Anda di halaman 1dari 107

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Pada hakekatnya kebhinekaan merupakan identitas bangsa Indonesia

yang patut dijaga nilai keluhurannya. Sejarah mencatat justru sebenarnya

kebhinekaanlah sebagai alat pemersatu bangsa dalam merebut kemerdekaan

dari tangan penjajah. Namun saat ini kesakralan semboyan Bhineka Tunggal

Ika mulai luntur akibat konflik Pilkada yang acapkali terjadi karena ego sektoral

masing-masing kelompok masyarakat. Tidak jarang potensi konflik Pilkada

muncul akibat akumulasi permasalahan ideologi, politik, ekonomi,

sosial, budaya dan keamanan yang saling tumpang tindih, sehingga apabila

tidak cepat dilakukan tindakan penanggulangan sampai pada akar

permasalahan, tentu bisa menjadi sebuah permasalahan yang berujung kepada

disintegrasi bangsa.

Di sisi lain, terciptanya keamanan merupakan kebutuhan dasar manusia

dalam bersosialisasi dengan manusia lainnya, yang mendambakan suasana

nyaman, terbebas dari gangguan fisik maupun psikis, adanya kepastian hukum,

perasaan merasa dilindungi dari segala macam ancaman, bahaya dan

gangguan serta perasaan kedamaian dan ketentraman lahir batin.

Tuntutan dan kepercayaan masyarakat begitu besar dibebankan kepada

Polri yang menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai alat Negara untuk

menciptakan harkamtibmas. Polri harus bekerja keras untuk mewujudkan hal

tersebut karena merupakan beban moral sebagai abdi Negara yang telah digaji

oleh uang rakyat.


2

Berbagai upaya, langkah dan terobosan harus segera dan terus

dilaksanakan. Upaya tersebut pun harus sesuai dengan kondisi lingkungan,

ancaman yang dihadapi serta pemilihan metode yang tepat.

Dalam rangka mendukung pembangunan nasional untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat, maka keamanan dan ketertiban adalah hal yang

paling utama, sebab pembangunan akan terhambat manakala situasi

keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) terganggu. Gangguan

kamtibmas dapat terjadi kapanpun dan dimanapun, hal ini tidak lepas dari

kodrat manusia sebagai makhluk sosial sehingga hampir seluruh aspek

kehidupan di masyarakat baik aspek politik, ekonomi, sosial budaya dan

keamanan memiliki potensi dan berpengaruh secara langsung maupun tidak

langsung terhadap kondisi Kamtibmas.

Salah satu indikator terpeliharanya situasi kamtibmas pada suatu

wilayah adalah tidak terjadinya konflik pada suatu kelompok/masyarakat

tersebut. Konflik yang dimaksud disini dapat diartikan sebagai terjadinya suatu

pertentangan, perseteruan atau perselisihan antara suatu kelompok

masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya yang disebabkan oleh

ekslusifisme dari sebuah kelompok yang dilatar belakangi oleh masalah Politik,

suku, agama, antar golongan, kepentingan, masalah ekonomi, pertambangan,

masalah batas wilayah dan lain sebagainya. Konflik Pilkada yang terjadi di

beberapa daerah di tanah air akhir-akhir ini telah mengakibatkan timbulnya

kerugian yang cukup besar tidak hanya menyangkut korban harta benda,

namun juga nyawa manusia. Dampak inilah yang seharusnya bisa dicegah

sedini mungkin sehingga tidak sampai menimbulkan efek domino yang begitu

terasa meresahkan masyarakat luas.


3

Sebagai daerah otonomi yang baru berkembang Kabupaten Penukal

Abab Lematang Ilir tidak terlepas dari berbagai masalah sosial. Masalah-

masalah timbul karena di picu oleh berbagai faktor dari berbagai aspek

kehidupan masyarakat baik dari aspek politik, ekonomi dan budaya yang tidak

jarang menimbulkan terganggunya keamanan ketertiban masyarakat. Dampak

negatif lain yang ditimbulkan dari berbagai masalah tersebut adalah timbulnya

konflik Pilkada dalam masyarakat di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir.

Telah banyak upaya dilakukan kepolisian baik dalam penanggulangan

terhadap konflik Pilkada, walaupun pada akhirnya kerap menuai kritik maupun

kecaman dari berbagi kalangan karena dinilai terlalu mengedepankan arogansi

yang berujung pada tindakan kekerasan kepada masyarakat. Selain itu Polisi

juga dianggap tidak mampu untuk dapat mengantisipasi adanya suatu kejadian

yang dapat berkembang menjadi sebuah konflik sosial.

Lain hal nya jika intelijen mampu berperan maksimal, melakukan deteksi,

menganalisis, memetakan segala aspek asta gatra dan panca gatra, paling

tidak dapat meredam potensi konflik Pilkada dan mengantisipasi sedini mungkin

kejadian yang akan terjadi untuk segera dilakukan langkah pencegahan.

Sat Intelkam Polres Polres Muara Enim mempunyai peranan penting

dalam melakukan deteksi dini terhadap perkembangan gangguan kamtibmas

pada Pilkada di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, khususnya dalam

tahap pencegahan. Peranan Sat Intelkam adalah sebagai penyelenggara early

detection untuk dapat memberikan early warning kepada Pimpinan Kepolisian.

Dengan aktivitasnya menyelenggarakan proses dalam siklus intelijen yang

mencangkup deteksi dini, pengamanan Intel dan penggalangan Intel

Kepolisian.
4

Deteksi dini dituangkan dalam bentuk produk intelijen yang disajikan

kepada pimpinan guna memberikan masukan untuk menentukan kebijakan

dalam mengantisipasi gangguan kamtibmas. Sebab jika tindakan pimpinan

tidak berbasis informasi dapat dikatakan tindakan tersebut adalah tindakan

yang buta dan tuli.

Memelihara keamanan dan ketertiban merupakan salah satu tugas

pokok Polri sebagaimana tercantum dalam pasal 13 Undang-undang Nomor 2

tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Tugas pokok Polri

pada hakekatnya bertujuan mewujudkan stabilitas kamtibmas yang dilakukan

melalui upaya penyelenggaraan fungsi kepolisian, dimana salah satu

diantaranya adalah melalui pelaksanaan fungsi intelijen keamanan (intelkam).

Fungsi Intelijen adalah fungsi yang dikedepankan dalam mengantisipasi

setiap kejadian maupun fenomena yang terjadi dalam masyarakat melalui

sistem deteksi dini dan peringatan dini, berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor

22 tahun 2010 pasal 6 huruf (b) : pelaksanaan fungsi intelijen dalam bidang

keamanan guna terselenggaranya deteksi dini (early detection) dan peringatan

dini (early warning). Intelijen merupakan bagian penting bagi dinamika kegiatan

organisasi Polri, terlebih lagi dalam era reformasi dan globalisasi dimana

tuntutan masyarakat terhadap transparansi, demokratisasi, perlindungan HAM

dan supremasi hukum semakin meningkat. Disamping itu dinamika kehidupan

masyarakat yang berkembang demikian cepat maka perubahan pun semakin

sulit untuk dibaca sehingga diperlukan upaya early warning atau early detection

yang tajam dan akurat guna mengetahui dan memahami keadaan melalui

penguasaan teori, keterampilan dan pengalaman serta pemanfaatan teknologi.


5

Kebijakan pimpinan sehubungan dengan antisipasi gangguan kamtibmas

dalam masyarakat sangat berguna untuk menciptakan kamtibmas yang

kondusif, dengan deteksi dini tersebut pimpinan dapat menentukan langkah

kebijakan yang tepat, dengan adanya ketepatan kebijakan tersebut lingkungan

kamtibmas dapat terpelihara sesuai dengan tugas pokok polri. Deteksi dini

merupakan langkah awal yang bisa menentukan arah langkah kepolisian yang

bertindak sehingga menentukan keberhasilan Polri sebagai instansi yang paling

bertanggung jawab dalam keamanan dalam negeri.

Sebenarnya proses penanganan konflik Pilkada yang dilakukan Sat

Intelkam juga dilakukan pada saat maupun pasca terjadinya konflik tersebut.

hal ini sejalan dengan aktivitas intelijen untuk mendahului, menyertai dan

mengakhiri pada setiap operasi ataupun kegiatan kepolisian. Namun demikian

alangkah lebih baik jika intelijen mampu meredam potensi konflik dengan

mengutamakan langkah pencegahan, setidaknya hal tersebut dapat lebih efektif

dan efisien dalam hal waktu, tenaga, pikiran maupun anggaran yang

dikeluarkan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul PERAN SATUAN INTELKAM POLRES

MUARA ENIM DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI TERHADAP

PERKEMBANGAN GANGGUAN KAMTIBMAS PADA PILKADA

KABUPATEN PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR

1.2 Permasalahan

Sesuai dengan latar belakang yang telah dijabarkan dalam pendahuluan

diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana peran
6

Sat Intelkam dalam pencegahan konflik sosial di wilayah hukum Polres Lombok

Barat. Berdasarkan permasalahan tersebut maka persoalan yang akan di teliti

adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana konflik sosial yang terjadi di Kabupaten Lombok Barat

dan dampak dari konflik tersebut?

b. Bagaimana peran Sat Intelkam dalam pencegahan konflik sosial di

Wilayah Hukum Polres Lombok Barat ?

c. Faktor-faktor apa yang berpengaruh dalam pencegahan konflik sosial

di Kabupaten Lombok Barat oleh Sat Intelkam Polres Lombok Barat?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang sudah diuraikan di atas

maka tujuan dari penulisan ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana konflik sosial yang terjadi di

Kabupaten Lombok Barat dan dampak dari konflik tersebut

b. Untuk mengetahui bagaimana peran Sat Intelkam dalam

pencegahan konflik sosial di Wilayah Hukum Polres Lombok

Barat

c. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang berpengaruh dalam

pencegahan konflik sosial di Kabupaten Lombok Barat oleh Sat

Intelkam Polres Lombok Barat

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat yaitu :

a. Manfaat Akademis
7

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

dan wawasan yang kongkrit tentang studi konflik bagi aparat penegak

hukum dalam hal ini berkaitan dengan pelaksanaan tugas khususnya

fungsi Intelijen yang diemban oleh Sat Intelkam dalam pencegahan

konflik yang terjadi diwilayah hukum Lombok Barat

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini semoga bermanfaat dalam memberikan sumbangan

pemikiran bagi anggota Polri pada umumnya dan khususnya Sat

Intelkam Polres Lombok Barat pada umumnya dalam rangka

pencegahan konflik serta memberikan masukan kepada penulis

sendiri sebagai seorang anggota kepolisian tentang bagaimana harus

memahami bahwa ilmu kepolisian adalah ilmu yang mempelajari

tentang bagaimana mengelola permasalahan sosial dimasyarakat

guna mewujudkan keteraturan sosial dan salah satu wujud dari

permasalahan sosial adalah konflik sosial.

1.5 Sistematika Penulisan

Keseluruhan dalam penulisan skripsi ini terdiri dari enam bab dengan

sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini menjelaskan dan menguraikan secara

umum latar belakang permasalahan yang mendorong penulis untuk melakukan

penelitian tentang peran Sat Intelkam dalam pencegahan konflik sosial di

wilayah hukum Polres Lombok Barat.

Dalam bab ini juga dijelaskan bagaimana permasalahan yang ada,

tujuan penulisan, manfaat yang diharapkan dari penulisan ini yaitu manfaat
8

akademis dan manfaat praktis, dan sistematika penulisan. Dengan adanya

suatu pendahuluan diharapkan pembaca dapat mempeoleh gambaran

mengenai keseluruhan materi tulisan.

Bab II Tinjauan Kepustakaan. Pada bab II ini berisi tentang

Kepustakaan penelitian yaitu hasil penelitian terdahulu yang dapat digunakan

sebagai referensi, kepustakaan konseptual yang menjelaskan beberapa teori

dan konsep yang dianggap paling relevan dengan perumusan permasalahan

yang akan diteliti. Pada bagian akhiri dijelaskan tentang kerangka berpikir

penulisan yang merupakan gambaran pola pikir penulis dalam menganalisa dan

mengkaji permasalahan yang menjadi subyek dan obyek penelitian.

Bab III Rancangan dan Pelaksanaan Penelitian yang berisikan tentang

pendekatan penelitian dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian,

sumber data dan informasi yang diperoleh, teknik pengumpulan data dan teknik

analisis data dalam penelitian ini.

Bab IV Temuan penelitian yang berisikan tentang hasil penelitian yang

diperoleh pada saat melakukan penelitian yang meliputi gambaran secara

umum tentang lokasi penelitian dan objek penelitian, serta uraian tentang peran

Sat Intelkam dalam pencegahan konflik sosial di wilayah hukum Polres Lombok

Barat.

Bab V Pembahasan. Bab ini menguraikan tentang pembahasan

terhadap hasil penelitian dengan menggunakan landasan teori dan konseptual

yang ada dalam bab tinjauan kepustakaan sehingga diperoleh jawaban

mengenai permasalahan yang disajikan dalam penelitian ini.


9

Bab VI Penutup, pada bab ini yang berisikan tentang kesimpulan dan

Saran dari penulis yang berkaitan dengan temuan dalam pelaksanaan penelitan

di lapangan.

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Kepustakaan Penelitian

Kepustakaan penelitian merupakan inventarisasi dan kumpulan dari

penelitian terdahulu yang berisikan literatur yang berupa dokumen hasil

penelitian. Kepustakaan penelitian merupakan alat pembanding yang dapat

memberikan gambaran bagi peneliti dengan masalah yang memiliki kesamaan

terhadap topik penelitian.

Kepustakaan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Skripsi dari Wiwin Syamsul Arifin, mahasiswa angkatan 66 STIK-PTIK, yang

berjudul Peranan Sat Intelkam Polres Bima Kabupaten dalam mencegah

terjadinya konflik sosial antara desa Samili dan Desa Dadibau di Kab. Bima.

Penelitian yang dilakukan di wilayah hukum Polres Bima tersebut memiliki

persamaan dengan penelitian yang diteliti oleh penulis yaitu tentang peran

dari fungsi Intelijen dalam mencegah konflik sosial yang terjadi di masyarakat

yang disebabkan karena adanya masalah-masalah sosial dalam masyarakat

tersebut. Sedangkan yang menjadi perbedaan antara penelitian yang

dilakukan adalah tentang konsep ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun


10

2012 tentang Penanganan Konflik Sosial yang belum dijadikan kepustakaan

konseptual pada penelitian terdahulu. Dimana pada pasal 6 termaksud

bahwa ruang lingkup awal penanganan konflik adalah tahap pencegahan.

2. Skripsi dari Daniel Marbun (2013), Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas


9
Lampung Bandar Lampung dengan judul Peran Intelkam Polri dalam

mengantisipasi Konflik Sosial (Studi di wilyah hukum Polres Lampung).

Penelitian yang dilakukan di wilayah hukum Polres Lampung tersebut

memiliki persamaan dengan penelitian yang diteliti oleh penulis dalam hal

subyek dan obyek penelitian yakni Intelijen Polri dalam menangani

permasalahan konflik sosial yang terjadi dalam masyarakat. sedangkan yang

menjadi perbedaan antara penelitian yang dilakukan adalah tentang

penyebab atau akar permasalahan terjadinya konflik yang tidak di jelaskan

pada penelitian terdahulu serta tidak terdapatnya konsep Intelijen Polri dan

konsep Perkap no. 8 Tahun 2013 sebagai pedoman anggota Polri dalam

bertindak untuk melakukan pencegahan konflik sosial dalam masyarakat.

2.2 KEPUSTAKAAN KONSEPTUAL

Guna mendukung dan membatasi permasalahan penelitian maka

diperlukan adanya teori maupun konsep yang berkaitan dengan permasalahan

yang ada. Adapun teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain sebagai berikut :

1. Konsep Peran

Peran menurut Soerjono Soekanto (2009), yaitu peran merupakan aspek

dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan


11

kewajibannya sesuai kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran. Dari

hal diatas lebih lanjut kita lihat pendapat lain tentang peran yang telah

ditetapkan sebelumnya disebut sebagai peran normatif. Sebagai peran normatif

dalam hubungannya dengan tugas dan kewajiban Polri dalam penegakan

hukum seharusnya dapat diaktualisasikan secara total untuk memelihara

kamtibmas, Sedangkan peran ideal, dapat diterjemahkan sebagai peran yang

diharapkan dilakukan oleh pemegang peranan tersebut, misalnya Polri sebagai

suatu organisasi formal tertentu diharapkan berfungsi dalam penegakan hukum

dapat bertindak sebagai pengayom bagi masyarakat dalam rangka

mewujudkan ketertiban, keamanan yang mempunyai tujuan akhir kesejahteraan

masyarakat artinya peranan yang nyata.

Dari hal tersebut di atas nampaklah bahwa terdapat perbedaan

pengertian antara peran dan peranan. Peranan menyebabkan seseorang

dengan batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang

lain. Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri

dengan perilaku orang-orang sekelompoknya.

Sedangkan peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan seseorang,

apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya maka orang yang bersangkutan menjalankan suatu peran.

Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas ada baiknya terlebih dahulu

pahami tentang pengertian peran.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

peran adalah suatu sikap ataupun perilaku yang diharapkan oleh banyak orang

atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau

kedudukan tertentu. Apabila dihubungkan dengan Sat Intelkam Polres Lombok


12

Barat, peran merupakan tugas, fungsi dan wewenang yang diimplementasikan

kedalam langkah dan tindakan dari Sat Intelkam Polres Lombok Barat dalam

rangka pencegahan konflik yang terjadi.

2. Konsep Intelijen Polri

Intelijen merupakan bagian penting bagi dinamika kegiatan Polisi,

terlebih lagi dalam era reformasi dan globalisasi dimana tuntutan masyarakat

terhadap transparansi, demokratisasi, perlindungan hak azasi dan supremasi

hukum semakin meningkat. Disamping dinamika kehidupan masyarakat yang

berkembang demikian cepat maka perubahanpun semakin sulit untuk dibaca

sehingga diperlukan upaya early warning atau early detection yang tajam dan

akurat guna mengetahui keadaan melalui penguasaan teori, keterampilan dan

pengalaman serta pemanfaatan teknologi modern (Pusdik Intelkam Polri, 2011).

Tugas Pokok Inteijen :

1. Memberikan deteksi dini (Early detections) setiap kejadian dan peringatan


dini (Early Warning) suatu penentu arah/dasar pengambilan tindakan dan
kebijaksanaan bagi pimpinan Polri.
2. Pengaman kebijaksanaan pimpinan yang telah,sedang dan akan
dilaksanakan
3. Menciptakan kondisi secara tertutup bagi kepentingan pelaksanaan tugas
pokok Polri.
4. Pelaksana kebijaksanaan pimpinan.

Untuk kepentingan itu, Intelijen Kepolisian bergerak dengan orientasi ke

depan, bertujuan untuk mencari latar belakang. Trend perkembangan dari suatu

gejala, kasus, situasi dan kondisi masyarakat (sasaran tugas Polri) berusaha

sedapat mungkin menemukan dan mengidentifikasi setiap gejala dan

kecenderungan yang mengarah pada timbulnya gangguan Kamtibmas,


13

dijalankan secara terus menerus dan untuk dapat dijadikan dasar bagi

pelaksanaan tugas teknis Kepolisian lainnya.

Dalam mengambil tindakan preventif dan antisipasif terhadap ancaman

dan gangguan Kamtibmas sehingga dapat menjamin situasi kamtibmas dengan

baik mengharuskan dibangun dan dikembangkannya suatu sistem deteksi dan

peringatan dini (early warning system). Fungsi inilah yang menjadi ranah

Intelijen terlepas dari manapun organisasi induknya. Intelijen harus membangun

komunikasi yang seluas-luasnya dengan masyarakat secara aktif dan proaktif.

Setelah mampu melakukan hal tersebut, diharapkan intelijen juga dapat

melakukan deteksi aksi, dalam arti tidak hanya mampu menyerap informasi

namun juga bisa melakukan tindak lanjut atas informasi yang didapat guna

langkah pencegahan. Hal demikian juga dikenal dalam model kepolisian ILP

(Intelligence LED Policing) yang mengedepankan penilaian, pertimbangan dan

manajemen risiko dalam pengambilan keputusan. Petugas Intelijen berfungsi

sebagai panduan untuk operasi, bukan operasi membimbing intelijen. Sebagai

alat manajemen, bukan lagi strategi pengurangan kejahatan tapi bermanfaat

untuk mencegah terjadinya gangguan dengan cara yang efektif. Data yang

cukup lengkap, handal dan tersedia untuk mendukung produk-produk

berkualitas yang mempengaruhi pengambilan keputusan.

Adapun tujuan dari deteksi dini antara lain:

1. Untuk mengetahui lebih awal akan kemungkinan terjadinya suatu ancaman

dengan melakukan deteksi dini kita dapat membaca adanya kemungkinan

terjadinya suatu ancaman sejak awal, artinya kita dapat melakukan upaya

penanggulangan terhadap ancaman tersebut.


14

2. Untuk menghindari keterkejutan akan terjadinya suatu ancaman dengan

informasi pengetahuan akan kemungkinan terjadinya suatu ancaman, maka

kita akan lebih siap dalam menghadapi segala kemungkinan/

perkembangan kondisi yang terjadi. sehingga, apabila ancaman benar

terjadi, kita sudah sigap dan cepat dalam memberikan reaksi

penanggulangan atas ancaman tersebut.

3. Menyiapkan lebih awal langkah-langkah penanggulangan ancaman apabila

ancaman yang sudah terdeteksi tidak dapat dicegah dengan demikian kita

dapat mereduksi kerusakan, korban yang mungkin timbul akibat ancaman

tersebut serta mencegah ancaman tersebut membesar. dengan persiapan

langkah-langkah penanggulangan atas ancaman yang mungkin terjadi,

maka dampak yang mungkin timbul dapat direduksi/diminimalisir

sedemikian rupa sehingga tidak jatuh korban yang lebih besar (baik korban

jiwa, materiil, dan imateriil). selain itu, dengan upaya penanggulangan yang

dini atas ancaman, maka eskalasi untuk menjadi lebih besar dapat

ditekan/dihindari.

Dari keseluruhan cara deteksi dini, dapat disimpulkan bahwa kita

memerlukan suatu langkah early warning system efektif. Untuk itu diperlukan

suatu kemampuan intelijen sebagai instrumen terpenting. Intelijen harus

mampu melakukan upaya preventif dan preemtif dalam mencegah ancaman.

Melalui fungsi penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan intelijen harus

dapat meredam segala potensi maka keseluruhan sumber daya intelijen yang

kita miliki haruslah dikoordinasikan dengan baik.

Tugas Intelijen dalam hal deteksi dini dan pencegahan dini harus

dilaksanakan berdasarkan siklus intelijen yang menggambarkan sebuah proses


15

pengembangan data mentah ke dalam produk intelijen untuk digunakan oleh

pembuat kebijakan. Siklus intelijen pertama adalah tahap perencanaan, dimana

sebelum melakukan deteksi dini dan pencegahan dini, perencanaan merupakan

proses langkah awal penyusunan kebutuhan pengguna, bahan keterangan apa

yang harus dikumpulkan sesuai dengan kemampuan masing-masing, yang ke

semuanya itu dituangkan dalam UUK (Unsur Utama Keterangan).

Berikutnya adalah tahap pengumpulan, mencari sumber informasi yang

baku dan dibutuhkan untuk memproduksi produk intelijen dalam rangka detksi

dini dan pencegahan dini. Kemudian tahap selanjutnya adalah pengolahan,

kegiatan mengkonversi sejumlah informasi agar dapat digunakan oleh para

analis agar dapat di eksploitasi.

Terakhir adalah tahapan penyajian, dimana pada tahap ini produk

intelijen yang telah terintegrasi disajikan kepada pimpinan sebagai bahan

pertimbangan untuk pengambilan langkah kebijakan. Tahapan dalam siklus

intelijen tersebut harus dilakukan oleh petugas intelijen dalam hal deteksi dini

dan pencegahan dini, agar bisa maksimal penyerapan informasi dan juga

validitas data bisa akurat dan terpercaya sehingga dapat digunakan sebagai

saran masukan bagi pimpinan untuk mengambil keputusan.

Gambar 1. Siklus Intelijen


16

3. Teori Konflik Sosial

Istilah konflik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti


percekcokan, perselisihan, pertentangan. Menurut asal katanya, istilah konflik
berasal dari bahasa Latin confligo, yang berarti bertabrakan, bertubrukan,
terbentur, bentrokan, bertanding, berjuang, berselisih, atau berperang.Dalam
pustaka Sosiologi, ada banyak definisi mengenai konflik sosial.Berikut adalah
beberapa di antaranya :

1) Konflik sosial adalah perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan-


tuntutan berkenaan dengan status, kuasa, dan sumber-sumber
kekayaan yang persediaannya terbatas. Pihak-pihak yang sedang
berselisih tidak hanya bermaksud untuk memperoleh sumber-sumber
yang diinginkan, tetapi juga memojokkan, merugikan atau
menghancurkan lawan mereka. (Lewis A. Coser);

2) Konflik sosial adalah suatu proses sosial dimana orang perorangan atau
kelompok manusia berusaha untuk memenuhi apa yang menjadi
tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai dengan ancaman
dan/atau kekerasan. (Leopold von Wiese);

3) Konflik sosial adalah konfrontasi kekuasaan/kekuatan sosial. (R.J.


Rummel);
17

Konflik sosial adalah kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih
menganggap ada perbedaan posisi yang tidak selaras, tidak cukup sumber,
dan/atau tindakan salah satu pihak menghalangi, mencampuri atau dalam
beberapa hal membuat tujuan pihak lain kurang berhasil. (Duane Ruth-
Heffelbower).

Banyak Tokoh yang membahas mengenai Teori Konflik seperti Karl


Marx, Durkheim, Simmel, dan lain-lain yang dilatarbelakangi oleh permasalahan
ekonomi dan sosial.

1. Karl Marx (latar belakang ekonomi)

Ia melihat masyarakat manusia sebagai sebuah proses perkembangan

yang akan menyudahi konflik melalui konflik. Ia mengantisipasi bahwa

kedamaian dan harmoni akan menjadi hasil akhir sejarah perang dan

revolusi kekerasan. Namun bentrokan kepentingan-kepentingan ekonomi

ini akan berakhir di dalam sebuah masyarakat yang tanpa kelas, tanpa

konflik dan kreatifitas yang disebut komunisme.

2. Simmel dan Durkheim (latar belakang sosial)

Dari sudut sosial, lawan dari persatuan bukanlah konflik tetapi

ketidakterlibatan (noninvolvement); artinya tidak ada satupun bentuk

interaksi timbal-balik. Perspektif Simmel mengenai konflik dan persatuan

sebagai alternatif, kecuali sama pentingnya dan merupakan bentuk-

bentuk interaksi yang sangat saling tergantung, merupakan juga suatu

alternatif yang menjembatani Marx yang memusatkan pada konflik sosial

dan Durkheim yang memberikan tekanan pada integrasi dan solidaritas

sosial. Durkheim menekankan proses sosial yang meningkatkan

integritas sosial dan kekompakan. Meskipun dia mengakui bahwa konflik

terjadi dalam kehidupan sosial, dia cenderung untuk memperlakukan


18

konflik yang berlebih-lebihan sebagai sesuatu yang tidak normal dalam

integrasi masyarakat.

Menurut Nitibaskara (1999). Konflik tidak boleh dibiarkan berlarut-larut

tanpa suatu penyelesaian, meskipun sebenarnya penyelesaian tersebut tidak

selalu menjamin akan tuntasnya konflik tersebut. Hal ini dikarenakan bahwa

pada dasarnya konflik mempunyai potensi untuk meneras dan melebar hingga

jauh dari poko permasalahan semula, dan untuk itu perlu dihindarkan agar

konflik tidak berpotensi untuk tumbuh menjadi suatu kekuatan yang merusak,

maka perlu dilakukan penyelsaian dengan sebaik mungkin dan biasanya

diawali dengan mengidentifikasi penyebab timbulnya konflik tersebut.

Agar potensi konflik tidak tumbuh menjadi suatu kekuatan yang merusak,

maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan identifikasi

permasalahan penyebab berlangsungnya konflik tersebut. Setelah proses

identifikasi dilakukan dan diketahui apa yang menjadi modus ataupun motif

yang mendasari terjadinya konflik tersebut, kemudian dapat dibuatkan

beberapa alternatif solusi untuk dijalankan sehingga konflik tersebut tidak

meluas dan berubah menjadi suatu aksi pertikaian atau aksi kekerasan yang

dapat memperkeruh suasana pihak-pihak yang berkonflik.

4. Teori Gunung Es fungsi Kepolisian Proaktif

Ilmu kepolisian adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari fungsi dan

lembaga kepolisian dalam mengelola masalah sosial guna mewujudkan

keteraturan sosial (Amelza, Rycko D, 2015 :63). Fungsi kepolisian merupakan

seperangkat kegiatan operasional kepolisian dalam mengelola masalah-

masalah sosial (outward looking) guna terwujudnya keteraturan sosial. Dalam


19

konteks ilmu kepolisian tersebut diatas, maka ada 3 unsur dalam fungsi

kepolisian, yakni :

1. fungsi kepolisian,

2. masalah-masalah sosial dan

3. keteraturan sosial.

Fungsi kepolisian yang terwujud atas seperangkat kegiatan operasional

kepolisian, memiliki peran untuk memastikan terjaminnya proses pembangunan

dan berjalannya aktivitas kehidupan warga masyarakat. fungsi kepolisian harus

mampu meredam, mencagah dan meniadakan dan bahkan sampai harus

menumpas berbagai gejala yang dapat mengganggu, menghambat dan

merugikan dan bahkan merusak jalannya proses pembangunan dan

prodktivitas kehidupan warga masyarakat.

Fungsi kepolisian dikelola dalam tiga strategi yang dilaksanakan secara

simultan serta dengan dalam intensitas yang berbeda-beda sesuai dengan

tingkatan atau eskalasi masalah sosial yang dihadapi. Tingkatan atau eskalasi

masalah sosial seringkali digambarkan dengan sebagai gunung es statis dalam

satu garis yang kontinum. Ketiga strategi ini merupakan rangkaian kegiatan

fungsi kepolisian yang proaktif dan akan ditinjau dari dua sisi gunung es.

Gambar 2. Strategi Simultan Terhadap Masalah Sosial


(Simultaneous Strategy To Social Problem)
20

Pada sisi gunung es yang pertama menunjukkan bahwa ketiga strategi

ini efektif digunakan untuk menjawab secara proaktif terhadap masalah sosial

atau gangguan kamtibmas yang dibedakan atas tiga eskalasi atau tingkatan

ancamannya, yang digambarkan dalam Gunung Es. Tiga strategi ini

dilaksanakan secara beriringan, saling melengkapi dan saling berhubungan

satu sama lain. Tidak ada strategi yang paling tepat dalam menghadapi semua

situasi dan tidak ada satu situasi yang dapat dikelola secara efektif hanya

dengan menggunakan satu strategi saja. Tiga strategi ini meliputi strategi pada

fungsi deteksi dini dan preemtif, preventif dan represif-investigatif.

Strategi pada fungsi deteksi dini dan preemtif efektif untuk menjawab

ketika masalah sosial masih tersimpan dalam setiap aspek kehidupan manusia,
21

masih berwujud potensi-potensi gangguan atau faktor-faktor korelatif

kriminogen (FKK). Strategi pada fungsi preventif merupakan seperangkat

kegiatan proaktif yang utamanya dan efektif dilakukan ketika eskalasi masalah

sosial dinilai pada tingkatan ambang gangguan (AG) atau Police hazard.

Strategi pada fungsi represif-investigatif diperlukan untuk menjawab ketika

eskalasi masalah telah muncul kepermukaan dan terwujud sebagai gangguan

nyata atau ancaman faktual (AF).

Pada sisi kedua gunung es, menunjukkan bahwa ketiga strategi fungsi

kepolisian tersebut dapat dilihat dari segi proses aktualisasinya. Masing-masing

strategi bergerak secara sistematis, dimulai dari tataran fundamental,

instrumental, dan pada tataran praktis. Pada tataran fundamental, diperlukan

sebuah kesadaran bersama, sinergitas para pemangku kepentingan, untuk

menjadi sebuah kekuatan dalam mengidentifikasi, memetakan, membangun

kesadaran, membuat opsi yang telah dibangun pada tataran fundamental,

dengan merumuskan bergagai aturan main (rule of game) yang dapat diterima,

sesuai kemampuan sumber daya yang dimiliki, dan tingkat kewenangan semua

pemangku kepentingan. Selanjutnya pada tataran proses puncak atau praktek

atau implementasi merupakan saksi mata yang dilakukan bersama-sama

secara sinergi dengan senantiasa memperhatikan peluang dan ancaman

(opportunities and threats) serta kekuatan dan kelemahan (strenght and

weakness) atas tindakan yang akan dilakukan.

5. Teori SWOT

Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang

bersifat deskriptif. Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai faktor

masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-


22

masing. Rancangan pelaksanaan analisis SWOT perlu disusun sebaik-baiknya

untuk memperoleh data dan informasi yang penting dan berkualitas tinggi.

Makna dan pesan yang paling mendalam dari analisis SWOT adalah apapun

cara-cara serta tindakan yang diambil, proses pembuatan keputusan harus

mengandung dan mempunyai prinsip-prinsip berikut ini: kembangkan kekuatan,

minimalkan kelemahan, tangkap kesempatan dan hilangkan ancaman.

Analisis SWOT menurut Freddy R (2004) yaitu penilaian terhadap hasil

identifikasi situasi untuk menetukan kategori suatu kiondisi sebagai kekuatan,

kelemahan, peluang atau ancaman yang selanjutnya diidentifikasi guna

menemukan cara-cara, solusi dan atau alternatif pemecahan permasalahan

yang dihadapi dengan :

a. Kekuatan (Strenght) adalah identifikasi situasi internal organisasi yang

berupa kompetensi / kapabilitas / sumber daya yang dimiliki organisasi

yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk menangani peluang dan

ancaman yang dihadapi.

b. Kelemahan (Weakness) adalah situasi internal organisasi dimana

kompetensi / kapabilitas / sumber daya organisasi yang pemanfaatannya

dirasakan belum optimal dalam menangani peluang atau ancaman.

c. Peluang (Opportunity) yaitu situasi eksternal organisasi yang berpotensi

menguntungkan.

d. Ancaman (Threats) adalah suatu keadaan eksternal yang berpotensi

menimbulkan kesulitan atau hambatan dalam pelaksanaan tugas.

6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan Konflik

Sosial
23

Undang-Undang tentang Penanganan Konflik Sosial menentukan tujuan

penanganan Konflik yaitu menciptakan kehidupan masyarakat yang aman,

tenteram, damai, dan sejahtera. Memelihara kondisi damai dan harmonis dalam

hubungan sosial kemasyarakatan, meningkatkan tenggang rasa dan toleransi

dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, memelihara keberlangsungan

fungsi pemerintahan, melindungi jiwa, harta benda, serta sarana dan prasarana

umum, memberikan pelindungan dan pemenuhan hak korban, serta

memulihkan kondisi fisik dan mental masyarakat.

Adapun definisi konflik sosial berdasarkan Undang-Undang Nomor 7

Tahun 2012 adalah perseteruan dan/atau benturan fisik dengan kekerasan

antara dua kelompok masyarakat atau lebih yang berlangsung dalam waktu

tertentu dan berdampak luas yang mengakibatkan ketidakamanan dan

disintegrasi sosial sehingga mengganggu stabilitas nasional dan menghambat

pembangunan nasional.

Sedangkan ruang lingkup dalam penanganan konflik berdasarkan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 yang penulis jadikan pedoman dalam

penulisan skripsi ini adalah Pencegahan konflik adalah serangkaian kegiatan

yang dilakukan untuk mencegah terjadinya Konflik dengan peningkatan

kapasitas kelembagaan dan sistem peringatan dini. Pencegahan Konflik

dilakukan dengan upaya:

a. memelihara kondisi damai dalam masyarakat;

b. mengembangkan sistem penyelesaian perselisihan secara damai;

c. meredam potensi Konflik; dan

d. membangun sistem peringatan dini


24

Bahwasanya dalam rangka menjamin terciptanya kondisi sosial, hukum,

dan keamanan dalam negeri yang kondusif untuk mendukung kelancaran

pembangunan nasional, perlu kelanjutan pelaksanaan langkah-langkah

penanganan konflik sosial melalui keterpaduan, baik antar Aparat Pusat, antar

Aparat Daerah, maupun antara Aparat Pusat dan Daerah, sebagaimana

termuat dalam Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2013 tentang Penanganan

Gangguan Keamanan Dalam Negeri Tahun 2013. 14 stakeholder yang

diinstruksikan untuk melaksanakan perintah presiden tersebut adalah Menteri

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian; Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat; Menteri

Dalam Negeri; Menteri Kehutanan; Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral;

Jaksa Agung; Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; Panglima Tentara

Nasional Indonesia; Kepala Badan Pertanahan Nasional; Kepala Badan

Intelijen Negara; Kepala Badan Informasi Geospasial; Para Gubernur; dan Para

Bupati/Walikota.

2.3 KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan teori dan konsep yang telah dijelaskan sebelumnya maka

dalam penelitian kali ini telah disusun kerangka berpikir untuk membantu

mendeskripsikan dampak akibat Konflik sosial yang terjadi, menganalisa peran

Sat Intelkam Polres Lombok Barat dalam pencegahan konflik serta faktor-faktor

yang mempengaruhi dalam tindakan pencegahan konflik sosial.

Terjadinya konflik yang terjadi di Lombok Barat fenomena gunung es

yang hingga sekarang masih terus terjadi, baik konflik antar warga masyarakat

maupun konflik antara warga dengan aparat keamanan. Konflik yang terjadi
25

apabila tidak dilakukan penyelesaian terutama dalam hal pencegahannya akan

mengakibatkan meluasnya konflik tersebut sehingga dapat menimbulkan

banyak korban jiwa. untuk itu sangat diperlukan peran dari intelijen sebagai

basis deteksi dini dalam hal pencegahan konflik.

Pencegahan konflik sangatlah penting dilakukan oleh Intelijen sebagai

garda terdepan dalam memberikan early detection atau deteksi dini tentang

gejala-gejala maupun fenomena-fenomena yang dapat berkembang menjadi

sebuah potensi konflik dimasa yang akan datang. Sat Intelkam Polres Lombok

Barat berperan dalam hal pencegahan konflik tersebut sehingga konflik yang

akan terjadi telah diantisipasi terlebih dahulu dan koflik yang telah terjadi dapat

di minimalisir sehingga konflik tersebut tidak meluas sehingga dapat

menimbulkan korban yang lebih besar. Dengan adanya hal tersebut ditemukan

berbagai faktor faktor yang mempengaruhi peran Sat Intelkam tersebut dalam

pencegahan konflik sosial di wilayah hukum Polres Lombok Barat

Gambar 3. KERANGKA BERPIKIR

JUDUL

PERAN SAT INTELKAM DALAM PENCEGAHAN


KONFLIK SOSIAL DI WILAYAH HUKUM POLRES
LOMBOK BARAT

BAGAIMANA KONFLIK SOSIAL


YANG TERJADI DI KABUPATEN
LOMBOK BARAT DAN DAMPAK
PERMASALAHAN DARI KONFLIK TERSEBUT ?

BAGAIMANA PERAN SAT INTELKAM DALAM


PENCEGAHAN KONFLIK SOSIAL DI WILAYAH HUKUM
POLRES LOMBOK BARAT
26

BAGAIMANA PERAN SAT


INTELKAM POLRES LOMBOK
PERSOALAN BARAT DALAM PENCEGAHAN
KONFLIK SOSIAL?

PENELITIAN DI LAPANGAN PENDEKATAN


KUALITATIF, METODE :

1. WAWANCARA MENDALAM FAKTOR-FAKTOR APA YANG


2. OBSERVASI
BERPENGARUH DALAM
3. PENGUMPULAN
PENCEGAHAN KONFLIK SOSIAL
DOKUMEN
DI WILAYAH HUKUM POLRES
LOMBOK BARAT ?

KONSEP DAN TEORI YANG


DIGUNAKAN :
ANALISA
1. KONSEP PERAN
PEMBAHASAN 2. KONSEP INTELIJEN
POLRI
3. TEORI KONFLIK
4. TEORI GUNUNG ES
5. TEORI SWOT
6. KONSEP UU NO 7 TH
2012

BAB III

RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode studi kasus, dimana

metode ini merupakan sebuah metode yang dapat menggambarkan bagaimana

sebenarnya peran Sat Intelkam dalam pencegahan konflik sosial di wilayah

hukum Polres Lombok Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Menurut Farouk Muhammad & Djaali (2004) penelitian kualitatif adalah

penelitian eksploratif yang bersifat induktif naturalistik yang non-positivis.


27

Sedangkan menurut Basrowi dan Sukidin (2002) Metode kualitatif berusaha

mengungkap berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok,

masyarakat, dan/atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara

menyeluruh, rinci, dalam, dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara lebih

mendalam tentang pencegahan konflik sosial yang terjadi di wilayah hukum

Polres Lombok Barat. Sehingga sangat tepat jika pendekatan yang di gunakan

oleh peneliti adalah kualitatif.

3.2 Sumber Data / Informasi

Penelitian ini fokus terhadap tugas peran dan fungsi sat intelkam Polres

Lombok Barat dalam melakukan pencegahan terjadinya konflik sosial di wilayah

hukum Polres Lombok Barat.

Pada penelitian ini peneliti mencari informasi melalui data-data yang

bersifat primer dan sekunder. Adapun sumber data dan informasi sebagai

berikut :

1. Data primer diperoleh dari beberapa responden yakni orang-orang yang

memberikan informasi dan merupakan sumber data utama dalam suatu

penelitian. Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah :

- Kapolres Lombok Barat, AKBP. I Wayan Jiartana dalam memberikan

informasi tentang gambaran umum situasi kamtibmas di Lombok Barat

dan bagaimana pencegahan konflik sosial yang terjadi di wilayah hukum

Polres Lombok Barat.


28

- Kabag Ops Polres Lombok Barat Kompol Fauzan dalam memberikan

informasi tentang bagaimana langkah dan tindakan Polri dalam

pencegahan konflik yang terjadi di wilayah hukum Polres Lombok Barat.

- Kasat Intelkam Polres Lombok Barat AKP Hernawan Rizky SIK dalam

memberikan informasi tentang konflik yang terjadi di kabupaten Lombok

Barat dan penanganannya dan peran intel dalam melakukan deteksi dini

terhadap konflik sosial yang terjadi di wilayah hukum Polres Lombok

Barat.

- Kanit III Sat Intelkam Polres Lombok Barat Aiptu Sutrisno dalam

memberikan informasi tentang bagaimana terjadinya konflik di Lombok

Barat dan faktor-faktor yang mempengaruhi konflik tersebut.

- Anggota unit III Sat Intelkam Polres Lombok Barat Brigpol Hadlun dalam

memberikan informasi tentang faktor-faktor apa saja yang menghambat

dalam pencegahan konflik di wilayah hukum Polres Lombok Barat.

2. Data Sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang dimiliki oleh Sat

intelijen Polres Lombok Barat. Dokumen-dokumen ini berupa buku-buku

yang ada kaitannya dengan masalah yang akan diteliti, laporan penelitian,

dokumen pribadi dan dokumen resmi.

3.3 Tehnik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan dua orang atau lebih

secara langsung untuk memperoleh keterangan dari sumber. Wawancara

dilakukan berulang dalam rangka memperoleh hasil objektif yang nantinya


29

dapat direduksi dan di peroleh data yang valid.

b. Pengumpulan Dokumen / Data

Pengumpulan dokumen merupakan serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

penelitian antara lain :

- Dampak akibat kerusuhan yang terjadi di kabupaten Lombok Barat.

- Langkah-langkah Sat Intelkam dalam pencegahan konflik sosial di

wilayah hukum Polres Lombok Barat.

- Faktor-faktor yang mempengaruhi peran Sat Intelkam dalam

pencegahan konflik sosial di Lombok Barat.

3.4 Teknik Analisis Data

Menurut Patton (1987) analisis data adalah proses mengatur ukuran data

dan mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian

dasar. Teknik analisis data terbagi dalam 2 tahap :

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan rangkaian kegiatan pemilihan dan pengolahan

data untuk dipilih berdasarkan wawancara ataupun dokumen yang diperoleh.

Dalam pelaksanaan reduksi data maka peneliti dapat memilih data pokok untuk

dipakai dan membuang data yang dirasa tidak objektif yang diperoleh.

b. Sajian Data

Penyajian data adalah kegiatan ketikan sekumpulan informasi disusun,

sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif adalah tesk naratif yakni

berbentuk catatan lapangan dan matriks, grafik, jaringan dan bagan. Bentuk-

bentuk ini menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang
30

padu dan mudah diraih, sehingga memudahkan untuk melihat apa yang sedang

terjadi.

c. Penarikan Kesimpulan

Langkah terakhir dari analisis data adalah melakukan penarikan

kesimpulan terhadap hasil dari reduksi dan sajian data. Kesimpulan dapat

diperoleh melalui hasil pengamatan dan dokumen yang ada dengan

menyesuaikan perkembangan teori yang ada di lapangan. Setelah semua data

dinilai secara objektif dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya maka

kesimpulan dapat diambil untuk mempertegas sajian data yang akan disajikan

sebagai data awal dalam penelitian ini.

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Gambaran umum daerah penelitian ini meliputi gambaran umum

Kabupaten Lombok Barat, kedudukan, tugas pokok dan fungsi Sat Intelkam

Polres Lombok Barat yang berkaitan dengan obyek penulisan skripsi ini dan

gambaran umum situasi dan keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah

hukum Polres Lombok Barat.

4.1.1 Gambaran Umum


31

a. Geografi
Kabupaten Lombok Barat dengan Luas Wilayah 862,62 Km 2 atau 86.262

Ha, dengan 10 kecamatan, Keberadaan Kabupaten Lombok Barat terletak

antara 1150,46- 1160.20 Bujur Timur, dan 80.25 sampai dengan 80.55 Lintang

Selatan batas batas wilayah yaitu Sebelah Utara Kabupaten Lombok Utara

(KLU), sebelah Selatan Samudera Indonesia, sebelah Barat Selat Lombok dan

Kota Madya Mataram, sebelah Timur Kabupaten Lombok Tengah terbagi

dalam 10 (sepuluh) wilayah Kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Gunungsari.

2. Kecamatan Batulayar.

3. Kecamatan Lingsar.

4. Kecamatan Narmada.

5. Kecamatan Labuapi.

6. Kecamatan Kediri.

7. Kecamatan Kuripan.

8. Kecamatan Gerung.

9. Kecamatan Lembar.

10. Kecamatan Sekotong.

Posisi geografisnya terletak pada segi tiga emas daerah tujuan wisata

yakni Pulau Bali di sebelah Barat dan Taman wisata Komodo di sebelah

Timurnya. Memiliki keindahan alam dengan panorama yang menarik sehingga

mampu menarik Wisatawan, baik Domistik maupun Mancanegara. Disamping

itu Kabupaten Lombok barat terletak pada jalur perhubungan Laut Internasional

(Selat Lombok) dan merupakan lintas perdagangan Nusantara.

Mempunyai luas 1.672,15 Km2, dikelilingi oleh pulau-pulau kecil (Gili)


32

dengan tata guna lahan Hutan Negara seluas 79.243,2 Ha (47,47%), Sawah

22.362 Ha (13,37%), Perkebunan dan Tegalan 48.491,43 (28,99%),

Ladang/Huma 5,957 Ha (3,56%), Pekarangan / Bangunan dan Halaman 5,235

Ha (3,14%), penggunaan lain seperti jalan, kuburan/kali seluas 4,821 Ha

(2,88%) Tambak 548 Ha (0,33%), Padang / Penggembalaan 190 Ha (0,11%)

dan Rawarawa 112,97 Ha (0,07%) serta Kolam, Tebat dan Empang seluas 98

Ha (0,5%).

Daerah yang merupakan dataran rendah yang dijadikan lahan pertanian

oleh para penduduk Lombok Barat meliputi beberapa kecamatan antara lain :

- Kecamatan Gerung bagian tengah dan Utara

- Kecamatan Labuapi bagian tengah

- Kecamatan Kediri bagian Selatan

Daerah yang merupakan dataran Tinggi yang dijadikan lahan

perkebunan oleh para penduduk Lombok Barat meliputi beberapa kecamatan

antara lain:

a) Kecamatan Sekotong

b) Kecamatan Gerung bagian selatan

Daerah Kabupaten Lombok Barat terdapat dataran Bukit dan Gunung di

bagian Utara yang membujur dari barat sampai ke timur hingga ke Gunung

Rinjani. Di daerah Kabupaten Lombok Barat terdapat 3 (tiga) buah Gunung

Berapi yang juga merupakan daerah kunjungan wisata yaitu :

a) Gunung Sangkariang dengan ketinggian 2.589 meter

b) Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.728 meter

c) Gunung Baru dengan ketinggian 2. 378 meter

Didaerah Kabupaten Lombok Barat hanya terdapat 1 ( satu ) buah


33

danau terletak di lereng Gunung Rinjani dengan nama Danau Segara Anak.

Sebagai daerah dataran tinggi dengan banyaknya pegunungan dan dataran

rendah dengan banyaknya daerah persawahan yang terdapat di Kabupaten

Lombok Barat sangat mempengaruhi ragam Flora dan Fauna.

b. Demografi.

Jumlah penduduk Kabupaten Lombok Barat berjumlah 782.943 Jiwa

yang terdiri dari berbagai suku diantaranya Suku Sasak, Suku Bali, Suku Jawa,

Suku Mbojo, dan suku Samawa. Penyeberan Jumlah penduduk masing

masing kecamatan tidak merata ini dilihat dari jumlah penduduk masing

masing kecamatan mempunyai selisih yang sangat mencolok.

Untuk penyebaran jumlah penduduk kabupaten Lombok Barat terbagi

menjadi 2 (dua) bagian yaitu wilayah tengah dan selatan. Berikut jumlah

penduduk menurut jenis kelamin di kabupaten Lombok Barat terhitung tahun

2014 ( Berdasarkan Sensus Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis

Kelamin di Kabupaten Lombok Barat tahun 2014 ) sebagai berikut :

Jumlah
No Kecamatan Laki Perempuan
Penduduk

1 Gunungsari 41.820 42.707 84.527

2 Batu layar 24.368 24.432 48.800

3 Narmada 45.999 48.588 94.587

4 Lingsar 33.323 34.912 68.235

5 Kediri 28.429 29.825 58.254


34

6 Kuripan 18.007 18.580 36.587

7 Labuapi 31.824 33.547 65.371

8 Gerung 37.880 42.129 80.009

9 Lembar 23.375 24.418 47.793

10 Sekotong 30.069 30.354 60.423

Lobar 315.094 329.492 644.586

Sumber : BPS Kabupaten Lombok Barat.

Penduduk Kabupaten Lombok Barat tarap pendidikan walaupun belum

sepenuhnya bisa dikatakan bebas dari 3 buta huruf, namun sebagai kota

kabupaten yang dekat dengan kota Provinsi dan sebagai hasil dari pelaksanaan

wajib belajar keterbelakangan tersebut secara berangsur dapat diatasi

walaupun akibat krisis ekonomi yang dialami bangsa Indonesia saat ini juga

berpengaruh kepada masalah pendidikan penduduk, banyak anak anak usia

sekolah yang terpaksa harus membantu Perekonomian Keluarganya sehingga

di droop out akibat kebutuhan biaya sekolah dan tuntutan kehidupan

Perekonomian yang semakin tinggi. Tingkat pendidikan / pengetahuan warga

Kabupaten Lombok Barat pada umumnya sudah bisa berbahasa Indonesia

dengan tingkat pendidikan setaraf SMP, sebagian SLTA dan Perguruan tinggi

dan sebagian berpendidikan setingkat SD.

Pengaruh adat istiadat yang masih kuat dengan coraknya yang

beraneka ragam mempengaruhi karakter penduduk yang mana penduduk

Kabuapten Lombok Barat pada dasarnya bertemperamen sedang dan pada

umumnya sangat menghargai norma, adat ketimuran terhadap orang lain atau
35

tamunya, dengan ramah dan santun, namun akibat dampak krisis multi dimensi

dan pengaruh globalisasi saat ini ada kecenderungan terjadi pergeseran,

dengan menonjolkan sikap egoisme dan mudah diprovokasi apalagi bila

dikaitkan dengan ras dan agama. Secara turut turut pelaksanaan adat

perkawinan (merarik) coraknya beragam yang sangat dipengaruhi oleh hukum

Islam diantaranya kebiasaan kawin cerai dan kawin lebih dari satu masih cukup

dominan karena hal itu dibenarkan oleh agama walapun perceraian tidak

disenangi oleh Allah Swt, tradisi demikian akibatnya keturunan dari korban

perceraian atau kawin lebih dari satu orang wanita pada umumnya kurang

terurus, baik Kebutuhan materi, rohani maupun pendidikan, yang akhirnya

mereka harus bekerja keras pada usia dini, kondisii demikian akan

menimbulkan berbagai masalah sosial.

Penduduk Kabupaten Lombok Barat yang mayoritas beragama Islam

tergolong masyarakat yang cukup taat beribadah dan cukup fanatik dengan

menempatkan Tuan Guru sebagai tempat yang cukup terhormat, namun

ketaatan tersebut belum sepenuhnya berpengaruh terhadap perubahan sikap

prilaku terbukti dengan masih tingginya tingkat kejahatan terutama bentuk

pencurian .

Bagi penduduk yang berdomisili di perkotaan, pusat pusat

pemerintahan, pendidikan, dan pusat pusat perdagangan penduduk Lombok

Barat menggantungkan penghasilannya dengan menjadi Pegawai Negeri Sipil,

TNI / Polri, Pedagang, Swasta. Bagi penduduk yang berdomisili di pinggir

pantai dan daerah obyek wisata para penduduk Kabupaten Lombok Barat

menggantungkan penghasilannya dengan menjadi Nelayan dan bekerja di

bidang pariwisata.
36

c. Idiologi.

Pancasila sebagai dasar dan falsafah hidup berbangsa dan

bernegara diwilayah Kabupaten Lombok Barat pada dasarnya sudah

tidak dipermasalahkan lagi, namun demikian di era reformasi saat ini

dimana kebebasan yang cenderung fulgar, Pancasila sebagai asas

tunggal organisasi yang pada era pemerintahan orde baru banyak

dipertentangkan dalam berorganisasi, karena dianggap mengebiri hak

hak berserikat serta tidak relevan dengan alam demokrasi.

Dengan dihapuskannya BP 7 sebagai badan yang menangani

pengamalan pancasila dengan programnya diantaranya penataran P 4

yang dianggap kalangan tertentu sebagai kegiatan membuang anggaran

negara demi kepentingan politik penguasa, hal ini dikhawatirkan akan

terjadinya pergeseran nilai nilai luhur yang terkandung dalam

pancasila. Terbukti adanya beberapa propinsi yang ingin memisahkan

diri dengan NKRI seperti Aceh, Maluku dan Irian Jaya, apalagi bila

dikaitkan dengan adanya tuntutan di masukkannya Piagam Jakarta

dalam sila pertama, belum lagi banyaknya organisasi Islam bergaris

keras di berbagai propinsi yang ingin menerapkan syariat Islam, hal ini

merupakan masalah serius yang dapat mengancam terjadinya

disintegrasi bangsa serta keutuhan NKRI. Untuk di daerah Lombok

Barat sendiri tidak ada paham ekstrim yang berkembang dan

bertentangan dengan pancasila.

d. Sosial Politik.

Pembangunan Bidang politik di Kabupaten Lombok Barat terus

dikembangkan dengan dukungan moril dan etika politik yang bersumber pada
37

nilai nilai Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Pemerintah beserta

kekuatan Sosial Politik, organisasi kemasyarakatan dan segenap lapisan

masyarakat kab. Lobar sudah memperlihatkan hasil hasil yang telah dicapai

dalam bidang Politik sebagai kewajiban warga negara ikut peran sertanya

dalam pembangunan. Nuansa Reformasi yang mengelora di Bangsa Indonesia

ini pada tahun 2004 dengan munculnya kaum reformis yang ingin mengubah

beberapa tatanan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, keadaan ini

sangat mempengaruhi perkembangan Politik Di wilayah Kab. Lobar.

Dalam bidang Politik masyarakat Lombok Barat untuk menyalurkan

berbagai kepentingan politiknya menghimpun diri dalam berbagai organisasi

Politik dan berbagai wadah. Untuk memudahkan dalam pengawasan serta

untuk kepentingan keamanan, berikut beberapa wadah masyarakat Lombok

Barat dalam melaksanakan kegiatan politiknya serta hasil beberapa efent

kegiatan Politik yang pernah berlangsung Di Wilayah Kab.Lombok Barat.

Khusus dalam bidang politik Masyarakat Lombok Barat menghimpun diri

dalam berbagai Partai Politik. Berdasarkan PEMILU tahun 2014 bahwa Partai

Politik peserta pemilu berjumlah 44 parpol dan seluruhnya terdaftar di Kab.

Lombok Barat sebagai peserta Pemilu, sedangkan yang mendapat kursi

sebanyak 13 partai Politik, sementara 11 partai politik tereliminasi dan harus

mendaftarkan kembali Partai Politiknya bila ingin ikut berpartisipasi kembali

pada saat Pemilu 2009.

e. Sosial Ekonomi

Pertanian dalam arti luas mencakup sektor tanaman bahan makanan,

perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Tanaman Padi


38

menunjukan tanaman yang paling tinggi produksinya pada tahun 2011, yaitu

dari 31.123 Ha yang ditanam, dengan luas panen 30.307 Ha, naik 4,33 %

dibandingkan 2008 produksi 52,62 Kwh/ha, dengan jumlah produksi seluruhnya

mencapai 159.474 Ton, naik sebesar 4,51 % dibandingkan tahun 2008 sebesar

152.592 ton, dengan luas panen 29.050 ha. Urutan kedua yaitu tanaman

jagung yaitu produksinya mencapai 11.212 ton, dengan luas areal tanam 3.568

ha dan luas panen 3.432 Ha, kemudian urutan ketiga ubi kayu yaitu

produksinya 5.803 ton dengan luas lahan tanam 388 Ha, berikutnya tanaman

kedelai produksinya sebesar 5.265 ton dengan luas areal panen 3.947 Ha, ubi

jalar produksi 1.008 ton luas areal panen 73 Ha, kemudian disusul dengan

tanaman-tanaman lainnya.

Minimnya lapangan pekerjaan di Kabupaten Lombok Barat mendorong

para warga berbondong bondong menjadi tenaga kerja indonesia baik ilegal

maupu legal. Berikut beberapa perusahaan Jasa tenaga kerja (PJTKI) yang

menyalurkan para tenaga kerja Asal Kabupaten Lombok Barat ke Luar Negeri.

Dalam perkembangan ekonomi di kabupaten Lombok barat banyak modal

berasal dari berbagai perbankan, dunia permodalan melalui berbagai

perbangkan sangat berkembang pesat dimana para pengelola perbangkan

menawarkan berbagai macam kredit kepada para pengusaha.

Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi

Nusa Tenggara Barat yang menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang

mempunyai posisi sangat strategis sebagai daerah tujuan wisata dengan

iconnya Pantai Senggigi, dan beberapa Gili (Pulau) kecil di Kecamatan

Sekotong. Obyek wisata di Kabupaten Lombok Barat terdiri dari obyek wisata

alam, obyek wisata sejarah / budaya dan obyek wisata minat khusus, dimana
39

pada tahun 2009 terdapat 40 obyek wisata, yang terdiri dari obyek

wisata alam 25, dan obyek wisata budaya/sejarah sebanyak 15 obyek, wisata

minat khusus 1 obyek wisata serta wisata relegi seperti makam keramat dan

beberapa Pondok Pesantren. Wilayah obyek wisatanya terbagi menjadi 2

(dua) wilayah yaitu wilayah Barat dan Timur serta wilayah Selatan.

Melihat posisi Kabupaten Lombok Barat yang bersebelahan dengan

pulau Bali sangat menguntungkan, karena Bali selama ini dianggap sebagai

surga wisata bagi tamu asing maupun tamu lokal, sehingga memberikan imbas

yang baik bagi Kabupaten Lombok Barat

Sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan pariwisata di

Kabupaten Lombok Barat, sudah cukup mendukung walaupun belum

selengkap seperti yang ada di Bali. Sektor pariwisata merupakan sektor

andalan bagi Kabupaten Lombok Barat, disamping memberikan kontribusi bagi

(PAD sebesar 65 % ), juga mendatangkan devisa bagi masyarakat dan mampu

meningkatkan penyediaan lapangan kerja.

f. Sosial Budaya

Sosial Budaya merupakan salah satu aspek yang sangat besar

mempengaruhi berbagai perkemabangan kehidupan manusia, begitu juga

kehidupan masyarakat Kabupaten Lombok barat tidak lepas dari tatanan

kebiasaan (sosbud) kehidupan di kabupaten Lombok barat. Perkembangan

dibidang sosial Budaya di Wilayah Kabupaten Lombok Barat pada umumnya

bersifat tradisional religius yang sangat dipengaruhi oleh Agama dan

kebudayaan daerah setempat yang mayoritas beragama Islam yang sangat

fanatik dan sebagaian beragama Hindu, Kristen Katholik dan Protestan, Budha.

Secara Historis pada zaman dahulu Suku Bali pernah menjajah Suku sasak
40

dan sentimentalisme tersebut masih terbawa sampai sekarang sehingga sering

terjadi sengketa yang bersifat kesukuan maupun Konflik Kedaerahan.

Perkembangan dalam berbagai Aspek kehidupan di Kabupaten Lombok

Barat tidak lepas dari keberadaan Sosial Budaya masyarakat setempat, berikut

beberapa perkembangan Kabupaten Lombok barat yang tidak lepas dari

keberadaan sosial Budaya Masyarakat kabupaten lombok barat. Untuk

menyalurkan kegiatan dan aktifitas masyarakat dalam berbagai bidang seperti

sosial dan keagamaan masyarakat Lombok Barat biasanya menyalurkan unek-

uneknya dalam suatu wadah organisasi, baik organisasi massa, organisasi

sosial, organisasi keagamaan, organisasi pemuda, organisasi fropesional,

ataupun melalui organisasi masyarakat lainnya.

Secara umum kehidupan sosial Budaya di Kabupaten Lombok barat

bersifat Tradisional religius yang sangat dipengaruhi oleh Agama dan

kebudayaan daerah setempat yang mayoritas beragama Islam yang fanatik dan

sebagian beragama Hindu, Kristen Katholik, Kristen Protestan dan Budha.

Berikut gambaran jumlah penduduk Kabupaten Lombok Barat yang memeluk

agama sebagai berikut :

AGAMA
NO KECAMATAN
ISLAM PROTESTAN KATHOLIK HINDU BUDHA
1 Sekotong 46.584 - 95 5.204 14
2 Lembar 40.662 - - 1.064 1.537
3 Gerung 68.326 32 - 8.094 41
4 Kediri 50.038 - - 2.615 -
5 Kuripan 28.354 - - 1.882 -
6 Labuapi 55.717 72 - 2.615 26
7 Narmada 71.848 92 18 10.112 56
8 Lingsar 50.911 - - 1.327 -
9 Gunungsari 68.959 20 54 1.406 31
10 Batulayar 37.220 123 31 1.873 28
Jumlah 518.619 339 195 36.192 1.733
41

h. Keamanan

1) Umum

Secara umum situasi Kamtibmas di Wilkum Polres Lombok Barat kondusif,

namun masih ada daerah yang memiliki kerawanan atau potensi konflik. Berikut

akan dipaparkan beberapa klasifikasi kerawanan keamanan :

DATA CRIME INDEX

TAHUN TREND
NO JENIS KEJADIAN 2015 2016 %

L S % L S % L S

1 CURAT 4 4 4 7

2 CURANMOR 5 7 3

3 CURAS 3 10 10

4 ANIRAT 10 5 13 6

5 KEBAKARAN 4 4

6 PEMBUNUHAN 2 1 1 2

7 PEMERKOSAAN 1

8 JUDI 6 7 9 12

9 UPAL 1 1

10 NARKOBA

11 SENPI / HANDAK 1 1

12 ILLEGAL LOGING 9 9 3 3

JUMLAH 40 27 53 48

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk data kasus kriminalitas yang
terjadi di jajaran Polres Lombok Barat periode Januari s/d Desember 2015 dan
Januari s/d Desember 2016 telah terjadi peningkatan kasus dari 40 menjadi 53
atau dengan kata lain ada peningkatan sebesar 33%.
42

4.1.2. Kedudukan dan Tugas Pokok Polres Lombok Barat

1. Dukungan Sumber Daya Organisasi


Pelaksanaan fungsi Intelijen sangat dipengaruhi oleh dukungan

sumberdaya organisasi yang terdiri dari Sumber daya Manusia (SDM),

anggaran, Sarana dan prasarana serta metode yang Polreserapkan dalam

melaksanakan operasional oleh organisasi itu sendiri. Polres bertugas

menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam memelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dan melaksanakan tugas-

tugas Polri lainnya dalam daerah hukum Polres, sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5, Polres menyelenggarakan fungsi:

a. pemberian pelayanan kepolisian kepada masyarakat, dalam bentuk

penerimaan dan penanganan laporan/pengaduan, pemberian bantuan dan

pertolongan termasuk pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi

pemerintah, dan pelayanan surat izin/keterangan, serta pelayanan

pengaduan atas tindakan anggota Polri sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

b. pelaksanaan fungsi intelijen dalam bidang keamanan guna

terselenggaranya deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early

warning);

c. penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, fungsi identifikasi dan fungsi

laboratorium forensik lapangan dalam rangka penegakan hukum, serta

pembinaan, koordinasi, dan pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil

(PPNS);
43

d. pembinaan masyarakat, yang meliputi pemberdayaan masyarakat melalui

perpolisian masyarakat, pembinaan dan pengembangan bentuk-bentuk

pengamanan swakarsa dalam rangka peningkatan kesadaran dan

ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan ketentuan peraturan

perundang-undangan, terjalinnya hubungan antara Polri dengan

masyarakat, koordinasi dan pengawasan kepolisian khusus;

e. pelaksanaan fungsi Sabhara, meliputi kegiatan pengaturan, penjagaan

pengawalan, patroli (Turjawali) serta pengamanan kegiatan masyarakat

dan pemerintah, termasuk penindakan tindak pidana ringan (Tipiring),

pengamanan unjuk rasa dan pengendalian massa, serta pengamanan

objek vital, pariwisata dan Very Important Person (VIP);

f. pelaksanaan fungsi lalu lintas, meliputi kegiatan Turjawali lalu lintas,

termasuk penindakan pelanggaran dan penyidikan kecelakaan lalu lintas

serta registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dalam rangka

penegakan hukum dan pembinaan keamanan, keselamatan, ketertiban,

dan kelancaran lalu lintas;

g. pelaksanaan fungsi kepolisian perairan, meliputi kegiatan patroli perairan,

penanganan pertama terhadap tindak pidana perairan, pencarian dan

penyelamatan kecelakaan di wilayah perairan, pembinaan masyarakat

perairan dalam rangka pencegahan kejahatan, dan pemeliharaan

keamanan di wilayah perairan; dan

h. pelaksanaan fungsi-fungsi lain, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.
44

Secara umum Satintelkam bertugas menyelenggarakan dan membina

fungsi Intelijen bidang keamanan, pelayanan yang berkaitan dengan ijin

keramaian umum dan penerbitan SKCK, menerima pemberitahuan kegiatan

masyarakat atau kegiatan politik, serta membuat rekomendasi atas

permohonan izin pemegang senjata api dan penggunaan bahan peledak.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Satintelkam

menyelenggarakan fungsi:

a. pembinaan kegiatan intelijen dalam bidang keamanan, antara lain

persandian dan produk intelijen di lingkungan Polres;

b. pelaksanaan kegiatan operasional intelijen keamanan guna

terselenggaranya deteksi dini (early detection) dan peringatan dini

(early warning), pengembangan jaringan informasi melalui

pemberdayaan personel pengemban fungsi intelijen;

c. pengumpulan, penyimpanan, dan pemutakhiran biodata tokoh formal

atau informal organisasi sosial, masyarakat, politik, dan pemerintah

daerah;

d. pendokumentasian dan penganalisisan terhadap perkembangan

lingkungan strategik serta penyusunan produk intelijen untuk

mendukung kegiatan Polres;

e. penyusunan prakiraan intelijen keamanan dan menyajikan hasil

analisis setiap perkembangan yang perlu mendapat perhatian

pimpinan;

f. penerbitan surat izin untuk keramaian dan kegiatan masyarakat

antara lain dalam bentuk pesta (festival, bazar, konser), pawai, pasar
45

malam, pameran, pekan raya, dan pertunjukkan/permainan

ketangkasan;

g. penerbitan STTP untuk kegiatan masyarakat, antara lain dalam

bentuk rapat, sidang, muktamar, kongres, seminar, sarasehan, temu

kader, diskusi panel, dialog interaktif, outward bound, dan kegiatan

politik; dan

h. pelayanan SKCK serta rekomendasi penggunaan senjata api dan

bahan peledak.

Satintelkam dalam melaksanakan tugas dibantu oleh:

a. Urusan Pembinaan Operasional (Urbinopsnal), yang bertugas melakukan

pembinaan kegiatan intelijen dalam bidang keamanan, mengumpulkan,

menyimpan, dan melakukan pemutakhiran biodata tokoh formal atau

informal organisasi sosial, masyarakat, politik, dan pemerintah daerah,

serta persandian, pendokumentasian, penganalisisan terhadap

perkembangan lingkungan strategik, penyusunan produk intelijen untuk

mendukung kegiatan Polres, dan pemberdayaan personel pengemban

fungsi intelijen;

b. Urusan Administrasi dan Ketatausahaan (Urmintu), yang bertugas

menyelenggarakan kegiatan administrasi dan ketatausahaan, memberikan

pelayanan dalam bentuk izin keramaian umum dan kegiatan masyarakat

lainnya, STTP, rekomendasi penggunaan senjata api dan bahan peledak,

SKCK kepada masyarakat yang membutuhkan, dan melakukan

pengawasan dan pengamanan atas pelaksanaannya; dan


46

c. Unit, terdiri dari paling banyak 7 (tujuh) Unit, yang bertugas melaksanakan

tugas-tugas operasional meliputi kegiatan operasional intelijen keamanan

guna terselenggaranya deteksi dini (early detection) dan peringatan dini

(early warning), pengembangan jaringan informasi dan penyusunan

prakiraan intelijen keamanan dan menyajikan hasil analisis setiap

perkembangan yang perlu mendapat perhatian pimpinan.

Dalam Peraturan Kapolri Nomor 23 / IX / 2013 dijelaskan bahwa Satuan

Intelkam adalah unsur pelaksana tugas pokok fungsi Intelijen keamanan Polri

pada tingkat Polres yang berada di bawah Kapolres. Lebih lanjut, dalam

struktur organisasi Polres Lombok Barat terdapat beberapa satker yang

bertugas membantu Kapolres salah satunya adalah Satuan Intelijen dimana

terdiri dari setiap unit yang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Terkait dengan pencegahan konflik sosial secara khusus dilaksanakan oleh

Unit III yang membidangi mengenai permasalahan Sosial budaya (sosbud)

termasuk permasalahan keagamaan didalamnya. Hal tersebut dikemukakan

oleh Kapolres Lombok Barat AKBP I Wayan Jiartana SIK dalam wawancara

dengan penulis tanggal 14 Desember 2016 diruang Kapolres Lombok Barat,

menjelaskan sebagai berikut :

ada 6 Unit dalam Sat intelkam Polres Lombok Barat, yang memiliki tugas dan
fungsi masing-masing antara lain : Unit I membidangi permasalahan politik, Unit
II membidangi ekonomi, Unit III membidangi terkait permasalahan sosial
budaya, Unit IV yang membidangi permasalahan keamanan negara, Unit V
terkait dengan Bahan Peledak dan Unit VI terkait dengan Orang Asing. Terkait
penanganan konflik sosial sebenarnya ditangani oleh Unit III karena
permasalahan tersebut terkait dengan permasalahan sosial budaya namun
dalam prakteknya biasa dilaksanakan dengan sistem keroyokan artinya
semua anggota intelijen berkewajiban memonitor setiap potensi konflik yang
ada di wilayah Kab Lombok Barat.
Unit bertugas menyelenggarakan kegiatan operasional intelijen
keamanan guna terlaksananya deteksi dini (early detection), peringatan dini
(early warning), dan deteksi aksi, termasuk pengumpulan biodata tokoh formal
47

dan informal organisasi sosial, masyarakat, politik dan pemerintah serta


pengawasan dan pengamanan orang asing, senjata api, bahan peledak dan
kegiatan sosial atau politik masyarakat.
Guna menjalankan fungsi dan peran dan tugas pokoknya maka struktur
organisasi Satuan Intelkam dapat terlihat seperti dibawah ini :
Struktur Organisasi Satuan Intelkam Polres Lombok Barat

HERNAWAN RIZKY SIK

Sesuai Peraturan Kapolri No.23/IX/2010 tentang OTK KepoLaporan Informasisian Resort

2. Sumber daya manusia


a. Kuantitas
DATA JUMLAH PERSONEL SATUAN INTELKAM
KEKUATAN
NO PANGKAT KUAT (% )
DSPP RIIL
1. AKP 1 0 0%
2. IP 6 2 20 %
3. BA 43 30 63 %
4. PNS 2 0 0%
JUMLAH 51 32 83 %
Sumber : Laporan Satuan Polres Lobar Tahun 2015

Dari data diatas jumlah personel Sat Intelkam Polres Lombok Barat
adalah sebanyak 32 (Tiga Puluh Dua) orang atau 40% total dari 51 (Lima Puluh
Satu) orang sesuai DSPP yang telah ditentukan. Jumlah Inspektur dan Brigadir
dimana baru terisi 83 % atau sebanyak 32 (Tiga Puluh Dua) orang dari 51
(Lima Puluh Satu) orang sesuai DSPP.
48

b. Kualitas
DATA PERSONEL BERDASARKAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
NO PENDIDIKAN KEPOLISIAN JUMLAH KET
1. SEKOLAH INSPEKTUR POLISI (AKPOL) 2
2. SEKOLAH BRIGADIR POLISI 30
3. SEKOLAH BHAYANGKARA POLISI -
JUMLAH 32

NO PENDIDIKAN UMUM JUMLAH KET


1. SLA / SMA / SMK SEDERAJAT 27
2. PERGURUAN TINGGI 5
JUMLAH 32

NO DIKBANG SPES JUMLAH KET


1. PA DASAR INTELKAM 2
2. PA LANJUTAN INTELKAM 1
3. BA DASAR INTELKAM 9
4. BA LANJUTAN INTELKAM 4
JUMLAH 16
Sumber : Laporan Satuan Polres Lobar Tahun 2015

c. Aspek Pengetahuan (KNOWLEDGE)


1). Latar belakang pendidikan umum seluruh personel Satuan Intelkam
adalah dari SMA, hanya ada 5 Orang personil yang berlatar pendidikan
S1/Sarjana. Pengetahuan tentang dunia politik sangat minim.
2). Pemahaman personel terhadap berbagai piranti lunak yang mendasari
fungsi Intelijen dalam pelaksanaan tugas sebagai early warning dan early
detection masih sangat terbatas.

d. Aspek keterampilan (SKILL)


1). Personel Satuan Intelkam ada yang belum pernah mengikuti Pendidikan
pengembangan spesialisasi bidang Intelijen, sehingga keahlian dalam
Penyelidikan, pengamanan dan penggalangan Intelijen dalam rangka
early warning dan early detection belum berjalan dengan baik.
49

2). Kemampuan personel untuk menjalin interaksi dan komunikasi dengan


sumber Informasi dan jaringan intelijen dengan berbagai latar belakang
lingkungan masih lemah/kurang, (Pembentukan dan pembinaan jaringan
lemah).

e. Aspek perilaku (ATTITUDE)


1). Loyalitas dan komitmen terhadap tugas oleh personel sudah ada namun
hanya sebatas pemenuhan tugas sesuai Surat Perintah, sehingga tidak
berorientasi kepada hasil pelaksanaan tugas yang maksimal untuk
mendukung tujuan organisasi.
2). Dalam pelaksanaan tugas dilapangan masih banyak yang bersikap
superior / merasa kedudukannya lebih tinggi, enggan untuk melakukan
interaksi efektif sehingga mendapatkan bahan keterangan yang
diharapkan untuk dapat dianalisa dengan tajam sebagai bahan
pengambilan kebijakan bagi pimpinan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Unit

menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan kegiatan operasional intelijen keamanan guna

terlaksananya deteksi dini (early detection), peringatan dini (early

warning), dan deteksi aksi melalui pemberdayaan personel

pengemban fungsi intelijen;

b. pengumpulan, penyimpanan, dan pemutakhiran biodata tokoh formal

atau informal organisasi sosial, masyarakat, politik dan pemerintah;

dan penyusunan prakiraan intelijen keamanan dan menyajikan hasil

analisis setiap perkembangan yang perlu mendapat perhatian

pimpinan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Ops Polres Lombok Barat


Kompol Fauzan Wadi SH dalam wawancara tanggal 14 Desember 2016 yang
bertempat diruangan Bag Ops Polres Lobar adalah sebagai berikut :
50

terkait tugas dan tanggung jawab Bag Ops Bagops bertugas merencanakan
dan mengendalikan administrasi operasi kepolisian, pengamanan kegiatan
masyarakat dan/atau instansi pemerintah, menyajikan informasi dan
dokumentasi kegiatan Polres serta mengendalikan pengamanan markas.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bagops menyelenggarakan fungsi:


a. penyiapan administrasi dan pelaksanaan operasi kepolisian;
b. perencanaan pelaksanaan pelatihan praoperasi, termasuk kerja
sama dan pelatihan dalam rangka operasi kepolisian;
c. perencanaan dan pengendalian operasi kepolisian, termasuk
pengumpulan, pengolahan dan penyajian serta pelaporan data
operasi dan pengamanan kegiatan masyarakat dan/atau instansi
pemerintah;
d. pembinaan manajemen operasional meliputi rencana operasi,
perintah pelaksanaan operasi, pengendalian dan administrasi
operasi kepolisian serta tindakan kontinjensi;
e. pengkoordinasian dan pengendalian pelaksanaan pengamanan
markas di lingkungan Polres; dan
f. pengelolaan informasi dan dokumentasi kegiatan Polres.

Khusus dalam penanganan konflik sosial Bag Ops secara rutin dan berkala
membagi tugas, jika terkait pencegahan maka dibebankan kepada personil
Sabhara dan Binmas untuk melaksanakan giat preventif yaitu pelaksanaan
patroli pada titik-titik rawan, kemudian juga pada tempat yang memang telah di
infokan oleh intelijen berpotensi konflik guna meredam konflik terjadi. Namun
jika konflik sudah benar-benar terjadi maka Bag Ops lah yang akan melakukan
manajemen operasional penanganan konflik tersebut secara
berkesinambungan dan menugaskan setiap personil sesuai fungsinya masing-
masing untuk segera menuntaskan konflik agar tidak berkembang luas.
Tentunya hal ini dilakukan dengan koordinasi terlebih dahulu bersama
Kasubsatker yang ada dengan sepengatahuan Kapolres. Biasanya Bag Ops
dalam kegiatan yang difokuskan pada pencegahan akan lebih condong pada
Kapolsek untuk menggerakkan bhabin akan berperan aktif dalam memberikan
informasi terkait potensi konflik yang ada di desanya.

f. Anggaran
DUKUNGAN ANGGARAN SAT .INTELKAM POLRES LOMBOK BARAT
DUKGAR/SUB SATKER
NO JENIS KEGIATAN KET
TAHUN 2014 TAHUN 2015
51

1 Rp 21.150.000 Rp 22.594.000 RM
DATA &WAS ORANG ASING
2 Rp 94.119.000 Rp 94.350.000 RM
GIAT DETEKSI&LIDIK INTELIJEN
3 Rp 1.215.000 Rp 16.875.000 PNBP
GIAT PULBAKET
4 Rp 33.707.000 Rp 10.786.000 PNBP
WAS PELAKU TINDAK PIDANA
5 Rp 24.000.000 Rp 24.000.000 PNBP
TIB,DATA&WAS SENPI,HANDAK
6 Rp 16.000.000 Rp 113.696.000 RM
BINTUKJAR JARINGAN
7 Rp - Rp 11.850.000 PNBP
BINTUKJAR JARINGAN
8 DUKUNGAN PULSA PDA Rp 2.400.000 Rp 2.400.000 PNBP

9 Rp 1.200.000 Rp 10.000.000 RM
BIAYA ATK
10 Rp Rp 3.586.000 PNBP
BIAYA ATK
11 Rp 2.400.000 Rp 2,400,000 PNBP
HONOR BENDAHARA SKCK
12 Rp 2.400.000 Rp 2,400,000 PNBP
HONOR PELAKSANA SKCK
13 Rp - Rp 3.502.000 RM
HARWAT ALAT SANDI POLRI
Rp Rp
JUMLAH 198.591.000 318.439.000
RM (Rupiah Murni) PNBP(Penerimaan Negara Bukan Pajak)
Sumber : Rendisgar Polres Lombok Barat T.A. 2014 & 2015.

Dukungan anggaran untuk Satuan Intelkam berdasarkan Rendisgar


Polres Lombok Barat. TA 2014 & 2015 dialokasikan dalam program dukungan
pelaksanaan Kegiatan Intelkam Polres Lombok Barat,dan pada T.A 2015
jumlah Anggaran mengalami peningkatan.

g. Sarana dan prasarana

DATA ALUT / ALSUS SATUAN INTELKAM

KONDISI JUMLAH
NO JENIS
B RB RR RIIL IDEAL
1. Ranmor
A. R4 - - - - 2
B. R2 - 1 1 2 7
2. Komputer 3 - 3 6 8
3. Laptop - - - - 3
4. Printer 2 - 4 6 8
5. Mesin Sandi - - 1 1 2
6. Alat Penyadap - - - - 3
7. Camera - - 1 1 3
8. Alat Perekam 1 - 1 2 3
52

9. Handy Cam - - - - 3
10 PDA / HTC 1 1 1 3 7
JUMLAH 7 2 12 21 49

Sumber : Satuan Intelkam Polres Lombok Barat.Tahun 2015

1) Sarpras yang menunjang langsung dalam kegiatan pembinaan dilapangan

adalah kendaraan bermotor roda 2 (R2) / motor dinas. Jumlahnya belum

ideal sehingga belum menunjang pelaksanaan tugas secara maksimal.

2) Sarpras yang mendukung langsung dalam pelaksanaan fungsi Intelijen

adalah alat komunikasi, alat penyadap dll karena jumlahnya yang belum

ideal kegiatan operasional intelijen sering terkendala dengan terbatasnya

alat-alat tersebut.

Kasat Intelkam AKP Hernawan Rizky SIK dalam wawancara dengan

penulis pada tanggal 15 desember 2016 mengutarakan bahwa sat Intelkam

Polres Lombok Barat masih kekurangan anggota seperti data di atas, sehingga

belum bisa meng cover keseluruhan wilayah hukum Polres Lombok Barat. Sat

intelkam Polres sudah melaksanakan tugas deteksi dini dengan baik, dimana

anggota intelijen selain dibagi tugasnya per bidang, juga dibagi tugas

berdasarkan Zona Deteksi, artinya masing-masing individu memiliki tanggung

jawab terhadap wilayah jajahannya terkait segala informasi yang mungkin bisa

diserap melalui eliciting, penggalangan, undercover, jaringan, maupun teknik

intelijen lainnya.

Namun terdapat sebuah kendala dalam hal penyerapan informasi secara

terbuka yaitu koordinasi dengan personil Bhabin di lapangan yang bertugas

sebagai garda terdepan dan tentunya memiliki peluang besar untuk

mengetahui lebih awal perkembangan situasi di wilayahnya, namun kenyataan

yang terjadi adalah anggota intelijen di lapangan belum sinkron dengan bhabin
53

sebagai ujung tombak di desa, Kebijakan Perkap tentang bhabin terkait format

Laporan Informasi dan pendistribusiannya menjadi penghalang untuk

mendapatkan informasi yang cepat dan akurat.

Disamping itu pula, upaya preventif juga dilakukan dengan cara

melakukan pertemuan (dialog) antar pemerintah dengan tokoh agama dan

tokoh adat dan kunjungan pejabat-pejabat pusat maupun daerah dalam rangka

menjalin silaturahmi yang outcome nya adalah mencegah terjadinya konflik

guna menjaga stabilitas keamanan daerah, melakukan upaya deteksi dini

maupun peringatan dini untuk mengantisipasi agar konflik tidak meluas.

Secara struktural organisasi, pencegahan konflik sosial dilakukan oleh

unit bidang sosial budaya dalam melakukan lidik, pam dan gal sehingga mampu

mengidentifikasi kerawanan di bidang sosial budaya dalam antisipasi dan

mencegah terjadinya potensi gangguan, ambang gangguan dan gangguan

nyata pada bidang sosial budaya di wilkum Polres Lombok Barat, namun Kasat

Intelkam melakukan terobosan dengan pembagian Zona deteksi tadi. Dimana

ketika ada sebuah permasalahan di masyarakat yang berpotensi konflik maka

anggota intelijen di lapangan bertugas melakukan upaya preventif guna

mencegah konfilk nyata terjadi. Dengan demikian intelijen akan dianggap telah

berhasil melakukan tugasnya sebagai mata telinga pimpinan.

Adapun ruang lingkup Standart Operasional Prosedure (SOP) kegiatan

operasional khususnya pada Unit III bidang sosial dan budaya meliputi :

a. Bidang penyakit masyarakat, pariwisata dan kegiatan masyarakat

b. Bidang bencana alam dan lingkungan hidup

c. Bidang kependudukan, transmigrasi dan pertanahan


54

d. Bidang agama/aliran kepercayaan dan budaya/kultur

e. Bidang pendidikan, hukum/UU dan ilmu pengetahuan/teknologi

f. Bidang tenaga kerja/buruh dan penggangguran.

4.2. Deskripsi konflik sosial yang terjadi di Kabupaten Lombok Barat dan
dampak dari konflik tersebut
Kabupaten Lombok Barat tidak terlepas dari berbagai masalah sosial

yang timbul karena dipicu oleh berbagai faktor dari berbagai aspek kehidupan

masyarakat baik dari aspek politik, ekonomi dan budaya yang tidak jarang

menimbulkan terganggunya keamanan ketertiban masyarakat.

Hal tersebut tentunya dapat merusak juga daya saing kemajuan daerah

itu sendiri. Oleh karena itu harus ada langkah-langkah yang signifikan dari

Polres Lombok Barat agar dapat menekan bahkan menghilangkan potensi

konflik yang ada. Dibawah ini disampaikan data kejadian konflik sosial dan

potensi konflik diwilayah Kabupaten Lombok Barat pada kurun waktu satu

tahun yaitu tahun 2015 sebagai berikut :

1. Perkelahian pemuda akibat miras menimbulkan konflik sosial. Jumat tanggal

02 Mei 2015 seitar jam 01.00 wita dini hari 6 (Enam) orang warga Dusun Poen

Desa Batujai Kec. Praya Barat An. SAHRIADI, An. M. RIFAI, An. M. TAHIR, An.

WIRANAMA ARTA, AKIM dan An. NURAFANSAH,menggunakan 3 (Tiga) unit

sepeda motor hendak pulang habis minum-minuman keras di Mataram sampe

di depan SPBU Desa Beleke Gerung, sepeda motor yang dikendarai An.

SAHRIADI dan An. M. RIFAI bersenggolan dengan 2(Dua) unit sepeda motor

Jenis Vario&Suzuki FU yang tidak dikenal namun tidak dihiraukan dan

sesampai di Dusun Mendagi pengendara Motor Vario menendang An.

SAHRIADI dan An. M. RIFAI hingga terjatuh dari SPM kemudian ke 4(Empat)
55

rekannya kembali untuk melihatnya dan tiba - tiba di keroyok oleh warga yang

ada di TKP karena ada oknum yang meneriaki "MALING" sehingga

mengakibatkan 5 (Lima) orang luka dan 1 (Satu) orang An. NURFANSAH tidak

luka sedangkan 2 (Dua) orang An. SAHRIADI dan An. M. RIFAI masih dirawat

di RSU Mataram. Pada hari Jumat tanggal 02 Mei 2014 sekitar pukul 14.45

Wita Massa dari Desa Batujai Kec Praya Barat berangkat menggunakan truck

dengan No. Pol DR 8759 SZ, mobil kijang DK 871 AF, SPM sekitar 30 (Tiga

Puluh) unit dengan jumlah massa sekitar 150(Seratus Lima Puluh) orang

lengkap dengan membawa sajam berupa parang, tombak, bambu tajam, pisau,

linggis, batu, dan obor untuk membakar menuju ke Dusun Mendagi Desa

Beleke Kec Gerung Kab. Lobar (Daerah sekitar Patung Sapi Bundaran Giri

Menang) dengan tujuan mencari pelaku pengeroyokan yang terjadi pada dini

hari sekitar pukul 01.00 Wita. Sesampainya di Patung Sapi Kec. Gerung warga

Desa Batujai turun dan melakukan pencarian di sekitar Jalan Raya DR

Sutomo Mendagi.

2. Mobilisasi massa oleh oknum DPR yang tersangkut kasus narkoba. Berawal

Pada hari Senin tanggal 19 Mei 2015 sekitar Pukul.23.30. Wita di Room Nomor

10 (Sepuluh) Cafe Cassanova telah dilakukan penggeledahan orang yang

dicurigai membawa dan memakai narkotika dengan identitas : SADARUDIN Als

SADAR TTL : karang Baru ( Lotim), 19 januari 1970, Laki- Laki, Anggota DPRD

Kab. Lombok Timur, alamat Dsn. Cempaka RT 01, Ds. Suela, Kec. Suela Kab.

Lombok Timur, Dari hasil penggeledahan ditemukan beberapa Barang Bukti: 1

(satu) poket kristal putih yang diduga narkotika golongan I jenis sabu berat

bruto 0,39 Gram, 1 (satu) buah potongan pipet plastik, 1 (satu) buah alat hisap

sabu (bong) yang terbuat dari botol minuman air mineral ukuran tanggung,
56

Gulungan kertas rokok aluminium foil warna perak berukuran 7 (tujuh) cm 1

(satu) buah korek api gas. Dampaknya Pada hari Rabu tanggal 28 Mei 2015

telah berlangsung aksi unjuk rasa (unras) yang dilakukan oleh gabungan

kelompok koalisi pemuda dan mahasiswa untuk keadilan (KPMK) Lombok

Timur dan para simpatisan/keluarga dari sdr SADARUDIN di Mapolres Lobar

menuntut pembebasan. Adapun yang yang menjadi Kordum an.M IDRUS,

Korlap an.DENI HENDRI FATHURRIZAL, dan Koordinator Massa

an.SARAFUDIN. Dan jumlah peserta aksi unras sekitar 300(Tiga Ratus) orang

yang terdiri dari 200 (Dua Ratus) orang dari pihak keluarga dan simpatisan dari

sdr SADARUDIN dan 100 (Seratus) orang dari kelompok koalisi pemuda dan

mahasiswa untuk keadilan (KPMK) Lombok Timur

3. Aksi penyegelan Kantor Desa Gili Gede Indah Sabtu tanggal 03 Mei 2015

sekitar pukul 16.30 wita, aksi tersebut dilakukan oleh warga masyarakat Desa

Gili gede Indah secara spontanitas sekitar 20 orang yang dipimpin langsung

oleh Ketua BPD Desa Gili Gede Indah an. H. MUKSIN serta empat (empat)

kepala dusun dari Lima (5) kepala Dusun yang ada di Desa Gili Gede Indah

yakni Kepala dusun Gili Gede an. AHMAD ZAIDUN, Kepala Dusun Gedang

Siang an. KASIHAN, Kepala Dusun Labuhan Cenik an. SUKUR dan Kepala

dusun Tanjungan an. RUSDAN , sedangkan Kepala Dusun yang tidak ikut

dalam aksi tersebut yakni Kepala Dusun Orong Bukal An. MUSDAN. Pada hari

Kamis tanggal 14 agustus 2015 sekitar pukul 13.00 wita Warga Desa Gili Gede

Indah Mendatangi Kantor BPMPD Lobar dengan tujuan mempertanyakan

Kelanjutan / sejauh mana Proses surat yang telah dikirimkan sebelumnya

mengenai Permohonan Pemberhentian Kepala Desa Gili Gede Indah, Adapun

Warga Desa Gili Gede yang datang / hadir antara lain Ketua BPD Desa Gili
57

Gede Indah An. H. MUKSIN, Kepala Dusun Tanjungan, Kepala Dusun

Pengambetan, Perwakilan Dusun Labuan Cenik, Perwakilan Dusun Gedang

Siang, Perwakilan Dusun Orong Bukal dan Masyarakat lainnya sekitar 20 orang

4. Pada hari Kamis Tanggal 19 Juni 2015 Sekitar Pukul 08. 30 wita menuju lokasi

tanah sengketa di Dsn. Duduk Ds. Batu Layar Barat Kec. Batu Layar Kab.

Lobar, eksekuai tersebut mendapat perlawanan dari keluarga AMAQ KODRAT

Cs, sekitar 20 orang dengan membawa senjata tajam jenis tombak, parang dan

bambu yang sudah diruncingkan oleh keluarga AMAQ KODRAT Cs yang

menghalangi eksekusi tersebut, Adapun nama-nama tersangka yang

diamankan ke mako polres yakni : KASIRIN 40, Kadus; AHYAR 35, petani;

RAHMAN 27, swasta; SATRIA 30, swasta; SAMSUL ARIFIN 24, swasta;

BUHARI 32, swasta; Pak MIHI 50, petani; EDI 26, security; NASIRUN 50,

swasta; JUNAIDI, 32, swasta; AMAQ KODRAT, swasta; ABDULLAH 16,

pelajar; SAHRAN 29, Security; RADIYAH 50, swasta; SAMIAH 50, tani;

HASBULLAH 38, Security; SUHAIMI 32; ZUMRATUL AKOBAH 39, swasta;

yang semuanya bertempat tinggal di Dsn. Duduk Ds. Batu Layar Barat Kec.

Batu Layar Kab. Lobar. Pada hari Selasa tanggal 17 Juni 2015 pukul 09.30 wita

dilaksanakan lanjutan eksekusi dengan kegiatan merobohkan bangunan yang

ada di tanah sengketa perkara antara Sdr. I Made Krasta Dkk sebagai

pemohon melawan Sdr. Amaq Kodrat Dkk sebagai termohon Eksekusi yang

terletak di Dsn. Duduk Ds. Batu Layar Barat Kec. Batu Layar Kab. Lobar, Pada

Hari Kamis tanggal 26 Juni 2015 akan ada kegiatan Pemagaran Tanah yang

berada di dusun Duduk Desa Desa Batu Layar Barat Kec Batu Layar Kab Lobar

oleh Kerama Pura Giri Nata dan Warga Dusun Tanah Embet Timur Desa Batu

Layar Kec Batu Layar Kab Lobar yang di pimpin oleh Ketua Kerama Pura Giri
58

Nata An. Wayan Catur serta Kadus Tanah Embet Timur, Pemagaran tersebut

menggunakan Bambu dan pohon.

5. Penghadangan / penyetopan dum truk oleh kelompok sopir truk PT. CANDRA

Aksi dikoordinir oleh Sdr. SAHRAM, 50 tahun, Karyawan PT. CANDRA ASRI,

Alamat. Kel. Jempong Timur Kec. Ampenan Kota Mataram bersama rekan

rekannya yang berjumlah sekitar 15 orang. Para sopir yang bekerja di PT.

CANDRA ASRI pernah di stop dan diancam dengan ancaman Apabila terus

mengangkut maka akan dilakukan kekerasan oleh kelompok preman dari Dsn.

Karang Bongkot Desa Perampuan Timur yang dikoordinir oleh. Sdr. SULAIMAN

alias EMAN, SAOPI dan MULYADI alamat Dsn. Karang Bongkot Desa

Perampuan Timur Kec. Labuapi Kab. Lobar. Sekitar pukul 12.00 wita pihak

Kepolisian dari Sat. Samapta Res. Lobar dan Sek. Labuapi yang dipimpin oleh

Kapolsek Labuapi An. IPDA L. MUHARLAN dan dari Polsek Ampenan datang

ke TKP dan menghimbau kepada kelompok Sopir PT. CANDRA ASRI untuk

tidak memblokir jalan dan menjelaskan bahwa pihak Kepolisian akan bertindak

tegas terhadap aksi premanisme tersebut dan Kapolsek siap mempasilitasi

pertemuan antara Sahram Cs dengan pihak dari sdr. Sulaiman Alias Eman Cs

untuk mencari solusi yang terbaik akan tetapi karena Sdr. Sulaiman alias Eman

tidak berada di tempat pertemuan tersebut batal dilaksanakan dan para sopir

dari PT. CANDRA ASRI membubarkan diri sekitar pukul 12.45 Wita dan arus

lalu lintas kembali lancar. Pada pukul 17.00 wita warga dari jempong yang

berjumlah sekitar 20 orang yang di pimpin oleh Sdr. SAHRAM kembali

melakukan aksi blokir jalan di wilayah Desa Bajur dengan menggunakan truck

dum sebanyak 1 unit tepatnya di simpang 4 BTN Mavilla Jalan. KH. Ahmad

Dahlan, akibat aksi tersebut arus lalu lintas mengalami kemacetan total,
59

mendengar adanya aksi tersebut warga dari Desa Karang Bongkot An. Muliadi,

35 thn, Islam, swasta. Alamat Desa Karang Bongkot bersama rekan rekannya

yang berjumlah sekitar 15 orang mendatangi lokasi pemblokiran tesebut.

terjadilah cekcok antara kedua warga tersebut sehingga menyulut emosi dari

kedua kelompok dan mengeluarkan sajam berupa parang, golok dan jenis

sajam lainnya, sehingga terjadi bentrok yang mengakibatkan 2 orang warga

dari karang bongkot mengalami luka-luka pada dahi sebelah kanan An. Muliadi

alamat Dusun Nyamarai Desa Karang Bongkot,dan An. Sudirman warga

Dusun Parampuan timur Desa Karang Bongkot mengalami luka sayat dikedua

telapak tangan dan pihak Kepolisian Polsek Labuapi yang tiba di lokasi

melakukan negosiasi dan melerai ke-dua kelompok warga yang bertikai agar

tidak menimbulkan korban dari ke-dua belah pihak. Mengetahui adanya warga

dari Desa Karang Bongkot yang mengalami luka luka maka secara

spontanitas Warga dari Desa Karang Bongkot melampiaskan amarahnya

dengan cara menyandera mobil dum truk milik PT. Candra Asri yang melintas di

Jalan Raya Perampuan dan di sandera di Pura Gunung Pengsong sebanyak 10

unit Dum Truk dan 5 mobil dum truk di bawa ke lapangan Dusun Parampuan

Timur Desa Karang Bongkot dengan No. Pol : DR 8528 SA mengalami

kerusakan pada kaca depan, kaca pintu kiri dan kanan rusak, dua accu hilang,

tape rusak, H 1762 EW kerusakan pada kaca depan, kaca pintu kiri kanan

pecah, tape mengalami kerusakan. H 1780 BQ pecah kaca bagian depan, Kaca

pintu kiri dan kanan pecah, spion mengalami kerusakan, tape mobil hilang,

STNK dan buku KIR diamankan oleh Anggota Sat. Intelkam Polres Lobar, H

1940 EW mengalami kerusakan pada kaca pintu samping kiri dan kanan, H

1889 FW dalam keadaan terbalik kaca depan rusak dan tape hilang. Dan 3 Unit
60

di amankan di BTN Korem dengan No. Pol : B 9656 TDA, H 1783 BQ, H 1820

EW dan 1 Unit di Depan Masjid Perampuan Timur No. Pol : DR 8936 AA dan 1

Unit di Depan Masjid Parampuan Barat dengan No. Pol : H 1819 EW. Pada

Pukul 23.00 wita di adakan mediasi Antara PT.CANDRA ASRI dengan warga

setempat. Dalam kesempatan tersebut hadir Camat Labuapi, Kapolsek

Labuapi, Kaur Trantib Camat Labuapi, Kaur Trantib Desa Karang Bongkot,

Kadus Parampuan Desa (EMAN), Babinsa, Sekdes Karang Bongkot dan

SAOPI perwakilan warga An Sdr. SAOPI menyampikan terkait masalah

tersebut agar kita di mediasi dan mengundang perusahaan terkait masalah

yang terjadi karena setelah mengadakan pertemuan dengan pihak PT.

CANDRA ASRI tidak adanya kata sepakat, alasan kami seperti ini karena

prihatin dengan kondisi warga masyarakat, para pemuda yang banyak tidak

bekerja dan menjadi pengangguran, kami meminta agar bisa bekerja dan

perusahaan memperhatikan itu semua, setelah mengadakan pertemuan dari

perusahaan menawarkan uang untuk warga, setelah adanya pertemuan ada

kesepakatan dengan pihak PT. CANDRA ASRI Bahwa tidak akan masuk ke

lokasi galian C yang terletak di Dsn. Peseng Ds. Taman Ayu karena belum ada

putusan, namun tiba - tiba dari perusahaan datang ke lokasi untuk melakukan

aktifitas dan dari perwakilan PT. CANDRA ASRI dengan perwakilan warga

sepakat untuk membahas masalah ini ke polsek namun tiba tiba dilakukan

pemblokiran jalan di simpang empat perumahan Mavilla oleh warga jempong.

Pada hari Jumat tgl 26 mei 2014 pkl 11.00 wita dilaksanakan evakuasi truk dari

PT. CANDRA ASRI yang di sandera di lapangan sepak bola Ds. Karang

Bongkot Dsn. Perampuan timur sebanyak 5 unit truk hadir dalam kesempatan

tersebut Kabag Ops, Kasat Sabhara, Kasat Binmas,Kasat Intelkam dan


61

Kapolsek labuapi, Dari PT. CANDRA ASRI mendatangkan mekanik untuk

memperbaiki truck dum yang hilang akinya dengan memasang aki yang baru,

proses tersebut memakan waktu sekitar 30 menit. Adapun truk dum yang

terguling , upaya untuk mengembalikan ke posisi semula dibantu anggota

dalmas Polres Lobar dan anggota yang melakukanevakuasi 5 unit truk dum

berhasil dikeluarkan dari lapangan pada pukul 12.00 wita menuju ke barat,

sampai di pujut disusul 1 unit truk yang disandera di samping Masjid Pujut Ds.

Parampuan, Dsn Perampuan Barat dan dikawal oleh kendaran R2 Raimas

Polres Lobar dan 2 unit truk Dalmas Polres Lobar yang menuju Kantor Polres

Lobar. Pada pukul 15.00 wita pelaksanaan evakuasi kembali dilakukan

terhadap 3 unit dum truk yang disandera di BTN Korem, Ds Karang Bongkot

dengan pengawalan dari kendaraan R2 raimas Polres Lobar dan truk Dalmas

Polres Lobar, proses evakuasi berjalan lancar dan selesai pada pkl 15. 30 wita.

Adapun terdapat 2 unit truk yang belum di evakuasi, 1 unit truk berada di Dsn

Krepet, Desa Perampuan Kec Labuapi Kab Lobar, dan 1 unit truk tidak

diketahui keberadaannya. Hingga saat ini situasi pasca evakuasi terhadap dum

truk tersebut dalam keadaan aman dan kondusif. Pada saat pelaksanaan

evakuasi terhadap 3 unit truk di BTN Korem, Kades Karang Bongkot An

FADLAH.S.Ip. mencoba menggagalkan proses evakuasi dengan memprovokasi

warga yang hadir dengan mengatakan jangan sampai hubungan antara

masyarakat sekitar dengan anggota kepolisian yang saat ini baik menjadi

tercoreng dengan permasalahan yang sedang terjadi dan apabila dari pihak

Kepolisian tetap akan melakukan evakuasi secara paksa terhadap 3 unit truk

tersebut maka jangan salahkan masyarakat sekitar untuk melakukan

penculikan terhadap anggota beserta keluarganya yang saat ini banyak tinggal
62

di perumahan yang ada di Desa Karang Bongkot dan Desa Perampuan.

Dengan adanya pernyataan dari Kades tersebut aparat Kepolisian langsung

mengambil tindakan dengan mengamankan Kades Karang Bongkot ke Polsek

Labuapi untuk dimintai keterangan perihal hal tersebut, setelah dimintai

keterangan pada pukul 16.00 Kades Karang Bongkot An. FADLAH, SIP,

kembali ke rumahnya Sekitar pukul 21.00 Wita.

6. Pada hari ini sabtu tanggal 6 desember 2015 pukul 16.30 wita, bertempat di

Kantor Desa Sekotong tengah Kec.Sekotong Kab.Lobar telah terjadi

pengerusakan kantor Desa Sekotong tengah oleh Warga Masyarakat terkait

Pemilihan Kepala Desa. Kronologis kejadian pada awalnya masyarakat dan

seluruh simpatisan dari para pendukung Calon Kades berkumpul terlebih

dahulu di Depan Kantor Camat Sekotong Kemudian warga masyarakat tersebut

yang notabene simpatisan pendukung dari salah satu Calon Kades Incumbent

LALU SARAPUDIN berteriak-teriak dan spontanitas menuju kantor Desa

Sekotong Tengah, dan langsung melakukan pelemparan dan pengerusakan

dengan menggunakan batu dan kayu selanjutnya warga masuk kedalam

kantor Desa dan melakukan pengerusakan barang dikantor Desa serta

merusak Kotak suara. Adapun barang - barang inventaris kantor desa yang

dirusak yakni : kaca samping kanan berjumlah 8 buah, samping kiri 8 buah,

kaca depan 6 buah, warless salon 2 buah, printer 2 buah, televisi 1 buah, meja

2 buah, kipas angin dua buah, kursi plastik 75 buah, kursi busa besi 50 buah,

meja panitia pilkades 2 buah. Sedangkan Kotak suara yang di rusak dengan

cara dilempar batu / di hantam dan diinjak sebanyak 6 kotak suara, antara lain :

Kotak suara TPS 1, Kotak suara TPS 2, Kotak Suara TPS 6, Kotak Suara TPS

8, Kotak Suara TPS 14, Kotak Suara TPS 16, 6 kotak suara tersebut
63

mengalami kerusakan penyok dan engsel kotak terlepas. Massa juga

melakukan pelemparan terhadap rumah ketua panitia An. H.MUHYIN dan

merusak Rolling Door rumahnya, selain itu massa juga melakukan pemukulan

terhadap seorang warga yang dicurigai sebagai wartawan yang melakukan

perekaman aksi warga dengan menggunakan Handphone. Setelah melakukan

aksi pada pukul 17.30 wita massa membubarkan diri.

Dari data yang diperoleh bahwa tiap tahunnya potensi konflik maupun

kejadian konflik sosial yang terjadi di Kabupaten Lombok barat terlihat

peningkatan yang cukup signifikan. Dalam kurun waktu satu tahun di tahun

2015 terjadi 6 konflik sosial yang melibatkan masyarakat setempat, sedangkan

di tahun 2016 terdapat peningkatan menjadi 8 konflik sosial yang terjadi, atau

dengan kata lain di tahun 2016 terjadi peningkatan sebesar 25% dari tahun

sebelumnya.

Terkait dengan hal tersebut di atas, memang diperlukan adanya

pemetaan terhadap potensi konflik yang berkembang di masyarakat yang

mungkin saja akan menimbulkan gejala atau gangguan kamtibmas. Data

permasalahan yang berpotensi menimbulkan konflik sosial tersebut dapat

menjadi acuan bagi Polres Lombok Barat untuk melakukan upaya pencegahan

agar potensi konflik tidak membias dan merugikan masyarakat banyak. Sedini

mungkin Sat Intelkam harus bisa melakukan deteksi terhadap informasi sekecil

apapun di kewilayahan. Sebelum masuk ke bagian tersebut, penulis telah

mendapatkan data potensi konflik di wilayah hukum Polres Lombok Barat

beserta dengan uraian singkat dan kerawanan yang dapat ditimbulkan akibat

potensi konflik yang ada, adapun data tersebut sebagai berikut:


64

1. Pasca penetapan tersangka Bupati Lombok Barat oleh KPK, Bupati Lobar

Menggelar Konfrensi Pers & menyatakan : Bupati Lobar menghormati proses

hukum. Kasus tersebut diduga ada muatan politis. Bupati tetap menjalnkan

tugas dan tanggung jawab sebagai bupati lobar. Pada Hari Rabu 17 Desember

2015, Pemkab Lobar Menggelar Istigosah di Benjingah kantor Bupati Lobar,

dihadiri +5.000 Orang, terdiri dari PNS Lingkup Lobar, Toga, Toma, Pelajar dan

Santri Ponpes/Yayasan diwilayah Lobar. Informasi dari Munawir Haris,SIP

(Anggota DPRD dari PAN) yang mendapat SMS bernuansa SARA yang berisi

Kpd Masy Lobar..kita tdk boleh diam..Bupati kita telah di Zolimi oleh org yg

namanya Putu Wijaya org bali..ini bentuk penjajahan kembali Bali trhdp

SasakAwas kamu Putu

2. Persiapan Pilkada Serentak Kabupaten Lombok Utara, Rencana Pilkada

serentak seluruh Indonesia, serta Pro Kontra UU No.Tahun 2014, Tarik Ulur

Aturan Tentang Pilkada (PERPU & UU), Ketidaksiapan KPUD, Ketidakpastian

Hukum. Yang tentunya hal tersebut dapat memicu timbulnya potensi konflik.

3. Kebijakan Pemerintah yang akan rutin mengumumkan harga dasar penjualan

bahan bakar minyak (BBM) setiap bulan. Kemungkinan harga BBM untuk

semua jenis akan turun dan naik menyesuaikan harga minyak dunia. Tidak

adanya regulasi penetapan harga BBM berdampak pada ekonomi masyarakat

tidak stabil, Dapat Berdampak Pada Aksi Protes Dari Masyarakat Yang Merasa

Terbebani Oleh Kebijakan Tersebut Serta Memunculkan Aksi Unjuk Rasa Baik

Dari Mahasiswa Maupun Elemen Masyarakat

4. Maraknya kelompok igaras (Islam Garis Keras) Kemungkinan adanya kegiatan

IGARAS di wilkum Lobar dan KLU. Aksi Teror Tempat Wisata,Tempat Hiburan,

Tempat Strategis, terhadap Wisman & Wisnu yg sedang melakukan Wisata


65

maupun berinvestasi, Banyaknya Pegunungan dan Bukit yang masih alami dan

jauh dari perkampungan,berpotensi menjadi tempat pelatihan dan

persembunyian kelompok IGARAS, dimana Karakteristik Masyarakat yang

mudah terpengaruh.

5. Permasalahan TAPAL BATAS, LOBAR - KLU (Pusuk), LOBAR - LOTENG

(Kawasan Wisata Nambung) Dsn.Nambung Desa Buwun Mas Kec Sekotong

Kab Lobar dengan Desa Montong Ajan Kec Praya Barat Daya Kab Loteng,

DESA LEMBAR SELATAN DENGAN DESA LEMBAR UTARA (Terkait

Rekomendasi Perijinan Pembangunan BTN Cemare Indah) Berpotensi Konflik.

Masyarakat Bingung untuk melakukan pngurusan Administrasi.Gangguan

Kamtibmas di wilayah tersebut sering terjadi Perampokan, Pembangunan BTN

utk sementara dihentikan karena Kedua Desa saling mempertahankan Hingga

saat ini belum ada penyelesaian .

6. Terkait adanya kegiatan Galian C ilegal milik Lalu Panji Buana di Dsn.Taman

Induk Ds.Taman Ayu Kec.Gerung, saat ini masy sekitar resah, dikarenakan

pengambilan galian C berupa Pasir pantai menggunakan mesin penyedot dan

kedalamnya sudah mencapai +4 Meter. Berpotensi terjadinya Konflik di Lokasi

Galian C antara kelompok Subak Paku Keling dan Pok Subag Tambang Eleh

dengan Pihak Anemer, Rawan terjadinya Kecelakaan (Orang Tenggelam).

Keresahan Masyarakat berpotensi menjadi aksi keberatan, pengrusakan dan

Unras dari warga.

7. Senpi rakitan berupa senpi kelereng, senpi pipa dan senpi ilegal yang diperjual

belikan secara bebas dan telah memiliki jaringan kuat. Senjata diprediksi akan

menyebar Kesemua Wil.Lobar s/d KLU. Kelompok pelaku kejahatan akan


66

pergunakan senjata yang sama, bahkan gunakan senpi rakitan yang lebih

canggih untuk perlawanan

8. Perkembangan kasus pembunuhan lalu bushairi oleh keluarga h.angkat di dsn.

kambeng desa sekotong timur, dampak dari pembunuhan tersebut, warga

masyarakat yang mengatasnamakan keluarga lalu bushairi melakukan

pembakaran rumah milik h. angkat, dan kemungkinan akan terjadi Konflik /

Perkelahian antar warga di dasari balas dendam.

9. Permasalahan konflik antar kampung, konflik yang seringkali disebabkan oleh

miras tradisional dan nyongkolan, berpotensi menjadi gangguan kamtibmas.

10. Sering terjadi keributan antar pengunjung Caf Warde diakibatkan Miras dan

adanya Pro Kontra dari masyarakat terkait keberadaannya cafe tersebut tidak

memiliki perijinan yang jelas. Diprediksi akan terjadi Aksi Anarkhis dari warga

yang kontra dan akan mengganggu kamtibmas.

11. Pembangunan jalur BIL2 dalam rangka pembebasan lahan. Masih ada tanah

warga yang terkena untuk pembangunan jalan jalur BIL 2 hingga saat ini belum

dibayarkan. Sehingga Kegiatan Dum Truck yang membawa material yang

melintasi Ds,Karang Bongkot, Ds.Perampuan Barat dan Desa Kuranji, warga

mengeluhkan dampak dan kondisi jalan menjadi rusak, berpotensi terjadinya

aksi dari kelompok warga tertentu

12. Sengketa Tanah Wakaf Masjid Baital Atiq Gerung, Penggugat H.L.muhamad

menang gugatan terhadap tergugat Ali Alkaf ditingkat MA, dan skrg Penggugat

ajukan eksekusi tanah wakaf tersebut, Sengketa Tanah Kebun seluas 8,6 M2 di

Dusun Petak Ds.Lembar Utara Kec.Lembar,masih ada saling Klaim kepemilikan

antara H.Nurhidayah & Amaq Murtiah. Sengketa Lahan Milik Pemda Lobar di

Dsn.Padang Reak Ds.kuranji Induk Kec.Labuapi yang di klaim oleh H.Fauzi.


67

Sengketa Lahan Pasar Tampes Desa Selengan Kec.Kayangan seluas 74 Are

Milik Ahli waris Amaq Regintem(Alm) dimana sebagian Tanah tsb dilklaim milik

Desa dan Pemkab KLU. Sengketa Masjid di desa Pemenang Timur : Antaar

Jamaah Dsn.Terengan Lauq dgn Dsn.Tanaq Ampar. Sengketa Masjid di Dusun

Telagawareng Desa Pemenang Barat. Sengketa Lahan Tanah antara

PT.Vahana di Dsn.Gili Trawangan desa Gili Indah Kec.Pemenang. Sengketa

2(Dua) Organisasi Keagamaan Umat Budha yaitu Majelis Budhayana&Majelis

Theravada Di Dsn.Tebango Desa Pemenang Timur yang didasari Klaim

Tempat Ibadah Vihara Jaya Wijaya. Perkembangan Sengketa Lahan Di Dusun

Duduk Desa Batulayar Barat Kec.Batulayar :Pada hari Senin 01 Des 2014 pada

pukul.10.wita telah berlangsung rapat pertemuan antara warga Dsn.Tanaq

Embet Timur dengan Warga Dsn.Duduk untuk membahas permasalahan

Penebangan Pohon yang Berada di Dsn. Duduk bertempat di Kantor Desa

Batulayar Barat Kec. Batu Layar Kab. Lobar, Bangko - Bangko (Tanah KSDA

Prov.NTB) Terjadinya penolakan dan perlawanan dari pihak tergugat. Untuk

mempertahanakn status tanah, para pihak mencari dukungan sehingga

memperkeruh situasi dan menimbulkan Gangguan Kamtibmas

13. Maraknya Kasus 3 C di wilkum Lobar Khususnya diwil yg berbatasan dengan

Loteng (Gerung, Kediri, Kuripan dan Sekotong) karena di indikasikan Para

Pelaku 3 C berasal dari Wilayah Loteng.Masyarakat menjadi resah. Berpotensi

akan terjadi Aksi Anarkhis dan Main hakim sendiri apabila Masyarakat dapat

menangkap Pelaku. Para Pelaku lain dan yang tertangkap akan mengundang

pelaku lainnya untuk melakukan aksi diwilkum Lobar sehingga Gangguan

Kamtibmas Meningkat dan mengganggu Ketertiban Umum.


68

Semua permasalahan diatas telah menggambarkan bahwa adanya

potensi konflik yang berulang pada substansi masalah yang sama selain

berpeluang mengakibatkan gangguan nyata juga berdampak pada khalayak

hidup masyarakat sekitar. Hal ini harus di antisipasi sebagai bentuk upaya

pencegahan dari Polri. Dalam melaksanakan tugas pokok Polri pada

penanggulangan konflik di masyarakat, sebagai pengayom, pelayan dan

pelindung masyarakat serta penegak hukum Polri selalu mengutamakan

prinsip-prinsip pencegahan serta penghentian dan pemulihan konflik agar tidak

berdampak luas khususnya apabila terjadi kasus konflik menyangkut seperti

halnya data di atas.

Pemetaan terhadap potensi konflik sosial di Kabupaten Lombok Barat

sangat penting untuk dilakukan sebagai langkah awal sebelum bisa masuk

kepada tindakan konkret dalam rangka kegiatan preventif sehingga potensi

konflik sosial bisa segera diredam sebelum mencuat ke permukaan.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kanit III Intelkam Polres

Lombok Barat pada tanggal 15 Desember 2016, menerangkan bahwa :

dilihat dari suku yang ada, tipologi persebaran penduduk, mata pencaharian,
struktur sosial dan politiknya masyarakat Lombok Barat masih bersifat
primordial yang walaupun beragama sebab budaya lokal masih dipegang erat,
dijadikan kekuatan-kekuatan sektoral yang mampu melakukan pengerahan
massa demi tercapainya tujuan yang bersifat ego sektoral. Penyelidikan terkait
kejadian konflik pun seringkali ditemukan adanya aktor maupun kelompok yang
memanfaatkan aksi tersebut terjadi. Pengamanan secara terbuka maupun
tertutup terhadap aksi pro kontra terkait konflik yang terjadi. Penggalangan
terhadap tomas, todat dan toga serta keluarga yang terlibat dalam konflik.

Disamping itu pula konflik kerap terjadi akibat adanya gap yang cukup

tajam antara penduduk lokal dan pendatang dari sisi kesejahteraan, mayoritas

pendatang terlihat lebih mapan. Sektor usaha, pariwisata, tambang dan lainnya

lebih dikuasai oleh kaum pendatang. Dominasi pendatang tentu tidak lepas dari
69

karakteristik penduduk setempat yang masih konservatif dan bersikap antipati

terhadap perkembangan jaman. Masih sangat jarang penduduk lokal yang mau

terbuka dan memiliki daya saing, sebab mereka merasa sebagai tuan rumah

memilih untuk mengedepankan ego sektoral dengan meminta jatah dari para

pengelola yang telah berjerih payah untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Tingkat pendidikan yang rendah serta gaya hidup sebagai tuan tanah juga

memiliki efek domino terhadap kesenjangan yang ada. Hal inilah yang

seringkali menjadi penyebab konflik di Kabupaten Lombok Barat.

Sejatinya konflik diusahakan jangan sampai terjadi dengan meminimalisir

potensi konflik yang ada, namun seringkali intelijen baru terjun setelah konflik

terjadi. Hal tersebut terjadi karena minimnya anggota di lapangan serta

keterbatasan sumber daya lainnya. Selain itu pula konflik yang terjadi

sebenarnya bisa di redam sebelum eskalasi memuncak jika deteksi dini

berjalan sebagaimana mestinya dengan mampu meng cover seluruh wilayah

Lombok barat.

Pada akhirnya konflik sosial yang terjadi di Lombok Barat akan

berdampak pada instabilitas keamanan yang tentunya akan mengganggu

kemajuan daerah khususnya dari segi perekonomian. Sebab Kabupaten

Lombok Barat yang unggul dalam sektor pariwisata dan juga memiliki Sumber

Daya Alam yang potensial, akan terhambat laju perekonomiannya, investor

akan lari dan tidak akan merasa nyaman untuk melakukan pengembangan di

wilayah Kabupaten Lombok Barat. Tidak jarang lokasi yang telah dijadikan aset

oleh para pemilik modal untuk mengembangkan usahanya, ditinggalkan akibat

seringnya konflik sosial terjadi. Mereka lebih memilih untuk membiarkan

tanahnya menjadi lahan tidur daripada harus berhadapan dengan masyarakat


70

setempat yang terus merongrong setiap kali usaha mereka baru mulai berjalan.

Padahal sektor pariwisata dan pertambangan terus digalakkan oleh pemerintah

setempat karena merupakan sumber perekonomian yang sangat potensial

untuk dikembangkan di Kabupaten Lombok Barat.

4.3 Peran Sat Intelkam dalam pencegahan konflik sosial di Wilayah

Hukum Lombok Barat

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan anggota Unit III Sat

Intelkam Polres Lombok Barat Brigadir Hadlun, diperoleh keterangan tentang

perkembangan situasi kamtibmas di Lombok Barat terkait tugas unitnya

menangani konflik, yaitu melakukan penyelidikan terhadap daerah yang

memang memiliki potensi konflik untuk dilakukan pemetaan. Kemudian terkait

adanya provokator ataupun kelompok yang seringkali terlibat konflik,

pengamanan secara tertutup terhadap pok yang berkonflik, pengamanan

terhadap kegiatan dialog, penggalangan terhadap tokoh agama, tokoh adat dan

tokoh masyarakat, upaya penyelidikan dan pengumpulan informasi sebanyak-

banyaknya terkait potensi konflik yang ada serta meneruskan / melaporkan info

tersebut kepada user untuk ditindaklanjuti sebagaimana mestinya.

Kendala yang biasa dihadapi adalah terkait mobilisasi, kekurangan

personil dan sumber daya lain sepertinya menjadi hal yang sangat klasik dan

terus menerus terjadi seakan menjadi sebuah permasalahan yang memang

hadir tanpa ada penyelesaian yang solutif, namun sangat krusial peranannya

dalam pelaksanaan tugas intelijen.

Sat Intelkam Polres Lombok Barat melakukan langkah-langkah dan

tindakan-tindakan dengan menyelenggarakan kegiatan Intelijen yakni berupa


71

penyelidikan, pengamanan dan penggalangan. Senada yang di ungkapkan oleh

Kapolres Lombok Barat AKBP I Wayan Jiartana SIK Intelijen dalam melakukan

Kegiatan yg disamping mencari data dan informasi, juga harus mampu

memprediksi atau membuat perkiraan mengenai kejadian dan kegiatan yang

mungkin akan dihadapi dimasa datang. Adapun langkah dan tindakan yang

kami lakukan dalam pencegahan konflik di Kabupaten Lobar adalah

melaksanakan kegiatan intelijen yang meliputi penyelidikan, pengamanan dan

penggalangan (lidikpamgal). Lanjut mengenai kegiatan intelijen lebih difokuskan

kepada sasaran berupa orang, kelompok maupun kegiatan yang dapat

menimbulkan kerawanan yang dapat mengganggu situasi kambtibmas.

Kegiatan Intelijen yang dilakukan oleh Sat Intelkam Polres Lombok Barat

sebagai deteksi dini dalam rangka pencegahan konflik sosial yang terjadi di

Kabupaten Lombok Barat dengan tujuan untuk menciptakan situasi yang

kondusif di masyarakat dan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

kepada pimpinan dengan memberikan masukan ataupun saran kepada

pimpinan dalam mengambil kebijakan demi keberlanjutan penanganan konflik

khususnya pada tahap pencegahan. Adapun kegiatan Intelijen yang dimaksud

antara lain sebagai berikut :

a. Penyelidikan

Kegiatan penyelidikan meliputi pengumpulan bahan keterangan ataupun

informasi terkait peristiwa yang terjadi di Kabupaten Lombok Barat yang

selanjutnya diolah dan disajikan kepada pimpinan. Hal tersebut sesuai dengan

hasil wawancara terhadap Kasat Intelkam AKP Hernawan Rizky SIK yang

menyatakan bahwa :

peran intel dalam pencegahan konflik adalah mencari dan mengumpulkan


bahan keterangan dan informasi sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk
72

menemukan adanya indikasi masalah yang menimbulkan gangguan


kambtibmas sebagai masukan kepada pimpinan dalam pengambilan
kebijakan.

Hal ihwal terkait penyelidikan ini tentunya harus didukung dengan

Laporan berupa produk intelijen sesuai Perkabaintelkam no 2 tahun 2010

tentang produk intelijen. Dengan adanya produk tersebut akan menjadi

landasan ataupun dasar pengambilan keputusan bagi pimpinan dalam hal

mengambil langkah kebijakan apa yang akan diambil dalam rangka

pencegahan konflik.

Satu hal yang menjadi catatan Kasat Intelkam selaku Kasubsatker

pengemban fungsi intel bahwasanya seluruh anggota Polri adalah pengemban

fungsi intelijen. Dalam hal ini beliau menekankan kepada bhabinkamtibmas

sebagai garda terdepan yang tentunya memiliki akses paling besar untuk

mendapatkan informasi secara terbuka. Kewajiban mereka membuat Laporan

informasi sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugasnya. Namun

demikian Laporan Informasi yang dibuat tidak sesuai dengan format baku

produk intelijen seperti pada umumnya dan tertuang di Perkabaintelkam no 2

tahun 2010 tentang produk intelijen. Selain itu Laporan Informasi yang telah

dibuat hanya diperuntukkan bagi kasubsatker dari bhabin yang tidak lain adalah

Kasat Binmas. Tentunya hal ini tidak sesuai dengan HTCK yang ada, dimana

Sat Intelkam lah sebagai leading sektor untuk memberikan input ataupun

laporan terkait perkembangan situasi yang ada.

Selama ini Sat Intelkam tidak tahu menahu terkait Laporan Informasi dari

bhabinkamtibmas tersebut. padahal jika Sat Intelkam bisa mendapatkan akses

terhadap laporan itu, paling tidak Kasat Intelkam dapat menindak lanjuti dengan
73

menjadikan laporan bhabin yang ada sebagai referensi membuat Laporan

Informasi dalam bentuk baku untuk kemudian diteruskan kepada Kapolres.

b. Pengamanan

Kegiatan Intelijen yang berupa kegiatan pengamanan dilakukan Sat

intelkam Polres Lombok Barat secara pengamanan terbuka maupun tertutup.

Sesuai dengan hasil wawancara terhadap Kanit III Intelkam Aiptu Sutrisno

sebagai berikut :

salah satu peran Intel pasca konflik adalah melakukan pengamanan secara
terbuka dengan sasaran orang dan kegiatan dengan tujuan untuk menghindari
adanya tindakan sabotase yang mengancam keselamatan sasaran dari
pengamanan oleh kelompok-kelompok yang ingin mengacaukan situasi pasca
kejadian konflik di Kabupaten Lombok Barat. Kegiatan pengamanan Intelijen
juga dilakukan untuk menghindari adanya usaha pihak lain yang berusaha
membuat konflik tersebut menjadi meluas.

Ranah kegiatan pengamanan tidak terbatas pada area yang telah terjadi

pasca konflik saja, melainkan sat intelijen pun melakukan pengamanan

terhadap wilayah yang dianggap memiliki potensi konflik dan patut untuk

dimonitoring perkembangannya. Kegiatan tersebut yang dimaksud sudah ada

koridor yang jelas sebab Kasat Intelkam selaku penanggung jawab telah

membuat pembagian zona detection dimana setiap personil intelijen

bertanggung jawab menginput setiap informasi sekecil apapun yang

berkembang di wilayah sesuai dengan zona masing-masing. Dengan demikian

langkah pencegahan telah dilaksanakan guna menghindari terjadinya konflik

sosial.

c. Penggalangan

Dalam hal penggalangan terhadap permasalahan yang terjadi, peran

intel disampaikan oleh Intelkam melalui hasil wawancara sebagai berikut :


74

dalam melaksanakan pencegahan konflik, Intelkam melakukan penggalangan


pasca konflik dengan sasaran orang maupun kelompok yang merupakan
sumber ancaman atau sumber gangguan, dalam rangka menciptakan kondisi
yang menguntungkan dalam masyarakat bagi pelaksanaan tugas pokok Polri.
Penggalangan dengan sasaran orang dilakukan agar tidak menimbulkan
eskalasi konflik yang meningkat serta tidak lagi menimbulkan korban maupun
kerugian materill yang lebih banyak lagi. Penggalangan juga dilakukan terhadap
kelompok yang melakukan tidak terlibat konflik dengan tujuan agar konflik tidak
meluas dan tercipta situasi kamtibmas yang kondusif

Kegiatan penggalangan ini masih tidak terdukung dengan anggaran

sebab sub mata anggaran penggalangan hanya dimiliki oleh Satker setingkat

Mabes dan Polda sehingga masih dirasa belum maksimal. Padahal jika

kegiatan penggalangan bisa dioptimalkan, pencegahan konflik akan lebih

mudah terealisasi sebab sasaran yang terlibat konflik maupun yang tidak

terlibat dapat diredam agar tidak terjadi eskalasi konflik yang bisa mengganggu

kondusifitas daerah.

Terkait dengan hasil kegiatan intelijen dalam rangka deteksi dini

haruslah didukung dengan Produk intelijen, sebab intelijen tanpa produk sama

dengan nol atau dianggap tidak bekerja. Dari data yang diperoleh, Sat Intelkam

Polres Lombok Barat dalam pembuatan produk khususnya yang terkait dengan

konflik adalah dari total kurun waktu 2 tahun terakhir (2015-2016) dimana telah

terjadi konflik sebanyak 19 kali, Laporan Informasi yang dibuat oleh Intelijen

hanya ada 6 Laporan Informasi diantaranya 4 Laporan Informasi pada tahun

2015 dan 2 Laporan Informasi pada tahun 2016. Sedangkan untuk Laporan

Harian Khusus dan Laporan Informasi khusus terkait perkembangan situasi

pasca konflik terjadi secara keseluruhan telah dibuatkan dalam bentuk produk

intelijen. Dengan kata lain bahwa laporan produk yang dibuat Sat Intelkam

untuk disajikan kepada pimpinan lebih banyak berisi tentang informasi konflik
75

yang terjadi, bukan lebih kepada potensi konflik yang ada agar bisa dilakukan

langkah pencegahan sedini mungkin.

4.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Sat Intelkam dalam

Pencegahan Konflik Sosial di wilayah Hukum Polres Lombok Barat

Pencegahan konflik yang dilakukan Polres Lombok Barat tidak terlepas

dari adanya faktor-faktor yang mempengaruhi, adapun faktor-faktor tersebut

sesuai hasil wawancara dengan Kapolres Lombok Barat AKBP I Wayan

Jiartana SIK sebagai berikut :

kendala yang dihadapi oleh anggota Polri yang bertugas di Lobar secara
umum adalah adanya kondisi geografis. Minimnya akses darat yang
menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lain dan hanya dapat ditempuh
melalui berjalan kaki tentu menyulitkan dalam anggota dalam melaksanakan
tugasnya, selain juga dilihat dari kultur budaya yang ada khususnya untuk suku-
suku yang berada di pesisir sangat berbeda dengan suku yang ada di
pegunungan, untuk yang dipegunungan cenderung bersifat temperamen dan
selalu menyelesaikan permasalahan dengan berkonflik.

Selain itu Kanit III Intelkam Aiptu Sutrisno juga menambahkan :

jumlah personel baik kualitas maupun kuatitas personel yang ada masih
kurang sekali, sehingga hal tersebut merupakan sebuah kendala yang sering
dihadapi dalam melaksanakan tugas. dan juga sarana dan prasarana yang
menunjang masih jauh dari yang diharapkan, sehingga apabila kinerja anggota
yang bertugas dilapangan kurang maksimal pimpinan harus dapat maklumi hal
tersebut.

Kegiatan intelijen dalam pencegahan konflik tidak terlepas adanya faktor-

faktor yang menjadi kendala dalam aktivitasnya, baik faktor dari internal

maupun eksternal. Dengan adanya faktor-faktor tersebut, tentunya dapat

membuat hasil yang ingin dicapai menjadi tidak maksimal.

1. Internal

a. Sumber Daya Manusia (SDM)


76

- Jumlah personel yang masih kurang dalam mendukung aktivitas

intelijen yang dilakukan oleh Sat Intelkam Polres Lombok Barat.

- Kemampuan personil intelijen yang belum memadai dalam melakukan

deteksi dini sehingga konflik dapat diantisipasi terlebih dahulu.

b. Anggaran

- Anggaran yang tersedia khususnya dalam hal kegiatan penggalangan

masih belum ada. Semestinya penggalangan telah teranggarkan

sehingga kegiatan bisa tercover dengan baik dalam rangka

pencegahan konflik sosial

- Ketidaksinkronan antara penyerapan anggaran dengan kebutuhan yang

dibutuhkan oleh masing-masing unit intelkam dalam kegiatan deteksi

dini guna melakukan pemetaan terhadap potensi konflik.

c. Sarana dan prasarana yang digunakan

- Alsus dan alkom yang kurang memadai seperti sarana komunikasi yang

diharapkan mendukung dalam melaksanakan aktivitas intelijen di

Lombok Barat.

- Sarana transportasi yang tersedia dan diharapkan dapat menjangkau

ke pelosok-pelosok yang ada di Lombok Barat.

d. Metode atau prosedur

- Belum adanya pembagian unit yang rinci antar ke enam unit intelkam

yang ada di polres sehingga mengakibatkan ketidakjelasan tanggung

jawab tugas antar unit yang ada

- Belum ada standar operasional prosedur yang jelas terkait penanganan

konflik mulai dari tahap pencegahan sampai pasca terjadinya konflik.


77

2. Eksternal

a. Kondisi Geografis

Kondisi Kab Lombok Barat yang begitu luasnya yang merupakan

daerah berbukit, bergunung - gunung, lereng curam atau dapat

dikatakan terdapat daerah pegunungan serta sungai dan berawa-rawa.

sehingga mengalami kesulitan untuk menjangkau daerah-daerah

terpencil tersebut.

Keadaan iklim dan cuaca di Kabupaten Lombok Barat yang tidak

menentu yang diukur dari keadaan angin, curah hujan, kelembaban

udara dan dinginnya udara yang berada di daerah Pengunungan telah

menjadi suatu tantangan fisik bagi masyarkat di Kabupaten Lombok

Barat khususnya bagi mereka yang baru datang bermukim, pindah dari

luar daerah kedalam Kabupaten Lombok Barat ataupun yang dalam

melaksanakan penugasan di daerah tersebut.

b. Sosial budaya

Perbedaan karakter diantara penduduk asli Lombok Barat yang

bermukim di daerah pegunungan mempunyai ciri khas egoisme dan

fanastisme kesukuan yang kuat dan cenderung memiliki tempramen

tinggi serta menyelesaikan masalah dengan jalan mengelar perang suku

sehingga terkesan bahwa warga pedalaman Lombok Barat resistan

dengan perubahan. bahkan, sering mereka menyikapinya dengan

emosional. Adapun Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu

daerah yang terletak di daerah pegunungan.


78

Belum lagi dengan kehadiran pendatang yang notabene memiliki tingkat

ekonomi lebih mapan dari penduduk lokal. Tentunya hal ini menimbulkan

kecemburuan dan bisa mengakibatkan potensi konflik terkait kesejahteraan

yang disandingkan dengan hak penduduk lokal. Khususnya dalam bidang

usaha pertambangan dan juga sektor pariwisata dimana mayoritas pemilik

modal adalah para pendatang. Dominasi pendatang tentu tidak lepas dari

karakteristik penduduk setempat yang masih konservatif dan bersikap antipati

terhadap perkembangan jaman. Masih sangat jarang penduduk lokal yang mau

terbuka dan memiliki daya saing, sebab mereka merasa sebagai tuan rumah

memilih untuk mengedepankan ego sektoral dengan meminta jatah dari para

pengelola yang telah berjerih payah untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Tingkat pendidikan yang rendah serta gaya hidup sebagai tuan tanah juga

memiliki efek domino terhadap kesenjangan yang ada. Hal inilah yang

seringkali menjadi penyebab konflik di Kabupaten Lombok Barat.

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis melalui wawancara

dan studi dokumen diperoleh hasil berupa data dan informasi seperti apa yang
79

dijelaskan pada Bab sebelumya, selanjutnya pada Bab ini penulis akan

menganalisis data dan informasi yang ditemukan dalam penelitian dengan

menggunakan teori maupun konsep yang telah di tampilkan dalam tinjauan

pustaka untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

5.1 Analisa konflik sosial yang terjadi di Kabupaten Lombok Barat dan

dampak dari konflik tersebut

Dalam rangka menjaga situasi kamtibmas yang kondusif di wilayah

hukum Polres Lombok Barat dalam penanganan konflik yang terjadi di

Kabupaten Lombok Barat, tentunya upaya pencegahan konflik sosial telah di

lakukan oleh Sat Intelkam Polres Lombok Barat agar kerusuhan yang terjadi di

tidak berkembang dan meluas ke berbagai daerah di wilayah Hukum Polres

Lombok Barat. Untuk melihat dampak konflik yang terjadi di Kabupaten Lombok

Barat tersebut, maka penulis melakukan analisa dengan menggunakan Teori

Tahapan Konflik.

Berdasarkan data temuan penelitian, Kabupaten Lombok Barat

merupakan daerah yang rawan konflik, baik konflik antara suku, konflik antar

penduduk asli dengan pendatang, konflik antar masyarakat dengan pemerintah

maupun konflik yang tercipta karena pemerintah tidak mampu untuk meredam

konflik yang terjadi di Lombok Barat.

Berikut ini, penulis akan membahas tahapan-tahapan perkembangan

konflik sosial di Lombok Barat dengan menggunakan teori tahapan konflik Neil

Smelser

1. Struktural Condusiveness & Structural Strain


80

Struktural Condusiveness merupakan tahapan awal terjadinya konflik

sosial yang ditandai dengan adanya struktur sosial di masyarakat yang dapat

menyebabkan adanya ketimpangan di masyarakat, Struktur sosial yang

menciptakan hubungan-hubungan antara penguasa negara dan masyarakat

yang berupa dominasi, eksploitasi dan hegemomi. Adanya struktur sosial

sosial yang tidak kondusif dalam masyarakat disebabkan karena adanya

pertentangan dalam bidang ekonomi dan pembangunan, jika dibandingkan

dengan daerah lain, adanya kebijakan pusat ke daerah dan eksploitasi besar-

besaran yang di lakukan terhadap kekayaan alam Lombok Barat adalah

beberapa hal yang menjadikan pemerintah gagal melakukan pembangunan di

Lombok Barat. kondisi ini semakin meruncing dengan adanya tingkat

kecemburuan sosial yang tinggi antara penduduk asli dan pendatang atas

penguasaan sektor perekonomian. Ditambah lagi dari sektor pariwisata dimana

para investor dikuasai oleh pendatang sebagai pemilik modal, hal ini semakin

menambah kesenjangan ekonomi yang cukup tajam antara penduduk lokal

dengan para pendatang sehingga bisa menimbulkan konflik sosial.

2. Spread of Generalized believe and Triger

Konflik sosial yang terjadi di Lombok Barat juga terkait dengan

kepentingan politik lokal yang terjadi saat Pilkada Kabupaten Lombok Barat

pada Februari Tahun 2015 lalu, dimana para pejabat dan para calon Kepala

Daerah banyak yang melakukan pertemuan dan memanfaatkan simbol Agama

tertentu pada saat menjelang kepemilihan kepala daerah tersebut. Ketegangan

Politik akibat persaingan antara kandidat dalam pemilihan Kepala Daerah.

Karakteristik penduduk Lombok yang masih kuat dalam mempercayai pucuk

pimpinan daerah kepada Tuan Guru atau Kyai justru seringkali menimbulkan
81

permasalahan karena bisa berakibat benturan antar massa pendukung satu

dengan yang lainnya.

3. Mobilization Of Action and Malfunction of The Operation Of Social

Control

Gejolak yang terjadi ditengah masyarakat, akibat tidak adanya

penanganan fungsi kontrol sosial yang dilakukan oleh tokoh-tokoh yang

berpengaruh. Adanya pernyataan sikap yang menyudutkan Polri karena

dianggap terlalu arogan. Pernyataan sikap tersebut justru berasal dari tokoh-

tokoh masyarakat maupun tokoh agama yang mempunyai pengaruh sehingga

fungsi kontrol sosial untuk pencegahan konflik sosial yang seharusnya

dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut tidak berjalan semestinya.

Hal ini menunjukkan bahwa konflik yang terjadi di Kabupaten Lombok

Barat tidak hanya berdampak negatif terhadap kerukunan umat beragama di

Lombok Barat tetapi juga berpengaruh juga terhadap kerukunan antar umat

beragama di Indonesia.

5.2 Analisis Peran Sat Intelkam dalam Pencegahan Konflik Sosial di

Wilayah Hukum Polres Lombok Barat

Tugas pokok Polres Lombok Barat menurut Peraturan Kapolri no. 23

tahun 2010 dijelaskan bahwa Sat Intelkam sebagaimana merupakan unsur

pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolres yang bertugas :

a. Membina dan menyelenggarakan kegiatan intelijen dalam bidang

keamanan, termasuk persandian dan produk intelijen, pembentukan dan

pembinaan jaringan intelijen kepolisian baik sebagai bagian dari kegiatan


82

satuan-satuan atas maupun sebagai bahan masukan penyusunan rencana

kegiatan operasional, dan peringatan dini (early warning);

b. Memberikan pelayanan administrasi dan pengawasan senjata api

atau bahan peledak, orang asing, dan kegiatan sosial atau politik masyarakat

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan.

c. Mengumpulkan dan mengolah data serta menyajikan informasi

dan dokumentasi kegiatan intelkam.

Dalam melaksanakan perannya, Intelkam Polres Lombok Barat bertugas

menyelenggarakan fungsi intelijen dalam bidang keamanan guna

terselenggarannya situasi kamtibmas yang kondusif. Konsep peran menurut

Soerjono Soekanto (2002:243), peran merupakan aspek dinamis kedudukan

(status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai

kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran. Selanjutnya tentang peran

yang disebut sebagai peran normatif. Sebagai peran normatif dalam

hubungannya dengan tugas dan kewajiban Sat Intelkam Polres Lombok Barat

dalam menyelenggarakan fungsi intelijen guna terselenggaranya situasi

kamtibmas yang kondusif.

Berdasarkan Perkap Nomor 8 Tahun 2013 penanganan konflik dibagi

menjadi 3 jenis kegiatan yang terdiri dari: pencegahan konflik sosial,

penghentian kekerasan fisik dan pemulihan pasca konflik. Dalam hal

pencegahan konflik sosial dilakukan untuk mencegah terjadinya konflik melalui

peningkatan kapasitas kelembagaan, dengan :

a. Memelihara kondisi damai dalam masyarakat

b. Mengembangkan sistem penyelesaian perselisihan secara damai

c. Meredam potensi konflik dan


83

d. Membangun sistem peringatan dini

Sebelum dilakukannya pencegahan sosial, terlebih dahulu dilakukan

kegiatan yang dinamakan dengan identifikasi potensi konflik. Dengan kata lain

Peran Sat Intelkam dalam pencegahan konflik sosial, bertugas melakukan

deteksi dini terhadap potensi konflik dan kemudian menuangkannya dalam

bentuk produk intelijen yang nantinya akan disajikan ke pimpinan sebagai dasar

pengambilan keputusan.

5.2.1 Identifikasi Potensi Konflik

Sesuai dengan Perkap Nomor 8 Tahun 2013, identifikasi potensi konflik

sosial meliputi kegiatan inventarisasi potensi konflik, penelitian/pendalaman

potensi konflik dan menetukan skala prioritas potensi konflik.

a) Inventarisasi potensi konflik

Dalam hal menginvetarisasi potensi konflik, Sat Intelkam Polres Lombok

Barat telah melakukan kegiatan inventarisasi potensi konflik dengan cara

mengumpulkan, mendatakan dan mengelompokkan berbagai potensi konflik

yang ada di Lombok Barat yang bersumber dari permasalahan-permasalahan

dalam ipoleksosbud, termasuk salah satunya perseteruan yang menyangkut

permasalahan keagamaan yang terjadi di Kabupaten Lombok Barat.

Pengumpulan dan pengelompokkan potensi konflik dilakukan Sat Intelkam

Polres Lombok Barat dengan melakukan perencanaan, pengumpulan,

pengolahan dan penyajian informasi yang tertuang dalam bentuk produk

intelijen yang secara khusus berisi fakta dan keterangan yang menggambarkan

perkembangan terkini situasi dan kondisi keamanan diwilayah hukum Polres


84

Lombok Barat. Adapun produk Intelijen yang telah dibuat antara lain Intel

Dasar, Laporan Informasi dan Informasi Khusus.

b) Penelitian/pendalaman potensi konflik

Dalam melakukan penelitian maupun pendalaman terhadap potensi

konflik yang terjadi di Kabupaten Lombok Barat yang dilakukan oleh Sat

Intelkam Polres Lombok Barat untuk mengetahui anatomi serta akar dari

permasalahan yang terjadi. Adapun produk Intelijen yang telah di buat dalam

melakukan penelitian maupun pendalaman terhadap konflik yang berpotensi

menimbulkan konflik sosial di wilayah hukum Polres Lombok Barat adalah

telaahan Intelijen yang memuat pendahuluan, fakta-fakta yang terjadi, analisa,

prediksi dan rekomendasi yang dibuat dengan maksud untuk memberikan

masukan dalam mengambil kebijakan demi keberlanjutan penanganan konflik

sosial yang telah maupun berpotensi akan terjadi.

c) Menentukan skala prioritas potensi konflik

Penanganan konflik yang terjadi di Kabupaten Lombok Barat dilakukan

Intelkam Polres Lombok Barat dengan menentukan skala prioritas potensi

konflik dengan cara melakukan koordinasi dengan instansi terkait sesuai

dengan potensi yang sudah di petakan untuk mencari solusi agar kerusuhan

yang terjadi di Kabupaten Lombok Barat tidak berkembang menjadi konflik

sosial. Dalam hal ini produk yang telah dihasilkan adalah perkiraan intelijen

khusus dan memo intel.

5.2.2 Pencegahan Konflik Sosial


85

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut ini penulis

melakukan analisa terkait temuan penelitian dengan konsep pencegahan

konflik sosial yang dilakukan oleh Polres Lombok Barat sebagaimana yang

diatur dalam Perkap Nomor 8 tahun 2013 adalah sebagai berikut :

a) Memelihara kondisi damai dalam masyarakat

Adanya upaya pemeliharaan kondisi damai yang dilakukan oleh Sat

Intelkam Polres Lombok Barat pasca terjadinya konflik di Kabupaten Lombok

Barat dengan melakukan monitoring terhadap kegiatan pertemuan maupun

dialog yang dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat, dialog antara

pemerintah daerah dengan tokoh-tokoh masyarakat maupun tokoh agama,

dengan tujuan untuk mengetahui konflik yang ada di kewilayahan. Kegiatan

monitoring dilakukan dengan mengamati dan menggambarkan situasi yang

terjadi pasca konflik yang terjadi dan dituangkan dalam bentuk laporan

informasi intelijen dengan tujuan sebagai input (masukan) kepada pimpinan

dalam pengambilan keputusan atau kebijakan selanjutnya.

b) Mengembangkan sistem penyelesaian perselisihan secara damai

Tidak terdapatnya sistem penyelesaian perselisihan secara damai yang

dilakukan oleh Sat Intelkam Polres Lombok Barat. Hal ini terlihat tidak adanya

upaya yang dilakukan oleh Sat Intelkam dalam melakukan penggalangan

terhadap para pihak yang berkonflik. Hal ini tentu berpotensi menimbulkan

konflik pada masa yang akan datang, dimana justru akan menjadi sumber

masalah baru di kemudian hari sebab hanya meredam sementara dan tidak

menyentuh sampai pada akar permasalahannya.

c) Meredam potensi konflik


86

Upaya meredam potensi konflik yang dilakukan oleh Sat Intelkam Polres

Lombok Barat sesuai dengan wawancara terhadap Kasat Intelkam Lombok

Barat yaitu dengan memberikan saran sebagai pertimbangan untuk pimpinan

terkait proses penegakan hukum terhadap pihak yang berkonflik khususnya

aktor utama agar segera ditangani oleh Polres Lombok Barat. Banyaknya

tekanan dan intervensi dalam penegakan hukum yang dilakukan oleh Polres

Lombok Barat, apabila tidak dicermati secara bijak oleh pimpinan maka akan

berdampak negatif bukan hanya di wilayah Lombok Barat saja tetapi diluar

Lombok Barat sehingga menimbulkan eskalasi konflik jika cara bertindak yang

dipilih tidak tepat. Juga akan menimbulkan spekulasi ketidakpercayaan di

masyarakat akan transparansi penegakan hukum oleh Polri.

d) Membangun sistem peringatan dini

Sistem deteksi dan peringatan dini (early warning system) merupakan

suatu mekanisme yang berupa pemberian informasi secara cepat, tepat waktu

dan efektif, agar organisasi mampu mengambil tindakan menghindari atau

mengurangi resiko dan mampu bersiap-siap untuk merespon secara efektif.

Early warning system juga merupakan upaya atau kegiatan mencari dan

menemukan hal-hal, kejadian-kejadian atau situasi tertentu yang dapat atau

mungkin merupakan gejala atau awal terjadinya ancaman atau gangguan

sehingga dapat mempersiapkan dan mengerahkan kekuatan dan kemampuan

untuk tindakan antisipasi agar ancaman dan gangguan tersebut tidak terjadi

serta penanganan atau penindakan apabila ancaman dan gangguan benar-

benar terjadi. Adanya sistem peringatan dini yang dilakukan Sat Intelkam

Lombok Barat terhadap situasi yang berkembang pasca konflik di Kabupaten

Lombok Barat berupa kegiatan deteksi dini tanpa adanya deteksi aksi yang
87

merupakan tindak lanjut dalam pencegahan konflik yang dilakukan oleh Sat

Intelkam Polres Lombok Barat. Kegiatan deteksi dini memiliki kelemahan

karena hanya sekedar memberikan masukan sedangkan tindakan antisipasinya

tergantung dari pimpinan. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan

pengembangan kemampuan intelijen untuk mendukung deteksi dini yaitu

kemampuan deteksi aksi. Kemampuan deteksi aksi yaitu suatu kemampuan

yang melekat pada lembaga atau personil dalam hal mengenali/mengetahui,

menemukan, memberikan penilaian dan menyajikan produk Intelijen yang

mengandung suatu analisa dan sasaran tindak yang menjadi dasar

pengambilan kebijakan dari Pimpinan Intelijen keamanan juga mampu

menggelar kegiatan/operasi Intelijen terhadap sasaran yang berimplikasi

terjadinya gangguan keamanan berkualitas tinggi sampai timbulnya situasi

kontijensi.

Terkait dengan hasil kegiatan intelijen dalam rangka deteksi dini

haruslah didukung dengan Produk intelijen, sebab intelijen tanpa produk sama

dengan nol atau dianggap tidak bekerja. Dari data yang diperoleh, dapat

dianalisa bahwa Sat Intelkam Polres Lombok Barat dalam pembuatan produk

khususnya yang terkait dengan konflik kurang maksimal dalam Laporan

Informasi terkait potensi konflik, justru produk muncul ketika konflik sedang

terjadi ataupun sudah terjadi. Artinya Sat Intelkam belum mampu mendeteksi

potensi konflik yang ada, karena yang dibuat oleh Intelijen hanya ada 7 Laporan

Informasi diantaranya 4 Laporan Informasi pada tahun 2015 dan 3 Laporan

Informasi pada tahun 2016. Padahal total terjadi konflik ada 14 kasus.

Sedangkan untuk Laporan Harian Khusus dan Laporan Informasi khusus terkait

perkembangan situasi pasca konflik terjadi secara keseluruhan telah dibuatkan


88

dalam bentuk produk intelijen karena memang sudah merupakan beban

tanggung jawab intelijen untuk melaporkan kepada pimpinan terkait dengan hal

tersebut, semestinya Laporan Informasi dari Bhabin jika dibuat dengan format

dan prosedur yang benar maka sat intelkam akan lebih mumpuni dalam

melakukan deteksi dini terhadap potensi konflik di wilayah mulai dari sumber

konflik, sehingga bisa diredam sebelum membias menjadi konflik yang bisa

menimbulkan gangguan kamtibmas.

5.2.3 Analisa Pencegahan Konflik Sosial dalam Kajian Teori Gunung Es

Dalam rangka pencegahan konflik sosial di Kabupaten Lombok Barat,

Sat Intelkam Polres Lombok Barat melihat dan menganalisa trend

perkembangan dari suatu gejala, kasus, situasi dan kondisi masyarakat pasca

kejadian tersebut. Untuk pencegahan konflik Sat Intelkam Polres Lombok Barat

membangun suatu fungsi Sistem deteksi dan peringatan dini (early warning

system) dan fungsi inilah yang menjadi ranah Intelijen dimanapun.

Pencegahan konflik sosial dapat dilihat dari kajian teori Gunung Es

fungsi Kepolisian Proaktif (Rycko Amelza Dahniel, 2008). Teori ini menjabarkan

berbagai metode dan langkah-langkah yang dapat dijadikan instrumen dalam

mencari akar penyebab permasalahan sosial yang terjadi dimasyarakat,

permasalahan sosial sebagaimana yang dimaksud dalam penulisan ini adalah

permasalahan sosial yang terjadi di Kabupaten Lombok Barat. Adanya

peningkatan eskalasi masalah sosial pasca kejadian sehingga berdampak pada

situasi kamtibmas di wilayah hukum Polres Lombok Barat. Sehingga

menanggapi masalah ini Sat Intelkam Polres Lombok Barat mengedepankan

strategi deteksi dini dan preemtif, strategi preventif serta strategi represif sesuai
89

dengan rangkaian kegiatan fungsi kepolisian yang proaktif berdasarkan tinjauan

dari dua sisi teori gunung es .

Fungsi kepolisian dalam pencegahan konflik yang dilaksanakan oleh Sat

Intelkam Polres Lombok Barat harus dikelola dalam 3 (tiga) strategi yang

dilaksanakan secara simultan. Adapun dalam pelaksanaannya upaya

pencegahan konflik sosial yang dilakukan oleh Sat Intelkam Polres Lombok

Barat yang dapat mengelola ketiga strategi tersebut sebagai berikut :

a) Strategi preemtif

Strategi yang dilakukan dengan melihat faktor korelatif kriminogen (FKK)

atau PG ( potensi gangguan) tentang situasi lingkungan yang merupakan

ancaman potensial ditinjau dari aspek-aspek ipoleksosbud hankam yang

berpengaruh terhadap terjadinya gangguan kamtibmas khususnya, dalam

mengantisipasi hal ini maka perlu dilakukan suatu pendekatan analisis dengan

cara menentukan ranking kerawanan daerah dan ancaman.

Sat Intelkam Polres Lombok Barat seharusnya dapat memetakan

kerawanan daerah sehingga kejadian yang akan terjadi dapat diantisipasi

terlebih dahulu. Peran Intelijen sangat diperlukan dalam membuat prediksi

kerawanan keamanan, pengamanan dan pengkondisian bagi pelaksanaan

tugas kepolisian. Prediksi kerawanan keamanan yang belum tergarap dengan

baik sehingga perlu penataan pola prediksi kerawanan sesuai dengan fakta

yang terjadi di lapangan. Adapun kegiatan dilakukan dengan cara

merencanakan langkah dan tindakan yang akan dilakukan dengan

mengumpulkan sejumlah informasi-informasi yang penting dan akurat,

melakukan pengolahan terhadap informasi-informasi yang diperoleh dengan

cara menganalisanya dan dituangkan dalam bentuk produk intelijen, kemudian


90

produk intelijen tersebut disajikan kepada pimpinan sebagai pengambil

kebijakan terhadap situasi kamtibmas di Lombok Barat.

b) Strategi preventif

Segala kegiatan proaktif yang dilakukan ketika eskalasi konflik sosial

dinilai pada tingkatan ambang gangguan atau Police hazard butuh kehadiran

anggota kepolisian untuk dapat melakukan pencegahan terhadap konflik dan

tidak dapat berkembang menjadi gangguan nyata. Adapun keadaan, peristiwa,

situasi dan kondisi dilingkungan yang bersifat faktual dan senantiasa

merupakan peluang/sumber terjadinya gangguan kamtibmas antara lain adanya

kunjungan pejabat-pejabat negara ke Lombok Barat maupun ke kabupaten

Lombok Barat pasca kejadian memerlukan pengamanan baik secara terbuka

maupun tertutup untuk menghindari adanya gangguan dari kelompok-kelompok

yang ingin mengacaukan situasi keamanan di Lombok Barat.

Peran intelijen dalam hal ini Sat Intelkam Polres Lombok Barat

memberikan pengamanan secara terbuka akan tetapi tidak adanya

pengamanan secara tertutup. Pengamanan tertutup sangatlah penting untuk

pencegahan terhadap adanya sabotase, spionase dan penggalangan dari pihak

lawan. Langkah-langkah kegiatan pengamanan intelijen kepolisian adalah

sangat rahasia dan tidak diketahui oleh sasaran yang diamankan maupun pihak

atau oposisi yang mengancam. Selanjutnya kegiatan penggalangan yang

dilakukan Intelkam pasca kejadian adalah penggalangan terhadap tokoh adat

dan tokoh pemuda di Kabupaten Lombok Barat. Kegiatan penggalangan sangat

diperlukan dalam upaya meredam adanya potensi konflik pasca terjadinya

kerusuhan di kabupaten Lombok Barat.

c) Strategi Represif
91

Sangat diperlukan ketika eskalasi permasalahan yang berkaitan dalam

pencegahan konflik sosial telah muncul kepermukaan dan terwujudnya suatu

gangguan nyata. Usaha dan tindakan untuk menemukan serta mengungkapkan

setiap perbuatan, tindakan maupun peristiwa, yang menimbulkan terjadinya

gangguan, hambatan, ancaman, kerugian dan kegagalan pada suatu kegiatan

yang dilaksanakan. Kegiatan untuk mengetahui dan menemukan suatu

petunjuk maupun indikasi yang sedemikian rupa sehingga memberikan alasan

untuk melancarkan suatu tindakan lidik dan sidik. Kegiatan deteksi dini yang

dilakukan oleh Sat Intelkam Polres Lombok Barat dalam mengantisipasi adanya

konflik sosial yang akan terjadi di wilayah hukum Polres Lombok Barat,

Pimpinan dapat mengambil langkah secara cepat dan tepat dalam

mengatasinya sehingga konflik tersebut tidak berkembang atau meluas.

5.3 Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi Peran Sat Intelkam

dalam Pencegahan Konflik Sosial di wilayah hukum Polres Lombok Barat

Dalam upaya pencegahan terhadap konflik sosial di wilayah hukum

Polres Lombok Barat di Kabupaten Lombok Barat, terdapatnya faktor-faktor

yang mempengaruhi peran Sat Intelkam Polres Lombok Barat dalam

melaksanakan perannya. Adapun analisa penulis terkait adanya faktor-faktor

tersebut dengan menggunakan analisis SWOT (Freddy R. 2004). Dalam hal ini

Sat Intelkam Polres Lombok Barat melakukan penilaian terhadap hasil

identifikasi situasi diluar dan didalam Sat Intelkam Polres Lombok Barat untuk

menentukan situasi dan kondisi yang dianggap sebagai kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman yang diidentifikasikan untuk menetukan cara-cara


92

maupun solusi yang tepat dalam melakukan pencegahan konflik sosial

sehingga konflik sosial tidak meluas keberbagai daerah.

a. Kekuatan (Strenght) adalah identifikasi situasi internal organisasi

yang berupa kompetensi / kapabilitas / sumber daya yang dimiliki organisasi

yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk menangani peluang dan

ancaman yang dihadapi. Dalam pencegahan konflik sosial di wilayah hukum

Polres Lombok Barat. Kasat Intelkam Polres Lombok Barat menunjukkan

sebuah komitmen yang tinggi dalam melakukan tugas-tugas intelijen, hal ini

dapat dilihat baik Kasat Intelkam yang menaruh perhatian penuh terhadap

peristiwa yang terjadi di Lombok Barat dan secara turun langsung kelapangan

pada saat kejadian Di Lombok Barat. Hal tersebut tentu merupakan nilai positif

bagi anggota intelijen Polres Lombok Barat dalam menambah motivasinya

terkait pelaksanaan kegiatan-kegiatan intelijen yang akan dilakukan dimasa

yang akan datang.

b. Kelemahan (Weakness) adalah situasi internal organisasi dimana

kompetensi / kapabilitas / sumber daya organisasi yang pemanfaatannya

dirasakan belum optimal dalam menangani peluang atau ancaman. Apabila

dilihat dari aspek sumber daya manusia (SDM) baik dari kualitas maupun

kuantitasnya masih rendah (minim). Pada Unit Intelkam Polres Lombok Barat

untuk jabatan Kanit belum terisi semua dan untuk anggota berpangkat Bintara

masih mengalami kekurangan, adapun anggota bintara pada tiap unit sangat

diperlukan terutama pada kegiatan intelijen baik penyelidikan, pengamanan dan

penggalangan dalam upaya melakukan pencegahan terhadap konflik di wilayah

hukum Polres Lombok Barat. Demikian juga sama halnya terhadap kualitas dari

personel anggota Intelkam, masih adanya personel yang belum mengikuti


93

pendidikan kejuruan Intelijen, mengikuti kejuruan Intelijen di Pusdik Intel

sangatlah penting dalam membentuk seorang personel Polri menjadi Intelijen

Polri yang handal dan mempunyai keahlian terutama terhadap tugas pokok

Intelijen yakni melakukan deteksi dini. Sedangkan dari aspek Sarana dan

prasarana yang belum mendukung kinerja anggota Inelijen dalam melakukan

tugasnya di wilayah hukum Polres Lombok Barat merupakan sebuah kendala

yang sampai saat ini belum teratasi. Kelengkapan Alsus dan Alkom (alat

komunikasi) yang bisa menjangkau daerah-daerah terpencil di Lombok Barat

belum dimiliki sehingga dalam hal sistem pelaporan guna pencegahan konflik

sosial menemui kendala yang sangat berarti. Demikian halnya dengan sarana

transportasi yang digunakan untuk menjangkau daerah seluruh Lombok Barat.

Belum lagi kendala pada penyerapan informasi secara terbuka yaitu koordinasi

dengan personil Bhabin di lapangan yang bertugas sebagai garda terdepan dan

tentunya memiliki peluang besar untuk mengetahui lebih awal perkembangan

situasi di wilayahnya, namun kenyataan yang terjadi adalah anggota intelijen di

lapangan belum sinkron dengan bhabin sebagai ujung tombak di desa,

Kebijakan Perkap tentang bhabin terkait format LI dan pendistribusiannya

menjadi penghalang untuk mendapatkan informasi yang cepat dan akurat.

c. Peluang (Opportunity) yaitu situasi eksternal organisasi yang

berpotensi menguntungkan. Adanya tokoh-tokoh masyarakat, tokok adat,

tokoh agama dan tokoh pemuda yang melakukan pertemuan dan bersepakat

untuk menghimbau masyarakat / umatnya untuk menjaga kerukunan kehidupan

beragama di Lombok Barat merupakan langkah yang tepat dalam pencegahan

meluasnya konflik sosial di Lombok Barat. Selain itu juga upaya pemerintah

pusat maupun daerah yang secara kontinyu turut serta menyelesaikan konflik
94

yang terjadi dengan memberikan bantuan materi secara langsung terhadap

korban akibat kerusuhan merupakan langkah awal yang dapat meredam

konflik.

d. Ancaman (Threats) adalah suatu keadaan eksternal yang

berpotensi menimbulkan kesulitan atau hambatan dalam pelaksanaan tugas.

Apabila dilihat dari aspek ideologi sebagian besar masyarakat Lombok Barat,

pemahaman terhadap status kultur budaya, ras dan diskriminasi masih melekat

pada oknum dan kelompok tertentu dengan idiologinya yang ingin melakukan

aktifitasnya dengan memanfaatkan kondisi sosial masyarakat. hal ini

merupakan bahaya laten yang masih akan terus mewarnai situasi Kamtibmas

di wilayah Lombok Barat. Dilihat aspek budaya, karakteristiknya penduduk yang

bermukim di daerah pegunungan mempunyai ciri khas egoisme dan fanastisme

kesukuan yang kuat dan cenderung memiliki tempramen tinggi serta

menyelesaikan masalah dengan jalan mengelar perang suku. Pribadi keras

dan tegas yang menjadi ciri khas warga pribumi tidak terlepas dari pengaruh

topografi alam dan pola hidup di daerah pedalaman, akibatnya, saat

berhadapan dengan perkembangan daerah yang cukup signifikan, sehingga

terkesan bahwa warga pegunungan maupun pedalaman Lombok Barat resistan

dengan perubahan. bahkan, sering mereka menyikapinya dengan emosional,

berbeda dengan suku- suku yang berada didaerah pantai, dimana pada

umumnya memiliki karakteristik yang mudah dipengaruhi dan mampu

mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat.


95

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan pada Bab

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Konflik sosial yang terjadi di Kabupaten Lombok Barat dapat menganggu

situasi keamanan dan ketertiban di Wilayah Hukum Polres Lombok Barat.

Lombok Barat yang dikenal sebagai kota pariwisata yang seharusnya memiliki

sikap keterbukaan dan inkonservatif, juga tidak ternoda dengan adanya konflik

sosial. Belum lagi kesenjangan ekonomi antara pendatang dan penduduk lokal

khususnya dalam bidang usaha pertambangan dan sektor pariwisata yang

dikuasai pendatang sebagai pemilik modal. Sikap antipati, karakter yang keras

serta pendidikan yang masih kurang juga merupakan penyebab terjadinya

konflik sosial. Dari berbagai permasalahan yang terjadi, setiap kejadian yang

dimunculkan kepermukaan (blow up) oleh media dapat diserap dunia

internasional bahwa masih terjadi konflik di salah satu destinasi wisata andalan

Indonesia. Tentunya hal ini menimbulkan ketidakpercayaan investor, wisatawan

lokal maupun mancanegara terhadap Indonesia. dan juga kinerja Polri dalam

hal terjaminnya keamanan dan ketertiban serta tidak terjaminnya kepastian

hukum bagi masyarakat. Disamping itu juga, konflik yang tak kunjung

terselesaikan dapat menimbulkan potensi adanya konflik lain di Lombok Barat.

Sehingga pencegahan konflik sangat diperlukan untuk mencegah meluasnya

konflik sosial.
96

2. Dalam melakukan pencegahan konflik sosial, Sat Intelkam Polres

Lombok Barat telah melakukan perannya dengan melakukan mengedepankan

sistem deteksi dini (early warning system). Suatu mekanisme yang berupa

pemberian informasi secara cepat, tepat waktu dan efektif, melalui institusi yang

dipilih, agar organisasi mampu mengambil tindakan untuk menghindari atau

mengurangi resiko yang akan terjadi. Adapun kejadian yang berawal dari

permasalahan sepele dan selanjutnya berkembang menjadi sebuah konflik

sosial diakibatkan sistem deteksi dini di tempat tersebut tidak berjalan dengan

baik. Apabila tidak dapat diantisipasi terlebih dahulu maka kerusuhan akan

meluas. Penyelenggaraan kegiatan Intelijen yang dilakukan oleh Sat Intelkam

Polres Lombok Barat berupa kegiatan penyelidikan, pengamanan dan

penggalangan dalam upaya untuk melakukan pencegahan terhadap konflik

sosial. Terkait hal tersebut, hasil kegiatan intelijen dalam rangka deteksi dini

haruslah didukung dengan Produk intelijen, sebab intelijen tanpa produk sama

dengan nol atau dianggap tidak bekerja.

Dari data yang diperoleh, Sat Intelkam Polres Lombok Barat dalam

pembuatan produk khususnya yang terkait dengan konflik masih fokus terhadap

laporan produk tentang terjadinya konflik, belum mengarah pada Laporan

Informasi terkait adanya potensi konflik di kewilayahan. Belum lagi tidak

maksimalnya peran Sat Intelkam dalam penyerapan informasi terbuka dari

bhabinkamtibmas (seluruh anggota Polri sejatinya sebagai pengemban fungsi

intel) yang dalam tugasnya diwajibkan membuat Laporan Informasi namun tidak

sesuai dengan format baku serta pendistribusiannya hanya sebatas kepada

user dalam hal ini adalah Kasat Binmas.


97

3. Pencegahan konflik sosial yang dilakukan Sat Intelkam Polres Lombok

Barat tidak terlepas oleh adanya adanya faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap organisasi seperti kekuatan (strenght) dimana adanya komitmen yang

tinggi dari seluruh personil Sat Intelkam Polres Lombok Barat dalam melakukan

pencegahan terhadap meluasnya konflik, adanya Kelemahan (Weakness)

terkait kekurangan personil, minimnya kualifikasi dan pengalaman anggota

terkait pelaksanaan tugas dan kegiatan Intelijen serta sarana dan prasarana

yang masih belum tersedia untuk mendukung pelaksanaan tugas anggota Sat

Intelkam Polres Lombok Barat. Penyerapan informasi secara terbuka yaitu

koordinasi antara anggota intelijen dengan personil Bhabin di lapangan yang

bertugas sebagai garda terdepan dan tentu sebenarnya memiliki peluang

besar untuk mengetahui lebih awal perkembangan situasi di wilayahnya masih

belum sinkron padahal bhabin sebagai ujung tombak di desa, Kebijakan Perkap

tentang bhabin terkait format LI dan pendistribusiannya menjadi penghalang

untuk mendapatkan informasi yang cepat dan akurat. Adanya Peluang

(Opportunity) yang turut membantu dalam pencegahan konflik seperti adanya

komitmen dari tomas, todat dan toga dalam menciptakan kerukunan kehidupan

beragama di Lombok Barat. Serta adanya ancaman (Threats) yang dapat

menimbulkan potensi adanya hambatan dalam pencegahan konflik sosial di

Lombok Barat seperti terdapatnya perbedaan karakteristik antara masyarakat

yang bermukim dipegunungan, karakteristiknya penduduk yang bermukim di

daerah pegunungan mempunyai ciri khas egoisme dan fanastisme kesukuan

yang kuat dan cenderung memiliki tempramen tinggi yang sangat berbeda

dengan suku-suku yang berada didaerah pesisir pantai.


98

6.2 Saran

Adapun saran yang diberikan oleh penulis sebagai berikut :

1. Kabupaten Lombok Barat yang selama ini menjadi destinasi wisata juga

merupakan lahan konflik karena tidak adanya sistem penyelesaian konflik

sampai ke akar-akarnya. Penyebab utama belum tuntasnya penyelesaian

konflik karena belum ada solusi yang komprehensif. Konflik lebih sering

diidentikkan dengan masalah ekonomi. Dengan berasumsi konflik akan hilang

dengan sendirinya ketika masyarakat menikmati kesejahteraan ekonomi,

pemerintah lebih memperhatikan bidang ketahanan pangan, pengurangan

kemiskinan, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar. Akan tetapi selain

masalah ekonomi, akar dari permasalahannya adalah masih ada pemikiran

konservatif dari kalangan bawah. pemerintah harus mampu merangkul semua

pemangku kepentingan agar secara bersama-sama mencari solusi yang

komprehensif. Perlu ditetapkan mekanisme yang dapat memungkinkan

keterlibatan semua pihak yang berkepentingan dalam pembuatan kebijakan

dalam penyelesaian konflik di Lombok Barat. Hal ini harus sesuai dengan apa

yang telah diamanatkan dalam Undang-undang no 7 tahun 2012 tentang

penanganan konflik sosial dimana ruang lingkup penanganan konflik terdiri dari

tahap pencegahan, penghentian dan pemulihan pasca konflik yang harus

dilakukan oleh Forum Komunitas Pimpinan Daerah Lombok Barat.

2. Peran Intelijen sebagai basis deteksi dini harus dimaksimalkan dalam

pencegahan konflik di Lombok Barat. fungsi deteksi dini yang dilakukan juga

perlu di imbangi dengan adanya kegiatan deteksi aksi dimana intelijen

keamanan juga mampu menggelar kegiatan/operasi Intelijen terhadap sasaran


99

yang berimplikasi terjadinya gangguan keamanan. Pentingnya Fungsi Intelkam

dalam hal ini Sat Intelkam Polres Lombok Barat untuk tetap melakukan

kegiatan intelijen yaitu penggalangan terhadap Toga, Todat, Tomas dan Tokoh

Pemuda dengan tujuan mendorong semua pihak untuk tetap mengedepankan

penegakan hukum dalam penyelesaian masalah, walaupun secara secara adat

perlu dilakukan hanya saja sebatas dalam konteks kehidupan sosial

masyarakat serta persoalan yang berkaitan dengan adat. Serta tetap menjaga

sinergitas fungsi-fungsi Kepolisian, Tokoh Agama, Tokoh masyarakat, Tokoh

Adat, Instansi terkait serta mitra kamtibmas lainnya dalam penanganan

permasalahan konflik agar dampak dari penindakan yang dilakukan dapat

diantisipasi secara dini serta tidak menimbulkan permasalahan yang baru

dikemudian hari. Terkait dengan hasil kegiatan intelijen dalam rangka deteksi

dini haruslah didukung dengan Produk intelijen, sebab intelijen tanpa produk

sama dengan nol atau dianggap tidak bekerja. Sat Intelkam Polres Lombok

Barat dalam pembuatan produk khususnya yang terkait dengan konflik harus

lebih mengedepankan informasi yang berkaitan dengan adanya ptensi konflik

sekecil apapun di kewilayahan agar dapat sesegera mungkin diambil langkah

antisipatif. Jadi tidak melulu laporan produk intelijen berbicara terkait

perkembangan situasi pasca konflik terjadi secara keseluruhan dan telah

dibuatkan dalam bentuk produk intelijen.

3. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pencegahan konflik

yang terjadi di Lombok Barat harus dapat diatasi untuk mendukung

pelaksanaan tugas Polri dalam memelihara keamanan dan ketertiban di

Wilayah Hukum Polres Lombok Barat. Sat Intelkam dalam mengatasi

kekurangan personel untuk berkoordinasi dengan BAG SDM Polres dalam hal
100

penambahan personel maupun keikutsertaan personel intel dalam setiap

pelatihan maupun kejuruan untuk menambah dan meningkatkan kemampuan

bidang Intelijen Kepolisian. Selain itu dapat berkoordinasi dengan BAGREN

Polres terkait pengusulan alsus, alkom dan sarana transportasi yang diperlukan

dalam mendukung tugas Intelijen di Lombok Barat, juga terkait sub mata

anggaran penggalangan yang masih belum tersedia pada level kesatuan

setingkat Polres. Selain itu pula perlu dibuat pembagian tugas yang jelas

masing-masing unit intelkam, mekanisme atau sebuah standar operasional

prosedur khusus penanganan konflik yang mengharuskan intelijen untuk

mendahului, menyertai serta mengakhiri kejadian konflik tersebut.

Terkait dengan penyerapan informasi secara terbuka oleh

bhabinkamtibmas, perlu dilakukan langkah awal yang efektif yaitu membuat

sebuah HTCK terkait Laporan Informasi bhabinkamtibmas tersebut agar

pendistribusiannya bisa diterima oleh Kasat Intelkam untuk selanjutnya

diteruskan kepada pimpinan guna mengambil kebijakan lebih lanjut. Selain itu

tentang kebijakan format Laporan Informasi harus direvisi dan harus sama

dengan format baku yang memang sudah ditetapkan sesuai ketentuan.


101

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Basrowi dan Sukidin. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro.


Surabaya : Insan Cendikia.

Farouk, Muhammad dan H. Djaali. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta :

PTIK Press dan PT Restu Agung.

Gitosudarmo, Indriyo, dan I Nyoman Sudita. 2008. Perilaku Keorganisasian,


Cetakan Ketiga. Jogyakarta : BPFE.

Mulyana, Deddy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT remaja


Rosdakarya.

Nitibaskara, R Tubagus. 2002. Paradoksal Konflik dan Otonomi Daerah,


Jakarta: Lipi.

Patton, Michael, Quinn. 1987. Qualitative Evaluation Methods. Biverly Hill :


Sagc Publication.

Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis,


Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Soenarto, Kamanto. 2004. P

engantar Sosiologi Edisi Revisi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia.

Soerjono, Soekanto. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru, Jakarta :


Rajawali Pers.

STIK-PTIK. 2015. Ilmu Kepolisian. Jakarta : PTIK Press.

Tan, Mely, G.1993. Masalah Penelitian. Dalam Buku Metode-Metode Penelitian


Masyarakat. DieSatOleh: Koentjaraningrat. Jakarta : Gramedia.

Thoha, Miftah. 2004. Birokrasi Politik di Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo


Persanda.

Winardi, 1994. Manajemen Konflik (Konflik Perubahan dan Pengembangan),


Bandung: CV. Mandar Maju.
102

SKRIPSI

Marbun, Daniel. 2013. Peran Intelkam Polri dalam mengantisipasi Konflik Sosial
(Studi di wilyah hukum Polres Lampung). Skripsi. Bandar Lampung.
Universitas Lampung Bandar Lampung.

Arifin, Wiwin Syamsul. 2015. Mahasiswa Angkatan 65 STIK-PTIK. Perenan Sat


Intelkam Polres Bima Kabupaten dalam Mencegah Terjadinya Konflik
Sosial Antara Desa Samili dan Desa Dadibau di Kab. Bima.

PERUNDANG-UNDANGAN

Republik Indonesia, Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian


Negara Republik Indonesia.

Republik indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 Tentang


Penanganan Konflik Sosial.

Kepolisian Negara Republik indonesia, Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2013


Tentang Teknis Penanganan Konflik Sosial.

Kepolisian Negara Republik indonesia, Peraturan Kapolri Nomor 22 Tahun


2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian
Daerah.

MODUL

Dahniel, Rycko, Amelza. 2015. Kajian Birokrasi dalam Ilmu Kepolisian. Tidak
Dipublikasikan.

Modul Hanjar Pusdik Intelkam. 2011. Teori Dasar Intelijen. Tidak


Dipublikasikan.
103

PEDOMAN PENGUMPULAN DATA

I. Judul

PERAN SAT INTELKAM DALAM PENCEGAHAN KONFLIK SOSIAL DI


WILAYAH HUKUM POLRES LOMBOK BARAT

II. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, dapat dikemukakan

beberapa permasalahan yang akan dibahas, yaitu bagaimana Peran Sat

Intelkam dalam pencegahan konflik sosial di wilayah hukum Polres Lombok

Barat.

III. Pertanyaaan penelitian


a. Bagaimana Karakteristik umum Polres Lombok Barat khususnya yang

seringkali terjadi konflik sosial?

b. Bagaimana langkah-langkah Sat Intelkam dalam pencegahan konflik

sosial di Wilayah Hukum Polres Lombok Barat ?

c. Faktor-faktor apa yang berpengaruh dalam pencegahan konflik sosial di

Kabupaten Lombok Barat oleh Sat Intelkam Polres Lombok Barat?

IV. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang sudah di uraiakan di

atas maka tujuan dari penulisan ini adalah :

a. Untuk mengetahui karakteristik umum Polres Lombok Barat khususnya

yang seringkali terjadi konflik sosial?


104

b. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah Sat Intelkam dalam

pencegahan konflik sosial di wilayah hukum Polres Lombok Barat.

c. Untuk Faktor-faktor apa yang berpengaruh dalam pencegahan konflik

sosial di Kabupaten Lombok Barat oleh Sat Intelkam Polres Lombok

Barat?

V. Informasi/data yang akan dicari :

A. Data Sat Intelkam Polres Lombok Barat.

1. Data intel dasar wilayah hukum Polres Lombok Barat.

2. Peta kerawanan daerah

3. Data pemetaan potensi konflik di wilkum Polres Lombok Barat tahun

2015

4. Data kirka Intel terkait konflik Lombok Barat

5. Sprin terakit konflik Lombok Barat

6. Data jumlah anggota Sat Intelkam Polres Lombok Barat.

7. Struktur organisasi Sat Intelkam Polres Lombok Barat

8. Data Jumlah laporan Informasi mengenai konflik yang terjadi di Lombok

Barat.

9. Data Jumlah laporan Informasi khusus mengenai Konflik Lombok Barat.

10. Data Jaringan Intel

11. Dokumentasi terkait konflik Lombok Barat

B. Data Kominda Kabupaten Lombok Barat

1. Struktur Kominda Kabupaten Lombok Barat

2. Laporan Intelijen Terkait Konflik Lombok Barat

3. Dokumentasi konflik Lombok Barat


105

VI. Matrik pedoman pengumpulan data

1. pedoman wawancara

Informan Kode info/ data Jadwal Pelaks ket


yg akan di cari waktu

Kapolres Lobar a5, a6, a7 Senin, pkl Wawancara


08.00 wib
s/d selesai
Kasat Intelkam a1, a2, a3, a4, a8, Senin, pkl Wawancara
Lobar dan a9, a10 13.00 wib
anggotanya s/d selesai
Kabag Ops a11, a12 Selasa, Wawancara
Lobar pkl 08.00
wib s/d
selesai
Kominda Lobar b1, b2, b3 Selasa, Wawancara
pkl 13.00
wib s/d
selesai

2. Pedoman observasi

Kode info/ Lokasi/ objek Jadwal Pelaks ket


data yg akan waktu
di cari
a1, a2, a3, Mako Polres Senin, pkl Wawancara dan
a4, a5, a6, Lobar 08.00 wib s/d pengumpulan
a7, a8, a9, selesai dokumen
a10, a11, a12
b1, b2, b3 - Kantor Selasa, pkl Wawancara dan
Kominda 08.00 wib s/d pengumpulan
Lobar selesai dokumen
106

3. Pedoman telaah dokumen

Kode info/ data Lokasi/ objek Jadwal Pelaks ket


yg akan di cari waktu

a1, a2, a3, a4, a5, Lokasi : Senin, pkl Wawancara


a6, a7, a8, a9, Mako Polres Lobar 08.00 wib dan
a10, a11, a12 Objek : s/d selesai pengumpulan
- Produk Intelijen dokumen
- Data Intelijen
(struktur,
personel, job
description, dll)
b1, b2, b3 Lokasi : Selasa, pkl Wawancara
- Kantor Kominda 08.00 wib dan
Objek : s/d selesai pengumpulan
- Data Kominda dokumen
Data Konflik
social
Jadwal Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 13 Desember 2016 sampai

tanggal 22 Desember 2016. Penelitian dilakukan di Mako Polres Lombok Barat.

NO WAKTU INFORMAN KET

1 Tanggal 13 dan 14 Des 2016 Kapolres Lobar tentatif

2 Tanggal 14 dan 15 Des 2016 Kabag Ops Lobar tentatif

3 Tanggal 16 dan 17 Des 2016 Kasat Intel Lobar tentatif

4 Tanggal 18 dan 19 Des 2016 Kanit Intel Lobar tentatif

5 Tanggal 20 dan 21 Des 2016 Kominda tentatif

6 Tanggal 22 Des 2016 Kapolres Lobar tentatif


107

Anda mungkin juga menyukai