Bab I Cephalopelvic Disproportion
Bab I Cephalopelvic Disproportion
CEPHALOPELVIC DISPROPORTION
A. Pendahuluan (1,2
Pada tahun 2002, persalinan dengan sectio cesarian adalah 26,1 %. Persentase
tertinggi adalah dari Negara United States. Berdasarkan American College of Obstetricians
and Gynecologists (2003) sekitar 60 % dari section cesarian tersebut atas indikasi distosia.
Distosia sendiri berarti persalinan yang sulir dan ditandai dengan proses yang lambat dan
abnormal dari persalinan. Secara umum persalinan yang abnormal tersebut disebabkan oleh
diproporsi antara bagian terendah fetus dengan jalan lahir.
Definisi CPD sendiri berbeda dengan dengan distosia. Istilah distosia dipakai untuk
menggambarkan persalinan yang sulit dan lama serta abnormal. Salah satu penyebab distosia
sendiri adalah CPD, yaitu Cephalopelvic Disproportion yang dapat didefinisikan sebagai
ketidakcocokan antara ukuran atau bentuk dari panggul ibu dengan ukuran atau bentuk
bagian terendah dari janin sehingga bayi tidak dapat keluar melalui vagina.
B. Epidemiologi (3
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD Arifin Achmad Pekan Baru pada
tahun 2007 sekitar 20,20 % dari 99 sampel yang menjalani bedah Caesar dilakukan atas
indikasi CPD.
C. Etiologi (2
Penyebab dari Cephalopelvic Disproportion sendiri antara lain oleh karena :
Kapasitas panggul yang kecil atau ukuran panggul yang sempit
Ukuran janin yang terlalu besar atau yang paling sering menyebabkan CPD
Kedua hal di atas yang terjadi pada saat yang bersamaan
D. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya penyakit ini berhubungan erat dengan penyebab CPD itu
sendiri. Yaitu kapasitas panggul atau ukuran panggul yang sempit dan ukuran janin yang
terlalu besar.
10
Anatomi Panggul Normal (1,2
Untuk berhasilnya suatu persalinan spontan, harus diperhatikan 3 faktor penting yaitu:
1. Jalan lahir
2. Janin
3. Kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu.
Jalan lahir dibagi atas :
1. Bagian tulang yang terdiri dari tulang panggul dan persendiannya (artikulasio)
2. Bagian lunak yang terdiri dari otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen.
Tulang-tulang panggul terdiri dari :
1. Os cocsae, yang terdiri dari :
Os ilium
Os iscium
Os pubis
2. Os sacrum
3. Os cocsigeus
Gambar 1
Anatomi Tulang Panggul (5
11
Kapasitas Panggul (1,2
Setiap penyempitan pada diameter panggul dapat menyebabkan distosia pada saat
persalinan. Mungkin terdapat penyempitan pintu atas panggul, pintu tengah panggul, atau
pintu bawah panggul. Kesemuanya yang tersebut diatas merupakan ukuran panggul dalam.
Gambar 2
Diameter pada Pintu Atas Panggul (1
12
Bidang Pelvis Diameter Ukuran
Pintu Atas Panggul Konjugata vera 11 cm (2
Konjugata Diagonalis 12,5 cm (2
Diameter Transversal 13,5 cm (1
Pintu Tengah Panggul Distansia Interspinarum 10 cm (2
Diameter Anteroposterior 11,5 cm (5
setinggi spina ischiadica
Pintu Bawah Panggul Distansia tuberum 10,5 cm (2
Diameter sagitalis posterior 7,5 cm (5
Tabel 1
Ukuran –Ukuran Panggul Normal(1,2,5
Panggul Sempit
Pintu Atas Panggul (1,2,5
Pintu masuk panggul dianggap menyempit apabila diameter anteroposterior
terpendeknya kurang dari 10 cm atau apabila diameter transversal terbesarnya kurang dari 12
cm. Penyempitan pintu atas panggul biasanya didefinisikan sebagai konjugata diagonal
kurang dari 11,5 cm.
13
Wanita bertubuh kecil kemungkinan besar memiliki panggul yang kecil dan sempit,
tetapi ia juga kemungkinan besar memiliki bayi yang kecil.
Pada persalinan normal, selaput ketuban membantu untuk membuka serviks, atau
setelah pecah, kepala janin menjadi bersentuhan langsung dengan serviks. Pada CPD, kepala
bayi tidak dapat turun ke bawah dan menyentuh serviks, sehingga pada akhirnya terjadi
kontraksi uterus yang tidak efektif. Maka dari itu, pembukaan serviks berlangsung sangat
lama.
Pada penyempitan pintu atas panggul ini sering menyebabkan kepala tidak dapat
turun ke dalam pintu atas panggul. Pada penyempitan pintu atas panggul ini sering
menyebabkan kelainan presentasi karena kepala janin masih mengapung bebas di atas pintu
masuk atas panggul.
Pada wanita yang panggulnya sempit, presentasi wajah dan bahu dijumpai tiga kali
lebih sering dan prolaps tali pusat terjadi empat sampai enam kali lebih sering.
14
dapat keluar tepat di bawah simfisis pubis, melainkan menuju ramus iskiopubik sehingga
perineum teregang dan mudah terjadi robekan.
15
Merupakan bagian tubuh yang paling besar dan paling keras yang akan dilahirkan.
Besar dan posisi kepala janin akan sangat menentukan dan mempengaruhi jalannya
persalinan. Trauma pada kepala bayi selama persalinan dapat mempengaruhi kehidupannya :
hidup sempurna, cacat, atau meninggal. Kepala secara garis besar dapat dibagi menjadi
tulang-tulang tengkorak (kranium), tulang-tulang dasar tengkorak (basis kranii) dan tulang-
tulang muka. Tulang tengkorak (kranium) bayi paling menentukan keberhasilan proses
persalinan pervaginam, karena daerahnya relatif paling luas dan mengalami kontak langsung
dengan jalan lahir.
Ukuran-ukuran diameter kepala bayi yang menentukan di antaranya :
1. suboksipito-bregmatikus (+ 9.50 cm) : pada persalinan presentasi belakang kepala.
2. oksipito-frontalis (+ 11.75 cm) : pada persalinan presentasi puncak kepala
3. oksipito-mentalis (+ 13.50 cm) : pada persalinan presentasi dahi
4. submento-bregmatikus (+ 9.50 cm) : pada persalinan presentasi muka
5. bi-parietalis (-+ 9.50 cm) : ukuran terbesar melintang dari kepala
6. bi-temporalis (+ 8.00 cm) : ukuran antara os temporalis kiri dan kanan
Ukuran-ukuran sirkumferensia / lingkar kepala bayi :
1. suboksipito-bregmatikus (+ 32 cm)
2. oksipito-frontalis (+ 34 cm)
3. oksipito-mentalis (+ 35 cm)
4. submento-bregmatikus (+ 32 cm)
Bagian tubuh janin yang lain
Perlu juga diketahui ukuran bagian badan janin yang lain
1. lebar bahu (diameter bi-acromialis) : + 12 cm
2. lingkaran bahu : + 34 cm
3. lebar bokong (diameter intertrochanterica) : + 12 cm
4. lingkaran bokong : + 27 cm
16
F. Pemeriksaan Fisik
Pada Perkiraan Kapasitas Panggul Sempit
Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan anamnesa.
Misalnya pada tuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis. Pada wanita dengan tinggi badan
yang kurang dari normal ada kemungkinan memiliki kapasitas panggul sempit, namun bukan
berarti seorang wanita dengan tinggi badan yang normal tidak dapat memiliki panggul
sempit. Dari anamnesa persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan kapasitas panggul.
Apabila pada persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat badan normal,
kemungkinan panggul sempit adalah kecil.
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk memperoleh
keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalama dengan tangan dapat
diperoleh ukuran kasar pintu atas dan tengah panggul serta memberi gambaran jelas pintu
bawah panggul. Adapun pelvimetri luar tidak memiliki banyak arti.
Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai tingkat
ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat memberikan
pengukuran yang tepat dua diameter penting yang tidak mungkin didapatkan dengan
pemeriksaan klinis yaitu diameter transversal pintu atas dan diameter antar spina iskhiadika.
Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi janin sehingga jarang
dilakukan.
Pelvimetri dengan CT scan dapat mengurangi pajanan radiasi, tingkat keakuratan
lebih baik dibandingkan radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu juga
dapat dilakukan pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak ada radiasi,
pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan ini jarang dilakukan
karena biaya yang mahal. Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat ditentukan jenis panggul,
ukuran pangul yang sebenarnya, luas bidang panggul, kapasitas panggul, serta daya
akomodasi yaitu volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat dilahirkan spontan.
Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan pemeriksaan
dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr.
Pada metode Osborn, satu tangan menekan kepala janin dari atas kearah rongga
panggul dan tangan yang lain diletakkan pada kepala untuk menentukan apakah kepala
menonjol di atas simfisis atau tidak.
Metode Muller Munro Kerr dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin
dan menekan kepala ke arah rongga panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke
17
vagina untuk menentukan seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang
masuk ke vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis.
18
I. Penatalaksanaan (4,7
1. Seksio sesarea
Dilakukan elektif/ primer bila belum persalinan
Dilakukan sekunder bila pada persalinan percobaan tidak berhasil
2. Persalinan percobaan (Partus percobaan)
Dilakukan pada curiga CPD tapi ada harapan untuk persalinan pervaginam
Untuk partus percobaan perlu diperhatikan hal-hal berikut :
Pengawasan yang seksama thd ibu dan janin, DJJ harus diawasi terus menerus
Ibu jangan diberi makanan per os, karena sewaktu-waktu dilakukan SC
His harus baik
Dilakukan penilaian kemajuan persalinan dengan partogram
Persalinan percobaan dihentikan jika :
Pembukaan tidak ada atau kemajuan sangat sedikit
Keadaan ibu dan anak yang tidak baik
Lingkaran retraksi yang patologis
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala dalam 2 jam tidak mau
masuk ke dalam rongga panggul walaupun his cukup baik
Forceps yang gagal
3. Symphisiotomy
Sudah diganti dengan SC
4. Craniotomy
Pada janin meninggal
J. Prognosis (7
Prognosis pada CPD tergantung pada berbagai faktor antara lain :
Bentuk panggul
Ukuran panggul
Pergerakan sendi-sendi panggul
Besarnya kepala dan kemampuan kepala untuk moulage
Presentasi dan posisi kepala
His ibu
19