Anda di halaman 1dari 42

BAB III

TEORI DASAR

Perekahan hidraulik didefinisikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan


produktivitas lapisan penghasil hidrokarbon dengan jalan perekahan lapisan
tersebut secara hidralik. Untuk melakukan perekahan digunakan cairan perekah,
yang dipompakan ke permukaan reservoir hingga melampaui batas kekuatan
batuan. Setelah terjadi rekahan, pemompaan cairan hidraulik masih dilanjutkan,
agar perekahan yang terjadi bertambah lebar dan memanjang jauh ke dalam
batuan. Untuk menghindari tertutupnya kembali rekahan, sebagai tahap akhir,
pada cairan perekah yang diinjeksikan ditambahkan material pengganjal
(propping agent ). Propping agent ini akan terbawa masuk ke dalam rekahan dan
akan mengisi seluruh bagian rekahan. Bila pemompaan semua propping agent
telah dipompakan ke dalam sumur pemompaan dihentikan. Propping agent akan
tetap berada didalam rekahan, dengan demikian didalam rekahan batuan terisi
propping agent yang permeabilitasnya lebih baik daripada permeablitas batuan
formasi. Sebagai kriteria pemilihan sumur untuk distimulasi adalah sumur-sumur
yang mempunyai “Damage Ratio” (DR) kecil.
Damage Ratio adalah perbandingan antara permeabilitas nyata terhadap
permeabilitas aslinya. Permeabilitas absolut asli diperoreh dari data re, sedangkan
permeabilitas nyata diperoreh dari uji tekanan dalam bentuk permeabilitas relatif.
Rekahan yang dihasilkan dapat menembus zone yang rusak(damage zone)
dan mungkin pula dapat menghubungkan daerah yang porous permreable dengan
lubang sumur yang semula terhalang oleh suatu penghalang (barrier). Karena
permeabilitas rekahan lebih besar dari pada permeabilitas formasi, maka aliran
fluida dari reservoir menuju ke lubang sumur menjadi lebih lancar. Perbaikan
permeabilitas ini juga akan memperbesar daerah penyerapan sumur (drainage
area). Hasil stimulasi dengan cara perekahan hidraulik tergantung dari
karakteristik batuan, cara penyelesaian sumur dan keberhasilan operasi
perekahannya sendiri.

20
Keberhasilan operasi perekahan hidraulik sangat tergantung pada
penentuan parameter perekah, yaitu ; tekanan hidraulik yang diberikan pemilihan
jenis fluida perekah dan pemilihan, proping agent untuk menahan celah rekahan
agar tidak menutup kembali.

3.1. Mekanisme Perekahan batuan


Perekahan hidraulik dilakukan pada formasi dengan permeabilitas yang
rendah, dengan maksud membentuk permeabilitas yang baru yang bertujuan untuk
meningkatkan permeabilitas disekitar sumur, pada jarak tertentu. Untuk dapat
merekahkan formasi – formasi produktif, batuan tersebut harus diberi tekanan
hidraulik sampai melebihi kekuatan gaya – gaya yang mempertahankan keutuhan
batuan formasi.
Jika fluida bertekanan diberikan pada batuan formasi, maka tiga stress utama
akan berkurang pengaruhnya sesuai dengan pertambahan tekanan yang diberikan.
Gambar. 3.1, memperlihatkan besar ketiga stress utama dan arah rekahan.
Pertambahan tekanan lebih lanjut menyebabkan pengaruh stress utama
terkecil (least principal stress) akan mencapai harga nol. Apabila tensile strength
batuan terlewati maka batuan akan rekah pada bidang yang tegak lurus terhadap
stress utama terkecil. Dengan demikian apabila arah stress utama terkecil pada
arah horizontal, maka rekahan yang terjadi adalah vertikal, begitu pula sebaliknya.
Untuk suatu lapisan yang daerah relaksasi tektoniknya dicirikan oleh sesar
normal, stress utama terkecil memiliki arah horizontal sehingga arah rekahan
adalah vertikal. Tekanan yang dibutuhkan untuk merekahkan batuan tersebut
besarnya kurang dari tekanan overburden, karena itu tekanan yang dibutuhkan
untuk merekahkan batuan adalah sama atau lebih besar dari tekanan overburden.
Apabila gaya horizontal yang mempertahankan keutuhan batuan lebih kecil
dari gaya vertikal, maka batuan tersebut akan dapat direkahkan dengan arah
vertikal. Besar tekanan hidraulik untuk memecahkan batuan umunya berkisar
antara 600 sampai 1000 psi untuk setiap ft rekahan.

21
σ1
σ2

Minimum
in-situ stress

Hydroulic Fracture
σ3

Gambar 3.1. Besar Ketiga Stress Utama Dan Arah Rekahan

Retakan batuan yang terjadi sebagai akibat penekanan secara hidraulik dapat
berarah horizontal maupun vertical (Gambar. 3.2) tergantung dari arah gaya
dominan yang mempertahankan keutuhan batuan.

Gambar 2. Jenis arah rekahan

Gambar. 3.2. Arah Retakan Batuan

22
Besar tekanan rekah batuan formasi tergantung dari :
1. Kekuatan batuan pembentuk formasi. Semakin besar tensile strength dan
compressive strength, semakin besar pula tekanan rekahnya.
2. Tekanan overburden. Semakin dalam lapisan formasi, semakin besar
tekanannya, sehingga semakin besar pula tekanan rekahnya.
3. Permeabilitas batuan formasi. Penetrasi fluida perekah kedalam formasi
semakin efektif bila permeabilitas batuan semakin besar. Dan ini akan
mempermudah proses perekahan.
4. Keseregaman lapisan. Lapisan yang terbentuk dari batuan yang
mempunyai sifat-sifat yang seragam akan lebih mudah untuk direkahkan.
5. diameter lubang sumur. Sumur dengan diameter besar, akan
mempermudah proses perekahan batuan.
Gambar menunjukkan suatu plot harga-harga stress terhadap kedalaman.

Insitu Stress Magnitude

Max. Horizontal Stress, σmax = σmin + Δσ


Overburden
Max.
horiz

Min.
Depth

horiz

Δσ

Overburden Stress = 1.1 psi/ft

Min. horizontal Stress, σmin

Gambar 3.3. Skematik dari Harga-harga Stress Vs Kedalaman

Tekanan mininal yang diperlukan untuk merekahkan batuan reservoir :


a. Untuk rekahan horizontal
PF = Go D + Pr.........................................................................................(3-1)

23
b. Untuk rekahan Vertikal :
2v
PF = Go D  S t  Pr ........................................................................(3-2)
1 v
Dimana :
PF = Tekanan perekahan, psi.
Go = Gradient tekanan overburden, psi/ft
D = Kedalaman lapisa, ft
Pr = Tekanan rekahan, psi
V = Poisson’s ratio, tanpa dimensi
St = Tensile strength batuan, psi
Besarnya tekanan dipermukaan yang diperlukan untuk perekahan formasi adalah :
Pwh = PF + Pf + Ppf - Ph...........................................................................(3-3)
Dimana :
Pwh = Tekanan injeksi dikepala sumur, psi
Pf = Kehilangan tekanan akibat gesekan didalam pipa, psi
Ppf = Kehilangan tekanan karena gesekan antara fluida perekah dengan
lubang perforasi, psi
Ph = Tekanan hidrostatik fluida perekah, psi

3.2. Perhitungan Geometri Rekahan


Setelah diperoleh tekanan injeksi di kepala sumur untuk memperoleh
parameter panjang dan lebar rekahan melalui perhitungan geometri rekahan, maka
parameter lainnya yang dapat ditentukan adalah ;
a. Volume total (Vt) fluida perekah :
Vt(gal) = Vpad + Vslurry...............................................................................(3-4)
b. Waktu pemompaan total (Tt)
Vt  gal 
Tt  ..................................................................................(3-
42 xQ BPM 
5)

24
3.3. Model Geometri Rekahan
Model geometri dari perekahan hidrolik dibuat berdasarkan mekanika
batuan, sifat-sifat fluida perekah, dan stress dibatuan. Untuk menghitung
pengembangan rekahan diperlukan prinsip hukum konsevasi momentum, massa
dan energi, serta kriteria berkembangnya rekahan yang berdasarkan interaksi
batuan, fluida dan distribusi energi.
Secara umum model geometri perekahan adalah :
1. Model perekahan dua dimensi (2D), tinggi tetap, aliran fluida 1 dimensi
(1D).
2. Model perekahan Pseudo 3 dimensi (P3D), perkembangan dengan
ketinggian bertambah, aliran 1 atau 2.
3. Model 3 dimensi (3D), perluasan perekahan planar 3D, aliaran fluida 2D.

3.3.1. Model KGD (Kristianovich, Geerstma, and de Klerk)


Pada model KGD diasumsikan bahwa tekanan merata diseluruh bagian
horizontal. Rekahannya relatif lebih pendek dan lebih lebar. Lebarnya dianggap
sama sepanjang rekahannya dan berbentuk setengah ellips diujungnya. Model ini
berlaku untuk kondisi dimana tinggi rekahanlebih besar dari panjangnya.
Persamaan yang digunakan untuk perhitungan panjang dan lebar rekahan adalah :
Lebar rekahan KGD model :

 1  v   q o 3 F1 
1/ 5

W  1.58 3
3 / 10
 . t ...........................................................
 G hF K t 
(3-6)

Panjang rekahan KGD model


q o t 0 .5
L ...........................................................................................(3-
 h f Kt

7)

25
Dimana :
W = lebar rekahan, in
L = panjang rekahan, ft
V = poisson’s ratio
μ = viskositas, Kpa-min
qo = laju pemompaan, bpm
Fl = parameter bentuk (sekitar 0.75 untuk ellips)
G = shear modulus, Kpa
hf = tinggi tekahan, FT
Kt = koefesien leak-off, ft/min1/2
t = waktu, menit

Gambar 3.4 geometri Rekahan Model KGD

3.3.2. Model PKN (Perkins, Kern and Nordgren)


Pada model PKN diasumsikan bahwa tekanan merata diseluruh bagian
vertikal. Rekahannya relatif lebih panjang dan lebih sempit. Lebar rekahan
maksimum terjadi pada titik tengah dari penampang rekahan. Model ini berlaku
untuk kondisi dimana tinggi rekahan lebih kecil dari panjang rekahan. Persamaan
yang digunakan untuk digunakan perhitungan lebar dan panjang rekahan :

26
xf

u (x)

W (x,t)

w (0,t)
hf

Gambar 3.5. Geometri Rekahan Model PKN

Lebar rekahan PKN model :

 1  v   q o 2 
1/ 4 1/ 4
 2 
W  4 3    . t 1 / 8 .......................................................(3-
   G hF K t 
8)
Panjang rekahan PKN model :
0.5 . q o . t 0.5
L ......................................................................................
 . hr . K t
(3-9)

3.4. Penentuan Closure Pressure

27
Closure pressure adalah harga rata-rata stress minimum dimana rekahan
terjadi, atau besarnya tekanan minimum agar rekahan tidak menutup kembali.
Harga ini dapat meningkat apabila tekanan pori-pori naik (poroelastic effect).
Closure pressure dicari dari minimum stress (σmin) karena stress bervariasi
sepanjang formasi antara barier. Mula – mula fluida perekah diinjeksikan
kedalam sumur, kemudian masuk ke formasi dan tekan semakin lama semakin
naik, begitu juga dengan laju injeksi semakin sesuai dengan selang waktu yang
diberikan untuk rekahan menutup kembali, kemudian hasil operasi tersebut diplot.
Plot grafik seperti terlihat pada gambar 3.5.
Pada operasi perekahan hidrolik, tekanan harus dibiarkan turun sampai
melewati closure pressure. Data closure pressure ini mutlak diperlukan dalam
analisa penurunan tekanan dan juga untuk menentukan closure time dari suatu
perekahan hidrolik. Penentuan closure pressure dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu berdasarkan pada flow back test dan berdasarkan pada step rate test.

3.4.1. Metode Flow Back Test


Metode ini umumnya diterapkan pada minifrac yaitu perekahan hidrolik
dalam skala kecil, dengan anggapan closure pressure tetap. Metode yang paling
baik untuk menentukan closure pressure adalah kombinasi dari step rate test
(dengan perluasan pada akhir langkah) dan kemudian flow back test. Gambar 3.7.
memperlihatkan penentuan closure pressure dengan flow back test.
Besarnya closure pressure ditunjukkan oleh kemiringan pada kurva plot
tersebut prinsipnya adalah periode aliran balik dengan laju konstan antara1/6 – ¼
dari laju injeksinya (misalnya untuk step test dihitung dari laju terakhir).
100
00 Δp – Net fracturing
Pressure
ISIP – Instantaneous shut
in Pressure
900 Fracture P – Fracture Extension
PREESSURE ext
0 Treatment Pressure
DECLINE
Pr – BHP –RESERVOIR
TRANSIENT Reservoir
PRESSURE NEAR
Pressure or Pore Pressure
WELLBORE

FRACTURE
CLOSES
ON
CLOSURE PRESSURE PROPPANT
600 HORIZ. ROCK
STRESS
0 28
RESERVOIR
PRESSURE Pr
300
Gambar 3.6. Grafik Kelakuan Rekahan Pada Perekahan Hidrolik
3.4.2. Metode Step Rate Test
Fluida komplesi (seperti 4 % KCL) diinjeksikan pada laju yang berangsur-
angsur naik sampai pelaksanaan perekahan selesai. Dalam test ini dicari sampai
diperoleh tekanan rekah, dan tekanan maksimum harus diatas tekanan tersebut
sampai sebesar 50 % sampai 200 % psi. Tekanan harus lebih tinggi karena harus
melawan friksi dan menembus rekahan tersebut.

Inflection point
Bottom Pressure

Pc Pump h Flow back


Inflection point

Anc
Too
Rebound low
BHP

Pressure Anc
Too Correct rase
High Conecture reservoir

flowback Shut in

Gambar 3.7. Penentuan Closure Pressure Dengan Flow Back Test

29
Gambar 3.8. Penentuan Closure Pressure Dengan Flow Back Test
Gambar 3.7. menunjukkan suatu step rate dengan grafik tekanan vs laju produksi.

3.5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Perekahan


Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi dalam keberhasilan peleksanaan
hydraulic fracturing.

3.5.1. Fluida Perekah


Fluida perekah adalah suatu cairan yang digunakan untuk menghantarkan
daya pompa ke batuan formasi, dan juga berfungsi sebagai pembawa material
pengganjal ke dalam rekahan.
Pemilihan fluida perekah didasarkan pada beberapa faktor, antara laian :
a. Memiliki kemampuan yang efektif untuk membawa propping agent ke dalam
rekahan.
b. Stabil terhadap temperatur formasi
c. Kompetible terhadapfluida reservoir, sehingga tidak menimbulkan emulsi dan
interaksi yang merugikan
d. Tidak menimbulkan kerusakan terhadap formasi
e. Tingkat kehilangan cairan (friction lost) kecil
f. Memiliki viscositas yang stabil terhadap suhu maupun tekanan sehingga tidak
terjadi penyumbatan pada saat perekahan berlangsung
g. dapat dikeluarkan kembali dengan mudah setelah operasi perekahan selesai
h. Mudah diperoleh, ekonomis dan relatif mudah dipompakan
Jenis fluida perekah yang biasa digunakan untuk merekahkan formasi
adalah :
1. Water Base Fluid
Dapat digunakan pada reservoir minyak maupun gas dengan kapasitas
pemompaan tinggi. Fluida perekah bahan dasar air ini memiliki beberapa
keuntungan diantaranya : murah dan udah dipompakan, mempunyai daya

30
pengangkatan yang baik terhadap propping agent kedalam rekahan, dan specific
gravitinya tinggi, dengan demikian tekanan hidrostatiknya besar, sehingga
mengurangi tekanan pompa yang diperlukan untuk perekahan.

2. Oil Base Fluid


Tidak dapat digunakan pada reservoir gas karena mudah terbakar. Ada
beberapa jenis cairan bahan dasar minyak untuk perekahan, yaitu :
a. Napalm Gel, bahan dasar yang digunakan adalah kerosin atau minyak diesel
atau crude oil yang dipadatkan dengan penambahan napalm (alumunium fatty
acid salt). Gel ini mempunyai viscositas tinggi dan mampu membawa material
pengganjal serta fluid lossnya rendah.
b. Viscouse Refined Oil, lebih menguntungkan dari pada Napalm Gel karena
mudah diperoleh dari refinery, dapat dimanfaatkan kembali sebagai hasil
produksi, dan viscositasnya akan berkurang bila bercampur dengan fluida
formasi, sehingga mudah dikeluarkan kembali setelah operasi perekahan
selesai.
c. Crude Oil, dapat digunakan sebagai cairan perekah setelah ditambah fluid loss
control
d. Gelled Oil, merupakan campuran minyak - air dengan sedikit fatty acid soap
dan caustic, sehingga membentuk gel, gelled oil ini sering digunakan karena
mudah didapat, relatife murah dan gesekan dengan dinding pipa relatif kecil.
3. Emulsi Base Fluid
Sering digunakan untuk perekahan formasi dengan batuan karbonat. Emulsi
dan HCL digunakan sebagai fluid perekah pada formasi bertemparatur tinggi
(diatas 250 0F). Untuk temperatur dibawah 250 0F, digunakan asam HCL dengan
konsentrasi tinggi (  28 %). Konsentrasi HCL yang dipergunakan tergantung
dari jenis batuan karbonat yang akan direkahkan.

3.5.2. Additive

31
Additive adalah suatu material yang ditambahkan kedalam fluida perekah
untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Sifat – sifat yang harus dimiliki oleh
additive ini adalah :
a. Tidak reaktif dengan fluida reservoir
b. Mudah dikeluarkan dari formasi
c. Sangat efektif pada konsentrasi rendah
Sedangkan macam-macam additive yang biasa digunakan antara lain :
Crosslink (argonometalic, borate), untuk meningkatkan viscositas dengan
pengikatan satu molekul atau lebih.
Buffer (NaOH), asetat acid, fumaric acid, sulfamic acid), untuk mengontrol PH.
Bactericide (glutaraldehyde, chlorophenates, quaternary amines, isothiazoline),
untuk melindungi polymer dari kerusakan oleh bakteri.
Fluid Loss Additive (silica flour, oil soluble resins, adomite regain, unrefined
guar, karaya gums), untuk mengontrol kehilangan fluida.
Breakers (oxidizers, enzyme, acid), untuk memecahkan rantai polymer sehingga
encer kembali (viskositasnya menjadi kecil) setelah penempatan proppant, agar
produksi aliran minyak kembali mudah dilakukan.
Viscosity stabilizers (methanol, natrium thiosulfate), untuk menjaga penurunan
viskositas pada polysaccharide gels (fluida perekah), yang dilakukan pada
temperatur diatas 200 0F.
Surfactant (fluorosurfactant), mengabsorb dua permukaan antara dua fluida yang
tidak bercampur, menurunkan tegangan permukaan, mempermudah
menghilangkan air dari permukaan formasi, dan mempermudah terjadinya
rekahan.

3.5.3. Proppant (Material Pengganjal)


Kegunaan proppant atau pengganjal dalam suatu proyek perekahan
hidrolik adalah untuk menahan agar formasi yang sudah rekah tertahan dan tidak
menutup kembali dan mendapatkan suatu saluran untuk menuju lubang sumur
dengan permeabilitas tinggi (konduktivitas rekahan). Pemilihan proppant akan
menentukan konduktivitas (wkf), dimana :

32
Konduktivitas rekahan = lebar rekahan x permeabilitas.
Semakin besar besar permebilitas di rekahan akan semakin besar pula
produktivitas tanpa mengesampingkan segi ekonomis dalam pemilihan proppant
atau ukuran rekahan.

Faktor – faktor yang mempengaruhi konduktivitas rekahan :


1. Closure Stress. Tekanan yang diteruskan dari formasi yang ada diatasnya
terhadap proppant selama rekahan menutup dapat menyebabkan proppant
pecah. Berkurangnya ukuran partikel dan bertambahnya permukaan
proppant akan mengurangi permeabilitas rekahan.
2. Proppant Particle Size. Ukuran partikel proppant berdampak pada
permebilitas rekahan. Proppant yang berukuran besar, misalnya 12/20
mesh akan mempunyai konduktivitas lebih besar pada level tekan yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan 12/18 mesh. Disini juga perlu
dipertimbangkan transportasi proppant dalam pemilihan ukuran. Meskipun
proppant yang berukuran lebih besar lebih konduktif, tetapi proppant yang
berukuran kecil lebih mudah ditransport jauh kedalam rekahan. Pada
umumnya lebar rekahan adalah 2 sampai 3 kali diameter proppant.

Gambar 3.9. Variasi Harga Permeabilitas Terhadap Jenis Proppant

33
3. Proppant Concentration adalah banyaknya proppant per satuan luas
rekahan (satu sayap). Jika proppant masih tercampur dalam fluida perekah
sampai rekahan menutup, konsentrasi dihitung dengan lebar selama
pemompaan dan konsentrasi proppant dalam fluida. Konduktivitas rekahan
bertambah dengan bertambahnya proppant dalam rekahan.
4. Proppant strength, kekuatan proppant sangat dipertimbangkan dalam
desain perekahan. Proppant harus kuat menahan tekanan formasi yang
direkahkan. Kekuatan diekspesikan dengan beban yang dibutuhkan untuk
memecahkan sebutir proppant dibagi diameter kuadrat dari permukaan
yang bersentuhan pada titik pecahnya.

10.000
1 – 12/20 Sand
2 – 20/40 Sand
1 3 – 30/50 Sand
1000 4 – 40/70 Sand

2
3
100 4

10
0 2000 4000 6000 8000 10.000
Closure Stress (psi)

Gambar 3.10. Variasi Harga Permeabilitas Terhadap Ukuran Proppant

5. Proppant graint Shape halusnya permukaan (roundess) dan bulatnya


butiran (sphericity) yang tergantung dari closure stressnya. Karena stress
permukaan akan merata pada bentuk yang bulat dan halus, maka pada
harga stress yang tinggi, makin halus/bulat makin tahan terhadap tekanan,
sehingga konduktivitasnya tinggi.
6. Kualitas Proppaant akan berakibat buruk bila banyak mengandung zat
tambahan pengotor (impurities). Adanya karbonat, fledspar atau oksida

34
besi pada proppant, akan berakibat menurunnya permeabilitas proppant
serta merusak konduktivitas.
Salah satu yang dianggap penting untuk berhasil tidaknya pekerjaan
peretakan hidraulik adalah pemilihan jenis dan ukuran propping agent yang harus
digunakan. Berdasarkan fungsinya propping harus mempunyai beberapa sifat
sebagai berikut :
1. Berbentuk bulat
2. Mempunyai specific gravity antara 0,8 s/d 3,0
3. Berdiameter cukup besar
4. Mempunyai compressive strength tinggi
5. Ukuran butiran hamper seragam
6. Inert terhadap semua fluida formsi dan treating chemicals
7. Mudah didapat dan relative murah
Jenis propping agent yang biasa dipakai dalam operasi peretakan hidrolik
antara lain adalah :
a. Pasir Kwarsa, SG = 2.7
b. Wall Nutshells, SG = 1.4
c. Glass Beads, SG = 2.7
d. Alluminium Pellets, SG = 2.7
e. Most Plastics, SG = 1.1

3.5.3.1. Pengendapan Propping Agent


Berhasil tidaknya pelaksanaan peretakan, banyak ditentukan oleh kapasitas
aliran dari propping agent dan distribusinya dalam celah retakan.

35
Gambar 3.11. Distribusi propping agent dalam celah retakan

Gambar 3.12. Hubungan kapasitas alir dengan konsentrasi pasir untuk berbagai
Harga Closure stress

Pada mulanya kita menganggap bahwa propping agent terdistribusi merata


didalam cairan perekah kemudian mengisi seluruh celah rekahan. Anggapan ini
tidak realistik karena cairan perekah adalah fluida yang tidak berviskositas tinggi,
sehingga menyulitkan propping agent tercampur secara mereta. Hal ini akan
menyulitkan penempatan propping agent ke dalam semua celah rekahan,

36
sehingga tidak semua celah rekahan terisi propping agent. Celah rekahan yang
tidak terisi propping agent, besar kemungkinan akan tertutup kembali.
Masalah tersebut dapat juga terjadi karena tidak cukupnya jumlah propping
agent yang berfungsi di dalam celah rekahan serta sulitnya menempatkan
propping agent pada semua posisi. Kejadian ini pada umumnya disebut “sand
out”, dan diakibatkan oleh beberapa haI, diantaranya ialah :
1. Viskositas cairan peretak terlalu rendah
2. Konsentrasi propping agent dalam cairan terlalu tinggi
3. Pengendapan propping agent terlalu cepat
Ketiga faktor di atas akan mengurangi kemampuan pembawaan propping
agent cairan perekah untuk masuk ke dalam celah rekahan, sehingga propping
agent akan terakumulasi pada dasar sumur.
Untuk menempatkan propping agent pada lokasi yang cukup jauh dari
lubang sumur, kadang-kadang perlu operasi perekahan ulangan dalam arah
vertikal.
Pengaruh besar butir propping agent (mesh) dengan kapasitas alir (md-ft)
dapat dilihat pada Gambar 3.12a dan 3.12b.
Ada beberapa hal yang bisa dicatat dari kurva tersebut, semakin besar partikel (8 –
12 sand) akan semakin besar kapasitas alirnya, untuk konsentrasi pasir dan closure
stress yang sama.
Sedangkan untuk closure strees diatas 4500 psi dan konsentrasi pasir
diatas 1000 lbs / 1000 sq ft, pasir dengan ukuran 20 – 40 mesh mempunyai
kapasitas alir lebih besar dari pada dengan ukuran 8 -12 mesh.
Kecepatan pengendapan propping agent dipengaruhi oleh diameter
propping agent dan viscositas cairan. Semakin besar diameternya, kecepatan
pengendapannya semakin besar, dan semakin besar viskositas cairan makin kecil
kecil pengendapannya.

3.5.4. Pemilihan Proppant

37
Dalam pelaksanaan perekahan, kesalahan yang dilakukan dalam pemilihan
proppant dapat mempengaruhi keberhasilan perekahan. Oleh karena itu harus
diperhatikan kriteria dalam pemiliha proppant :
a. Ukuran proppant, sangat penting untuk kesuksesan perekahan hidrolik
karena harus cocok dengan ukuran perforasi, konduktivitas dan bridging
(untuk bisa mulus, maka ukuran lebar rekahan harus sekitar 4 kali ukuran
proppant).
b. Distribusi proppant, uniform (seragam) atau tidak.
c. Kualitas proppant, jumlah kotoran/tambahan yang tidak diperlukan.
d. Roundness (kehalusan permukaannya) dan sphericity (bentuk bulatnya).

Gambar 3.13. Efek Kontaminasi Feldspar Pada Permeablitas Proppant

3.5.5. Transportasi Proppant


Dalam pelaksanan perekahan hidrolik, proses transportasi proppant dibagi
dalam beberapa tahap pemompaan yaitu :
Prepad, yaitu dengan viskositas rendah dan tanpa proppant, biasanya minyak, air
atau foam dengan gel berkadar rendah atau friction reducer agent, fluid loss

38
additive dan surfactant atau KCL untuk mencegah damage, dan ini dipompakan
didepan untuk membantu memulai membuat rekahan. Viskositas yang rendah
dapat masuk ke matrix lebih mudah dan mendinginkan formasi untuk mencegah
degradasi gel. Tetapi prepad tidak dipakai untuk reservoir relative rendah atau
gradient rekahan relative juga rendah.
1. Pad, fluida dengan viskositas lebih tinggi, juga tanpa proppant
dipompakan untuk membuka rekahan dan membuat persiapan agar lubang
dapat dimasuki slurry dengan proppant. Viskositas yang lebih tinggi
mengurangi leak-off(kebocoran fluida meresap masuk ke formasi). Pad
diperlukan dalam jumlah cukup agar tidak terjadi 100 % leak-off sebelum
rekahan terjadi dan proppant ditempatkan.
2. Slurry, dimana proppant dicampur dengan fluida kental, proppant
ditambahkan sedikit demi sedikit selama pemompaan pada fluida kental,
dan penambahan proppant ini dilakukan sampai harga tertentu pada
alirannya (yang tergantung pada karakteristik formasi, sistem fluida dan
gelling agent).
3. Flusing, yaitu fluida untuk mendesak slurry sampai dekat dengan
perforasi, viskositas tidak tinggi dengan friksi rendah.
Distribusi atau penempatan proppant dalam ruang rekahan, dipengaruhi oleh
transportasi horizontal oleh aliran fluida perekah, setling (kecepatan pengendapan)
vertikal karena perbedaan density antara fluida dan proppant, waktu penempatan
pad dan proppant serta tinggi maksimum ruang rekahan yang dapat ditempati
proppant.

3.5.6. Leak Off


Selama masuk ke formasi, fluida mengalami leak-off, yaitu bocor meresap
kedalam formasi. Karena prepad viskositasnya rendah, maka banyak yang
meresap. Sedangkan pad juga akan meresap walaupun tak sebesar prepad. Leak-
off terutama terjadi pada ujung atau tip dari rekahan. Kebocoran fluida tersebut
dikontrol oleh penggunaan wall building fluid dalam operasi treatment.
Mekanisnmenya adalah dengan cara memasukkan wall building fluid tersebut

39
kedalam batuan, yang nantinya akan membentuk selaput tipis/filter cake (polymer
dan fluid loss additive) dan tersimpan serta merembes ke dalam permukaan
formasi.

3.5.7. Tip Screen Out


Tip screen out merupakan suatu kondisi terbentuknya proppant yang
kompak di sekitar dinding rekahan. Hal ini disebabkan karena seluruh fluida pad
sudah masuk kedalam formasi, pada waktu pertumbuhan rekahan terhenti.
Proppant yang termampatkan di sekitar dinding rekahan, makin lama semakin
tebal, sehingga gel di dalam slurry akan sulit masuk kedalam formasi.
Dengan berlanjutnya pemompaan slurry kedalam rekahan, maka lapisan
pasir akan semakin tebal sehingga mempersulit terjadinya leak-off. Kondisi
tersebut mengakibatkan tekanan didalam ruang rekahan akan semakin tinggi, dan
tebal rekahan akan bertambah.

3.6. Indeks Produktivitas


Pada bagian ini, akan dibahas teori mengenai evaluasi perekahan hidraulik
dari segi produksi, yaitu untuk mengetahui apakah pelaksanaan perekahan
hidrolik tersebut berhasil untuk menaikkan produktivitas formasi atau tidak. Naik
/ tidaknya produktivitas formasi dapat dilihat dari parameter indeks produktivitas
(PI) sebagai indikatornya. Baik untuk sumur gas ataupun sumur minyak, pengaruh
perekahan dapat dinyatakan sebagai harga perbandingan antara indeks
produktivitas sesudah dan sebelum perekahan. Terdapat banyak metode untuk
mengevaluasi / memperkirakan kenaikan produktivitas formasi setelah perekahan
hidraulik. Berikut akan diuraikan perhitungan perkiraan kenaikan produktivitas
formasi setelah perekahan hidraulik dengan metode Darcy, metode Prats, metode
Mc Guire dan Sikora, Metode Cinco-ley, Samaniego dan Dominiquez dan Metode
Metode Tinsley dan Soliman.

3.6.1. Indeks Produktivitas Metode Darcy

40
Indeks produktivitas merupakan suatu bilangan yang menunjukan
kemampuan suatu formasi produktif untuk dapat berproduksi dalam keadaan
tertentu (harga drawdown pressure tertentu), yaitu kemampuan suatu formasi
produktif untuk dapat mensuplay fluida ke dalam lubang sumur. Indeks
produktivitas untuk aliran satu fasa diperkenalkan oleh Darcy, yaitu sebagai
berikut :

PI = Q / (Pr – Pwf)........................................................................(3-10)

Keterangan :

PI = Indeks produktivitas, BPD/Psi

Q = Laju aliran fluida, Bbl/day

Pr = Tekanan reservoir, Psi

Pwf = Tekanan alir dasar sumur, Psi

Secara teoritis, dengan dilakukannya perekahan hidraulik pada suatu


formasi, maka kemampuan formasi untuk berproduksi / mensuplay fluida ke
dalam lubang sumur akan meningkat, dengan demikian harga indeks produktivitas
akan meningkat pula.

3.6.2. Metode Prats

Metode Prats adalah metode yang pertama kali digunakan dan sangat
sederhana. Kelemahan dari metode ini adalah bahwa semua keadaan dianggap
ideal. Metode Prats dijabarkan lewat persamaan :

r 
ln  e 
J
  rw 
...…………………………………………………..(3-11)
Jo  re 
ln  
 0,5 L f 
 

41
Keterangan :

Lf = setengah panjang rekahan dua sayap (Xf), ft

Anggapan dalam persamaan Prats adalah :

 keadaan steady state


 di daerah silinder
 fluida incompressible
 konduktivitas rekahan tidak terbatas
 tinggi rekahan sama dengan tinggi formasi
Sebagai contoh, bila didapat panjang rekahan setengah sayap (L f) = 500 ft,
jari-jari pengurasan sumur (re) = 2106 ft (spasi sumur 320 acres, segiempat), Jari-
jari sumur (rw) = 0,354 ft, maka akan menghasilkan peningkatan produktivitas
(J/Jo) = 4,08 dengan Persamaan (3-18).

3.6.3. Metode McGuire dan Sikora

Dengan menggunakan studi analog elektrik, maka McGuire dan Sikora


membuat analogi perekahan di lapangan. Grafik ini adalah yang paling umum
digunakan. Anggapannya adalah :

 aliran pseudo-steady state


 laju aliran konstan dengan tanpa aliran dari luar batas re
 daerah pengurasan segiempat sama sisi
 aliran incompressible
 lebar rekahan sama dengan lebar formasi

Perbandingan produktivitas untuk aliran stabil, pwf konstan, adalah seperti


pada keadaan pseudo-steady state. Pada Gambar 3.14., absis dari grafik
McGuire-Sikora adalah konduktivitas relatif dan ordinatnya adalah skala tingkat
kenaikan produktivitas. Di sini faktor skala tingkat digunakan untuk merubah
daerah pengurasan selain dari 40-acre (16ha) dan harga L e/rw untuk lapangan yang

42
dianalisa. Berikut adalah langkah-langkah perhitungan perbandingan indeks
produktivitas metode McGuire-Sikora:

1. Menghitung absis (koordinat sumbu X pada grafik McGuire-Sikora) :

X = (WKf / K) x (40 / S) 0,5………………….…..…………..….(3-12)

Keterangan :

WKf = Konduktivitas rekahan, mD-ft

= Lebar rekahan x permeabilitas rekahan (proppant)

= Wf x Kf

K = Permeabilitas formasi, mD

S = Spasi sumur, acre

2. Menghitung perbandingan panjang rekahan yang dapat memberikan


kontribusi pada peningkatan produktivitas formasi / panjang rekahan terisi
proppant (L) dengan jari-jari pengurasan sumur (re).

3. Membaca harga Y (ordinat pada grafik McGuire-Sikora) dengan cara


memotongkan harga X dengan kurva (L/re).

4. Peningkatan indeks produktivitas dihitung dengan :

j/jo = Y / (7,13 / (ln (0,472 x re/rw))).............................................(3-13)

43
Gambar 3.14. Grafik McGuire-Sikora untuk Menunjukkan Kenaikan
Produktivitas dari Perekahan

Beberapa kesimpulan dapat diperoleh dari grafik McGuire-Sikora :

 Pada permeabilitas rendah dengan perekahan yang konduktivitasnya


tinggi, maka hasil dari kenaikan produktivitas akan makin besar terutama
karena panjang rekahan dan bukan dari konduktivitas relatif rekahan.
 Untuk suatu panjang rekahan (Lf), maka akan ada konduktivitas rekahan
optimal. Menaikkan konduktivitas rekahan lebih lanjut tidak akan
menguntungkan. Misalnya untuk harga Lf/Le = 0,5, kenaikan konduktivitas
selanjutnya tidak akan ada artinya untuk harga relative conductivity di atas
105.
 Maksimum kenaikan perbandingan indeks produktivitas teoritis untuk
sumur yang tidak rusak (damage) adalah sebesar 13,6.

3.6.4. Metode Cinco-Ley, Samaniego dan Dominiquez


Metode ini adalah metode umum yang dipakai dalam penentuan
konduktivitas rekahan (fracture conductivity) serta untuk evaluasi dengan cepat
mengenai berapa perkiraan kelipatan kenaikan produktivitas (K2P) pada
perekahan hidraulik. Metode ini mengasumsikan area pengurasan silindris,
komplesi sumur cased hole, memperhitungkan permeabilitas dan konduktivitas
serta panjang rekahan serta aliran fluida steady state.

44
Dengan terbentuknya rekahan di dalam formasi yang terisi oleh material
pengganjal (propant), maka akan terbentuk media aliran fluida baru di formasi.
Besar kecilnya kemampuan aliran fluida di dalam rekahan atau yang disebut
sebagai konduktivitas rekahan (fracture conductivity), tergantung dari harga
permeabilitas dan lebar rekahan yang terjadi. Jari-jari sumur efektif, r w’ akan
digunakan dalam evaluasi disini. Semakin besar jari-jari sumur maka semakin
besar pula produktivitas sumur tersebut. Cinco-Ley cs membuat grafik seperti
ditunjukkan pada Gambar 3.15. Untuk itu didefinisikan konduktivitas rekahan
tanpa dimensi (dimensionless fracture conductivity), Fcd adalah sebagai berikut :

w Kf
Fcd  .........................................................................................(3-
kXf

15)
Keterangan :
w = lebar rekahan setelah menutup (pada propant), ft
kf = permeabilitas propant, md
k = permeabilitas formasi, md
xf = panjang rekahan satu sayap, ft

Persamaan (3-15) menunjukkan bahwa harga Fcd berbanding lurus dengan


harga konduktivitas rekahan, sehingga harga konduktivitas rekahan sangat
menentukan keberhasilan dari pelaksanaan perekahan. Umumnya dalam
perekahan harga wkf diberikan bersama-sama yang harganya biasanya sekitar
1000 md-ft sampai beberapa ribu md-ft tergantung dari lebar rekahan,
konduktivitas propant setelah formasi menutup dan kerusakan pada konduktivitas
sendiri karena gel resdu, embedment, dll, sehingga biasanya kita mengambil harga
dari Perusahaan dikalikan 0.3 (akibat kerusakan-kerusakan diatas). Untuk harga
Fcd > 30, rw’ = 0.5 xf dan rekahan akan berlaku seakan-akan tak berhingga, serta
dengan ini tak perlu menaikkan konduktivitas propantnya dengan misalnya
propant yang lebih kuat. Tetapi bila Fcd < 0.5, r w’ = 0.28 wkf/k dan panjang

45
rekahan lalu tidak menjadi masalah (kecualai kalau ada formation damage maka
rekahan harus lebih panjang yang bisa melewati zone damage tersebut).

Gambar 3.15.Grafik Hubungan Antara rw’ dan Fcd

Pada umumnya harga optimum Fcd = 2. Ini hanya dari segi aliran fluida
pseudo radial di formasi, bukan secara ekonomi perekahan, dan bukan untuk
aliran keseluruhan di reservoar serta berlaku untuk terutama perekahan yang lebar

46
pendek. Untuk rekahan panjang dan sempit, mungkin Fcd = 1. Grafik pada
Gambar 3.15. digunakan untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan perekahan
berdasarkan harga skin semu (pseudo skin), yang ditunjukkan dalam persamaan
sebagai berikut :

 rw' 
S   ln   ...................................................................................(3-
 rw 
16)
rw'  rw  rwe s ..................................................................................(3-
17)

keterangan :
S = Faktor skin
rw = jari-jari sumur, ft
rw’ = jari-jari sumur efektif, ft
Sedangkan kenaikan kelipatan produktivitas (K2P) dapat dinyatakan
dalam persamaan sebagai berikut :

 re 
ln 
rw 
K 2P   ..................................................................................(3-
 re 
ln 
 rw' 
18)

3.7. Teori Perhitungan Perencanaan Perekahan Hidraulik Secara manual


(2D)
Perhitungan untuk mendesain suatu pekerjaan perekahan hidraulik dalam
penelitian ini diambil dari buku The fracbook II design / data manual for
Hydraulic Fracturing. Perhitungan perencanaan perekahan hidraulik di bagi
menjadi empat bagian yaitu sebagai berikut :

3.7.1. Treatment condition.

47
Data :
 Tubing ID, inch
 Casing ID, inch
 Treatment melalui tubing / casing.
 Interval perforasi target, ft
 Densitas perforasi, SPF
 Jumlah lubang perforasi
 Diameter perforasi, inch
 Laju injeksi fluida perekah, BPM
 Data rheology fluida perekah (K’ dan n’)
Perhitungan :
1. Kehilangan tekanan aliran sepanjang pipa
Dengan type fluida perekah, laju injeksi fluida perekah dan ukuran tubing
yang digunakan dalam pekerjaan perekahan hidraulik, maka dari Gambar 3.14
(contoh untuk fluida YF140HTD) dapat diperkirakan kehilangan tekanan
aliran sepanjang tubing, dimana dari grafik akan didapatkan kehilangan
tekanan karena friksi dalam tubing ( Psi/1000ft).
Sehingga kehilangan tekanan sepanjang tubing adalah :

Pf =Panjang tubing x ΔPf..............................................................(3-19)


Keterangan :
Pf = Kehilangan tekanan aliran sepanjang tubing, Psi
ΔPf = Kehilangan tekanan aliran dalam setiap 1000 ft tubing,
Psi/1000ft

48
Gambar 3.16. Kehilangan tekanan aliran untuk YF140HTD

2. Kehilangan Tekanan aliran pada Perforasi


Kehilangan tekanan aliran pada perforasi diperhitungkan hanya jika laju
fluida dalam lubang perforasi lebih besar dari 0,5 BPM/lubang perforasi (Q inj >
0,5 BPM/perforasi). Apabila laju fluida dalam lubang perforasi kurang dari 0,5
BPM/lubang perforasi, maka kehilangan tekanan pada perforasi diabaikan.
Kehilangan tekanan pada perforasi didekati dengan persamaan :
Ppf = 0,237 x ρ x ( Q / ( Cp x N x D2))...........................................(3-20)

Keterangan :
Ppf = Kehilangan tekanan pada perforasi, Psi
Cp = Koefisien discharge perforasi.
ρ = Densitas fluida perekah, lb/gal
N = Jumlah lubang perforasi.
D = Diameter lubang perforasi, inch

3. Tekanan Hidrostatik fluida perekah


Tekanan hidrostatik fluida perekah sepanjang kolom sumur dihitung
dengan terlebih dahulu mengetahui gradient hidrostatik fluida perekah yang
diperkirakan dengan persamaan :

Δ Ph = 43,3 x ( ρ / 8,33)....................................................................(3-21)

49
Sehingga tekanan hidrostatik fluida perekah :

Ph = 0,01 x Δ Ph x kedalaman perforasi........................................(3-22)

Keterangan :
Δ Ph = Gradient hidrostatik fluida perekah, Psi/100 ft
ρ = Densitas fluida perekah, lb/gal
Ph = Tekanan hidrostatik fluida perekah, Psi
4. Tekanan perekahan dasar sumur (BHTP), Psi
Tekanan perekahan di dasar sumur didapatkan dengan mengalikan
gradient rekah batuan dengan kedalamannya, yaitu :
BHTP = gradient rekah batuan x kedalaman.......................................(3-23)
5. Tekanan perekahan di permukaan (Pw), Psi
Tekanan injeksi perekahan di permukaan merupakan penjumlahan tekanan
perekahan di dasar sumur dengan kehilangan tekanan tekanan sepanjang tubing
dan perforasi yang dikurangi dengan tekanan hidrostatik fluida perekah.
Persamaannya adalah :

Pw = BHTP + Pf +Ppf - Ph...............................................................(3-24)

6. Horse power pompa


Horse power / daya yang diperlukan untuk memompa fluida perekah
tersebut dihitung dengan persamaan :

HHP = 0,0245 x Q x Pw....................................................................(3-25)

3.7.2. Reservoir Conditions, Fluid Properties dan Fracture Geometry


Data :
 Tinggi rekahan asumsi (H)
 Tebal formasi target (HN)

50
 Permeabilitas formasi rata-rata (Ki)
 Porositas formasi rata-rata (Φ)
 Bottom hole treating pressure (BHTP)
 Static bottom hole pressure (BHP)
 Modulus young (E)
 Kompresibilitas fluida reservoir (C)
 Viskositas fluida reservoir (μf)
 Static bottom hole Temperatur (BHT)
 Closure stress pada proppant (CS)
 Jari-jari sumur (rw)
 Koefisien Fluid loss (Cw)
 Koefisien spurt loss (SP)
 Fluida perekah
 K’ slot
 n’ slot
Perhitungan :
1. Apparent viscosity fluida perekah (μa), cp :
Viskositas semu fluida perekah pada kondisi rekahan didekati dengan
persamaan :

μa = 47879 x K’ x (170)n’-1...........................................................(3-26)

2. Tekanan fluida pada permukaan batuan (ΔP), Psi


Tekanan fluida perekah pada permukaan batuan dihitung dengan
mengurangi tekanan rekah dengan tekanan dasar sumur dalam hal ini adalah
tekanan reservoir.

ΔP = BHTP – BHP.........................................................................(3-27)

3. Koefisien fluid loss yang dipengaruhi viskositas (Cv), ft/min0,5

51
Koefisien fluid loss yang dipengaruhi viskositas dihitung dengan
persamaan :

Cv = 0,0015 x ((Ki x ΔP x Φ )/ μp )0,5............................................(3-28)

Keterangan : jika fluida perekah :


 Water base gelled μp = 1,0 cp
 Oil base gelled μp = 2,0 cp
4. Koefisien fluid loss yang dipengaruhi compresibilitas (Cc), ft/min0.5
Koefisien fluid loss yang dipengaruhi compresibilitas dihitung dengan
persamaan :

Cc = 0,00118 x ΔP x ((Ki x Φ x C)/ μf )0,5.....................................(3-29)

5. Koefisien fluid loss kombinasi Cv dan Cc (Cvc), ft/min0.5


Koefisien fluid loss kombinasi Cv dan Cc dihitung dengan terlebih dahulu
menghitung konstanta XX yaitu :

XX = (Cv2 + ( 4 x Cc2 ))0,5 / Cv......................................................(3-30)

Sehingga :

Cvc = (2 x Cc) / (1 + XX)................................................................(3-31)

6. Koeffisien fluid loss effektif (Ceff), ft/min0.5


Koeffisien fluid loss effektif didekati dengan persamaan :

Ceff = (smaller Cw atau Cvc ) x HN / H............................................(3-32)

52
7. Menghitung konstanta A1, A2 dan A3 :
3
6  a  Q 
 ..........................................................(3-
A1  8,28 x10 x x
 2
E  HxCeff 

33)

Cvc xH
A2  7,48 x .............................................................................(3-
SPxHN
34)
5,61xQ
A3 
Ceff xH .......................................................................................(3-

35)

8. Waktu untuk pemompaan pad (Tpad), menit


Waktu yang dibutuhkan untuk pemompaan volume pad dihitung dengan
membagi volume pad dengan laju injeksinya, yaitu sebagai berikut :

Tpad = Volume Pad / (42 x Q)..........................................................(3-36)

9. Berat total Proppant yang diperlukan (PWT), pound


Berat total Proppant yang diperlukan dalam pekerjaan perekahan hidraulik
dihitung dengan :

PWT = PC x volume slurry...............................................................(3-37)

10. Total volume injeksi, gallon


Total volume injeksi dari treatment yang dilakukan dihitung dengan
menjumlah volume pad, volume fluida perekah dan volume proppant, yaitu
sebagai berikut :

Total volume injeksi = volume total fluida perekah + ( ABV x PWT )........(3-38)

53
11. Total treatment time (TT), menit
Waktu yang dibutuhkan untuk pemompaan total volume dihitung dengan
membagi volume total dengan laju injeksinya, yaitu sebagai berikut :

TT = Total volume / ( 42 x Q)......................................................(3-39)

12. Menghitung konstanta R :


R = A1 / Time..............................................................................(3-40)

13. Menghitung konstanta Z :


Z = A2 x (Time)0,5.......................................................................(3-41)

14. Menentukan konstanta X dan Y dengan Gambar 3.15.


15. Lebar rekahan di muka sumur (WW), inch
Lebar rekahan di muka sumur dari pekerjaan perekahan hidraulik oleh pad
maupun oleh keseluruhan volume injeksi dapat dihitung dengan persamaan :

WWpad = 12 x Ceff x ( Tpad)0,5 / Xpad......................................................(3-42)

WWTT = 12 x Ceff x ( TT)0,5 / XTT........................................................(3-43)

16. Panjang rekahan (L), ft


Panjang rekahan di muka sumur dari pekerjaan perekahan hidraulik oleh
pad maupun oleh keseluruhan volume injeksi dapat dihitung dengan persamaan :
Lpad = AL x Ypad x (Tpad)0,5...............................................................(3-44)

LTT = AL x YTT x (TT)0,5.................................................................(3-45)

17. Effisiensi fluida perekah (EFF), %

54
Effisiensi fluida perekah, baik oleh pad maupun oleh keseluruhan volume
injeksi dihitung dengan persamaan :

EFF = ( 98 x H x L x WW ) / Volume fluida...................................(3-46)


EFFpad = ( 98 x H x Lpad x WWpad ) / volume pad...............................(3-47)
EFFTT = ( 98 x H x LTT x WWTT ) / volume total fluida perekah.......(3-48)

3.7.3. Transportasi Proppant


Data :
 SG proppant
 SG fluida perekah
 Konsistensi index, lbf secn/ ft2
 Flow behavior index
 Diameter proppant rata-rata, inch
 Tebal formasi target, ft
 Effisiensi fluida perekah, %
 Lebar rekahan, inch

Perhitungan :
1. Kecepatan pengendapan proppant / settling velocity (Vp), ft/s
Kecepatan pengendapan proppant dalam rekahan dapat dihitung dengan
persamaan :

Vp = ((0,8667 x ( SG – SGF) x PD) / K’ )1/n’ x ((2n’+1) x PD) / 108 x n’).....(3-49)

2. Waktu pengendapan proppant / settling time (Tset), menit


Waktu pengendapan proppant dalam rekahan diperkirakan dengan
persamaan berikut :

55
Tset = H / ( 60 x Vp)........................................................................(3-50)

3. Waktu pemompaan proppant (Tprop), menit


Waktu yang dibutuhkan untuk pemompaan proppant dihitung dengan
persamaan :

Tprop = TT - Tpad................................................................................(3-51)

4. Carry distance proppant (CD), ft


Carry distance proppant dihitung dengan :

CD = ( 0,0051 x (EFFpad + EFFtot) x (Volume Tot – Vol Pad) / H x WWTT ..(3-52)

5. Menghitung Maksimum settling distance (SDIS), ft


Maksimum settling distance dihitung dengan persamaan :
SDIS = Vp x 60 x Tprop ......................................................................(3-53)

6. Menghitung tinggi rekahan terisi proppant (hf), ft


hf = H - (SDIS / 2)........................................................................(3-54)

56
Gambar 3.17. Chart Untuk Menentukan X dan Y

3.7.4. Production Increase


3.7.4.1. Peningkatan Permeabilitas Batuan (K)
Secara teoritis, dilakukannya perekahan hidraulik pada suatu formasi
batuan akan dapat meningkatkan harga permeabilitas rata-rata batuan tersebut.
Berikut adalah perhitungan peningkatan harga permeabilitas batuan sebagai hasil
akibat dilakukannya perekahan hidraulik .

Data :
Permeabilitas batuan awal rata-rata (Ki)
Lebar rekahan (Wf)
Tabal formasi batuan (h)
Jari-jari pengurasan sumur (re)
Jari-jari sumur (rw)
Panjang rekahan (Xf)
Konduktivitas rekahan (Wkf)

( Kxh)  WK f
Kf  .............................................................................(3-56)
h

log(re / rw)
K avg 
 1   rf 1   re  ....................................................(3-57)
  log   log
 Kf   rw K i   rf 

3.7.4.2. Indeks Produktivitas (PI).

57
Indeks produktivitas merupakan suatu bilangan yang menyatakan
kemampuan suatu formasi untuk berproduksi. Secara teoritis, harga indeks
produktivitas akan meningkat setelah perekahan hidraulik dilakukan. Berikut akan
diuraikan perhitungan indeks produktivitas setelah perekahan hidraulik dilakukan
dengan metode Cinco-ley, Samaniego dan Dominiquez.
Asumsi :
 Area pengurasan silindris
 Komplesi sumur cased hole
 Memperhitungkan permeabilitas dan konduktivitas serta panjang rekahan
 Aliran fluida steady state.

Data :
 WKf = Konduktivitas rekahan (md.ft)
 Ki = Permeabilitas batuan awal rata-rata (mD)
 Xf = Panjang rekahan (ft)
 re = Jari-jari pengurasan sumur (ft)
 rw = Jari-jari sumur (ft)

rumus Fcd didapat melalui (persamaan 3-15)


WKf
Fcd 
KixXf

Jari-jari sumur efektif (rw’) didapat dari grafik dibawah 3.15:

58
Peningkatan produktivitas setelah perekahan hidraulik dengan metode
Cinco-ley didapat dengan persamaan :
ln(re / rw)
J / Jo  ..............................................................................(3-
ln(re / rw' )

58)

3.8. PENGENALAN PROGRAM FracCADE


FracCADE merupakan sofware berbasis windows yang dikeluarkan oleh
salah satu service company, sofware ini digunakan untuk mendesain dan
mengevaluasi suatu proses perekahan hidraulik. FracCADE adalah singkatn dari
Fracturing Computer Aided Desaign Evaluation.
Secara garis besar FracCADE dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu :
1. Desain
Terdiri dari : Tool, General Input, Optimization, Pumping Schedule
Generator (PSG), PropFRAC placement, AcidFRAC placement,
MultiFRAC placement (MLF).
2. Evaluation
Terdiri dari : BHP, DataFRAC, Auto Pressure Match (APM) dan Job data.

59
3. Utilities
Terdiri dari : Pricing, Sensitivity Analysis, Tubing Movement, Additives
and Foam Calculation dan Log Analysis.
Catatan : tidak semua bagian dari FracCADE harus dijalankan..

3.8.1. Design
3.8.1.1. General Input (Pemasukan Data)
Data yang diperlukan untuk menjalankan simulasi FracCADE ini dapat
dibagi menjadi :
1. Administration : Nama perusahaan, Lapangan, Sumur, Lokasi, Formasi.
2. Well : Data sumur, Tubing, Casing, Perforasi dan Hole surve.
3. Zone : Summary, Detailed, All zone.
4. Reservoir Fluid : General, PVT.
5. Fluid : Database, Properties, Additive.
6. Proppant : Database, properties dan pack data.

Keenam data tersebut harus diisi secara benar dan tepat. FracCADE akan
memberikan indikator warna untuk setiap input atau angka yang dimasukkan ke
dalam program simulasi. Indikasi warna biru menandakan bahwa angka yang
tertera merupakan hasil perhitungan internal simulasi dan tidak bisa diubah.
Indikasi warna merah menandakan bahwa data yang dimasukkan melebihi harga
range atau batas. Warna magenta menunjukkan bahwa data tidak konsisten,
misalnya harga MD dikurangi TVD.
Apabila data yang kita masukkan berwarna merah, maka kita harus
mengubahnya sampai berwarna biru, karena kalau masih berwarna merah kita
tidak bisa melanjutkan ketahap berikutnya. General input merupakan data
awal/data minimum yang harus dimiliki untuk menjalankan design suatu
pekerjaan perekahan hidraulik. Setelah melengkapi general input maka langkah
selanjutnya adalah pump schedule Generator (PSG).

3.8.1.2. Pump Schedule Generator (PSG)

60
Data yang perlu diisi pada PSG :
1. Fracture geometri model (PKN, KGD, P3D, 3D, Vertical radial,
Horizontal radial)
2. Pump rate, BPM
3. Proppant Step Size

3.8.1.3. PropFrac Placement


PropFrac placement perlu dijalankan apabila desain dari general input dan
pump sechedule generator mengalami kemacetan (screen out) setelah dilakukan
execute. propFrac diisi dengan mengganti schedule pemompaan proppant.

61

Anda mungkin juga menyukai