Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KIMIA ORGANIK 2
HPLC (HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY)

Disusun Oleh :
Nama : VHANNESA NUR RAHMA
Dosen Pengampu : ZAKI ROSMI MUBAROK S.Si., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1


FAKULITAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
KOTA TANGERANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga makalah Kimia Organik 2 dengan judul “HPLC
(HIGH PERFORMANCE LIQUID CHORMATOGRAPHY)” ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi persyaratan
penambahan nilai Ujian Akhir Semester Kimia Organik 2.
Ucapan terimakasih penulis hanturkan kepada Bapak Zaki Rosmi Mubarok S.Si.,
M.T. selaku dosen mata kuliah Kimia Organik 2 yang telah memberikan ilmu, arahan
dan juga panutan bagi mahasiswa/i.
Penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis sangat berharap kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 29 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................1
1.3 Manfaat.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
2.1 Sejarah......................................................................................................2
2.2 Prinsip kerja dan tujuan HPLC..................................................................4
2.3 Skema dan Instrumentasi HPLC...............................................................6
2.4 Contoh Data............................................................................................11
BAB III PENUTUP...............................................................................................16
3.1 Kesimpulan.............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................x

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


HPLC adalah kepanjangan High Performance Liquid Chormatography atau
kadang disebut High-Pressure liquid chormatography (Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi/KCKT) adalah sebuah teknik analisis untuk identifikasi zat atau senyawa
dan memisahkan serta mengukur jumlahnya dalam suatu larutan campuran. HPLC
ini sering digunakan pada laboratoriun kimia (Quality Control), makanan, limbah,
biologi maupun farmasi. Di industri farmasi sendiri hampir pasti ada unit HPLC
yang digunakan untuk menguji kadar bahan baku, bahan antara maupun produk
jadi. HPLC merupakan tipe kromatografi kolom yang secara luas digunakan
difarmasi. HPLC ini sangat berguna untuk menentukan kadar zat yang terkait pada
obat. Secara umum HPLC digunakan untuk memisahkan komponen zat dalam
obat. Dalam bidang pangan, khususnya industri makanan dan minuman, metode
kromatografi seperti HPLC dapat digunakan pada beragam analisis, seperti
analisis keberadaan senyawa polisiklik, analisis kadar gula dan pengawet, atau
mengukur kandungan kafein, vitaminC, atau senyawa antioksidan dalam suatu
minuman.

1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui sejarah perkembangan dunia dan di Indonesia mengenai HPLC.
1.2.2 Mengetahui prinsip dan tujuan HPLC.
1.2.3 Mengetahui skema HPLC.
1.2.4 Mengetahui contoh data, penyajian data, serta dapat cara membaca data
dan juga penjelasan data.

1.3 Manfaat
Dari makalah ini, diharapkan dapat :
1.3.1 Menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai HPLC(High
Performance Liquid Chormatography).
1.3.2 Memudahkan mahasiswa dalam kegiatan belajar mengenai Kormatografi
cair kinerja tinggi atau High Performance Liquid Chormatography (HPLC).

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah
Alat kromatografi adalah suatu alat umum yang digunakan untuk bermacam-
macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara suatu fasa
gerak yang bisa berupa gas ataupun cair dan fasa diam yang juga dapat berupa
cairan ataupun suatu padatan. Penemu alat Kromatografi adalah Tswett yang
pada tahun 1930, mencoba memisahkan pigmen-pigmen dari daun dengan
menggunakan suatu kolom yang berisi kapur (CaSO4). Istilah kromatografi
diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan daerah-daerah yang berwarna yang
bergerak kebawah kolom. Pada waktu yang hampir bersamaan, D.T. Day juga
menggunakan alat kromatografi untuk memisahkan fraksi-fraksi peroleum, namun
Tswett lah yang pertama diakui sebagai penemu alat dan yang menjelaskan
tentang proses kromatografi.
Penyelidikan tentang kromatografi kendor untuk beberapa tahun samapi
digunakan suatu teknik dalam bentuk kromatografi padatan cair (LSC). Pada tahap
awal alat kromatografi cair menggunakan kolom dari gelas dengan diameter 1-5
cm dengan panjang 50-500 cm dan phase dan berdiameter 150-200 m. Laju alir
sangat lambat, sehingga pemisahan sering sampai berapa jam bahkan setengah
hari. Hal ini jelas kurang menguntungkan, maka diusahakan cara-cara
mempercepat pemisahan. Usaha tersebut adalah dengan menggunakan pompa
untuk mengalirkan fase gerak, ternyata efisiensi pemisahan menjadi turun dan hal
ini dapat diatasi dengan memperkecil ukuran patikel fasa diam. Sejak tahun 1960,
sudah ditemukan teknologi pembuatan partikel fasa diam. Dengan fase diam
dengan diameter kecil sampai 10 partikel-partikelnya kecil memerlukan tekanan
yang tinggi agar laju alir menjadi besar. Pada tahun 1967-1969, Kirland, Huber
dan Havarth memperkenalkan prinsip serta alat kromatografi cair dengan tekanan
5000 psi (300atm).
Kemudian pada akir tahun 1930an dan permulaan tahun 1940an, kromatografi
mulai berkembang. Alat kromatografi lapis tipis (TLC) diletakkan pada tahun 1938
oleh Izmailov dan Schreiber, dan kemudian diperhalus oleh Stahl pada tahun
1958. Hasil karya yang baik sekali dari Martin dan Synge pada tahun 1941 (untuk
ini mereka memenangkan Nobel) tidak hanya mengubah dengan cepat alat

2
kromatografi cair tetapi seperangkat umum langkah untuk pengembangan alat
kromatografi gas dan alat kromatografi kertas. Pada tahun 1952 Martin dan James
mempublikasikan makalah pertama mengenai alat dan metode kromatografi gas.
Diantara tahun 1952 dan akhir tahun 1960an alat dan metode kromatografi gas
dikembangkan menjadi suatu alat dan teknik analisis yang canggih.

Alat kromatografi cair, memiliki kolom gelas berdiameter besar, pada


dasarnya dibawah kondisi atmosfer. Waktu analisis lama dan segala prosedur
biasanya sangat membosankan. Pada akhir tahun 1960an, semakin banyak usaha
dilakukan untuk pengembangan alat kromamtografi cair sebagai suatu alat
mengimabangi kromatografi gas. Alat High Performance Liquid Chormatography
(HPLC) atau Kromatografi Cair Penampilan Tinggi atau Hig Performance =
Tekanan atau Kinerjs Tinggi, High Spees = Kecepatan Tinggi dan Modern) telah
berhasil dikembangkan dari usaha ini. Kemajuan dalam keduanya instumentasi
dan pengepakan kolom dalam keadaan tertentu. Tentu saja, saat ini dengan alat
dan teknik yang sudah matang dan dengan cepat KCKT mencapai suatu keadaan
yang sederajat dengan alat kromatografi gas.
Alat untuk metode HPLC akan sangat dibutuhkan pada tahun-tahun
mendatang, baik dibidang penelitian maupun pekerjaan rutin. Hal ini mengingat
alat tersebut sangat peeka, efisien serta serba guna. Walaupun waktu yang

3
tersedia untuk pengenalan lebih jauh terhadap alat tersebut sangat terbatas,
namun untuk taraf pengenalan rasanya sudah cukup memadai.
Di Indonesia, alat ini diperkenalkan pada tanggal 4-5 Juni 1979 di Lembaga
Kimia Nasional di Bandung yaitu “Seminar tentang alat High Performance Liquid
Chormatography (HPLC)” yang disponsori oleh PT. Sixant. Pada seminar itu
terdaftar 118 peserta, yang mewakili instansi-instansi pemerintah maupun swasta.
Ceramah dalam seminar itu dibawakan oleh dua orang ahli dari Waters Associates
Australia.
Pengembangan alat dan metode HPLC lebih lanjut adalah pengembangan
kolom dengan fase terkait (bonded phase), yaitu dengan melakukan modifiakasi
pada permukaan partikel fase diam. Modifikasi ini menghasilkan modus baru
dalam kromatografi yang dikenal dengan istilah kromatografi fase terbalik (reverse
phase) dan kromatografi penukaran ion (ion exchange chormatography).
Pengambangan lain adalah digunakannya gel dalam kolom yang dikenal dengan
Gel Permeation Chormatography (GPC), yang berguna dalam analisis kualitas.

2.2 Prinsip kerja dan tujuan HPLC


HPLC merupakan jenis dari kromatografi kolom dan bekerja dengan prinsip
yang sama. Prinsip utama dari kromatografi kolom adalah adanaya adsorbsi
(penempelan permukaan) dari solut (cairan sampel) kedalam larutan melalui fase
diam yang menyebabkan adanya pemisahan solut dengan larutan. Tingkat
adsorbsi tergantung pada afinitas dari fase diam dan fase gerak. Fase diam terdiri
dari adsorben seperti silika.
HPLC berfungsi sama dengan prinsip kromatografi diatas. Campuran sampel
atau analit yang terlarut dalam cairan larutan dipompa. Ini akan menjadi fase
geraknya, jadi analit masuk ke dalam fase gerak. Larutan fase gerak ini karena
dipompa maka bergerak melewatii fase diam dengan tekanan yang tinggi. Fase
diam terdiri dari kolom atau disebut juga kolom HPLC. Ketika sampek dilewatkan
pada kolom maka akan berinteraksi dengan dua fase tersebut (fase diam dan fase
gerak).
Prinsip kerja HPLC adalah pemisahan komponenn analit berdasarkan
kepolarannya, setiap campuran yang keluar akan terdeteksi dengan detektor dan
direkam dalam bentuk kromatogram. Dimana jumlah peak menyatakan jumlah

4
komponen, dengankan luas peak menyatakan konsentrasi komponen dalam
campuran.

Interaksi analit pada fase diam dan fase gerak menyebabkan pemisahan.
Pemisahan ini didorong oleh kekuatan interaksi dan kepolaran. Bila analit lebih
polar dia akan menempel ke fase yang lebih polar, bila fase diam lebih polar maka
analit akan banayk menempel di fase diam. Akhirnya akan menciptakan
pemisahan-pemisahan fase. Deteksi menggunakan detektor (UV-VIS) akan
mengenali pemisahan analit ini setelah melewati kolom HPLC. Signal akan
dikonversi dan direkam oleh komputer dan ditunjukkan menjadi kromatogram.
Tujuan penggunaan HPLC adalah memisahkan molekul dalam waktu minimum
(Behnoush,2015), sehingga penting untuk meningkatkan hasil analisis dan
mengurangi waktu analisis.

5
2.3 Skema atau Intrumentasi HPLC
Instrumentasi HPLC pada dasarnya terdiri atas: wadah fase gerak, pompa,
alat untuk memasukkan sampel (tempat injeksi), kolom, detektor, dan suatu
komputer atau integrator atau perekam. Diagram skematik sistem kromatografi
cair seperti ini :

2.3.1 Fasa gerak


Fasa gerak dalam HPLC adalah berupa zat cair dan disebut juga eluen
atau pelarut. Selain berfungsi sebagai pembawa komponen-komponen
campuran menuju detector, fasa gerak dapat berinteraksi dengan solut-solut.
Oleh karena itu, fasa gerak dalam HPLC merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan proses pemisahan.
Persyaratan fasa gerak HPLC :
 Zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan yang
akan dianalisis.
 Zat cair harus murni sekali untuk menghindarkan masuknya kotoran
yang dapat mengganggu interpretasi kromatografi.
 Zat air harus jernih sekali untuk menghindari penyumbatan pada kolom.
 Zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar, dan tidak
beracun.
 Zat cair tidak kental. Umumnya kekentalan tidak melebihi 0,5 cP (centi
Poise).
 Sesuai dengan detector.

6
Jenis fasa gerak berdasarkan kepolaran fasa diam dan fasa gerak :
 HPLC fasa normal
Dasar pemisahan HPLC ini adalah polaritas dari fasa diam dan
gerak. HPLC fase normal berarti menggunakan fasa diam polar dan
menggunakan fase gerak non polar. Fasa diam biasanya adalah silika
dan fase gerak dapat berupa kloroform, dietil eter, heksan atau
kombinasi dari semua itu. Berikut skematik dari HPLC fasa normal.

 HPLC fasa terbalik


Di HPLC fasa terbalik, fasa diamnya adalah non polar dan fasa
geraknya adalah non polar. Prinsip kerjanya adalah interaksi hidrofobik
dari molekul. Dalam tipe HPLC ini material noon polar tertahan daripada
material polar. Berikut gambaran skematik HPLC fasa terbalik.

7
2.3.2 Pompa
Pompa dalam HPLC dapat dianalogkan dengan jantung pada manusia
yang berfungsi untuk mengalirkan fasa gerak cair melalui kolom yang berisi
serbuk halus.
Persyaratan pompa yang digunakan dalam HPLC:
 Menghasilkan tekanan sampai 600psi (point/in2)
 Keluaran bebas pulsa
 Kecepatan alir berkisar antara 0,1-10 ml/menit
 Bahan tahan korosi

Tiga jenis pompa yang digunakan dalam HPLC :


- Reciprocatig pump (Pompa bolak-balik)
Jenis pompa yang paling banyak digunakan. Kelebihan pompa jenis
ini adadlah volume internalnya kecil sekitar 35-400 µl, tekanan hingga
10.000 psi, kemampuan untuk adaptasi menggunakan elusi gradiem,
aliran yang konsta sehingga terbebas dari tekanan balik kolom dan
akibat dari kekentalan solven.
- Displacement pump (Pompa sistem Penggantian)
Sistem penggantian menggunakan sebuah wadah besar seperti
syringe dengan sebuah penekan yang digerakan oleh motor.
Menghasilkan aliran yang bebas tekanan balik, tidak dipengaruhi
kekentalan dan bebeas denyut. Kekurangan pompa jenis ini adalah
kapasitas pompa terbatas hanya 250ml dan cukup sulit saat solven
harus mengalami pergantian.
- Pneumatic pump (Pompa tekanan udara)
Bentuk paling sederhana sebuah pompa pneumatik merupakan
wadah yang ditekan oleh gas bertekanan tinggi. Harga relatif murah dan
bebas denyut merupakan kelebihan jenis pompa ini. Kekurangannya
terletak pada kapasitas terbatas, tekanan keluaran terbatas hanya
sekitar 2000 psi, dipengaruhi oleh tekanan balik dan kekentalan solven
dan tidak dapat digunakan untuk sistem elusi gradien.

2.3.3 Injeksi sampel

8
Sistem injeksi sampel merupakan keterbatasan dari sistem kromatografi
cair. Masalah ini dapat menyebabkan pelebaran puncak sebagai akibat
kolom yang kelebihan kapasitas. Sebagai akibatnya, volume injeksi harus
dibatasi hingga kisaran maksimum 500µl. Proses injeksi pada awalnya
menggunakan syringe melalui sebuah katup elastomer. Syringe yang
digunakan memiliki kemampuan melawan tekanan 1500 psi. Aliran
dihentikan sementara saat injeksi dan dikembalikan setelah sampel masuk
ke aliran fasa gerak. Metode pemasukan sampel yang paling umum
digunakan adalah dengan menggunakan sampling loop. Seringkali disatukan
dalam sistem KCKT dengan kapasitas beragam 0,5-500 µl. (Skoong et
al.,1998)

2.3.4 Kolom HPLC


Kolom HPLC secara umum dibuat dari bahan tabung stainless steel,
walaupun untuk tekanan dibawah 600 psi kolom kaca dapat digunakan.
Kolom untuk analisis HPLC memiliki ukuran panjang kolom berkisar dari 10-
30cm berbentuk luruss dan jika diperlukan dapat disambung dengan kolom
yang lain. Diameter dalam koolom 4-10mm dengan ukuran partikel 5-10 µm.
Kolom dari jenis ini mempunyai 40.000 hungga 60.000 lempeng/meternya.
Saat ini, pabrik pembuat kolom telah merancang dan memproduksi
kolom dengan kecepatan dan kinerja tinggi. Beberapa kolom hanya memiliki
panjang 1 hungga 4,6 cm dengan ukuran partikel 3-5 µm. Beberapa jenis
kolom memiliki jumlah lempeng hingga 100.000 hanya dengan 3-7,5 cm
dengan kelebihan pada kecepatan dan sedikitnya solven yang diperlukan
dalam pemisahan. Jumlah solven minimum menjadi pertimbangan penting
karena mahalnua solven dengan tingkatan kromatografi (chormatography
grade).
Dua jenis kolom digunakan dalam kromatografi cair yaitu jenis pellicular
dan partikel berpori (porous particel). Jenis pellicular terdiri dari partikel
dengan bentuk bola, tidak berpori berbahan dasar gelas atau polimer
dengan diameter 30-40 µm. Lapisan tipis berpori silika, alumina, divinil
benzen sintetis polystirena atau resin penukar ion dilapiskan pada
permukaannya.
Jenis kolom dengan partikel berpori berisi partikel berpori dengan
diameter 3-10 µm terbuat dari silika, alumina, resin sintetis divinil benzen

9
polystirena atau resin penukar kation yang kemudian dilapisi tipis film
berbahan organik sehingga berikatan secara kimia atau fisika terhadap
permukaannya. (Skoog et al., 1998)

2.3.5 Detektor
Detektor ideal sistem HPLC mempunyai persyaratan :
 Memiliki sensitifitas yang memadai. Kisaran umum sensitifitas berkisar
dari 10-8 hingga 10-15 gram zat terlarut per pembacaan.
 Stabil dan memiliki keterulangan baik.

 Respon linear terhadap kenaikan konsentrasi.

 Waktu respon yang singkat.

 Kemudahan pada penggunaan.

 Memiliki volume internal yang kecil untuk mengurangi pelebaran puncak.

Beberapa jenis detektor yang digunakan pada sistem HPLC :


- Detektor Absorban (UV-Vis)
Pada detektor absorban, aliran akan mengalir melalui detektor dari
kolom kromatografi. Untuk meminimalkan pelebaran puncak. Detektor
dirancang dalam volume yang sekecil mungkin. Ukuran volume dibatasi
1-10 µl dengan panjang sel 2-10mm. Umumnya seldetektor mampu
menahan tekanan hingga 600psi sehingga peralatan pengurangan
tekanan diperlukan sebelum aliran memasuki detektor.
- Detektor Fluorescens
Detektor fluorescens yang digunakan sama halnya dengan etektor
pada spektrofluro-fotometer. Detektor paling sederhana menggunakan
lampu merkuri sebagai sumber cahaya dan filter untuk mengisolasi
panjang gelombang emisi radiasi. Lampu Xenon digunakan pada
instrumen yang lebih baik dengan gratting sebagai monokromatornya.
- Detektor Refraktif Indeks
Detektor jenis ini bekerja dengan mengukur nilai indeks bias yang
senyawa yang meelalui sel. Sel akan mengukur indeks bias solven fasa

10
gerak sebagai blanko dan sampel secara bersamaan untuk
mendapatkan nilai indeks bias relatif.
- Detektor Elektrokimia
Detektor dengan mendasarkan kerjanya pada pengukuran arus listrik.
Perubahan arus akan dideteksi terhadap waktu dan ditampakkan dalam
bentuk kromatogram. Contoh penggunaan detektor adalah pada
penetapan senyawa tiol dan disulfida.

- Detektor Spektra Massa


Sejumlah fraksi kecil cairan dari kolom dimasukkan kedalam
spektrometer massa pada kecepatan alir 10-50 µl per menit atau
menggunakan termospray. Analat akan diionisasikan, dipisahkan pada
analisator, dibaca oleh detektor dan menghasilkan spektrum massa.

2.4 Contoh Data


2.4.1 Sampel tablet vitamin C VICE
Hasil pemeriksaan HPLC dari sampel tablet vitamin C dilakukan oleh
program komputer dengan membandingkan nilai absorbansi dengan
absorbansi yang diperoleh dari kalibrasi standard. Standard yang
dimasukkan untuk mengkalibrasi pemeriksaan kadar vitamin C

11
menggunakan HPLC ini sebanyak 6 vial standar dengan konsentrasi 1000
ppm, 500 ppm, 250 ppm, 125 ppm, 62,5 ppm dan 31,25 ppm.

Dari gambar diatas tampak kromatogram atau hasil kromatografi dari


sampel 1 pada grafik tersebut, sumbu x mewakilkan waktu retensi/RT
(menit). RT adalah waktu dimana injeksi sampel memasuki kolom hingga
terdeteksi oleh detektor. Retention Time lebih panjang jika analit memiliki
afinitas yang lebih tinggi terhadap fase diam dikarenakan struktur kimianya.
Informasi RT digunakan untuk analisis kualitatif, atau untuk mengidentifikasi
suatu analit tertentu dengan membandingkannya dengan standar analit
murni. Sedangkan sumbu y mewakili nilai unit absorbansi (Absorbance Unit).
Untuk melakukan analisa secara kuantitatif maka yang digunakan adalah
luas area atau tinggi puncak dari grafik tersebut. Dari grafik dapat diketahui
bahwa vitamin C pada sampel 1 memiliki Retention Time (RT) yaitu 1,395
menit, luas area 1.490.711 unit luas area, sementara ketinggian puncak
grafik/peak berada pada 0,252753 AU atau 252.753 µAU. Persentase area
pada sampel adalah 100%.
Penggunaan larutan asam askorbat murni 1000 ppm dengan beberapa
tingkatan dilusi digunakan sebagai standar kalibrasi. Jika larutan sampel
memiliki beberapa jenis analit, maka kematogram yang diperoleh akan
memunculkan beberapa puncak grafik atau peak dengan waktu retensi (RT)
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dengan melakukan kromatografi pada
larutan standard maka akan diketahui letak Retention Time(RT) atau waktu
retensi asam askorbat murni. Kemudian, dari kromatografi yang dijalankan
pada keenam jenis standard tersebut maka dapat diperoleh kurva kalibrasi
dan persamaan untuk menghitung konsentrasi asam askorbat sampel.
Sementara % area pada sampel 1 sebesar 100% yang berarti bahwa
sampel 1 memiliki kemurnian 100%. Hal ini dapat dilihat bahwa % area
merupakan proporsi dari luas area dibawah peak yang dimaksud
dibandingkan seluruh peak yang terbentuk. Pada sampel 1 hanya terdapat 1
peak, dan peak yang terdeteksi berada pada RT yang sama dengan RT

12
asam askorbat pada standard. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada
sampel 1 terdapat kandungan asam askorbat murni 100%.
Larutan vitamin c yang dibuat pada sampel 1 adalah sebesar
300g/1000ml atau 300 g/l atau 300.000 ppm. Untuk menghitung konsentrasi
sampel berdasarkan pemeriksaan HPLC, maka dibutuhkan informasi
mengenai luas area peak pada tiap-tiap konsentrasi standard. Kemudian
setelah dibuat kurava linier hubungan antara konsentrasi dengan luas area
absorbandi maka dapat ditentukan persamaan untuk mencari konsentrasi
pada luas area tertentu. Ketinggian peak juga dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi, namun luas area lebih baik digunakan karena
nilainya lebih stabil dibandingkan dengan ketinggian peak. Pada sampel 1 ini
dapat diasumsikan karena kemurnian dari sampel adalah 100% maka
konsentrasi larutan sampel 1 yang dibuat adalah murni 100% asam
askorbat.

2.4.2 Sampel Vitamin C Vitacimin

13
Dari grafik dapat diketahui bahwa vitamin C pada sampel 2 memiliki
Retention Time (RT) yaitu 1,389 menit, luas area 1.612.603 unit luas area,
sementara ketinggian puncak grafik/peak berada pada 0,275041 AU atau
275.041 µAU. % Area pada sampel adalah 100%. Larutan vitamin C yang
dibuat pada sampel 2 adalah sebesar 300g/1000ml atau 300g/l atau 300.000
ppm. Sementara kemurnoan sampelnya adalah 100%. Jadi pada sampel
yang kedua kadar asam askorbatnya juga murni 100%.

2.4.3 Sampel Vitamin C IPI

14
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa vitamin C pada sampel 3
memiliki 2 jenis peak, Retention Time (RT) peak pertama yaitu 1,387 menit,
yang mirip dengan asam askorbat seperti pada standard dan larutan sampel
1 dan 2, serta ditemukan peak yang kedua yaitu pada menit ke 3,504. Ini
membuktikan ada analit lain yang ditemukan pada sampel ini selain asam
askorbat, luas area untuk peak yanf diduga asam askorbat adalah 1.062.275
unit luas area, sementara ketinggian puncak grafik/peak berada pada
0,174760 AU atau 174.760 µAU. % Area pada sampel adalah 198.75%.
larutan vitamin c yang dibuat pada sampel 3 adalah sebesar 300g/1000ml
atau 300 g/l atau 300.000 ppm. Namun kemurnian sampel adalah 98,75%.
Artinya pada sampel yang ketiga, kandungan tidak murni asam askorbat
namun ada analit lain sebesar 1,25%.
Dalam pemeriksaam kemurnian menggunakan HPLC beberapa vitamin C
yang tersedia yaitu sampel 1 tablet hisap VICE, sampel 2 tablet hisap
Vitacimin, dan sampel 3 tablet vitamin C IPI, maka dapat diperolwh hasil
bahwa sampel 1 dan 2 murni asam askorbat 100% sementara sampel 3
yaitu 98,75%.

15
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
HPLC adalah kepanjangan High Performance Liquid Chormatography atau
kadang disebut High-Pressure liquid chormatography (Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi/KCKT) adalah sebuah teknik analisis untuk identifikasi zat atau senyawa
dan memisahkan serta mengukur jumlahnya dalam suatu larutan campuran. HPLC
ini sering digunakan pada laboratoriun kimia (Quality Control), makanan, limbah,
biologi maupun farmasi.
Istilah kromatografi diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan daerah-daerah
yang berwarna yang bergerak kebawah kolom. Pada waktu yang hampir
bersamaan, D.T. Day juga menggunakan alat kromatografi untuk memisahkan
fraksi-fraksi peroleum, namun Tswett lah yang pertama diakui sebagai penemu
alat dan yang menjelaskan tentang proses kromatografi.
Di Indonesia, alat ini diperkenalkan pada tanggal 4-5 Juni 1979 di Lembaga
Kimia Nasional di Bandung yaitu “Seminar tentang alat High Performance Liquid
Chormatography (HPLC)” yang disponsori oleh PT. Sixant. Pada seminar itu
terdaftar 118 peserta, yang mewakili instansi-instansi pemerintah maupun swasta.
Ceramah dalam seminar itu dibawakan oleh dua orang ahli dari Waters Associates
Australia.
Prinsip kerja HPLC adalah pemisahan komponenn analit berdasarkan
kepolarannya, setiap campuran yang keluar akan terdeteksi dengan detektor dan
direkam dalam bentuk kromatogram. Dimana jumlah peak menyatakan jumlah
komponen, dengankan luas peak menyatakan konsentrasi komponen dalam
campuran.
Instrumentasi HPLC pada dasarnya terdiri atas: wadah fase gerak, pompa,
alat untuk memasukkan sampel (tempat injeksi), kolom, detektor, dan suatu
komputer atau integrator atau perekam.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.usd.ac.id/17210/2/068114060_Full.pdf
https://s3-us-west-2.amazonaws.com/oww-files-public/0/0d/Laporan_HPLC_Akhir.pdf
https://www.academia.edu/6775406/Terdapat_4_jenis_utama_teknik_HPLC
https://www.scribd.com/doc/52691728/HPLC-Makalah
https://farmasiindustri.com/industri/prinsip-dan-cara-kerja-hplc.html
https://karyatulisilmiah.com/sejarah-penemuan-dan-perkembangan-alat-kromatografi/
https://www.academia.edu/27532272/MAKALAH_AI_FIX
https://www.academia.edu/10200264/
MAKALAH_HPLC_High_Performance_Liquid_Cromathography_

Anda mungkin juga menyukai