Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI

WATER LEVEL CONTROL

Dibuat Oleh :

Muhammad Haikal Hanif 20501241052

Dosen Pengampu :

Prof. Ir. Moh. Khairudin, M.T., Ph.D.

PROGRAM STUDI S – 1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2020/2021


I. Pendahuluan

Energi listrik saat ini sudah digunakan untuk menunjang aspek apapun dalam kehidupan.
Mulai dari sistem listrik sederhana hingga teknologi listrik yang mengharuskan kita untuk
menggabungkan penggunaan listrik dengan sumber daya alam yang sebenarnya tidak bisa
dikolaborasikan dengan energi listrik. Sistem yang memanfaatkan energi listrik juga sudah
menyatu erat dengan sumber daya alam yang menyertainya untuk memudahkan kehidupan
manusia. Salah satu sumber daya alam yang kerap dipadukan dengan sistem kelistrikan
adalah air, sumber daya yang bahkan berbahaya jika terkontaminasi dengan energi listrik.

Pada penggunaan sistem listrik pada air, sistem yang memungkinkan untuk diaplikasikan
adalah sistem kontrol. Sistem kontrol atau sistem kendali pada air biasa digunakan dalam
bentuk sensor. Meskipun terkesan sederhana, namun bentuk implementasinya sangat berguna
pada kehidupan sehari-hari. Seperti contoh, pengisian tandon air menggunakan pompa
sumur. Penerapan yang dilakukan tanpa bantuan sensor ketinggian air di tandon dapat
membuat pengguna tidak mengetahui kapan air tersebut penuh. Volume air pada tandon yang
tidak terkontrol dapat membuat tandon air terlalu penuh dan menumpahkan airnya ke
wilayah luar tandon. Jika hal tersebut terjadi, selain membahayakan orang sekitar karena
licin, area berkabel berpotensi menimbulkan arus hubung singkat atau korsleting. Sistem
sensorik untuk wadah air memiliki prinsip kerja yakni memberikan titik referensi terhadap
ketinggian air pada titik tertentu di suatu wadah[ CITATION Ame17 \l 1033 ].

Berdasarkan prinsip kerja tersebut, dapat dipahami bahwa dengan memberikan titik
referensi pada wadah air, pengguna dapat mengetahui air sudah mencapai ketinggian tertentu
dengan memberikan indikator ketika air sudah mencapai titik tersebut. Salah satu indikator
yang dapat digunakan adalah dengan memberikan lampu penanda. Penggunaan indikator
berupa lampu penanda dirasa tidak begitu memberikan dampak yang signifikan terkait
dengan permasalahan yang dapat timbul akibat ketidakmampuan sistem untuk mengatur
jumlah air pada wadah. Indikator yang dibutuhkan bukan hanya sekedar indikator visual,
melainkan juga indikator berupa variasi kinerja sistem. Karena itulah, dibutuhkan sebuah
sistem pengendali jumlah air pada suatu wadah yang dinamakan dengan Water Level
Control. Beza Negash Getu dan Hussain A. Attia [ CITATION Bez16 \l 1033 ] mengatakan
bahwa Water Level Control bekerja dengan memvariasikan input pada pompa air
menggunakan bantuan sirkuit Digital Logic Controller memerhatikan tinggi air pada bak
penampungan. Artinya, pompa air akan bekerja mengisi wadah atau tandon air ketika tinggi
air pada wadah tersebut minimum. Sebaliknya, pompa air akan berhenti bekerja ketika tinggi
air pada wadah tersebut maksimum. Dari pendefinisian ini, dapat diartikan bahwa Water
Level Control. Dengan adanya sistem seperti ini, wadah air akan memiliki ketinggian
maksimum yang masih bisa ditolerir oleh ukuran wadah tersebut. Artinya, Tidak akan ada
kerugian produksi pada pengisian air di wadah karena pompa air sudah mengetahui kapan
harus berhenti mengisi wadah, dan kapan harus kembali mengisi wadah tersebut.

Oleh karena itu, penulis kali ini akan membuat rangkaian sederhana yang serupa. Dengan
memanfaatkan komponen-komponen elektronika seperti relay dan resistor, penulis dapat
membuat laporan praktikum yang isinya terdiri dari alat dan bahan yang digunakan, metode
praktikum, hingga seperti apa hasil yang muncul diukur dari muatan-muatan listrik baik pada
setiap komponen, pada output, hingga rangkaian itu sendiri secara keseluruhan.

II. Metode Praktikum

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi literatur dan simulasi
rangkaian menggunakan perangkat lunak Proteus yang ada pada Personal Computer (PC).
a. Studi Literatur
Salah satu metode praktikum yang digunakan dalam praktikum ini terdiri dari
dua pokok pembahasan utama. Yang pertama adalah prinsip kerja Water Level
Control secara visual. Lalu, yang kedua adalah penjelasan umum mengenai hukum
fisika yang memengaruhi kinerja sistem tersebut, yakni hukum Kirchhoff.
Water Level Control merupakan unit sistem kendali yang mengontrol jumlah air
dalam suatu wadah dan memiliki sistem otomasi untuk menjaga jumlah air agar tetap
berada pada jumlah yang ditentukan dengan memanfaatkan sensor yang
mengendalikan aktivitas pompa air melalui indikator aliran [ CITATION Tha21 \l
1033 ]. Pada jurnal tersebut, sensor yang digunakan adalah sensor ultrasonik yang
memiliki kemampuan mendeteksi lebih cepat daripada sensor biasa. Untuk
keperluan praktikum penulis. Penulis hanya akan menggunakan 3 elektroda
sederhana yang diletakkan pada 3 level ketinggian air yang berbeda.
Hukum I Kirchhoff merupakan nama lain dari Hukum Kirchhoff Arus atau
Kirchhoff Current Law (KCL). Pada hukum ini, jumlah arus listrik yang menyatu
pada titik cabang akan sama dengan jumlah arus listrik yang menyebar
meninggalkan cabang tersebut [ CITATION GLa16 \l 1033 ]. Rumus yang menjadi
dasar utama dari hukum ini adalah sebagai berikut:
Itotal = I1 + I2
Hukum II Kirchhoff merupakan nama lain dari Hukum Kirchhoff Tegangan
atau Kirchhoff Voltage Law (KVL). Pada hukum ini, jumlah tegangan listrik pada
suatu rangkaian tertutup akan sama dengan nol[ CITATION Per18 \l 1033 ]. Rumus
yang menjadi dasar utama dari hukum ini adalah sebagai berikut:
Vab + Vbc + Vcd + Vda = 0
atau
∑ℇ +∑R = 0

b. Proteus
Proteus adalah perangkat lunak berbasis Windows Operating System (Windows
OS) yang digunakan untuk membuat desain dan menyimulasikan rangkaian listrik
digital, elektronika, hingga rangkaian mikrokontroler [ CITATION Ame20 \l 1033 ].
Pada perangkat lunak ini, pengguna Windows mampu membuat sistem kelistrikan
tanpa harus menyediakan alatnya secara langsung Seperti contoh, pengguna Proteus
dapat membuat sistem yang memanfaatkan Arduino Uno tanpa harus menyediakan
papan Arduino secara fisik. Sehingga, pengguna dapat memrogramnya secara
langsung hanya melalui komputer.
III. Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Gambar Rangkaian
b. Tabel Pengamatan dan Pembahasan
Tabel 1 (Q1 on; Q2 off; SCR off)
Vsumber= 12 Volt
Status Motor = Menyala

Kompone Vce Vbe Vrb Vre Ic Ib Ie


Volt Volt Volt Volt mA uA mA
n
Q1 1.31 0.79 0.53 1.31 44 526 44.5
Q2 5.74 0.00 12 12 0.00 -0.12 0.00

Komponen Vak Vag Vkg Ik Ig


Volt Volt Volt mA mA
SCR 5.74 11.5 5.74 0.00 0.00

Keterangan on dan off pada Q1, Q2, dan SCR menunjukkan variasi input pada
Proteus yang menggunakan komponen saklar sebagai indikatornya. Saklar difungsikan
sebagai pengganti elektroda untuk sensor ketinggian air. Input logika 0 diberikan
ketika air tidak mencapai ketinggian yang sejajar dengan sensor. Sebaliknya, input
logika 1 diberikan ketika air mncapai ketinggian yang sejajar dengan sensor.
Tabel 1 menunjukkan besaran nilai-nilai tegangan dan arus pada setiap
komponen dan hubungan antarkomponen. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
tegangan antara kolektor dan emitor (VCE) pada transistor Q1 tercatat sebesar 1,31
Volt. Selain itu, Tegangan antara basis dan emitor (VBE) tercatat sebesar 0,79 Volt.
Selain itu, tegangan antara resistor rangkaian dengan kaki basis (VRB) pada Q1 terukur
sebesar 0,53 Volt. Tegangan antara resistor rangkaian dengan emitor (VRE) pada
transistor Q1 terukur 1,31 Volt. Lalu, beralih pada pengukuran arus, Arus pada
kolektor (IC) transistor Q1 terukur sebesar 44 mA. Arus pada basis (IB) transistor Q1
terukur sebesar 526 uA atau mikroAmpere. Arus pada emitor (IE) transistor Q1 terukur
sebesar 44,5 mA.

Pada pengukuran selanjutnya menunjukkan besaran nilai-nilai tegangan dan arus


pada transistor Q2 dan hubungan antara transistor Q2 dengan komponen lainnya.
Tegangan antara kolektor dan emitor (VCE) pada transistor Q2 tercatat sebesar 5,74
Volt. Tegangan antara basis dan emitor (VBE) pada transistor Q2 tercatat sebesar 0
Volt. Selain itu, tegangan antara resistor rangkaian dengan kaki basis (VRB) dan
Tegangan antara resistor rangkaian dengan emitor (VRE) pada transistor Q2 terukur
sama, yakni 12 Volt. Beralih pada pengukuran arus, arus pada kolektor (IC) dan arus
pada emitor (IE) transistor Q2 terukur sebesar 0 mA. Lalu, arus pada basis (IB)
transistor Q1 terukur sebesar -0.12 uA atau mikroAmpere. Arus pada basis ini
tergolong sangat kecil sehingga dapat diasumsikan sebagai arus nol.

Sensor yang terakhir terukur pada Tabel 1 ini mengenadlikan input SCR. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa tegangan antara anoda dan katoda SCR (VAK)
terukur sebesar 5,74 Volt. Selanjutnya, tegangan antara anoda dengan gerbang SCR
atau Gate (VAG) tercatat sebesar 11.5 Volt. Selain itu, tegangan antara anoda dengan
gerbang SCR atau Gate (VKG) terukur sebesar 5,74 Volt, kurang lebih sama dengan
VAG. Pada pengukuran arus, Arus pada kolektor (IK) transistor Q1 terukur sebesar 0
mA. Arus pada basis (IG) transistor Q1 terukur sebesar 0 mA.

Pada fase ini, dapat dipastikan bahwa hanya sensor paling bawah yang menyala.
Keberadaan sensor pertama saja yang menyala ini memiliki arti bahwa ketinggian air
baru mencapai level pertama. Transistor Q1 menyala sehingga kutub positif relay
mendapatkan suplai arus listrik yang mengakibatkan relay berada dalam posisi aktif
karena kutub positif relay bersifat lebih positif daripada kutub negatifnya. Aktifnya
komponen relay memberikan sambungan langsung pada motor AC yang diasumsikan
sebagai pompa air sehingga motor AC menyala, yang berarti bahwa pompa air sedang
menyala dan mengisi wadah air. Air tidak mencapai level 2 sehingga sensor
pengendali Q2 dan SCR tidak menyala. Q2 dan SCR tidak mendapatkan suplay arus
dari jalur utama sumber listrik.

Tabel 2 (Q1 on; Q2 on; SCR off)


Vsumber= 12 Volt
Status Motor = Menyala

Kompone Vce Vbe Vrb Vre Ic Ib Ie


Volt Volt Volt Volt mA uA mA
n
Q1 1.31 0.79 0.53 1.31 44 526 44.5
Q2 0.02 4.92 - - 0 82300 82.3

Komponen Vak Vag Vkg Ik Ig


Volt Volt Volt mA mA
SCR 11.4 11.5 0.02 0 0
Tabel 2 menunjukkan besaran nilai-nilai tegangan dan arus pada setiap
komponen dan hubungan antarkomponen. Nilai tegangan-tegangan dan arus-arus pada
transistor Q1 tidak memiliki perubahan jika ditinjau dari Tabel 1.

Tegangan antara kolektor dan emitor (VCE) pada transistor Q2 tercatat sebesar
0,02 Volt. Tegangan antara basis dan emitor (VBE) pada transistor Q2 tercatat sebesar
4,92 Volt. Selain itu, tegangan antara resistor rangkaian dengan kaki basis (VRB)
terukur 7,08 dan Tegangan antara resistor rangkaian dengan emitor (VRE) pada
transistor Q2 terukur sebesar 12 Volt. Berlanjut ke pengukuran arus, arus pada
kolektor (IC) sebesar 0 mA dan arus pada emitor (IE) transistor Q2 terukur sebesar 82,3
mA. Lalu, arus pada basis (IB) transistor Q1 terukur sebesar 82300 uA atau
mikroAmpere.

SCR pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tegangan antara anoda dan katoda SCR
(VAK) terukur sebesar 11,4 Volt. Selanjutnya, tegangan antara anoda dengan gerbang
SCR atau Gate (VAG) tercatat sebesar 11.5 Volt. Selain itu, tegangan antara anoda
dengan gerbang SCR atau Gate (VKG) terukur sebesar 0,02 Volt, kurang lebih sama
dengan VAG. Pada pengukuran arus, Arus pada kolektor (IK) transistor Q1 terukur
sebesar 0 mA. Arus pada basis (IG) transistor Q1 terukur sebesar 0 mA.

Pada fase selanjutnya ini, air pada wadah diasumsikan sudah mencapai level 2.
Pada tinggi air level dua ini, transistor Q2 sudah menyala. Hal tersebut ditandai
dengan berubahnya input logika transistor Q2 dari 0 menjadi 1. Transistor Q2 sudah
dipastikan berada dalam posisi “On”. Akan tetapi, transistor Q2 dan jalur yang
dilaluinya belum bisa dianggap aktif dalam artian mendapatkan suplai arus listrik.
Tidak mendapatnya aliran arus listrik dalam transistor Q2 ini terjadi karena di jalur
tersebut terdapat SCR (Silicon Controllable Rectifier) yang belum menyala. Pada
dasarnya, SCR memiliki prinsip kerja yang sama seperti cara kerja dioda, yakni
membuka jalur untuk satu arah dan menutup jalur arus listrik dari arah sebaliknya.
Akan tetapi, SCR memiliki input tambahan yang bernama Gerbang atau Gate. Pin
gerbang atau gate ini bertugas membuka jalur untuk arus listrik pada suatu rangkaian.
Ketika SCR tidak menyala, maka komponen yang berada di depannya juga tidak akan
menyala seperti transistor Q2.
Tabel 3 (Q1 on; Q2 on; SCR on)
Vsumber= 12 Volt
Status Motor = Mati

Kompone Vce Vbe Vrb Vre Ic Ib Ie


Volt Volt Volt Volt mA uA mA
n
Q1 9.21 0.72 8.49 9.21 11.5 97.7 11.6
Q2 3.51 4.92 - - 677 80800 758

Komponen Vak Vag Vkg Ik Ig


Volt Volt Volt mA mA
SCR 0 -0.82 -0.82 677 668

Pada tabel 3 ini, hasil pengukuran menunjukkan besaran nilai-nilai tegangan dan
arus pada setiap komponen dan hubungan antarkomponen yang sudah berada dalam
posisi aktif semua. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tegangan antara kolektor
dan emitor (VCE) pada transistor Q1 tercatat sebesar 9,21 Volt. Selain itu, Tegangan
antara basis dan emitor (VBE) tercatat sebesar 0,72 Volt. Selain itu, tegangan antara
resistor rangkaian dengan kaki basis (VRB) pada Q1 terukur sebesar 8,49 Volt.
Tegangan antara resistor rangkaian dengan emitor (VRE) pada transistor Q1 terukur
9,21 Volt. Lalu, beralih pada pengukuran arus, Arus pada kolektor (IC) transistor Q1
terukur sebesar 11,5 mA. Arus pada basis (IB) transistor Q1 terukur sebesar 97,7 uA
atau mikroAmpere. Arus pada emitor (IE) transistor Q1 terukur sebesar 11,6 mA.

Selanjutnya, dilakukan pengukuran selanjutnya yang menunjukkan besaran nilai-


nilai tegangan dan arus pada transistor Q2 dan hubungan antara transistor Q2 dengan
komponen lainnya. Tegangan antara kolektor dan emitor (VCE) pada transistor Q2
tercatat sebesar 3,51 Volt. Tegangan antara basis dan emitor (VBE) pada transistor Q2
tercatat sebesar 4,92 Volt. Selain itu, tegangan antara resistor rangkaian dengan kaki
basis (VRB) sebesar 7,08 Volt dan Tegangan antara resistor rangkaian dengan emitor
(VRE) pada transistor Q2 terukur 12 Volt. Beralih pada pengukuran arus, arus pada
kolektor (IC) sebesar 11,5 dan arus pada emitor (IE) transistor Q2 terukur sebesar 11,6
mA. Lalu, arus pada basis (IB) transistor Q1 terukur sebesar 97,7 uA atau
mikroAmpere.

Sensor yang terakhir terukur pada Tabel 1 ini mengenadlikan input SCR. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa tegangan antara anoda dan katoda SCR (VAK)
terukur sebesar 0 Volt. Selanjutnya, tegangan antara anoda dengan gerbang SCR atau
Gate (VAG) tercatat sebesar -0.82 Volt. Selain itu, tegangan antara anoda dengan
gerbang SCR atau Gate (VKG) terukur sebesar -0,82 Volt, kurang lebih sama dengan
VAG. Pada pengukuran arus, Arus pada kolektor (IK) transistor Q1 terukur sebesar 677
mA. Arus pada basis (IG) transistor Q1 terukur sebesar 668 mA.

Fase ini menunjukkan bahwa semua sensor sudah menyala. Artinya, ketinggian
air pada wadah tersebut sudah mencapai level 3 atau air pada wadah sudah mecapai
ketinggian maksimum. Efeknya, sensor pada level ketinggian air maksimum
menyalakan SCR melalui pin gerbang atau gate. Ketika transistor Q2 yang sudah
menyala, dialiri listrik karena SCR sudah aktif, maka secara otomatis jalur yang dilalui
transistor Q2 akan mendapatkan suplai arus listrik sehingga jalur transistor Q2 yang
menuju kutub negatif relay akan memiliki sifat yang lebih positif. Artinya, kutub
negatif relay akan lebih positif dari kutub positif relay. Hal tersebut mengakibatkan
berubahnya input relay dari “On” menjadi “Off” sehingga motor listrik yang
diumpamakan sebagai pompa air ini juga akan mati.
Tabel 4 (Q1 on; Q2 on; SCR keep off )
Vsumber = 12 Volt
Status Motor = Mati

Kompone Vce Vbe Vrb Vre Ic Ib Ie


Volt Volt Volt Volt mA uA mA
n
Q1 12 0,08 11,9 12,0 0 -0,12 0
Q2 0,08 4,92 - - 11,9 82200 94,1

Komponen Vak Vag Vkg Ik Ig


Volt Volt Volt mA mA
SCR 0 0,08 0,08 11,9 0

Tabel 4 menunjukkan besaran nilai-nilai tegangan dan arus pada setiap


komponen yang ternyata memiliki hasil pengukuran yang sama dengan tabel 1. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa tegangan antara kolektor dan emitor (VCE) pada
transistor Q1 tercatat sebesar 12 Volt. Selain itu, Tegangan antara basis dan emitor
(VBE) tercatat sebesar 0,08 Volt. Selain itu, tegangan antara resistor rangkaian dengan
kaki basis (VRB) pada Q1 terukur sebesar 11,9 Volt. Tegangan antara resistor
rangkaian dengan emitor (VRE) pada transistor Q1 terukur 12 Volt. Lalu, beralih pada
pengukuran arus, Arus pada kolektor (IC) transistor Q1 terukur sebesar 0 mA. Arus
pada basis (IB) transistor Q1 terukur sebesar -0.12 uA atau mikroAmpere atau
dianggap nol karena mendekati nol. Arus pada emitor (IE) transistor Q1 terukur
sebesar 0 mA.

Pada pengukuran selanjutnya menunjukkan besaran nilai-nilai tegangan dan arus


pada transistor Q2 dan hubungan antarkomponen tersebut dengan komponen lainnya.
Tegangan antara kolektor dan emitor (VCE) pada transistor Q2 tercatat sebesar 0,08
Volt. Tegangan antara basis dan emitor (VBE) pada transistor Q2 tercatat sebesar 4,92
Volt. Selain itu, tegangan antara resistor rangkaian dengan kaki basis (VRB) terukur
7,08 Volt dan Tegangan antara resistor rangkaian dengan emitor (VRE) pada transistor
Q2 terukur 12 Volt. Beralih pada pengukuran arus, arus pada kolektor (IC) terukur
sebesar 11,9 mA dan arus pada emitor (IE) transistor Q2 terukur sebesar 94,1 mA.
Lalu, arus pada basis (IB) transistor Q1 terukur sebesar 82200 uA atau mikro Ampere.

Sensor yang terakhir terukur pada Tabel 1 ini mengenadlikan input SCR. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa tegangan antara anoda dan katoda SCR (VAK)
terukur sebesar 5,74 Volt. Selanjutnya, tegangan antara anoda dengan gerbang SCR
atau Gate (VAG) tercatat sebesar 11.5 Volt. Selain itu, tegangan antara anoda dengan
gerbang SCR atau Gate (VKG) terukur sebesar 5,74 Volt, kurang lebih sama dengan
VAG. Pada pengukuran arus, Arus pada kolektor (IK) transistor Q1 terukur sebesar 0
mA. Arus pada basis (IG) transistor Q1 terukur sebesar 0 mA.

Dilihat dari tabel pada fase ini, dapat diasumsikan bahwa ketinggian air yang
semula mencapai level 3, yakni menyentuh sensor SCR, sudah menurun ke ketinggian
air di level 2. Sensor SCR kembali pada posisi “Off”. Akan tetapi, fase ini berbeda
dengan fase yang terjadi pada Tabel 2 meskipun ketingian air sama-sama berada pada
level 2. Pompa air masih belum menyala pada fase ini. Hal ini bisa terjadi karena SCR
memiliki pembatas yang bernama Breakdown Voltage. Ketika SCR sedang dalam
posisi menyala dan komponen sejalur juga berada dalam posisi menyala, SCR tidak
bisa langsung mematikan arus listrik pada jalur tersebut karena ketika SCR dimatikan,
SCR tidak benar-benar mati, melainkan tertahan di area Breakdown Voltage. Artinya,
pompa masih dalam kondisi mati akibat arus si SCR yang belum benar-benar bisa
diputuskan. Satu-satunya cara untuk membuat SCR benar-benar mati adalah dengan
memutuskan aliran listriknya secara paksa dalam artian membutuhkan komponen lain
untuk memutus aliran listrik, situasi ini bisa dinamakan dengan situasi “Hampir”.
Dengan kata lain, SCR memasuki fase “Hampir mati” ketika dimatikan, dan akan
memasuki fase “Benar-benar mati” ketika transistor Q2 dimatikan.

Tabel 5 (Q1 on; Q2 turned off; SCR keep off)


Vsumber = 12 Volt
Status Motor = Menyala

Kompone Vce Vbe Vrb Vre Ic Ib Ie


Volt Volt Volt Volt mA uA mA
n
Q1 1.31 0.79 0.53 1.31 44 526 44.5
Q2 5.74 0.00 12 12 0.00 -0.12 0.00

Komponen Vak Vag Vkg Ik Ig


Volt Volt Volt mA mA
SCR 5.74 11.5 5.74 0.00 0.00

Tabel 5 menunjukkan besaran nilai-nilai tegangan dan arus pada setiap


komponen yang ternyata memiliki hasil pengukuran yang sama dengan tabel 1. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa tegangan antara kolektor dan emitor (VCE) pada
transistor Q1 tercatat sebesar 1,31 Volt. Selain itu, Tegangan antara basis dan emitor
(VBE) tercatat sebesar 0,79 Volt. Selain itu, tegangan antara resistor rangkaian dengan
kaki basis (VRB) pada Q1 terukur sebesar 0,53 Volt. Tegangan antara resistor
rangkaian dengan emitor (VRE) pada transistor Q1 terukur 1,31 Volt. Lalu, beralih pada
pengukuran arus, Arus pada kolektor (IC) transistor Q1 terukur sebesar 44 mA. Arus
pada basis (IB) transistor Q1 terukur sebesar 526 uA atau mikroAmpere. Arus pada
emitor (IE) transistor Q1 terukur sebesar 44,5 mA.

Pada pengukuran selanjutnya menunjukkan besaran nilai-nilai tegangan dan arus


pada transistor Q2 dan hubungan antara transistor Q2 dengan komponen lainnya.
Tegangan antara kolektor dan emitor (VCE) pada transistor Q2 tercatat sebesar 5,74
Volt. Tegangan antara basis dan emitor (VBE) pada transistor Q2 tercatat sebesar 0
Volt. Selain itu, tegangan antara resistor rangkaian dengan kaki basis (VRB) dan
Tegangan antara resistor rangkaian dengan emitor (VRE) pada transistor Q2 terukur
sama, yakni 12 Volt. Beralih pada pengukuran arus, arus pada kolektor (IC) dan arus
pada emitor (IE) transistor Q2 terukur sebesar 0 mA. Lalu, arus pada basis (IB)
transistor Q1 terukur sebesar -0.12 uA atau mikroAmpere. Arus pada basis ini
tergolong sangat kecil sehingga dapat diasumsikan sebagai arus nol.

Sensor yang terakhir terukur pada Tabel 1 ini mengenadlikan input SCR. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa tegangan antara anoda dan katoda SCR (VAK)
terukur sebesar 5,74 Volt. Selanjutnya, tegangan antara anoda dengan gerbang SCR
atau Gate (VAG) tercatat sebesar 11.5 Volt. Selain itu, tegangan antara anoda dengan
gerbang SCR atau Gate (VKG) terukur sebesar 5,74 Volt, kurang lebih sama dengan
VAG. Pada pengukuran arus, Arus pada kolektor (IK) transistor Q1 terukur sebesar 0
mA. Arus pada basis (IG) transistor Q1 terukur sebesar 0 mA.

Pada fase ini, air dalam wadah telah terkuras sehingga ketinggian air berada
pada level 1 atau berada pada ketinggian minimum. Hal ini ditandai dengan matinya
sensor pada SCR dan Q2 sehingga menyisakan transistor Q1 saja yang menyala.
Akibat dari masuknya sistem ke dalam fase ini adalah kembali menyalanya mesin
listrik atau pompa air yang menjadi respon dari penanda bahwa air pada wadah sudah
terlalu sedikit dan perlu diisi kembali. Jika pada Tabel 2, perubahan input kinerja
pompa air dipengaruhi oleh SCR, Tabel 5 justru memerlukan pengaruh dari transistor
Q2 untuk dapat mengubah input kinerja dari pompa air. Artinya, SCR akan benar-
benar mati ketika transistor Q2 memutus aliran listriknya. Hal ini disebabkan karena
SCR sudah melewati fase Breakdown Voltage sehingga SCR dapat dikatakan benar-
benar mati ketika sambungan di jalur tersebut diputus atau dibuat menjadi rangkaian
terbuka.

IV. Hasil Perhitungan

Tabel 1 didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:

Saat Q1 on, Q2 off, dan SCR off


Berdasarkan Tabel 1 hasil pengukuran dan hasil perhitungan terdapat data
Untuk Q1
Vce = 0.75 V (1.31 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan walaupun tidak begitu besar. hal
ini disebabkan karena terdapat perbedaan pada besaran nilai I C dan IB yang terukur pada
pengamatan dengan IC dan IB yang tertera pada karakteristik VCE transistor 2N4401. IC dan IB
terukur pada pengamatan yakni sebesar 44 mA dan 526 uA. Sedangkan pada datasheet
transistor 2N4401, VCE diukur ketika IC dan IB bernilai sebesar 500 mADC dan 50 mADC

Vbe = 0.75 (0.79 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan. hal ini dianggap sama karena
perbedaannya hanya sekitar 0.04 V.

VRb = (Ib x Rb)


= 0.0005326 x 1000
= 0.5326 V (0.53 pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan hal ini disebabkan karena karena
rumus yang digunakan sudah cukup sesuai dengan model transistor pada rangkaian
pengamatan.

VRe = (Ie x Re)


= 0.05380 x 100
= 5.38 V
Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan hal ini disebabkan karena pada
rangkaian pengamatan, resistansi di kaki emitor pada Q1 tidak bisa dipastikan memiliki besaran
100 Ohm karena tidak ada informasi mengenai berapa resistansi yang ada pada kabel

Ic = Ie – Ib
= 0.05380 – 0.0005326
= 0.0532674 A
= 53.2674 mA (44 mA pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran dianggap sama walaupun berbeda sekitar 11.2674 mA.
hal ini disebabkan karena rumus yang digunakan sudah cukup sesuai dengan model transistor
pada rangkaian pengamatan.

Ie
Ib =
1+ Bdc
0.05380
=
1+100
= 0.0005326 A
= 532.6 uA (526 uA pada tabel ukur pengamatan
Ternyata dengan table hasil pengukuran dapat dianggap sama meskipun ada perbedaan sekitar
2.4 uA. hal ini terdapat kesamaan karena rumus yang digunakan pada perhitungan sudah cukup
sesuai dengan model transistor yang ada pada rangkaian pengamatan

Vs−Vbe
Ie = Rb
Rc + ℜ+
Bdc

12−0.7
= 1000
100+100+
100
11.3
=
200+10
= 0.05380 A
= 53.8 mA (44.5 mA pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan sedikit, sebesar 11.3 mA. hal ini
disebabkan karena pada rangkaian pengamatan, tidak ada Rc maupun Re sehingga penulis
mengasumsikan bahwa panjang kabel yang membentang melalui kolektor Q1 dan Emitor Q1
memiliki jumlah resistansi masing-masing sebesar 100 Ohm.

Untuk Q2
Vce = 40 VBreakdown (5.74 V pada tabel ukur pengamatan)
Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan yang besar. hal ini disebabkan
karena pada rangkaian percobaan, ketika komponen masuk ke fase cut-off, maka tegangan tidak
akan melonjak, bahkan tegangan dapat bernilai nol ketika komponen tersebut sedang berada
pada fase cut-off

Vbe = 6 VBreakdown (0 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan yang besar. hal ini disebabkan
karena hal ini disebabkan karena pada rangkaian percobaan, ketika komponen masuk ke fase
cut-off, maka tegangan tidak akan melonjak, bahkan tegangan dapat bernilai nol ketika
komponen tersebut sedang berada pada fase cut-off

VRb = - (Tidak Diukur)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat [perbedaan / kesamaan] hal ini disebabkan
karena …

VRe = - (Tidak Diukur)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat [perbedaan / kesamaan] hal ini disebabkan
karena …

Ic = 0.1 uA (0 mA pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran dapat dianggap sama. hal ini disebabkan karena pada
fase cut-off, kaki-kaki transistor dapat dipastikan tidak mendapatkan suplai arus listrik dari
sumbernya.

Ib = 0.1 uA (-0.12 uA pada tabel ukur percobaan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran dapat dianggap sama. hal ini disebabkan karena pada
fase cut-off, kaki-kaki transistor dapat dipastikan tidak mendapatkan suplai arus listrik dari
sumbernya.

Ie = Ib+ Ic
= 0 + 0.1
= 0.1 uA (0 mA pada tabel ukur percobaan

Ternyata dengan table hasil pengukuran dapat dianggap sama. hal ini disebabkan karena sesuai
jalur yang dilewati dan dengan menggunakan hukum Kirchhoff arus, arus emitor merupakan
jalur arus basis dan arus kolektor yang menyatu, sehingga arusnya perlu dijumlah dan hasilnya
tetap mendekati nol
Komponen SCR

Vak = VS – VRB
= 12 - 0.5326
= 11.4674 V (5.74 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan karena pada rangkaian
pengamatan, SCR masih dalam kondisi mati total. Artinya, belum ada intervensi dari komponen
lain sehingga besaran tegangannya masih kecil, yakni sekitar hampir 6 Volt

Vag = VS – VGT
= 12 – 1.28
= 10.72 V (11.5 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan kecil, yakni sebesar 0.8V. hal ini
disebabkan karena nilai VGT dihitung dari datasheet yang ada pada transistor 2N4401, V GT
terhitung sebesar 0.75 V ketika VD bernilai 7. Pada pengukuran rangkaian, VD dianggap sama
dengan Vs, yakni 12 V, sehingga jika dilakukan perbandingan, ketika V D = 12, maka VGT akan
bernilai sekitar 1.28

Vkg = 6 V (5.74 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan hal ini disebabkan karena Vkg
ketika mati bernilai sama dengan Vbe, yakni 6 V.

Ik = 0 mA (0 mA pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran kesamaan hal ini disebabkan karena kaki gate dapat
dipastikan tidak menerima suplai arus karena saklar yang mengendalikan masukan gate berada
dalam posisi mati. Jika gate mati, maka tidak akan ada arus dari anoda ke katoda.

Ig = 0 mA (0 mA pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan hal ini disebabkan karena kaki gate
dapat dipastikan tidak menerima suplai arus karena saklarnya berada dalam posisi mati

1. Tabel 2 didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:

(Q1 on ; Q2 hampir on; SCR off)

Berdasarkan Tabel 2 hasil pengukuran dan hasil perhitungan terdapat data


Untuk Q1
Vce = 0.75 V (1.31 V pada tabel ukur pengamatan)
Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan walaupun tidak begitu besar. hal
ini disebabkan karena terdapat perbedaan pada besaran nilai I C dan IB yang terukur pada
pengamatan dengan IC dan IB yang tertera pada karakteristik VCE transistor 2N4401. IC dan IB
terukur pada pengamatan yakni sebesar 44 mA dan 526 uA. Sedangkan pada datasheet
transistor 2N4401, VCE diukur ketika IC dan IB bernilai sebesar 500 mADC dan 50 mADC

Vbe = 0.75 (0.79 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan. hal ini dianggap sama karena
perbedaannya hanya sekitar 0.04 V.

VRb = (Ib x Rb)


= 0.0005326 x 1000
= 0.5326 V (0.53 pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan hal ini disebabkan karena karena
rumus yang digunakan sudah cukup sesuai dengan model transistor pada rangkaian
pengamatan.

VRe = (Ie x Re)


= 0.05380 x 100
= 5.38 V (1.31 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan hal ini disebabkan karena pada
rangkaian pengamatan, resistansi di kaki emitor pada Q1 tidak bisa dipastikan memiliki besaran
100 Ohm karena tidak ada informasi mengenai berapa resistansi yang ada pada kabel

Ic = Ie – Ib
= 0.05380 – 0.0005326
= 0.0532674 A
= 53.2674 mA (44 mA pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran dianggap sama walaupun berbeda sekitar 11.2674 mA.
hal ini disebabkan karena rumus yang digunakan sudah cukup sesuai dengan model transistor
pada rangkaian pengamatan.

Ie
Ib =
1+ Bdc
0.05380
=
1+100
= 0.0005326 A
= 532.6 uA (526 uA pada tabel ukur pengamatan)
Ternyata dengan table hasil pengukuran dapat dianggap sama meskipun ada perbedaan sekitar
2.4 uA. hal ini terdapat kesamaan karena rumus yang digunakan pada perhitungan sudah cukup
sesuai dengan model transistor yang ada pada rangkaian pengamatan

Vs−Vbe
Ie = Rb
Rc + ℜ+
Bdc

12−0.7
= 1000
100+100+
100
11.3
=
200+10
= 0.05380 A
= 53.8 mA (44.5 mA pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan sedikit, sebesar 11.3 mA. hal ini
disebabkan karena pada rangkaian pengamatan, tidak ada Rc maupun Re sehingga penulis
mengasumsikan bahwa panjang kabel yang membentang melalui kolektor Q1 dan Emitor Q1
memiliki jumlah resistansi masing-masing sebesar 100 Ohm.

Untuk Q2
Vs setelah melewati R = Vs’
Rscr
Vs’ = Vsumber – ( ×Vsumber ¿
R + Rscr
100
= 12 - ( ×12)
1000+100
= 12 – 1.09
= 10.91
Vce = 40 V (0.02 V pada tabel ukur pengamatan)
Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan yang besar. hal ini disebabkan
karena pada rangkaian percobaan, ketika komponen masuk ke fase cut-off, maka tegangan tidak
akan melonjak, bahkan tegangan dapat bernilai nol ketika komponen tersebut sedang berada
pada fase cut-off. Hal ini jelas berbeda dengan datasheet pada transistor 2N4401 karena model
transistor yang digunakna pada rangkaian pengamatan memiliki model yang belum tentu sama
dengan transistor 2N4401.

Vbe = VbeSaturation
= 1.2 V (4.92 pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan yang besar. hal ini disebabkan
karena pada transistor 2N4401, rating Vbe diperkirakan berada di kisaran 0.75 hingga 1.2 Volt.
Akan tetapi, Vbe pada rangkaian pengamatan justru lebih tinggi ketika saturasi daripada cutoff
karena efek menyalanya saklar S2 pada rangkaian sehingga kaki basis menerima suplai tegangan
dari saklar yang menyala tersebut.

Ic = 0 mA

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan. Hal ini terjadi karena meskipun Q2
sudah dinyalakan, Ic belum mendapatkan suplai arus karena SCR yang berada di atas Q2 belum
dinyalakan. Jika Q2 belum menyala, Q2 yang sudah menyala belum bisa meneruskan arus dari
sumber ke beban

Vs−Vbe
Ib =
Rb
10.91−1.2
=
100
= 0.0971 A
= 97.1 mA (82.3 mA pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran dianggap sama walaupun ada perbedaan sekitar 15 mA.
hal ini disebabkan karena rumus yang digunakan sudah sesuai. Hanya saja, diperkirakan ada
perbedaan di bagian nilai resistor pada Rb dan nilai Vs yang sudah tidak lagi bernilai 12 karena
mengalami drop tegangan karena sudah melewati R 1000 Ohm.

Ie = Ic + Ib
= 0 + 97.1
= 97.1 mA (82.3 mA pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan walaupun perbedaannya kecil,
sekitar 15 mA. hal ini disebabkan karena sesuai jalur yang dilewati dan dengan menggunakan
hukum Kirchhoff arus, arus emitor merupakan jalur arus basis dan arus kolektor yang menyatu.
Karena Ic masih bernilai nol, maka Ie bernilai sama dengan Ib

Komponen SCR

Vak = VS – VRB
= 12 - 0.5326
= 11.4674 V (11.4 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan hal ini disebabkan karena rumus
yang digunakan sudah sesuai dengan model rangkaian yang ada pada pengamatan

Vag = VS – VGT
= 12 – 1.28
= 10.72 V (11.5 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan kecil, yakni sebesar 0.8V. hal ini
disebabkan karena nilai VGT dihitung dari datasheet yang ada pada transistor 2N4401, V GT
terhitung sebesar 0.75 V ketika VD bernilai 7. Pada pengukuran rangkaian, VD dianggap sama
dengan Vs, yakni 12 V, sehingga jika dilakukan perbandingan, ketika V D = 12, maka VGT akan
bernilai sekitar 1.28

Vkg = 1.2 V (0.02 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan hal ini disebabkan karena Vkg
ketika mati bernilai sama dengan Vbe, yakni 1.2V.

Ik = 0 mA (0 mA pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran kesamaan hal ini disebabkan karena kaki gate dapat
dipastikan tidak menerima suplai arus karena saklar yang mengendalikan masukan gate berada
dalam posisi mati. Jika gate mati, maka tidak akan ada arus dari anoda ke katoda.

Ig = 0 mA (0 mA pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan hal ini disebabkan karena kaki gate
dapat dipastikan tidak menerima suplai arus karena saklarnya berada dalam posisi mati

2. Tabel 3 didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:

(Q1 off ; Q2 on ; SCR on)

Berdasarkan Tabel 3 hasil pengukuran dan hasil perhitungan terdapat data


Untuk Q1
Vce = Vs – Vc
= 12 – (Ic * Rc)
= 12 – (0.0532674 * 100)
= 6.67326 V (9.21 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan sedikit, yakni sekitar 2.6 Volt. Hal
ini dikarenakan Rb dan Re yang digunakan pada perhitungan tidak pasti sama dengan Rb dan Re
yang ada pada kabel di rangkaian.

Vbe = 0.75 (0.72 pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran dianggap sama dengan hasil perhitungan karena Vbe
pada perhitungan diambil dari data sheet transistor 2N4401.
VRb = (Ib x Rb)
= 0.0005326 x 1000
= 0.5326 V

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan. Yakni pada perhitungan bernilai
0.5326 V, sedangkan pada pengukuran bernilai 8.49

VRe = (Ie x Re)


= (0.05380 x 100)
= 5.38 V (9.21V)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan. Hal ini terjadi karena Q1 sudah
dipengaruhi oleh terbaginya arus dan tegangan ke komponen lain yang sudah dinyalakan.

Ic = Ie – Ib
= 0.05380 – 0.0005326
= 0.0532674 A
= 53.2674 mA

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan karena arus pada pengukuran
sudah dipengaruhi oleh komponen lain yang sudah diaktifkan.

Ie
Ib =
1+ Bdc
0.05380
=
1+100
= 0.0005326 A
= 532.6 uA

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan karena arus pada pengukuran
sudah dipengaruhi oleh komponen lain yang sudah diaktifkan.

Vs−Vbe
Ie = Rb
Rc + ℜ+
Bdc
12−0.7
= 1000
100+100+
100
11.3
=
200+10
= 0.05380 A
= 53.8 mA
Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan karena arus pada pengukuran
sudah dipengaruhi oleh komponen lain yang sudah diaktifkan.

Untuk Q2
Vce = VCESaturation
= 0.75 V (3.51 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan sekitar 2.25 Volt. Hal ini terjadi
karena transistor Q2 pada rangkaian pengamatan tidak bisa dipastikan memiliki spesifikasi yang
sama dengan datasheet pada transistor 2N4401

Vbe = VBESaturation
= 1.2 V (4.92 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan sekitar 3.7 Volt. Hal ini terjadi
karena transistor Q2 pada rangkaian pengamatan tidak bisa dipastikan memiliki spesifikasi yang
sama dengan datasheet pada transistor 2N4401

Ic = Ik
= Ig + Ia
10.91−1.2
= +0
100
= 97.1 mA (677 mA pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan karena saklar yang mengendalikan
gate dan kaki basis Q2 tidak dilengkapi dengan resistor sehingga arus yang dihasilkan jauh lebih
besar dari hasil perhitungan

Vs−Vbe
Ib =
Rb
10.91−1.2
=
100
= 0.0971 A
= 97.1 mA (80.8 mA pada tabel ukur pengamatan

Ternyata dengan table hasil pengukuran dianggap sama karena hanya berbeda sekitar 3 mA.

Ie = Ib + Ic
= 97.1 + 97.1
= 194.2 mA (758 mA pada tabel ukur perhitungan)
Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan. Hal ini terjadi karena saklar yang
mengendalikan gate dan kaki basis Q2 tidak dilengkapi dengan resistor sehingga arus yang
dihasilkan jauh lebih besar dari hasil perhitungan

Komponen SCR

Vak = 0 V (0 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan karena ketika SCR menyala,
tegangan pada setiap kaki akan turun secara drastis mendekati nol, sedangkan arus di setiap
kaki akan meningkat

Vag = 0 V (-0.82 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan karena ketika SCR menyala,
tegangan pada setiap kaki akan turun secara drastis mendekati nol, sedangkan arus di setiap
kaki akan meningkat
Vkg = 0 V (-0.82 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan karena ketika SCR menyala,
tegangan pada setiap kaki akan turun secara drastis mendekati nol, sedangkan arus di setiap
kaki akan meningkat

Vs−Vbe
Ik = + IA
Rb
10.91−1.2
= +0
100
= 0.0971 A
= 97.1 mA

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan. Hal ini terjadi karena saklar yang
mengendalikan gate arus yang dihasilkan jauh lebih besar dari hasil perhitungan
10.91−1.2
Ig =
100
= 97.1 mA

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan. Hal ini terjadi karena saklar yang
mengendalikan gate arus yang dihasilkan jauh lebih besar dari hasil perhitungan

3. Tabel 4 didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:

(Q1 off ; Q2 on ; SCR tetap on)

Berdasarkan Tabel 4 hasil pengukuran dan hasil perhitungan terdapat data


Untuk Q1
Vce = 12 V (12 pada tabel ukur pengamatan

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan karena pada fase keempat ini, Q1
tidak begitu berpengaruh pada kinerja motor, sehingga Vce akan sementara sama besarnya
dengan Vsumber

Vbe = 6 V (0.08 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan. Hal ini terjadi karena Q1
sebenarnya sedang berada dalam kondisi mati meskipun saklarnya menyala. pada datasheet
transistor 2N4401, Vbe saat breakdown atau mati terukur sebesar 6 Volt, sedangkan Vbe pada
rangkaian pengamatan terhitung mendekati 0 Volt

VRb = Vsumber
= 12 Volt (11.9 Volt pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan. Hal ini terjadi karena Q1
sebenarnya sedang berada dalam kondisi mati meskipun saklarnya menyala sehingga Vrb akan
bernilai sama dengan Vsumber

VRe = Vsumber
= 12 Volt (12 Volt pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan. Hal ini terjadi karena Q1
sebenarnya sedang berada dalam kondisi mati meskipun saklarnya menyala sehingga Vre akan
bernilai sama dengan Vsumber

Ic = 0 mA (0 mA pada tabel ukur pengamatan)


Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan. Hal ini terjadi karena Q1
sebenarnya sedang berada dalam kondisi mati meskipun saklarnya menyala sehingga tidak ada
suplai arus pada kaki kolektor di Q1 ini.

Ib = 0 uA (-0.12 uA pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan. Hal ini terjadi karena Q1
sebenarnya sedang berada dalam kondisi mati meskipun saklarnya menyala sehingga tidak ada
suplai arus pada kaki basis di Q1 ini.

Ie = 0 mA (0 mA pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan. Hal ini terjadi karena Q1
sebenarnya sedang berada dalam kondisi mati meskipun saklarnya menyala sehingga tidak ada
suplai arus pada kaki emitor di Q1 ini.

Untuk Q2
Vs setelah melewati R = Vs’
Rscr
Vs’ = Vsumber – ( ×Vsumber ¿
R + Rscr
100
= 12 - ( ×12)
1000+100
= 12 – 1.09
= 10.91

Vce = Vsumber – VCESaturation


= 10.91 – 0.75
= 10.16 V (0.08 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan yang cukup besar. Hal ini terjadi
karena pada tabel pengukuran, Vce dianggap 0 karena SCR sudah dimatikan, namun arus listrik
masih berjalan karena SCR tidak akan nonaktif kecuali rangkaian listrik dibuat open loop.
Sedangkan pada perhitungan, penulis menggunakan prinsip drop tegangan pada kolektor-
emitor dengan merujuk pada besaran Vce saturasi sesuai datasheet transistor 2N4401

Vbe = VBESaturation
= 1.2 V (4.92 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan. Hal ini dapaet terjadi karena pada
tabel pengukuran, nilai Vbe Q2 pada fase 4 bernilai sama dengan nilai Vbe Q2 pada fase 2.
Artinya, meskipun transistor masih aktif, nilai-nilai tegangan sudah dianggap tidak aktif karena
SCR sudah dimatikan kaki gate-nya. Perbedaan 1.2V dan 4.92 dapat terjadi karena pada
pengukuran, 4.92 bisa didapat dari pengurangan Vsumber dengan drop tegangan Vbe pada
transistor tersebut.

Ic = Ik
= Ig + Ia
10.91−1.2
= +0
100
= 97.1 mA (11.9 mA pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan

Vs−Vbe
Ib =
Rb
10.91−1.2
=
100
= 0.0971 A
= 97.1 mA (82.2 mA pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran dapat dianggap sama dengan perhitungan. Hal ini
terjadi karena rumus yang digunakan sudah sesuai. Hanya saja, nilai resistansi pada jalur basis
bisa saja berbeda karena penulis tidak mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai berapa
besaran resistansi alami pada kabel penghubung tersebut

Ie = Ib + Ic
= 194.2 mA (94.1 mA pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan cukup besar yakni sekitar 100 mA.
Hal ini terjadi karena nilai Ic pada pengukuran dan perhitungan berbeda

Komponen SCR

Vak = 0 V (0 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat Kesamaan. Hal ini dapat terjadi karena SCR
sudah dikembalikan ke posisi nonaktif karena saklar pada gate sudah diberi input logika 0.

Vag = 0 V (0.08 V pada tabel ukur pengamatan

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat [perbedaan / kesamaan] hal ini disebabkan
karena …
Vkg = 0 V (0.08 V pada tabel ukur perhitungan)
Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat [perbedaan / kesamaan] hal ini disebabkan
karena …

Vs−Vbe
Ik = + IA
Rb
10.91−1.2
= +0
100
= 0.0971 A
= 97.1 mA

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan cukup besar. Hal ini dapat terjadi
karena rumus di atas digunakan ketika SCR sedang dalam kondisi benar-benar menyala.
Sedangkan, pada fase 4 ini, SCR masih menyala namun statusnya sudah “Hampir mati”. Hal ini
ditandai dengan kembalinya nilai tegangan dan arus menjadi 0. Hanya saja, nilai Ik yang tidak nol
ini menjadi pertanda bahwa SCR tidak langsung nonaktif saat dimatikan. Akan tetapi, rangkaian
perlu diputus terlebih dahulu agar SCR benar-benar mati.

Ig = 0 mA (0 mA pada tabel ukur pengukuran)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan. Hal ini terjadi karena saklar yang
menghubungkan kaki gate sudah diberi input 0. Artinya, saklar sudah dimatikan dan tidak ada
lagi suplai arus menuju kaki gate

4. Tabel 5 didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:

(Q1 On ; Q2 off ; SCR off)

Berdasarkan Tabel 5 hasil pengukuran dan hasil perhitungan terdapat data


Untuk Q1
Vce = 0.75 V (1.31 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan walaupun tidak begitu besar. hal
ini disebabkan karena terdapat perbedaan pada besaran nilai I C dan IB yang terukur pada
pengamatan dengan IC dan IB yang tertera pada karakteristik VCE transistor 2N4401. IC dan IB
terukur pada pengamatan yakni sebesar 44 mA dan 526 uA. Sedangkan pada datasheet
transistor 2N4401, VCE diukur ketika IC dan IB bernilai sebesar 500 mADC dan 50 mADC

Vbe = 0.75 (0.79 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan. hal ini dianggap sama karena
perbedaannya hanya sekitar 0.04 V.

VRb = (Ib x Rb)


= 0.0005326 x 1000
= 0.5326 V (0.53 pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan hal ini disebabkan karena karena
rumus yang digunakan sudah cukup sesuai dengan model transistor pada rangkaian
pengamatan.

VRe = (Ie x Re)


= 0.05380 x 100
= 5.38 V

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan hal ini disebabkan karena pada
rangkaian pengamatan, resistansi di kaki emitor pada Q1 tidak bisa dipastikan memiliki besaran
100 Ohm karena tidak ada informasi mengenai berapa resistansi yang ada pada kabel

Ic = Ie – Ib
= 0.05380 – 0.0005326
= 0.0532674 A
= 53.2674 mA (44 mA pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran dianggap sama walaupun berbeda sekitar 11.2674 mA.
hal ini disebabkan karena rumus yang digunakan sudah cukup sesuai dengan model transistor
pada rangkaian pengamatan.

Ie
Ib =
1+ Bdc
0.05380
=
1+100
= 0.0005326 A
= 532.6 uA (526 uA pada tabel ukur pengamatan
Ternyata dengan table hasil pengukuran dapat dianggap sama meskipun ada perbedaan sekitar
2.4 uA. hal ini terdapat kesamaan karena rumus yang digunakan pada perhitungan sudah cukup
sesuai dengan model transistor yang ada pada rangkaian pengamatan

Vs−Vbe
Ie = Rb
Rc + ℜ+
Bdc

12−0.7
= 1000
100+100+
100
11.3
=
200+10
= 0.05380 A
= 53.8 mA (44.5 mA pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan sedikit, sebesar 11.3 mA. hal ini
disebabkan karena pada rangkaian pengamatan, tidak ada Rc maupun Re sehingga penulis
mengasumsikan bahwa panjang kabel yang membentang melalui kolektor Q1 dan Emitor Q1
memiliki jumlah resistansi masing-masing sebesar 100 Ohm.

Untuk Q2
Vce = 40 VBreakdown (5.74 V pada tabel ukur pengamatan)
Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan yang besar. hal ini disebabkan
karena pada rangkaian percobaan, ketika komponen masuk ke fase cut-off, maka tegangan tidak
akan melonjak, bahkan tegangan dapat bernilai nol ketika komponen tersebut sedang berada
pada fase cut-off

Vbe = 6 VBreakdown (0 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan yang besar. hal ini disebabkan
karena hal ini disebabkan karena pada rangkaian percobaan, ketika komponen masuk ke fase
cut-off, maka tegangan tidak akan melonjak, bahkan tegangan dapat bernilai nol ketika
komponen tersebut sedang berada pada fase cut-off

VRb = - (Tidak Diukur)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat [perbedaan / kesamaan] hal ini disebabkan
karena …

VRe = - (Tidak Diukur)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat [perbedaan / kesamaan] hal ini disebabkan
karena …

Ic = 0.1 uA (0 mA pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran dapat dianggap sama. hal ini disebabkan karena pada
fase cut-off, kaki-kaki transistor dapat dipastikan tidak mendapatkan suplai arus listrik dari
sumbernya.

Ib = 0.1 uA (-0.12 uA pada tabel ukur percobaan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran dapat dianggap sama. hal ini disebabkan karena pada
fase cut-off, kaki-kaki transistor dapat dipastikan tidak mendapatkan suplai arus listrik dari
sumbernya.
Ie = Ib+ Ic
= 0 + 0.1
= 0.1 uA (0 mA pada tabel ukur percobaan

Ternyata dengan table hasil pengukuran dapat dianggap sama. hal ini disebabkan karena sesuai
jalur yang dilewati dan dengan menggunakan hukum Kirchhoff arus, arus emitor merupakan
jalur arus basis dan arus kolektor yang menyatu, sehingga arusnya perlu dijumlah dan hasilnya
tetap mendekati nol

Komponen SCR

Vak = VS – VRB
= 12 - 0.5326
= 11.4674 V (5.74 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan karena pada rangkaian
pengamatan, SCR masih dalam kondisi mati total. Artinya, belum ada intervensi dari komponen
lain sehingga besaran tegangannya masih kecil, yakni sekitar hampir 6 Volt

Vag = VS – VGT
= 12 – 1.28
= 10.72 V (11.5 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan kecil, yakni sebesar 0.8V. hal ini
disebabkan karena nilai VGT dihitung dari datasheet yang ada pada transistor 2N4401, V GT
terhitung sebesar 0.75 V ketika VD bernilai 7. Pada pengukuran rangkaian, VD dianggap sama
dengan Vs, yakni 12 V, sehingga jika dilakukan perbandingan, ketika V D = 12, maka VGT akan
bernilai sekitar 1.28

Vkg = 6 V (5.74 V pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat perbedaan hal ini disebabkan karena Vkg
ketika mati bernilai sama dengan Vbe, yakni 6 V.

Ik = 0 mA (0 mA pada tabel ukur pengamatan)

Ternyata dengan table hasil pengukuran kesamaan hal ini disebabkan karena kaki gate dapat
dipastikan tidak menerima suplai arus karena saklar yang mengendalikan masukan gate berada
dalam posisi mati. Jika gate mati, maka tidak akan ada arus dari anoda ke katoda.

Ig = 0 mA (0 mA pada tabel ukur pengamatan)


Ternyata dengan table hasil pengukuran terdapat kesamaan hal ini disebabkan karena kaki gate
dapat dipastikan tidak menerima suplai arus karena saklarnya berada dalam posisi mati

V. Kesimpulan

References
Amelia Alawiah, A. R.-T. (2017). Sistem Kendali dan Pemantauan Ketinggian Air pada Tangki Berbasis
Sensor Ultrasonik. Jurnal Ilmiah Manajemen Informatika dan Komputer, 25-30.

Amin, A. (2018). Monitoring Water Level Control Berbasis Arduino Uno Menggunakan LCD LM016L.
Jurnal EEICT.

Beza Negash Getu, H. A. (2016). Automatic Water Level Sensor and Controller System. International
Conference on Electronic Devices, Systems, and Applicaitons.

G. Labate, L. M. (2016). Kirchhoff’s current law as local cloaking condition: theory and applications.
Electronics Letters.

Per Ivar Helgesen, A. T. (2018). An equilibrium market power model for power markets and tradable
green certificates, including Kirchhoff's Laws and Nash-Cournot competition. Energy Economics.

Saleh, A. L. (2020). Modeling and Simulation of A Low Cost Perturb& Observe and Incremental
Conductance MPPT Techniques In Proteus Software Based on Flyback Converter. IOP
Conference Series: Materials Science and Engineering.

Thanita Suksawat, P. K. (2021). Comparison of Ziegler-Nicholsand Cohen-Coon Tuning Methods:


Implementation to Water Level Control BasedMATLAB and Arduino. Engineering Journal Chiang
Mai University.

Anda mungkin juga menyukai