Menyanan
SITE TERPILIH
Lokasi :
Jl. Menyanan Kelurahan Kranggan
Kecamatan Semarang Tengah
Semarang
Selain pertimbangan harga tanah yang relatif murah, pemilihan site pada
lokasi jalan menyanan juga mempertimbangkan aspek lokasi strategis
positioning. Lokasi strategis dilihat dari tinjauan lokasi site yang berada di
pusat kota dan merupakan area pusat perdagangan. Dengan lokasi yang berada
di area perdagangan dan dikelilingi oleh pusat perbelanjaan menjadikan daerah
ini sebagai magnet bagi investor. Matahari Mall, Pasar Johar, dan Bisnis Area
Gg. Warung adalah pusat perdagangan yang mengelilingi lokasi site.
Kemudahan dan kecepatan akses sirkulasi menuju site juga merupakan poin
plus lokasi, dikarenakan site berada diantara dua jalan besar kota. Jl. MT
Haryono dan Jl. Gajahmada merupakan kawasan perdagangan besar di kota
Semarang. Site mampu dicapai baik dari Jl. MT Haryono maupun Jl.
Gajahmada.
Lokasi site telah sesuai dengan Tata Guna Lahan Pemerintah Kelurahan
Kranggan, Kecamatan Semarang Tengah. Kepastian ini didapatkan
bedasarkan hasil survey wawancara secara langsung dengan Lurah
Kelurahan Kranggan. Site termasuk didalam zoning permukiman dan
perdagangan.
Infrastruckture Support
Peraturan Daerah:
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR : 3 TAHUN :1992
Pemenuhan Kodifikasi
Lingkungan Hijau
1. Flat House
a. Pengertian Flat House
pemborosan waktu
pemborosan biaya
pemborosan lingkungan (karena pencemaran)
pemborosan sosial (karena tersitanya waktu untuk bersosialisasi). 48
Suatu kompleks hunian dan bukan rumah tinggal yang berdiri sendiri.49
Suatu bangunan terdiri dari tiga unit atau lebih, rumah tinggal di dalamnya
merupakan suatu bentuk kehidupan bersama, dalam lingkungan tanah yang
terbatas. Suatu bangunan terdiri dari tiga unit atau lebih, yang merupakan
suatu kehidupan bersama dalam lingkungan terbatas, dimana masing-
masing unit hunian itu dapat digunakan atau dimiliki secara terpisah.
48
Rusun, Halaman terakhir diubah 4 Januari 2011, Wikipedia Ensiklopedia Bebas, diunduh 20
September 2011,< http://id.wikipedia.org/wiki/Rusun>.
49
Chiara, Joseph D. 2001. Time Saver Standart for building Types : 4th Edition. NYC -
U.S.A : McGraw-Hill Professional Publishing.
Flat House sewa (rental), yaitu rusun yang dimiliki perorangan atau suatu
badan usaha bersama dengan unit unit rusun yang disewakan pemakai atas
dasar perjanjian sewa menyewa.
50
Poerwadarminta, 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : PT. Balai Pustaka.
51
http://urbanarchplus.wordpress.com. 2008. Klasifikasi Apartemen berdasarkan kepemilikan.
Diunduh Pada Tanggal 13 Oktober 2011.
52
Joseph De Chiara dan Lee E. Koppelman, 1986. Standar Perencanaan Bangunan. Jakarta :
Erlangga.
53
Joseph De Chiara dan Lee E. Koppelman, 1986. Standar Perencanaan Bangunan. Jakarta :
Erlangga.
.
Garden Apartements
Bangunan yang terdiri atas dua sampai enam lantai memiliki halaman dan
taman di sekitar bangunan. Flat House ini sangat cocok untuk keluarga inti
yang memiliki anak kecil karena
anak-anak dapat mudah mencapai ke taman. Biasanya diperuntukan untuk
golongan menengah ke atas.
54
De Chiara, Joseph & John Hancock Callender. 1986. Time Saver Standart for building Types :.
NYC - U.S.A : McGraw-Hill Professional Publishing.
Tower :
Karakteristik bentuk ini adalah bujur sangkar atau yang mendekatinya,
tinggi bangunan lebih besar daripada panjang dan lebarnya.
Slab :
Karakteristik bangunan ini panjang tipis, tidak setinggi bangunan jenis
tower.
Variant :
Merupakan gabungan tower dan slab.
55
De Chiara, Joseph & John Hancock Callender. 1986. Time Saver Standart for building Types :.
NYC - U.S.A : McGraw-Hill Professional Publishing.
56
Ibid.
57
Ibid.
Commercial Building
Ditujukan untuk bisnis komersial yang mengejar profit.
General Building
Ditujukan untuk semua lapisan masyarakat, tetapi biasanya hanya dihuni
lapisan masyarakata menegah-bawah.
Special Building
Hanya dipergunakan bagi kalangan tertentu, dan biasanya dimiliki oleh
suatu perusahaan / instansi yang dipergunakan oleh para pegawai maupun
tamu yang memiliki hubungan pekerjaan.
58
Savitri & Ignatius & Budiharjo & anwar & Rahwidyasa. 2007. Indonesia Apartment. Jakarta : PT.
Griya Asri Prima.
Bedasarkan Penghuni59
Bedasarkan Kepemilikan60
59
Savitri & Ignatius & Budiharjo & anwar & Rahwidyasa. 2007. Indonesia Apartment. Jakarta :
Penerbit PT. Griya Asri Prima.
60
De Chiara, Joseph & John Hancock Callender. 1986. Time Saver Standart for building Types :.
NYC - U.S.A : McGraw-Hill Professional Publishing.
61
De Chiara, Joseph & John Hancock Callender. 1986. Time Saver Standart for building Types :.
NYC - U.S.A : McGraw-Hill Professional Publishing.
Kasus yang sering terjadi adalah blind sight anatara fasilitas ruang
sosial ( biasanya untuk bermain anak-anank ) dengan hunian.
Artinya tidak ada kontrol pengawasan dari hunian ke communal
space dikarenakan design yang „membelakangi‟. Pengawasan
indera penglihatan orang tua di dalam hunian tidak terakomodir,
akibat design yang kurang baik. Dengan design yang mampu meng-
connect anatara hunian dan cummunal space keamanan dapat di
ciptakan.
Fenomena „terjun bebas‟ anak anak dari flat bukanlah hal yang
asing lagi. Puluhan peristiwa naas ini terjadi di berbagai daerah di
indonesia dikarenakan penyebab „lalai‟ akan design. Perilaku anak
yang hiperaktif diabaikan oleh perancangan design pagar pembatas.
Pembatas yang kurang memadai mampu dilampaui oleh anak anak.
Perlu adanya suatu design pembatas yang memberi kontrol
maksimal terhadap perilaku anak sehingga keamanan selasar flat
dapat dijamin.
Low-Rise Flat House, bukan berarti jenis ini diperuntukan bagi masyarakat
menengah bawah. Hanya saja sebuah rancangan yang akan dibuat memang
tidak membutuhkan bangunan dengan lantai yang melebihi 6 lantai.
Sehingga dengan asumsi ini rusun masihlah dapat diperuntukan bagi
masyarakat kelas menengah-atas.
a. Parkir
Pola tata guna lahan merupakan salah satu hal yang penting untuk
diperhatikan dalam menyusun suatu tarif parkir. Semakin mendekati pusat
kota, maka harga lahan juga naik. Dengan demikian harga fasilitas parkir
lebih tinggi di pusat kota disbanding di pinggir kota.
Sistem Karcis
Surat izin ini umumnya berbentuk stiker yang ditempel pada bagian
belakang kaca kendaraan yang menunjukkan identitas dari penghuni
perumahan yang dihuni, hal ini disamping berguna untuk
pengendalian dan keperluan keamanan penghuni perumahan atau
kompleks tertentu.
Kapasitas Parkir :
Kapasitas Normal :
Durasi Parkir :
Lamanya suatu kendaraan parkir pada suatu lokasi.
Kawasan parkir :
Kawasan pada suatu areal yang memanfaatkan badan jalan
sebagai fasilitas dan terdapat pengendalian parkir melalui pintu
masuk.
Kebutuhan parkir :
Jumlah ruang parkir yang dibutuhkan yang besarnya dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti tingkat pemilikan kendaraan pribadi,
tingkat kesulitan menuju daerah yang bersangkutan, ketersediaan
angkutan umum, dan tarif parkir.
Lama Parkir :
Jumlah rata-rata waktu parkir pada petak parkir yang tersedia yang
dinyatakan dalam 1/2 jam, 1 jam, 1 hari.
Puncak Parkir :
Akumulasi parkir rata-rata tertinggi dengan satuan kendaraan.
Jalur sirkulasi :
Tempat yang digunakan untuk pergerakan kendaraan yang masuk
dan keluar dari fasilitas parkir.
Jalur gang :
Merupakan jalur dari dua deretan ruang parkir yang berdekatan.
Retribusi parkir :
Pungutan yang dikenakan pada pemakai kendaraan yang memarkir
kendaraannya di ruang parkir.
Penentuan SRP diatas dibagi atas tiga jenis kendaraan dan berdasarkan
penentuan SRP untuk mobil penumpang diklasifikasikan menjadi 3 (tiga).
Parkir di tepi jalan (on street parking) adalah parkir yang mengambil
tempat di sepanjang badan jalan dengan atau tanpa melebarkan jalan
untuk pembatas parkir. Parkir di tepi jalan ini baik untuk pengunjung
yang ingin dekat dengan tujuannya, tetapi untuk lokasi yang
intensitas penggunaan lahan yang tinggi, cara ini kurang
menguntungkan.
g. Efisiensi Parkir
Tabel 14.
Ruang Bebas Lateral Parkir
Secara garis besar ada tiga macam pola parkir, yaitu paralel (sudut 0o),
menyudut (30o, 45o, 60o, 75o), dan tegak lurus (right-angle atau 90o). Pola
parkir paralel lebih sesuai untuk ruang bebas yang terbatas (sempit) namun
kurang nyaman bagi pengemudi pada saat melakukan manuver parkir. Pola
parkir menyudut unggul dalam hal kemudahan melakukan manuver parkir,
namun kurang efisien dalam hal pemanfaatan lahan. Sedangkan untuk pola
parkir tegak lurus paling efisien dalam hal pemanfaatan lahan yang tersedia,
namun harus tersedia aisle yang lebih lebar agar pengemudi tidak
Gambar 52. Tabel 17. Dimensi Ruang Parkir Untuk Berbagai Dimensi Kendaraan dan
Sudut Parkir Sumber : Dirjen Perhubungan Darat, 1998.
Gambar 53. Tabel 18. Dimensi Ruang Parkir Untuk Berbagai Dimensi Kendaraan dan Sudut Parkir
Sumber : Setiawan, 2008.
Sedangkan untuk sirkulasi parkir secara garis besar dibagi menjadi dua, pola
sirkulasi parkir yang pertama adalah sistem satu arah yang mempunyai
keunggulan dalam kemudahan bagi pengemudi untuk memahami alur
pergerakan lalulintas parkir dan minimnya jumlah konflik yang diakibatkan
oleh persilangan dengan pergerakan dari arah lain, namun memiliki
kelemahan dalam hal jarak tempuh lebih jauh untuk mencari ruang parkir
yang kosong. Sebaliknya pola parkir yang kedua yaitu sistem dua arah
memberikan jarak tempuh yang lebih pendek bagi pengemudi pada saat
mencari ruang parkir yang kosong, namun berpotensi menimbulkan konflik
yang diakibatkan oleh persilangan dengan pergerakan dari arah lain.
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
10.000 - 25.000 - 50.000 - 100.000 - 250.000 - 500.000 - Over
25.000 50.000 100.000 250.000 500.000 1.000.000 1.000.000
Population
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
10.000 - 25.000 - 50.000 - 100.000 - 250.000 - 500.000 - Over
25.000 50.000 100.000 250.000 500.000 1.000.000 1.000.000
Population
5
Parking Duration (hour)
0
10.000 - 25.000 25.000 - 50.000 50.000 - 100.000 100.000 - 250.000 - 500.000 - Over 1.000.000
250.000 500.000 1.000.000
Population
h. Efektivitas Parkir
e. Ruang Terbuka
Beberapa pengertian tentang ruang terbuka hijau diantaranya
adalah:
1. Ruang yang didominasi oleh lingkungan alami diluar maupun
di dalam kota, dalam bentuk taman, halaman, areal rekreasi,
dan jalur hijau ( Trancik, 1986:61)
2. Ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam
bentuk area / kawasan maupun dalam bentuk area
memanjang / jalur yang dalam penggunaaannya lebih bersifat
terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan yang berfungsi
sebagai kawasan pertamanan kota, hutan kota, rekreasi kota,
kegiatan olahraga, pemakaman, pertanian, jalur hijau dan
kawasan hijau pekarangan ( Inmendagri no. 14/1988 ).
3. Fasilitas yang memberikan kontribusi penting dalam
meningkatkankualitas lingkunga pemukiman, dan merupakan
suatu unsur yang sangat penting dalam kegiatan rekreasi
(Rooden Van FC dalam Groove & Gresswell, 1983).
Gambar 70– 77. Sumber : Film Documenter Nemausus, Oleh Jean Nouvel
Nemausus adalah sebuah flat yang berada di tengah kota di Prancis. Berada
di antara jalan raya dan permukiman padat penduduk sebuah hunian rumah susun
berdiri tegak. Sang arsitek Jean Nouvel membuat mahakarya ini diperuntukan
kepada masyarakat kelas ekonomi menengah di prancis. Dari preseden ini, kita bisa
belajar lebih dalam mengenai bagaimana merancang sebuah rumah susun yang baik
yang mempertimbangkan aspek-aspek sosial, keselamatan, efisiensi, efektifitas, tata
ruang, dan tentu saja segi keindahan arsitekturalnya.
Terkait dengan projek flat house yang saya ambil, nemausus menjadi
concern utama tolak ukur desain. Nemausus memberikan sebuah gambaran realistis
bagaimana sebuah hunian flat yang mampu merekonsiliasi dengan apik berbagai
problematika sebuah rusun pada umumnya. Dari hal tersebut, saya akan mencoba
menelaah dan mengkaji lebih dalam dari perspektif saya pribadi tentang bangunan
ini.
a. Privacy
Tentu saja jika kita berada di sebuah bangunan yang dihuni oleh banyak
orang pastilah aspek privasi harus menjadi concern utama. Bagaimana
mungkin hidup berdampingan dengan berbagai macam tipe, karakter, dan sifat
orang berbeda di dalam satu atap tanpa adanya pemilahan ruang. Sebuah ruang
privasi pastilah sangat dibutuhkan tiap individu.
Tata ruang rusun ini terbilang cukup umum dalam sebuah desain rumah
susun. Berderet memanjang dan letak jalur sirkulasi penghuni berada di depan
tiap-tiap hunian. Bangunan menggunakan tata ruang bersebelahan
memungkinkan definisi
yang jelas dan untuk
masing-masing ruang
menjadi jelas terhadap
fungsi dan persyaratan
simbolisnya. Gambar 102.Ruang yang bersebelahan
Sumber :Bentuk ruang tatanan , DK ching
c. Circulation
Pola sirkulasi nemausus amat sangat ditekankan aspek social conecting &
playground area untuk anak-anak. Novel memberikan sebuah „apresiasi‟ dan
media bagi anak-anak. Terkadang sering seorang arsitek luput dalam
memberikan sebuah „keinginan‟ dari apa yang dibutuhkan anak-anak dalam
bermain dan beraktivitas. Maka tidak jarang bangunan selalu berorientasi
kepada penghuni yang sudah dewasa dan mengesampingkan anak-anak.
Namun ada yang unik dan menarik dalam pemilihan sirkulasi vertikal,
nouvel memilih tangga outdoor sebagai pencapaian koneksi antar lantai flat.
Tangga diletakkan terpisah dari kesatuan bangunan sehingga pemaksimalan
luasan area terbangun dapat dicapai. Tangga ini menyerupai tangga subway
atau mirip juga dengan tangga di jembatan penyeberangan jalan yang ada di
indonesia. Dengan lebar yang luas dan dilengkapi atap tangga ini juga menjadi
point of interest bangunan dan tidak jarang tempat ini dijadikan tempat
bermain bagi anak-anak. Sirkulasi ini jauh dari „anggapan‟ tangga itu „boring‟
dan „gelap‟ bagi anak-anak.
d. Communal Space
Flat ini juga sangat concern terhadap keberadaan ruang sosial. Ruang sosial
berada pada landscape bangunan berupa bidang lahan persegi-panjang dengan
perkerasan plester semen. Landscape difungsikan sebagai tempat aktifitas
sosial maupun ladang bermain anak-anak dan tidak dipergunakan sebagai lahan
parkir. Dengan ruang sosial yang luas seluruh penghuni dapat menjadikannya
tempat berkumpul dan berinteraksi.
e. Parking Area
Efektifitas lahan parkir dan penempatannya dapat kita lihat di rusun ini.
Lahan parkir tidak berada di landscape bangunan namun ditempatkan di bawah
massa bangunan dengan menerapkan sistem semi basement. Dengan kebijakan
ini, pemaksimalan cummunal space landscape dapat dicapai karena tidak
berbenturan dengan parkir.
f. Safety
Kini, Anda jangan berharap bisa menyaksikan suasana rusun yang dipenuhi
oleh kibaran jemuran itu di Negeri berpenduduk sekitar 4 juta orang ini. Sehari-
hari, seantero rusun tampak steril dari kibaran jemuran pakaian. Pertanyaannya,
apakah kini mereka tidak perlu menjemur mencuci dan menjemur baju bajunya?
Tentu saja tidak begitu. Tentu saja mereka juga butuh mencuci dan menjemur baju
sebagaimana manusia pada umumnya. Lalu dimana mereka menjemur cuciannya
sehari hari? Nah, mereka telah meninggalkan kebiasaan buruk tahun 60-an yang
hingga kini masih dipraktekkan di surabaya atau Jakarta: memamerkan jemuran.
Mereka menjemur pakaian secara “tersembunyi”. Mereka sengaja menyediakan
fasilitas jemuran tersembunyi yang tidak tampak dari luar.
Proses yang diawali dengan gambaran masa depan atau yang disebut visi.
Pemerintah Singapura pada tahun 60-an sudah memiliki gambaran jelas tentang
bagaimana kondisi hunian yang akan mereka ciptakan pada yang akan datang.
Mereka mencita-citakan sebuah sistem hunian vertikal puluhan lantai sedemikian
hingga akan banyak lahan yang bisa dibiarkan kosong dan memberi kesan lapang
plus nyaman. Visi itulah yang kini telah terealisasi. Singapura adalah negeri kota
yang masih bisa menyisakan sekitar 50% lahannya berupa tanah kosong yang
ditumbuhi aneka pepohonan asri.
Sumber:
http://www.google.co.id/search?um=1&hl=id&biw=1280&bih=670&tbm=isch&sa=1&q=Flat+Hou
seHougang+Singaporel&btnG=Telusuri#q=Flat+House+Hougang+Singapore&um=1&hl=id&tbm=i
sch&source=lnt&tbs=isz:m&sa=X&ei=93mMTrraGIHwrQeVjeXzAQ&ved=0CBEQpwUoAg&bav
=on.2,or.r_gc.r_pw.,cf.osb&fp=29b6125e87fde36f&biw=1280&bih=670
Diunduh Tanggal 8 October 2011
kebutuhan rumah murah awalnya untuk 30.000 masyarakat Singapura yang tinggal
di kawasan kumuh. Tetapi kemudian lembaga ini terus dikembangkan secara
profesional untuk merencanakan, membangun dan mengatur menajemen
perumahan – perumahan susun di Singapura.
HDB juga berfungsi sebagai suplier kunci untuk berbagai material untuk
menjamin keterjangkauan harga dan ketersediaan bahan bangunan. Selanjutnya
pada era 1990-an, untuk konstruksi, kontraktor – kontraktor lokal ditunjuk dengan
sistem tender publik yang selanjutnya juga akan meningkatkan pendapatan bagi
masyarakat lokal. HDB juga meremajakan perumahan lama agar selaras dengan
perumahan yang baru disekitarnya terutama untuk fasilitas sosial. Dapat
disimpulkan dengan konsep HDB di Singapura, pengadaan perumahan susun atau
permukiman densitas tinggi dapat dicapai dengan baik.
Selanjutnya pada era 1990-an, HDB juga berfungsi sebagai suplier kunci
untuk berbagai material untuk menjamin keterjangkauan harga dan ketersediaan
bahan bangunan untuk Rumah Susun. Selanjutnya untuk konstruksi, kontraktor –
kontraktor lokal ditunjuk dengan sistem tender publik yang selanjutnya juga akan
meningkatkan pendapatan bagi masyarakat lokal sekaligus mendorong kegiatan
ekonomi (efek ganda dalam pembangunan perkotaan).
Nama Rusun
Penjaringansari Rusun
Letak :
Jl. Raya Pandugo Surabaya,
Jawa Timur
Hingga saat ini kota Surabaya telah mempunya 9 rusun yang berrada di
berbagai wilayah. Antar lain; rusun Grudo, Rusun Penjaringansari terdiri dari 4
blok, Rusun Sumbo (2 blok), Rusun Waru Gunung (2 blok), Rusun Siwalannkerto
(2 blok), Rusun Randu (4 blok), Rusun Wonorejo (2 blok), Rusun Dupak Bangun
Rejo (2 blok) dan Rusun Urip Sumoharjo (4 blok).
Akibatnya bisa ditebak, di sana sini nampak rembesan air dari dalam pipa
yang bocor tersebut sehingga kondisinya lembab. Bagian plafon rusun juga
mengalami kerusakan dan ada rembesan air entah dari saluran pipa air bersih atau
saluran pembuangan. Kondisi ini terjadi hampir di semua lantai sehingga cukup
merisaukan dan mengganggu para penbghuni rusun. Sebab acapkali rembesan air
tersebut mengenai perabotan rumah tangga mereka.
D. SPESIFIKASI PROYEK
1. Pengguna Bangunan
Pengguna dalam bangunan Rusun Pecinan Semarang yaitu:
a. Single / Lajang / Belum Menikah
Projek adalah sebuah Flat Houses yang direncanakan berada di kawasan Pecinan,
Semarang Tengah. Dengan Kisaran Jumlah Tampung :
Penghuni Flat ( All ) : ± 300 Orang
Penghuni Guest House ( All ) : ± 70 Orang
Pegawai Retail ( tipe A & B ) : ± 100 Orang
Pegawai ( Cleaning, Security, dsb. ) : ± 20 Orang
Pengunjung Event ( Area Landscape ) : ± 1000 Orang +
Luas site yang digunakan untuk mendirikan Hotel Resort adalah seluas
2.5 hektar dengan building coverage mencapai ±16% dari luas lahan atau
sekitar 4078 meter2.
U .
Batas :
U = Gang Warung
S = Wot Gandul
B= Jl. Beteng
T = Gang Pinggir
Lokasi
Kawasan Kumuh
Kawasan Hunian
Kawasan Perdagangan
a. Property Size
Luas Lahan Direncanakan : 9420 m²
INDOOR - PUBLIC
Luas Luasan Total Propoerty
Zona Ruang No. Ruang Jumlah Sat. Sirkulasi
(m²) (m²) Size
Lobby & 88 3 Unit 264
1 264
Receptionist
Equipment 11 1 Unit 11
2 11
Store Room
3 Serve Room 11 1 Unit 11 11
4 Control Room 5 1 Unit 5 5
5 Lavatory 16 4 Unit 64 64
Office
Marketing 22.23 1 Unit 22.23
Executive 22.23 1 Unit 22.23
Officer
Personal 15.14 1 Unit 15.14
6 97.88
Manager
Acounting 15.4 1 Unit 15.4
Manager
Meeting 22.88 1 Unit 22.88
Public Room 30 %
Retail
Mini Market 37.97 4 Unit 151.88
7 ATM 3 3 Unit 9 193.25
Drug Store & 32.37 1 Unit 32.37
Policlinic
Cafetaria
Chinese Cafe 133 1 Unit 133
8 236.1
Kitchen 95.1 1 Unit 95.1
Lavatory 2 4 Unit 8
9 Wardrobe 25 2 Unit 50 50
Ruang Artist 63 1 Unit 63
10 63
(Pentas)
Ruang Serba 100 1 Unit 100
11 100
Guna
Security 4 4 Unit 16 16
Musholla 68.75 1 Unit 68.75 68.75
Area
376,8 1 Unit 376,8
Pendukung
JUMLAH LUASAN 2637,2
JUMLAH TOTAL LUASAN + SIRKULASI 30% 3768
Tabel 31. Luasan Area Outdoor Terbangun.
Sumber : Analisis Penulis, 2011.
Dari tabel di atas maka dapat diketahui bahwa total kebutuhan ruang
yang diperoleh dari penggolongan fungsi dan kegiatan adalah 5.652 m².
Kebutuhan ruang tersebut dianggap sebagai kavling efektif dimana pada
nantinya akan berbentuk bangunan.
d. Building Cost
Building cost terdiri dari biaya standar dan nonstandar. Building cost
standar adalah kavling efektif atau kavling terbangun dikalikan dengan
harga standart konstruksi bangunan flat house. Pada bangunan Flat House
ini terdiri dari massa bangunan 3 lantai. Sedangkan building cost nonstandar
adalah biaya peralatan yang diinstalasi ketika pembangunan gedung
Menurut PERMEN No. 18 Tahun 2007, umur ekonomis bangunan
hunian vertikal seperti rusunawa maupun apartment, ditentukan berdasarkan
tingkat keamanan konstruksi bangunan dan diperhitungkan selama 30 tahun.
Sedangkan jika diklasifikasi bedasarkan struktur bangunan, jenis material,
maintenance, bentuk bangunan, dan efek pemakaian diasumsikan pula umur
ekonomis bangunan lebih-kurang 30 tahun. Pembangunan Perumahan di
Kawasan Kranggan Kecamatan Semarang Tengah Harus Memenuhi
Ketentuan di bawah ini sesuai dengan PerBup 11 Tahun 2007.
Kawasan Budidaya
No Ketentuan
Di Luar Kawasan Resapan Air
1 Kapling Minimal 125m²
2 KDB Maksimum 50 %
3 KTLK Maksimum 80 %
4 KTLL Maksimum 70 %
Luas Lahan Yang Direncanakan Sebagai Site dari Bangunan adalah seluas
9420 m².
KDB : 9420 m² x 60 % = 5.652 m²
KTLK : 9420 m² x 80 % = 7.536 m²
KTLL : 9420 m² x 70 % = 6.695 m²
Luas Dasar Bangunan = 5.652 m²
Harga Bangunan
Diketahui bahwa standar harga bangunan per m² di daerah Semarang Tengah
untuk bangunan gedung bertingkat sederhana adalah:
= Rp 4.200.000,-
PERMUKIMAN
1. Wisma/ 8.200.000 4.625.000 2.837.500 1.918.750
Rumah Tinggal
FASILITAS USAHA
1. Industri/ 10.887.500 8.625.000 5.100.000 2.575.000
Gudang
2. Perdagangan/ 12.675.000 9.018.750 6.362.500 3.706.250
Perkantoran
Tabel 33. Standar Harga Bangunan Bertingkat di Semarang Tengah
Sumber : http://semarang.go.id/cms/investasi/ijin/upt/imb.html
Diunduh 30 Sepetember 2011.
Koefisien 1,120
Indeks Harga Satuan Setiap M2 Bangunan :
Bangunan 2 lantai : 1,090
Bangunan 3 lantai : 1,120
Bangunan 4 lantai : 1,135
Bangunan 5 lantai : 1,162
Bangunan 6 lantai : 1,197
Bangunan 7 lantai : 1,236
Bangunan 8 lantai : 1,265
Sumber : http://semarang.go.id/cms/investasi/ijin/upt/imb.html
e. Master Budget
3
LANJUTAN
Rp.5.000.000 Barongsai
Rp. 50.000.000
(sewa/hr) ( 20 hari / Tahun )
Halaman Multi
Perunjukan Wayang Poo
Fungsi (Fleksibel 2207 m² Rp. 500.000
Tay Hie Rp. 15.000.000
Room) (sewa/mlm) ( 30 hari / Tahun )
30 Stand / Malam
Rp.100.000 (per-stand 12 m²)
Rp. 108.000.000
(sewa/m²) Pameran Arsitektur
Pecinan dan Lokal
( 3 hari / Tahun )
Pertunjukan Akrobat,
Rp.34.000 Magician, dan Beladiri
Rp. 153.714.000
(sewa/m²) Shaolin
( 3 hari / Tahun )
No Komponen Biaya
1 Total Pendapatan Kotor Per Tahun Rp. 5.239.450.000
2 Biaya Operasional Pengelolaan Rp. 250.000.000
3 Biaya Promosi dan Asuransi Rp. 41.120.000
4 Biaya Tetap ( Pajak ) Rp. 90.000.000
5 Biaya Tak Terduga Rp. 100.000.000