Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
A. Tujuan
Praktikum ini bertujuan mempelajari dengan cermat performansi rangkaian RL
dan RC seri dan parallel sebuah rangkaian listrik sederhana dengan sumberdaya
AC; serta mendalami pemahaman:
1. nilai dan sifat impedansi rangkaian RC dan RL seri dan parallel;
2. nilai beda fasa antara arus dan tegangan sumber pada rangkaian RL dan RC
seri dan parallel;
3. analisis rangkaian yang berdasarkan sifat leading atau lagging menggunakan
diagram phasor impedansi maupun arus-tegangan.
B. Dasar Teori
Sumberdaya AC (Alternating Current) memiliki karakteristik gelombang/sinyal
yang bersifat periodik atau berulang dengan selang waktu tertentu (disebut
perioda). Nilai periodik ini memenuhi persamaan f(t) = f (t + nT) dimana n adalah
bilangan interger dari 0, 1, 2, …….n; dan T adalah perioda. Gambar 4.1
memperlihatkan berbagai bentuk gelombang sumberdaya AC mulai dari
fundamental sinusoidal (a); square (b); saw-teeth (c) dan bentuk lain yang
memiliki keberulangan/periodikal tertentu (2π).
(a)
(b)
(c) (d)
(e) (f)
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
Phasor merupakan representasi nilai dari bilangan kompleks yang menunjukkan
magnitude (besaran) dari phasa gelombang sinusoidal dengan sudut tertentu.
Secara matematis, phasor dinyatakan dengan notasi domain frekuensi yang
terdiri dari besaran/magnitude dan sudut phasa tertentu. Sebagai contoh,
gelombang tegangan dalam persamaan kosinus (trigoneometri):
V (t) = Vm cos (ωt + ϴ) Volt; atau V (t) = Vm sin ωt Volt
V(ω) = Vm ϴ Volt.
j j
y y z=r ϴ
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
Resistor
Pada Gambar 4.3, sebuah resistor dicatu sumberdaya AC yang memiliki tegangan
sebagai fungsi waktu V(t) = Vm sinωt. Rangkaian tersebut membentuk sebuah
loop sehinga arus yang mengalir pada lintasan bernilai memenuhi persamaan
fungsi waktu juga I(t) = Im sinωt; dengan nilai Im (arus maksimum atau
magnitude-nya) sebanding dengan Vm terhadap nilai resistansi tahanan (Hukum
𝑽𝒎
Ohm). Secara matematis, nilai magnitude arus tersebut dapat dituliskan Im = 𝐑
atau dalam persamaan fungsi:
V ( t ) = 𝑉𝑚 sin ωt
V(t)
I(t) = ………………………………..…………………...(1)
R
Vm
I( t ) = ( ) sin ωt ………………………………………........(2)
R
V(t)
I(t)
I V
Gambar 4.4. Gelombang dan diagaram phasor tegangan serta arus pada
rangkaian resistor dicatu sumberdaya AC
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
Induktor
ZL
Sebuah rangkaian listrik dengan sumber bolak-balik yang dicatukan pada sebuah
induktor (L) membentuk rangkaian tertutup dan membangkitkan arus (IL)
(Gambar 4.5). Apabila sumberdaya terpasang pada rangkaian ini memiliki nilai
tegangan sebesar 𝐕(𝐭) = 𝑽𝒎 𝐬𝐢𝐧 𝛚𝐭 dan impedansi (ZL) maka rangkaian tersebut
memiliki nilai magnitude reaktansinya (XL) sebesar ωL dan arus pada rangkaian
tersebut sebagai berikut:
𝑉
I(t) = ( 𝑍𝑚 ) cos ωt ............................. ……………….........(3)
𝐿
atau
𝑉
𝑚
I(t) = (ωL ) sin(ωt − 90° ) ……………………………….(4)
Persamaan ini memperlihatkan bahwa arus (I L) memiliki beda fasa sebesar -90o
𝜋
terhadap tegangan sumber; atau arus tertinggal (lagging sejauh 2 atau 90o). Beda
fasa -90o dengan tanda negatif memperlihatkan arah yang sesuai jarum jam atau
berada pada kwadran empat. Gambar 4.6. mengilustrasikan kondisi sinyal dan
phasor tegangan sumber serta arus yang dibangkitkan pada rangkaian induktor
tersebut.
Gambar 4.6. Gelombang dan diagram phasor tegangan dan arus pada
rangkaian induktor dicatu sumberdaya AC
File: Disusun: Disetujui: Kode Revisi: Hal. 4
Percobaan 4 Ir. Ratna Budiawati, MA. .08-2021
RL dan RC - M. Basuki Rahmat, ST., MT
SERI-D4-PE-
Rev 2021-
Daring
Lab. Elektronika Daya Teknik Kelistrikan Kapal
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
Kapasitor
I(t)
V(t) = Vm sinωt
Sebuah rangkaian listrik dengan sumber bolak-balik yang dicatukan pada sebuah
kapasitor C membentuk rangkaian tertutup dan membangkitkan I C (Gambar 4.7).
Apabila sumberdaya terpasang pada rangkaian ini memiliki nilai tegangan
sebagai fungsi 𝐕(𝐭) = 𝑽𝒎 𝐬𝐢𝐧 𝛚𝐭 dan impedansi (ZC) maka rangkaian tersebut
𝟏
memiliki nilai magnitude reaktansinya (XC) sebesar 𝛚𝐂 dan arus pada rangkaian
tersebut sebagai berikut:
Vm
I(t) = ( ) sin(ωt + 90° )
1
ωC
I(t) = − V𝑚 ωC cos ωt
Persamaan ini memperlihatkan bahwa arus (I C) memiliki beda fasa sebesar +90o
terhadap tegangan sumber; atau arus mendahului (leading sejauh π/2; 90o).
Perbedaan fasa +90o dengan tanda plus menunjukkan arah berlawanan dengan
jarum jam atau ada di kuadran satu. Gambar 4.8. memperlihatkan rangkaian
kapasitor dengan kondisi sinyal dan phasor tegangan-sumber serta arus yang
dibangkitkan pada rangkaian kapasitor.
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
Gambar 4.8. Gelombang dan diagram phasor tegangan dan arus pada
rangkaian kapasitor dicatu sumberdaya AC
Rangkaian RL-Seri
XL = jωL
Z = R + jX = R + jXL
Z = R + jωL
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
Sebagai konsekuensi, phasor ZR dan ZL membentuk sudut yang besarnya
sebanding dengan arcus-tangen rasio reaktansi terhadap resistansi (sesuai kaidah
segitiga phitagoras). Dalam persamaan matematis, sudut yang terbentuk dari
kedua phasor tersebut sebagai berikut:
ωL ωL
ϴ = arc tg atau ϴ = arc sin |Z|
……..…..(8)
R
Kedua phasor tersebut (ZR dan ZL) membentuk nilai magnitude impedansi
sebagai berikut:
Z 2 = R2 + (ωL)2
Dalam bentuk kutub, persamaan impedansi (7) tersebut dapat dituliskan sebagai
berikut:
V𝑚 sin ωt
I(t) =
𝑍
|𝑽𝒎 | 𝟎
I(t) = |𝑍| 𝜃
|V𝑚 |
I ( t) = |𝑍|
(0 − 𝛳)
|𝑉𝑚 |
I ( t) = |𝑍|
sin( ωt − ϴ) atau I(t) = Im sin(ωt − 𝛳)
Dari persamaan tersebut, arus yang dibangkitkan (IRL) tertinggal sejauh -ϴ (arah
sesuai jarum jam) sedangkan tegangan VL mendahului VR sejauh +90o. Dalam
bentuk phasor, ilustrasi beda fasa beban induktif (Gambar 4.6) diperlihatkan pada
Gambar 4.10 untuk rangkaian RL seri (phasor tegangan) dimana:
VRL = VR + VL
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
VRL = VR + VL
VRL
IRL
IRL
Gambar 4.10 Diagram phasor tegangan pada rangkaian RL seri
Rangkaian RC-Seri
V(t) I(t)
1
XC = - j
AC
ωC
C Z = R + jX = R – jXC
1
R Z= R−j
ωC
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
Sebagai konsekuensi, phasor ZR dan ZC membentuk sudut yang besarnya
sebanding dengan arcus-tangen rasio reaktansi terhadap resistansi (sesuai kaidah
segitiga phitagoras). Dalam persamaan matematis, sudut yang terbentuk dari
kedua phasor tersebut sebagai berikut:
1 1
𝛳 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑔 − 𝜔𝐶
atau 𝛳 = − 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝐶
|𝑍|
.…….(12)
𝑅
1
Z 2 = R2 + (ωC)2
1
|Z| = √R2 + ( )2 (Ω) …………………………….. (13)
ωC
Dalam bentuk kutub, persamaan impedansi (11) tersebut dapat dituliskan sebagai
berikut:
Z = |𝑍 | − 𝜃 ……………………………………..…… (14)
V𝑚 sin ωt
I(t) =
𝑍
|𝐕𝐦 | 𝟎
I(t) = |Z| − θ
|V𝑚 |
I ( t) = |𝑍|
(0 −(−ϴ)
|𝑉𝑚 |
I ( t) = |𝑍|
sin( ωt + ϴ) atau
I(t) = Im sin(ωt + ϴ)
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
Dari persamaan tersebut, arus yang dibangkitkan (IRC) mendahului tegangan
sumber sejauh + ϴ (arah berlawanan jarum jam). Dalam bentuk phasor, ilustrasi
beda fasa beban kapasitif (Gambar 4.12) diperlihatkan pada Gambar 4.13 untuk
rangkaian RC seri (phasor tegangan) dimana:
VRC = VR + VC
IRC
a φ
b c
a c VRC
Gambar 4.12 Diagram phasor arus dan tengangan pada rangkaian RC seri
Rangkaian RL-Paralel
a a a
b b b
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
XL 90o ∗ R 00
ZT =
XL 90o + R 00
RXL 90o
ZT =
R + jXL
RXL 90o
ZT =
XL
√R2 + XL 2 tan−1
R
RXL 𝑋𝐿
ZT = [90o - tan−1 ]
𝑅
√R2 +XL 2
Gambar 4.14 memperlihatkan phasor arus IRL paralel yang tertinggal dari
tegangan sumber sejauh -ϴ (searah jarum jam) atau tegangan sumber tertinggal
sejauh +ϴ (berlawanan jarum jam); dengan catatan:
I = IR + IL.
Sementara IL tertinggal sejauh -90o dari IR.
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
V
ϴ
IS
Gambar 4.14 Diagram phasor arus dan tengangan pada rangkaian RL paralel
Rangkaian RC-Paralel
1 ZR ∗ZC
ZR = R dan ZC = − j ωC; sehingga 𝑍 = ZR //ZC atau Z =
ZR + ZC
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
1
R x ωC
Z= 1
R + ωC
R
Z= ωC
2
1
√{R2 + [ωC] }
R 0o
XC − 900
ZT =
XC −90o + R 00
RXC 90o
ZT =
1
R− j
XC
R
90o
XC
ZT =
12 X
√R2 + tan−1 C
XC R
RXC XL
ZT = [90o - tan−1 ]
R
√R2 +XC 2
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
I =IRC
V
V
I = IR + IC
Gambar 4.16 Diagram phasor arus dan tengangan pada rangkaian RC paralel
Pengamatan beda fasa arus dan tegangan dalam suatu rangkaian RL ataupun RC
seri maupun parallel dapat dilakukan menggunakan sebuah ossiloscope untuk
mendapatkan gambar sinyal dengan pola lissajous. Perlu diingat, ossiloscope
hanya memberikan respon sinyal tegangan bukan arus; sehingga perlu dicatat
untuk mendapatkan gambaran beda fasa tersebut dilakukan dengan menambah
resistansi seri pada rangkaian. Pola lissajous didapatkan jika dua buah sinyal pada
input horizontal dan vertikal osiloskop dihubungkan. Pada Gambar 4.17, bentuk
konsep terbentuknya lissajous pada monitor ossiloscope diperlihatkan secara
runtut (pelajari dari referensi untuk mengenal runtutan terbentuknya diagram
lissajous).
Gelombang atau sinyal memiliki fase merupakan waktu (perioda) yang dimulai
dari awal hingga akhir dan kembali ke awal untuk perioda berikutnya. Perioda ini
diukur dengan satuan waktu (disingkat dt. atau sec.) atau derajat (disingkat deg.
atau π ekuivalen 180o). Beda fase menjelaskan perbedaan waktu antara dua atau
lebih sinyal periodik yang identik.
Cara lain mengukur beda fasa adalah menggunakan metode sumbu X-Y atau
mode XY pada ossiloscope. Dengan pemahaman, satu sinyal diposisikan pada
bagian vertikal atau sumbu Y dan sinyal lain pada sumbu horizontal atau sumbu
X. Metoda ini bekerja efektif jika kedua sinyal yang digunakan adalah sinyal
sinusoidal fundamental. Bentuk gelombang yang dihasilkan adalah berupa
gambar yang disebut pola Lissajous (nama seorang fisikawan asal Perancis Jules
Antoine Lissajous dan diucapkan Li-Sa-Zu).
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
Dengan melihat bentuk pola Lissajous, beda fasa antara dua sinyal dapat dibaca
dan/atau diperhitungkan berdasarkan rasio atau perbandingan frekuensi. Pada
Gambar 4.17 diperlihatkan prosesi terbentuknya lissojous; dan Gambar 4.18
memperlihatkan berbagai bentuk pola lissojous berdasarkan variasi perbandingan
frekuensi serta beda fasa; sementara pada Gambar 4.19 memperlihatkan contoh
pembacaan lissojous untuk memperhitungkan nilai sinϴ.
Gambar 4.18 Variasi bentuk lissojous berdasarkan rasio frekuensi dan beda fasa
File: Disusun: Disetujui: Kode Revisi: Hal. 15
Percobaan 4 Ir. Ratna Budiawati, MA. .08-2021
RL dan RC - M. Basuki Rahmat, ST., MT
SERI-D4-PE-
Rev 2021-
Daring
Lab. Elektronika Daya Teknik Kelistrikan Kapal
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
D. Rangkaian Percobaan
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
A
Am
OC
VLR
Vm
B
VS
VR
OC
C
Gambar 4.20 Rangkain percobaan RL seri
A
Am
OC
C VCR
Vm
B
VS
VR
OC
C
Gambar 4.21 Rangkain percobaan RC seri
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
A
Am
VS
Vm
OC
VS VL = VR
C VR1
OC
Am
VC = VR
OC
VS
Vm
VS
OC
VR1
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
E. Prosedur/Tahapan Percobaan
2. Rangkaian RL seri
a. Buat rangkaian percobaan sesuai Gambar 4.20 pada simulator proteus
Anda; dengan nilai komponen sesuai langkah 1.
b. Atur tegangan sumberdaya AC (function generator) sebesar 10Veff
(sesuai pengukuran dengan voltmeter).
c. Gunakan ossiloscope dan hubungkan vertikal input ke node A,
horizontal input ke node B, dan ground ossiloscope ke titik C. Atur
control ossiloscope untuk mendapatkan pola lissajous.
d. Atur frekuensi sumberdaya tegangan (function generator) pada nilai
50Hz
e. Catat penunjukan arus (I) dan tegangan (VS, VL, dan VR), serta nilai
magnitude pada sumbu Y (Y1 dan Y2; atau X1 dan X2). Catat hasil
pengukuran ini pada Tabel F.2
f. Lakukan ulang langkah c, d, e untuk variasi frekuensi sumberdaya
berturut-turut pada nilai 100Hz, 500Hz, 1000Hz, 1500Hz, dan 2000Hz;
dan hasilnya catat pada Tabel F.2
3. Rangkaian RC seri
a. Buat rangkaian percobaan sesuai Gambar 4.21 pada simulator proteus
Anda; dengan nilai komponen sesuai langkah 1.
b. Atur tegangan sumberdaya AC (function generator) pada nilai 10Veff
(sesuai pengukuran dengan voltmeter).
c. Gunakan ossiloscope dan hubungkan vertical input ke node A,
horizontal input ke node B, dan ground ossiloscope ke titik C. Atur
control ossiloscope untuk mendapatkan pola lissajous.
d. Atur frekuensi sumberdaya tegangan (function generator) pada nilai
50Hz
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
e. Catat penunjukan arus (I), dan tegangan (VS, VC, dan VR), serta nilai
magnitude pada sumbu Y (Y1 dan Y2; atau X1 dan X2). Catat hasil
penunjukan ini pada Tabel F.3
f. Lakukan ulang langkah c, d, e untuk variasi frekuensi sumberdaya
berturut-turut pada nilai 100Hz, 500Hz, 1000Hz, 1500Hz, dan 2000Hz;
dan hasilnya catat pada Tabel F.3
4. Rangkaian RL paralel
a. Buat rangkaian percobaan sesuai Gambar 4.22 pada simulator proteus
Anda; dengan nilai komponen sesuai langkah 1.
b. Atur tegangan sumberdaya AC (function generator) pada nilai 10Veff
(sesuai pengukuran dengan voltmeter).
c. Gunakan ossiloscope dan hubungkan vertical input ke node A,
horizontal input ke node B, dan ground ossiloscope ke titik C. Atur
control ossiloscope untuk mendapatkan pola lissajous.
d. Atur frekuensi sumberdaya tegangan (function generator) pada nilai
50Hz.
e. Catat penunjukan arus (I) dan tegangan (VS, VL atau VR, dan VR1), serta
nilai magnitude pada sumbu Y (Y1 dan Y2; atau X1 dan X2). Catat hasil
pengukuran ini pada Tabel F.4
f. Lakukan ulang langkah c, d, e untuk variasi frekuensi sumberdaya
berturut-turut pada nilai 100Hz, 500Hz, 1000Hz, 1500Hz, dan 2000Hz;
dan hasilnya catat pada Tabel F.4
5. Rangkaian RC paralel
a. Buat rangkaian percobaan sesuai Gambar 4.22 pada simulator proteus
Anda; dengan nilai komponen sesuai langkah 1.
b. Atur tegangan sumberdaya AC (function generator) pada nilai 10Veff
(sesuai pengukuran dengan voltmeter).
c. Gunakan ossiloscope dan hubungkan vertical input ke node A,
horizontal input ke node B, dan ground ossiloscope ke titik C. Atur
control ossiloscope untuk mendapatkan pola lissajous.
e. Atur frekuensi sumberdaya tegangan (function generator) pada nilai
50Hz.
d. Catat penunjukan arus (I), dan tegangan (VS, VC atau VR, dan VR1), serta
nilai magnitude pada sumbu Y (Y1 dan Y2; atau X1 dan X2). Catat hasil
penunjukan ini pada Tabel F.5
File: Disusun: Disetujui: Kode Revisi: Hal. 20
Percobaan 4 Ir. Ratna Budiawati, MA. .08-2021
RL dan RC - M. Basuki Rahmat, ST., MT
SERI-D4-PE-
Rev 2021-
Daring
Lab. Elektronika Daya Teknik Kelistrikan Kapal
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
e. Lakukan ulang langkah c, d, e untuk variasi frekuensi sumberdaya
berturut-turut pada nilai 100Hz, 500Hz, 1000Hz, 1500Hz, dan 2000Hz;
dan hasilnya catat pada Tabel F.5
1000 10
1500 10
2000 10
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
Tabel F.3 Data pengukuran nilai parameter untuk rangkaian RC seri
Frekuensi VS VC VR
(V) (V) I (mA) Y1 Y2
(HZ) (V)
50 10
100 10
500 10
1000 10
1500 10
2000 10
1000 10
1500 10
2000 10
1000 10
1500 10
2000 10
Jobsheet 4-5
Rangkaian RL & RC Praktikum Pengukuran dan
SERI & PARALEL Rangkaian Listrik
(versi Daring)
G. Tugas Pelaporan
1. Gambarkan gelombang arus dan tegangan sumber tentukan apakah
rangkaian tersebut bersifat leading atau lagging.
2. Gambarkan grafik/phasor hubungan antara tegangan dan frekuensi yaitu:
VL = fs (f) dan VR = fs (f) pada satu salib sumbu (rangkaian seri)
VC = fs (f) dan VR = fs (f) pada satu salib sumbu (rangkaian seri)
VL = fs (f) dan VR1 = fs (f) pada satu salib sumbu (rangkaian paralel)
VC = fs (f) dan VR1 = fs (f) pada satu salib sumbu (rangkaian paralel)
H. Daftar Pustaka