Makalah Kimfis Larutan Non Elektrolit New
Makalah Kimfis Larutan Non Elektrolit New
“LARUTAN NON-ELEKTROLIT”
OLEH:
KELOMPOK I
M. Irfan Panjaitan (05101003043)
Eko Sutisna (05101003032)
Dolpan Situmorang (05101003030)
Ardi Tohong C. Gultom (05101003034)
Marina Hardianti R (05101003007)
Andika Ferdinando S (05091003048)
Ummia Sari (05111003003)
Puspita Anggraini (05111003017)
2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..... 1
A. Latar Belakang………………………………………………………. 1
B. Tujuan………………………………………………………………... 1
C. Rumusan Masalah……………………………………………………. 2
A. Larutan……………………………………………………………….. 3
B. Konsentrasi…………………………………………………………… 3
C. Pelarutan……………………………………………………………… 3
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………. 14
A. Kesimpulan…………………………………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 15
LAMPIRAN………………………………………………………………….. 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari- hari, istilah larutan sudah sering didengar. Larutan
didefinisikan sebagai campuran homogen yaitu campuran yang memiliki komposisi
serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan terdiri dari satu atau beberapa
macam zat terlarut dan satu pelarut. Secara umum zat terlarut merupakan komponen
yang jumlahnya sedikit sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam
jumlah banyak. Larutan yang mengandung dua komponen yaitu zat terlarut dan
pelarut disebut sebagai larutan biner (Widjajanti, 2007).
Proses melarut adalah proses menyebarnya partikel- partikel zat yang
dilarutkan ke dalam ruang- ruang di antara partikel- partikel pelarut. Proses melarut
terjadi bila ada gaya tarik- menarik antara partikel zat terlarut dan partikel pelarut.
Kemampuan pelarut melarutkan zat terlarut pada suatu suhu mempunyai batas
tertentu. Larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu
disebut sebagai larutan jenuh. Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat itu yaitu
struktur molekul pelarut, temperatur dan tekanan. Pada umumnya zat terlarut dan
pelarut yang mempunyai struktur molekul yang sama (misal keduanya berstruktur
polar) akan mempunyai daya larut yang besar, dan makin tinggi suhu makin tinggi
pula kelarutan zat terlarut (Widjajanti, 2007).
B. Tujuan
A. Larutan
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau
lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau
solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan
disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut
dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi (Oxtoby, 2001).
Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam
cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula dilarutkan
dalam cairan, misalnya karbon dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan
dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula
larutan padat, misalnya aloi (campuran logam) dan mineral tertentu.
B. Konsentrasi
C. Pelarutan
Pada permulaan abad ke-19, para ilmuwan tertarik dengan dampak arus listrik
yang dialirkan melalui berbagai jenis larutan. Pada saat itu pula diketahui ada larutan
yang dapat menghantarkan listrik dan ada juga larutan yang tidak dapat
menghantarkan listrik. Ada tidaknya aliran listrik dapat ditunjukkan oleh perubahan
yang terjadi pada elektrode yang dicelupkan ke dalam larutan.
Michael Faraday adalah orang pertama yang berhasil menemukan bahwa
larutan dapat menghantarkan arus listrik. Dia menempatkan dua elektrode yang
terhubung dengan sumber arus listrik ke dalam larutan yang mengandung pelarut air
dan zat-zat terlarut. Saat arus listrik dialirkan ke dalam larutan, dia melihat bahwa
zat-zat terlarut tersebut, yang kemudian lebih dikenal dengan nama elektrolit, dapat
menghantarkan arus listrik. Michael Faraday juga orang pertama yang memberikan
istilah elektrode dan elektrolit. Elektrode adalah unsur padat yang dihubungkan
langsung dengan sumber arus listrik (Tanawi, 2010).
Singkatnya, dia menyimpulkan bahwa larutan elektrolit adalah larutan yang
dapat menghantarkan arus listrik (terurai menjadi ion positif dan negatif) dan zat-zat
yang terlarut dalam larutan tersebut dinamakan zat elektrolit. Sedangkan larutan non-
elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dan tidak
menimbulkan gelembung gas. Zat-zat yang terkandung dalam larutan non-elektrolit
dinamakan zat non-elektrolit. Pada larutan non elektrolit, molekul-molekulnya tidak
terionisasi dalam larutan, sehingga tidak ada ion yang bermuatan yang dapat
menghantarkan arus listrik, contohnya larutan gula, protein, urea, glukosa, oksigen,
karbon dioksida dan asam-asam organik (Tanawi, 2010).
Larutan Non-elektrolit (tidak terionisasi dalam larutan)
Contoh lain adalah, bila NaCl dilarutan dalam air akan terurai menjadi ion
positif dan ion negatif. Ion positif yang dihasilkan dinamakan kation dan ion negatif
yang dihasilkan dinamakan anion. Larutan NaCl adalah contoh larutan elektrolit
(Miladi, 2010). Perhatikan reaksi berikut.
Bila gula dilarutkan dalam air, molekul-molekul gula tersebut tidak terurai menjadi
ion tetapi hanya berubah wujud dari padat menjadi larutan. Larutan gula adalah
contoh dari larutan non elektrolit. Perhatikan reaksi berikut:
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat
terlarut (konsentrasi zat terlarut). Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif
larutan. Keempat sifat itu ialah:
1. Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut murni.
2. Peningkatan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Gejala tekanan osmotik
Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat
larutan non-elektrolit dan elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan
elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut
pada larutan non-elektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion,
sesuai dengan hal-hal tersebut maka sifat koligatif larutan non-elektrolit lebih
rendah dari pada sifat koligatif larutan elektrolit. Banyaknya partikel dalam larutan
ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan itu sendiri (Sabariasih, 2012).
Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal-hal berikut:
Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Molal,yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan.
Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol zat pelarut
dan zat terlarut.
Sebagai tambahan, larutan non elektrolit memiliki karakteristik sebagai
berikut:
Tidak menghasilkan ion.
Semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya.
Tidak terionisasi Jika dilakukan uji daya hantar listrik: tidak menghasilkan
gelembung, dan lampu tidak menyala.
Derajat ionisasi sama dengan nol, contohnya adalah larutan gula, larutan alkohol,
bensin, larutan urea.
4. Tekanan Osmotik
Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab peranannya
penting dalam trasfor molekul melalui membran sel. Membran ini disebut
semipermiabel, yang membiarkan molekul kecil lewat tetapi menahan molekul besar
seperti protein dan karbohidrat. Membran semi permiabel dapat memisahkan
molekul pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang besar. Peristiwa bergeraknya
partikel (molekul atau ion) melalui dinding semipermeabel disebut osmotik. Tekanan
yang ditimbulkan akibat dari tekanan osmotik disebut tekanan osmotik. Besar
tekanan osmotik diukur dengan alat osmometer, dengan memberikan beban pada
kenaikan permukaan larutan menjadi sejajar pada permukaan sebelumnya.
Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari
larutan hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis
dapat dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut
tekanan osmotik. Tekanan osmotik dirumuskan :
Berdasarkan persamaan gas ideal:
PV = nRT
Maka tekanannya
nRT
P=
V
Jika tekanan osmotik larutan dilambangkan dengan π, dari persamaan diatas dapat
diperoleh:
nRT
π=
V
atau
π = M R T
Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff. Penyimpangan
ini terjadi karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air menjadi ion, sehingga zat
terlarut jumlahnya menjadi berlipat. Dari sini dibutuhkan faktor pengali atau lumrah
disebut faktor Vanit Hoff. Dirumuskan sebagai berikut :
π = tekanan osmotik
M = konsentrasi molar
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm K mol )
T = suhu mutlak (K)
Air 0 1,86
Benzena 5,4 5,1
Fenol 39 7,3
Naftalena 80 7
Asam asetat 16,5 3,82
Kamfer 180 40
Nitrobenzena 5,6 6,9
Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam
larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan
elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai
menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat
koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Oxtoby, D.W., Gillis, H.P., Nachtrieb, N.H. (2001) Prinsip-prinsip Kimia Modern.
Edisi ke-4. Jilid 1. Diterjemahkan oleh S.S. Achmadi. Jakarta: Erlangga.
1. Tentukan titik didih larutan 3 gram urea CO(NH2)2 (Mr = 60) dalam 100 gram
air, jika Kb air 0,52oC/m.
Diket :
massa urea = 3 gram
massa air = 100 gram
Mr urea = 60
Kb = 0,52 oC/m
Dit : tb larutan ?
Jawab :
* Atb = m . Kb
= gr/Mr . 1000/p . Kb
= 3/60 . 1000/100 . 0,52
= 0,26
* Atb = tb larutan - tb pelarut
0,26 = tb larutan – 100
tb larutan = 100,26
3. Suatu larutan mengandung 3,24 gram zat yang tak mudah menguap juga
nonelektolit dan 200 gram air mendidih pada 100,130°C pada 1 atmosfer.
Berapakah berat molekul zat telarut ? Kd molal air adalah 0,51?
Jawab:
∆Tb = 100,13-100 = 0,13
∆Tb = Kb x m
0,13 = 0,51 x m
m = 0,25
0,25 = mol x 1000/200
Mol = 0,25/5 = 0,05
Mr = gram/mol = 3,24/0,05 = 64,8
4. Suatu larutan diperoleh dari melarutkan 6 g Urea (Mr = 60) dalam 1 liter air.
Larutan yang lain diperoleh dari melarutkan 18 g glukosa (Mr = 180) dalam 1
liter air. Pada suhu yang sama berapa tekanan osmosa larutan pertama
dibandingkan terhadap larutan kedua?
A. Sepertiga larutan kedua
B. Tiga kali larutan kedua
C. Dua pertiga larutan kedua
D. Sama seperti larutan kedua
E. Tiga perdua kali larutan kedua
Pembahasan:
Ingat sifat Koligatif Larutan!
6 g Urea (Mr = 60) = 6/60mol/L
= 0,1mol/L
18 g glukosa (Mr = 180) =18/180 mol/L
= 0,1mol/L
Jumlah mol sama dalam volume yang sama: (molar) tekanan osmosa kedua
larutan sama.
Jawab: D
5. Untuk menaikkan titik didih 250 ml air menjadi 100,1°C pada tekanan 1 atm (Kb
= 0,50), maka jumlah gula (Mr = 342) yang harus dilarutkan adalah
Pembahasan:
Kb = Kd = 0,5
Titik didih: t = t.dlarutan – t.dpelarut
= 100,1 – 100
= 0,1oC
ΔTd = Kd x m
0,1 = 0,5 x g/342 x 1000/250
gr = 17,1 gram
Jumlah gula yang harus dilarutkan adalah 17,1 gram