Skripsi Faisal 062108031
Skripsi Faisal 062108031
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana sains
Disusun Oleh :
062108031
NPM : 062108031
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan
1. Ibu Dr. Prasetyorini, M.Si selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
2. Bapak Drs. Husain Nashrianto, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi
Kimia, FMIPA Universitas Pakuan Bogor.
3. Dra. Eka Herlina, M.Pd dan Drs. Agus Taufiq, M.Si. selaku pembimbing
yang telah memberikan arahan, saran dan bimbingan selama penulisan skripsi
ini.
4. Orang tua tercinta, yang selalu menjadi penyemangat dan memberi doa yang
tulus.
Terima kasih.
Penulis
iii
MUHAMAD FAISAL FUAD. 062108031. 2012. : “Development of Analytical
Methode Dextromethorphan HBr and Diphenhydramine HCl in Liquid
Cough Preparation Using Ultra High Performance Liquid Chromatography
(UPLC)”, supervised by Dra. Eka Herlina, M.Pd. and Drs. Agus Taufiq, M.Si.
SUMMARY
Analytical methode development performed over demand of faster
analysis, especially on industry demanding faster analysis with minimum cost.
The author tries to develop analytical methode Dextromethophan Hbr and
Diphenhydramine HCl in liquid cough preparations of using High Performance
Liquid Chromatography (HPLC) become Ultra Performance Liquid
Chromatography (UPLC). In previous studies for determination of vitamin B1,
B2, and B6 in a multivitamin supplement beverages using HPLC at pressures <
4000 Psi takes 15 minutes with a gradient mobile phase method, and only takes 3
minutes using UPLC at pressure 4000 Psi - 15000 Psi. It is expected that the
development of these methods to UPLC will make the run time (injection time)
faster. This study aims to find a method that is faster and more efficient methods
of analysis Dextromethorphan HBr and Diphenhydramine HCl with UPLC
utilization.
Methodology of the research consisted of searching an optimum flow rate,
verification, and data processing. Searching an optimum flow rate by comparing
the suitability parameters system including resolution (separation of power),
relative standard deviation (RSD), and tailing factor at flow rate of 0.20, 0.30, and
0.40 mL / min. The verification that is perform including precision, accuracy, and
selectivity.
Based on system suitability test results, the optimal flow rate is on 0.30
mL/min. After verification, the results that is obtained meet requirements of the
verification tests with the resolution on 2.247, relative standard deviation (RSD)
on 0.50% for Dextromethorphan HBr, 0.55% for Diphenhydramine HCl, and
recovery for Dextromethorphan HBr on 99.97%, and Diphenhydramine HCl on
100.50%.
iv
MUHAMAD FAISAL FUAD. 062108031. 2012. : “Pengembangan Metode
Analisis Dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine HCl dalam Sediaan
Obat Batuk Cair Secara Ultra High Performance Liquid Chromatography
(UPLC)”, Dibimbing oleh Dra. Eka Herlina, M.Pd. dan Drs. Agus Taufiq,
M.Si.
RINGKASAN
Pengembangan metode analisis dilakukan seiring tuntutan waktu analisis
yang semakin cepat, terutama pada industri yang menutut kecepatan dengan biaya
seminimal mungkin. Penulis mengembangkan metode analisis Dextromethophan
Hbr dan Diphenhydramine HCl dalam sediaan obat batuk cair secara High
Performance Liquid Chromatography (HPLC) menjadi menggunakan Ultra
Performance Liquid Chromatography (UPLC). Pada penelitian sebelumnya untuk
penetapan vitamin B1, B2, dan B6 pada suatu minuman suplemen multivitamin
menggunakan HPLC pada tekanan < 4000 psi membutuhkan waktu 15 menit
dengan metode fase gerak gradien, sedangkan membutuhkan waktu 3 menit jika
menggunakan UPLC pada tekanan 4000 Psi – 15000 Psi. Diharapkan dengan
pengembangan metode ini ke UPLC akan didapatkan run time (waktu injeksi)
yang jauh lebih singkat. Penelitian ini bertujuan mendapatkan metode yang lebih
cepat dan lebih efisien untuk metode analisis Dextromethorphan HBr dan
Diphenhydramine HCl dengan pemanfaatan UPLC.
Metode penelitian yang dilakukan terdiri dari penelitian laju alir yang
optimum, verifikasi, dan pengolahan data. Penelitian laju alir yang optimum
dilakukan dengan membandingkan parameter kesesuaian sistemnya yang meliputi
resolusi (daya pisah), simpangan baku relatif (RSD), dan tailing factor (faktor
pengekoran) pada laju alir 0.20, 0.30, dan 0.40 mL/menit. Verifikasi yang
dilakukan meliputi presisi, akurasi, dan selektivitas.
Berdasarkan hasil uji kesesuaian sistem, laju alir yang optimal adalah pada
kecepatan 0.30 mL/menit. Setelah diverifikasi, hasil yang didapatkan memenuhi
persyaratan uji verifikasi yaitu dengan resolusi 2.247, simpangan baku relatif
(RSD) 0.50% untuk Dextromethorphan HBr, 0.55% untuk Diphenhydramine HCl,
dan recovery 99.97% untuk Dextromethorphan HBr, 100.50% untuk
Diphenhydramine HCl.
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................iii
RINGKASAN.............................................................................................iv
SUMMARY.................................................................................................v
DAFTAR ISI...............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
1.4 Hipotesis............................................................................................3
2.1 Kromatografi.....................................................................................4
2.2 HPLC.................................................................................................7
2.3 UPLC...............................................................................................12
2.5 Verifikasi.........................................................................................18
2.6 Batuk................................................................................................19
vi
3.1 Waktu dan Tempat..........................................................................25
5.1 Kesimpulan......................................................................................38
5.2 Saran................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................39
Lampiran....................................................................................................41
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5. Cara mengukur tR; Wh/2; Wb; dan σ suatu puncak kromatogram....17
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4. Hasil Uji selektifitas pada laju alir 0.3 mL/menit dengan UPLC............33
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
Metode saat ini yang sering digunakan oleh Industri Farmasi, salah
satunya adalah HPLC terutama untuk industri yang menjadikan United State
Pharmacopeae (USP) sebagai standar. Adanya UPLC ke dunia industri maka
banyak dari industri farmasi yang beralih dari HPLC ke UPLC untuk pemeriksaan
kadar zat aktif.
1
run time (waktu injeksi) + 7 menit untuk satu injeksi, dan belum ada metode
dengan UPLC. Metode analisis menggunakan HPLC merupakan analisis yang
bisa dikategorikan cepat, tetapi di industri mereka membutuhkan analisis yang
lebih cepat dan efisien dari ini. Hal ini dikarenakan tuntutan kebutuhan produk
dengan waktu yang cepat dengan biaya seminimal mungkin, dan jumlah lot
produk yang banyak.
Prinsip kedua alat ini hampir serupa, yaitu kromatografi cair-cair, hanya
berbeda pada pompa, dan kolom yang digunakan. Kolom yang digunakan
mempunyai ukuran partikel lebih kecil dari HPLC, dan pompa yang digunakan
adalah pompa bertinggi (lebih tinggi dari HPLC, > 4000 Psi) dikarenakan
perbedaan pompa dan kolom yang digunakan, maka metode yang digunakan
harus disesuaikan dan harus diverifikasi kembali.
Pada penelitian sebelumnya untuk penetapan vitamin B1, B2, dan B6 pada
suatu suplemen multivitamin menggunakan HPLC pada tekanan <4000 psi
membutuhkan waktu 15 menit dengan metode fase gerak gradien, dan hanya
membutuhkan waktu 3 menit. Jika menggunakan UPLC pada tekanan
4000 Psi – 15000 Psi. Sehingga diharapkan dengan pengembangan metode ini ke
UPLC akan didapatkan run time yang jauh lebih singkat.
Run time yang cukup panjang untuk satu injekan yaitu + 7 menit untuk
analisis Dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine HCl dalam sediaan obat
batuk cair menggunakan HPLC, maka dibutuhkan metode yang dapat
menganalisis kadar Dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine HCl dalam
sediaan obat batuk cair yang lebih cepat dari metode tersebut.
Mendapatkan metode yang lebih cepat dan lebih efisien untuk penetapan
kadar Dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine HCl dengan pemanfaatan
UPLC.
2
1.4 Hipotesis
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kromatografi
Pembagian kromatografi menurut jenis fasa diam dan fasa geraknya dapat
dilihat pada skema dibawah ini :
4
Kromatografi
1. Kromatografi Gas :
2. Kromatografi Cair :
5
Dalam kromatografi kertas, fase diamnya adalah kertas serap yang sangat
seragam dan fase geraknya adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.
Berbagai jenis pemisahan yang sederhana dengan kromatografi kertas telah
dilakukan dimana proses dikenal sebagai "analisis kapiler". Metode-metode ini
sangat sesuai dengan kromatografi serapan, dan sekarang kromatografi kertas
dipandang sebagai perkembangan dari sistem partisi.
Salah satu zat padat dapat digunakan untuk menyokong fasa tetap yaitu
bubuk selulosa. Pada kromatografi kertas peralatan yang dipakai tidak perlu alat-
alat yang teliti atau mahal. Hasil-hasil yang baik dapat diperoleh dengan peralatan
dan materi-materi yang sangat sederhana. Senyawa-senyawa yang terpisahkan
dapat dideteksi pada kertas dan dapat segera diidentifikasikan. Bahkan jika
dikehendaki, komponen-komponen yang terpisahkan dapat diambil dari kertas
dengan jalan memotong-motongnya, kemudian dilarutkan secara terpisah.
c. Ion Exchange
Dalam teknik ini, gel non ionik berpori banyak dengan ukuran yang sama
digunakan untuk memisahkan campuran berdasarkan perbedaan ukuran
molekulnya (BM). Molekul-molekul yang kecil akan memasuki pori-pori dari gel
6
sedangkan molekul besar akan melewati sela-sela gel lebih cepat bila
dibandingkan dengan molekul yang melewati pori-porinya. Jadi urutan elusi
mula-mula adalah molekul yang lebih besar, molekul sedang, dan terakhir
molekul yang paling kecil. Bila sebagai penyaring digunakan sephadex (gel yang
hidrofil) maka teknik ini disebut gel filtration chromatography dan bila digunakan
gel yang hidrofob (polystyrene-divinylbenzene) disebut gel permeation
chromatography.
2.2 HPLC
Pada awal tahun 80an HPLC mulai terkenal, dan mulai banyak digunakan
di dunia industri. Semenjak 2006 banyak perusahaan yang mengembangkan
instrumen analisis HPLC. Penamaan yang digunakan untuk alat yang merupakan
perkembangan dari HPLC ini berbeda beda setiap perusahaan yang
memproduksinya, dan nama intrumen tersebut antara lain Ultra high Performance
Liquid Chromatography (UPLC), Rapid Resolution Liquid Chromatography
(RRLC), Ultra Fast Liquid Chromatography (UFLC), dan Rapid Separation
Liquid Chromatography (RSLC).
7
Mudah melaksanakannya
2.2.2 Jenis HPLC menurut polaritas fasa gerak dan fasa diam.
Jika dilihat dari sifat polaritas fase gerak dan diamnya maka HPLC dapat
dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Fase Normal
Walaupun nama fase ini adalah fase normal, teknik ini merupakan teknik
yang tidak biasa digunakan dalam analisis rutinitas. Pada fase ini kolom yang
digunakan mempunyai polaritas yang lebih tinggi jika di badingkan dengan
eluennya.
8
Senyawa-senyawa polar dalam campuran melalui kolom akan melekat
lebih lama pada silika yang polar dibanding degan senyawa-senyawa non polar.
Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian akan lebih cepat melewati
kolom.
2. Fase Terbalik
Pada teknik fase terbalik ini polaritas eluen lebih tinggi jika di bandingkan
dengan kolom yang digunakan. Teknik ini mempunyai kelebihan, yaitu eluen
yang digunakan lebih murah, oleh karena itu teknik ini sering kali digunakan di
industri untuk analisis sehari hari.
Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan satu macam atau lebih fase gerak
dengan perbandingan tetap, atau dapat dikatakan komposisi fase gerak tetap
selama elusi.
Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan campuran fase gerak yang
perbandingannya berubah-ubah dalam waktu tertentu, komposisi fase gerak
berubah-ubah selama elusi.(Azhar,2010)
9
2.2.4 Skema alat HPLC
Eluen Detektor
Pompa Display
Kolom
Injektor Buangan
d. Melarutkan sampel
10
2. Pompa, yang berfungsi mendorong eluent dan sampel agar masuk ke dalam
kolom, dan kecepatan alir atau tekanan dapat diatur.
Sebagian besar detektor yang dipakai pada KCKT tidak merusak sehingga
komponen cuplikan dapat dikumpulkan dengan mudah ketika mereka
melewati detektor. Biasanya pelarut dihilangkan dengan mudah dengan cara
penguapan, kecuali pada pertukaran ion yang memerlukan tatakerja khusus.
(Johnson, 1991)
11
2.3 UPLC
UPLC merupakan salah satu dari KCKT, dan prinsip dari alat ini sama
persis dengan HPLC. Perbedaannya dengan HPLC adalah tekanan pada sistem
kromatografi. Pompa HPLC mampu menghasilkan tekanan yang tinggi tetapi
tidak setinggi UPLC (HPLC < 4000 Psi, UPLC > 4000 Psi) dapat menghasilkan
tekanan hingga 15000 Psi.
Komponen dari alat ini serupa dengan Instrumen HPLC, alat ini memiliki
pompa untuk mengalirkan eluen, injektor, kolom, oven dan detektor. Tekanan
yang tinggi merupakan hasil gabungan dari pompa dan kolom berbeda yang
digunakan pada HPLC.
12
Hukum tersebut dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :
a = tetapan absorpsivitas
Tebal kuvet yang dilalui sinar (b) dan konsentrasi (c) adalah faktor yang
sangat menentukan bagi harga absorbansi sehingga harus ditunjukkan secara jelas.
Jika konsentrasi dalam prosedur analisis dinyatakan sebagai mol / L (molar) maka
tetapan disebut absorptivitas molar (ε).Akan tetapi bila konsentrasi dinyatakan
sebagai gram/ L maka tetapan disebut absorptivitas (a). (Underwood A L,1990)
Dengan tekanan yang tinggi, maka komponen yang dipisahkan akan cepat
terpisah, dan lebih cepat terpisah jika dibandingkan dengan HPLC karena
mempunyai tekanan yang lebih besar dari HPLC.
13
2.4 Uji Kesesuaian Sistem
14
Rumus untuk perhitungan simpangan baku relatif adalah :
i =n
SB=
√ ∑ ( Xi- X )2
i =1
n−1
SB
SBR= ×100 %
X
Keterangan :
SD = Standar deviasi/ simpangan baku (SB)
Xi – X = Simpangan dan observasi terhadap rata-rata sampel
N = Banyaknya data
%RSD = Relatif standar deviasi/ simpangan baku relatif
X = Rata-rata kadar
( a+b)
Faktor Asimetri (TF)=
2a
b = ½ Puncak ekor
h = Tinggi puncak
15
Gambar tersebut menunjukkan bagaimana menghitung nilai faktor
asimetri (tailing factor, TF). Kromatogram yang memberikan harga TF =1
menunjukkan bahwa kromatogram tersebut bersifat setangkup atau simetris.
Harga TF > 1 menunjukkan bahwa kromatogram mengalami pengekoran (tailing).
Semakin besar harga TF maka kolom yang dipakai semakin kurang efisien.
Dengan demikian harga TF dapat digunakan untuk melihat efisiensi kolom
kromatografi.
Yang mana:
16
Gambar dibawah menjelaskan bagaimana cara menghitung tR; Wh/2; Wb;
dan σ suatu puncak kromatogram.
Keterangan:
k’ = faktor kapasitas
tM = waktu retensi fase gerak (waktu retensi solut yang tidak tertahan
sama sekali).
V = (Vr-Vm)/Vm
Keterangan :
Vm = volume retensi fase gerak (waktu retensi solut yang tidak tertahan
sama sekali).
17
Syarat kesesuaian sistem yang digunakan di internal Quality Control (QC)
PT. Kalbe Farma adalah :
SYARAT
2.5 Verifikasi
2.5.1 Selektifitas
Selektifitas adalah kemampuan metode analisis untuk membedakan analat
yang akan ditetapkan terhadap senyawaan lain yang terdapat dalam sampel.
Selektifitas atau spesifitas suatu metode menyatakan kemampuan penetapan
secara akurat dan khusus dari komponen lain yang dicurigai dapat mengganggu
18
kondisi pengujian. Pengujian selektifitas pada KCKT mengacu pada nilai resolusi
yang dihasilkan dari kromatogram.
2.5.2 Presisi
Presisi didefinikan sebagai nilai kedekatan dari hasil analisis yang dapat
diterima, dengan tujuan mengetahui kesalahan akibat operator. Presisi diterapkan
pada pengukuran berulang (Repeatability) yang menunjukkan hasil pengukuran
individual didistribusikan di sekitar nilai rata-rata dengan mengabaikan letak nilai
rata-rata terhadap nilai yang sebenarnya.
2.5.3 Akurasi
Akurasi menyatakan seberapa dekat nilai hasil pengukuran dengan nilai
sebenarnya (true value) atau nilai yang dianggap benar (accepted value). Nilai
akurasi dapat ditunjukkan oleh nilai keperolehan kembali (% recovery).
kadar terukur
% recovery= ×100 %
kadar sebenarnya
2.6 Batuk
19
bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernafasan dari
dahak, zat-zat perangsang asing, dan unsur infeksi. Dengan demikian, batuk
merupakan suatu mekanisme perlindungan (Halim,1996).
Bersifat kering tanpa adanya dahak, misalnya pada batuk rejan atau
memang pengeluarannya memang tidak mungkin. Batuk jenis ini tidak ada
manfaatnya, maka haruslah dihentikan (Tan dan Kirana, 1987).
Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan untuk menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala-gejala penyakit, luka-luka, kelainan pada
manusia atau hewan dan untuk memperindah badan atau bagian badan lainnya
(Anief, 1994).
20
b. Menurut penggunaan terapi (berdasarkan khasiat), contohnya obat
hipnotik (menidurkan)
Yang disebut obat bebas yaitu obat yang tidak digolongkan sebagai obat
keras, obat psikotoprik, obat narkotik, maupun obat bebas terbatas.(Yahya,1993)
Pada umumnya obat batuk akan mengandung satu atau lebih komponen
berikut, yaitu ekspektoran (berkhasiat untuk memudahkan mengeluarkan dahak
melalui refleks batuk) dan antihistamin (zat untuk mencegah atau meredam aksi
alergi). Ada pula pabrik farmasi yang menambah dengan Antitusif (zat peredam
batuk), baik yang berasal dari narkotika, maupun yang bukan narkotik. Akhir-
akhir ini ada pula yang menambahkan bahan Mukolitik (pengencer dahak yang
21
kental), dan Surfaktan (bahan pencegah melekatnya dahak pada dinding saluran
pernapasan dan diharapkan dapat memperlancar pengeluaran dahak melalui
refleks batuk). (Danusantoso, 2001).
22
Pemerian : Hablur hampir putih atau serbuk hablur, bau lemah.
Meleleh pada suhu lebih kurang 113°C.
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan
kloroform, tidak larut dalam eter.
Berikut ini merupakan rumus bangun dan data fisik dari Diphenhydramine
HCl :
23
Berat Molekul : 291.82
Pemerian : Hablur kristal putih atau serbuk kristal putih, dan tidak
berbau.
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
25
3.3.3 Preparasi standar
26
sebanyak 5 kali. Dibandingkan nilai parameter uji kesesuaian sistemnya pada
masing masing laju alir yang meliputi resolusi , simpangan baku relatif area
puncak , dan faktor asimetri puncak.
3.3.7.1 Resolusi
3.3.7.2 Presisi
3.3.7.3 Akurasi
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN
28
Tabel 2. Hasil uji kesesuaian sistem Dextromethorpan HBr dan Diphenhydramine
HCl dengan HPLC
Paramete Persyarata
Zat Aktif Hasil
r n
Waktu
4.439 -
Retensi
Simpanga
0.62
Dextromethoph n Baku < 2.0%
%
an HBr Relatif
Faktor
1.465 < 2.0%
Asimetri
Resolusi - > 1.5
Waktu
5.056 -
Retensi
Simpanga
0.70
Diphenhydrami n Baku < 2.0%
%
ne HCl Relatif
Faktor
1.684 < 2.0%
Asimetri
Resolusi 1.960 > 1.5
29
Gambar 9. Kromatogram pemeriksaan kadar Dextromethorphan HBr dan
Diphenhydramine HCl menggunakan UPLC dengan laju alir 0.2 mL/menit.
30
Tabel 3. Hasil uji kesesuaian sistem Dextromethorpan HBr dan Diphenhydramine
HCl dengan UPLC
Laju Alir
Zat Aktif Parameter Hasil Syarat
(mL/menit)
0.2 1.523
Waktu Retensi 0.3 1.293 -
0.4 0.985
0.2 0.31
Simpangan Baku
0.3 0.82 < 2.0%
Relatif
Dextromethophan 0.4 1.29
HBr 0.2 0.990
Faktor Asimetri 0.3 0.982 < 2.0
0.4 0.966
0.2 -
Resolusi 0.3 - -
0.4 -
0.2 1.775
Waktu Retensi 0.3 1.505 -
0.4 1.106
0.2 0.33
Simpangan Baku
0.3 0.83 < 2.0%
Relatif
Diphenhydramine 0.4 0.58
HCl 0.2 1.323
Faktor Asimetri 0.3 1.334 < 2.0
0.4 1.374
0.2 2.239
Resolusi 0.3 2.247 > 1.5
0.4 2.109
4.2.1 Uji kesesuaian sistem dengan UPLC pada laju alir 0.2 mL/menit
Pada Tabel 3 diatas menunjukkan hasil 5 kali injeksi pada laju alir 0.2
mL/menit Dextromethorphan HBr mempunyai waktu retensi 1.523 menit, faktor
asimetri puncak 0.990 memenuhi syarat tidak lebih dari 2.000, dan simpangan
baku relatif luas area puncak 0.31% memenuhi syarat tidak lebih dari 2.00%.
Diphenhydramine HCl mempunyai waktu retensi 1.775 menit dengan faktor
asimetri puncak 1.323 memenuhi syarat tidak lebih dari 2.000, simpangan baku
relatif luas area puncak 0.33% memenuhi syarat tidak lebih dari 2.00% dan
mempunyai resolusi 2.239 memenuhi syarat tidak kurang dari 1.500%. Hasil uji
31
kesesuaian metode pada laju alir 0.2 mL/menit secara rinci dapat dilihat pada
lampiran 5.
4.2.2 Uji kesesuaian sistem dengan UPLC pada laju alir 0.3 mL/menit
Pada Tabel 3 diatas menunjukkan hasil 5 kali injeksi pada laju alir 0.3
mL/menit Dextromethorphan HBr mempunyai waktu retensi 1.293 menit dengan
faktor asimetri puncak 0.982 memenuhi syarat tidak lebih dari 2.000, dan
simpangan baku relatif luas area puncak 0.82% memenuhi syarat tidak lebih dari
2.00%. Diphenhydramine HCl mempunyai waktu retensi 1.505 menit dengan
faktor asimetri puncak 1.334 memenuhi syarat tidak lebih dari 2.000, simpangan
baku relatif luas area puncak 0.83% memenuhi syarat tidak lebih dari 2.00% dan
mempunyai resolusi 2.247 memenuhi syarat tidak kurang dari 1.500%. Hasil uji
kesesuaian metode pada laju alir 0.3 mL/menit secara rinci dapat dilihat pada
lampiran 6.
4.2.3 Uji kesesuaian sistem dengan UPLC pada laju alir 0.4 mL/menit
Pada Tabel 3 diatas menunjukkan hasil 5 kali injeksi pada laju alir 0.4
mL/menit Dextromethorphan HBr mempunyai waktu retensi 0.958 menit dengan
faktor asimetri puncak 0.966 memenuhi syarat tidak lebih dari 2.000, dan
simpangan baku relatif luas area puncak 1.29% memenuhi syarat tidak lebih dari
2.00%. Diphenhydramine HCl mempunyai waktu retensi 1.106 menit dengan
faktor asimetri puncak 1.374 memenuhi syarat tidak lebih dari 2.000, simpangan
baku relatif luas area puncak 0.58% memenuhi syarat tidak lebih dari 2.00% dan
mempunyai resolusi 2.109 memenuhi syarat tidak kurang dari 1.500%. Hasil uji
kesesuaian metode pada laju alir 0.4 mL/menit secara rinci dapat dilihat pada
lampiran 7.
32
hasil uji kesesuaian sistem pada laju alir 0.4 mL/menit walaupun mempunyai
waktu retensi lebih cepat mempunyai simpangan baku relatif yang jauh lebih
besar jika di bandingkan dengan laju alir 0.2 mL/menit dan 0.3 mL/menit.
4.3.1 Resolusi
Hasil yang didapatkan dari uji selektifitas, ditunjukan oleh nilai resolusi
pada Tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4. Hasil Uji selektifitas pada laju alir 0.3 mL/menit dengan UPLC
Pengulanga Syarat
Resolusi
n
1 2.259
2 2.244
3 2.252
> 1.5
4 2.253
5 2.228
Rata – rata 2.247
Tabel 4 diatas menunjukkan resolusi yang di hasilkan pada laju alir 0.3
mL/menit mempunyai nilai 2.247 sehingga memenuhi standar persyaratan internal
tempat penelitian yaitu senilai lebih besar atau sama dengan 1.5. Data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.
4.3.2 Presisi
Pengulanga
Area
n
1 358678
2 358876
3 357883
4 358031
5 359143
6 360043
7 356687
8 360203
9 355125
10 361345
33
Rata- rata 358061
Std 1799.29
% RSD 0.50%
Tabel 5 diatas menunjukkan dengan laju alir 0.3 mL/menit, uji presisi
untuk Dextromethorphan HBr menghasilkan nilai simpangan baku relatif sebesar
0.50% sehingga memenuhi persyaratan uji presisi yaitu tidak lebih dari 2.0%.
Data selengkapnya mengenai uji presisi pada laju alir 0.3 mL/menit dapat dilihat
di lampiran 8.
Pengulanga
Area
n
1 1111554
2 1116221
3 1125463
4 1120810
5 1132346
6 1120733
7 1113671
8 1124449
9 1115830
10 1121351
Rata- rata 1120243
Std 6214.25
% RSD 0.55%
Tabel 6 diatas menunjukkan dengan laju alir 0.3 mL/menit, uji presisi
untuk Diphenhydramine HCl menghasilkan nilai simpangan baku relatif sebesar
0.55%, sehingga memenuhi persyaratan uji presisi yaitu tidak lebih dari 2.0%.
Data selengkapnya mengenai uji presisi pada laju alir 0.3 mL/menit dapat dilihat
di lampiran 8.
4.3.3 Akurasi
34
Hasil yang didapatkan dari uji akurasi, untuk Dextromethorphan HBr
ditunjukan oleh nilai %Recovery (nilai perolehan kembali) pada Tabel 7 di bawah
ini:
Kadar Kadar %
No Terhitun Teoriti Recover
g s y
1 79.85 80 99.81
2 79.88 80 99.85
3 79.86 80 99.82
4 99.92 100 99.92
5 100.22 100 100.22
6 100.30 100 100.30
7 119.92 120 99.94
8 119.95 120 99.96
9 119.93 120 99.94
Rata-rata 99.97
35
uji akurasi adalah 98.00% -102.00%. Untuk data selengkapnya dapat dilihat di
lampiran 9.
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Laju alir yang optimal pada metode analisis Dextromethorphan Hbr dan
Diphenhydramine HCl dalam sediaan obat batuk cair menggunakan UPLC
adalah 0.30 ml/menit dengan waktu retensi Dextromethorphan HBr 1.293
menit dan untuk Diphenhydramine HCl 1.505 menit yang sebelumnya pada
HPLC Dextromethorphan HBr 4.439 menit dan Diphenhydramine HCl 5.056
menit.
2. Setelah diverifikasi didapat hasil yang memenuhi persyaratan uji verifikasi
yaitu dengan resolusi 2.247 dengan persyaratan > 1.5, simpangan baku relatif
(RSD) 0.50% untuk Dextromethorphan HBr, 0.55% untuk Diphenhydramine
HCl dengan persyaratan < 2.0%, dan recovery 99.97% untuk
Dextromethorphan HBr, 100.50% untuk Diphenhydramine HCl dengan
persyaratan 98.0% - 102.0%.
5.2 Saran
37
DAFTAR PUSTAKA
Effendy. 2004. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Bidang Farmasi. Medan:
Universitas Sumatra Utara.
38
pharmacokinetic study. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
22651995. Diakses tanggal 10 Mei 2012.
Tan, H. T., dan Kirana, R. (1978). Obat-obat penting. Jakarta: Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia. Hal. 619-623
Tjay,T.H dan Kirana Rahardja . 2010. Obat-Obat Penting Edisi Ketujuh. Cetakan
Pertama. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Wood, R., L. Foster, A. Damant dan P. Key. 2004. Analytical Methods for Food
Additives. Inggris: Woodhead Publishing Ltd.
39
Lampiran
Lampiran 1. Diagram alir metodologi penelitian
40
Lampiran 2. Diagram alir preparasi standar dan sampel
Labu ukur 50 mL
(dengan pelarut aquabidest)
Ditambahkan 10 mL air
Disentrifuse 15 menit
41
Lampiran 3. Rumus perhitungan uji kesesuaian system :
tr 2−tr 1
Rs= 2 ∆ tr
W 1+ W 2 ¿
W 1+W 2
2
Keterangan :
tr = waktu retensi
W = lebar puncak
i =n
SB=
√ ∑ ( Xi- X )2
i =1
SB
n−1
SBR= ×100 %
X
Keterangan :
SD = Standar deviasi/ simpangan baku (SB)
Xi – X = Simpangan dan observasi terhadap rata-rata sampel
N = Banyaknya data
%RSD = Relatif standar deviasi/ simpangan baku relatif
X = Rata-rata kadar
44
( a+b)
Faktor Asimetri (TF)=
2a
b = ½ Puncak ekor
h = Tinggi puncak
45
Lampiran 4. Data hasil uji kesesuaian sistem Diphenhydramine HCl dan
Dextromethorphan HBr menggunakan HPLC.
46
Lampiran 5. Data hasil uji kesesuaian sistem Diphenhydramine HCl dan
Dextromethorphan HBr menggunakan UPLC dengan laju alir 0.2
mL/menit.
47
Lampiran 6. Data hasil uji kesesuaian sistem Diphenhydramine HCl dan
Dextromethorphan HBr menggunakan UPLC dengan laju alir 0.3
mL/menit.
48
Lampiran 7. Data hasil uji kesesuaian sistem Diphenhydramine HCl dan
Dextromethorphan HBr menggunakan UPLC dengan laju alir 0.4
mL/menit.
49
Lampiran 8. Data hasil uji verifikasi presisi pemeriksaan Diphenhydramine HCl
dan Dextromethorphan HBr menggunakan UPLC.
50
Lampiran 9. Data hasil uji verifikasi akurasi pemeriksaan Diphenhydramine HCl
dan Dextromethorphan HBr menggunakan UPLC.
51