Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KIMIA FISIKA

“LARUTAN NON-ELEKTROLIT”

OLEH:
KELOMPOK I
M. Irfan Panjaitan (05101003043)
Eko Sutisna (05101003032)
Dolpan Situmorang (05101003030)
Ardi Tohong C. Gultom (05101003034)
Marina Hardianti R (05101003007)
Andika Ferdinando S (05091003048)
Ummia Sari (05111003003)
Puspita Anggraini (05111003017)

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA

2013
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i

DAFTAR ISI………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..... 1

A. Latar Belakang………………………………………………………. 1

B. Tujuan………………………………………………………………... 1

C. Rumusan Masalah……………………………………………………. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….. 3

A. Larutan……………………………………………………………….. 3

B. Konsentrasi…………………………………………………………… 3

C. Pelarutan……………………………………………………………… 3

BAB III PEMBAHASAN………………………………………………….. 5

A. Larutan Non-elektrolit dan Elektrolit………………………………... 5

B. Sifat-sifat Koligatif Larutan Non-elektrolit………………………….. 7

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………. 14

A. Kesimpulan…………………………………………………………… 14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 15

LAMPIRAN………………………………………………………………….. 16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari- hari, istilah larutan sudah sering didengar. Larutan
didefinisikan sebagai campuran homogen yaitu campuran yang memiliki komposisi
serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan terdiri dari satu atau beberapa
macam zat terlarut dan satu pelarut. Secara umum zat terlarut merupakan komponen
yang jumlahnya sedikit sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam
jumlah banyak. Larutan yang mengandung dua komponen yaitu zat terlarut dan
pelarut disebut sebagai larutan biner (Widjajanti, 2007).
Proses melarut adalah proses menyebarnya partikel- partikel zat yang
dilarutkan ke dalam ruang- ruang di antara partikel- partikel pelarut. Proses melarut
terjadi bila ada gaya tarik- menarik antara partikel zat terlarut dan partikel pelarut.
Kemampuan pelarut melarutkan zat terlarut pada suatu suhu mempunyai batas
tertentu. Larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu
disebut sebagai larutan jenuh. Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat itu yaitu
struktur molekul pelarut, temperatur dan tekanan. Pada umumnya zat terlarut dan
pelarut yang mempunyai struktur molekul yang sama (misal keduanya berstruktur
polar) akan mempunyai daya larut yang besar, dan makin tinggi suhu makin tinggi
pula kelarutan zat terlarut (Widjajanti, 2007).

B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:


1. Agar dapat membedakan larutan elektrolit dan non-elektrolit.
2. Agar dapat memahami sifat-sifat koligatif larutan non elektrolit.
C. Rumusan Masalah

1. Apa maksud/arti dari larutan elektrolit dan non elektrolit ?


2. Apa sifat – sifat koligatif dari larutan non elektrolit ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Larutan

Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau
lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau
solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan
disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut
dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi (Oxtoby, 2001).
Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam
cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula dilarutkan
dalam cairan, misalnya karbon dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan
dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula
larutan padat, misalnya aloi (campuran logam) dan mineral tertentu.

B. Konsentrasi

Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan


pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan
jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan
jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi
adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm). Sementara itu,
secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi
rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi) (Oxtoby, 2001).

C. Pelarutan

Molekul komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan


tercampur. Pada proses pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah
dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika
pelarut dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk suatu sruktur zat pelarut
mengelilingi zat terlarut; hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan
pelarut tetap stabil.
Bila komponen zat terlarut ditambahkan
terus-menerus ke dalam pelarut, pada suatu titik
komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut
lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan
dan pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik
padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan
terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarut dalam
larutan tersebut adalah maksimal, dan larutannya
disebut sebagai larutan jenuh. Titik tercapainya
Ion natrium tersolvasi oleh
keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh molekul-molekul air

berbagai faktor lingkungan, seperti suhu, tekanan,


dan kontaminasi. Secara umum, kelarutan suatu zat (yaitu jumlah suatu zat yang
dapat terlarut dalam pelarut tertentu) sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama
berlaku pada zat padat, walaupun ada perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair
lainnya secara umum kurang peka terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas
dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu
(Oxtoby, 2001).
BAB III
PEMBAHASAN

A. Larutan Non-elektrolit dan Elektrolit

Pada permulaan abad ke-19, para ilmuwan tertarik dengan dampak arus listrik
yang dialirkan melalui berbagai jenis larutan. Pada saat itu pula diketahui ada larutan
yang dapat menghantarkan listrik dan ada juga larutan yang tidak dapat
menghantarkan listrik. Ada tidaknya aliran listrik dapat ditunjukkan oleh perubahan
yang terjadi pada elektrode yang dicelupkan ke dalam larutan.
Michael Faraday adalah orang pertama yang berhasil menemukan bahwa
larutan dapat menghantarkan arus listrik. Dia menempatkan dua elektrode yang
terhubung dengan sumber arus listrik ke dalam larutan yang mengandung pelarut air
dan zat-zat terlarut. Saat arus listrik dialirkan ke dalam larutan, dia melihat bahwa
zat-zat terlarut tersebut, yang kemudian lebih dikenal dengan nama elektrolit, dapat
menghantarkan arus listrik. Michael Faraday juga orang pertama yang memberikan
istilah elektrode dan elektrolit. Elektrode adalah unsur padat yang dihubungkan
langsung dengan sumber arus listrik (Tanawi, 2010).
Singkatnya, dia menyimpulkan bahwa larutan elektrolit adalah larutan yang
dapat menghantarkan arus listrik (terurai menjadi ion positif dan negatif) dan zat-zat
yang terlarut dalam larutan tersebut dinamakan zat elektrolit. Sedangkan larutan non-
elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dan tidak
menimbulkan gelembung gas. Zat-zat yang terkandung dalam larutan non-elektrolit
dinamakan zat non-elektrolit. Pada larutan non elektrolit, molekul-molekulnya tidak
terionisasi dalam larutan, sehingga tidak ada ion yang bermuatan yang dapat
menghantarkan arus listrik, contohnya larutan gula, protein, urea, glukosa, oksigen,
karbon dioksida dan asam-asam organik (Tanawi, 2010).
Larutan Non-elektrolit (tidak terionisasi dalam larutan)

Contoh lain adalah, bila NaCl dilarutan dalam air akan terurai menjadi ion
positif dan ion negatif. Ion positif yang dihasilkan dinamakan kation dan ion negatif
yang dihasilkan dinamakan anion. Larutan NaCl adalah contoh larutan elektrolit
(Miladi, 2010). Perhatikan reaksi berikut.

Bila gula dilarutkan dalam air, molekul-molekul gula tersebut tidak terurai menjadi
ion tetapi hanya berubah wujud dari padat menjadi larutan. Larutan gula adalah
contoh dari larutan non elektrolit. Perhatikan reaksi berikut:

B. Sifat – sifat Koligatif Larutan Non-elektrolit

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat
terlarut (konsentrasi zat terlarut). Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif
larutan. Keempat sifat itu ialah:
1. Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut murni.
2. Peningkatan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Gejala tekanan osmotik
Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat
larutan non-elektrolit dan elektrolit.  Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan
elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut
pada larutan non-elektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion,
sesuai dengan hal-hal  tersebut maka sifat koligatif  larutan non-elektrolit lebih
rendah dari pada sifat koligatif larutan elektrolit. Banyaknya partikel dalam larutan
ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan itu sendiri (Sabariasih, 2012).
Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal-hal berikut:
 Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
 Molal,yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan.
 Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol zat pelarut
dan zat terlarut.
Sebagai tambahan, larutan non elektrolit memiliki karakteristik sebagai
berikut:
 Tidak menghasilkan ion.
 Semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya.
 Tidak terionisasi Jika dilakukan uji daya hantar listrik: tidak menghasilkan
gelembung, dan lampu tidak menyala.
 Derajat ionisasi sama dengan nol, contohnya adalah larutan gula, larutan alkohol,
bensin, larutan urea.

1. Penurunan Tekanan Uap


Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat  dari cair menjadi gas.
Ada kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan
penguapan dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan akan semakin
mudah menguap jika suhunya semakin tinggi
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan untuk
melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke
dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan membentuk
suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap, karene sebagian yang
lain penguapannya dihalangi oleh zat terlarut. Besarnya penurunan ini di selidiki oleh
Raoult lalu dirumuskan sebagai berikut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan tekanan
uap cairan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang berada
diatas permukaan cairan dan berarti tekanan uapnya semakin tinggi. Jumlah uap
diatas permukaan akan mencapai suatu kejenuhan pada tekanan tertentu, sebab bila
tekanan uap sudah jenuh akan terjadi pengembunan, tekanan uap ini disebut tekanan
uap jenuh
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi
penurunan tekanan uap. Pada suhu 20 C tekanan uap air jenuh  diatas permukaan air
adalah 17,53 mmHg. Besarnya penurunan tekanan uap air akibat adanya zat terlarut
disebut penurunan tekanan uap larutan.
Sejak tahun 1887 – 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari hubungan
antara tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu kesimpulan
bahwa besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut dan
tekanan uap dari pelarut murninya. Penurunan tekanan uap menurut hukum Roult,
tekanan uap salah satu cairan dalam ruang di atas larutan ideal bergantung pada
fraksi mol cairan tersebut dalam larutan PA  = XA  .  PAo. Dari hukum Roult ternyata
tekanan uap pelarut murni lebih besar daripada tekanan uap pelarut dalam larutan.
Jadi penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.
P = Po . X pelarut
P  = tekanan uap larutan
X = fraksi mol
P  = tekanan uap pelarut murni
Terjadinya penurunan tekanan uap larutan disebabkan oleh adanya zat terlarut.
Untuk menentukan seberapa besar pengaruh jumlah partikel zat terlarut terhadap
penurunan tekanan uap dapat dituliskan:
                                        P = Po – P
Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka hukum
Roult dapat ditulis:
P larutan = X pelarut . P pelarut
Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat
terlarut. Tanda negatif menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan uap selalu lebih
rendah diatas larutan encer dibandingkan diatas pelarut murninya.

2. Peningkatan Titik Didih


Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku.
Titik didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal sebaliknya
berlaku pada titik beku larutan yang lebih rendah dibandingkan pelarut. Sifat ini
dirumuskan sebagai berikut :
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair yang
menguap. Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan
menimbulkan tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar. Keadaan saat
tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut sama dengan tekanan udara
disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika tekanan uap diatas pemukaan cairan
sama dengan tekanan uap luar disebut titik didih. Pada saat zat konvalatil
ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan titik didih dari larutan
tersebut.
Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100 C. Hal itu berarti tekanan
uap air murni akan mencapai 1 atm ( sama dengan tekanan udara luar) pada saat air
dipanaskan sampai 100 C. Dengan demikian bila tekanan udara luar kurang dari 1
atm (misalnya dipuncak gunung) maka titik didih air kurang dari 100 C.
Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka pada
suhu 100 C tekanan uap air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu belum
mendidih. Untuk dapat mendidih ( tekanan uap air mencapai 1 atm) maka diperlukan
suhu yang lebih tinggi. Besarnya kenaikan suhu itulah yang disebut kenaikan titik
didih.
Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan
hasil kali molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb). Dapat
dirumuskan sebagai:
                                                   Δ Tb = Kb . m
Jika
1000
M=nx
P
Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:
1000
T b = Kb ( n x )
P
Tb = besar penurunan titik beku
Kb = konstanta kenaikan titik didih
M = molalitas dari zat terlarut
N = jumlah mol zat terlarut
P = massa pelarut             
Harga Kb bervariasi untuk masing-masing pelarut. Kb diperoleh dengan
mengukur kenaikan titik didih dari larutan encer yang molalitasnya diketahui
(artinya, mengandung zat terlarut yang diketahui jumlah dan massa molalnya).  Titik
didih larutan merupakan titik didih pelarut murni ditambah dengan kenaikan titik
didihnya atau Tb = Tb +   Tb (Oxtoby, 2001).
3. Penurunan titik Beku
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga jarak
antar partikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik
menarik antar molekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut
akan menghasilkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya
untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang lebih rendah.
Perbedaan suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik beku.
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan
titik beku larutan tersebut.
Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan sebanding
dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf)
dinyatakan dengan persamaan:
ΔTf = Kf . m
1000
Tf = Kf ( n x )
P
 Tf     = penurunan titik beku
 Kf     = tetapan ttitik beku molal
  n     = jumlah mol zat terlarut
  p     = massa pelarut                   
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan
penurunan titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya
peningkatan titik didih, dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat yang
tidak diketahui.
Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Di sini
kita hanya mempertimbangan kasus jika padatan pertama yang mengkristalkan dari
larutan adalah pelarut murni. Jika zat terlarut mengkristal bersama pelarut, maka
situasinya akan lebih rumit. Pelarut padat murni berada dalam kesetimbangan dengan
tekanan tertentu dari uap pelarut, sebagimana ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam
larutan demikian pula, berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap
pelarut. Jika pelarut padat dan pelarut dalam larutan berada bersama-sama, mereka
harus memiliki tekanan uap yang sama. Ini berarti bahwa suhu beku larutan dapat
diidentifikasi sebagi suhu ketika kurva tekanan uap pelarut padat murninya
berpotongan dengan kurva larutan. Jika zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan,
tekanan uap pelarut turun dan titik beku, yaitu suhu ketika kristal pertama pelarut
murni mulai muncul, turun. Selisih dengan demikian bertanda negatif dan penurunan
titik beku dapat diamati

4. Tekanan Osmotik
Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab peranannya
penting dalam trasfor molekul melalui membran sel. Membran ini disebut
semipermiabel, yang membiarkan molekul kecil lewat tetapi menahan molekul besar
seperti protein dan karbohidrat. Membran semi permiabel dapat memisahkan
molekul pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang besar. Peristiwa bergeraknya
partikel (molekul atau ion) melalui dinding semipermeabel disebut osmotik. Tekanan
yang ditimbulkan akibat dari tekanan osmotik disebut tekanan osmotik. Besar
tekanan osmotik diukur dengan alat osmometer, dengan memberikan beban pada
kenaikan permukaan larutan menjadi sejajar pada permukaan sebelumnya.
Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari
larutan hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis
dapat dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut
tekanan osmotik. Tekanan osmotik dirumuskan :
Berdasarkan persamaan gas ideal:
PV = nRT
Maka tekanannya
nRT
P=  
V
Jika tekanan osmotik larutan dilambangkan dengan π, dari persamaan diatas dapat
diperoleh:
nRT
π=
V
atau
                                                       π = M R T      
Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff. Penyimpangan
ini terjadi karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air menjadi ion, sehingga zat
terlarut jumlahnya menjadi berlipat. Dari sini dibutuhkan faktor pengali atau lumrah
disebut faktor Vanit Hoff. Dirumuskan sebagai berikut :
π   = tekanan osmotik
M = konsentrasi molar
R   = tetapan gas ideal (0,082 L atm K   mol  )
T    = suhu mutlak (K)            

Tetapan titik beku molal (Kf)

Titik beku (oC) Kf (oC)

Air 0 1,86
Benzena 5,4 5,1
Fenol 39 7,3
Naftalena 80 7
Asam asetat 16,5 3,82
Kamfer 180 40
Nitrobenzena 5,6 6,9

Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam
larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan
elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai
menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat
koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan makalah ini adalah sebagai


berikut.
1. Larutan adalah campuran homogeny yang terdiri dari zat terlarut/ solut
(jumlahnya sedikit) dan zat pelarut/ solvent (jumlahnya banyak).
2. Berdasarkan daya hantar listrik, ditandai dengan lampu nyala, redup dan tidak
menyala dan didapatkan gelembung gas pada elektroda disebut larutan elektrolit.
Sedangkan larutan non elektrolit akan didapatkan lampu tidak menyala dan tidak
ada gelembung gas.
3. Larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik karena terjadi proses ionisasi
sedangkan larutan non elektrolit tidak terjadi proses ionisasi (proses ionisasi atau
reaksi kimia: proses terbentuknya ion positif dan negatif dari suatu zat yang
dilarutkan ke dalam air).
4. Larutan non-elektrolit memiliki sifat karakteristik antara lain tidak menghasilkan
ion, semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya, tidak terionisasi, jika
dilakukan uji daya hantar listrik: tidak menghasilkan gelembung dan lampu tidak
menyala, derajat ionisasinya sama dengan nol, contohnya adalah larutan gula,
larutan alkohol, bensin, larutan urea.
5. Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya
zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut
(konsentrasi zat terlarut) sehingga sifat koligatif  larutan non-elektrolit lebih
rendah dari pada sifat koligatif larutan elektrolit.
6. Ada 4 sifat dasar koligatif larutan yaitu: a) Penurunan tekanan uap relatif
terhadap tekanan uap pelarut murni, b) Peningkatan titik didih, c) Penurunan titik
beku, d) Gejala tekanan osmotik.

DAFTAR PUSTAKA

Miladi. 2010. Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit. (online). (http://sahri.ohlog.com/


larutan-elektrolit-dan-non-elektrolit.cat3416.html, diakses pada 29 November
2013).

Oxtoby, D.W., Gillis, H.P., Nachtrieb, N.H. (2001) Prinsip-prinsip Kimia Modern.
Edisi ke-4. Jilid 1. Diterjemahkan oleh S.S. Achmadi. Jakarta: Erlangga.

Sabariasih. 2012. Makalah Sifat Koligaif Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit.


(online). (http://sugar-science.blogspot.com/2012/05/makalah-sifat-koligatif-
larutan.html, diakses pada 29 November 2013).

Tanawi. 2010. Larutan Elektrolit dan Larutan Non-elektrolit. (online).


(http://www.scribd.com/doc/50281637/MAKALAH-KIMIA-LARUTAN,
diakses pada 29 November 2013).

Widjajanti. 2007. SIFAT LARUTAN BINER NON ELEKTROLIT. (online).


(http://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/endang-widjajanti-lfx-ms-
dr/ppm-sifat-larutan.pdf, diakses pada 29 November 2013).
LAMPIRAN

1. Tentukan titik didih larutan 3 gram urea CO(NH2)2 (Mr = 60) dalam 100 gram
air, jika Kb air 0,52oC/m.
Diket :
massa urea = 3 gram
massa air = 100 gram
Mr urea = 60
Kb = 0,52 oC/m
Dit : tb larutan ?
Jawab :
* Atb = m . Kb
= gr/Mr . 1000/p . Kb
= 3/60 . 1000/100 . 0,52
= 0,26
* Atb = tb larutan - tb pelarut
0,26 = tb larutan – 100
tb larutan = 100,26

2. Seorang pasien memerlukan larutan infus glukosa. Bila kemolaran cairan


tersebut 0,3 molar pada suhu tubuh 37 °C, tentukan tekanan osmotiknya!   (R =
0,082 L atm mol-1K-1)
Diketahui : M = 0,3 mol L–1
T = 37 °C + 273 = 310 K
R = 0,082 L atm mol-1K-1
Ditanya : π …?
Jawab : π = 0,3 mol L-1 × 0,082 L atm mol-1K-1 × 310 K
= 7,626 L

3. Suatu larutan mengandung 3,24 gram zat yang tak mudah menguap juga
nonelektolit dan 200 gram air mendidih pada 100,130°C pada 1 atmosfer.
Berapakah berat molekul zat telarut ? Kd molal air adalah 0,51?
Jawab:
∆Tb = 100,13-100 = 0,13
∆Tb = Kb x m
0,13 = 0,51 x m
m = 0,25
0,25 = mol x 1000/200
Mol = 0,25/5 = 0,05
Mr = gram/mol = 3,24/0,05 = 64,8

4. Suatu larutan diperoleh dari melarutkan 6 g Urea (Mr = 60) dalam 1 liter air.
Larutan yang lain diperoleh dari melarutkan 18 g glukosa (Mr = 180) dalam 1
liter air. Pada suhu yang sama berapa tekanan osmosa larutan pertama
dibandingkan terhadap larutan kedua?
A. Sepertiga larutan kedua           
B. Tiga kali larutan kedua 
C. Dua pertiga larutan kedua
D. Sama seperti larutan kedua
E. Tiga perdua kali larutan kedua
Pembahasan:
     Ingat sifat Koligatif Larutan!
6 g Urea (Mr = 60) = 6/60mol/L
= 0,1mol/L
18 g glukosa (Mr = 180) =18/180 mol/L
 = 0,1mol/L
Jumlah mol sama dalam volume yang sama: (molar) tekanan osmosa kedua
larutan sama.
Jawab: D

5. Untuk menaikkan titik didih 250 ml air menjadi 100,1°C pada tekanan 1 atm (Kb
= 0,50), maka jumlah gula     (Mr = 342) yang harus dilarutkan adalah
Pembahasan:
     Kb = Kd = 0,5
Titik didih: t  =    t.dlarutan – t.dpelarut
  =   100,1 – 100
=   0,1oC
   ΔTd   =   Kd  x m 
0,1 =   0,5  x g/342  x 1000/250
gr =   17,1 gram
Jumlah gula yang harus dilarutkan adalah 17,1 gram

Anda mungkin juga menyukai