192
193
2. Pad adalah fluida kental tanpa proppant yang dipoppakan untuk melebarkan
dan mempertinggi rekahan, dan mempersiapkan jalannya slurry dengan
proppant. Volume pad juga akan mengurangi leak off (kebocoran) pada slurry
nanti karena telah mulai terbentuk filter cake pada pad.
3. Slurry dengan proppant akan mengembangkan rekahan menjauhi sumur
menambah lebar panjang rekahan serta membawa proppant untuk mengisi
rekahan.
4. Flush yaitu dipompakan cairan dibelakang slurry dengan propant agar
mendorong slurry tersebut masuk ke formasi.
Gambar 5.1.
Hubungan Stress-Strain untuk Material Elastis
(Allen, T.O, Robert, A.P, “Production Operations, Well Completion, Workover
and stimulation”)
195
Net pressure adalah suatu harga tekanan didepan rekahan diatas minimum
pressure untuk menyebabkan rekahan tetap terbuka. Closure pressure (stress)
adalah harga rata-rata minimum dimana rekahan dapat terjadi. Harga ini dapat
meningkat jika tekanan pori-pori naik (poro-elastic-effect). Dibawah ini akan
dibicarakan mengenai mekanika batuan untuk meramalkan dimensi rekahan.
F
Stress lim …………………………………..…........... (5-1)
A 0 A
Strain dapat ditulis sebagai :
L Lf
Strain lim ............................................................. (5-2)
L0 L
2. Poisson Ratio
Pemberian kuat tekan (compressive strength) pada suatu bidang material
di sepanjang bidang aksis akan mengakibatkan material tersebut menjadi semakin
pendek dan mengembang ke arah yang tegak lurus dengan bidang aksis seperti
yang terlihat pada Gambar 5.49. Perbandingan harga strain yang berada tegak
lurus terhadap beban stress pada bidang lateral dengan harga strain yang tegak
lurus terhadap beban stress pada bidang aksis disebut sebagai poisson ratio ().
Lateral Strain 2
= Axial Strain = ................................................... (5-3)
1
Dimana ε1 dan ε2 masing-masing adalah strain arah tegak lurus satu sama lainnya.
Harga v berkisar antara 0.15 – 0.30 dan untuk batupasir = 0.25, sedangkan untuk
shale = 0.27.
Gambar 5.2.
Penggambaran Mengenai Efek Poisson
(Allen, T.O, Robert, A.P, “Production Operations, Well Completion, Workover
and stimulation”)
196
3. Modulus Shear
Tegangan geser (shear stress) pada permukaan suatu bidang material akan
mengakibatkan bidang permukaan tersebut berpindah atau bergeser membentuk
suatu bidang baru yang letaknya paralel dengan bidang semula seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 5.50. Perbandingan antara besar harga shear stress
yang diberikan terhadap sudut yang dibentuk akibat deformasi yang terjadi
(kekakuan suatu material) dikenal sebagai Modulus Shear (G). Secara matematis
dapat dituliskan :
F/A Shear Stress lb / in 2
G= = Besar Sudut Deformasi = ……………
radian
(5-4)
Untuk fluida, besar harga G sama dengan nol sedangkan untuk padatan, G
merupakan suatu bilangan terbatas.
Gambar 5.3.
Definisi Shear Modulus
(Allen, T.O, Robert, A.P, “Production Operations, Well Completion, Workover
and stimulation”)
4. Modulus Bulk
Beban kompresif yang diberikan terhadap semua bagian suatu balok
material pada kondisi hidrostatis, akan mengakibatkan pengurangan volume bulk
197
total. Perbandingan antara tegangan yang diberikan (gaya per unit luas permukaan
suatu bidang) terhadap perubahan volume untuk setiap satu unit volume awal
suatu material dinamakan Modulus Bulk (K). Secara matematis :
F/A Gaya / Luas Permukaan lb / in 2
K = / v = Perubahan Volume / Volume Awal = 3 3 ........... (5-5)
in / in
5. Modulus Young
Jumlah strain yang disebabkan oleh stress adalah fungsi dari kekakuan
material. Kekakuan atau kekenyalan dapat ditunjukkan dengan lekukan atau
kemiringan pada plot antara axial stress dan strain pada daerah linier. Dan inilah
yang dinamakan modulus Young (E). Modulus Young (E) sama dengan tegangan
tarik (unit stress) dibagi dengan regangan tarik (unit strain).
Secara sistematis :
Stress lb / in 2
E= = = in / in = lb / in2 .......................................... (5-6)
Strain
yang mana untuk sandstone, v = 0,25, E’ = 1,07 E. Variabel lain seperti fracture
thoughness (kekenyalan rekahan) yaitu Klc yaitu pengukuran terhadap kemampuan
material untuk menahan berkembangnya suatu rekahan.
6. Overburden stress
Overburden stress tidak tergantung pada tektonik, dan harganya sama
dengan berat batuan formasi di atasnya. Dengan integrasi pada density log, bisa
diperkirakan harganya :
H
v g ( z ) dz .............................................................................. (5-8)
0
Dimana rata-rata gradient akan disekitar 0,95 – 1,1 psi/ft. Harga 1,1 psi/ft didapat
kalau semua formasi rata memiliki densitas sekitar 165 lb/ft3 maka gradien stress
198
= 165/144 = 1,1 psi/ft. Karena formasi ada yang tidak rapat atau berpori, maka
harganya bisa saja sampai 0,95. Kalau overburden adalah harga absolut, yang
dialami oleh batuan dan fluida di pori-pori adalah effective stress ( v' ), yang
didefinisikan sebagai :
'v v p ............................................................................. (5-9)
dimana adalah Konstanta Poroclastic Biot (1956), yang kebanyakan reservoir
bernilai 0,7.
Stress vertikal memberi efektif akan diterjemahkan ke arah horizontal
dengan perbandingan poisson , dimana :
v
'H v .................................................................................. (5-10)
1 v
dimana H' adalah stress horizontal efektif dan v = poisson ratio. Variabel ini
adalah sifat batuan. Untuk sandstone sekitar 0,25, yang mana menunjukkan bahwa
stress horizontal efektif adalah sekitar 1/3 dari vertikal stress efektifnya. Absolute
horizontal stress H akan sama dengan efektif stress plus p seperti pada
Persamaan 5-75.
Harga stress minimum efektif adalah :
Dimana tect adalah suatu kontribusi dari gaya tektonik bumi. Gambar 5.51.
menunjukkan suatu plot terhadap harga-harga stress diatas.
199
Gambar 5.4.
Skematik dari Harga-Harga Stress terhadap Kedalaman
(Economides, M. J.,et. all., “Petroleum Production System”)
terkecil dari ketiganya. Gambar 5.52. menunjukkan suatu skematik dari arah
rekahan terhadap ketiga stress diatas.
Gambar 5.5.
Besar Ketiga Stress Utama dan Arah Rekahan
(Craft, B.C. and Holden W.R., “Well Design Drilling and Production”)
200
Gambar 5.6.
Perubahan Permukaan Akibat Erosi
(Economides, M. J.,et. all., “Petroleum Production System”)
a. Rheology
Pada perekahan hidrolik, rheology digunakan untuk mendapatkan
viskositas yang cukup. Fluida dikenal ada tiga macam yaitu Newtonian, Bingham
Plastic, dan Power Law.
Fluida Newtonian adalah fluida dimana viscositasnya hanya dipengaruhi
oleh tekanan dan temperatur, misalnya air, gas dan minyak yang encer.
(du / dy ) .................................................................... (5-15)
di mana dalam cp adalah viskositas, dan untuk air = 1 cp, untuk minyak
bermacam-macam sampai lebih dari 50 cp. Untuk fluida non-Newtonian,
viskositasnya bergantung pada laju aliran.
Untuk kebanyakan fluida perekah, yang berlaku adalah power law, sehingga :
K ' n ..................................................................................... (5-16)
dimana :
τ = shear stress dalam lbf/ft2,
= shear rate dalam sec-1
K = consistency index, lbf-secn /ft2 dan
n = power law index.
Dalam pengukuran dengan alat di laboratorium di mana kalau aliran
terjadi di sekitar silinder (misalnya di annulus) maka dibuat faktor K’ yang
berhubungan dengan flow behavior index, n’ = n. Bila B = r cup/rbob adalah radius
dalam (misalnya tubing O.D.) dan rbob = radius cup yang luar (misalnya casing
I.D.) maka :
202
B 2 / n ' ( B 2 1) n '
K K' .......................................................... (5-17)
n' ( B
2 / n'
1) B
Gambar 5.7.
Harga n' untuk 40 lb/1000 gal Zicronate-Crosslinked
(Economides, M. J.,et. all., “Petroleum Production System”)
203
Gambar 5.8.
Harga K' untuk 40 lb/1000 gal Zicronate-Crosslinked
(Economides, M. J.,et. all., “Petroleum Production System”)
Gambar 5.9.
Harga n' untuk 40 lb/1000 gal Borate-Crosslinked
(Economides, M. J.,et. all., “Petroleum Production System”)
204
Gambar 5.10.
Harga K' untuk 40 lb/1000 gal Borate-Crosslinked
(Economides, M. J.,et. all., “Petroleum Production System”)
3n'1 8u
' ........................................................................(5-21)
4 n' d
dimana :
w = lebar slot atau rekahan
u = (qi/2)(5.615)/(60)(h)(w/12) = 0.5615 qi/w
q = laju injeksi dalam bbl/men (bpm),
h = tinggin rekahan, ft,
w = lebar rekahan, in.,
Perlu diketahui bahwa qi/2 karena ada dua sayap dari rekahan.
Untuk foam fluids, Valko’ et al (1992) menunjukkan bahwa consistency
index pada Persamaan 5-87 dapat dinyatakan sebagai :
205
K K foam 1 n ...............................................................................(5-23)
dan Kfoam dan n adalah karakteristik yang dimiliki oleh campuran air dan gas pada
temperatur tertentu. Pada suatu sumur, superficial velocity dari foam tersebut
berubah dengan kedalaman, karena temperatur juga berubah menyebabkan variasi
dari densitas. Persamaan 5-89 penting karena terlihat bahwa K akan
mengkompensasikan variasi densitas sehingga friction factor akan konstan
sepanjang pipa baik di laminer maupun turbulen. Persamaan 5-89 disebut juga
volume equalized power law.
b. Fluid Loss
Fluid loss (leak-off, kebocoran) adalah kehilangan fluida karena fluidanya
masuk meresap ke dalam formasi karena tingginya tekanan di formasi dan dapat
mengakibatkan volume rekahan yang terjadi akan berkurang serta proppant akan
bridging atau screen-out (terhenti atau mengendap). Jadi laju leak-off ini
merupakan faktor terpenting dalam menentukan geometri rekahan nantinya. Ada
dua macam penilaian terhadap fluid loss, yakni :
1. Fluid efficiency (pengukuran total/global)
volume rekahan
.....................................................(5-25)
volume yang dipompakan
30 50 % umumnya.
1/ 2
k p
C1 0,0469 ft / min ...................................................(5-28)
L
dimana :
k = permeabilitas relatif formasi terhadap material yang leak-off, Darcy.
p = perbedaan tekanan antara fluida di depan dinding dengan tekanan di
pori-pori, psi.
L = viskositas filtrat fluida perekah pada kondisi suhu formasi, cp.
= porositas batuan, fraksi.
2). CII : compressibility controlled, bila viskositas filtrat sama dengan fluida
reservoir dan tanpa filter cake yang dihitung dengan persamaan
diffusivitas dan terutama dikontrol oleh kompressibilitas
formasi/reservoir.
1/ 2
k Ct
C II 0,0374 p ft / min ................................. (5-29)
di mana :
Ct = kompressibilitas total formasi, psi-1
= viskositas fluida formasi yang mobil (dapat bergerak) pada kondisi
reservoir,cp.
Dalam banyak perhitungan, CI dan CII sering dikombinasikan menjadi Cvc :
2 C I C II
C vc 2 2 ......................................................... (5-30)
C I (C I 4 C II )1 / 2
3). CIII : wall building mechanism (mekanisme penutup dinding). Terbentuk dari
residu polymer di dinding formasi yang menghalangi aliran masuk ke
dalam formasi. Hal in sangat penting dan sengaja dibuat demikian agar
tidak banyak fluida yang hilang. Tidak bisa dihitung dengan baik dan
harus diukur di laboratorium.
(0,0164) m
C w C III , ft / min .........................................(5-31)
A
di mana :
m = kemiringan
A = luas core yang dipakai, cm1/2
207
Besarnya total leak-off coefient (Ctot) adalah analog dengan suatu hubungan seri
konduktor listrik yang dinyatakan dalam bentuk :
1 1 1 1
..................................................................(5-32)
C tot CI C II C III
c. Hidrolika Perekah
Dalam operasi fracturing akan memerlukan biaya yang sama dalam hal ini
akan memaksa untuk menggunakan bahan dan perlengkapan secara efektif. Oleh
sebab itu diinginkan biaya minimum dalam mementukan hydraulic horse power
pada setiap treatment fracturing.
Besarnya harga hydraulic horse power dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :
Hh = 0,0245 x Ps x qt ......……………………………………(5-33)
dimana :
Hh = Hydraulic power, Hp
Ps = Tekanan injeksi dipermukaan, psi
qt = Laju injeksi fluida, bbl/menit.
Tekanan injeksi dipermukaan (Ps) merupakan jumlah tekanan rendah
dasar sumur, mengalami hilang tekanan karena gesekan didalam pipa, hilang
tekanan melalui perforasi dikurangi tekanan hidrostatik, atau secara matematis
dapat dinyatakan sebagai berikut :
Ps = Pt + Pf + Pp – Ph …..….………………………………..(5-34)
Tekanan yang diperlukan untuk menginjeksikan fluida perekah pada dasar
sumur adalah merupakan perkalian anatar gradien tekanan rekah dan kedalaman
formasinya. Kehilangan dalam pipa dapat ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :
f.L.v 2 .ρ
Pf ….……………………………………………………(5-
25,8.d
35)
dimana :
F = Fanning friction loss, berdasarkan Reynold Number (NRe)
L = Panjang pipa, ft
208
dimana :
Pp = Hilang tekanan melalui perforasi, Psi
Ap = Luas penampang perforasi, inch2
q = Laju aliran, Ppm
Sedangkan untuk menentukan tekanan hidrostatik fluida perekah dapat dinyatakan
dengan persamaan :
Ps = 0,052. . D ….………..…………………………………….(5-39)
dimana :
Ps = Tekanan hidrostatik, Psi
= Densitas fluida perekah, ppg
D = Kedalaman, ft
tidak bisa mentransport proppant, dan tekanan injeksi akan naik tinggi sehingga
perekahan lebih lanjut ke dalam formasi tidak bisa dilakukan. Secara umum, bila
rekahan kurang dari tiga kali diameter proppant, makan proppant akan tertahan.
Setelah slurry dipompakan, maka paling belakang akan diberi flush, agar slurry
dengan proppant akan masuk ke dalam formasi dan tidak tertinggal di dalam
sumur. Dalam prakteknya, harus ada proppant slurry yang tertinggal di sumur,
karena kalau flush terlalu banyak maka akan menyebabkan sumur rekahan di
sekitarnya akan menutup kembali sehingga peningkatan produktivitas tidak efektif
(disebut “choked” fracture).
Fluida perekah (fracturing fluids) merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan operasi hydraulic fracturing, sehingga perlu diseleksi dan
direncanakan. Selain digunakan untuk memulai perekahan dan memperluas
rekahan, fluida perekah juga harus dapat memperlebar rekahan, mentranspor dan
menempatkan proppant, mempunyai sifat low fluid loss (kehilangan fluidanya
sedikit) waktu crosslink-nya terkontrol, dan tidak mahal. Juga tidak menyebabkan
friksi yang besar di tubing, mudah dibersihkan dengan clean-up (memulainya
produksi kembali), kompatibel dengan formasi dan fluidanya, mudah dicampur,
aman untuk personalia, dan relatif murah.
5. Specific gravity air yang tinggi akan memberikan kekuatan penopang yang
lebih besar pada propping agent.
2. Oil Base Fluid
Oil base fluid digunakan sebagai fluida perekah mempunyai keuntungan
sebagai berikut :
1. Mempunyai viscositas yang tinggi sebagai sifat alamiahnya.
2. Rate injeksi yang rendah untuk peretakan dangkal atau dalam.
3. Dapat dijual kembali setelah pemakaian.
Ada beberapa jenis cairan bahan dasar minyak untuk perekahan, yaitu :
a. Napalm Gels, bahan dasar yang digunakan adalah kerosin atau minyak
diesel atau crude oil yang dipadatkan dengan penambahan napalm
(aluminium fatty acid salt). Jel ini mempunyai viskositas tinggi dan
mampu membawa material pengganjal (proppant) serta fluid lossnya
rendah.
b. Viscous Refined Oil, lebih menguntungkan daripada napalm gel karena
mudah diperoleh dari refinery, dapat dimanfaatkan kembali sebagai hasil
produksi, dan viskositasnya akan berkurang bila bercampur dengan fluida
formasi, sehingga mudah dikeluarkan kembali setelah operasi perekahan
selesai.
c. Lease Crude Oils, pada beberapa area lease crude oils dapat digunakan
untuk perekahan, namun setelah ditambahkan fluid loss control agent.
d. Gelled Lease Oils, merupakan campuran minyak-air dengan sedikit fatty
acid soap dan caustic, sehingga membentuk jel. Jenis ini menjadi popular
karena mudah didapat,relative murah dan gesekan dengan dinding pipa
relative kecil. Gelled Lease Oils ini tidak dapat digunakan pada temperatur
tinggi.
3. Acid Base Fluid
Acid base fluid secara umum mengikuti pola dari water base fluid,
beberapa keuntungan yang diperoleh antara lain :
1. Reaksinya lamban.
2. Tidak terlalu mahal.
212
Sama seperti pada pengasaman, ion Fe3+ harus dicegah karena dapat
menimbulkan pengendapan. Material yang digunakan dari additives ini antara lain
Citric Acid dan EDTA, atau Acetic dengan Citric, Crythrobic, dan lain-lain.
4. Paraffin Control.
Dapat digunakan parafin dispersant atau dipanaskan untuk mencegah
terjadinya pengendapan parafin di tubing. Bisa juga digunakan kombinasi
paraffin inhibitor dan dispersant.
5. Crosslinker Control Agent.
Additive ini bertujuan untuk mengontrol waktu crosslink misalnya untuk
menghambat terjadinya crosslink, Acetinate yang dilarutkan, terutama pada Ti-
crosslink. Untuk temperatur rendah, waktu crosslink malah akan dipercepat. Atau
campuran keduanya untuk mengontrol waktu crosslink.
6. Radioactive Materials.
Zat radioaktif (Antimon, Iridium, dan Scandium) akan ditambahkan sekitar
0,5 sampai 1,0 millicuries / 1000 lb proppant) dengan maksud agar dapat
ditentukan zona rekahan yang dilakukan dengan log sinar gamma.
7. Scale Inhibitors.
Biasanya digunakan inhibitor Phosponate atau Acrylate.
1. Pasir Alami
Berdasarkan sifat-sifat fisik yang terukur, pasir dapat dibagi ke dalam kondisi
baik sekali, baik, dan dibawah standat. Golongan yang paling baik menurut
standart API adalah premium sands yang berasal dari Illinois, Minnesota, dan
Wisconsin. Biasanya disebut ‘Northern Sand”, “White Sand”, “Ottawa Sand”,
atau sebta lainnya misalnya “Jordan Sand”. Golongan yang baik berasal dari
Hickory Sandstone di daerah Brady, Texas, yang memiliki warna lebih gelap
dari pada pasir Ottawa. Umumnya disebut “Brown Sand”, “Braddy Sand”,
atau “Hickory Sand”. Berat jenisnya mendekati 2,65. Salah satu kelebihan
pasir golongan ini dibanding pasir Ottawa adalah harganya yang lebih murah.
2. Pasir Berlapis Resin (Resin Coated Sand)
Lapisan resin akan membuat pasir memiliki permukaan yang lebih rata (tidak
tajam), sehingga beban yang diterima akan terdistribusi lebh merata di setiap
bagiannya. Ketika butiran proppant ini hancurkarena tidak mampu menahan
beban yang diterimanya, maka butiran yang hancur tersebut akan tetap
melekat dan tidak tersapu oleh aliran fluida karena adanya lapisan resin. Hal
ini tentu saja merupakan kondisi yang diharapkan, dimana migrasi pecahan
butiran (fine migration) penyebab penyumbatan pori batuan bias tereliminasi.
Proppant ini sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Pre-cured Resins
218
Berat jenisnya sebesar 2,55 dan jenis ini dibuat dengan cara pembakaran
alam proses pengkapsulan.
b. Curable Resins
Penggunaan jenis ini lebih diutamakan untuk menyempurnakan kestabilam
efek pengganjalan. Maksudnya adalah, proppant ini dinjeksikan dibagian
belakang (membuntuti slurry proppant) untuk mencegah proppant
mengalir balik ke sumur (proppant flow back). Setelah membeku,
proppant ini akan membentuk massa yang terkonsolidasi dengan daya
tahan yang lebih besar.
3. Proppant Keramik (Ceramic Proppant)
Proppant jenis ini dikelompokkan menjadi empat golongan sebai berikut :
a. Keramik berdensitas rendah (Low Density Ceramic)
Jenis ini memiliki berat jenis hampir sama dengan pasir (SG = 2,7),
memiliki kemampuan untuk menahan tekanan penutupan (Clossure
pressure) sampai 6000 psi, serta banyak digunakan di Alaska.
b. Keramik berdensitas sedang (Inter mediate Ceramic)
Jenis ini lebih ringan dan lebih murah dibandingkan Sintered Bauxite,
memiliki specific gravity 3,65. Karena harganya yang mahal maka
proppant ini hanya digunakan untuk mengatasi tekanan yang benar-benar
tinggi. Proppant jenis ini mampu menahan tekanan sebesar 12000 psi,
biasa digunakan untuk temperature tinggi dan sumur yang sour
(mengandung H2S).
c. Resin Coated Ceramic
Suatu jenis baru yang merupakan kombinasi perlapisan resin dan butiran
keramik. Jenis ini terbukti memberikan kinerja yang lebih baik. Khusus
untuk resin coated proppant, variasi yang dimunculkan semakin banyak.
Resin Coated Ceramic memiliki ketahanan terhadap closure pressure
sebesar 15000 psi dan temperature hingga 450 oF.
Tabel V-1.
Specific Gravity dan Volume Absolut Proppant
(Cooke, C. E., Jr.: “Conductivity of Fracture Proppant in Multiple Layers”)
219
Tabel V-2.
Ukuran Maksimum dan Rata-rata Proppant
(Cooke, C. E., Jr.: “Conductivity of Fracture Proppant in Multiple Layers”)
Tabel V-3 dan Tabel V-4 menunjukkan contoh hasil sieve analysis dari pasir
16/30 Jordan dan 20/40 Jordan.
Tabel V-3.
Hasil Sieve Analysis Pasir 16/30 Jordan
(Cooke, C. E., Jr.: “Conductivity of Fracture Proppant in Multiple Layers”)
Tabel V-4.
Hasil Sieve Analysis Pasir 20/40 Jordan
(Cooke, C. E., Jr.: “Conductivity of Fracture Proppant in Multiple Layers”)
16 0,0 0,0
20 3,3 3,3
30 38,4 41,7
35 30,5 72,2
40 20,6 92,8
50 7,0 99,8
pan 0,2 100,0
1. Closure Stress
Stress ini yang diteruskan oleh formasi ke proppant pada waktu
tertutupnya rekahan dapat menyebabkan proppant hancur (crushing), mengurangi
ukuran proppant, dan menambah surface area proppant, yang mana keduanya
menyebabkan menurunnya permeabilitas rekahan tersebut. Hal tersebut kalau
stress-nya relatif besar. Closure stress adalah gradien rekahan kedalaman x
dikurangi tekanan dasar sumur. Selain itu stress yang ada akan memadatkan
lapisan proppantnya, mengurangi porositas dan permeabilitasnya. Pengaruh kedua
ini bila didapat dari stress kecil di mana pengaruh pertama tadi (crushing) tidak
terjadi, tetapi tetap akan ada. Bila dari stress ini terjadi naik turun (cycling), yaitu
kalau sumur dibuka atau ditutup, juga dapat mengurangi permeabilitas rekahan.
2. Ukuran Proppant
Ukuran Proppant mempunyai pengaruh pada pemadatan makin besar
proppant makin besar pula konduktivitasnya walaupun pada tekanan tinggi akan
berbalik pengaruhnya. Hal ini disebabkan oleh hancurnya partikel (crushed)
sehingga perbedaan konduktivitas menurun dengan stress dan distribusi partikel,
porositas dan luas permukaan akan berubah.
Ukuran proppant penting dalam hubungannya dengan proyek perekahan,
pada umumnya lebar rekahan harus dua sampai tiga kali diameter proppant.
Misalnya kalau dua kali, untuk proppant 8/16, 20/40, dan 40/70 maka rekahannya
222
perlu 0,187, 0,066 dan 0,033 in (SPE Monograph Volume 12). Dengan ini maka
makin dalam sumurnya, di mana rekahan semakin sempit, propant-nya akan
semakin kecil. Dalam diskusi mengenai transportasi proppant akan terlihat bahwa
proppant besar sukar ditranspor, sehingga pemilihan proppant nantinya juga harus
didasarkan pada kemampuan untuk menstranspor.
3. Konsentrasi Proppant
Kadar proppant atau proppant concentration didefinisikan sebagai jumlah
proppant per unit luas rekahan (dari satu dinding saja), atau pound proppant /luas
(lb/ft2). Jika proppant mengendap ke dasar rekahan vertikal, maka konsentrasi
ditentukan oleh lebar rekahan pada saat pemompaan. Jika proppant melayang di
fluida perekah sampai rekahan menutup, maka konsentrasi ditentukan oleh baik
lebar rekahan waktu pemompaan maupun konsentrasi proppant di fluida.
Konduktivitas rekahan meningkat dengan naiknya konsentrasi proppant.
Hubungan ini tidak akan langsung berlaku untuk konsentrasi kurang dari ½ lb/ft 2
karena pengaruh dinding.
4. Kekuatan Proppant
Kekuatan dari proppant sangat penting untuk obyek perekahan. butiran
kecil pecahan proppant (fines) terjadi karena closure stress.
5. Bentuk Butiran Proppant
Bentuk butiran proppant (proppant grain shape) yang ditentukan oleh
roundness (halusnya permukaan) dan sphericity (bulatnya butiran) yang sangat
penting tergantung dari closure stress-nya. Karena stress permukaan akan merata
pada bentuk yang bulat, halus, maka pada harga stress tinggi, makin halus/bulat,
maka makin tahan tekanan, sehingga konduktivitas akan tetap tinggi. Roundness
dan sphericity ditentukan oleh skala Krumbein, misalnya 0,7 R dari skala tersebut
adalah lebih baik dari 0,6 R.
Di industri perminyakan umumnya R dan S untuk Krumbein Shape Factor
diambil minimum 0,6 untuk pasir alamiah dan 0,7 untuk pasir industri (buatan).
223
Roundness dapat memberi pengaruh pada stress yang tinggi dan mungkin
tidak pada stress rendah. Sebagai contoh, Brady sand kurang bulat dibanding
Ottawa, tetapi lebih baik konduktivitasnya pada closure stress dibawah 5000 psi,
tetapi Ottawa akan lebih baik konduktivitasnya daripada Brady kalau stress di atas
5000 psi.
Faktor-faktor lain
Ada lima (5) faktor tambahan lagi yang dianggap turut mempengaruhi
koduktivitas suatu rekahan.
1. Embedment
Jika proppant melesak masuk ke formasi, hal ini disebut embedment, dan
akan mengurangi konduktivitas. Selain itu juga menyebabkan fines terbentuk dari
pecahan formasi. Embedment adalah fungsi dari kekuatan proppant maupun
kekerasan formasi. Formasi lunak dengan proppant yang sangat keras akan jelek
pengaruhnya. Pengujian pada formasi dapat dilakukan dengan penctometer test
ball-point tetapi hasilnya kurang memuaskan.
Dalam program komputer biasanya untuk standar proppant di formasi 2
lb/ft2 maka embedment dianggap 0,2 lb/ft2 = ½ diameter kadar butiran disetiap sisi
rekahan.
2. Environmental Effect (Pengaruh LIngkungan)
Stress formasi dapat menyebabkan hancur/pecahnya proppant atau erosi
formasinya sendiri karena bergesekan dengan proppant. Embedment juga dapat
menimbulkan stress. Selain itu ada juga pelarutan silika misalnya pada glass bead.
Juga untuk jangka waktu yang panjang, permeabilitas rekahan dapat menurun,
baik karena waktu atau temperatur. Misalnya pada 8000 psi dan 275F, Ottawa
sand dapat turun permeabilitasnya dari 41 darcy ke 0,32 kali yaitu tinggal 13
darcy dalam 100 jam.
3. Kualitas Proppant
Kualitas proppant buruk bila banyak impuritisnya (zat tambahan yang
mengotori). Adanya carbonate, feldspar, atau oksida besi di proppant akan
224
keramik. Temperatur yang tinggi atau air garam yang korosif akan dapat
merugikan, jadi di sini tergantung proppant dan sifat kimia fluidanya.
Berdasarkan semua hal di atas, maka dalam prakteknya, konduktivitas
yang diberikan oleh banyak publikasi (termasuk oleh perusahaan servis) setelah
4)
dilakukan koreksi tekanan masih hasus dikurangi dengan 50 - 60% . Jadi
misalnya harga krw = 5000 md-ft maka hanya menjadi sekitar 2000 - 2500 md-ft.
di mana :
Lsc = jarak tempuh proppant di rekahan (satu sayap), ft
w = lebar rekahan, in
qo = laju injeksi, bbl/men
xf = L = adalah panjang rekahan satu sayap
Bila Lsc > xf, maka Lsc = xf
Carry Distance (CD) adalah sampai di mana suatu partikel dapat dibawa
menjauh (arah horizontal) dari sumur, dasar perhitungan di sini adalah dasar yang
digunakan dengan perhitungan komputer.
Asumsi yang dipakai adalah :
Dianggap bahwa rekahannya suatu kotak dengan dinding vertikal dengan
lebar yang konstan.
Tidak terjadi fluid loss, sehingga konsentrasi proppant tetap.
Alirannya laminer
Kecepatan partikel sama dengan kecepatan fluida perekah.
Dengan ini, Halliburton menjabarkan persamaan :
TL
CD vh dt ............................................................................ (5-41)
PT
di mana :
Q 12
v h 5,62 ............................................................. (5-42)
2 w f h c
di mana :
Q = total injeksi, bbl/men (bpm)
wf = lebar rekahan, in
hc = tinggi rekahan, ft
Selanjutnya :
33,72 Q TL dt
CD
hc w ............................................................ (5-43)
PT f
Lebar rekahan adalah fungsi dari waktu dengan persamaan sebagai berikut :
wf Iw t m ............................................................................ (5-44)
di mana :
Iw = intersep grafik log wf versus log t
m = kemiringan dari log wf versus log t
(grafik wf versus log t adalah garis lurus)
33,72 Q TL dt
CD m
h c I w PT
.............................................................. (5-45)
t
CD
33,72 Q
h c I w (1 m)
TL1 m PT1 m ................................... (5-46)
228
Waktu pad (PT) pada persamaan ini bisa diketahui tetapi harga TL
tergantung pada waktu injeksi fluida perekahnya sendiri (treatment time) dan
kecepatan terminal settling.
Kecepatan terminal settling adalah pada fluida statik dan sebagai fungsi
dari diameter partikel dan sifat-sifat fluidanya. Dengan mengutip dari persamaan
tentang teori dasar pengendapan dan dengan menggunakan satuan unit lapangan,
serta dengan menghitung koefisiennya, PD adalah proppant diameter, maka :
1 / n'
0,8667 (SG SGF) PD (2n '1) PD
vt 108 n ' ..................... (5-47)
K
atau waktu yang digunakan untuk proppant jatuh ke bawah dasar rekahan :
hc
TL ............................................................................... (5-49)
60 v t
yang mana yang terkecil dari Persamaan (5-114) atau Persamaan (5-115) itulah
yang akan berlaku.
Untuk mencari kecepatan terminal settling (vt) dapat digunakan grafik-
grafik yang telah tersedia. Di sini perlu diketahui bahwa partikel proppant tidak
mungkin bergerak lebih cepat dari kecepatan slurry ataupun kecepatan rekahan
yang terbentuk.
Harga CD digunakan untuk menentukan panjang jatuhnya proppant. Hal
ini akan salah bila waktu pemompaan proppant (dihitung dari mulut rekahan)
lebih lama dari waktu proppant jatuh ke dasar. Jika waktu pemompaan proppant
tersebut cukup lama untuk pembentukan bed (bukit proppant di dasar rekahan)
sampai tinggi yang seimbang, maka bed tersebut akan tumbuh horizontal di luar
CD.
229
di mana :
hf = tinggi bed, ft
PC = konsentrasi proppant
wf = lebar proppant, in
L = panjang rekahan, ft
dengan asumsi bahwa semua proppant mempunyai waktu untuk jatuh di bed.
di mana :
230
Vi (1 )
Vpad ..................................................................... (5-52)
(1 )
di mana :
cp(t) = konsentrasi slurry, ppg
cf = konsentrasi slurry akhir pekerjaan
tpad = waktu pad
ti = total waktu
sedangkan
231
(1 )
.............................................................................. (5-54)
(1 )
Mp
c p (lb / ft 2 )
(2 x f h f ) ...........................................................
(5-56)
Umumnya, konsentrasi pack proppant yang umum adalah 2 lb/ft 2, maka
Persamaan (5-121) menjadi :
cp
wp
(1 p ) p .................................................................. (5-57)
232
ti
1 t t pad
cp cf dt ....................................... (5-58)
t i t pad t t i t pad
pad
cf c
cp (1 0) f ........................................................... (5-59)
1 1
Setelah rekahan nanti menutup, lebar rekahan dan panjang rekahan yang
tidak akan menutup kembali karena terisi proppant, dapat didekati dengan rumus
material balance. Panjang teoritis untuk rekahan dengan proppant bisa dihitung
dengan rumus :
12 ( Veoj Vpad )
Lp ........................................................... (5-62)
hg w
di mana :
233
dan lebar rekahan dengan proppant (propped fracture width) dapat dihitung
dengan rumus :
12 m p
wp ................................................................... (5-63)
pb h g L p
di mana :
wp = lebar rekahan dengan proppant, in
pb = berat jenis bulk (keseluruhan dengan pori) proppant, lb/ft3
mp = jumlah proppant per sayap rekahan, lb
memberikan gaya pada rekahan agar dapat terus berkembang. Suatu rekahan akan
lebih mudah dilakukan dengan menggunakan fluida penetrasi (fluida perekah)
berviskositas rendah daripada fluida non-penetrasi berviskositas tinggi.
Tekanan penutupan sesaat (ISIP = Instantenous Shut In Pressure) yang
diukur dengan cara menghentikan aliran fluida, bergantung pada lebar rekahan
dan juga tekanan yang ada di sekitar rekahan. Bila fluida yang diinjeksi berada
dalam volume yang besar karena keinginan untuk membuat rekahan yang lebih
lebar, maka dalam pengukurannya akan diperoleh tekanan penutupan sesaat yang
besar pula. Sedangkan bila kita ingin mengetahui adanya pengaruh dari tegangan
tektonik (tectonic stress) pada suatu formasi yang akan direkahkan, maka tekanan
penutupan harus diukur setelah diinjeksikan sejumlah fluida berviskositas rendah
(dalam jumlah yang sedikit). Hal ini karena pada kondisi tersebut di atas, tekanan
injeksi fluida belum banyak berpengaruh terhadap melebarnya rekahan. Besarnya
tekanan injeksi fluida tersebut biasanya kurang dari 3000 Kpa.
Setelah tekanan penutupan dilakukan, karena pengaruh stress yang ada
dalam bumi maka mengakibatkan fluida perekah akan menempel pada dinding
rekahan sampai rekahan tersebut menutup kembali. Dan selanjutnya pada saat
dinding rekahan mulai menutup dan karena adanya pengaruh dari stress bumi dan
juga adanya kebocoran fluida, sehingga mengakibatkan tekanan turun dengan
sendirinya.
Di sini perlu diketahui bahwa perilaku tekanan adalah sangat ideal karena
dalam prakteknya mungkin tidak demikian. Sebagai contoh, bila pada suatu
formasi yang sebelumnya telah dilakukan perekahan, maka mungkin tidak akan
ada perbedaan antara besar tekanan rekah dengan tekanan pengembangan.. Dan
bila suatu reservoir memiliki tekanan yang sangat rendah, sumur akan terus
membuka pada saat rekahan menutup sehingga tekanan statis reservoir tidak akan
bisa diukur di permukaan.
Bila ISIP adalah tekanan penutupan sesaat yang diukur di permukaan dan
BISIP adalah tekanan penutupan dasar sumur, maka :
1. Howard & Fast (Pan American) serta diolah secara metematika oleh Carter
2. PKN atau Perkins, Kern (ARCO) & Nordgren
3. KGD atau Kristianovich, Zheltov (Russian Model ) lalu diperbaharui oleh
Gertsma dan de Klerk (Shell).
Tabel V-5.
Complementary Error Function
x 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0,
1,0000 0,9887 0,9774 0,9662 0,9549 0,9436 0,9324 0,9221 0,9099 0,8987
0
0,
0,8875 0,8764 0,8652 0,8541 0,8431 0,8320 0,8210 0,8110 0,7991 0,7882
1
0,
0,7773 0,7665 0,7557 0,7450 0,7343 0,7237 0,7131 0,7026 0,6921 0,6817
2
0,
0.6714 0,6611 0,6509 0,6407 0,6300 0,6206 0,6107 0,6008 0,5910 0,5813
3
0,
0,5716 0,5620 0,5525 0,5431 0,5335 0,5245 0,5153 0,5063 0,4973 0,4883
4
0,
0,4795 0,4708 0,4621 0,4535 0,4451 0,4367 0,4254 0,4202 0,4121 0,4041
5
0,
0,3961 0,3883 0,3806 0,3730 0,3654 0,3550 0,3506 0,3434 0,3362 0,3292
6
0,
0,3222 0,3153 0,3086 0,3019 0,2953 0,2888 0,2825 0,2762 0,2700 0,2639
7
0,
0,2579 0,2520 0,2462 0,2405 0,2349 0,2283 0,2239 0,2186 0,2133 0,2082
8
0,
0,2031 0,1981 0,1932 0,1884 0,1837 0,1791 0,1746 0,1701 0,1658 0,1615
9
1,
0,1573 0,1532 0,1492 0,1452 0,1414 0,1376 0,1339 0,1302 0,1267 0,1232
0
1,
0,1195 0,1165 0,1132 0,1100 0,1069 0,1039 0,1009 0,0960 0,0952 0,0924
1
1,
0,0697 0,0870 0,0845 0,0819 0,0795 0,0771 0,0745 0,0752 0,0703 0,0684
2
1,
0,0660 0,0639 0,0619 0,0600 0,0581 0,0562 0,0544 0,0527 0,0510 0,0493
3
1,
0,0477 0,0461 0,0446 0,0431 0,0417 0,0403 0,0359 0,0376 0,0363 0,0351
4
1,
0,0339 0,0327 0,0316 0,0305 0,0294 0,0284 0,0274 0,0264 0,0255 0,0245
5
1,
0,0237 0,0228 0,0220 0,0212 0,0204 0,0196 0,0189 0,0182 0,0175 0,0168
6
1,
0,0162 0,0156 0,0150 0,0144 0,0139 0,0133 0,0128 0,0123 0,0118 0,0114
7
1,
0,0109 0,0105 0,0101 0,0097 0,0093 0,0089 0,0085 0,0032 0,0078 0,0075
8
1,
0,0072 0,0069 0,0066 0,0063 0,0061 0,0055 0,0056 0,0053 0,0051 0,0049
9
2,
0,00468 0,00448 0,00428 0,00409 0,00391 0,00374 0,00358 0,00342 0,00327 0,00312
0
2,
0,00295 0,00285 0,00272 0,00259 0,00247 0,00236 0,00225 0,00215 0,00205 0,00195
1
2,
0,00186 0,00178 0,00169 0,00161 0,00154 0,00146 0,00139 0,00133 0,00126 0,00120
2
2,
0,00114 0,00109 0,00103 0,00098 0,00094 0,00089 0,00085 0,00080 0,00076 0,00072
3
2,
0,00069 0,00065 0,00062 0,00059 0,00056 0,00053 0,00050 0,00048 0,00045 0,00043
4
2,
0,00041 0,00039 0,00037 0,00035 0,00033 0,00031 0,00029 0,00028 0,00026 0,00025
5
2,
0,00024 0,00022 0,00021 0,00020 0,00019 0,00018 0,00017 0,00016 0,00015 0,00014
6
2,
0,00013 0,00013 0,00012 0,00011 0,00011 0,00010 0,00009 0,00008 0,00008 0,00008
7
2, 0,00007 0,00007 0,00006 0,00006 0,00005 0,00005 0,00005 0,00004 0,00004 0,00004
8 5 1 7 3 9 6 2 9 6 4
2, 0,00004 0,00003 0,00003 0,00003 0,00003 0,00003 0,00002 0,00002 0,00002 0,00002
9 1 9 6 4 2 0 8 7 5 3
PKN adalah model pertama dari 2D yang banyak dipakai dalam analisa
setelah tahun 1960-1970. Metode ini digunakan bila panjang (atau dalam) rekahan
238
jauh lebih besar dari tinggi rekahan (x fhf). Apabila sebaliknya, dimana tinggi
rekahan jauh lebih besar dari kedalamannya (x fhf) maka metode KGD-lah yang
harus dipilih. Sebenarnya ada bentuk lain yang disebut radial atau “berbentuk
mata uang logam”(penny shape) kalau xf = hf, tetapi jarang dipakai. Gambar 5.58.
menunjukkan skematik dari geometri model PKN, dan Gambar 5.59.
menunjukkan skematik dari model KGD.
Tabel V-19 menunjukkan persamaan-persamaan yang dibuat berdasarkan
metode PKN dan KGD serta Tabel V-20 menunjukkan harga dari koefisien-
koefisien pada persamaan tersebut apabila dilakukan perhitungan dengan metode
metrik, misalnya panjang h, L, w dalam meter, sedangkan bila dalam satuan ft,
maka harus dibagi dengan 3,28. Viskositas dalam kPa.men dan kalau di cp harus
dikali terlebih dahulu dengan 1,67 10-8 . K dalam kPa √cm maka kalau dalam
unit disini maka psi √in harus dikali dengan 10,99. G dan dalam kPa,
sedangkan kalau dalam psi maka harus dikali dengan 6,896.
Tabel V-6
Persamaan-persamaan untuk Mencari Panjang Rekahan L,
Lebar Rekahan Maksimum w, dan Tekanan Injeksi p dan
Dianggap Laju Injeksi Konstan
(Economides, M. J., et. all., “Petroleum Production System”)
Model
L(t) W(0,t) (0,t) - H
Geometri
1/ 5
Gq 3 2
1/ 5
Gq o 3 L
1/ 4
Model PKN C1 o
t 4C/ 5 (1 v) q o t 4/5 C3
(1 v)h f 4 2
Gh f Hf (1 v) 3
1/ 4
Gq 3 3
1/ 4
Gq o h f 3
1/ 4
Model KGD C4 o
t 2C/ 3 (1 v) q o t 1/ 3 C4
(1 v)h f 3 5
Gh f 3 2H f (1 v) 3 L2
G merupakan elastis shear modulus, dalam hal ini terkait juga oleh E
(Modulus Young) dan v (Poisson Ration), yaitu :
239
Dimana :
C1-C6 = Koefisien factor
G = Elastic shear modulus
qo = Laju alir fluida injeksi, ft3/menit
Gambar 5.11.
Model Geometri PKN
(Economides, M. J.,et. all., “Petroleum Production System”)
Tabel V-7
Harga C1 sampai C6 pada Tabel V-19
(Economides, M. J., et. all., “Petroleum Production System”)
240
Gambar 5.12.
Model Geometri KGD
(Economides, M. J.,et. all., “Petroleum Production System”)
3. Selama Pemompaan
Catatan detail perlu dibuat secara periodik selama fasa-fasa injeksi
perekahan.
247
4. Flushing
Flushing adalah penginjeksian fluida biasa agar mendesak slurry untuk
masuk ke formasi. Overflushing yakni pengusahaan agar semua proppant
dapat masuk ke formasi adalah sangat berbahaya, karena bisa menyebabkan
choke di dekat sumur, yaitu menutupnya rekahan karena proppant-nya lewat
dan terdesak oleh overflushing tersebut.
1) Jangan biarkan semua proppant masuk ke rekahan tetapi sisakan sebagian
di sumur.
2) Penekanan (pressure-up) terhadap proppant jangan terus dilakukan karena
akan mengakibatkan terjadinya overflush.
3) Volume flush sama dengan kapasitas pipa dikurangi 100 ft atau kapasitas
pipa dikurangi 2 –3 bbl.
4) Konsentrasi proppant dimonitor dengan menggunakan densimeter yang
diletakkan di kepala sumur, dan jika konsentrasi proppant sudah menurun
maka itu berarti flushing harus sudah mulai dihitung.
5) Volume flush harus dimonitor dengan benar yakni dengan :
Bypass tub di blender
Flush blender
Tempat yang penuh dengan flush volume
5. Setelah Pelaksanaan Perekahan (Postfrac)
ISIP dicatat untuk 5, 10, 15 menit setelah shut-in.
248
sumur secara lambat dan mantapkan dengan tekanan yang cukup tinggi
selama proses clean-up (pengaliran kembali).
Contoh (sampel) diambil dan dievaluasi kalau ada fines (butiran halus),
lalu viskositas dan kadar klorida dan proppant dukur (bedakan antara
proppant dengan pasir formasi).
Bila proppant ikut terproduksi (tergantung banyaknya), maka choke
dikecilkan atau sumurnya ditutup (shut-in).
Selanjutnya katup anulus dibuka dan tekanan dilepaskan karena
adanya pemanasan.
Volume cairan dan proppant yang balik ke permukaan dicatat.
Kedalaman sumur (PBTD) diperiksa dan dilakukan pembersihan
proppant dari sumur kalau diperlukan.
Gambar 5.13.
Perbandingan Langsung PI Sebelum dan Sesudah
Perekahan dari IPR
Gambar 5.14.
Grafik Perbandingan Efisiensi Aliran dengan Konduktivitas Relatif yang
Terbentuk dengan Berbagai Metode
(Economides, M. J., “Reservoir Stimulation”)
1. Metode Prats
Metode Prats adalah metode yang pertama kali digunakan dan sangat
sederhana. Kelemahan dari metode ini adalah bahwa semua keadaan dianggap
ideal. Metode Prats dijabarkan lewat persamaan :
r
ln e
J
rw
............................................................................(5-69)
Jo re
ln
0,5 L f
di mana :
Lf = setengah panjang rekahan dua sayap
Anggapan dalam persamaan Prats adalah :
keadaan steady state
di daerah silinder
fluida incompressible
konduktivitas rekahan tidak terbatas
tinggi rekahan sama dengan tinggi formasi
252
Sebagai contoh, bila Lf = 500 ft, re = 2106 ft (spasi sumur 320 acres,
segiempat), rw = 0,354 ft, maka akan menghasilkan J/J o = 4,08 untuk Persamaan
5-135 di atas.
2. Grafik McGuire dan Sikora
Dengan menggunakan studi analog elektrik, maka McGuire dan Sikora
membuat analogi perekahan di lapangan. Grafik ini adalah yang paling umum
digunakan. Anggapannya adalah :
aliran pseudo-steady state
laju aliran konstan dengan tanpa aliran dari luar batas re
daerah pengurasan segi empat sama sisi
aliran incompressible
lebar rekahan sama dengan lebar formasi
Gambar 5.15.
Grafik McGuire-Sikora untuk Menunjukkan Kenaikan Produktivitas dari
Perekahan
(Schechter R. S., Oil Well Stimulation”)
Noise Logging
Spinner Survey
Teknik di atas mungkin langsung mengukur ataupun harus diintepretasikan
dahulu dan beberapa di antaranya hanya jelas pada lubang tanpa selubung
(casing).
a). Temperatur Logging
Log tempereatur dilakukan sebelum dan sesudah perekahan untuk melihat
interval yang didinginkan oleh injeksi fluida perekahan. Thermal konduktivitas
batuan akan mempengaruhi hasilnya.. Dobkins menganjurkan sirkulasi sebelum
adanya perekahan Untuk sumur sangat dangkal kadang-kadang temperaturnya
akan tidak jelas bedanya.
Tinggi rekahan yang ditunjukkan oleh temperatur survei adalah tinggi
rekahan yang terjadi dan bukan tinggi yang diisi proppant. Kalau temperatur
survei dilakukan lama setelah perekahan selesai, maka hasilnya sering tidak jelas
lagi. Dengan melakukan berkali-kali temperatur survei bisa didapat gambaran
yang agak lengkap mengenai bentuk rekahannya.
b). Gamma Ray Logging
Zat radioaktif sering dimasukkan ke dalam fluida perekah atau pada
proppant-nya diberi zat radioaktif tersebut sehingga nantinya mudah mendeteksi
dengan gamma ray yang lalu dibandingkan dengan gamma ray log sebelum
perekahan. Kesulitannya adalah kadang-kadang hasilnya tidak jelas karena zat
radioaktif ada yang tertinggal di sumur dan untuk banyak zona sukar dibedakan
kalau hanya menggunakan satu isotop. Pada akhir-akhir ini digunakan spectral
gamma log dan mampu melakukan pengecekan kalaupun terdapat banyak zona.
c). Spectral Gamma Ray
Karena isotop tunggal tidak dapat membedakan material mengandung
radioaktif yang ada dalam sumur, celah/rekahan semen, ataupun rekahannya
sendiri, maka penggunaannya perlu dikombinasikan dengan alat lain, misalnya
dengan temperatur survey. Anderson mendiskusikan penggunaan “high-
resolution, germanium crystal, gamma ray spectroscopy tool” yang bisa
membedakan antara energi yang dikeluarkan oleh masing-masing sumber.
255
5.9. Hydraulic Fracturing Pada Reservoir Shale Oil dan Shale Gas
Hydraulic Fracturing adalah kunci dari teknik yang digunakan untuk
dapat memproduksikan secara ekonomis natural gas dan minyak yang terkandung
pada batuan shale (shale gas dan shale oil). Pengembangan produksi shale gas
skala besar mengubah pasar energi AS, menghasilkan pertumbuhan dalam
penggunaan natural gas di sektor-sektor seperti pembangkit listrik dan
transportasi. Pada saat yang sama, ada banyak ketidakpastian tentang implikasi
lingkungan dari hydraulic fracturing dan ekspansi yang cepat dari produksi
natural gas dari play shale.
Tidak seperti pada formasi reservoir konvensional yang mengandung
deposit natural gas dan minyak, shale memiliki permeabilitas yang sangat rendah,
yang secara alami membatasi aliran gas atau minyak. Dalam plays shale, natural
gas dan minyak terbentuk di dalam pori-pori yang sebagian besar tidak
berhubungan dan terdapat patahan alami. Hydraulic fracturing adalah metode
yang umum digunakan untuk menghubungkan pori-pori ini dan memungkinkan
gas mengalir. Proses produksi natural gas dan minyak dari deposit shale
melibatkan banyak langkah di samping hydraulic fracturing, yang semuanya
melibatkan dampak lingkungan yang potensial. Hydraulic fracturing (biasanya
disebut sebagai "fracking" atau "frac") sering disalahgunakan sebagai istilah
umum untuk mencakup semua langkah yang terlibat dalam produksi shale gas
dan shale oil. Langkah-langkah ini mencakup pembangunan jalan dan well pad,
pengeboran sumur, mengunnakan komplesi slottled liner cemented and
perforated, lalu melakukan hydraulic fracturing selesai, barulah kemudian
produksi.
Meskipun casing sumur sudah di perforasi, sedikit natural gas akan
mengalir bebas ke dalam sumur dari shale. Berbeda dengan minyak yang
terkandung di dalam batuan shale, minyak yang terkandung di batuan shale lebih
257
kompleks di dalam untuk dapat memproduksikannya karena substansi shale oil ini
bentuknya padat, sehingga dilakukan suatu proses ICP (In Situ Conversion
Process) dimana proses ini melakukan retorting di bawah permukaan yang
bertujuan agar substansi minyak padat yang menempel pada batuan shale tersebut
dapat terbebaskan sehingga dapat diproduksikan. Untuk dapat memproduksikan
shale oil tersebut, jaringan fracture harus dibuat di dalam shale pada 2 trayek
sumur pemboran, yaitu 1 trayek sumur yang digunakan untuk melakukan proses
ICP dan 1 trayek sumur untuk memproduksikan minyak yang telah terbebaskan
dari proses ICP tersebut. Sedangkan, pada shale gas jaringan fracture langsung
digunakan agar gas dapat melarikan diri dari pori-pori dan natural fractures yang
menjebak di dalam suatu batuan. Kedua hal ini dicapai melalui proses hydraulic
fracturing. Dalam proses ini, biasanya beberapa juta galon fluida terdiri dari air
98-99,5% dan proppantnya (biasanya pasir) dipompa pada tekanan tinggi ke
dalam sumur. Sisanya merupakan fluida fracking (0,5-2% volume) yang terdiri
dari campuran bahan kimia, yang meningkatkan sifat fluida. Bahan kimia ini
meliputi asam biasanya untuk batuan shale yang terdapat sisipan batupasir untuk
meningkatkan aliran gas, biocides untuk mencegah organisme tumbuh dan
menyumbat rekahan pada batuan shale, corrosion dan scale inhibitor untuk
melindungi integritas dari sumur, gel digunakan untuk meningkatkan viskositas
fluida dan mengkuatkan proppantnya, dan friction reducer yang meningkatkan
aliran dan meningkatkan kemampuan cairan untuk menyusup dan membawa
proppantnya sampai pada rekahan kecil di batuan shale.
Fluida mendorong melalui perforasi pada casing dengan baik dan kekuatan
nya membuat rekahan-rekahan terbuka di dalam shale menghubungkan pori-pori
dan rekahan yang ada menciptakan jalur untuk natural gas dan minyak yang terlah
terbebaskan dari batuan shale mengalir kembali ke sumur. Proppant yang
menempel di fraktur dan membuat mereka terbuka setelah tekanan berkurang dan
cairan mengalir kembali keluar dari sumur. Pada reservoir shale oil dan shale gas
ini digunakan proses multi hydraulic fracturing, dimana hal ini agar dapat
melebarkan zona area pengurasan yang dihasilkan dari reservoir shale oil dans
shale gas tersebut. Sekitar 1.000 kaki dari sumur bor tersebut terjadi rekahan
258
hidrolik pada satu waktu, sehingga setiap sumur harus di rekahkan melalui
beberapa tahap, dimulai dari titik terjauh (akhir) dari sumur bor. Cement plugs
mengisolasi setiap tahap hydraulic fracture dan harus dibor keluar untuk
memungkinkan aliran natural gas sampai dengan baik setelah semua rekah
hidrolik selesai.
Setelah tekanan dilepaskan, fluida (biasanya disebut sebagai flowback
water) mengalir kembali keluar ke atas sumur. Fluida yang diperoleh kembali
tidak hanya berisi campuran kimia yang ada di dalam fluida perekah hidrolik,
tetapi mungkin juga mengandung bahan kimia alami yang ada di dalam reservoir,
termasuk hidrokarbon, garam, mineral, dan alami bahan radioaktif (NORM) yang
larut ke dalam cairan dari shale tersebut atau hasil dari pencampuran fluida
perekah hidrolik dengan air garam (misalnya air asin) yang sudah ada dalam
formasi. Komposisi kimia dari air yang dihasilkan dari sumur bervariasi secara
signifikan sesuai dengan formasi dan waktu setelah completion dengan baik, pada
water flowback awal menyerupai fluida perekah hidrolik tetapi kemudian bertemu
pada suatu sifat yang lebih menyerupai air garam alami hadir dalam formasi.
Dalam banyak kasus, water flowback ini dapat digunakan kembali dalam
operasi hydraulic fracutring berikutnya; ini tergantung pada kualitas water
flowback dan manajemen ekonomi alternatif lainnya. Water flowback yang tidak
digunakan kembali dikelola melalui pembuangan. Sementara opsi pembuangan
masa lalu kadang-kadang terlibat langsung membuang ke air permukaan atau
deposit di pabrik pengolahan air limbah, paling pembuangan sekarang terjadi di
kelas II sumur injeksi sebagaimana diatur oleh Environmental Protection Agency
AS untuk Underground Injection (EPA) Program Control. sumur injeksi ini
menempatkan air flowback dalam formasi bawah tanah yang diisolasi dari sumber
air minum.
259
7635
ft
7650
ft
7700
ft
7750
ft
7800
ft
7850
ft
7900
ft
7930
ft
260
Diketahui :
Hlapisan UB sh = 265 ft
Tabel V-8.
Britlleness Index Lapisan Upper Barnett Sh.
Depth Gamma Quartz Calcite Clay TOC Brittleness
Ray (SiO3) (CaCO3) Index (BI)
7650 160 0,54 0,05 0,55 2,5% 47,36%
7700 250 0,61 0 0,65 4,3% 48,41%
7750 150 0,62 0 0,45 5% 57,94%
7800 75 0 0,9 0,2 0% -
7850 120 0,1 0,9 0,5 0,5% 6,67%
7900 145 0,2 0,5 0,8 1,3% 13,4%
Dari hasil well log ECS (Elemental Capture Spectroscopy) pada lapisan
Upper Barnett Sh formasi Barnett didapatkan hasil Brittleness Index (BI) pada
interval kedalaman 7650 ft, 7700 ft dan 7750 ft sebesar 47,36%, 48,41% dan
57,94% (brittle>30%) sehingga di identifikasi sebagai formasi yang Brittle
261
(rapuh). Sedangkan pada interval kedalaman 7800 ft, 7850 ft dan 7900 ft
didapatkan hasil BI 0% (dikarenakan jumlah mineral quartz pada lapisan
kedalaman tersebut 0), 6,67% dan 13,4% sehingga diidentifikasikan sebagai
formasi yang Ductile (ulet). Dari data hasil yang diperoleh dapat diindikasikan
pada interval kedalaman yang cocok untuk dilakukan pemboran lubang lateral
pada suatu sumur multilateral yaitu pada interval kedalaman 7650 ft, 7700 ft dan
7750 ft untuk lapisan Upper Barnett Sh. Semakin kecil nilai gamma ray yang
terbaca pada hasil well log ECS di suatu interval kedalaman lapisan batuan, maka
semakin kecil juga komposisi mineral quartz yang terkandung di dalam suatu
batuan tersebut, sehingga nilai brittleness (kerapuhan) index semakin kecil dan
mengidentifikasikan bahwa pada lapisan tersebut merupakan formasi yang ductile
(ulet). Sedangkan, jika nilai gamma ray tinggi, maka kandungan komposisi
mineral quartz lebih besar, sehingga nilai brittleness index semakin besar dan
mengidentifikasikan formasi yang rapuh.
Aspek Geomechanical
7635
ft
7650
ft
7700
ft
7750
ft
7800
ft
7850
ft
7900
ft
7930
262
Diketahui :
Emax = 48 vmax = 0,46
Emin = 8 vmin = 0,15
Tabel V-9.
Parameter Elastisitas Geomechanical Lapisan Upper Barnett Sh.
Depth Gamma Poisson Modulus vbrittleness Ebrittleness G (Elastic
Ray Ratio Young (GPa) Shear
Log Log Modulus)
7650 160 0,28 12 0,580 0,1 0,0316
7700 250 0,25 14 0,677 0,15 0,0447
7750 150 0,23 18 0,741 0,25 0,0717
7800 75 0,32 38 0,451 0,75 0,258
7850 135 0,38 24 0,4 0,258 0,158
7900 155 0,41 16 0,161 0,2 0,0861
a. Ebrittleness GPa
b. vbrittleness
c. G GPa
2. Pada Kedalaman 7700 ft :
263
a. Ebrittleness GPa
b. vbrittleness
c. G GPa
a. Ebrittleness GPa
b. vbrittleness
c. G GPa
a. Ebrittleness GPa
b. vbrittleness
c. G GPa
a. Ebrittleness GPa
b. vbrittleness
c. G GPa
a. Ebrittleness GPa
b. vbrittleness
c. G 1 GPa