Anda di halaman 1dari 73

BAB V

PERENCANAAN HYDRAULIC FRACTURING SUMUR


MULTILATERAL

Hyrdraulic Fracturing merupakan salah satu metoda stimulasi sumur


dengan cara menginjeksikan fluida peretak ke dalam formasi dengan tekanan
injeksi yang lebih besar dari tekanan rekahnya sehingga diharapkan terbentuk
rekahan. Fluida perekah yang diinjeksikan harus disertai dengan material
pengganjal (proppant) yang berfungsi sebagai penyangga rekahan agar rekahan
yang terbentuk tidak menutup kembali dan aliran fluida yang melalui proppant
yang berpermeabilitas besar dapat memperkecil kehilangan tekanan terhadap
aliran tersebut. Metoda hydraulic fracturing dapat digunakan hingga radius > 10 ft
dari lubang sumur, pada formasi dengan permeabilitas rendah, atau sedang hingga
tinggi dengan kerusakan formasi yang signifikan.
Hydraulic Fracturing dilakukan bertujuan untuk merekahkan formasi agar
terbentuk jalan bagi fluida produksi, sehingga meningkatkan produktivitas dan
konduktivitas bagi suatu formasi, terutama pada formasi shale yang mempunyai
karakteristik porositas dan permeabilitasnya sangat kecil, serta untuk
menghilangkan formation damage bagi formasi yang memiliki permeabilitas kecil
dan besar ke permukaan.
Dalam pengerjaan hydraulic fracturing biasanya dimulai dengan
mempompakan pre-pad, pad kemudian slurry dengan proppant dan flush.
1. Pre-pad adalah cairan yang berviskositas rendah seperti air, minyak atau foam
dengan ditambah gel sedikit, friction reducer, fluid loss, surfactant atau KCl
untuk memperkecil kemungkinan damage (menyebabkan kerusakan formasi).
Pre-pad digunakan untuk mempermudah membuka rekahan dan
mendinginkan formasi. Pre-pad tidak perlu dipakai untuk temperatur tidak
tinggi atau gradient rekah biasa.

192
193

2. Pad adalah fluida kental tanpa proppant yang dipoppakan untuk melebarkan
dan mempertinggi rekahan, dan mempersiapkan jalannya slurry dengan
proppant. Volume pad juga akan mengurangi leak off (kebocoran) pada slurry
nanti karena telah mulai terbentuk filter cake pada pad.
3. Slurry dengan proppant akan mengembangkan rekahan menjauhi sumur
menambah lebar panjang rekahan serta membawa proppant untuk mengisi
rekahan.
4. Flush yaitu dipompakan cairan dibelakang slurry dengan propant agar
mendorong slurry tersebut masuk ke formasi.

5.1. Mekanika Batuan


Untuk meretakkan batuan formasi, batuan harus diberi tekanan hidraulik
hingga melebihi kekuatan dan gaya-gaya yang mempertahankan keutuhan batuan.
Terdapat dua gaya utama yang mempertahankan keutuhan batuan agar tidak
pecah, yaitu gaya vertikal dan gaya horisontal. Apabila gaya horisontal lebih kecil
dibandingkan dengan gaya vertikal maka formasi dapat direkahkan secara
vertikal. Oleh karena itu, mengetahui mekanika batuan akan sangat berguna pada
perekahan hidraulik.
Mekanika batuan merupakan ilmu pengetahuan yang secara teori maupun
pada prakteknya membahas tentang perilaku mekanis batuan. Sifat batuan yang
cukup penting adalah hubungan kerapuhan relatif batuan terhadap tegangan
(tension). Dalam kenyataannya, kuat tekan (compressive strength) batuan dapat
menjadi dua kali lipat dari kuat tarik (tensile strength) batuan tersebut. Sifat
batuan seperti ini akan sangat berguna untuk pelaksanaan perekahan hidrolik.
Pada dasarnya hydraulic fracturing meliputi kekuatan penghancuran dinding
lubang bor yakni kemampuan menghancurkan dinding batuan reservoir.
Manfaat dari memahami tentang ilmu mekanika batuan pada perekahan
hidrolik antara lain :
 Untuk penentuan distribusi tegangan di tempat (in-situ stress) di sekitar
lubang bor.
 Untuk memperkirakan tekanan awal rekahan dan orientasi rekahan.
194

 Untuk menentukan geometri rekahan termasuk hubungan antara tekanan


dalam rekahan, in-situ stress, keadaan batuan, dan dimensi rekahan.
 Untuk mengevaluasi ketahanan rekahan melalui studi tentang tegangan
pada lapisan-lapisan yang berbatasan, variasi batuan, dan kondisi
permukaan.

Pada projek perekahan (hydraulic fracturing) perlu diketahui besaran-


besaran yang berlaku pada batuan agar dapat diramalkan rekahannya.

1. Stress dan Strain


Setiap material apabila dikenai beban maka akan mengalami perubahan
bentuk (deformasi). Gaya atau tekanan per satuan luas disebut stress, (). Selain
stress, perubahan bentuk dalam hal ini perubahan dalam panjang, () dibanding
dengan panjang semula, (l) disebut strain, (). Untuk tingkat tegangan yang lemah
plot antara stress vs strain akan membentuk suatu garis lurus seperti yang terjadi
pada material logam yang merupakan jenis material linear elastis. Gambar 5.48.
menunjukkan keadaan tersebut.

Gambar 5.1.
Hubungan Stress-Strain untuk Material Elastis
(Allen, T.O, Robert, A.P, “Production Operations, Well Completion, Workover
and stimulation”)
195

Net pressure adalah suatu harga tekanan didepan rekahan diatas minimum
pressure untuk menyebabkan rekahan tetap terbuka. Closure pressure (stress)
adalah harga rata-rata minimum dimana rekahan dapat terjadi. Harga ini dapat
meningkat jika tekanan pori-pori naik (poro-elastic-effect). Dibawah ini akan
dibicarakan mengenai mekanika batuan untuk meramalkan dimensi rekahan.
F
Stress    lim …………………………………..…........... (5-1)
A  0 A
Strain dapat ditulis sebagai :
L  Lf
Strain    lim ............................................................. (5-2)
L0 L

2. Poisson Ratio
Pemberian kuat tekan (compressive strength) pada suatu bidang material
di sepanjang bidang aksis akan mengakibatkan material tersebut menjadi semakin
pendek dan mengembang ke arah yang tegak lurus dengan bidang aksis seperti
yang terlihat pada Gambar 5.49. Perbandingan harga strain yang berada tegak
lurus terhadap beban stress pada bidang lateral dengan harga strain yang tegak
lurus terhadap beban stress pada bidang aksis disebut sebagai poisson ratio ().
Lateral Strain 2
 = Axial Strain =  ................................................... (5-3)
1
Dimana ε1 dan ε2 masing-masing adalah strain arah tegak lurus satu sama lainnya.
Harga v berkisar antara 0.15 – 0.30 dan untuk batupasir = 0.25, sedangkan untuk
shale = 0.27.

Gambar 5.2.
Penggambaran Mengenai Efek Poisson
(Allen, T.O, Robert, A.P, “Production Operations, Well Completion, Workover
and stimulation”)
196

3. Modulus Shear
Tegangan geser (shear stress) pada permukaan suatu bidang material akan
mengakibatkan bidang permukaan tersebut berpindah atau bergeser membentuk
suatu bidang baru yang letaknya paralel dengan bidang semula seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 5.50. Perbandingan antara besar harga shear stress
yang diberikan terhadap sudut yang dibentuk akibat deformasi yang terjadi
(kekakuan suatu material) dikenal sebagai Modulus Shear (G). Secara matematis
dapat dituliskan :
F/A Shear Stress  lb / in 2 
G= = Besar Sudut Deformasi =   ……………
  radian 

(5-4)
Untuk fluida, besar harga G sama dengan nol sedangkan untuk padatan, G
merupakan suatu bilangan terbatas.

Gambar 5.3.
Definisi Shear Modulus
(Allen, T.O, Robert, A.P, “Production Operations, Well Completion, Workover
and stimulation”)

4. Modulus Bulk
Beban kompresif yang diberikan terhadap semua bagian suatu balok
material pada kondisi hidrostatis, akan mengakibatkan pengurangan volume bulk
197

total. Perbandingan antara tegangan yang diberikan (gaya per unit luas permukaan
suatu bidang) terhadap perubahan volume untuk setiap satu unit volume awal
suatu material dinamakan Modulus Bulk (K). Secara matematis :
F/A Gaya / Luas Permukaan  lb / in 2 
K =  / v = Perubahan Volume / Volume Awal =  3 3  ........... (5-5)
 in / in 

5. Modulus Young
Jumlah strain yang disebabkan oleh stress adalah fungsi dari kekakuan
material. Kekakuan atau kekenyalan dapat ditunjukkan dengan lekukan atau
kemiringan pada plot antara axial stress dan strain pada daerah linier. Dan inilah
yang dinamakan modulus Young (E). Modulus Young (E) sama dengan tegangan
tarik (unit stress) dibagi dengan regangan tarik (unit strain).
Secara sistematis :
 Stress  lb / in 2 
E= = =  in / in  = lb / in2 .......................................... (5-6)
 Strain  

Batuan mempunyai harga E (Modulus Young) berkisar dari 0,5 sampai 12


x 106 psi dimana soft rock = 1 dan hard rock = 10. Istilah yang hampir sama dan
sering dipakai dalam hydraulic fracturing adalah plane-strain Modulus (E’),
ditulis sebagai :
E
E'  ……………………………………………………. (5-7)
(1  v 2 )

yang mana untuk sandstone, v = 0,25, E’ = 1,07 E. Variabel lain seperti fracture
thoughness (kekenyalan rekahan) yaitu Klc yaitu pengukuran terhadap kemampuan
material untuk menahan berkembangnya suatu rekahan.
6. Overburden stress
Overburden stress tidak tergantung pada tektonik, dan harganya sama
dengan berat batuan formasi di atasnya. Dengan integrasi pada density log, bisa
diperkirakan harganya :
H
 v  g  ( z ) dz .............................................................................. (5-8)
0

Dimana rata-rata gradient akan disekitar 0,95 – 1,1 psi/ft. Harga 1,1 psi/ft didapat
kalau semua formasi rata memiliki densitas sekitar 165 lb/ft3 maka gradien stress
198

= 165/144 = 1,1 psi/ft. Karena formasi ada yang tidak rapat atau berpori, maka
harganya bisa saja sampai 0,95. Kalau overburden adalah harga absolut, yang

dialami oleh batuan dan fluida di pori-pori adalah effective stress (  v' ), yang
didefinisikan sebagai :
 'v   v  p ............................................................................. (5-9)
dimana  adalah Konstanta Poroclastic Biot (1956), yang kebanyakan reservoir
bernilai 0,7.
Stress vertikal memberi efektif akan diterjemahkan ke arah horizontal
dengan perbandingan poisson , dimana :
v
 'H   v .................................................................................. (5-10)
1 v

dimana  H' adalah stress horizontal efektif dan v = poisson ratio. Variabel ini
adalah sifat batuan. Untuk sandstone sekitar 0,25, yang mana menunjukkan bahwa
stress horizontal efektif adalah sekitar 1/3 dari vertikal stress efektifnya. Absolute
horizontal stress  H akan sama dengan efektif stress plus p seperti pada
Persamaan 5-75.
Harga stress minimum efektif adalah :

 H min '   'H ....................................................................................(5-11)

Dan harga stress minimum absolut adalah


 H min   'H min  p ....................................................................... (5-12)
Stress horizontal absolut berkurang dengan produksi fluida sumurnya. Harga
stress di Persamaan 5-72 tidak akan sama keseluruh arah horizontal. Stress
tersebut adalah harga stress horizontal minimum absolut, karena harga stress
horizontal maksimum absolut adalah :
 H max   H min   tect ................................................................ (5-13)

Dimana  tect adalah suatu kontribusi dari gaya tektonik bumi. Gambar 5.51.
menunjukkan suatu plot terhadap harga-harga stress diatas.
199

Gambar 5.4.
Skematik dari Harga-Harga Stress terhadap Kedalaman
(Economides, M. J.,et. all., “Petroleum Production System”)

Dari persamaan-persamaan diatas, maka ketiga stress utama adalah :


 v ,  H min , dan  H max . Arah rekahan akan tegak lurus dengan harga stress

terkecil dari ketiganya. Gambar 5.52. menunjukkan suatu skematik dari arah
rekahan terhadap ketiga stress diatas.

Gambar 5.5.
Besar Ketiga Stress Utama dan Arah Rekahan
(Craft, B.C. and Holden W.R., “Well Design Drilling and Production”)
200

Gambar 5.6.
Perubahan Permukaan Akibat Erosi
(Economides, M. J.,et. all., “Petroleum Production System”)

Gambar 5.6. menunjukkan bahwa bila misalnya suatu permukaan


mengalami erosi, sehingga kedalamannya hilang, maka tekanan overburden akan
mengecil, tetapi stress horizontal minimum absolut dan maksimum absolut akan
tetap, sehingga mungkin saja dapat mengakibatkan rekahan yang seharusnya
vertikal menjadi horizontal.
Pada kedalaman yang dangkal, sering terjadi perekahan horizontal. Untuk
itu Craft, Holden, dan Graves menunjukkan bahwa stress tangensial
(circumferencial) sepanjang tepian sumur adalah dua kali stress horizontal
compressive didekatnya. Untuk membuat rekahan, stress ini dan tensile stress
batuan harus dilawan, sehingga tekanan perekahan adalah :
p bf  2 h  To  2 v /(1  v) v  To ……………………………. (5-14)
Rekahan horizontal terjadi bila pbf   v , atau bilamana 2v /(1  v) v  To   v .
Dengan anggapan gradien 1 psi/ft, v = 0,25, dan To = 1000 psi, maka kedalaman
maksimum akan 3000 ft.

5.2. Mekanika Fluida Perekahan Hidrolik


201

Fluida yang dipompakan pada perekahan hidrolik pertama kali adalah


adalah fluida perekah pertama yang disebut pad. Tekanan di mana batuan pertama
kali pecah disebut breakdown pressure. Selanjutnya fluida perekah (fracturing
fluids) digunakan untuk membuat rekahan dengan cukup lebar sehingga proppant
dapat masuk tanpa terjadi pemampatan (bridging) dan juga tidak mengendap
(settling). Untuk itu fluida perekah tersebut haruslah berviskositas besar. Selain
itu kehilangan fluida (fluid loss) harus diperkecil dengan sifat wall building
properties dengan menggunakan polymer.

a. Rheology
Pada perekahan hidrolik, rheology digunakan untuk mendapatkan
viskositas yang cukup. Fluida dikenal ada tiga macam yaitu Newtonian, Bingham
Plastic, dan Power Law.
Fluida Newtonian adalah fluida dimana viscositasnya hanya dipengaruhi
oleh tekanan dan temperatur, misalnya air, gas dan minyak yang encer.
   (du / dy )    .................................................................... (5-15)

di mana  dalam cp adalah viskositas, dan untuk air = 1 cp, untuk minyak
bermacam-macam sampai lebih dari 50 cp. Untuk fluida non-Newtonian,
viskositasnya bergantung pada laju aliran.
Untuk kebanyakan fluida perekah, yang berlaku adalah power law, sehingga :
  K  ' n ..................................................................................... (5-16)

dimana :
τ = shear stress dalam lbf/ft2,
 = shear rate dalam sec-1
K = consistency index, lbf-secn /ft2 dan
n = power law index.
Dalam pengukuran dengan alat di laboratorium di mana kalau aliran
terjadi di sekitar silinder (misalnya di annulus) maka dibuat faktor K’ yang
berhubungan dengan flow behavior index, n’ = n. Bila B = r cup/rbob adalah radius
dalam (misalnya tubing O.D.) dan rbob = radius cup yang luar (misalnya casing
I.D.) maka :
202

 B 2 / n ' ( B 2  1)  n '
K  K'  .......................................................... (5-17)
 n' ( B
2 / n'
 1) B 

dengan demikian untuk pipa :


n'
 3n'1 
K ' pipa  K   .................................................................. (5-18)
 4 n' 

dan untuk slot (antara dua pipa, annulus) :


n'
 2n'1
K 'slot  K   ................................................................... (5-19)
 3n' 
Gambar 5.54. sampai Gambar 5.57. memperlihatkan grafik harga
consistency index (K’) dan flow behavior index (n’) untuk bermacam-macam gel
untuk fluida perekah. Untuk memudahkan perhitungan maka viscosity apparent
diberikan sebagai berikut :
47,880 K '
 app  cp .................................................................(5-20)
 ' 1 n '

Gambar 5.7.
Harga n' untuk 40 lb/1000 gal Zicronate-Crosslinked
(Economides, M. J.,et. all., “Petroleum Production System”)
203

Gambar 5.8.
Harga K' untuk 40 lb/1000 gal Zicronate-Crosslinked
(Economides, M. J.,et. all., “Petroleum Production System”)

Gambar 5.9.
Harga n' untuk 40 lb/1000 gal Borate-Crosslinked
(Economides, M. J.,et. all., “Petroleum Production System”)
204

Gambar 5.10.
Harga K' untuk 40 lb/1000 gal Borate-Crosslinked
(Economides, M. J.,et. all., “Petroleum Production System”)

Untuk menghitung shear rate pada pipa :

 3n'1  8u
 '   ........................................................................(5-21)
 4 n'  d

di mana d = diameter pipa dan u = superficial velocity = q/A


untuk slot, yang menyerupai geometri rekahan,q
 2n'1 6u
 '   ........................................................................(5-22)
 3 n'  w

dimana :
w = lebar slot atau rekahan
u = (qi/2)(5.615)/(60)(h)(w/12) = 0.5615 qi/w
q = laju injeksi dalam bbl/men (bpm),
h = tinggin rekahan, ft,
w = lebar rekahan, in.,

Perlu diketahui bahwa qi/2 karena ada dua sayap dari rekahan.
Untuk foam fluids, Valko’ et al (1992) menunjukkan bahwa consistency
index pada Persamaan 5-87 dapat dinyatakan sebagai :
205

K  K foam 1 n ...............................................................................(5-23)

di mana  adalah specific volume expansion ratio :


v' foam  liquid
   ........................................................................(5-24)
v'liquid  foam

dan Kfoam dan n adalah karakteristik yang dimiliki oleh campuran air dan gas pada
temperatur tertentu. Pada suatu sumur, superficial velocity dari foam tersebut
berubah dengan kedalaman, karena temperatur juga berubah menyebabkan variasi
dari densitas. Persamaan 5-89 penting karena terlihat bahwa K akan
mengkompensasikan variasi densitas sehingga friction factor akan konstan
sepanjang pipa baik di laminer maupun turbulen. Persamaan 5-89 disebut juga
volume equalized power law.
b. Fluid Loss
Fluid loss (leak-off, kebocoran) adalah kehilangan fluida karena fluidanya
masuk meresap ke dalam formasi karena tingginya tekanan di formasi dan dapat
mengakibatkan volume rekahan yang terjadi akan berkurang serta proppant akan
bridging atau screen-out (terhenti atau mengendap). Jadi laju leak-off ini
merupakan faktor terpenting dalam menentukan geometri rekahan nantinya. Ada
dua macam penilaian terhadap fluid loss, yakni :
1. Fluid efficiency (pengukuran total/global)
volume rekahan
 .....................................................(5-25)
volume yang dipompakan

  30  50 % umumnya.

2. Koefisien leak-off (pengukuran setempat).


C tot
VL   spurt .............................................................................(5-26)
t
Q L   C tot A f t ...........................................................................(5-27)

Cooper dan kawan-kawan memperkenalkan total leak-off coefient (Ctot) yang


terdiri dari tiga mekanisme terpisah, yakni :
1). CI : viscosity controlled (dipengaruhi oleh viskositas, ft/min 1/2), merupakan
pengontrol filtrat yang masuk ke formasi, yang dihitung dengan hukum
Darcy.
206

1/ 2
 k p 
C1  0,0469  ft / min ...................................................(5-28)
 L 

dimana :
k = permeabilitas relatif formasi terhadap material yang leak-off, Darcy.
p = perbedaan tekanan antara fluida di depan dinding dengan tekanan di
pori-pori, psi.
 L = viskositas filtrat fluida perekah pada kondisi suhu formasi, cp.
 = porositas batuan, fraksi.

2). CII : compressibility controlled, bila viskositas filtrat sama dengan fluida
reservoir dan tanpa filter cake yang dihitung dengan persamaan
diffusivitas dan terutama dikontrol oleh kompressibilitas
formasi/reservoir.
1/ 2
 k  Ct 
C II  0,0374 p   ft / min ................................. (5-29)
  
di mana :
Ct = kompressibilitas total formasi, psi-1
 = viskositas fluida formasi yang mobil (dapat bergerak) pada kondisi
reservoir,cp.
Dalam banyak perhitungan, CI dan CII sering dikombinasikan menjadi Cvc :
2 C I C II
C vc  2 2 ......................................................... (5-30)
C I  (C I  4 C II )1 / 2
3). CIII : wall building mechanism (mekanisme penutup dinding). Terbentuk dari
residu polymer di dinding formasi yang menghalangi aliran masuk ke
dalam formasi. Hal in sangat penting dan sengaja dibuat demikian agar
tidak banyak fluida yang hilang. Tidak bisa dihitung dengan baik dan
harus diukur di laboratorium.
(0,0164) m
C w  C III  , ft / min .........................................(5-31)
A
di mana :
m = kemiringan
A = luas core yang dipakai, cm1/2
207

Besarnya total leak-off coefient (Ctot) adalah analog dengan suatu hubungan seri
konduktor listrik yang dinyatakan dalam bentuk :
1 1 1 1
   ..................................................................(5-32)
C tot CI C II C III

c. Hidrolika Perekah
Dalam operasi fracturing akan memerlukan biaya yang sama dalam hal ini
akan memaksa untuk menggunakan bahan dan perlengkapan secara efektif. Oleh
sebab itu diinginkan biaya minimum dalam mementukan hydraulic horse power
pada setiap treatment fracturing.
Besarnya harga hydraulic horse power dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :
Hh = 0,0245 x Ps x qt ......……………………………………(5-33)
dimana :
Hh = Hydraulic power, Hp
Ps = Tekanan injeksi dipermukaan, psi
qt = Laju injeksi fluida, bbl/menit.
Tekanan injeksi dipermukaan (Ps) merupakan jumlah tekanan rendah
dasar sumur, mengalami hilang tekanan karena gesekan didalam pipa, hilang
tekanan melalui perforasi dikurangi tekanan hidrostatik, atau secara matematis
dapat dinyatakan sebagai berikut :
Ps = Pt + Pf + Pp – Ph …..….………………………………..(5-34)
Tekanan yang diperlukan untuk menginjeksikan fluida perekah pada dasar
sumur adalah merupakan perkalian anatar gradien tekanan rekah dan kedalaman
formasinya. Kehilangan dalam pipa dapat ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :
f.L.v 2 .ρ
Pf  ….……………………………………………………(5-
25,8.d

35)
dimana :
F = Fanning friction loss, berdasarkan Reynold Number (NRe)
L = Panjang pipa, ft
208

 = Densitas fluida, ppg


v = velocity, ft/detik
d = diameter dalam pipa, inchi

Reynold Number dapat ditentukan dengan persamaan :


928.d.v
N Re  .…….………………………………………..… (5-36)
μ

Dan kecepatan fluida dalam casing ditentukan dengan persamaan :


17,6 q
V ..………………………………………………….... (5-37)
d
dimana :
 = viskositas fluida, cp
q = laju aliran, bbl/menit
Untuk menentukan kehilangan tekanan yang terjadi di perforasi dapat dihitung
dengan persamaan :
q2
Pp  .……………..……………………………………(5-38)
8090.Ap 2

dimana :
Pp = Hilang tekanan melalui perforasi, Psi
Ap = Luas penampang perforasi, inch2
q = Laju aliran, Ppm
Sedangkan untuk menentukan tekanan hidrostatik fluida perekah dapat dinyatakan
dengan persamaan :
Ps = 0,052. . D ….………..…………………………………….(5-39)
dimana :
Ps = Tekanan hidrostatik, Psi
 = Densitas fluida perekah, ppg
D = Kedalaman, ft

5.3. Fluida Perekah dan Additif


209

Karakteristik batuan dan fluida reservoir berpengaruh dalam pemilihan


fluida perekah. Sifat kimia dari batuan akan menjadi dasar untuk menentukan tipe
fluida perekah yang dipakai.
Sifat fisik alami batuan ( permeabilitas, porositas, struktur, ada tidaknya
rekahan, vugular dan sebagainya) tidak berpengaruh secara langsung dalam
pemilihan tipe dari fluida perekah. Sebagai contoh, pada batuan dengan
permeabilitas yang tinggi, fluida dengan viskositas yang tinggi atau fluida dengan
fluid-loss aditif mungkin lebih baik digunakan.
.
5.3.1. Fluida Perekah
Fluida perekah atau fracturing fluids adalah fluida yang digunakan pada
proyek perekahan hydraulic yang mana fluida perekah tersebut akan dipompakan
pada beberapa tingkat (stages) yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri.
Pad adalah jenis fluida perekah yang tidak diberi proppant. Gunanya adalah untuk
memulai perekahan sekaligus memperluasnya. Sementara rekahan berkembang,
terjadi fluid loss atau leak-off ke dalam formasi, dan dianggap tegak lurus pada
dinding rekahan, sambil membentuk filter cake. Volume leak-off ini akan
sebanding dengan akar dua dari waktu cairan bersatu. Jadi, pad ini akan
dikorbankan sehingga leak-off oleh slurry dengan proppant akan berkurang.
Setelah pad, slurry dengan proppant akan mulai ditambahkan pada fluida perekah
yang akan naik terus sampai pada harga maksimum yang telah ditentukan. Harga
ini tergantung dari kemampuan fluida dalam membawa proppant dan/atau
kapasitas reservoir dan rekahan yang terbentuk.
Secara umum, leak-off yang berlebihan dapat disebabkan oleh
ketidakseragaman (heterogeneities) reservoirnya, seperti adanya rekahan alamiah
(natural fissures). Hal lain yang bisa terjadi adalah meluasnya rekahan karena
rekahan bergerak ke luar dari zona produktif yang diinginkan. Bisa saja terjadi
bila di antara dua formasi produktif terdapat lapisan shale yang tipis, maka
rekahan akan bergerak melewati shale tersebut walaupun di shale rekahan akan
menipis dan ini mungkin tidak akan bisa dilewati oleh proppant sehingga akan
terjadi screen out (proppant berkumpul tertahan karena cairannya hilang). Slurry
210

tidak bisa mentransport proppant, dan tekanan injeksi akan naik tinggi sehingga
perekahan lebih lanjut ke dalam formasi tidak bisa dilakukan. Secara umum, bila
rekahan kurang dari tiga kali diameter proppant, makan proppant akan tertahan.
Setelah slurry dipompakan, maka paling belakang akan diberi flush, agar slurry
dengan proppant akan masuk ke dalam formasi dan tidak tertinggal di dalam
sumur. Dalam prakteknya, harus ada proppant slurry yang tertinggal di sumur,
karena kalau flush terlalu banyak maka akan menyebabkan sumur rekahan di
sekitarnya akan menutup kembali sehingga peningkatan produktivitas tidak efektif
(disebut “choked” fracture).
Fluida perekah (fracturing fluids) merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan operasi hydraulic fracturing, sehingga perlu diseleksi dan
direncanakan. Selain digunakan untuk memulai perekahan dan memperluas
rekahan, fluida perekah juga harus dapat memperlebar rekahan, mentranspor dan
menempatkan proppant, mempunyai sifat low fluid loss (kehilangan fluidanya
sedikit) waktu crosslink-nya terkontrol, dan tidak mahal. Juga tidak menyebabkan
friksi yang besar di tubing, mudah dibersihkan dengan clean-up (memulainya
produksi kembali), kompatibel dengan formasi dan fluidanya, mudah dicampur,
aman untuk personalia, dan relatif murah.

A. Jenis fluida Perekah


Jenis fluida perekah yang biasa digunakan untuk merekahkan formasi
adalah :

1. Water Base Fluid


Merupakan jenis fluida perekah dengan bahan dasar air, water base fluid
ini dapat digunakan pada reservoir minyak maupun gas. Fluida perekah ini
mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
1. Tidak ada resiko kebakaran.
2. Tersedia dalam jumlah yang banyak dan harganya murah.
3. Dapat mengurangi terjadinya friction loss.
4. Viscositasnya yang rendah, hal ini akan lebih mudah dalam pemompaan.
211

5. Specific gravity air yang tinggi akan memberikan kekuatan penopang yang
lebih besar pada propping agent.
2. Oil Base Fluid
Oil base fluid digunakan sebagai fluida perekah mempunyai keuntungan
sebagai berikut :
1. Mempunyai viscositas yang tinggi sebagai sifat alamiahnya.
2. Rate injeksi yang rendah untuk peretakan dangkal atau dalam.
3. Dapat dijual kembali setelah pemakaian.
Ada beberapa jenis cairan bahan dasar minyak untuk perekahan, yaitu :
a. Napalm Gels, bahan dasar yang digunakan adalah kerosin atau minyak
diesel atau crude oil yang dipadatkan dengan penambahan napalm
(aluminium fatty acid salt). Jel ini mempunyai viskositas tinggi dan
mampu membawa material pengganjal (proppant) serta fluid lossnya
rendah.
b. Viscous Refined Oil, lebih menguntungkan daripada napalm gel karena
mudah diperoleh dari refinery, dapat dimanfaatkan kembali sebagai hasil
produksi, dan viskositasnya akan berkurang bila bercampur dengan fluida
formasi, sehingga mudah dikeluarkan kembali setelah operasi perekahan
selesai.
c. Lease Crude Oils, pada beberapa area lease crude oils dapat digunakan
untuk perekahan, namun setelah ditambahkan fluid loss control agent.
d. Gelled Lease Oils, merupakan campuran minyak-air dengan sedikit fatty
acid soap dan caustic, sehingga membentuk jel. Jenis ini menjadi popular
karena mudah didapat,relative murah dan gesekan dengan dinding pipa
relative kecil. Gelled Lease Oils ini tidak dapat digunakan pada temperatur
tinggi.
3. Acid Base Fluid
Acid base fluid secara umum mengikuti pola dari water base fluid,
beberapa keuntungan yang diperoleh antara lain :
1. Reaksinya lamban.
2. Tidak terlalu mahal.
212

3. Viscositasnya tinggi dan mudah didapat.


B. Pemilihan Fluida Perekah
Pemilihan jenis fluida perekah terutama dipilih karena sifat formasi,
kandungan clay, jenis reservoir (minyak atau gas), ada parafin (asphaltene),
tekanan dan temperatur reservoir, dan pengalaman masa lalu sukses atau tidak,
serta harganya..
1. Sifat formasi
Hal pertama yang perlu dipertimbangkan adalah sifat kimia dan sifat fisik
dari batuan sebelum dilakukan perekahan dan bagaimana hal tersebut
mempengaruhi pemilihan fluida perekah. Pada batuan limestone, dolomite atau
jenis yang lain dengan sifat kelarutan yang tinggi, acid base fluids menjadi pilihan
yang efektif. Pada batupasir water atau oil base fluids lebih umum digunakan.
Jika permeabilitas formasi tinggi dan tidak rusak, maka hanya perlu sedikit
treatment perekahan namun bagaimanna juga komplesi sumur sedikitnya akan
menyebabkan kerusakan formasi, jadi fluida perekah haruslah diseleksi agar
treatment yang dilakukan tidak menurunkan permeabilitas dari matrik batuan.
Dalam beberapa kasus, tujuan awal dari perekahan adalah untuk menanggulangi
kerusakan yang disebabkan pada proses pemboran, proses penyemenan dan lain
sebagainya.
Faktor penting lainnya adalah kandungan clay pada batuan. Oil base fluid
direkomendasikan untuk menanggulangi penurunan permeabilitas dari pengaruh
clay yang sifatnya sensitif terhadap air. Jika formasi yang akan direkahkan adalah
formasi karbonat, sebaiknya digunakan acid base fluid.
2. Bottom Hole Temperatur dan Tekanan
Bottom Hole Temperatur harus dipertimbangkan dalam pemilihan fluida
perekah yang akan digunakan dan pada seleksi jenis dan konsentrasi aditif.
Dengan semakin meningkatnya temperatur pada umumnya akan meningkatkan
jumlah dari cairan maka friction loss control aditif ditambahkan pada bahan dasar
minyak, dan dengan menurunnya temperatur akan menurunkan viskositas.
Bottom hole pressure adalah hal lain yang perlu dipertimbangkan, jika
bottom hole pressure akan berpengaruh pada viskositas dan densitas fluida
213

perekah hal tersebut dipertimbangkan untuk membantu tekanan pompa pada


proses perekahan. Pada sumur dengan tekanan formasi rendah, yang perlu
diperhatikan adalah fluida perekah yang mudah dikeluarkan kembali setelah
operasi perekahan selesai.
3. Fluida Formasi
Jika formasi mengandung minyak berat dan asphalt atau parafinic, maka
jangan digunakan cairan perekah dengan bahan dasar minyak yang mempunyai
API Gravity tinggi, karena dapat menyebabkan pengendapan asphalt dan paraffin.
Dalam hal ini akan lebih aman jika menggunakan fluida peretak bahan dasar air.
Selain hal diatas pemilihan fluida perekah perlu dipertimbangkan untuk jenis
reservoinya, reservoir gas atau reservoir minyak.
5.3.2. Additif
Suatu fluida perekah seharusnya menghasilkan friksi tekanan yang kecil
dan tetap berviskositas besar agar dapat menahan proppant serta bisa turun
kembali viskositasnya setelah selesai pelaksanaan perekahan dan penempatan
proppant agar dapat memproduksi dari formasi dengan mudah. Agar dapat
memenuhi syarat tersebut maka additive perlu ditambahkan seperti :
1. Thickener, berupa polimer yang ditambahkan sebagai pengental fluida
dasar. Contohnya adalah guar, HPG (Hydroxypropyl Guar Gum), CMHPG
(Carboxymethyl Hydroxypropyl Guar), HEC (Hydroxyethylcellulose) dan
Xantan gum.
2. Crosslinker, (pengikat molekul agar rantai menjadi panjang) diperlukan
untuk meningkatkan viskositas dengan jalan mengikat satu molekul atau lebih
sehingga proppant yang dibawa tidak mengalami settling (pengendapan) serta
memperkecil leak-off fluida ke formasi. Biasanya organometalic atau
transition metal compounds yang biasanya borate, titan dan zircon.
3. Buffer, (pengontrol pH) dimana pada pencampuran setempat, polimer
dalam bentuk powder ditambahkan dalam fluida dasar. Untuk dapat terpisah
dengan baik, pH harus berkisar 9, yang didapat dari pencampuran dengan basa
seperti NaOH, NH4OH, asam asetat dan asam sulfamic (HSO3NH3).
214

4. Bactericides/biocides, (anti bakteri) dimana bakteri penyerang polimer


merusak ikatan polimer dan mengurangi viskositasnya, sehingga perlu
ditambahkan anti bakteri seperti glutaraldehyde, chlorophenate
squaternaryamines dan isothiazoline. Zat ini perlu ditambah ditanki sebelum
air ditambahkan, karena enzim yang terlanjur dihasilkan bisa memecah
polimer. Bactericides tidak dipergunakan apabila fluida dasarnya minyak.
5. Gelling agent, (pencampur gel) untuk menghindari mengumpulnya gel,
seringkali gel dicampur terlebih dahulu dengan 5% methanol atau isopropanol.
Penggunaan zat ini bisa diperbesar kadarnya untuk formasi yang sensitive.
6. Fluid Loss additive, fluid loss harus diperkecil. Untuk formasi homogen,
biasanya sudah cukup dengan filter cake yang terbentuk di dinding
formasi.Material yang umum dipakai antara lain : pasir 100-mesh, silica fluor
(325-mesh), baik untuk rekahan kecil alamiah (silica flour 200 mesh untuk
rekahan kecil < 50 micron dan 100 mesh untuk yang lebih besar >50 micron),
Oil Soluble Resins, Adomite Regain (Con Starch), Diesel 2-5 %
(diemulsikan), Unrefined Guar dan Karaya gums.
7. Breakers, untuk memecahkan rantai polimer sehingga menjadi encer
(viskositasnya kecil) setelah penempatan proppant agar produksi aliran
minyak kembali mudah dilakukan. Breakers harus bekerja cepat,
konsentrasinya harus cukup untuk mengencerkan polimer yang ada.
8. Extenders, Clean-Up, dan Energizing Agents.
Biasanya berupa nitrogen, karbon dioksida, alkohol, atau EGMBE (mutual
solvent). Zat-zat tersebut digunakan untuk mempermudah produksi kembali
setelah fase perekahan selesai dilaksanakan, terutama bila tekanan dasar
sumur kecil. Energi yang ada akan lebih cepat dalam mengeluarkan kembali
sisa material untuk perekahan tersebut sehingga tidak menyebabkan terjadinya
formation damage. Selain itu gas akan mengurangi terjadinya fluid loss.
Mutual solvent dapat mempermudah aliran fase minyak dari formasi.
Selain material tambahan di atas, di bawah ini akan diberikan secara
singkat material lain yang dipakai dalam proyek perekahan hidraulik.
1. Friction Reducing Agents.
215

Semua polymer akan berlaku sebagai zat yang menghalangi terjadinya


turbulensi. Turbulensi akan menyebabkan kehilangan tekanan yang besar. Dengan
adanya polymer maka kehilangan tekanan juga relatif akan mengecil. Material
yang digunakan untuk mengurangi kehilangan tekanan seperti misalnya anionic
dan cationic polyacrylamide untuk fluida dasar air, air tawar, atau asam (1/4 – 1
gal/1000 gal). Terdapat pula dalam bentuk serbuk puder anionic atau cationic
untuk asam, air, dan air garam (1/4 – 2 lb/1000 gal). Selain itu ada juga khusus
friction reducer untuk fluida dasar hidrokarbon dengan polysodecylmethacryalate
(7 – 10 gal/1000 gal) di mana akan diperlukan activator atau aluminium phospate
ester gel (2 gal/1000 gal). Friction reducer hanya dipakai kalau aliran mungkin
akan turbulen sehingga untuk aliran laminer tidak akan diperlukan.
2. Clay Stabilizers.
Clay pada formasi batupasir seperti kaolinite, illite, dan chlorite atau
smectite, dapat menjadi masalah. Aliran dari fluida perekah dengan perubahan
tekanan atau temperatur atau lingkungan ion dapat menyebabkan clay terlepas dan
bermigrasi sehingga akan merusak formasi. Di sini, KCl mencegah menyebarnya
clay dengan memberikan sifat cationic untuk mencegah perpindahan ion, namun
KCl tidak dapat mencegah terjadinya migrasi bila hal tersebut sudah terjadi. KCl
juga dapat digunakan untuk mencegah pembengkakan clay. NH4Cl berfungsi
sama seperti KCl tetapi tidak digunakan dalam perekahan hidrolik melainkan pada
pengasaman. CaCl2 akan mengendap pada kondisi air formasi dengan sulfat atau
alkalin yang dominan. CaCl2 dapat digunakan untuk larutan air air atau methanol
di mana kelarutan KCl dan NH4Cl terbatas.
Garam Zicronimum Chloride juga digunakan untuk mengikat clay di
tempatnya tetapi umumnya digunakan pada tahap preflush. Semacam Polyamines,
Quarternary Amines juga digunakan untuk mencegah clay yang membengkak.
Yang lain seperti Polymeric Hydrohyxaluminium juga dapat digunakan namun
jarang sekali dipakai.
3. Iron Control Additives.
216

Sama seperti pada pengasaman, ion Fe3+ harus dicegah karena dapat
menimbulkan pengendapan. Material yang digunakan dari additives ini antara lain
Citric Acid dan EDTA, atau Acetic dengan Citric, Crythrobic, dan lain-lain.
4. Paraffin Control.
Dapat digunakan parafin dispersant atau dipanaskan untuk mencegah
terjadinya pengendapan parafin di tubing. Bisa juga digunakan kombinasi
paraffin inhibitor dan dispersant.
5. Crosslinker Control Agent.
Additive ini bertujuan untuk mengontrol waktu crosslink misalnya untuk
menghambat terjadinya crosslink, Acetinate yang dilarutkan, terutama pada Ti-
crosslink. Untuk temperatur rendah, waktu crosslink malah akan dipercepat. Atau
campuran keduanya untuk mengontrol waktu crosslink.
6. Radioactive Materials.
Zat radioaktif (Antimon, Iridium, dan Scandium) akan ditambahkan sekitar
0,5 sampai 1,0 millicuries / 1000 lb proppant) dengan maksud agar dapat
ditentukan zona rekahan yang dilakukan dengan log sinar gamma.
7. Scale Inhibitors.
Biasanya digunakan inhibitor Phosponate atau Acrylate.

5.4. Material Pengganjal (Proppant)


Proppant merupakan material untuk mengganjal agar rekahan yang
terbentuk tidak menutup kembali akibat closure pressure ketika pemompaan
dihentikan dan diharapkan mampu berfungsi sebagai media alir yang lebih baik
bagi fluida yang diproduksikan pada kondisi tekanan dan temperatur reservoir
yang bersangkutan.
Bila proppant mengalami stress yang melewati kekuatannya maka terjadi
crushing dan akan merugikan dalam hal produktivitasnya. Makin keras suatu
formasi, makin diperlukan proppant yang juga keras. Selain itu kesalahan pada
pemilihan proppant dapat mempengaruhi kesuksesan proyek perekahan hidrolik
tergantung pada ukuran, distribusinya (seragam/tidak), kualitasnya (jumlah
217

kotoran/tambahan yang tak diperlukan), roundness (kehalusan permukaannya)


dan sphericity (bentuk bulatnya).
Dalam masa produksinya nanti, akan ada proppant yang terlepas atau
crushed (hancur) atau embedment (tenggelam masuk ke formasi), fines, dan lain-
lain yang akan dapat menurunkan produksi secara perlahan-lahan.

5.4.1. Jenis Proppant


Beberapa jenis proppant yang umum digunakan sampai saat ini adalah
pasir alami, pasir berlapis resin (Resin Coated Sand), dan proppant keramik
(Ceramic Proppant).

1. Pasir Alami
Berdasarkan sifat-sifat fisik yang terukur, pasir dapat dibagi ke dalam kondisi
baik sekali, baik, dan dibawah standat. Golongan yang paling baik menurut
standart API adalah premium sands yang berasal dari Illinois, Minnesota, dan
Wisconsin. Biasanya disebut ‘Northern Sand”, “White Sand”, “Ottawa Sand”,
atau sebta lainnya misalnya “Jordan Sand”. Golongan yang baik berasal dari
Hickory Sandstone di daerah Brady, Texas, yang memiliki warna lebih gelap
dari pada pasir Ottawa. Umumnya disebut “Brown Sand”, “Braddy Sand”,
atau “Hickory Sand”. Berat jenisnya mendekati 2,65. Salah satu kelebihan
pasir golongan ini dibanding pasir Ottawa adalah harganya yang lebih murah.
2. Pasir Berlapis Resin (Resin Coated Sand)
Lapisan resin akan membuat pasir memiliki permukaan yang lebih rata (tidak
tajam), sehingga beban yang diterima akan terdistribusi lebh merata di setiap
bagiannya. Ketika butiran proppant ini hancurkarena tidak mampu menahan
beban yang diterimanya, maka butiran yang hancur tersebut akan tetap
melekat dan tidak tersapu oleh aliran fluida karena adanya lapisan resin. Hal
ini tentu saja merupakan kondisi yang diharapkan, dimana migrasi pecahan
butiran (fine migration) penyebab penyumbatan pori batuan bias tereliminasi.
Proppant ini sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Pre-cured Resins
218

Berat jenisnya sebesar 2,55 dan jenis ini dibuat dengan cara pembakaran
alam proses pengkapsulan.
b. Curable Resins
Penggunaan jenis ini lebih diutamakan untuk menyempurnakan kestabilam
efek pengganjalan. Maksudnya adalah, proppant ini dinjeksikan dibagian
belakang (membuntuti slurry proppant) untuk mencegah proppant
mengalir balik ke sumur (proppant flow back). Setelah membeku,
proppant ini akan membentuk massa yang terkonsolidasi dengan daya
tahan yang lebih besar.
3. Proppant Keramik (Ceramic Proppant)
Proppant jenis ini dikelompokkan menjadi empat golongan sebai berikut :
a. Keramik berdensitas rendah (Low Density Ceramic)
Jenis ini memiliki berat jenis hampir sama dengan pasir (SG = 2,7),
memiliki kemampuan untuk menahan tekanan penutupan (Clossure
pressure) sampai 6000 psi, serta banyak digunakan di Alaska.
b. Keramik berdensitas sedang (Inter mediate Ceramic)
Jenis ini lebih ringan dan lebih murah dibandingkan Sintered Bauxite,
memiliki specific gravity 3,65. Karena harganya yang mahal maka
proppant ini hanya digunakan untuk mengatasi tekanan yang benar-benar
tinggi. Proppant jenis ini mampu menahan tekanan sebesar 12000 psi,
biasa digunakan untuk temperature tinggi dan sumur yang sour
(mengandung H2S).
c. Resin Coated Ceramic
Suatu jenis baru yang merupakan kombinasi perlapisan resin dan butiran
keramik. Jenis ini terbukti memberikan kinerja yang lebih baik. Khusus
untuk resin coated proppant, variasi yang dimunculkan semakin banyak.
Resin Coated Ceramic memiliki ketahanan terhadap closure pressure
sebesar 15000 psi dan temperature hingga 450 oF.

Tabel V-1.
Specific Gravity dan Volume Absolut Proppant
(Cooke, C. E., Jr.: “Conductivity of Fracture Proppant in Multiple Layers”)
219

Proppant Specific Absolute Volume


A. Gravity gal/lb
Sand 2,65 0,0453
SUPER PROP * 3,55 – 3,73 0,0338 - 0,0322
Resin Coated Sand 2,57 – 2,61 0,0467 – 0,0460
Z-PROP 126 ** 3,17 0,0379
INTERPROP - I *** 3,13 0,0384
Or
CARBOPROP ***
PRO-FLO **** 2,73 0,0440

5.4.2. Spesifikasi Ukuran Proppant

Ukuran Proppant penting untuk kesuksesan perekahan hidrolik karena tiga


alasan:
1. Bridging, untuk bisa mulus, maka lebar rekahan harus sekitar empat kali
ukuran proppant.
2. Cocok dengan ukuran perforasinya
3. Konduktivitas adalah fungsi dari ukuran proppant.
Ukuran proppant dilaporkan berdasarkan standard ASTM (American
Society of Testing Materials), misalnya:
1. 20/40 sand, dapat melalui screen (saringan 0,033 inch).
2. Tersaring oleh screen 40 mesh (0,0165 inch).
Sedangkan spesifikasi dari API (American Petroleum Institute) mengatakan
1. Minimum 90% akan ada di antara sieves (saringan) yang ditentukan.
2. Ukuran contoh pasir (sample) yang lebih besar dari diatas < 0,1%.
3. Ukuran contoh pasir yang lebih kecil dari diatas < 0,1%.
4. Ukuran-ukuran saringan tertentu diperlukan untuk pengujian.
Tabel V-15. memperlihatkan ukuran proppant, maksimum, dan rata-rata

Tabel V-2.
Ukuran Maksimum dan Rata-rata Proppant
(Cooke, C. E., Jr.: “Conductivity of Fracture Proppant in Multiple Layers”)

Proppant Size Maximum Diameter Average Diameter


220

(mesh) (in) (in)


4/8 0,187 0,173
6/12** 0,132 0,099
8/12 0,093 0,087
8/16** 0,093 0,082
10/20 0,079 0,061
10/30 0,079 0,056
12/20* 0,067 0,054
16/20** 0,047 0,041
16/30** 0,047 0,039
18/20** 0,039 0,036
18/35 0,039 0,032
20/40* 0,0336 0,0272
20/50 0,0336 0,0218
30/50** 0,0237 0,0185
30/60 0,0237 0,0180
40/60 0,0168 0,014
40/70* 0,016 0,013
70/140** 0,0084 0,0099

Tabel V-3 dan Tabel V-4 menunjukkan contoh hasil sieve analysis dari pasir
16/30 Jordan dan 20/40 Jordan.

Tabel V-3.
Hasil Sieve Analysis Pasir 16/30 Jordan
(Cooke, C. E., Jr.: “Conductivity of Fracture Proppant in Multiple Layers”)

Sieve Percent Cumulative


Size Retained Percent
12 0,0 0,0
16 0,1 0,1
20 20,3 20,4
25 47,1 67,5
30 28,2 95,7
40 4,2 99,9
pan 0,1 100,0

Tabel V-4.
Hasil Sieve Analysis Pasir 20/40 Jordan
(Cooke, C. E., Jr.: “Conductivity of Fracture Proppant in Multiple Layers”)

Sieve Percent Cumulative


Size Retained Percent
221

16 0,0 0,0
20 3,3 3,3
30 38,4 41,7
35 30,5 72,2
40 20,6 92,8
50 7,0 99,8
pan 0,2 100,0

5.4.3. Konduktivitas Rekahan


Ada 5 faktor yang mempengaruhi konduktivitas suatu rekahan yang telah
diuji di laboratorium dan dianggap pasti, sedangkan pengaruh lain tidak dapat
diuji dan pengaruhnya tidak jelas.

1. Closure Stress
Stress ini yang diteruskan oleh formasi ke proppant pada waktu
tertutupnya rekahan dapat menyebabkan proppant hancur (crushing), mengurangi
ukuran proppant, dan menambah surface area proppant, yang mana keduanya
menyebabkan menurunnya permeabilitas rekahan tersebut. Hal tersebut kalau
stress-nya relatif besar. Closure stress adalah gradien rekahan kedalaman x
dikurangi tekanan dasar sumur. Selain itu stress yang ada akan memadatkan
lapisan proppantnya, mengurangi porositas dan permeabilitasnya. Pengaruh kedua
ini bila didapat dari stress kecil di mana pengaruh pertama tadi (crushing) tidak
terjadi, tetapi tetap akan ada. Bila dari stress ini terjadi naik turun (cycling), yaitu
kalau sumur dibuka atau ditutup, juga dapat mengurangi permeabilitas rekahan.
2. Ukuran Proppant
Ukuran Proppant mempunyai pengaruh pada pemadatan makin besar
proppant makin besar pula konduktivitasnya walaupun pada tekanan tinggi akan
berbalik pengaruhnya. Hal ini disebabkan oleh hancurnya partikel (crushed)
sehingga perbedaan konduktivitas menurun dengan stress dan distribusi partikel,
porositas dan luas permukaan akan berubah.
Ukuran proppant penting dalam hubungannya dengan proyek perekahan,
pada umumnya lebar rekahan harus dua sampai tiga kali diameter proppant.
Misalnya kalau dua kali, untuk proppant 8/16, 20/40, dan 40/70 maka rekahannya
222

perlu 0,187, 0,066 dan 0,033 in (SPE Monograph Volume 12). Dengan ini maka
makin dalam sumurnya, di mana rekahan semakin sempit, propant-nya akan
semakin kecil. Dalam diskusi mengenai transportasi proppant akan terlihat bahwa
proppant besar sukar ditranspor, sehingga pemilihan proppant nantinya juga harus
didasarkan pada kemampuan untuk menstranspor.
3. Konsentrasi Proppant
Kadar proppant atau proppant concentration didefinisikan sebagai jumlah
proppant per unit luas rekahan (dari satu dinding saja), atau pound proppant /luas
(lb/ft2). Jika proppant mengendap ke dasar rekahan vertikal, maka konsentrasi
ditentukan oleh lebar rekahan pada saat pemompaan. Jika proppant melayang di
fluida perekah sampai rekahan menutup, maka konsentrasi ditentukan oleh baik
lebar rekahan waktu pemompaan maupun konsentrasi proppant di fluida.
Konduktivitas rekahan meningkat dengan naiknya konsentrasi proppant.
Hubungan ini tidak akan langsung berlaku untuk konsentrasi kurang dari ½ lb/ft 2
karena pengaruh dinding.

4. Kekuatan Proppant
Kekuatan dari proppant sangat penting untuk obyek perekahan. butiran
kecil pecahan proppant (fines) terjadi karena closure stress.
5. Bentuk Butiran Proppant
Bentuk butiran proppant (proppant grain shape) yang ditentukan oleh
roundness (halusnya permukaan) dan sphericity (bulatnya butiran) yang sangat
penting tergantung dari closure stress-nya. Karena stress permukaan akan merata
pada bentuk yang bulat, halus, maka pada harga stress tinggi, makin halus/bulat,
maka makin tahan tekanan, sehingga konduktivitas akan tetap tinggi. Roundness
dan sphericity ditentukan oleh skala Krumbein, misalnya 0,7 R dari skala tersebut
adalah lebih baik dari 0,6 R.
Di industri perminyakan umumnya R dan S untuk Krumbein Shape Factor
diambil minimum 0,6 untuk pasir alamiah dan 0,7 untuk pasir industri (buatan).
223

Roundness dapat memberi pengaruh pada stress yang tinggi dan mungkin
tidak pada stress rendah. Sebagai contoh, Brady sand kurang bulat dibanding
Ottawa, tetapi lebih baik konduktivitasnya pada closure stress dibawah 5000 psi,
tetapi Ottawa akan lebih baik konduktivitasnya daripada Brady kalau stress di atas
5000 psi.

Faktor-faktor lain
Ada lima (5) faktor tambahan lagi yang dianggap turut mempengaruhi
koduktivitas suatu rekahan.

1. Embedment
Jika proppant melesak masuk ke formasi, hal ini disebut embedment, dan
akan mengurangi konduktivitas. Selain itu juga menyebabkan fines terbentuk dari
pecahan formasi. Embedment adalah fungsi dari kekuatan proppant maupun
kekerasan formasi. Formasi lunak dengan proppant yang sangat keras akan jelek
pengaruhnya. Pengujian pada formasi dapat dilakukan dengan penctometer test
ball-point tetapi hasilnya kurang memuaskan.
Dalam program komputer biasanya untuk standar proppant di formasi 2
lb/ft2 maka embedment dianggap 0,2 lb/ft2 = ½ diameter kadar butiran disetiap sisi
rekahan.
2. Environmental Effect (Pengaruh LIngkungan)
Stress formasi dapat menyebabkan hancur/pecahnya proppant atau erosi
formasinya sendiri karena bergesekan dengan proppant. Embedment juga dapat
menimbulkan stress. Selain itu ada juga pelarutan silika misalnya pada glass bead.
Juga untuk jangka waktu yang panjang, permeabilitas rekahan dapat menurun,
baik karena waktu atau temperatur. Misalnya pada 8000 psi dan 275F, Ottawa
sand dapat turun permeabilitasnya dari 41 darcy ke 0,32 kali yaitu tinggal 13
darcy dalam 100 jam.
3. Kualitas Proppant
Kualitas proppant buruk bila banyak impuritisnya (zat tambahan yang
mengotori). Adanya carbonate, feldspar, atau oksida besi di proppant akan
224

berakibat merusak konduktivitas. Untuk proppant berukuran 6/20 sampai 30/50,


maksimum kelarutan didalam menurut API maksimum harus 2%.
4. Residu Fluida Perekah
Pori-pori dari batuan formasi sering tertutup oleh residu dari fluida
perekah bahan dasar air (water based fluid). Hal ini kadang-kadang dapat
menyebabkan pengurangan secara drastis dari produktivitas formasi. Hal ini
terutama bila kadar residu polymer tinggi, kalau konsentrasi polymer tinggi. Di
sini dapat dijelaskan bahwa bila konsentrasi polymer tinggi, misalnya dari
pengujian diketahui bahwa pada titanate crosslink HPG, permeabilitasnya akan
turun dari 51% ke 34% dari keadaan awal 100%. Bila HPG-nya dinaikan dari 40
ke 50 lb/1000 gal, konsentrasi proppant direkahan akan rendah dan stress di
rekahan akan relatif tinggi sehingga porositas rekahan akan berkurang. Residu
terutama terbentuk dari degradasi polymer yang digunakan untuk menaikkan
viskositas. Juga adanya fluid loss di mana polymer-nya tertinggal di bagian
belakang sehingga konsentrasi polymer tersebut akan naik, yakni bisa mencapai
lima sampai tujuh kali. Selain itu bisa disebabkan oleh adanya filter cake yang
jenuh dengan polymer. Di sini penggunaan breaker yang tepat dapat mengurangi
pengaruh residu tersebut.
Secara umum, pengurangan konduktivitas sedemikian sehingga
mengakibatkan sisa permeabilitas :
 X/L gels tersisa : 10 - 50 %
 Linear gels tersisa : 45 - 70 %
 Emulsi tersisa : 65 - 80 %
 Foam tersisa : 80 %

5. Pengaruh "Lingkungan" Lainnya


Kenaikan stress pada proppant dengan waktu karena tekanan reservoir
yang turun akibat produksi fluida hidrokarbon, dapat menyebabkan mengecilnya
konduktivitas. Pengaruh lain adalah adanya pengasaman di mana walaupun asam
HCl tidak merusak proppant, tetapi mud acid dapat merusak kebanyakan pasir dan
225

keramik. Temperatur yang tinggi atau air garam yang korosif akan dapat
merugikan, jadi di sini tergantung proppant dan sifat kimia fluidanya.
Berdasarkan semua hal di atas, maka dalam prakteknya, konduktivitas
yang diberikan oleh banyak publikasi (termasuk oleh perusahaan servis) setelah
4)
dilakukan koreksi tekanan masih hasus dikurangi dengan 50 - 60% . Jadi
misalnya harga krw = 5000 md-ft maka hanya menjadi sekitar 2000 - 2500 md-ft.

5.4.4. Pengukuran di Laboratorium

Cooke membuat pengukuran di laboratorium untuk menentukan kerusakan


permeabilitas rekahan akibat polymer. API menentukan alat yang standar untuk
mengukur konduktivitas proppant untuk dipakai, baik oleh perusahaan servis
maupun oleh penyuplai proppant.

5.4.5. Distribusi Temperatur di Dalam Rekahan

Pada perekahan, temperatur formasi akan lebih tinggi dari temperatur


slurry-nya. Jadi fluida perekah akan dipanaskan selama bergerak masuk ke dalam
rekahan. Dengan ini mungkin sifat reologi-nya akan berubah demikian juga
dengan distribusi proppant-nya. Distribusi temperatur ini dapat dihitung dari data
seperti temperatur formasi dan fluida mula-mula, kecepatan injeksi, kapasitas
panas, dan lain-lain.
Temperatur formasi (BHT) adalah dasar pemilihan untuk fluida perekah
yang stabil selama proses pengerjaan perekahan, agar dapat membawa proppant
jauh ke dalam rekahannya dengan temperatur formasi yang sedemikian. Dalam
prakteknya, bila fluida sudah lewat kira-kira setengah dari rekahan, maka
temperaturnya dapat dianggap sebagai temperatur formasi.
Kenaikan temperatur selama fluida perekah melewati rekahan dan harga
K' akan turun secara drastis begitupun dengan harga n'. Hal ini akan menurunkan
harga viskositas fluida perekah sehingga bisa menimbulkan pengendapan
proppant yang lebih banyak terjadi di ujung dari fluida tersebut. Dengan
selesainya injeksi, sumur mungkin ditutup beberapa jam, di mana rekahan akan
menutup dan proppant mungkin jatuh ke bawah atau terjepit di rekahannya.
226

5.4.6. Pengendapan Proppant di Dalam Rekahan

Teknik atau metode numerik telah digunakan untuk mengetahui


bagaimana distribusi pengendapan proppant di dalam rekahan. Jarak carrying
distance (CD) proppant dapat dicari dengan pendekatan yang dibuat oleh Nierode
sebagai berikut :
1,123 q o
L sc  ..................................................................... .. (5-40)
w vh

di mana :
Lsc = jarak tempuh proppant di rekahan (satu sayap), ft
w = lebar rekahan, in
qo = laju injeksi, bbl/men
xf = L = adalah panjang rekahan satu sayap
Bila Lsc > xf, maka Lsc = xf

5.4.7. Carry Distance

Carry Distance (CD) adalah sampai di mana suatu partikel dapat dibawa
menjauh (arah horizontal) dari sumur, dasar perhitungan di sini adalah dasar yang
digunakan dengan perhitungan komputer.
Asumsi yang dipakai adalah :
 Dianggap bahwa rekahannya suatu kotak dengan dinding vertikal dengan
lebar yang konstan.
 Tidak terjadi fluid loss, sehingga konsentrasi proppant tetap.
 Alirannya laminer
 Kecepatan partikel sama dengan kecepatan fluida perekah.
Dengan ini, Halliburton menjabarkan persamaan :

TL
CD   vh dt ............................................................................ (5-41)
PT

di mana :

CD = carry distance partikel sebelum 'mendarat di dasar rekahan, ft


227

vh = kecepatan fluida pada arah horizontal


PT = waktu proppant pertama masuk ke formasi (waktu pad sudah
selesai), menit
TL = waktu proppant terakhir masuk ke formasi atau waktu di mana
partikel bergerak untuk jatuh di dasar pada kecepatan settling vh.
Sedangkan

 Q  12 
v h  5,62   ............................................................. (5-42)
 2  w f h c 

di mana :
Q = total injeksi, bbl/men (bpm)
wf = lebar rekahan, in
hc = tinggi rekahan, ft

Selanjutnya :

33,72 Q TL dt
CD 
hc  w ............................................................ (5-43)
PT f

Lebar rekahan adalah fungsi dari waktu dengan persamaan sebagai berikut :

wf  Iw t m ............................................................................ (5-44)
di mana :
Iw = intersep grafik log wf versus log t
m = kemiringan dari log wf versus log t
(grafik wf versus log t adalah garis lurus)

Substitusi Persamaan (5-108) ke Persamaan (5-109) memberikan :

33,72 Q TL dt
CD   m
h c I w PT
.............................................................. (5-45)
t

yang kalau diintegrasi akan mendapatkan :

CD 
33,72 Q
h c I w (1  m)

TL1 m  PT1 m  ................................... (5-46)
228

Waktu pad (PT) pada persamaan ini bisa diketahui tetapi harga TL
tergantung pada waktu injeksi fluida perekahnya sendiri (treatment time) dan
kecepatan terminal settling.
Kecepatan terminal settling adalah pada fluida statik dan sebagai fungsi
dari diameter partikel dan sifat-sifat fluidanya. Dengan mengutip dari persamaan
tentang teori dasar pengendapan dan dengan menggunakan satuan unit lapangan,
serta dengan menghitung koefisiennya, PD adalah proppant diameter, maka :

1 / n'
 0,8667 (SG  SGF) PD   (2n '1) PD 
vt     108 n '  ..................... (5-47)
 K   

Harga TL di Persamaan (5-112) adalah waktu treatment atau waktu


injeksi slurry dengan proppant, yang di dapat :
Volume Injeksi
TL  ............................................................. (5-48)
42 Q

atau waktu yang digunakan untuk proppant jatuh ke bawah dasar rekahan :

hc
TL  ............................................................................... (5-49)
60 v t

yang mana yang terkecil dari Persamaan (5-114) atau Persamaan (5-115) itulah
yang akan berlaku.
Untuk mencari kecepatan terminal settling (vt) dapat digunakan grafik-
grafik yang telah tersedia. Di sini perlu diketahui bahwa partikel proppant tidak
mungkin bergerak lebih cepat dari kecepatan slurry ataupun kecepatan rekahan
yang terbentuk.
Harga CD digunakan untuk menentukan panjang jatuhnya proppant. Hal
ini akan salah bila waktu pemompaan proppant (dihitung dari mulut rekahan)
lebih lama dari waktu proppant jatuh ke dasar. Jika waktu pemompaan proppant
tersebut cukup lama untuk pembentukan bed (bukit proppant di dasar rekahan)
sampai tinggi yang seimbang, maka bed tersebut akan tumbuh horizontal di luar
CD.
229

Di sini bed dianggap tumbuh memanjang dan meninggi secara bersamaan


sampai ujung depan proppant mencapai CD. Pada saat itu perkembangan
horizontal berhenti dan bed hanya tumbuh meninggi dengan lebih banyak
proppant diendapkan di situ. Bila mencapai kesetimbangan tinggi, maka proppant
berikut akan mengalir ke bawah dan di depan bed tersebut dan dengan ini bed
akan mulai tumbuh horizontal lagi. Jika waktu pemompaan kurang dari waktu
terminal settling, maka panjang pengendapan proppant akan sama dengan CD.
Jika panjang dan lebar rekahan diketahui untuk setiap waktu, maka tinggi dari bed
yang terjadi dapat dicari dari kesetimbangan volume yang diketahui dari proppant
yang dipompakan, sehingga :

(12) ( volume treatment  volume pad) ( PC)


hf  .................. (5-50)
(100) ( w f ) ( L)

di mana :
hf = tinggi bed, ft
PC = konsentrasi proppant
wf = lebar proppant, in
L = panjang rekahan, ft
dengan asumsi bahwa semua proppant mempunyai waktu untuk jatuh di bed.

Pengendapan partikel di slurry


Selama treatment rekahan maka akan ada sejumlah partikel yang masih
dalam slurry di mana kecepatan seimbang tercapai dan ada sebagian yang
mengendap tetapi belum mencapai bed. Setelah pemompaan berhenti, partikel
yang demikian akan jatuh ke bawah karena pengaruh gaya gravitasi. Waktu
settling adalah fungsi dari kecepatan terminal (vt). Untuk mendapatkan waktu
proppant untuk mengendap, maka jarak ke bed dibagi dengan kecepatan settling
tersebut, sehingga :
h  hf
t set  c ........................................................................ (5-51)
vt

di mana :
230

tset = waktu proppant settling dalam fluida yang berhenti, detik.

Diskusi di atas tersebut mengabaikan waktu atau turbulensi untuk masuk


ke perforasi bagi proppant-nya, sehingga mungkin di dekat sumur sudah banyak
proppant yang terendap. Kedalaman sebenarnya dari proppant akan tergantung
dari kecepatan pemompaan, lebar dan panjang rekahan, serta perforasinya.

5.4.8. Proppant Schedule

Proppant tidak diinjeksikan secara uniform pada rekahan, tetapi umumnya


diinjeksikan sedikit demi sedikit lalu ditambah konsentrasinya sampai dicapai
harga maksimum, baru selanjutnya diinjeksikan secara uniform pada harga
tersebut sampai selesai.
Konsentrasi proppant pada mulanya, dan beberapa yang perlu
ditambahkan, tergantung dari efisiensi fluida. Menurut Nolte, Meng, dan Brown,
volume pad (Vpad ) adalah :

Vi (1  )
Vpad  ..................................................................... (5-52)
(1  )

Konsentrasi proppant mulanya dan pada penambahannya versus waktu


bergantung pada efisiensi fluida. Nolte4) menunjukkan bahwa berdasarkan metode
material balance, penambahan kontinyu dari proppant (ramped proppant
schedule) versus waktu, dinyatakan dengan :

 t  t pad 
C p (t )  c f   ......................................................... (5-53)
 t i  t pad 
 

di mana :
cp(t) = konsentrasi slurry, ppg
cf = konsentrasi slurry akhir pekerjaan
tpad = waktu pad
ti = total waktu

sedangkan
231

(1  )
 .............................................................................. (5-54)
(1  )

Pada Persamaan (5-119) dan Persamaan (5-120) dianggap bahwa semua


proppant akan merata di seluruh rekahan, walaupun pada prakteknya hal ini
belumlah tentu benar, karena pada bagian ujung, rekahan akan mengecil dan
proppant tidak akan dapat masuk, bahkan kemacetan (bridging) dapat terjadi bila
tebal rekahan hanya sedikit lebih besar dari tiga (3) diameter proppant. Walaupun
demikian, perhitungan tersebut dapat dibuat untuk mengecek maksimum total
massa proppant-nya. Bila dianggap bahwa :
Mp = massa proppant yang diinjeksikan ke setengah rekahan (satu sayap)
xf = panjang setengah rekahan
hf = tinggi rekahan
p = densitas proppant
p = porositas proppant
wp = lebar rekahan yang menutup yang ditempati proppant
dan bila proppant didistribusikan secara uniform, maka :
M p  2 ( x f ) ( h f ) ( w p ) (1   p ) ( p ) ....................................... (5-55)

dimana produk 2 ( x f ) (h f ) ( w p ) (1   p ) adalah volume proppant sendiri yang


bergantung pada jenis dan ukuran proppant tersebut. Kualitas konsentrasi
proppant di rekahan (cp) adalah :

Mp
c p (lb / ft 2 ) 
(2 x f h f ) ...........................................................

(5-56)
Umumnya, konsentrasi pack proppant yang umum adalah 2 lb/ft 2, maka
Persamaan (5-121) menjadi :
cp
wp 
(1   p )  p  .................................................................. (5-57)
232

Untuk menghitung massa proppant harus dihitung kenaikan kadar injeksi


proppant (proppant schedule) dari waktu injeksi pad (tpad) sampai ti dan akan
didapatkan konsentrasi slurry rata-rata.
Dari Persamaan (5-119), diperoleh :

ti 
1  t  t pad 
cp   cf   dt ....................................... (5-58)
t i  t pad t  t i  t pad 
pad  

dan selanjutnya menjadi :

cf c
cp  (1  0)  f ........................................................... (5-59)
 1  1

Massa proppant menjadi :

M p  c p (Vt  Vpad ) ............................................................. (5-60)

Bila dilakukan pencampuran yang kontinyu, dengan cp adalah ppg, maka 1


gal slurry mengandung cp/p gal proppant (p harus dalam ppg karena bila dalam
lb/ft3, maka dibagi terlebih dahulu dengan 7,48) sehingga fluidanya sendiri adalah
1 dikurangi cp/p gal fluida. Sehingga Persamaan (5-119) akan menjadi :
cp
c' p 
 c  ........................................................................ (5-61)
1  p 
 p 
 

di mana konsentrasi c’p dalam ppga (a = added).

5.4.9. Lebar dan Panjang Rekahan dengan Proppant

Setelah rekahan nanti menutup, lebar rekahan dan panjang rekahan yang
tidak akan menutup kembali karena terisi proppant, dapat didekati dengan rumus
material balance. Panjang teoritis untuk rekahan dengan proppant bisa dihitung
dengan rumus :
12 ( Veoj  Vpad )
Lp  ........................................................... (5-62)
hg w

di mana :
233

Lp = panjang rekahan terisi proppant, ft


Veoj = volume satu sayap pada akhir injeksi, ft3
Vpad = volume satu sayap pada akhir pemompaan pad, ft3
hg = tinggi rekahan rata-rata (hf), ft
w = lebar rata-rata rekahan, in

dan lebar rekahan dengan proppant (propped fracture width) dapat dihitung
dengan rumus :
12 m p
wp  ................................................................... (5-63)
 pb h g L p

di mana :
wp = lebar rekahan dengan proppant, in
pb = berat jenis bulk (keseluruhan dengan pori) proppant, lb/ft3
mp = jumlah proppant per sayap rekahan, lb

Bilamana berat jenis proppant p, maka :


 b x (1   p )   pb .............................................................. (5-64)

5.5. Analisa Tekanan Perekahan


Dalam pelaksanaan hydraulic fracturing, pertama-tama perlu dilakukan
orientasi secara menyeluruh tentang rekahan yang akan dibuat. Masalah pertama
adalah model rekahan yang akan dibuat tersebut apakah rekahan horizontal
ataukah vertikal. Biasanya perekahan horizontal memang dilakukan namun bila
berhadapan dengan formasi yang cukup dalam maka yang dilakukan adalah
perekahan vertikal, dan jenis perekahan inilah yang biasanya dilakukan. Tekanan
dasar sumur (Bottom Hole Pressure) merupakan variabel yang dapat dipakai
untuk membedakan antara perekahan horizontal ataukah vertikal. Tekanan dasar
sumur (BHP) diukur selama proses perekahan berlangsung.
Dalam hydraulic fracturing, tekanan awal yang diberikan harus cukup
untuk menghancurkan atau merekahkan suatu formasi dan seterusnya harus
mampu mengembangkan rekahan yang telah ada tersebut. Pertama kali suatu
rekahan dibentuk, fluida di dalamnya akan berfungsi sebagai pendesak,
234

memberikan gaya pada rekahan agar dapat terus berkembang. Suatu rekahan akan
lebih mudah dilakukan dengan menggunakan fluida penetrasi (fluida perekah)
berviskositas rendah daripada fluida non-penetrasi berviskositas tinggi.
Tekanan penutupan sesaat (ISIP = Instantenous Shut In Pressure) yang
diukur dengan cara menghentikan aliran fluida, bergantung pada lebar rekahan
dan juga tekanan yang ada di sekitar rekahan. Bila fluida yang diinjeksi berada
dalam volume yang besar karena keinginan untuk membuat rekahan yang lebih
lebar, maka dalam pengukurannya akan diperoleh tekanan penutupan sesaat yang
besar pula. Sedangkan bila kita ingin mengetahui adanya pengaruh dari tegangan
tektonik (tectonic stress) pada suatu formasi yang akan direkahkan, maka tekanan
penutupan harus diukur setelah diinjeksikan sejumlah fluida berviskositas rendah
(dalam jumlah yang sedikit). Hal ini karena pada kondisi tersebut di atas, tekanan
injeksi fluida belum banyak berpengaruh terhadap melebarnya rekahan. Besarnya
tekanan injeksi fluida tersebut biasanya kurang dari 3000 Kpa.
Setelah tekanan penutupan dilakukan, karena pengaruh stress yang ada
dalam bumi maka mengakibatkan fluida perekah akan menempel pada dinding
rekahan sampai rekahan tersebut menutup kembali. Dan selanjutnya pada saat
dinding rekahan mulai menutup dan karena adanya pengaruh dari stress bumi dan
juga adanya kebocoran fluida, sehingga mengakibatkan tekanan turun dengan
sendirinya.
Di sini perlu diketahui bahwa perilaku tekanan adalah sangat ideal karena
dalam prakteknya mungkin tidak demikian. Sebagai contoh, bila pada suatu
formasi yang sebelumnya telah dilakukan perekahan, maka mungkin tidak akan
ada perbedaan antara besar tekanan rekah dengan tekanan pengembangan.. Dan
bila suatu reservoir memiliki tekanan yang sangat rendah, sumur akan terus
membuka pada saat rekahan menutup sehingga tekanan statis reservoir tidak akan
bisa diukur di permukaan.
Bila ISIP adalah tekanan penutupan sesaat yang diukur di permukaan dan
BISIP adalah tekanan penutupan dasar sumur, maka :

BISIP  ISIP   g D ........................................................…… (5-65)


235

di mana D adalah kedalaman formasi. Persamaan di atas adalah tepat karena


ketika aliran fluida dihentikan maka tekanan friksi akan turun atau berkurang.
Sedangkan gradien rekah (FG) akan diperoleh dengan membagi tekanan
dasar sumur dengan kedalaman. Secara sistematis dapat ditulis :
FG  BISIP / D .................................................................…….. (5-66)

5.6. Model Geometri Rekahan


Model geometri dari perekahan hidrolik perlu dilakukan dengan
mengetahui berapa hasil produksi, material yang diperlukan, tekanan, fluid loss,
dan lain-lain. Model dibuat berdasarkan mekanika batuan, sifat-sifat fluida
perekah, seperti kondisi injeksi fluida (viskositas, laju injeksi, tekanan) dan stress-
stress di batuan.
Untuk menghitung pengembangan rekahan, diperlukan prinsip hukum
konversi momentum, massa dan energi, serta kriteria berkembangnya rekahan,
yang berdasarkan interaksi batuan, fluida dan distribusi energi.
Secara umum model geometri perekahan adalah:
1. Model perekahan dua dimensi (2D)
 Tinggi tetap, aliran fluida satu dimensi (1D)
2. Model Perekahan pseudo tiga dimensi (3D)
 Perkembangan dengan ketinggian bertambah, aliran 1 atau 2D
3. Model 3 dimensi 3D
 Perluasan rekahan planar 3D, aliran fluida 2D
Dalam penjelasan di sini hanya akan dibicarakan model perekahan 2D,
karena masih bisa dipecahkan secara manual dengan bantuan matematika atau
grafis. 3D memerlukan komputer canggih atau PC yang canggih tetapi makan
waktu agak lama (dan butuh data yang lengkap mengenai stiffness matrix, variasi
stress, dan lain-lain) sedangkan model software P3DH bisa untuk PC dan dijual
oleh beberapa perusahaan antara lain oleh SSI, Meyer & Assoc. Intercomp,
Holditch & Assoc., NSI Technologies Inc dan beberapa yang lain adalah yang
paling umum dipakai saat ini.
Di bawah ini akan dibicarakan tiga model dimensi perekahan, yakni :
236

1. Howard & Fast (Pan American) serta diolah secara metematika oleh Carter
2. PKN atau Perkins, Kern (ARCO) & Nordgren
3. KGD atau Kristianovich, Zheltov (Russian Model ) lalu diperbaharui oleh
Gertsma dan de Klerk (Shell).

1. PAN American Model


Howard dan Fast memperkenalkan metode ini yang kemudian dipecahkan
secara matematis oleh Carter. Untuk menurunkan pesamaannya maka dibuat
beberapa asumsi :
a. Rekahannya tetap lebarnya
b. Aliran ke rekahan linier dan arahnya tegak lurus paa muka rekahan.
c. Kecepatan aliran leak-off ke formasi pada titik rekahan tergantung dari
panjang waktu pada mana titik permukaan tsb mulai mendapat aliran.
d. Fungsi kecepatan v = f(t) sama untuk setiap titik di formasi, tetapi nol pada
waktu pertama kali cairan mulai mencapai titik tersebut.
e. Tekanan di rekahan adalah sama dengan tekanan di titik injeksi di formasi,
dan dianggap konstan.

Dengan asumsi tersebut Carter menurunkan persamaan untuk luas bidang


rekah satu sayap :
qiW   2c t W  2 erfc 2c  t   4C t  1
A(t )  e  W   ....... …….. (5-67)
4C 2    W 
atau
qiW  x2 2x 
A(t ) 
4C 2 e erfc x     1 ...............................………. (5-68)
 
Dimana:
x  2C t w ,
A(t) = luas, ft2 untuk satu sisi pada waktu t
q = adalah laju injeksi, cuft/men,
W = lebar rekahan, ft,
t = waktu injeksi, menit dan
C = total leak off coeffisient = Ct, ft/V men, dan erfc adalah complementary
error function yang ditabelkan pada Tabel V-18.
237

Tabel V-5.
Complementary Error Function
x 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0,
1,0000 0,9887 0,9774 0,9662 0,9549 0,9436 0,9324 0,9221 0,9099 0,8987
0
0,
0,8875 0,8764 0,8652 0,8541 0,8431 0,8320 0,8210 0,8110 0,7991 0,7882
1
0,
0,7773 0,7665 0,7557 0,7450 0,7343 0,7237 0,7131 0,7026 0,6921 0,6817
2
0,
0.6714 0,6611 0,6509 0,6407 0,6300 0,6206 0,6107 0,6008 0,5910 0,5813
3
0,
0,5716 0,5620 0,5525 0,5431 0,5335 0,5245 0,5153 0,5063 0,4973 0,4883
4
0,
0,4795 0,4708 0,4621 0,4535 0,4451 0,4367 0,4254 0,4202 0,4121 0,4041
5
0,
0,3961 0,3883 0,3806 0,3730 0,3654 0,3550 0,3506 0,3434 0,3362 0,3292
6
0,
0,3222 0,3153 0,3086 0,3019 0,2953 0,2888 0,2825 0,2762 0,2700 0,2639
7
0,
0,2579 0,2520 0,2462 0,2405 0,2349 0,2283 0,2239 0,2186 0,2133 0,2082
8
0,
0,2031 0,1981 0,1932 0,1884 0,1837 0,1791 0,1746 0,1701 0,1658 0,1615
9
1,
0,1573 0,1532 0,1492 0,1452 0,1414 0,1376 0,1339 0,1302 0,1267 0,1232
0
1,
0,1195 0,1165 0,1132 0,1100 0,1069 0,1039 0,1009 0,0960 0,0952 0,0924
1
1,
0,0697 0,0870 0,0845 0,0819 0,0795 0,0771 0,0745 0,0752 0,0703 0,0684
2
1,
0,0660 0,0639 0,0619 0,0600 0,0581 0,0562 0,0544 0,0527 0,0510 0,0493
3
1,
0,0477 0,0461 0,0446 0,0431 0,0417 0,0403 0,0359 0,0376 0,0363 0,0351
4
1,
0,0339 0,0327 0,0316 0,0305 0,0294 0,0284 0,0274 0,0264 0,0255 0,0245
5
1,
0,0237 0,0228 0,0220 0,0212 0,0204 0,0196 0,0189 0,0182 0,0175 0,0168
6
1,
0,0162 0,0156 0,0150 0,0144 0,0139 0,0133 0,0128 0,0123 0,0118 0,0114
7
1,
0,0109 0,0105 0,0101 0,0097 0,0093 0,0089 0,0085 0,0032 0,0078 0,0075
8
1,
0,0072 0,0069 0,0066 0,0063 0,0061 0,0055 0,0056 0,0053 0,0051 0,0049
9
2,
0,00468 0,00448 0,00428 0,00409 0,00391 0,00374 0,00358 0,00342 0,00327 0,00312
0
2,
0,00295 0,00285 0,00272 0,00259 0,00247 0,00236 0,00225 0,00215 0,00205 0,00195
1
2,
0,00186 0,00178 0,00169 0,00161 0,00154 0,00146 0,00139 0,00133 0,00126 0,00120
2
2,
0,00114 0,00109 0,00103 0,00098 0,00094 0,00089 0,00085 0,00080 0,00076 0,00072
3
2,
0,00069 0,00065 0,00062 0,00059 0,00056 0,00053 0,00050 0,00048 0,00045 0,00043
4
2,
0,00041 0,00039 0,00037 0,00035 0,00033 0,00031 0,00029 0,00028 0,00026 0,00025
5
2,
0,00024 0,00022 0,00021 0,00020 0,00019 0,00018 0,00017 0,00016 0,00015 0,00014
6
2,
0,00013 0,00013 0,00012 0,00011 0,00011 0,00010 0,00009 0,00008 0,00008 0,00008
7
2, 0,00007 0,00007 0,00006 0,00006 0,00005 0,00005 0,00005 0,00004 0,00004 0,00004
8 5 1 7 3 9 6 2 9 6 4
2, 0,00004 0,00003 0,00003 0,00003 0,00003 0,00003 0,00002 0,00002 0,00002 0,00002
9 1 9 6 4 2 0 8 7 5 3

2. PKN dan KGD

PKN adalah model pertama dari 2D yang banyak dipakai dalam analisa
setelah tahun 1960-1970. Metode ini digunakan bila panjang (atau dalam) rekahan
238

jauh lebih besar dari tinggi rekahan (x fhf). Apabila sebaliknya, dimana tinggi
rekahan jauh lebih besar dari kedalamannya (x fhf) maka metode KGD-lah yang
harus dipilih. Sebenarnya ada bentuk lain yang disebut radial atau “berbentuk
mata uang logam”(penny shape) kalau xf = hf, tetapi jarang dipakai. Gambar 5.58.
menunjukkan skematik dari geometri model PKN, dan Gambar 5.59.
menunjukkan skematik dari model KGD.
Tabel V-19 menunjukkan persamaan-persamaan yang dibuat berdasarkan
metode PKN dan KGD serta Tabel V-20 menunjukkan harga dari koefisien-
koefisien pada persamaan tersebut apabila dilakukan perhitungan dengan metode
metrik, misalnya panjang h, L, w dalam meter, sedangkan bila dalam satuan ft,
maka harus dibagi dengan 3,28. Viskositas dalam kPa.men dan kalau di cp harus
dikali terlebih dahulu dengan 1,67  10-8 . K dalam kPa √cm maka kalau dalam
unit disini maka psi √in harus dikali dengan 10,99. G dan  dalam kPa,
sedangkan kalau dalam psi maka harus dikali dengan 6,896.

Tabel V-6
Persamaan-persamaan untuk Mencari Panjang Rekahan L,
Lebar Rekahan Maksimum w, dan Tekanan Injeksi p dan
Dianggap Laju Injeksi Konstan
(Economides, M. J., et. all., “Petroleum Production System”)

Model
L(t) W(0,t) (0,t) - H
Geometri
1/ 5
 Gq 3   2 
1/ 5
 Gq o 3 L 
1/ 4
Model PKN C1  o
 t 4C/ 5  (1  v) q o   t 4/5 C3
 
 (1  v)h f 4  2
 Gh f  Hf  (1  v) 3 

1/ 4
 Gq 3   3 
1/ 4
 Gq o h f 3 
1/ 4
Model KGD C4  o
 t 2C/ 3  (1  v) q o   t 1/ 3 C4
 
 (1  v)h f 3  5
 Gh f 3  2H f  (1  v) 3 L2 

G merupakan elastis shear modulus, dalam hal ini terkait juga oleh E
(Modulus Young) dan v (Poisson Ration), yaitu :
239

Dimana :
C1-C6 = Koefisien factor
G = Elastic shear modulus
qo = Laju alir fluida injeksi, ft3/menit

= Viskositas fluida injeksi, cp


hf = Tinggi rekahan, ft
t = Waktu injeksi, menit
L = Panjang rekahan, ft

Gambar 5.11.
Model Geometri PKN
(Economides, M. J.,et. all., “Petroleum Production System”)

Tabel V-7
Harga C1 sampai C6 pada Tabel V-19
(Economides, M. J., et. all., “Petroleum Production System”)
240

Model Satu Dua


C
Geometri Sayap Sayap
C1 0,60 0,395
PK C2 2,64 2,00
C3 3,00 2,52
C1 0,68 0,45
PKN C2 2,50 1,89
C3 2,75 2,31
C4 0,68 0,48
KGD C5 1,87 1,32
C6 2,27 1,19

Gambar 5.12.
Model Geometri KGD
(Economides, M. J.,et. all., “Petroleum Production System”)

Dalam persamaan untuk model-model di atas, model PKN mempunyai


irisan berbentuk elips di muka sumur. Lebar maksimum terletak di tengah-tengah
elips tersebut dan harganya sama dengan nol untuk batas paling atas dan paling
bawah. Model KGD lebarnya sama sepanjang rekahannya dan berbentuk setengah
elips di ujungnya. Tinggi rekahan sama dengan tebal reservoir dan dan tekanan
dianggap konstan pada irisan vertikal. Sifat reaksi batuannya adalah bereaksi
241

secara vertikal. Model KGD lebarnya sama (seperti segiempat) sepanjang


rekahannya dan berbetuk setengah elips diujungnya. Dalam hal ini tinggi rekahan
juga diambil sama dengan tebal reservoir. Di sini tiffness batuan bekerja
horizontal. Dengan model KGD (Halliburton) maka rekahannya relatif lebih
pendek, lebih lebar, serta konduktivitasnya akan lebih besar dari PKN.

5.7. Operasi Perekahan Hidrolik


Setelah melakukan tahap desain perekahan maka tahap selanjutnya adalah
pelaksanaan operasi perekahan hidrolik dilapangan :

a). Alat-alat di Lapangan


Secara umum alat-alat yang dipakai untuk pelaksanaan suatu proyek
perekahan hidrolik terdiri dari :
Untuk fluida :
 Tanki-tanki yang dapat berpindah-pindah (mobil) 500 bbl
 Tanki-tanki vertikal 400 bbl
Untuk proppant :
a) Dump trucks dengan volume 400 ft3
b) Bulk storage (conveyor atau gravity silos)
c) Mempunyai volume 2000 ft3 sampai 4000 ft3
d) Mempunyai 4 sampai 6 kompartemen dengan pintu yang bisa diatur untuk
10.000 sampai 30.000 lb/menit
e) Blender (pencampur)
 Screw atau auger
 Dengan gravitasi atau tertutup
f) Kapasitas
 25.000 lb/menit
 22 lb/gal
 0 – 100 bpm
g) Alat-alat lain :
242

 Kit untuk dry additive (satu perunit) :


FLA dan gellant
 Kit untuk liquid additive (enam tiap
unit) : crosslinker, surfactan
Unit pompa :
 Mempunyai daya 700 sampai 2000 hhp
 Bertekanan 0 sampai 10.000 psi
 Ukuran plunger bervariasi mulai dari 0 sampai 20 bbl/menit
Intensifyers atau Pressure Multipliers
 sampai 5.000 hhp
 10.000 sampai 20.000 psi
 0 sampai 15 bbl/menit
Manifold/Headers/Missile Trailers
Wellhead Isolation Tool (sampai 20.000 psi)
Liquefied Gas Transports
N2 Vaporization Units
CO2 Boaster Pumps

b). Pelaksanaan Pekerjaan di Lapangan


Pelaksanaan pekerjaan perekahan hidrolik di lapangan dapat dibagi menjadi
beberapa bagian, yaitu :
 Sebelum pekerjaan dilakukan
 Persiapan di sekitar sumur (quality control)
 Pekerjaan selama pemompaan
 Flushing
 Pekerjaan setelah pelaksanaan perekahan
 Shut-in
 Aliran balik (flow back)

1. Pertimbangan Sebelum Pekerjaan Dilakukan


243

 Menghitung tekanan injeksi yang diharapkan dan berapakah tekanan


maksimum yang diijinkan.
 Memeriksa arsip sumur untuk data informasi penyemenan sumur dari CBL
dan CET.
 Menghitung kekuatan packer dan mengevaluasi pipa-pipa yang nantinya
dilewati fluida injeksi.
 Memeriksa arsip untuk informasi perforasinya.
 Menghitung kapasitas rat hole.
 Hal-hal lain tergantung dari parameter sumur dan desainnya. Seandainya
dari log terdapat zona air atau gas yang berdekatan, maka harus diawasi
perkembangan rekahannya dengan mengontrol net pressure atau
viskositas.

Desain Optimum dan Praktis


Proses desain yang optimum dan praktis di sini akan meliputi :
1). Kapasitas pompa (P, Q, dan HP)
2). Tekanan injeksi dan laju injeksi
 Tipe unit
 Pemipaannya
3). Blenders (penyampur)
 Ukuran pipa
 Batas injeksi
 Laju proppant
 Flowmeter dan tachometer (pengukur kecepatan)
 Integral hopper
 Densimeter
 Jenis pekerjaan
4). Keperluan tanki
 Ukuran pekerjaan
244

 Melalui tubing atau casing (dasar


tanki)
 Manifold
 Fluid transfer
 Ukuran tiap stages (prepad, pad, job,
flushing) dan waktunya
 Volume yang diinjeksikan
5). Volume proppant
 Kapasitas storage dari
alat-alat
 Laju pemasukan
proppant
 Ukuran pekerjaan dan
waktunya
 Volume displacing-
nya
 Kecepatan
meningkatnya pemasukan proppant
6). Lain-lain
 Waktu pemompaan
 Temperatur dasar sumur (BHT)
7). Jenis fluida dan sifat-sifatnya
 Kepercayaan terhadap harga-harga yang diperkirakan
 Tentukan range-nya
Issue Utama
 Laju/volume dan proppant schedule
 Limit laju dapat diinjeksikannya fluida perekahan
 Sumber air
 Keperluan tanki dan letaknya
 Jenis additive dan fungsinya
245

 Tekanan injeksi permukaan


 Tekanan-tekanan lainnya
 Waktu dan statusnya
 Persiapan lokasi
 Persediaan alat-alat kalau diperlukan (stand-by)
 Rencana lain bila terjadi hal yang tak terduga dan waktunya
 Pertimbangan keselamatan kerja
 Pemeriksaan lapangan dan prosedur sampling
 Kemungkinan lain dan pertanyaan-pertanyaan

2. Persiapan di Sekitar Sumur


 Persiapan tempat untuk tanki-tanki guna pelaksanaan proyek perekahan.
 Kualitas dan kebersihan harus dijaga pada tanki untuk fluida perekah,
proppant, additive, dan air. Di sini, bactericide (anti bakteri) harus
ditambahkan pada tanki-tanki tersebut.
 Perlu juga dijaga kebersihan dari air yang dipakai dan campuran air harus
dianalisa pengaruhnya.
 Dapatkan sampel proppant dari yang diterima dan perika juga fines,
kualitas, distribusi butiran dan turbidity-nya. Setelah itu disimpan untuk
evaluasi setelah pekerjaan perekahan selesai nantinya.
 Hitung jenis dan jumlah proppant.
 Minta kontraktor untuk menguji tiap tanki selama pencampuran
berlangsung dan dicatat hasilnya.
 Menguji fluida dengan crosslinker yang akan dipakai pada pekerjaan
perekahan tersebut.
 Menguji pipa-pipa, manifold, hose, dan lain-lain dari kebocoran.
Setelah Fluida Dijadikan Gel
 Naik ke atas tanki dan periksa volume, konsistensi, dan lain-lain.
 Setelah proppant dimasukkan ke dalam tanki, lihat jumlah dan lokasinya
246

 Melihat persiapan keperluan material dan membandingkan dengan


material yang telah ada.
 Selama pengamatan, perlu juga dilihat persiapan pemasangan alat-alat.
Pemasangan Alat-alat (Rig-up)
 Setiap pompa harus terisolasi dan memiliki check valve.
 Perlu memastikan kemampuan HHP dari pompa.
 Pipa untuk perekahan harus disusun dan mempunyai check valve.
 Semua ball injector harus paling tidak berjarak 40 ft dari kepala sumur.
 Pipa bleed-off (pelepas tekanan) harus selalu diperiksa.
 Pemeriksaan pompa, meliputi pemeriksaan pemipaan blender dan
lokasinya.
 Tempat untuk alat-alat tambahan atau pengganti (stand-by) harus diperiksa
kalau diperlukan sehingga nantinya akan mudah untuk pengoperasiannya.
 Lokasi-lokasi densimeter perlu juga diperiksa.
Sesaat Sebelum Pemompaan
a) Tanki-tanki fluida perekah harus diaduk.
b) Volume pengukuran di tanki-tanki harus selalu dicatat.
c) Densimeter untuk ketelitian juga harus dicek.
d) Flowmeter harus selalu dikalibrasi.
e) Pengujian terhadap treesaver, yakni pipa yang digunakan agar kepala
sumur terisolasi dari tekanan, yang meliputi :
 Pemeriksanaan terhadap pompa-pompa.
 Semua alat harus terpasang benar dan mesin harus sudah dipanaskan.
 Pemeriksaan terhadap komunikasi radio.
 Pemeriksaan apakah ada perubahan pH, viskositas, dan waktu
crosslink.

3. Selama Pemompaan
 Catatan detail perlu dibuat secara periodik selama fasa-fasa injeksi
perekahan.
247

 Sampel diambil dari setiap tingkat pelaksanaan pekerjaan.


 Catatan persediaan material dibuat selama proses pemompaan
berlangsung.
 Secara periodik, perlu diperiksa tanki perekah, bin proppant, bahan bakar,
dan seterusnya, lalu bandingkan dengan catatan perjalan pekerjaan (tally)
 Laju additive diperiksa
 Laju injeksi, volume fluida, tekanan injeksi permukaan, dan tekanan
annulus harus selalu dimonitor

4. Flushing
Flushing adalah penginjeksian fluida biasa agar mendesak slurry untuk
masuk ke formasi. Overflushing yakni pengusahaan agar semua proppant
dapat masuk ke formasi adalah sangat berbahaya, karena bisa menyebabkan
choke di dekat sumur, yaitu menutupnya rekahan karena proppant-nya lewat
dan terdesak oleh overflushing tersebut.
1) Jangan biarkan semua proppant masuk ke rekahan tetapi sisakan sebagian
di sumur.
2) Penekanan (pressure-up) terhadap proppant jangan terus dilakukan karena
akan mengakibatkan terjadinya overflush.
3) Volume flush sama dengan kapasitas pipa dikurangi 100 ft atau kapasitas
pipa dikurangi 2 –3 bbl.
4) Konsentrasi proppant dimonitor dengan menggunakan densimeter yang
diletakkan di kepala sumur, dan jika konsentrasi proppant sudah menurun
maka itu berarti flushing harus sudah mulai dihitung.
5) Volume flush harus dimonitor dengan benar yakni dengan :
 Bypass tub di blender
 Flush blender
 Tempat yang penuh dengan flush volume
5. Setelah Pelaksanaan Perekahan (Postfrac)
 ISIP dicatat untuk 5, 10, 15 menit setelah shut-in.
248

 Backside dilepaskan tekanannya (bleed-off).


 Tanki frac dan tempat proppant diperhatikan lalu dibandingkan
dengan tally terakhir dengan tally mula-mula kemudian tentukan
volume yang terpompakan.
 Sampel untuk pengujian di tahan atau disimpan bila diperlukan.
 Dapatkan salinan grafik pompa, tekanan, dan volume.
 Kontraktor perlu juga dievaluasi.
6. Periode Shut-in
 Meminta kontraktor untuk mengambil contoh gel pada fase
pemompaan terakhir dan menentukan waktu pecahnya gel tersebut
(gunakan BHST dikurangi 25 atau 50oF). Ini adalah perode shut-in
minimum walaupun kadang-kadang perode ini ditentukan dari waktu
closure yang tidak terlalu lama.
 Tekanan menutup rekahan dapat diperkirakan dari shut-in pressure
dengan SIP dari grafiknya.
 Plot tekanan versus akar dari waktu (shut-in)
7. Tahap Pengaliran Kembali (Flowback Operation)
 Pengaliran kembali hanya dapat dilakukan kalau rekahan telah
menutup dan fluida perekah telah mencair (break), kecuali kalau
dikuatirkan proppant di bagian atas rekahan akan mengendap pada
interval rekahan yang panjang. Waktu break bisa diuji di lapangan dari
sampel yang diambil.
 Salah satu cara adalah dengan menambah jumlah breaker pada fluida
yang terakhir masuk.
 Flowback langsung terjadi tetapi pada laju yang rendah (1/8 – ¼ bpm),
tekanan setelah perekahan dapat dimonitor dengan alat Martin Decker
Gauge & Recorder.
 Flowback yang salah dan screen-out adalah dua hal yang dapat
menyebabkan kerusakan proppant, karena itu alirkan fluida ke dalam
249

sumur secara lambat dan mantapkan dengan tekanan yang cukup tinggi
selama proses clean-up (pengaliran kembali).
 Contoh (sampel) diambil dan dievaluasi kalau ada fines (butiran halus),
lalu viskositas dan kadar klorida dan proppant dukur (bedakan antara
proppant dengan pasir formasi).
 Bila proppant ikut terproduksi (tergantung banyaknya), maka choke
dikecilkan atau sumurnya ditutup (shut-in).
 Selanjutnya katup anulus dibuka dan tekanan dilepaskan karena
adanya pemanasan.
 Volume cairan dan proppant yang balik ke permukaan dicatat.
 Kedalaman sumur (PBTD) diperiksa dan dilakukan pembersihan
proppant dari sumur kalau diperlukan.

5.8. Evaluasi Keberhasilan Perekahan Hidrolik


Evaluasi perekahan hidrolik ini dilakukan untuk mengetahui apakah
pelaksanan perekahan hidrolik berhasil untuk menaikan produktivitas sumur.
Untuk mudahnya, ukuran dari setiap stimulasi termasuk di sini adalah perekahan
hidrolik adalah bila indeks produktivitas akan naik seperti yang terlihat pada
Gambar 5.60. di bawah ini.
250

Gambar 5.13.
Perbandingan Langsung PI Sebelum dan Sesudah
Perekahan dari IPR

Dari Gambar 5.13. dapat dilihat apabila indeks produktivitas setelah


perekahan (PIH) lebih besar dari indeks produktivitas sebelum perekahan (PIi),
maka perekahan bisa dikatakan berhasil. Selanjutnya nanti akan dibicarakan
mengenai analisa kenaikan PI dari sumur minyak, menghitung panjang rekahan
dengan menggunakan Pressure Transient Analysis, dan yang terakhir mengenai
pengukuran tinggi rekahan.
Baik untuk sumur gas ataupun sumur minyak, pengaruh perekahan dapat
dinyatakan sebagai perbandingan antara indeks produktivitas sesudah dan
sebelum perekahan. Persamaan yang umum digunakan untuk menyatakan
perbandingan tersebut adalah dari Prats, Tinsley et. al., dan McGuire dan Sikora.
251

Gambar 5.14.
Grafik Perbandingan Efisiensi Aliran dengan Konduktivitas Relatif yang
Terbentuk dengan Berbagai Metode
(Economides, M. J., “Reservoir Stimulation”)

1. Metode Prats
Metode Prats adalah metode yang pertama kali digunakan dan sangat
sederhana. Kelemahan dari metode ini adalah bahwa semua keadaan dianggap
ideal. Metode Prats dijabarkan lewat persamaan :
r 
ln  e 
J
  rw 
............................................................................(5-69)
Jo  re 
ln  
 0,5 L f 
di mana :
Lf = setengah panjang rekahan dua sayap
Anggapan dalam persamaan Prats adalah :
 keadaan steady state
 di daerah silinder
 fluida incompressible
 konduktivitas rekahan tidak terbatas
 tinggi rekahan sama dengan tinggi formasi
252

Sebagai contoh, bila Lf = 500 ft, re = 2106 ft (spasi sumur 320 acres,
segiempat), rw = 0,354 ft, maka akan menghasilkan J/J o = 4,08 untuk Persamaan
5-135 di atas.
2. Grafik McGuire dan Sikora
Dengan menggunakan studi analog elektrik, maka McGuire dan Sikora
membuat analogi perekahan di lapangan. Grafik ini adalah yang paling umum
digunakan. Anggapannya adalah :
 aliran pseudo-steady state
 laju aliran konstan dengan tanpa aliran dari luar batas re
 daerah pengurasan segi empat sama sisi
 aliran incompressible
 lebar rekahan sama dengan lebar formasi

Gambar 5.15.
Grafik McGuire-Sikora untuk Menunjukkan Kenaikan Produktivitas dari
Perekahan
(Schechter R. S., Oil Well Stimulation”)

Perbandingan produktivitas untuk aliran stabil, pwf konstan, adalah seperti


pada keadaan pseudo-steady state. Pada Gambar 5.62., absis dari grafik
McGuire-Sikora adalah konduktivitas relatif dan ordinatnya adalah skala tingkat
253

kenaikan produktivitas, (J/Jo). Di sini faktor skala tingkat digunakan untuk


merubah daerah pengurasan selain dari 40-acre (16ha) dan harga L e/rw untuk
lapangan yang dianalisa.
Beberapa kesimpulan dapat diperoleh dari grafik McGuire-Sikora :
 Pada permeabilitas rendah dengan perekahan yang konduktivitasnya
tinggi, maka hasil dari kenaikan produktivitas akan makin besar terutama
karena panjang rekahan dan bukan dari konduktivitas relatif rekahan.
 Untuk suatu panjang rekahan (Lf), maka akan ada konduktivitas rekahan
optimal. Menaikkan konduktivitas rekahan lebih lanjut tidak akan
menguntungkan. Misalnya untuk harga Lf/Le = 0,5, kenaikan konduktivitas
selanjutnya tidak akan ada artinya untuk harga relative conductivity di atas
105.
 Maksimum kenaikan perbandingan indeks produktivitas teoritis untuk
sumur yang tidak rusak (damage) adalah sebesar 13,6.
3. Pengukuran Tinggi Rekahan
Pengukuran tinggi rekahan adalah penting untuk mengetahui keefektifan
dari pelaksanaan pekerjaan perekahan, untuk menghitung kelakuan produksi
sumurnya dan untuk memeriksa ketelitian model yang digunakan apakah PKN,
KGD, atau radial, yang bisa dipakai untuk pekerjaan lain di lapangan tersebut di
waktu yang akan datang. Juga dengan mengetahui tinggi rekahan maka bisa
dihitung panjang rekahan dengan lebih baik yang nantinya akan meliputi
perhitungan produktivitasnya. Dan juga bila terjadi perbedaan menyolok antara
model dan hasil pengukuran yang sebenarnya maka dapat digunakan untuk
mendesain pada masa mendatang.
Alat pengukur yang dipakai pada masa kini adalah :
 Temperatur Logging
 Gamma Ray Logging
 Metode Seismic
 Borehole Televiewer
 Formation Microscanner
254

 Noise Logging
 Spinner Survey
Teknik di atas mungkin langsung mengukur ataupun harus diintepretasikan
dahulu dan beberapa di antaranya hanya jelas pada lubang tanpa selubung
(casing).
a). Temperatur Logging
Log tempereatur dilakukan sebelum dan sesudah perekahan untuk melihat
interval yang didinginkan oleh injeksi fluida perekahan. Thermal konduktivitas
batuan akan mempengaruhi hasilnya.. Dobkins menganjurkan sirkulasi sebelum
adanya perekahan Untuk sumur sangat dangkal kadang-kadang temperaturnya
akan tidak jelas bedanya.
Tinggi rekahan yang ditunjukkan oleh temperatur survei adalah tinggi
rekahan yang terjadi dan bukan tinggi yang diisi proppant. Kalau temperatur
survei dilakukan lama setelah perekahan selesai, maka hasilnya sering tidak jelas
lagi. Dengan melakukan berkali-kali temperatur survei bisa didapat gambaran
yang agak lengkap mengenai bentuk rekahannya.
b). Gamma Ray Logging
Zat radioaktif sering dimasukkan ke dalam fluida perekah atau pada
proppant-nya diberi zat radioaktif tersebut sehingga nantinya mudah mendeteksi
dengan gamma ray yang lalu dibandingkan dengan gamma ray log sebelum
perekahan. Kesulitannya adalah kadang-kadang hasilnya tidak jelas karena zat
radioaktif ada yang tertinggal di sumur dan untuk banyak zona sukar dibedakan
kalau hanya menggunakan satu isotop. Pada akhir-akhir ini digunakan spectral
gamma log dan mampu melakukan pengecekan kalaupun terdapat banyak zona.
c). Spectral Gamma Ray
Karena isotop tunggal tidak dapat membedakan material mengandung
radioaktif yang ada dalam sumur, celah/rekahan semen, ataupun rekahannya
sendiri, maka penggunaannya perlu dikombinasikan dengan alat lain, misalnya
dengan temperatur survey. Anderson mendiskusikan penggunaan “high-
resolution, germanium crystal, gamma ray spectroscopy tool” yang bisa
membedakan antara energi yang dikeluarkan oleh masing-masing sumber.
255

d). Metode Seismik


Ada dua macam cara yang digunakan dalam metode seismik untuk
mengukur tinggi rekahan dan geometrinya. Yang pertama dilakukan bersamaan
dengan pelaksanaan perekahan dan yang kedua dilakukan setelah perekahan
selesai, dan keduanya masih dalam tingkat eksperimental.
Seismik Selama Perekahan Berlangsung
Teknik passive borehole seismic dilakukan dengan menurunkan alat
seismik ke sumur dengan kabel seperti pada geophysic untuk profil seismik
vertikal. Alat tersebut dilekatkan pada casing di bagian bawah perforasi.
Sementara perekahan berlangsung, setiap 0,1 – 0,3 detik diukur mikroseismik-
nya. Karena orientasi alat dapat diukur, maka gelombang mikroseismik-nya akan
dapat menentukan arah rekahan dan geometrinya. Perlu diketahui bahwa metode
ini tidak akan baik untuk rekahan yang alamiah. Dobecki memeberikan keterangan
interpretasi seismik ini di mana setiap data dianalisa untuk gelombang kejadian P
dan S. Interval waktu kemudian dikonversikan ke jarak sumbernya, yang dalam
hal ini adalah shear failure batuan selama perekahan berlangsung, karena baik
kecepatan gelombang kompresional maupun shear medianya telah diketahui.
Metode Seismik Setelah Perekahan
Metode ini bekerja seperti di atas tetapi dengan tambahan sumber suara. Martin
memberikan contoh di lapangan dengan metode shear-wave polarization dan
splitting. Contoh lapangan menunjukkan bahwa polarisasi gelombang S dan
penundaan split shear tadi dapat dipergunakan untuk menghitung azimuth
anisotropi. Dengan ini orientasi rekahan dapat diketahui dan juga dengan konsep
ini bisa diketahui geometri dan tinggi suatu rekahan.
e). Borehole Televiewer
Alat ini adalah yang paling teliti karena seakan-akan rekahan dipotret oleh alat ini,
namun sayang alat ini tidak dapat melihat melalui casing. Alat lain seperti
downhole video camera telah diperkenalkan di Indonesia pada permulaan tahun
1996 tetapi juga sukar melihat di belakang casing, jadi hanya untuk sumur open
hole.
f). Formation Microscanner
256

Dengan menggunakan prinsip resistivity untuk membuat bayangan (image) dari


dinding sumur sekaligus dapat mengetahui ketinggian dari rekahan. Digunakan
hanya untuk open hole.

5.9. Hydraulic Fracturing Pada Reservoir Shale Oil dan Shale Gas
Hydraulic Fracturing adalah kunci dari teknik yang digunakan untuk
dapat memproduksikan secara ekonomis natural gas dan minyak yang terkandung
pada batuan shale (shale gas dan shale oil). Pengembangan produksi shale gas
skala besar mengubah pasar energi AS, menghasilkan pertumbuhan dalam
penggunaan natural gas di sektor-sektor seperti pembangkit listrik dan
transportasi. Pada saat yang sama, ada banyak ketidakpastian tentang implikasi
lingkungan dari hydraulic fracturing dan ekspansi yang cepat dari produksi
natural gas dari play shale.
Tidak seperti pada formasi reservoir konvensional yang mengandung
deposit natural gas dan minyak, shale memiliki permeabilitas yang sangat rendah,
yang secara alami membatasi aliran gas atau minyak. Dalam plays shale, natural
gas dan minyak terbentuk di dalam pori-pori yang sebagian besar tidak
berhubungan dan terdapat patahan alami. Hydraulic fracturing adalah metode
yang umum digunakan untuk menghubungkan pori-pori ini dan memungkinkan
gas mengalir. Proses produksi natural gas dan minyak dari deposit shale
melibatkan banyak langkah di samping hydraulic fracturing, yang semuanya
melibatkan dampak lingkungan yang potensial. Hydraulic fracturing (biasanya
disebut sebagai "fracking" atau "frac") sering disalahgunakan sebagai istilah
umum untuk mencakup semua langkah yang terlibat dalam produksi shale gas
dan shale oil. Langkah-langkah ini mencakup pembangunan jalan dan well pad,
pengeboran sumur, mengunnakan komplesi slottled liner cemented and
perforated, lalu melakukan hydraulic fracturing selesai, barulah kemudian
produksi.
Meskipun casing sumur sudah di perforasi, sedikit natural gas akan
mengalir bebas ke dalam sumur dari shale. Berbeda dengan minyak yang
terkandung di dalam batuan shale, minyak yang terkandung di batuan shale lebih
257

kompleks di dalam untuk dapat memproduksikannya karena substansi shale oil ini
bentuknya padat, sehingga dilakukan suatu proses ICP (In Situ Conversion
Process) dimana proses ini melakukan retorting di bawah permukaan yang
bertujuan agar substansi minyak padat yang menempel pada batuan shale tersebut
dapat terbebaskan sehingga dapat diproduksikan. Untuk dapat memproduksikan
shale oil tersebut, jaringan fracture harus dibuat di dalam shale pada 2 trayek
sumur pemboran, yaitu 1 trayek sumur yang digunakan untuk melakukan proses
ICP dan 1 trayek sumur untuk memproduksikan minyak yang telah terbebaskan
dari proses ICP tersebut. Sedangkan, pada shale gas jaringan fracture langsung
digunakan agar gas dapat melarikan diri dari pori-pori dan natural fractures yang
menjebak di dalam suatu batuan. Kedua hal ini dicapai melalui proses hydraulic
fracturing. Dalam proses ini, biasanya beberapa juta galon fluida terdiri dari air
98-99,5% dan proppantnya (biasanya pasir) dipompa pada tekanan tinggi ke
dalam sumur. Sisanya merupakan fluida fracking (0,5-2% volume) yang terdiri
dari campuran bahan kimia, yang meningkatkan sifat fluida. Bahan kimia ini
meliputi asam biasanya untuk batuan shale yang terdapat sisipan batupasir untuk
meningkatkan aliran gas, biocides untuk mencegah organisme tumbuh dan
menyumbat rekahan pada batuan shale, corrosion dan scale inhibitor untuk
melindungi integritas dari sumur, gel digunakan untuk meningkatkan viskositas
fluida dan mengkuatkan proppantnya, dan friction reducer yang meningkatkan
aliran dan meningkatkan kemampuan cairan untuk menyusup dan membawa
proppantnya sampai pada rekahan kecil di batuan shale.
Fluida mendorong melalui perforasi pada casing dengan baik dan kekuatan
nya membuat rekahan-rekahan terbuka di dalam shale menghubungkan pori-pori
dan rekahan yang ada menciptakan jalur untuk natural gas dan minyak yang terlah
terbebaskan dari batuan shale mengalir kembali ke sumur. Proppant yang
menempel di fraktur dan membuat mereka terbuka setelah tekanan berkurang dan
cairan mengalir kembali keluar dari sumur. Pada reservoir shale oil dan shale gas
ini digunakan proses multi hydraulic fracturing, dimana hal ini agar dapat
melebarkan zona area pengurasan yang dihasilkan dari reservoir shale oil dans
shale gas tersebut. Sekitar 1.000 kaki dari sumur bor tersebut terjadi rekahan
258

hidrolik pada satu waktu, sehingga setiap sumur harus di rekahkan melalui
beberapa tahap, dimulai dari titik terjauh (akhir) dari sumur bor. Cement plugs
mengisolasi setiap tahap hydraulic fracture dan harus dibor keluar untuk
memungkinkan aliran natural gas sampai dengan baik setelah semua rekah
hidrolik selesai.
Setelah tekanan dilepaskan, fluida (biasanya disebut sebagai flowback
water) mengalir kembali keluar ke atas sumur. Fluida yang diperoleh kembali
tidak hanya berisi campuran kimia yang ada di dalam fluida perekah hidrolik,
tetapi mungkin juga mengandung bahan kimia alami yang ada di dalam reservoir,
termasuk hidrokarbon, garam, mineral, dan alami bahan radioaktif (NORM) yang
larut ke dalam cairan dari shale tersebut atau hasil dari pencampuran fluida
perekah hidrolik dengan air garam (misalnya air asin) yang sudah ada dalam
formasi. Komposisi kimia dari air yang dihasilkan dari sumur bervariasi secara
signifikan sesuai dengan formasi dan waktu setelah completion dengan baik, pada
water flowback awal menyerupai fluida perekah hidrolik tetapi kemudian bertemu
pada suatu sifat yang lebih menyerupai air garam alami hadir dalam formasi.
Dalam banyak kasus, water flowback ini dapat digunakan kembali dalam
operasi hydraulic fracutring berikutnya; ini tergantung pada kualitas water
flowback dan manajemen ekonomi alternatif lainnya. Water flowback yang tidak
digunakan kembali dikelola melalui pembuangan. Sementara opsi pembuangan
masa lalu kadang-kadang terlibat langsung membuang ke air permukaan atau
deposit di pabrik pengolahan air limbah, paling pembuangan sekarang terjadi di
kelas II sumur injeksi sebagaimana diatur oleh Environmental Protection Agency
AS untuk Underground Injection (EPA) Program Control. sumur injeksi ini
menempatkan air flowback dalam formasi bawah tanah yang diisolasi dari sumber
air minum.
259

5.10. Studi Kasus


Pada reservoir shale gas formasi Barnett, pada lapisan Upper Barnett
Shale (UB Sh), diperoleh data hasil Log ECS (Elemental Capture Spectroscopy)
untuk komposisi kandungan mineral batuan dan elastisitas dari suatu batuan,
sebagai berikut :
Aspek Geologi

7635
ft
7650
ft
7700
ft
7750
ft
7800
ft

7850
ft
7900
ft
7930
ft
260

Diketahui :
Hlapisan UB sh = 265 ft

Tabel V-8.
Britlleness Index Lapisan Upper Barnett Sh.
Depth Gamma Quartz Calcite Clay TOC Brittleness
Ray (SiO3) (CaCO3) Index (BI)
7650 160 0,54 0,05 0,55 2,5% 47,36%
7700 250 0,61 0 0,65 4,3% 48,41%
7750 150 0,62 0 0,45 5% 57,94%
7800 75 0 0,9 0,2 0% -
7850 120 0,1 0,9 0,5 0,5% 6,67%
7900 145 0,2 0,5 0,8 1,3% 13,4%

Brittleness Index Lapisan Upper Barnett Sh :


1. Pada Kedalaman 7650 ft :

2. Pada Kedalaman 7700 ft :

3. Pada Kedalaman 7750 ft :

4. Pada Kedalaman 7800 ft :

5. Pada Kedalaman 7850 ft :

6. Pada Kedalaman 7900 ft :

Dari hasil well log ECS (Elemental Capture Spectroscopy) pada lapisan
Upper Barnett Sh formasi Barnett didapatkan hasil Brittleness Index (BI) pada
interval kedalaman 7650 ft, 7700 ft dan 7750 ft sebesar 47,36%, 48,41% dan
57,94% (brittle>30%) sehingga di identifikasi sebagai formasi yang Brittle
261

(rapuh). Sedangkan pada interval kedalaman 7800 ft, 7850 ft dan 7900 ft
didapatkan hasil BI 0% (dikarenakan jumlah mineral quartz pada lapisan
kedalaman tersebut 0), 6,67% dan 13,4% sehingga diidentifikasikan sebagai
formasi yang Ductile (ulet). Dari data hasil yang diperoleh dapat diindikasikan
pada interval kedalaman yang cocok untuk dilakukan pemboran lubang lateral
pada suatu sumur multilateral yaitu pada interval kedalaman 7650 ft, 7700 ft dan
7750 ft untuk lapisan Upper Barnett Sh. Semakin kecil nilai gamma ray yang
terbaca pada hasil well log ECS di suatu interval kedalaman lapisan batuan, maka
semakin kecil juga komposisi mineral quartz yang terkandung di dalam suatu
batuan tersebut, sehingga nilai brittleness (kerapuhan) index semakin kecil dan
mengidentifikasikan bahwa pada lapisan tersebut merupakan formasi yang ductile
(ulet). Sedangkan, jika nilai gamma ray tinggi, maka kandungan komposisi
mineral quartz lebih besar, sehingga nilai brittleness index semakin besar dan
mengidentifikasikan formasi yang rapuh.

Aspek Geomechanical

7635
ft
7650
ft

7700
ft

7750
ft

7800
ft

7850
ft
7900
ft

7930
262

Diketahui :
Emax = 48 vmax = 0,46
Emin = 8 vmin = 0,15

Tabel V-9.
Parameter Elastisitas Geomechanical Lapisan Upper Barnett Sh.
Depth Gamma Poisson Modulus vbrittleness Ebrittleness G (Elastic
Ray Ratio Young (GPa) Shear
Log Log Modulus)
7650 160 0,28 12 0,580 0,1 0,0316
7700 250 0,25 14 0,677 0,15 0,0447
7750 150 0,23 18 0,741 0,25 0,0717
7800 75 0,32 38 0,451 0,75 0,258
7850 135 0,38 24 0,4 0,258 0,158
7900 155 0,41 16 0,161 0,2 0,0861

1. Pada Kedalaman 7650 ft :

Mencari Nilai Modulus Young dan Poisson Ratio :

a. Ebrittleness GPa

b. vbrittleness

Menghitung Elastic Shear Modulus :

c. G GPa
2. Pada Kedalaman 7700 ft :
263

a. Ebrittleness GPa

b. vbrittleness

c. G GPa

3. Pada Kedalaman 7750 ft :

a. Ebrittleness GPa

b. vbrittleness

c. G GPa

4. Pada Kedalaman 7800 ft :

a. Ebrittleness GPa

b. vbrittleness

c. G GPa

5. Pada Kedalaman 7850 ft :

a. Ebrittleness GPa

b. vbrittleness

c. G GPa

6. Pada Kedalaman 7900 ft :


264

a. Ebrittleness GPa

b. vbrittleness

c. G 1 GPa

Perhitungan potensi cadangan shale gas :


Diketahui :
= 2% P = 4000 psia
M = 16 lb/lb-mol PL = 1150 Psia
Bg = 0,003 = 2,5 g/cm3
GsL = 50 scf/ton = 0,3 g/cm3
Sw = 0,3

 Gas In Place (GIP) = Gst x volume batuan x density shale


 Gas In Place = 67 x (11 x 109) x 2,5 = 1842,5 x 109 = 1842,5 tcf

Anda mungkin juga menyukai