DIALOG PUBLIK
TEMA : STRATEGI PENCEGAHAN RADIKALISME DI KALANGAN MASYARAKAT
DITJEN KESBANGPOL KEMENTERIAN DALAM NEGERI – LPPD PEMALANG
1. Tokoh Masyarakat
2. Tokoh Pemuda
3. Tokoh Wanita
4. Ormas Keagamaan
5. Perangkat Desa
Susunan Acara:
- Pembukaan
Inti dari sambutan Ketua LPPD Pemalang bahwa pemikiran dan tindakan radikalisme
perlu ada upaya pencegahan. Melalui dialog publik kali ini, diharapkan ada solusi
konkret yang diharapkan dapat bisa mengeliminir kekerasan dan radikalisme di
masyarakat baik dalam bentuk pikiran maupun perbuatan. LPPD sebagai bagian dari
masyarakat merasa ikut bertanggungjawab dala upaya pencegahan terhadap
radikalisme dan terorisme di lingkungan masyarakat
Sambutan Dirjen Kesbangpol Republik Indonesia diwakili oleh Bapak Alfian Alwi, SH
(Bagian Konflik Pemerintahan Direktorat Kewaspadaan Nasional Ditjen Kesbangpol
Kementerian Dalam Negeri)
Pada sambutan ini Direktur Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam
Negeri disampaikan oleh : Bapak Alfian Alwi, SH (Kepala Seksi Wilayah II Subdit
Penanganan Konflik Pemerintahan Ditjen Kesbangpol Kementerian Dalam Negeri)
menyampaikan bahwa masalah yang serius yang dihadapi bangsa Indonesia adalah
perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi berubah menjadi desentralisasi yang
disalahtafsirkan bahwa putera daerah mutlak harus menjadi pemimpin di daerahnya.
Hal ini seringkali menjadi pro dan kontra terkait dengan kebijakan yang diambil sehingga
tidak jarang menimbulkan aksi unjuk rasa yang berakhir dengan radikalisasi dan
kekerasan, khususnya pada Pemilukada. Untuk itu perlu diantisipasi dengan langkah-
langkah pencegahan yang komprehensif oleh pemerintah dan aparat keamanan. Juga
dibutuhkan peran serta seluruh elemen masyarakat dalam menangani aksi-aksi radikal
di Indonesia. Di sisi lain, juga ditekankan bahwa dalam rangka memelihara stabilitas
keamanan nasional hendaknya berpedoman pada empat pilar kebangsaan sebagai
fondasi kita semua.
Pemalang)
Pada sesi ini nara sumber menyampaikan bahwa masalah radikalisme adalah tindakan
yang seringkali dilakukan dengan cara memaksa dan kekerasan. Pada era reformasi ini
tindakan radikalisme seringkali muncul ketika ada unjuk rasa berujung pada pemaksaan
kehendak dan dengan cara-cara kekerasan. Padahal cara-cara seperti itu sangat
bertentangan dengan watak manusia Indonesia yang santun. Tugas polisi sebagai
aparat penegak hukum yaitu menegakan hukum dan undang-undang. Sebagai aparat
penegak hukum polisi sebenarnya sudah melakukan tindakan pencegahan (preventif),
ajakan (persuasif) dan patroli sebelum terjadi peristiwa kriminal. Hal tersebut dilakukan
semata-mata karena polisi sendiri disamping aparat penegak hukum, juga sebagai
pengayom masyarakat. Oleh karena itu sebelum terjadi hal-hal yang mencurigakan dan
mengarah pada kekerasan, masyarakat diminta agar selalu berkoordinasi dengan
aparat polisi setempat seperti polsek. Saat ini kesan sosok polisi dianggap masih sangat
menakutkan dan kurang baik di mata masyarakat. Padahal polisi sendiri adalah
pengayom masyarakat. Aparat keamanan dalam upaya pencegahan kekerasan di
lingkungan masyarakat harus bermitra dengan seluruh komponen masyarakat.
Tanggungjawab masalah keamanan tentunya bukan hanya menjadi tugas kepolisian
semata. Namun masyarakat harus berperan aktif dengan cara melaporkan apabila
terjadi kekerasan.
Para tokoh masyarakat, pemuda, perempuan dan tokoh agama harus melakukan
upaya-upaya pemahaman dan penyadaran terhadap bahaya radikalisme di
lingkungannya masing-masing.
Forum kemitraan antara kepolisian dengan masyarakat yang disebut dengan polisi
masyarakat yang selama ini sudah terjalin perlu direalisasikan dengan tindakan-
tindakan nyata. Polisi masyarakat (Polmas) adalah sebuah institusi masyarakat dari,
oleh dan untuk masyarakat yang manfaatnya sangat besar dalam upaya pemeliharaan
keamanan dan ketertiban. Hal ini sangat membantu pihak keamanan dalam upaya
mencegah tindak kekerasan di masyarakat.
Pemateri II : Nur Aziz Muhaimin, SH (Kasi Poldagri Kantor Kesbangpol dan Linmas
Kabupaten Pemalang)
Ringkasan Moderator :
Pada era reformasi ini tindakan radikalisme seringkali muncul ketika ada unjuk rasa
berujung pada pemaksaan kehendak dan dengan cara-cara kekerasan. Radikalisme
adalah tindakan yang seringkali dilakukan dengan cara memaksa dan kekerasan.
Radikalisme bisa terjadi dalam situasi apapun dan dimanapun serta dapat dilakukan
oleh siapapun. Strategi pencegahan radikalisme perlu dilakukan dengan cara preventif
dan persuasif dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat. Pencegahan
radikalisme sejak dini merupakan solusi yang sangat efektif agar tidak terjadi kekerasan
yang dapat merusak system kehidupan social. Pencegahan radikalisme harus dilakukan
secara bersama-sama antara aparat kepolisian dengan seluruh komponen masyarakat.
Apabila terjadi hal-hal yang mengarah pada tindakan kekerasan, masyarakat perlu
segera berkoordinasi dengan pihak kepolisian terdekat. Hal ini dilakukan agar
pencegahannya bisa dilakukan sejak awal.
Rekomendasi
1. Forum Dialog Publik dengan tema radikalisme perlu dilaksanakan secara
berkelanjutan dengan melibatkan elemen masyarakat yang lebih luas lagi.
Tujuannya adalah agar pemahaman bahaya radikalisme bisa tersosialisasi
dengan baik.
6. Para orang tua diminta untuk mengontrol perilaku putra putrinya dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
bisa ada ada upaya pencegahan