Disususn Oleh:
11-2020-040
Besarnya tahanan R1 jauh lebih besar dari tahanan R2, hal ini
dimaksudkan agar kita dapat mengukur tegangan pada resistor R2 (dimana
tegangannya kecil), kemudian dari tegangan R2 ini kita dapatkan besarnya
tegangan V1 dengan rumus :
Dimana :
Prosedur Percobaan:
1. Buatlah rangkaian seperti gambar di bawah ini:
V1 V2 V1 V2
1,1 -80 15,5 166,5
2,1 -78 14,4 164
3,0 -48 13,8 159
4,1 -19,7 12,2 146,3
5 5,4 11,3 145
6,21 50,2 10,4 16,5
7 74 9,1 98,3
8,1 41 8,1 99
9 55 7,2 88,2
10,1 65,3 6,2 72,3
11 120,8 5,4 63,3
12,4 138.5 4,2 51,1
13,11 136,7 3,3 39,1
14,2 150,1 2,1 28,0
15,5 166,3 1,1 22,7
4.1 Pengolahan Data
4.2 Analisis
Dari data hasil percobaan yang diberikan, terdapat dua tabel yang
mencantumkan nilai-nilai V1 dan V2 pada berbagai titik percobaan. Untuk
analisis percobaan ini, perhatikan beberapa hal berikut:
Tabel 1:
Tabel 1 mencantumkan data pengukuran V1 dan V2 pada beberapa titik
percobaan.
Ketika V1 berkisar antara 1,05 hingga 15,32 V, V2 memiliki nilai negatif (-
100,4 hingga 83,1). Nilai negatif V2 mungkin disebabkan oleh perbedaan
polaritas sumber tegangan dan pengukuran yang dilakukan.
Dapat dilihat bahwa terdapat perubahan tren dalam hubungan antara V1 dan
V2. Saat V1 meningkat, V2 pada awalnya menurun, lalu naik secara tajam,
dan kemudian menurun lagi. Ini sesuai dengan prinsip pembagi tegangan
resistor, di mana perubahan nilai resistor dapat mengubah pembagian
tegangan.
Hasil pengukuran ini menunjukkan adanya hubungan yang sesuai dengan
rumus pembagi tegangan resistor, tetapi ada beberapa ketidaksesuaian yang
dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti toleransi resistor, pengukuran
yang tidak akurat, atau faktor lain.
Tabel 2:
Tabel 2 juga mencantumkan data pengukuran V1 dan V2 pada berbagai titik
percobaan. Saat V1 berkisar antara 15,36 hingga 1,3 V, V2 berkisar antara
131,7 hingga 38,3. Dalam tabel ini, hubungan antara V1 dan V2 tampak
lebih linear dibandingkan dengan tabel 1. Seperti pada tabel 1, terdapat
perubahan tren dalam hubungan antara V1 dan V2, yang sesuai dengan
prinsip pembagi tegangan resistor.
Kesimpulan dari analisis ini adalah bahwa dalam kedua tabel, terdapat tanda-
tanda bahwa prinsip pembagi tegangan resistor berlaku. Namun, perlu
dicatat bahwa ada variasi dan ketidaksesuaian dalam hasil pengukuran, yang
bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk toleransi resistor,
ketidakpastian dalam pengukuran, atau faktor-faktor lain dalam percobaan.
4.3 Tugas Akhir
1. Jelaskan prinsip kerja rangkaian pengukuran tegangan tinggi DC pada
masing-masing komponen.
2. Jelaskan beberapa metode pembangkitan dan pengukuran tegangan tinggi
DC.
3. Jelaskan proses pembangkitan tegangan tinggi DC dengan
menggunakan multiplier tegangan.
4. Jelaskan proses pengukuran tegangan tinggi DC menggunakan resistor
divider.
5. Jelaskan mengapa tegangan tinggi DC tidak dapat diukur secara
langsung dari sumbernya.
6. Jelaskan fungsi pembangkitan dan pengukuran tegangan tinggi DC.
7. Jelaskan fungsi dari masing-masing komponen pada rangkaian
percobaan.
8. Apa yang akan terjadi saat nilai R1 dan R2 dirubah.
9. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan mulai dari V1 = 0 volt
sampai dengan V1=220V, apakah percobaan tersebut membuktikan
rumus rangkaian resistor divider.
10. Mengapa pada modul 6 menggunakan kapasitor dan pada modul 7
menggunakan resistor untuk pengukuran? Jelaskan.
Jawab
1. Rangkaian pengukuran tegangan tinggi DC yang digunakan dalam
praktikum memanfaatkan prinsip pembagi tegangan resistor. Tujuan
dari rangkaian ini adalah untuk mengukur tegangan tinggi arus searah
(DC) dengan aman menggunakan voltmeter. Prinsip kerja rangkaian
pengukuran tegangan tinggi DC pada masing-masing komponen adalah
sebagai berikut:
Pembagi Tegangan Resistor:
Pada gambar 2.1 "Prinsip Pembagi Tegangan Resistor," terdapat dua
resistor, yaitu R1 dan R2, yang dihubungkan secara seri. Besarnya
tahanan R1 jauh lebih besar dari tahanan R2. Prinsip dasar dari pembagi
tegangan resistor adalah bahwa tegangan total yang diberikan (VS) akan
terbagi antara R1 dan R2 sesuai dengan perbandingan tahanan masing-
masing resistor.
Di mana:
V2 adalah tegangan yang ingin diukur.
R1 adalah tahanan resistor pertama (yang lebih besar).
R2 adalah tahanan resistor kedua (yang lebih kecil).
VS adalah tegangan sumber tinggi yang akan diukur.
Jadi, dengan mengukur tegangan pada resistor R2 (V2), dapat
menghitung nilai tegangan tinggi DC (VS) dengan menggunakan rumus
di atas.
2. Metode Pembangkitan Tegangan Tinggi DC:
Penggunaan Transformator Tegangan Tinggi (HV Transformer):
Metode ini melibatkan transformator khusus yang dirancang untuk
mengubah tegangan AC rendah menjadi tegangan tinggi DC. Ini adalah
metode yang umum digunakan dalam industri untuk menghasilkan
tegangan tinggi DC untuk penggunaan seperti tes isolasi.
Rectifier (Penyearah): Penyearah adalahMetode Pembangkitan
Tegangan Tinggi DC:
Penggunaan Transformator Tegangan Tinggi (HV Transformer):
Metode ini melibatkan transformator khusus yang dirancang untuk
mengubah tegangan AC rendah menjadi tegangan tinggi DC. Ini adalah
metode yang umum digunakan dalam industri untuk menghasilkan
tegangan tinggi DC untuk penggunaan seperti tes isolasi.
Di mana:
DAFTAR PUSTAKA
Tim Asisten (2016). Modul Praktikum Teknik Tegangan Tinggi. Bandung:
Laboratorium Teknik Energi Elektrik Itenas.