155-Article Text-527-1-10-20180410
155-Article Text-527-1-10-20180410
155-Article Text-527-1-10-20180410
Abstract
Odour is concerned as one of the important environmental nuisance forms in Indonesia. Its presence can be
detected by means of human olfactory systems. The term of “odour” contains at least two meanings, i.e.
firstly as “sense” and secondly refers to a kind of odorous chemical compound. Principally, odour can be
quantified in a number of methods such as odorous gas concentration measurement, by olfactometer, by
hedonism scale, as well as by indirect measurement using frequency change of a chemical sensor. Odour
quantification is useful to solve the polemics on odour pollution in Indonesia. A number of odour pollution
cases are originated from industrial and agricultural activities, such as municipal solid waste treatment,
crumb rubber production, intensive animal husbandry, wastewater treatment plant and oil refinery. Odour
quantification is a tool to solve odour pollution polemics comprehensively by involving certified independent
assessor.
1. PENDAHULUAN 2. METODOLOGI
Bau merupakan salah satu masalah gangguan Sebagian deskripsi dalam artikel ini dibuat
lingkungan yang semakin besar dirasakan berdasarkan pengukuran langsung terhadap
oleh masyarakat. Kasus-kasus polusi bau emisi bau dari instalasi pengolahan sampah
semakin bertambah seiring dengan perkotaan yang berlokasi di TPA Galuga,
meningkatnya kegiatan industri dan pertanian. Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengukuran
Berbagai jenis industri telah dianggap oleh emisi bau juga dilakukan di sebuah industri
masyarakat sebagai sumber penghasil bau. minyak dan gas (migas) yang beroperasi di
Senyawa kimia berbau ini terdispersi dalam Jawa Timur. Sedangkan sebagian deskripsi
udara ambien. Pengetahuan masyarakat masih lainnya didasarkan pada kajian literatur
terbatas tentang bau, senyawa berbau, sumber mutakhir tentang polusi bau yang berasal dari
bau, polusi bau, serta teknologi penanganan berbagai negara. Kajian terhadap sekumpulan
dan pengelolaan masalah bau sehingga literatur terpilih ini disajikan secara tabulasi
menjadi salah satu penyebab tetap dalam rangka menyajikan informasi yang
berlangsungnya polusi bau dalam udara lengkap dan komprehensif tentang polusi bau.
ambien.
Pengukuran Gas Berbau di TPA Sampah
Tujuan penelitian ini membuat deskripsi yang Bahan yang diperlukan untuk pengukuran gas
berisi berbagai aspek tentang polusi bau, berbau secara langsung di lapangan adalah
memaparkan hasil pengukuran langsung sampel udara emisi dari TPA Galuga dan
konsentrasi bau dari sumbernya. Selain itu absorber senyawa target. Pengukuran terhadap
penelitian ini membahas polemik polusi bau emisi bau di TPA Galuga dilakukan dengan
dipandang dari keluhan masyarakat dan menggunakan peralatan berikut: (1) satu set
peraturan tentang baku mutu kebauan. impinger (12 tubes; diameter (Ø) = 3,1 cm;
176 Jurnal Purifikasi, Vol. 9, No. 2, Desember 2008: 175 - 186
tinggi (H) = 14,5 cm) untuk menangkap tajam ini adalah sampah yang sudah berumur
senyawa target, yaitu senyawa berbau, (2) lebih dari satu minggu hingga beberapa bulan.
pompa vakum (Shibata SIP-32; Q = 40 lpm) Probe sampel dimasukkan ke dalam lubang
untuk menarik dan mengalirkan sampel udara tersebut setelah terhubung dengan impinger
dari permukaan atas tumpukan sampah ke dan pompa vakum. Emisi gas berbau dari
impinger, (3) Probe sampel (U-Form; Ø = 1 tumpukan sampah padat kemudian disedot
cm) sebagai titik awal masuknya sampel melalui probe ini dengan menggunakan pompa
udara dari lokasi asal ke tabung- vakum selama satu jam. Dengan pengaliran ini
tabung impinger, (4) Generator listrik senyawa target akan larut dan terakumulasi
(Krisbow Digital Generator; KW20-471) dalam larutan absorber yang berada dalam
sebagai sumber energi listrik bagi pompa tabung impinger.
vakum.
Analisis kimia terhadap sampel gas dilakukan
Sampling senyawa gas berbau dilakukan di Laboratorium Kimia Terpadu, Institut
dengan membuat lubang galian berbentuk Pertanian Bogor. Skema tentang proses dan
setengah bola (Ø≈60 cm) pada permukaan peralatan yang digunakan untuk pengambilan
atas tumpukan sampah padat perkotaan yang sampel hingga analisis kimia konvensional di
berbau tajam. Tumpukan sampah yang berbau laboratorium disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema Sederhana Proses dan Peralatan Pengambilan Sampel di TPA Galuga.
Pengukuran Gas Berbau dalam Udara laboratoriumnya seperti yang disajikan pada
Ambien di Industri Migas Gambar 2. Analisis kimia tes sampel dilakukan
Pengukuran konsentrasi gas berbau dalam di Laboratorium Analisis Bogor (BOLABS).
udara ambien dari sebuah industri migas
dilakukan dengan mengambil dua sampel
udara ambien di sekitar lokasi pengolahan
industri migas tersebut. Peralatan yang
digunakan untuk mengambil sampel udara
sama seperti telah diuraikan dalam proses
pengambilan sampel di sekitar TPA di atas.
Prosedur pengambilan sampel udara juga
identik kecuali pada penempatan probe
sampel. Untuk industri migas ini, probe
sampel ditempatkan di dua titik berbeda
dalam udara ambien pada lokasi pengolahan Gambar 2. Skema Proses Pengambilan
migas. Skema prosedur pengambilan sampel Sampel Gas Berbau dari Industri
dari industri migas hingga analisis Migas.
Yuwono, Kuantifikasi Bau dan Polusi Bau di Indonesia 177
Kelima jenis senyawa bau di atas bahan organik yang terkandung dalam
merupakan senyawa bau yang sampah padat perkotaan pada dasarnya
menimbulkan kesan negatif. Amonia adalah proses pengomposan. Pada proses
mempunyai kesan pedas dan tajam pengomposan terjadi penurunan kadar air
menusuk hidung. Metil merkaptan dan dan volume bahan dasar secara signifikan
metil sulfida memiliki kesan bau dan disertai dengan pelepasan gas-gas
sayuran busuk. Hidrogen sulfida CO2, CH4 serta gas-gas berbau seperti
membuat kesan bau telur busuk. Styrene H2S dan NH3. Ditinjau dari proses
mempunyai kesan bau tajam dan tidak degradasi, timbulnya bau busuk sampah
nyaman seperti bau pada pipa plastik, dapat digambarkan dalam sebuah skema
fiberglass, atau bahan-bahan pembuat (Gambar 4).
alas kaki.
Contoh masalah polusi bau dari aktifitas
2. Polusi Bau dari Sampah Padat pengelolaan sampah di Indonesia terjadi
Perkotaan pada tahun 2003. Pada tahun tersebut
Masalah bau dari kegiatan pengelolaan ratusan warga Bantar Gebang Bekasi
sampah padat perkotaan (MSW) timbul melakukan aksi protes perpanjangan
karena sampah yang umumnya kerjasama antara Pemda DKI dan Pemkot
mengandung bahan organik mengalami Bekasi tentang pengelolaan TPA Bantar
proses degradasi (biodegradasi). Pada Gebang. Masalah ini dipicu antara lain
proses ini bahan organik dirombak oleh oleh polusi bau yang telah lama
mikroorganisme terutama bakteri berlangsung di sekitar lokasi TPA.
menjadi bahan yang lebih stabil. Selama Kejadian serupa mengenai polusi bau
proses biodegradasi dihasilkan energi, juga terjadi di Kota Bandung saat kota
uap air, gas CO2, CH4 (metan) dan tersebut mendapat julukan “Bandung
berbagai senyawa yang berbau. Lautan Sampah” tahun 2005-2006.
Senyawa tersebut yang kelak terlepas ke Julukan ini muncul karena tidak
udara bebas dari tumpukan sampah, tersedianya tempat penampungan sampah
kemudian terdeteksi oleh hidung yang berasal dari kota tersebut menyusul
manusia serta dikenal sebagai bau bencana runtuhnya TPA Leuwigajah.
sampah. Beberapa penelitian terkait hal Sehingga sampah padat perkotaan
ini juga telah dilakukan (Gudladt, 2001, menumpuk di lokasi asalnya dan
Yuwono et al., 2003a; 2003b, dan menimbulkan bau busuk yang sangat
Hamacher, 2004). Proses biodegradasi menyengat.
Yuwono, Kuantifikasi Bau dan Polusi Bau di Indonesia 181
Gambar 4. Emisi Gas Berbau Merupakan Salah Satu Hasil Proses Degradasi Sampah Organik.
Salah satu contoh terbaru kasus polusi senyawa gas berbau juga dihasilkan dari
bau dari aktifitas pengelolaan sampah proses biodegradasi bahan olah karet
terjadi pada akhir tahun 2008 di Bogor, oleh bakteri menghasilkan amonia dan
Jawa Barat. TPA Galuga yang berlokasi sulfida (Solichin dan Tedjaputra, 2008).
di wilayah administratif Kabupaten Senyawa berbau jenis ini bisa
Bogor merupakan lokasi penanganan menyebabkan rasa mual, pusing serta
sampah padat perkotaan yang sebagian menurunkan nafsu makan. Senyawa
besar berasal dari Kota Bogor. berbau dari industri ini termasuk dalam
Penumpukan sampah diduga telah kelompok amina, aldehida, keton, fenol
menimbulkan pencemaran air tanah di dan alkohol (Cheremisinoff, 1992).
sekitar lokasi TPA (Syahrulyati et al.,
2007). Timbulan bau busuk yang Sebuah solusi untuk mengatasi masalah
menyebar ke wilayah sekitar TPA telah bau dari industri karet remah telah
menimbulkan keresahan masyarakat di ditawarkan oleh kelompok peneliti dari
lokasi tersebut. Balai Penelitian Sembawa, di
Banyuasin, Sumatra Selatan. Kelompok
3. Polusi Bau dari Pabrik Karet Remah ini bekerjasama dengan pihak swasta.
Pabrik karet remah adalah pabrik yang Hasilnya berupa produk asap cair
mengolah lembaran karet mentah (slab) dengan nama dagang “Deorub”.
menjadi karet remah. Pabrik karet remah Aplikasi produk ini pada proses
di Indonesia dapat dijumpai pada unit pengolahan karet remah tidak
kerja beberapa PTPN (PT. Perkebunan menyebabkan karet berbau menyengat.
Nusantara). Selain itu juga tidak mengurangi mutu
karet, yaitu nilai plastisitasnya (Solichin
Pada proses produksi karet remah dan Tedjaputra, 2008).
lembaran karet mentah dicuci, dipotong- 4. Polusi Bau dari Penanganan Air
potong, digiling, kemudian dipanaskan Limbah
serta dicetak dalam ukuran tertentu. Salah satu bagian dalam proses
Selanjutnya lembaran karet ini diberi penanganan air limbah merupakan
label sehingga memenuhi standar proses biologis menggunakan lumpur
perdagangan karet alam dunia. aktif (activated sludge process). Dalam
proses ini padatan yang terkandung
Selama proses pemanasan dilepaskan dalam air limbah didegradasi oleh
berbagai macam senyawa berbau tajam mikroorganisme (terutama bakteri)
dari karet alam tersebut. Selain itu, menjadi biomas dan berbagai macam
182 Jurnal Purifikasi, Vol. 9, No. 2, Desember 2008: 175 - 186
gas. Gas berbau merupakan bagian dari Durme, 1998). Skema instalasi
emisi gas hasil proses degradasi pengolahan air limbah beserta bagian-
tersebut. Gas berbau yang paling utama bagian yang berpotensi menghasilkan
timbul adalah hidrogen sulfida (Van gas berbau disajikan dalam Gambar 5.
Gambar 5. Emisi Gas Berbau dari Beberapa Titik dalam Instalasi Penanganan Air Limbah.
Sampel udara ambien ini diambil di dua dari lima periode pemantauan
sekitar lokasi proses dari sebuah (Desember 2006 hingga Maret 2008)
perusahaan migas yang beroperasi menunjukkan bahwa konsentrasi gas
dalam wilayah administratif Provinsi berbau dua jenis senyawa tersebut
Jawa Timur. Berdasarkan Gambar 6, melebihi baku mutu.
(a) (b)
Gambar 6. Konsentrasi Gas Amonia (a) dan Hidrogen Sulfida (b) dalam Udara Ambien di Sekitar
Process Area dari Sebuah Perusahaan Migas di Indonesia.
gas amonia, hidrogen sulfida, dan styrene unit (OU) atau skala hedonisme maupun secara
berada di bawah baku mutu. Namun tidak langsung dengan mengukur perubahan
demikian, hidung manusia menangkap bahwa frekuensi sensor akibat interaksi antara sensor
gas-gas tersebut sangat mengganggu dan dan molekul bau, (3) bau merupakan sebuah
menyatakannya sebagai polusi. bentuk gangguan lingkungan atau polusi udara,
(4) kasus-kasus polusi bau di Indonesia terjadi
Tabel 4. Hasil Pengukuran Bau di TPA sebagai akibat dari aktifitas industri dan
Galuga, Bogor. pertanian yang melepaskan emisi gas berbau ke
Parameter
Hasil
Standar* Satuan lingkungan, (5) polemik polusi bau tetap
Galuga 1 Galuga 2 berlangsung karena masyarakat merasa
Amonia 0,0080 0,1760 2,000 ppm
(NH3) terganggu oleh kehadiran bau yang tidak
Hidrogen 0,0170 0,0170 0,0200 ppm disukai sedangkan hasil analisis laboratorium
Sulfida
(H2S) menunjukkan bahwa konsentrasinya masih di
Styrene <0,0001 <0,0001 0,1000 ppm bawah baku mutu.
* Kep.Men LH No. KEP-50/MENLH/11/1996
tentang Baku Tingkat Kebauan Saran yang dapat diajukan berdasarkan
masalah yang telah dilukiskan di atas adalah:
Polemik terjadi dalam konteks sebagai (1) perlu ditambahkan aturan yang memuat
berikut: (1) warga masyarakat sudah kuantifikasi bau berdasarkan sampel udara,
merasakan dengan jelas kehadiran bau yang analisis kimia konvensional, dan kuantifikasi
mengganggu dan menduga bahwa bau bau dengan menggunakan hidung manusia
tersebut berasal dari suatu industri atau yang tersertifikasi, (2) perlu dibangun sistem
kegiatan tertentu di daerahnya, (2) berisi kelompok-kelompok panel independen
penanggung jawab industri atau kegiatan telah yang memberi penilaian terhadap terjadinya
melakukan pengambilan sampel udara ambien kasus pencemaran bau untuk mewujudkan
yang diduga berbau dan mengukur dengan saran sesuai dengan butir (1), (3) perlu
metoda standar, (3) hasil yang diperoleh dari dilakukan penguatan fungsi institusi yang
analisis laboratorium menunjukkan bahwa mempunyai otoritas dalam bidang kualitas
konsentrasi gas berbau masih berada dibawah udara dengan cara melakukan sertifikasi
baku mutu seperti ditetapkan dalam terhadap anggota panel independen di bawah
Keputusan Menteri Negara Lingkungan koordinasi Kementerian Negara Lingkungan
Hidup No. KEP-50/MENLH/11/1996 tentang Hidup.
Baku Tingkat Kebauan, (4) polemik tetap
berlangsung karena warga masyarakat merasa DAFTAR PUSTAKA
terganggu oleh kehadiran bau yang
tidak disukai sementara pihak industri tidak Amon, M., Dobeic, M., Sneath, W., Phillips,
melanggar peraturan. V.R., Misselbrook, T.H., dan Pain, B.F.
(1997). A Farm-scale Study on the Use of
4. KESIMPULAN Clinoptilolite Zeolite and De-Odorase (R)
for Reducing Odour and Amonia
Kesimpulan yang dapat ditarik dari deskripsi Emissions from Broiler Houses.
di atas adalah sebagai berikut: (1) bau Bioresource Technology. 61. 229-237.
minimal mempunyai dua pengertian, yaitu
sebagai kesan yang ditangkap oleh indra Anonim (2004). Himpunan Peraturan di
pembau serta jenis senyawa kimia yang Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup
menyebabkan timbulnya bau, (2) bau dapat dan Penegakan Hukum Lingkungan.
dikuantifikasi secara langsung dalam bentuk Kementerian Negara Lingkungan Hidup,
konsentrasi senyawa berbau, dengan odour Jakarta.
Yuwono, Kuantifikasi Bau dan Polusi Bau di Indonesia 185
Boeker, P., Horner, G., dan Roesler, S. Huber, C.V. (2002). Factors for achieving
(2000). Monolithic sensor array based successful and cost effective odor
on a quartz microbalance transducer abatement. Proceeding of Odor and
with enhanced sensitivity for monitoring Noise Speciality Conference, Atlanta,
agricultural emissions. Sensors and GA, February 21, 2002.
Actuators. B 70. 37-42.
Janni, K., Jacobson, L., Bicudo, J., Schmidt,
Cattrall, R.W. (1997). Chemical Sensors. D., Guo, H., dan Koehler, B. (2000).
Oxford University Press, Oxford. Livestock and Poultry Odor Workshop I
Emissions, Measurement, Control, and
Chang, P. dan Shih, J.S. (2000). Multi- Regulation. Dept. of Biosystems and
channel piezoelectric quartz crystal Agricultural Engineering University of
sensor for organic vapours. Analytica Minnesota, USA.
Chimica Acta. 403: 39-48
Katz, D.L. dan Lee, Robert L. (1990). Natural
Cheremisinoff, P.N. (1992). Industrial Odour Gas Engineering Production and Storage.
Control. Butterworth Heinemann, Ltd. McGraw-Hill International Editions,
Oxford. Singapore.
Di Natale, C., Macagnano, A., Paolesse, R., Nurul Islam, A.K.M., Hanaki, K., dan Matsuo,
Tarizzo, E., Mantini, A. dan D’Amico, T. (1998). Fate of dissolved odorous
A. (2000). Human skin odor analysis by compounds in sewage treatment plants.
means of an electronic nose. Sensors Water Science and Technology. 38 (3
and Actuators. B 65. 216-219. pp). 337-344.
Dickert, F.L., Reif, M., dan Sikorski, R. Sauerbrey, G. (1959). Verwendung von
(2000). Chemical sensors for solvent Schwingquarzen zur Wägung dünner
vapors: Enthalpic and entropic Schichten und zur Mikrowägung.
contributions to host-guest interactions. Zeitschrift für Physik.155. 206-222.
Journal of Molecular Modelling. 6. 446-
451. Solichin, M. dan Tedjaputra, N. (2008). Asap
Cair “Deorub” Menjadi Lokomotif
Gardner, J.W. dan Bartlett, P.N. (1999). Industri. Gema Industri Kecil Edisi XXI,
Electronic Noses Principles and Maret 2008. Direktorat Jenderal Industri
Application. Oxford University Press, Kecil dan Menengah, Departemen
Oxford. Perindustrian
Yuwono, A.S. (2002). Aplikasi sensor kuartz Yuwono, A.S. dan Schulze Lammers, P.
dalam pengukuran emisi bau biogenik. (2004a). Performance test of a sensor
Proceeding Simposium Fisika Nasioanl array – based odour detection instrument.
ke-19. Denpasar, Indonesia, July 30-31, Agricultural Engineering International:
2002. The CIGR Journal of Scientific Research
and Development. Manuscript Number
Yuwono, A.S., Boeker, P., Schulze Lammers, BC 03 009.
P (2003a). Detection of odour emissions
from a composting facility using a QCM Yuwono, A.S. dan Schulze Lammers, P.
sensor array. Analytical and (2004b). Overview paper: Odour
Bioanalytical Chemistry. 375: 1045 – pollution in the environment and the
1048 detection instrumentation. Agricultural
Engineering International: The CIGR
Yuwono, A.S., Hamacher, T., Niess, J., Journal of Scientific Research and
Boeker, P., dan Schulze Lammers, P. Development. Invited Overview Paper.
(2003b). Implementation of a quartz VI.