intoleransi dan radikalisme, 2. Pemerintah daerah melalui dinas
pendidikan daerah kurang melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap

TERBATAS
TERBATAS
5

seluruh aktifitas pendidikan di wilayahnya dan 3. aparat setempat dalam hal ini
adalah aparat Kodim dan Koramil kurang optimal dalam melakukan deteksi dini dan
cegah dini sehingga terjadi hal sebagaimana dimaksud.

Dari data dan fakta di atas, maka harapan yang ingin dicapai adalah
kesadaran yang tinggi seluruh masyarakat terhadap ancaman bahaya intoleransi
dan radikalisme sehingga masyarakat secara insiatif dapat menghindari sika
tersebut, disamping itu diharapkan ketatnya pengendalian oleh pemerintah setempat
mengenai aktifitas di daerahnya khususnya yang berkaitan dengan intoleransi dan
radikaliseme dan yang terakhir adalah optimalnya peran aparat teritorial di
Koramil/Kodim guna mencegah terjadinya intoleransi dan radikalisme.

Berdasarkan KBBI intoleransi adalah ketadaan toleransi sedangkan


radikalisme berasal dari kata latin radix yang artinya akar. Secara umum
radikalisme adalah aliran yang menginginkan perubahan sosial dan politik yang
dilakukan secara drastis dengan menggunakan kekerasan. Sedangkan berdasarkan
UU RI 34 tahun 2004 tentang TNI pasal 7 disebutkan bahwa salah satu tugas TNI
adalah mengatasi terorisme dan sparatisme. UU RI nomor 7 tahun 2012 tentang
penanganan konflik sosial, dalam hal penghentian konflik, TNI dapat dilibatkan oleh
pemerintah dengan koordinasi dari POLRI. Dari dua dasar di atas dapat disimpulkan
bahwa TNI tidak lepas dari upaya untuk mengatasi intoleransi dan radikalisme,
dalam hal pencegahan, TNI AD memiliki sumber daya yang dapat dimanfaatkan
sebagai ujung tombak dalam melaksanakan tugas-tugas pencegahan, penghentian
dan pemulih terhadap terjadinya konflik sosial akibat dari intoleransi dan radikalisme.

Namun demukian dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat


terdapat kendala yaitu kemajemukan bangsa indonesia yang sangat luarbiasa
sehingga jika tidak dilaksanakan manajemen yang baik oleh pemerintah maupun
aparat terkait, dapat menimbulkan konflik sosial maupun tindakan ekstrimisme yang
bermuara pada terorisme dan sparatisme. Selain itu ditemukan masih kurangnya
peran pemerintah di daerah dalam meningkatkan kesadaran berbangsa dan
bernegara yang baik dengan menjunjung tinggi toleransi. Adapun kelemahan yang
didapat antara lain: lemahnya pemahaman masyarakat tentang intoleransi dan
radikalisme akibat dari belum optimal peran aparat teritorial dalam memberikan
pemahaman akan pentingnya nilai Pancasila dalam mencegah intoleransi dan
radikalisme.
TERBATAS
TERBATAS
6

Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu upaya dengan memanfaatkan


peluang yaitu negara mempunyai perangkat pemerintahan baik sipil, maupun TNI
POLRI untuk dapat melakukan kolaborasi dalam mengatasi kendala dan persoalan
di setiap daerah. Sedangkan kemampuannya adalah masyarakat memiliki akses
informasi tanpa batas yang bisa mencari tentang informasi positif guna mencegah
toleransi den deradikalisasi. Sehingga dari peluang dan kemampuan tersebut maka
dapat diambil upaya antara lain: 1. Kodim/Koramil melalui aparat Babinsa
melakukan deteksi dan cegah dini guna mencegah potensi yang akan berimbas ke
stabilitas daerah bahkan sampai dengan nasional; 2. Kodim/Koramil melalui Babinsa
melakukan komunikasi sosial kepada seluruh lapisan masyarakat guna memberikan
pemahaman nilai-nilai Pancasila guna mencegah masuknya sikap intoleransi dan
paham radikalisme dan 3. Kodim/Koramil melalui Babinsa melakukan penyuluhan
tentang pentingnya kesadaran terhadap ancaman intoleransi dan radikalisme
kepada siswa sekolah baik SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi sehingga hal
tersebut diharapkan akan menanamkan sejak dini.

Persoalan kedua, belum optimalnya sinergi dalam mencegah dan


menanggulangi radikalisme dan intoleransi

Beralih ke persoalan kedua, belum optimalnya sinergi dalam mencegah dan


menanggulangi radikalisme dan intoleransi data yang didapat adalah adanya
pernyataan yang dilontarkan oleh mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Cahaya
Purnama (Ahok) yang bernada SARA pada tahun 2017. Hal tersebut diperkuat
dengan fakta bahwa dari akibat ujaran tersebut maka telah terjadi aksi maksa yang
sangat banyak yaitu aksi 212 yang terjadi di Monas, Jakarta Pusat. Dalam kejadian
tersebut, salah satu Perwira Tinggi TNI AD menyampaikan belum ada komando
pengendalian taktis yang efisien untuk mengantisipasi massa yang sangat banyak
tersebut. Hal ini disebabkan antara lain: 1. belum optimalnya sinergi dalam
mencegah dan menanggulangi konflik sosial akibat dari radikalisme dan intoleransi;
2. kurang pemahaman tentang toleransi dari masyarakat bakan sampai dengan
tingkat pimpinan daerah dan 3. adanya sikap fanatik sempit dan individualistis dari
sekelompok masyarakat.

Berangkat dari data dan fakta tersebut harapan yang diinginkan adalah
optimalnya sinergi dalam mencegah dan menanggulangi akibat dari radikalisme dan
intoleransi yaitu konflik masyarakat yang berimbas kepada stabilitas sosial, polotik,
TERBATAS
TERBATAS
7

ekonomi dan keamanan nasional. Masyarakat mempunyai pemahaman yang baik


dan mendalam tentang toleransi antar umat beragama maupun antar golongan di
dalam masyarakat. Selain itu diperlukan adanya sikap terbuka dan saling
menghargai satu sama lain dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berdasarakan UU RI nomor 7 tahun 2012 tentang penanganan konflik


sosial, dalam hal penghentian konflik, atas permintaan pemerintah baik
kabupaten/kota, provinsi maupun pemerintah pusat, TNI dapat dilibatkan dengan
koordinir POLRI. Secara jelas bahwa TNI sudah bisa dilibatkan dalam menangani
konflik sosial yang salah satunya dalah akibat dari intoleransi dan radikalisme.
Namun demikian, peran TNI masih kurang optimal karena komando pengendalian
berada di POLRI. Sedangkan sesuai dengan Doktrin Kartika Eka Paksi nomor
Kep 1024/XI/2020 disebutkan bahwa salah satu fungsi utama TNI AD adalah
pertempuran dan pembinaan teritorial. Dari 2 dasar tersbut, sudah jelas bahwa TNI
AD siap hadir sejak awal untuk mengantisipasi timbulnya konflik sosial akibat
intoleransi dan radikalisme sampai dengan penghentian konflik dan pemulih pasca
terjadinya konflik.

Namun demikian, dalam upaya untuk mewujudkan harapan, ditemukan


kendala yaitu belum ada aturan turunan di setiap instansi yang mengatur secara
teknis mengenai peran dalam mencegah terjadinya konflik akibat intoleransi dan
radikalisme. Sedangkan kelemahannya antara lain: 1. ego sektoral setiap pihak
yang menganggap bahwa hal itu adalah bukan tugasnya; 2. pejabat pemerintah
maupun TNI POLRI tidak memahami secara teknis mengenai peraturan pelibatan
pada saat penghentian konflik sebagaimana ditentukan dalam UU RI nomor 7 tahun
2012 tentang penanganan konflik sosial dan 3. terbatasnya sumber daya manusia
untuk melakukan penanganan konflik akibat dari intoleransi dan radikalisme
dihadapkan dengan jumlah massa yang relatif jauh lebih banyak dari jumlah
personel dari aparat yang dikerahkan.

Guna mengatasi hal tersebut maka diperlukan langkah dengan


memanfaatkan peluang yaitu instansi terkait baik pemerintah daerah pusat maupun
TNI POLRI diberikan keleluasaan oleh pemerintah untuk memuat aturan teknis yang
mengatur tentang penanganan konflik akibat dari intoleransi dan radikalisme.
Sedangkan kemampuan yang dimiliki oleh setiap instansi adalah mereka memiliki
anggaran untuk melakukan penyusunan peraturan teknis sebagaimana dimaksud.
TERBATAS
TERBATAS
8

Dari hal tersebut maka upaya yang dapat diambil antara lain: 1. Kodim melakukan
forum group discusion (FGD) bersama forum komunikasi pimpinan daerah (FKPD),
2. Kodim memberikan saran dan masukan kepada FKPD untuk melakukan rapat
teknis pembentukan Protap di daerah dan 3. mengkoordinir jajaran untuk
melaksanakan latihan kesiapsiagaan di daerah dalam rangka mengantisipasi konflik
sosial akibat intoleransi dan radikalisme.

Persoalan ketiga, masih lemahnya penghayatan dan pengamalan pancasila


oleh segenap komponen bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara

Menginjak pada persoalan ketiga, yaitu masih lemahnya penghayatan dan


pengamalan pancasila oleh segenap komponen bangsa dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maka data yang pernah dimuat pada
stasiun TV swasta disebutkan bahwa saat ini marak terjadi deklarasi organisasi yang
bertentangan dengan pancasila dan UUD 1945. Adapun fakta pada Januari 2022
telah beredar di media sosial maupun TV swasta mengenai pernyataan 3 orang asal
Garut yang mengatasnamakan dirinya panglima NII sehingga ditidaklanjuti dengan
penangkapan oleh POLRI tentang hal tersebut. Hal tersebut disebabkan karena
lemahnya penghayatan dan pengamalan pancasila oleh segenap komponen bangsa
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; lemahnya peran satuan
teritorial dalam deteksi dini dan cegah dini dan kurangnya kedekatan satuan teritorial
dengan masyarakat melalui kegiatan komsos.

Berangkat dari data fakta tersebut maka harapan yang diinginkan adalah 1.
kuatnya penghayatan dan pengamalan pancasila oleh segenap komponen bangsa
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; 2. optimalnya peran
satuan teritorial dalam deteksi dini dan cegah dini dan 3. terciptanya kedekatan
satuan teritorial dengan masyarakat melalui kegiatan komsos.

Sesuai dengan perintah harian Kasad, Jenderal Dudung Abdurachman


yang salah satunya adalah pertajam kepekaan terhadap perkembangan situasi dan
lakukan tindakan proaktif terhadap segala bentuk ancaman terhadap kesatuan
bangsa maka setiap prajurit TNI AD memilik peran yang sangat penting, khususnya
peran aparat teritorial di lapangan yaitu Babinsa mempunyai peran lebih dalam

TERBATAS
TERBATAS
9

melakukan tindakan proaktif mencegah timbulnya sikap intoleransi yang akan


bermuara kepada tindakan radikalisme dan terorisme.

Namun demikian dalam upaya mewujudkan harapan selalu ada kendala yaitu
terlalu masifnya pengaruh budaya luar yang masuk ke dalam masyarakat indonesia
melalui media elektrinik yang sangat mudah diakses oleh setiap orang sehingga
dengan kelemahan yang dimiliki oleh masyarakat yang terlalu terbuka dalam
menerima pengaruh negatif dari luar maka dengan mudah sikap intoleransi tersebut
mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sehingga akan
berdamapak kepada terbentuknya faham radikalisme. Kedua, kurangnya peka nya
aparat teritorial di wilayah dalam hal deteksi dini dan cegah dini dan ketiga adalah
kurangnya pemahaman tentang pentingnya pancasila dalam berkehidupan
berbangsa dan bernegara.

Untuk mewujudkan harapan maka perlu memanfaatkan peluang yaitu TNI


AD mendukung satuan teritorial untuk melaksanakan pembinaan teritorial sebagai
implementasi dari fungsi utama TNI AD yaitu teritorial. Sedangkan kemampuan
yang dimiliki oleh satuan teritorial adalah bahwa mereka telah memiliki anggaran
bidang teritorial yang dapat digunakan untuk melaksanakan tugas bidang teritorial
secara optimal. Upaya yang dapat diambil antara lain: 1. satuan teritorial melakukan
pembekalan kepada masyarakat akan arti pentingnya Pancasila; 2. satuan teritorial
membuat kegiatan bersama yang secara tidak langsung mengajak masyarakat
untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan 3. laksanakan 5 kemampuan teritorial
secara optimal.

Penutup.

Kesimpulan.

Dari uraian pembahasan di atas maka dapat disimpulkan pertama, masih


rendahnya kesadaran masyarakat terhadap ancaman bahaya intoleransi dan
radikalisme maka upaya yang diambil antara lain 1. Kodim/Koramil melalui aparat
Babinsa melakukan deteksi dan cegah dini guna mencegah potensi yang akan
berimbas ke stabilitas daerah bahkan sampai dengan nasional; 2. Kodim/Koramil
melalui Babinsa melakukan komunikasi sosial kepada seluruh lapisan masyarakat
guna memberikan pemahaman nilai-nilai Pancasila guna mencegah masuknya sikap
intoleransi dan paham radikalisme dan 3. Kodim/Koramil melalui Babinsa melakukan

TERBATAS
TERBATAS
10

penyuluhan tentang pentingnya kesadaran terhadap ancaman intoleransi dan


radikalisme kepada siswa sekolah baik SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi
sehingga hal tersebut diharapkan akan menanamkan sejak dini.

Kedua, belum optimalnya sinergi dalam mencegah dan menanggulangi


radikalisme dan intoleransi upaya yang dapat diambil antara lain: 1. Kodim
melakukan forum group discusion (FGD) bersama forum komunikasi pimpinan
daerah (FKPD), 2. Kodim memberikan saran dan masukan kepada FKPD untuk
melakukan rapat teknis pembentukan Protap di daerah dan 3. mengkoordinir jajaran
untuk melaksanakan latihan kesiapsiagaan di daerah dalam rangka mengantisipasi
konflik sosial akibat intoleransi dan radikalisme.

Ketiga, masih lemahnya penghayatan dan pengamalan pancasila oleh


segenap komponen bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara upaya yang dapat diambil antara lain: 1. satuan teritorial melakukan
pembekalan kepada masyarakat akan arti pentingnya Pancasila; 2. satuan teritorial
membuat kegiatan bersama yang secara tidak langsung mengajak masyarakat
untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan 3. laksanakan 5 kemampuan teritorial
secara optimal.

Saran.

Dimohon kepada pimpinan agar dapatnya mengalokasikan materi dan waktu


untuk memberikan dan meningkatkan pemahaman mengenai intoleransi dan
radikalisme pada semua jenis pendidikan karena hal ini sangat penting dalam
rangka melaksanakan tugas di masyarakat.

Demikian esai mengenai optimalisasi peran Kodim terhadap intoleransi dan


radikalisme dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD semoga dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan pimpinan TNI AD. Dengan segala
keterbatasan, penulis mohon maaf jika terdapat kesalah dan kekeliruan dalam
tulisan ini.

Sentul, 19 Januari 2023


Penulis

Ari Setiawan Wibowo

TERBATAS
TERBATAS
11

Mayor CZI NRP 11070079140186

TERBATAS

Anda mungkin juga menyukai