Anda di halaman 1dari 85

AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA:

“SESUAI PSAK NO. 45 ATAU TIDAK?”

(STUDI KASUS PADA PONPES ROUDLOTUL MUBTADIIN

BALEKAMBANG GEMIRING LOR NALUMSARI JEPARA)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk menyelesaikan Program Sarjana (S 1)
pada Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Nahdlatul Ulama Jepara.
Disusun oleh:

IRMA HIDAYATI
NIM. 0820000464

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


NAHDLATUL ULAMA
JEPARA
2012

i
LEMBAR PERSETUJUAN

AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA:

“SESUAI PSAK NO. 45 ATAU TIDAK?”

(STUDI KASUS PADA PONPES ROUDLOTUL MUBTADIIN

BALEKAMBANG GEMIRING LOR NALUMSARI JEPARA)

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

program SI Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama Jepara.

Nama : IRMA HIDAYATI

NIM : 0820000464

Program Studi : Akuntansi

Disetujui Oleh pembimbing:

Pembimbing I PembimbingII

Drs. DUL MUID, M.Si. Akt A. BADARUDIN LATIEF, M.Si

Tgl,...................................... Tgl,...............................................

ii
LEMBAR PENGESAHAN

AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA:

“SESUAI PSAK NO. 45 ATAU TIDAK?”

(STUDI KASUS PADA PONPES ROUDLOTUL MUBTADIIN

BALEKAMBANG GEMIRING LOR NALUMSARI JEPARA)

Nama Penyusun : Irma Hidayati


NIM : 0820000464
Program Studi : Akuntansi

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan penguji Program Studi Akuntansi Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama Jepara.
Pada hari minggu, tanggal 23 September 2012

Penguji I Penguji II

( Drs. Didik Ardiyanto, M.Si, Akt. ) ( Drs. H. M. Zainuri, MM )

Mangesahkan

Ketua
Program Studi Akuntansi

( Aida Nahar, SE. M.Si )


NIY. 002 099 010

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Hidup memberikan banyak peluang sukses, asal ada kemauan disitu pasti

ada jalan

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karyaku ini kepada :

1. Orang tuaku tercinta Bapak Rochani dan Ibu Sri Astuti yang tak pernah lelah

mencurahkan kasih sayang serta doanya kepadaku.

2. Kakak-kakakku dan adik-adikku tersayang terutama Mbak Nana dan Mbak

Nila yang selalu memberiku dukungan.

3. Para Sahabatku Amel, Anita, Fatma dan Nia yang selalu menemaniku baik

susah maupun senang.

4. Almamaterku yang sangat aku banggakan.

iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesunguhnya bahwa skripsi yang saya susun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana dari Program S-1 jurusan Akuntansi seluruhnya
merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai pemenuhan
persyaratan untuk memperoleh gelar Strata 1 (S-1) dari Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Nahdlatul Ulama Jepara maupun dari perguruan tinggi lain.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan Skripsi yang saya kutip dari karya
orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas dengan norma, kaidah, dan etika,
penulisan ilmiah.

Dengan ini menyatakan sebagai berikut:


1. Skripsi Judul: AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA: “SESUAI PSAK
NO. 45 ATAU TIDAK?” (STUDI KASUS PADA PONPES ROUDLOTUL
MUBTADIIN BALEKAMBANG GEMIRING LOR NALUMSARI
JEPARA).
2. Saya juga mengakui bahwa hasil karya ini, dapat diselesaikan berkat
bimbingan dan dukungan penuh dari pembimbing saya yaitu:
a. Pembimbing I : Drs. DUL MUID, M.Si. Akt
b. Pembimibng II : A. BADARUDIN LATIEF, M.Si

Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini bukan hasil
karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia
menerima PENCABUTAN GELAR AKADEMIK yang saya sandang dan sanksi-
sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Jepara, September 2012

IRMA HIDAYATI
NIM : 0820000464

v
ABSTRAK

Organisasi nirlaba adalah organisasi yang tujuannya lebih menekankan kepada


pencapaian manfaat bagi para anggota dan masyarakat daripada aspek keuangan
organisasi. Suatu organisasi nirlaba yang tujuan utamanya adalah mendukung atau
terlibat aktif dalam berbagai aktifitas publik tanpa berorientasi mencari keuntungan
moneter atau komersil. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45
merupakan Standar Akuntansi khusus untuk Pelaporan Keuangan untuk Organisasi
Nirlaba yang dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia bertujuan untuk mengatur
pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Dengan adanya standar pelaporan, diharapkan
laporan keuangan organisasi nirlaba dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi,
dan memiliki daya banding yang tinggi. Namun pada kenyataanya belum tentu semua
organisasi menerapkan standar tersebut.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data wawancara dan dokumentasi
berupa laporan keuangan periode 2010-2011. Untuk Metode pengumpulan data yang
digunakan penulis adalah wawancara dan dokumentasi. Untuk Metode analisis data
yang digunakan penulis yaitu metode deskriptif dan metode komparatif.
Hasil dari penelitian dalam skripsi ini menunjukkan bahwa laporan keuangan
menurut PSAK No. 45 terdiri atas Laporan posisi keuangan, Laporan aktivitas,
Laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, sedangkan laporan keuangan
yang disajikan ponpes hanya laporan data pemasukan dan pengeluaran. Ponpes
Roudlotul Mubtadiin Balekambang belum menyusun laporan posisi keuangan,
laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. maka dapat
diambil kesimpulan bahwa laporan keuangan Ponpes Roudlotul Mubtadiin
Balekambang tidak sesuai dengan pelaporan keuangan organisasi nirlaba yang
berdasarkan PSAK No. 45.

Kata Kunci: Organisasi Nirlaba, PSAK No. 45 dan Yayasan.

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq dan

hidayahNya yang tiada tara, sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah pada junjungan Nabi

Agung Muhammad SAW, keluarga, sahabat, thabiit, dan thabiin, dengan perjuangan

yang tinggi dan keikhlasan yang mendalam dalam membrantas kebodohan dan

menegakkan kebenaran di muka bumi ini.

Skripsi yang berjudul “ AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA : SESUAI PSAK

NO. 45 / TIDAK? STUDI KASUS PADA PONPES ROUDLOTUL MUBTADIIN

BALEKAMBANG GEMIRING LOR NALUMSARI JEPARA merupakan hasil

penelitian yang ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar

akademik Sarjana (S1), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama’ (STIENU)

Jepara. Penulis sangat sadar bahwa apa yang telah kami raih bukanlah suatu hal

mutlak yang berdiri sendiri. Selain atas ma’unah Allah sebagai Robbul jalil,

kepedulian, bimbingan dan dorongan serta bantuan dari berbagai pihak juga turut

menentukan apa yang kami raih ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini tidak

terlalu berlebihan bila kami menyampaikan terimakasih terutama kepada yang

terhormat :

1. Bapak H. Setiyono, SE. MM, selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Nahdlatul Ulama’ (STIENU) Jepara. Serta seluruh dosen yang telah

vii
mengajar penulis, dan seluruh karyawan yang telah memberikan pelayanan

demi kelancaran seluruh proses studi yang penulis tempuh di STIENU

Jepara.

2. Bapak Abdul Muid, SE. MM, Selaku pembimbing I dan Bapak Badarudin

Latief selaku pembimbing II yang telah berkenan membimbing,

mengarahkan penulis dengan kesabaran dan ketelatenan yang luar biasa,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak K.H. Mustamir Wildan selaku ketua pengurus Ponpes Roudlotul

Mubtadiin Balekambang Gemiring Lor Nalumsari Jepara.

4. Mbak Ummi Chawalati Zahiroh selaku ketua bendahara Ponpes Roudlotul

Mubtadiin Balekambang Gemiring Lor Nalumsari Jepara.

5. Bapak Rochani dan Ibu Sri Astuti tercinta, dengan segala doa dan jerih

payahnya telah mendidik, membimbing, membesarkan penulis dengan

kasih sayang demi mencari dan menuju masa depan yang cerah dibawah

ridho Allah.

6. Kakak-kakakku dan adik-adikku tersayang terutama Mbak Nana dan Mbak

Nila yang selalu memberiku dukungan.

7. Sahabat dekatku Amel, Anita, Fatma dan Nia yang selalu memberikan

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul

Ulama’ (STIENU) jepara dan teman-teman angkatan 2008 yang telah

banyak memberi dorongan dan sebagai partner yang baik dalam berdiskusi.

viii
Serta kepada seluruh pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu

dalam tulisan ini, semoga amal baiknya dibalas oleh Allah SWT, dengan cara

dimudahkan segala urusannya dan dilimpahkan rizqinya, Amin.

Akhirnya dengan kesadaran yang tinggi sebagai penulis yang dhoif, apa yang

penulis tuangkan dalam skripsi ini jauh dari kesempurnaan, namun dengan lapang

dada dan semangat memperbaiki, penulis menerima segala kritikan demi

memperbaiki skripsi ini. Dan semoga apa yang telah penulis tuangkan menjadi bagian

dari kemanfaatan yang penulis harapkan.

Jepara, September 2012

Penulis

Irma Hidayati

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ……………………... ..... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2. Ruang Lingkup Masalah............................................................... 4
1.3. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
1.4. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
1.6. Sistematika Penulisan ................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 8
2.1. Landasan Teori................................................................................. 8
2.1.1. Pengertian Akuntansi ............................................................. 8
2.1.2. Persamaan Dasar Akuntansi untuk Organisasi Nirlaba ......... 10
2.1.3. Laporan Keuangan untuk Organisasi Nirlaba Menurut PSAK
No. 45………………………………………........................ 12
2.1.4. Pengertian Organisasi Nirlaba ............................................. 19
2.1.5. Tujuan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba .................. 23
2.1.6. Pengertian Yayasan ............................................................. 25

x
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................. 33
2.3. Kerangka Pemikiran....................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 35
3.1. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 35
3.1.1. Jenis Data ............................................................................. 35
3.1.2. Sumber Data ....................................................................... 36
3.2. Metode Pengumpulan data……………………………………… . 36
3.3.Teknik Analisis Data....................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 38
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian .............................................. 38
4.1.1. Profil Pondok Pesantren....................................................... 38
4.1.2. Sistem Kepemilikan/ Pengelolaan ....................................... 39
4.1.3. Struktur Organisasi .............................................................. 40
4.1.4. Program Pendidikan yang Diselenggarakan ........................ 41
4.1.5. Kondisi Sosial Lingkungan Pondok Pesantren .................... 42
4.1.6. Visi dan Misi Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadiin ....... 42
4.2. Hasil Penelitian ............................................................................. 43
4.3. Pembahasan.................................................................................... 50
4.3.1. Akuntansi di Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang.. 50
4.3.2. Laporan keuangan Ponpes Roudlotul Mubtadiin Sesuai
PSAK No. 45 Atau Tidak ..................................................... 53
BAB V PENUTUP............................................................................................. 56
5.1. Kesimpulan .................................................................................. 56
5.2. Saran ............................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Susunan Pengurus Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadiin

Balekambang Gemiring Lor Nalumsari Jepara ................................ 40

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Contoh Laporan Posisi Keuangan

Lampiran 2 Contoh Laporan Aktivitas Bentuk A

Lampiran 3 Contoh Laporan Arus Kas Metode Langsung

Lampiran 4 Contoh Catatan Atas Laporan Keuangan

Lampiran 5 Data Pemasukan dan Pengeluaran Pondok Pesantren

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Organisasi apapun yang mengelola uang dalam kegiatannya selalu saja harus

membuat keputusan yang dipengaruhi oleh kondisi keuangannya, dan juga akan

mempengaruhi kondisi keuangan organisasi. Keputusan yang demikian dikenal

dengan istilah keputusan ekonomi. Karena itulah para pengambil keputusan dan

pihak-pihak berkepentingan memerlukan informasi tentang kinerja ekonomi dan

kondisi organisasi, yang dikenal dengan istilah informasi ekonomi. Maka tentu

diperlukan kegiatan dibidang keuangan yang bertugas mengolah dokumen ekonomi

sehingga bisa menghasilkan informasi ekonomi yang memadai bagi para pengambil

keputusan dan pihak-pihak yang berkepentingan.

Kegiatan mengolah dokumen ekonomi menjadi informasi ekonomi itulah yang

kemudian dikenal sebagai akuntansi. “Akuntansi menurut American Institute of

Public Accountant (AICPA) adalah seni pencatatan, penggolongan, dan

pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi, dan

kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-

hasilnya”. Fungsi utama akuntansi adalah sebagai informasi keuangan suatu

organisasi. Dari laporan akuntansi kita bisa melihat posisi keuangan suatu organisasi
2

beserta perubahan yang terjadi di dalamnya. Akuntansi dibuat secara kualitatif

dengan satuan ukuran uang. Informasi mengenai keuangan sangat dibutuhkan

khususnya oleh pihak manajer/manajemen untuk membantu membuat keputusan

suatu organisasi.

Pengertian organisasi nirlaba adalah organisasi yang tujuannya lebih

menekankan kepada pencapaian manfaat bagi para anggota dan masyarakat daripada

aspek keuangan organisasi. Suatu organisasi nirlaba yang tujuan utamanya adalah

mendukung atau terlibat aktif dalam berbagai aktifitas publik tanpa berorientasi

mencari keuntungan moneter atau komersil. Organisasi nirlaba mencakup berbagai

bidang, antara lain yayasan, lingkungan, bantuan kemanusiaan, konservasi,

pendidikan, kesenian, isu-isu sosial, pelayanan kesehatan, politik, keagamaan,

olahraga, dan lain-lain.

Karakteristik organisasi nirlaba seperti yayasan berbeda dengan organisasi

swasta (profit). Perbedaan utama yang mendasar terletak pada cara organisasi

memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas

operasinya. Organisasi nirlaba memperoleh sumber daya atau dana dari sumbangan

para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun

dari organisasi tersebut. Berbagai transaksi yayasan dapat dibedakan dengan jenis

transaksi organisasi swasta, seperti transaksi penerimaan sumbangan. Namun

demikian, praktek organisasi nirlaba seperti yayasan diakui sering tampil beragam.
3

Pada beberapa bentuk organisasi nirlaba di mana tidak ada kepemilikan, kebutuhan

modalnya didanai dari utang; sementara kebutuhan operasinya diperoleh dari

pendapatan atau jasa yang diberikan. Akibatnya, pengukuran jumlah saat, dan

kepastian arus masuk kas menjadi ukuran yang penting bagi para pemakai laporan

keuangan yayasan tersebut, seperti kreditor dan pemasok dana lainnya. Yayasan

semacam ini memiliki karakteristik yang tidak berbeda dengan organisasi swasta.

Pemakai laporan keuangan yayasan memiliki kepentingan bersama, yaitu untuk

menilai: a) Jasa yayasan dan kemampuan yayasan untuk memberikan jasa secara

berkesinambungan, b) Mekanisme pertanggungjawaban dan aspek kinerja pengelola.

Kemampuan yayasan dalam mengelola jasa dikomunikasikan melalui laporan posisi

keuangan, di mana informasi mengenai aktiva, kewajiban, aktiva bersih, dan

informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut disampaikan. Laporan

ini harus menyajikan secara terpisah aktiva bersih, baik yang terikat maupun yang

tidak terikat penggunaannya. Pertanggungjawaban pengelola yayasan atas hasil

pengelolaan sumber daya yayasan akan disajikan melalui laporan aktivitas dan

laporan arus kas. Laporan aktivitas menyajikan informasi mengenai perubahan yang

terjadi dalam kelompok aktiva bersih. Cara penyajian laporan keuangan organisasi

nirlaba sudah diatur dalam PSAK no. 45: Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba

yang dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia bertujuan untuk mengatur pelaporan

keuangan organisasi nirlaba. Dengan adanya standar pelaporan, diharapkan laporan


4

keuangan organisasi nirlaba dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan

memiliki daya banding yang tinggi.

Pondok Pesantren termasuk dalam bidang yayasan memerlukan dana yang

cukup untuk menjalankan sejumlah program kegiatan dalam periode tertentu. Seperti

halnya organisasi-organisasi umum lainnya, dana yang dimiliki Pesantren harus

diatur dan dicatat sedemikian rupa agar jelas arus masuk dan keluarnya, termasuk

ketepatan penggunaannya. Sehingga pondok pesantren diharapkan menyajikan

laporan keuangan berdasarkan PSAK No. 45 tentang pelaporan keuangan organisasi

nirlaba. Namun pada kenyataanya belum tentu semua organisasi menerapkan standar

tersebut.

Berdasarkan uraian diatas dan mengingat pentingnya laporan keuangan

organisasi nirlaba bagi stakholder maka penulis dalam penyusunan laporan skripsi

mengambil judul: “AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABA: SESUAI PSAK NO.

45 ATAU TIDAK?” (STUDI KASUS PADA PONPES ROUDLOTUL

MUBTADIIN BALEKAMBANG GEMIRING LOR NALUMSARI JEPARA).

1.2. Ruang Lingkup Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi pada pembahasan tentang

pencatatan dan laporan keuangan dalam organisasi nirlaba. Hal ini untuk

memudahkan penulis dalam menganalisis lebih dalam tentang materi-materi tersebut.


5

Sedangkan untuk pembatasan objek dalam penelitian ini adalah pada Ponpes

Roudlotul Mubtadiin yang berada di Balekambang Gemiring Lor Nalumsari Jepara.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka muncul permasalahan yang

harus di pecahkan. Supaya masalah yang diteliti dapat terjawab secara akurat, maka

penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pencatatan akuntansi di Ponpes Roudlotul Mubtadiin

Balekambang?

2. Bagaimana penyajian laporan keuangan di Ponpes Roudlotul Mubtadiin

Balekambang, sesuai PSAK no. 45 atau tidak?

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses pencatatan akuntansi di Ponpes Roudlotul

Mubtadiin Balekambang.

2. Untuk mengetahui penyajian laporan keuangan di Ponpes Roudlotul

Mubtadiin Balekambang, sesuai PSAK no. 45 atau tidak.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang:

a. Sebagai dasar sistem pencatatan akuntansi untuk organisasi nirlaba.


6

b. Sebagai dasar penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK

no. 45.

2. Bagi Akademik:

a. Bagi cabang ilmu pengetahuan, khususnya akuntansi, penelitian ini

memberikan kontribusi terhadap pengetahuan tambahan tentang

Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba pada Ponpes Roudlotul

Mubtadiin Balekambang.

3. Bagi Pembaca:

a. Sebagai sumber informasi mengenai aktivitas internal dan eksternal yang

dilakukan oleh pondok pesantren.

b. Menambah pengetahuan mengenai pelaporan keuangan untuk organisasi

nirlaba, khususnya pondok pesantren.

4. Bagi Penulis:

a. Melakukan Link and Match antara teori yang diperoleh dengan praktek

akuntansi.

1.6. Sistematika Penulisan

Laporan penelitian ini disusun dalam lima bab yang mencakup hal-hal

berhubungan dengan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, hasil

penelitian dan pembahasan, kesimpulan dan saran. Secara garis besar sistematika

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:


7

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian ini dibahas tentang latar belakang masalah, ruang lingkup, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini menguraikan landasan teori dan penelitian terdahulu yang sejenis serta

kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bagian ini dibahas tentang jenis dan sumber data, metode pengumpulan data,

dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini dibahas tentang deskripsi obyek penelitian, analisis data, dan

pembahasan hasil analisis.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian ini berisi simpulan dan saran berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Akuntansi

Ada banyak definisi mengenai akuntansi. Diantaranya:

“Akuntansi adalah proses pengumpulan, pengidentifikasian, dan pencatatan serta

pengikhtisaran dari data keuangan serta melaporkannya kepada pihak yang

menggunakan,” menurut American Accounting Assosiation (AAA).

“Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara

tertentu dan dinyatakan dalam nilai uang, segala transaksi dan kejadian yang sedikit-

sedikitnya bersifat finansial dan kemudian menafsirkan hasil-hasilnya,” menurut

American Institute of Certified Public Accountant (AICPA).

“Proses mengidentifikasikan, mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi

sebagai bahan informasi dalam hal mempertimbangkan berbagai alternatif dalam

mengambil kesimpulan oleh para pemakainya,” menurut buku A Statement of Basic

Accounting Theory (ASO-BAT).

“Akuntansi sebagai suatu kegiatan jasa, fungsinya adalah memberikan informasi

kuantitatif umumnya dalam ukuran uang mengenai suatu badan ekonomi yang

dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, sebagai


9

dasar memilih diantara beberapa alternatif,” menurut Accounting Principle Board

(APB).

Maka akuntansi merupakan proses pengumpulan, pencatatan,

pengidentifikasian dan pengikhtisaran dari data keuangan serta melaporkannya

kepada pihak yang membutuhkan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Ada 2 (dua) macam basis pencatatan akuntansi yaitu basis kas dan basis

akrual, yang secara luas digunakan:

1. Basis kas

Dalam akuntansi basis kas, pencatatan transaksi dilakukan apabila ada aliran

uang maka kita tidak akan melakukan pencatatan suatu transaksi jika belum ada

aliran uang yang diterima atau dikeluarkan. Pencatatan penerimaan pada kas atau

bank apabila ada aliran uang ke dalam kas atau bank yang diperlakukan sebagai

pendapatan dan pengeluaran kas atau bank apabila ada aliran uang ke luar dari kas

atau bank diperlakukan sebagai beban atau biaya. Kelemahan akuntansi berbasis kas

kurang menggambarkan kejadian ekonomis laporan keuangan.

Akuntansi basis kas banyak diterapkan oleh organisasi nirlaba karena alasan

kepraktisan, tanpa mengetahui lebih dalam pengaruh atas penggunaan basis kas.

Dengan pilihan basis kas banyak sekali kejadian transaksi yang terjadi tetapi belum

dikeluarkan/diterima uangnya yang tidak dicatat dan rawan terhadap kesalahan.


10

2. Basis Akrual

Akuntansi basis akrual, pencatatan suatu transaksi tanpa memperhatikan

apakah terdapat aliran uang masuk atau keluar pada saat kejadian transaksi, pengaruh

dari suatu kejadian transaksi langsung diamati pada saat terjadinya. Contohnya

pengiriman invoice atau tagihan akan dicatat pengakuan pendapatan dan pembelian

barang secara kredit akan dicatat pengakuan biayanya.

Menurut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan), organisasi

diasumsikan akan hidup terus (going concern) untuk jangka waktu yang panjang,

sehingga pencatatan yang dilakukan harus menggunakan basis akrual. Perubahan

kebiasaan pencatatan dari basis kas ke basis akrual murni bisa disiasati dengan cara:

“Catatlah transaksi rutin dengan basis kas, dan kemudian lakukan penyesuaian

catatan dengan basis akrual pada saat akan menerbitkan informasi keuangan.”

2.1.2. Persamaan Dasar Akuntansi untuk Organisasi Nirlaba

Dalam akuntansi, sistem pencatatan dan pengklasifikasian transaksi disebut

system pembukuan berganda (double entry accounting system). Dinamakan berganda

sebab setiap transaksi dianalisis lalu dicatat pada dua sisi yaitu sisi sebelah kiri

(debit) dan sebelah kanan (kredit). Model pencatatan ini dikenal dengan istilah

persamaan akuntansi. Sedangkan untuk mengklasifikasikan pos atau transaksi

digunakan suatu bagan yang berisi rekening atau perkiraan atau disebut daftar nomor

kode akun.
11

Pada dasarnya, praktek akuntansi untuk organisasi nirlaba tidak jauh berbeda

dengan organisasi bisnis. Hal ini terlihat jelas bahwa aturan akuntansi organisasi

nirlaba diatur sebagai bagian dari PSAK no. 45: Pelaporan Keuangan Organisasi

Nirlaba. Jadi yang diatur adalah pelaporannya, teknis pencatatan akuntansinya diatur

secara mandiri diserahkan kepada organisasi masing-masing. Dengan bentuk

pelaporan yang sudah diatur dalam PSAK no. 45, secara tidak langsung pencatatan

transaksi akan dibuat oleh organisasi mengikuti format laporan yang telah ada.

Merujuk pada standar pelaporan keuangan organisasi nirlaba yaitu PSAK no.

45 perkiraan-perkiraan diklasifikasikan menjadi perkiraan Laporan Posisi Keuangan,

dan perkiraan Laporan Aktivitas. Perkiraan Laporan Posisi Keuangan terdiri dari

Aktiva, Kewajiban, dan Aktiva Bersih. Sedangkan perkiraan Laporan Aktivitas

terdiri dari Penerimaan dan Biaya. Menurut Indra Bastian (2007) Aktiva bersih

mencerminkan nilai keuangan dari suatu yayasan. Aktiva tersebut mencerminkan

saldo yang ada setelah kewajiban yayasan dilunasi.

Model persamaan akuntansi secara mudah dipahami seperti berikut : kedua

sisi kiri dan kanan, dari persamaan akuntansi jumlahnya harus selalu sama. Hal

tersebut karena hak atas seluruh aktiva ada pada kreditur dan juga donatur. Kita perlu

menggaris bawahi bahwa pengaruh suatu transaksi terhadap sisi kiri dan kanan harus

seimbang, demikian juga hasil akhir/saldonya harus seimbang.

Contoh Persamaan Akuntansi untuk Organisasi Nirlaba:

AKTIVA = KEWAJIBAN + AKTIVA BERSIH


12

Dapat dijelaskan sebagai berikut:

AKTIVA = KEWAJIBAN + AKTIVA BERSIH

Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit

Penambahan Pengurang Pengurang Penambahan Pengurang Penambahan

Karena Karena

adanya adanya

Aktiva Aktiva Kewajiban Kewajiban biaya penerimaan

Sumber : Persamaan dasar akuntansi untuk organisasi nirlaba.

www.keuangan LSM.com

2.1.3. Laporan Keuangan untuk Organisasi Nirlaba Menurut PSAK N0. 45

PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba diterbitkan

oleh Ikatan Akuntan Indonesia untuk memfasilitasi seluruh organisasi nirlaba

nonpemerintah. Dalam PSAK karakteristik entitas nirlaba ditandai dengan

perolehan sumbangan untuk sumber daya utama (aset), penyumbang bukan pemilik

entitas dan tak berharap akan hasil, imbalan, atau keuntungan komersial.

Entitas nirlaba juga dapat berutang dan memungkinkan pendapatan dari jasa

yang diberikan kepada publik, walaupun pendapatannya tidak dimaksud untuk

memperoleh laba. Dengan demikian, entitas nirlaba tidak pernah membagi laba

dalam bentuk apapun kepada pendiri/pemilik entitas Laporan keuangan entitas

nirlaba bertugas mengukur jasa atau manfaat entitas dan menjadi sarana
13

pertanggungjawaban pengelola entitas dalam bentuk pertanggungjawaban harta-

utang (neraca), pertanggungjawaban kas (Arus Kas), dan Laporan Aktivitas.

Terikat dengan misi entitas, maka pendapatan utama disajikan bruto, sedang

pendapatan investasi disajikan secara neto setelah dikurangi beban investasi.

Informasi tercapainya program amat penting dalam laporan keuangan, yang

menggambarkan efektivitas beban dan manfaat yang dirasakan penikmat jasa

utama entitas. Arus kas amat penting menggambarkan kualitas

pertanggungjawaban manajemen keuangan di mata para donatur.

Begitu pentingnya donatur sehingga sumbangan bukan kas perlu dipaparkan

dalam Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK), yang memberi harkat khusus

CALK dalam laporan keuangan nirlaba setara dengan Neraca dan Laporan

Kegiatan.

Setelah transaksi dicatat secara harian dan diikhtisarkan pada waktu-waktu

tertentu (bulanan), sistem akuntansi harus menghasilkan informasi akuntansi yang

akan didistribusikan kepada para pihak yang berkepentingan. Informasi akuntansi

disebut juga laporan keuangan. Menurut prof. Dr. Zaki Baridwan (2004) Laporan

keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu

ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang

bersangkutan.
14

Pihak pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba memiliki kepentingan

bersama dalam rangka menilai:

a. Jasa yang diberikan oleh organisasi nirlaba dan kemampuannya untuk terus

memberikan jasa tersebut.

b. Cara manajer melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek lain dari kinerja

mereka.

Dalam melakukan penyusunan laporan keuangan memperhatikan sifat

pembatasan dana, menurut PSAK Nomor 45 mendefinisikan sebagai berikut:

1. Pembatasan Permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya yang

ditetapkan oleh penyumbang agar sumber daya tersebut dipertahankan secara

permanen, tetapi organisasi nirlaba diizinkan untuk menggunakan sebagian atau

semua penghasilan atau manfaat ekonomi lainnya yang berasal dari sumber daya

tersebut.

2. Pembatasan Temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya oleh

penyumbang yang menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai

dengan periode tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu.

3. Sumbangan Terikat adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk

tujuan tertentu oleh penyumbang. Pembatasan tersebut dapat bersifat permanen

atau temporer.

4. Sumbangan Tidak Terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak

dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang.


15

Laporan keuangan organisasi nirlaba menurut PSAK no. 45 ada 4 macam

yaitu : Laporan Posisi Keuangan pada akhir periode laporan, Laporan Aktivitas serta

Laporan Arus Kas untuk suatu periode pelaporan, dan Catatan atas Laporan

Keuangan.

1. Laporan Posisi Keuangan

Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi

mengenai aktiva, kewajiban, serta aktiva bersih dan informasi mengenai hubungan di

antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam laporan posisi

keuangan yang digunakan bersama pengungkapan, dan informasi dalam laporan

keuangan lainnya dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur

dan pihak-pihak lain untuk menilai:

a. Kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan; dan

b. Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya,

dan kebutuhan pendanaan eksternal.

Laporan posisi keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan,

menyediakan informasi yang relevan mengenai likuiditas, fleksibilitas keuangan, dan

hubungan antara aktiva dan kewajiban. Informasi tersebut umumnya disajikan

dengan pengumpulan aktiva dan kewajiban yang memiliki karakteristik serupa dalam

suatu kelompok yang relatif homogen. Sebagai contoh, organisasi biasanya

melaporkan masing-masing unsur aktiva dalam kelompok yang homogen, seperti:

a. Kas dan setara kas

b. Piutang pasien, pelajar, anggota, dan penerima jasa yang lain


16

c. Persediaan

d. Sewa, asuransi, dan jasa lainnya yang dibayar di muka

e. Surat berharga/efek dan investasi jangka panjang

f. Tanah, gedung, peralatan, serta aktiva tetap lainnya yang digunakan untuk

menghasilkan barang dan jasa.

Kas atau aktiva lain yang dibatasi penggunaannya oleh penyumbang disajikan

terpisah dari kas atau aktiva lain yang tidak terikat penggunaannya.

Informasi likuiditas diberikan dengan cara sebagai berikut :

1) Menyajikan aktiva berdasarkan urutan likuiditas, dan kewajiban berdasarkan

tanggal jatuh tempo.

2) Mengelompokkan aktiva ke dalam lancar dan tidak lancar, dan kewajiban ke

dalam jangka pendek dan jangka panjang.

3) Mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aktiva atau saat jatuh temponya

kewajiban termasuk pembatasan penggunaan aktiva, pada catatan atas laporan

keuangan.

Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aktiva

bersih berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu: terikat

secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat.

Informasi mengenai sifat dan jumlah dari pembatasan permanen atau temporer

diungkapkan dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau

dalam catatan atas laporan keuangan.


17

2. Laporan Aktivitas

Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai:

a. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aktiva

bersih,

b. Hubungan antara transaksi, dan peristiwa lain, dan

c. Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau

jasa.

Laporan aktivitas mencakup organisasi secara keseluruhan dan menyajikan

perubahan jumlah aktiva bersih selama suatu periode.

Perubahan aktiva bersih dalam laporan aktivitas tercermin pada aktiva bersih atau

ekuitas dalam laporan posisi keuangan.

Perubahan kelompok aktiva bersih:

Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat permanen,

terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode.

Klasifikasi Pendapatan, Beban, Keuntungan dan Kerugian:

Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambahan aktiva bersih tidak

terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan

beban sebagai pengurang aktiva bersih tidak terikat.

Sumbangan disajikan sebagai penambahan aktiva bersih tidak terikat, terikat

permanen, atau terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya pembatasan. Dalam

hal sumbangan terikat yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang
18

sama, dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara

konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.

Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi

dan aktiva lain (atau kewajiban) sebagai penambahan aktiva bersih tidak terikat,

kecuali jika penggunaannya dibatasi.

Informasi Pemberian Jasa:

Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi

mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti menurut kelompok program

jasa utama dan aktivitas pendukung.

3. Laporan Arus Kas

Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai

penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode.

Klasifikasi Penerimaan dan Pengeluaran Kas:

Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 tentang laporan arus kas dengan tambahan

berikut ini:

a. Aktivitas pendanaan :

1) Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk

jangka panjang.

2) Penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang

penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan

pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi.

3) Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.


19

b. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan non kas:

sumbangan berupa bangunan atau aktiva investasi.

2.1.4. Pengertian Organisasi Nirlaba

Menurut PSAK No.45 bahwa organisasi Nirlaba memperoleh sumber daya

dari sumbangan para anggota dan penyumbang lain yang tidak mengaharapkan

imbalan apapun dari organisasi tersebut (IAI,2004:45.1).

Menurut pendapat dari J. Salusu (2003) yang menyatakan bahwa organisasi

non profit adalah organisasi atau badan yang tidak menjadikan keuntungan sebagai

motif utamanya dalam melayani masyarakat.

Selain itu menurut (Pahala Nainggolan, 2005:01) Lembaga atau organisasi

Nirlaba merupakan suatu lembaga atau kumpulan dari beberapa individu yang

memiliki tujuan tertentu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tadi, dalam

pelaksanaanya kegiatan yang mereka lakukan tidak berorientasi pada pemupukan

laba atau kekayaan semata.

Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa organisasi

nirlaba adalah suatu lembaga atau organisasi yang tujuannya tidak mencari

keuntungan serta dananya diperoleh dari sumbangan para anggota dan penyumbang

lain yang tidak mengharapkan imbalan.

Organisasi Nirlaba pada prinsipnya adalah alat untuk mencapai tujuan atau

(aktualisasi filosofi) yang memilikinya dari sekelompok orang yang memilikinya.

Karena itu bukan tidak mungkin diantara lembaga yang satu dengan yang lain
20

memiliki filosofi atau pandangan hidup yang berbeda, maka operasionalisasi dari

filosofi tersebut kemungkinan juga akan berbeda. Karena filosofi yang dimiliki

filosofi Nirlaba sangat tergantung dari sejarah yang pernah dilaluinya dan lingkungan

Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya.

Manajemen organisasi nirlaba bertugas melaksanakan misi organisasi,

mencapai sasaran jangka panjang dan jangka pendek organisasi, memberi manfaat

bagi kelompok masyarakat yang di untungkan oleh misi organisasi, memuaskan dan

para anggota organisasinya yang bertujuan mencapai cita-cita pribadinya melalui

organisasi tersebut.

Dalam akuntansi organisasi nirlaba, laporan laba rugi sering kali tidak lazim,

mengingat maksud pendirian, sasaran dan raihan berupa tercapainya sasaran

oganisasi sering kali sulit di denominasikan ke dalam satuan mata uang.

Organisasi nirlaba sering kali memfokuskan sumber dayanya kepada

pelayanan tertentu, dengan tujuan yang berlapis dari dalam ke luar, berturut-turut

melalui :

1. Falsafah pelayanan

2. Budaya pelayanan

3. Citra pelayanan

4. Manajemen pelayanan

Manajemen Pelayanan meliputi :

a. Alasan pelayanan

b. Siapa yang di layani


21

c. Apa bentuk pelayanan, dimana, kapan dan bagaimana cara melayani.

Organisasi nirlaba pada umumnya memilih pengurus, pemimpin atau

penanggung jawab yang menerima amanat dari para anggotanya sehingga terkait

dengan konsep akuntabilitas dan agency theory. Dengan demikian, akuntansi sebagai

salah satu sarana akuntanbilitas merupakan bagian integral dari organisasi,

pemahaman terhadap akuntansi suatu entitas selalu menuju kepada pemahaman yang

lebih dalam tentang entitas tersebut.

Organisasi nirlaba atau organisasi yang tidak bertujuan memupuk

keuntungan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan

pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah

sumber daya yang diberikan.

2. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau

suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan

kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.

3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti

bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan,

atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi

pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi atau pembubaran entitas.

Organisasi nirlaba dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu entitas

pemerintahan dan entitas nirlaba nonpemerintah. Organisasi nirlaba dipandang

amat berbeda dengan organisasi komersial oleh pelanggan, donatur dan


22

sukarelawan, pemerintah, anggota organisasi dan karyawan organisasi nirlaba

yaitu:

1. Bagi stakeholder, akuntansi dan laporan keuangan bermanfaat sebagai bentuk

alat penyampaian pertanggungjawaban pengurus.

2. Para karyawan profesional organisasi nirlaba diasumsikan ingin diperlakukan

setara dengan karyawan profesional organisasi komersial dalam hal imbalan,

karier, jabatan, dan masa depan. Bagi mereka akuntansi berguna untuk

menginformasikan kesinambungan hidup organisasi sebagai tempat berkarier.

3. Para anggota diasumsikan secara serius ikut serta dalam suatu organisasi

nirlaba untuk mencapai suatu visi dan misi tertentu organisaai bersangkutan

yang sejalan dengan aspirasinya. Maka laporan keuangan diharapkan

memberikan informasi berkala, guna memberikan gambaran, apakah visi misi

tersebut direalisasikan.

4. Para pelanggan atau pihak yang menjadi sasaran akan diuntungkan serta

berharap untuk memperoleh manfaat yang dijanjikan organisasi, juga perlu

mendapat informasi mengenai sasaran yang berhasil diraih organisasi tersebut.

Maka laporan keuangan perlu menampilkan manfaat atau hasil yang diraih

yang apabila mungkin didenominasikan dalam besaran uang.

5. Bagi pemerintah, organisasi nirlaba nonpemerintah harus mematuhi ketentuan

undang-undang, serta diharapkan memberi sumbangan positif bagi kehidupan

sosial, politik, ekonomi, dan budaya nasional serta memberi citra baik bagi
23

bangsa. Di sini, laporan keuangan berfungsi sebagai umpan balik kepada

pemerintah. Apabila ada berbagai harapan dan kepentingan yang berbenturan,

maka laporan keuangan secara seimbang memberi informasi bagi berbagai

pihak yang berkepentingan itu.

2.1.5. Tujuan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba

Tujuan laporan keuangan menurut PSAK No. 45 adalah menyediakan

informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota

organisasi, kreditur, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi organisasi

nirlaba.

Sebagai bagian dari usaha untuk membuat rerangka konseptual, Financial

Accounting Standards Board (FASB, 1980) mengeluarkan Statements of Financial

Accounting Concepts No. 4 (SFAC 4) mengenai tujuan laporan keuangan untuk

organisasi nonbisnis/nirlaba (objectives of financial reporting by nonbusiness

organizations). Tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba dalam SFAC 4 tersebut

adalah:

1. Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan

informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya,

serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam pembuatan keputusan yang

rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi.


24

2. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia

sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai

pelayanan yang diberikan oleh organisasi nonbisnis serta kemampuannya

untuk melanjutkan memberi pelayanan tersebut.

3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia

sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai kinerja

manajer organisasi nonbisnis atas pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan

serta aspek kinerja lainnya.

4. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, dan

kekayaan bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dari

kejadian ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber daya

tersebut.

5. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode.

Pengukuran secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/kondisi

sumher kekayaan bersih organisasi nonbisnis serta informasi mengenai usaha

dan hasil pelayanan organisasi secara bersama-sama yang dapat menunjukkan

informasi yang berguna untuk menilai kinerja.

6. Memberikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan

membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan pembayaran

kembali utang, dan mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi

likuiditas organisasi. Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu

pemakai dalam memahami informasi keuangan yang diberikan.


25

2.1.6. Pengertian Yayasan

Menurut UU No. 16 Tahun 2001, Yayasan adalah badan hukum yang terdiri

atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan dalam mencapai tujuan tertentu,

dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.

Menurut Hayati Soeroredjo, Yayasan adalah bersifat sosial dan kemanusiaan

serta idealitas dan pasti tidak diperbolehkan bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan, ketertiban umum dan atau kesusilaan (2005, hal. 71).

Menurut Rochmat Soemitro, Yayasan adalah suatu badan hukum yang

lazimnya bergerak di bidang sosial dan bukan menjadi tujuan untuk mencari

keuntungan, melainkan tujuannya ialah untuk melakukan uaha yang bersifat sosial

(2002, hal. 161).

Jadi dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yayasan adalah

suatu badan hukum yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan serta tidak

bertentangan dengan perundang-undangan dan tujuannya tidak mencari keuntungan.

Kekayaan yayasan di atur dalam Pasal 5,psal 26 ayat 1, Pasal 26 ayat 2

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001 Tentang Yayasan, diketahi bahwa,kekayaan

yayasan merupakan kekayaan yang dipisahkan dapat berupa uang, barang, maupun

kekayaan lain yang diperoleh yayasan berdasarkan Undang-Undang no 16 tahun

2001 Tentang Yayasan, yakni : kekayaan yang dapat diperoleh dari:

a. Sumbangan atau Bantuan yang tidak mengikat

b. Wakaf

c. Hibah
26

d. Hibah Wasiat (legat) dan

e. Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan

dan/atau peraturan Undang-Undang yang berlaku.

Undang-undang republik Indonesia tentang Yayasan dengan Nomor 16

Tahun 2001, memberikan kesempatan pada Yayasan untuk melakukan kegiatan

usaha sebagaimana dituangkan dalam Pasal 3 , Pasal 7 dan Pasal 8.

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan:

1. Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud

dan tujuan dengan cara mendirikan Badan usaha atau ikut serta dalam suatu Badan

usaha.

2. Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada pembina, pengurus,

dan pengawas.

Makna yang terkandung dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun

2001 tentang Yayasan, bahwa tersebut kegiatan usaha yayasan adalah untuk

menunjang pencapaian maksud dan tujuannya yaitu suatu tujuan yang bersifat sosial,

keagamaan dan kemanusiaan. Hal ini mengakibatkan seseorang yang menjadi organ

Yayasan harus bekerja secara sukarela tanpa menerima gaji, upah atau honor tetap,

hal ini lebih dipertegas dalam ayat (2) Pasal 3 tersebut.


27

Pasal 8 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan

menyebutkan bahwa:

Kegiatan usaha dari badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(1) harus sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan serta tidak bertentangan dengan

ketertiban umum, kesusilaan, atau peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Program dan usaha yayasan di Bidang Keagamaan:

1. Mendirikan sarana dan prasarana ibadah

2. Menyelenggarakan pondok pesantren

3. Menerima dan menyalurkan amal zakat, infaq dan shodaqoh

4. Meningkatkan pemahaman keagamaan

5. Melaksanakan Syiar Agama Islam

6. Studi banding keagamaan

Program dan usaha yayasan di Bidang Sosial:

1. Lembaga Pendidikan formal dan non formal

2. Panti Asuhan, Panti Jompo dan Panti Werda

3. Rumah Sakit, Poliklinik, dan Laboratorium

4. Pembinaan Olah Raga

5. Penelitian di bidang Ilmu Pengetahuan

6. Studi Banding

7. Menyelenggarakan bimbingan dan penyuluhan


28

8. Mendirikan dan Menyelenggarakan pelatihan dan kursus keterampilan

Program dan usaha yayasan di Bidang Kemanusiaan:

1. Memberi bantuan kepada korban bencana alam

2. Memberi bantuan kepada pengungsi akibat perang

3. Memberi bantuan kepada tuna wisma, fakir miskin dan gelandangan

4. Mendirikan dan menyelenggarakan rumah singgah dan rumah duka

5. Mendirikan perlindungan konsumen

6. Melestarikan lingkungan hidup

Menurut Qomar, Pesantren didefinisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan

pengajaran yang menekankan pelajaran agama islam dan didukung asrama sebagai

tempat tinggal santri yang bersifat permanen. (http://isbandiyah-

pris.blogspot.com/2012/04/konsep-pesantren-sebagai-lembaga.html).

Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan

kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada tuhan,

berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat kepada masyarakat

dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat tetapi rasul, yaitu menjadi

pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad (mengikuti sunnah

Nabi), mampu berdiri sendiri, bebas, dan teguh dalam kepribadian menyebarkan

agama atau menegakkan islam dan kejayaan umat ditengah-tengah masyarakat dan

mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian manusia.


29

Menurut Imam Syafi’i, dalam buku “Manajemen Keuangan Pesantren”

(http://qistoos.multiply.com/journal/item/11?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%

2Fitem) Sebuah organisasi tentunya membutuhkan pengelola keuangan untuk

memastikan tertopangnya kegiatan operasional dari aspek pendanaan, Tidak

terkecuali Pesantren. Di setiap Pesantren memerlukan dana yang cukup untuk

menjalankan sejumlah program kegiatan dalam periode tertentu. Seperti halnya

organisasi-organisasi umum lainnya, dana yang dimiliki Pesantren harus diatur dan

dicatat sedemikian rupa agar jelas arus masuk dan keluarnya, termasuk ketepatan

penggunaannya. Pencatatan dan pengelolaan dana yang baik menjadi kegiatan yang

penting sebagai wujud pertanggungjawaban Pesantren. Pada dasarnya pelaksanaan

akuntannsi keuangan hanya meliputi penerimaan atau pemasukan dan pengeluaran.

Dalam melakukan akuntansi keuangan, Pesantren perlu menegakan prinsip-

prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Hal ini sesuai

dengan UU Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) pasal 48 No. 1 tahun 2003.

Akutansi keuangan ini meliputi:

1. Penerimaan atau pemasukan

Pemasukan keuangan Pesantren dari berbagai sumber perlu dilakukan

pembukuan berdasarkan prosedur yang disepakati, baik konsep teoritis maupun

peraturan pemerintah. Sumbangan dana yang masuk ke Pesantren bisa kita klasifikasi

sebagai dana langsung dan dana tidak langsung.


30

Dana tidak langsung adalah dana berupa perbandingan waktu guru dan

peserta dididk dalam mengunakan setiap waktunya di sekolah atau Pesantren, seperti

penyesuaian waktu belajar mengajar ketika di bandingkan dengan ketika guru atau

peserta didik menggunakanya untuk bekerja, dan juga perhitunganya dengan

transportasi, dan biaya hidup. dana ini memang sulit sekali dihitung karena tidak ada

catatan resminya. Namun dalam perencanaan biaya ini turut dihitung. Dana

langsung, adalah dana yang di peroleh dari beberapa sumber yang sah.

2. Pengeluaran

Alokasi dari dana pendapatan Pesantren harus pula diatur secermat mungkin.

Ada beberapa klasifikasi dalam pengeluaran dana yang di pakai secara umum di

lembaga-lembaga pendidikan kita:

a) Dana pembangunan, pengeluaran dana ini diatur dan digunakan untuk

pembangunan dan pembenahan sarana fisik lembaga, dana ini di sesuaikan

dengan kebutuhan dan jumlah guru serta peserta didik yang ada di lembaga

pendidikan tersebut.

b) Dana rutin, dana rutin adalah dana yang digunakan untuk biaya operasional satu

tahun anggaran. Dana rutin pengunaanya meliputi pelaksanaan progam belajar

mengajar, pembayaran gaji guru maupun personil, serta pemeliharaan dan

perawatan sarana prasarana lembaga pendidikan.


31

Untuk menghitung dana rutin lembaga pendidikan harus menghitung total

cost atau nilai unit cost yang dibutuhkan setiap siswa atau santri. Nilai unit cost

merupakan nilai satuan biaya yang dikeluarkan untuk memberikan pelayanan

terhadap seorang peserta didik setiap tahun dalam satu jenjang pendidikan.

Berdasarkan akutansi keuangan di Pesantren, ada beberapa hal yang harus di

perhatikan oleh bendaharawan Pesantren:

1. membuat laporan keuangan kepada Pesantren dan komite Pesantren untuk di

cocokan dengan rancangan anggaran Pesantren

2. Menyertakan bukti-bukti laporan keuangan, termasuk bukti pembayaran pajak

bila ada

3. Kwitansi atau bukti-bukti pembelian dan dan penerimaan berupa tanda tangan

penerima atau bukti pengeluaran yang lain

4. Menunjukan neraca keuangan untuk di periksa oleh tim penangungjawaban

keuangan dari yang bersangkutan.

3. Pembelanjaan

Pembelanjaan dalam arti luas, yaitu Keseluruhan aktivitas yang bersangkutan

dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan

dana tersebut.
32

Sedangkan prinsip dari manajemen adalah dalam memperoleh maupun dalam

menggunakannya atau mengalokasikan dana harus didasarkan pada pertimbanggan

efesiensi dan efektivitas. Dalam manajemen terkandung fungsi-fungsi perencanaan,

pengarahan dan pengendalian.

4. Prosedur Investasi

Dana yang diperoleh Pesantren, baik dari pemerintah (jika ada),

pemerintah daerah dan masyarakat, sebagaimana dalam UU Sisdiknas (Sistem

Pendidikan Nasional), Pasal 46 no. 1 tahun 2003. perlu di kelola dengan baik,

salah satu bentuk pengelolaan yang paling efisien adalah dengan

menginvestasikan.

Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga

produksi) dari kapital/modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan

untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Contoh termasuk membangun

rel kereta api, atau suatu pabrik, pembukaan lahan, atau kopontren. Investasi

memiliki dua jenis yaitu:

1. Permanen, artinya permodalan itu sifatnya harus tetap ada dalam organisasi yang

terkait untuk menjalankan fungsinya. Dalam hal ini Pesantren mendapatkan

modal permanen dari pengasuh atau pengelola Pesantren saja.


33

2. Variabel, artinya permodalan yang jumlah pendapatannya tidak menetap karena

harus disesuaikan dengan perubahan pendapatan dan keadaan penyokong dana.

Dalam hal ini Pesantren mendapatkan modal variable dari para donatur

kemasyarakatan ataupun dari donator alumnus Pesantren dan para wali santri

dan lain-lain.

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian pada subjek organisasi nirlaba

seperti penelitian yang dilakukan oleh Ronny Hendrawan (2011), mengenai analisis

penerapan PSAK No. 45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba pada rumah

sakit berstatus Badan Layanan Umum. Dan oleh Elsia (2004), mengenai penerapan

PSAK No. 45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba pada Rumah Sakit

Methodist Medan.

Kesimpulan penelitian tersebut, PSAK No. 45 tentang organisasi nirlaba dapat

diterapkan secara penuh sebagai pedoman penyusunan pelaporan keuangan pada

Badan Layanan Umum seperti Rumah Sakit.

Dengan menggunakan referensi dari Ronny Hendrawan (2011), Elisa (2004),

maka penelitian ini akan membahas penerapan PSAK No. 45 tentang Akuntansi

Organisasi Nirlaba “Sesuai PSAK No. 45 atau tidak?” Studi kasus pada Ponpes

Roudlotul Mubtadiin Balekambang Gemiring Lor Nalumsari Jepara.


34

2.3. Kerangka Pemikiran

Organisasi Nirlaba adalah salah satu lembaga yang tidak mengutamakan laba

dalam menjalankan usaha atau kegiatannya. Akuntansi organisasi nirlaba yang diatur

sebagian dari PSAK no. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba yang

diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia untuk memfasilitasi seluruh organisasi

nirlaba nonpemerintah.

Namun tidak semua organisasi non pemerintah menggunakan kebijakan

akuntansi yang diatur dalam PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi

Nirlaba. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk meneliti lebih lanjut guna

mengetahui akuntansi organisasi nirlaba (sesuai PSAK No. 45 atau tidak?) yang

digunakan oleh Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang Gemiring Lor

Nalumsari Jepara.

Untuk menganalisis kasus ini, dibutuhkan data-data yang dihasilkan dari

wawancara dan data berupa pencatatan akuntansi sampai dengan penyusunan

laporan keuangan pada Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang kemudian

dibandingkan dengan PSAK No. 45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba.


35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

3.1.1. Jenis Data

Menurut Indriarto dan Supomo (1999), pada dasarnya data yang digunakan

dalam penelitian ada dua, yaitu:

1. Data Subjek (Self Report Data)

Data subjek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap,

pengalaman, karakteristik, dan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi

subjek penelitian (responden). Dengan demikian data subjek merupakan data

penelitian yang diberikan oleh responden dalam hal ini staf bagian keuangan atau

akuntansi.

2. Data Dokumenter (Dokumen Data)

Data dokumenter adalah jenis data penelitian yang antara lain berupa faktur,

jurnal, surat, notulen hasil rapat, memo ataupun dalam bentuk laporan keuangan.

Dalam penelitian ini data dokumenter yang digunakan adalah jurnal sampai laporan

keuangan Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang tahun 2010 - 2011.


36

3.1.2. Sumber Data

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis sumber data, yaitu:

1. Data Primer

Data ini berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan

informan yang sedang dijadikan sampel dalam penelitiannya yaitu staf bagian

akuntansi dan pengurus Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang Gemiring

Lor Nalumsari Jepara.

2. Data Sekunder

Data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh peneliti dengan cara

membaca, melihat atau mendengarkan.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Metode Wawancara

Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara

langsung dengan mengungkapkan pertanyaan kepada responden. Wawancara ini

bersifat tidak terstruktur dan dilakukan kepada pihak manajemen Ponpes

Roudlotul Mubtadiin Balekambang, khususnya dengan bagian pengembangan

dan informasi, dan bagian keuangan.

Dalam penelitian ini, yang menjadi narasumber atau informan adalah ketua

pengurus dan staf bagian keuangan di Ponpes Roudlotul Mubtadiin

Balekambang Gemiring Lor Nalumsari Jepara.


37

2. Dokumentasi

Metode pengumpulan data dengan mencari informasi-informasi yang dibutuhkan

melalui dokumen-dokumen, buku-buku, majalah atau sumber data tertulis

lainnya baik yang berupa teori, laporan penelitian atau penemuan sebelumnya

yang berhubungan dengan proses akuntansi organisasi nirlaba. Metode ini

digunakan untuk memperoleh data berupa sejarah Ponpes, bidang usaha Ponpes,

termasuk juga laporan keuangan Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang

tahun 2010 - 2011.

3.3. Teknik Analisis Data

Penulis melakukan analisis data dengan metode deskriptif dan metode

komparatif:

a. Metode deskriptif merupakan metode analisis di mana data dikumpulkan,

disusun, diinterpretasikan, dan dianalisis sehingga memberikan gambaran yang

sebenarnya.

b. Metode komparatif merupakan metode analisis data yang dilakukan dengan

membandingkan metode yang diterapkan ponpes dengan standar akuntansi

keuangan kemudian mengambil kesimpulan-kesimpulan untuk selanjutnya

memberikan saran-saran dari hasil perbandingan tersebut.


38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1. Profil Ponpes Roudlotul Mubtadiin

Pada tahun 1884 seorang ulama’ kharismatik yang bernama KH. Hasbulloh,

mendirikan sebuah pondok pesantren yang bertempat di Dusun Balekambang Desa

Gemiring Lor 02/07 Kecamatan Mayong. Setelah adanya pemekaran desa, desa itu

berada dalam wilayah Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara Propinsi Jawa

Tengah. Beliau memberi nama Pondok Pesantren tersebut dengan nama “Roudlotul

Mubtadiin” dan nama tersebut tetap dipakai hingga saat ini, pesantren ini adalah

pesantren tertua diantara pesantren-pesantren yang ada di kabupaten Jepara. Ketika

pondok pesantren ini didirikan, bangsa Indonesia masih dalam masa penjajahan

belanda, sehingga dengan berdirinya ponpes ini menjadi batu sandungan bagi pihak

belanda, karena banyak dari santri ponpes ini yang ikut berjuang membela bangsa

dan tanah air dari penjajah belanda. Perjuangan para santri pesantren ini terus

berlanjut hingga generasi kedua, ketika pesantren ini dipimpin oleh putra KH.

Hasbulloh yang bernama KH. Abdulloh Hadziq (Wafat 1985).

Proses belajar mengajar pesantren ini pada awalnya memakai sistem wetonan,

sorogan dan bandongan sampai pada tahun 1985, setelah pesantren ini dipimpin oleh

putra KH. Abdulloh Hadziq yang bernama KH. M. Ma’mun Abdulloh ZA sistem

pendidikan yang dipakai pesantren ini mengalami perkembangan yaitu ditambah


39

sistem klasikal, dan sistem ini berjalan hingga sekarang, dengan wujudnya sebagai

perkembangan, sehingga pondok pesantren ini pada tahun 2004 membuka Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK Berasrama) dengan program keahlian Elektronika (Audio

Video) Tata Busana, Mekanik Otomotif, ICT, dan disusul perkembangan yang lain

dengan terwujudnya Madrasah Ibtidaiyyah (2005), Madrasah Tsanawiyah Pesantren

Baru (MTs PB) tahun 2007, Madrasah Aliyah (2010).

Dalam Qowa’idul Fiqhiyyah dikatakan :

‫اﻟﻤﺤﺎﻓﻈﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﻘﺪ ﯾﻢ اﻟﺼﺎﻟﺢ و اﻻﺧﺬ ﺑﺎﻟﺠﺪﯾﺪ اﻻﺻﻠﺢ‬


Itulah Salahsatu dasar Metode Pengembangannya

Pendiri Pondok Penerus Pertama Penerus Kedua


Pesantren :
Hadlorotussyeh KH. Ma’mun
Hadlorotussyeh KH. Abdulloh Abdulloh ZA
KH. Hasbulloh Hadziq 1985 - Sekarang
1884 - 1945 1945 - 1985

4.1.2. Sistem Kepemilikan atau Pengelolaan

Sistem pengelolaan pesantren ini adalah milik yayasan yang telah didaftarkan dengan

Akta Notaris :

1. Perkumpulan Badan Hukum Pondok Pesantren No. 17 tanggal 26 Agustus

2004.

2. Perubahan Anggaran Dasar Pondok Pesantren “Roudlotul Mubtadiin” No. 18

tanggal 31 Desember 2005.


40

3. Perubahan Anggaran Dasar Pondok Pesantren “Roudlotul Mubtadiin” No. 19

tanggal 16 Februari 2006 dengan Akta Notaris Zainurrohman, SH.

4.1.3. Struktur Organisasi

Gambar 4.1

Susunan Pengurus Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadiin Balekambang

Gemiring Lor Nalumsari Jepara

Penasehat / Mudirul’am
1. KH. M. Ma’mun Abdulloh ZA
2. Nyai Hj. Ulfatun Najihah

Ketua
1. KH. Mustamir Wildan
2. Arief Muzakky

Sekretaris Bendahara
1. H. M. Rozinul Masisi 1. Ummi Chawalati
2. Naili Anisah Fatimatuz Zahiroh
Zahro 2. Wahyu Lu’lui
Kabid Maulidiyah

Pendidikan Sarpras Humas


Miftahuddin, H.M. Ai Sibro H.M. Niqobul
S.Ag Malisi Lubab
41

4.1.4. Program Pendidikan yang diselenggarakan

Pesantren ini sejak awal berdirinya adalah merupakan pesantren salaf, dan ini

bertahan sampai sekarang. Dalam perjalanannya selama tiga generasi (1884 –

sekarang) tentu saja pesantren ini benyak mengalami perkembangan yang sesuai

dengan perkembangan dan perubahan zaman, akan tetapi tidak lepas dari jiwa

salafiyyahnya.

- Pendidikan Non Formal yang diselenggarakan:

1. Madrasah Diniyyah Salafiyyah Putra-Putri ( Wustho & Ulya )

2. Tahfidz Al Qur’an

3. Program Wajar Dikdas

4. LPK ( Lembaga Peatihan dan Kursus )

- Pendidikan Formal yang diselenggarakan:

1. MI (Madrasah Ibtidaiyyah)

2. MTs PB (Madrasah Tsanawiyyah Pesantren Baru) Berasrama

3. Madrasah Aliyah (MA)

4. SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Berasrama

a. Elektronika ( Tehnik Audio Vidio )

b. Tata Busana (Busana Butik)

c. Mekanik Otomotif (Tehnik Kendaraan Ringan)

d. ICT
42

4.1.5. Kondisi Sosial Lingkungan Pondok Pesantren

Pesantren yang jumlah santrinya kurang lebih 1.525 (santri putra 813 santri

putri 712) ini terletak di pedesaan dan pegunungan. Mayoritas penduduk di sekitar

pesantren ini bermata pencaharian petani dan ekonomi mereka rata-rata menengah

kebawah. Sedangkan kondisi keberagaman masyarakat sekitar mengalami

peningkatan kearah yang positif, ini juga tidak lepas dari peran pondok pesantren

dalam masyarakat.

Usaha Lain Dalam Pengembangan Ponpes diantaranya yaitu:

1) Pengelolaan air mineral.

2) Koperasi.

3) Pembesaran ikan patin.

4.1.6. Visi dan Misi Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadiin

- Visi

Tertanamnya Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah demi terwujudnya santri dan

peserta didik yang unggul, intelek dan berakhlaqul karimah.

- Misi

1. Menyelenggarakan Pendidikan yang berorientasi pada nilai-nilai

Ahlussunnah Wal Jama’ah.

2. Meningkatkan kualitas pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman.

3. Melaksanakan kajian dan penelitian ilmu-ilmu agama, ilmu pengetahuan

dan tehnologi.
43

4.2. Hasil Penelitian

Pada organisasi nirlaba yang mengelola keuangan dalam kegiatannya selalu

saja harus membuat keputusan yang dipengaruhi oleh kondisi keuangannya, dan juga

akan mempengaruhi kondisi keuangan organisasi. Para pengambil keputusan dan

pihak-pihak berkepentingan memerlukan informasi tentang kinerja ekonomi dan

kondisi organisasi, yang dikenal dengan istilah informasi ekonomi. Kegiatan

mengolah dokumen ekonomi menjadi informasi ekonomi itulah yang kemudian

dikenal sebagai akuntansi. Akuntansi sangat penting untuk diterapkan, akuntansi

sendiri adalah seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara

tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya

bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya, menurut American

Institute of Cartified Public Accountant (AICPA). Pendapat mengenai akuntansi

diungkapkan oleh mbak Chawa ( seorang ketua bendahara di Ponpes Roudlotul

Mubtadiin Balekambang Gemiring Lor Nalumsari Jepara ) bahwa :

“ manajemen keuangan itu kalau kamu lihatnya dari perusahaan-

perusahaan, kadang kan gini perusahaan ini dipegang oleh ahli keuangan orang

lain sama manajemen keuangan yang dipegang sendiri itu ada perbedaan

antara manajemen dipegang orang lain yang benar-benar ahli keuangan

dengan manajemen keuangan milik sendiri itu caranya beda, katakanlah

pegang uang sendiri dengan uang orang lain itu caranya beda ”.
44

Pendapat yang lain di ungkapkan oleh Bapak Mustamir ( seorang ketua

pengurus di Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang Gemiring Lor Nalumsari

Jepara ) bahwa :

“ pembukuan itu harus didasari dengan kejujuran, jika manajemen

kejujuran dipadukan dengan manajemen akuntansi jadilah manajemen islam,

karena mempelajari manajemen kejujuran lebih sulit dibandingkan

manajemen akuntansi ”.

Memang ada beberapa surat Al Qur’an ataupun dalil yang menerangkan

tentang kerangka penulisan transaksi keuangan, beberapa suratnya adalah:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai

untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah

seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis

enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia

menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu mengimlakan (apa yang akan ditulis

itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia

mengurangi sedikit pun daripada utangnya. Jika yang berutang itu orang yang lemah

akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakan, maka

hendaklah walinya mengimlakan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang

saksi dari orang-orang lelaki di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka

(boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai,

supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi
45

itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu

jemu menulis utang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya.

Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian

dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah muamalahmu

itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara

kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan

persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling

sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu

adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah

mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

”Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu

tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang

dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai

sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya

(utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu

(para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang

menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya;

dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Baqarah : 282-283)
46

Al Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 282-283 diatas telah mendorong umat Islam

untuk peduli terhadap pencatatan kegiatan mu’amalah yang dilakukan tidak secara

tunai dan menimbulkan tradisi pencatatan transaksi keuangan dan perdagangan

dikalangan umat Islam.

Pendapat mbak Chawa ( seorang ketua bendahara di Ponpes Roudlotul

Mubtadiin Balekambang Gemiring Lor Nalumsari Jepara ) tentang proses

pencatatannya bahwa :

“ Semua jurusan minta uangnya ke pondok, bendahara pondok mencatat

sejumlah uang yang diminta, terus mereka membuat laporan, baru laporan itu

aku yang ngecek, dari laporan per sub-sub tadi di cek di cocokan dengan

catatan bendahara ”.

Pada dasarnya, praktek akuntansi untuk organisasi nirlaba tidak jauh berbeda

dengan organisasi bisnis. Hal ini terlihat jelas bahwa aturan akuntansi organisasi

nirlaba diatur sebagai bagian dari PSAK no. 45: Pelaporan Keuangan Organisasi

Nirlaba. Jadi, lebih tepatnya yang diatur adalah pelaporannya, teknis akuntansinnya

diatur secara mandiri diserahkan kepada entitas masing-masing. Dengan bentuk

pelaporan yang sudah diatur dalam PSAK 45, secara tidak langsung pencatatan

transaksi akan dibuat oleh entitas mengikuti format laporan yang telah ada. Sehingga

Ponpes juga memiliki cara pencatatan tersendiri.


47

Namun tujuan akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi dari suatu

entitas kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Yang dimaksud dengan entitas

adalah badan usaha/ perusahaan/ organisasi yang mempunyai kekayaan sendiri.

Informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi berguna bagi pihak-pihak di

dalam organisasi itu sendiri (internal) maupun pihak-pihak di luar organisasi

(eksternal). Maka Ikatan Akuntan Indonesia membuat pernyataan standar akuntansi

keuangan no. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba yang menerangkan

laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan posisi keuangan pada akhir

periode laporan, laporan aktivitas serta laporan arus kas untuk suatu periode

pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan. Pernyataan ini bertujuan untuk

mengatur pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Dengan adanya standar pelaporan,

diharapkan laporan keuangan organisasi nirlaba dapat lebih mudah dipahami,

memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi. Menurut mbak Chawa

(seorang ketua bendahara di Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang Gemiring

Lor Nalumsari Jepara) mengungkapkan :

“ Laporan keuangan Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang yaitu

laporan data pemasukan dan pengeluaran. Karena pembelajaran dari teori itu

sangat membingungkan yang terpenting prakteknya ”.


48

Menurut prof. Dr. Zaki Baridwan (2004) Laporan keuangan merupakan

ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-

transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan

keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan

tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.

Pendapat Bapak Mustamir ( seorang ketua pengurus di Ponpes Roudlotul

Mubtadiin Balekambang Gemiring Lor Nalumsari Jepara ) bahwa :

“ Laporan keuangan penting, karena laporan bisa untuk mengevaluasi ke

depan, karena uang itu di mana-mana riskan, tapi pembukuan itu harus di

dasari kejujuran ”.

Laporan keuangan ponpes juga mengutamakan pada kejujuran, Menurut Bapak

Mustamir ( seorang ketua pengurus di Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang

Gemiring Lor Nalumsari Jepara ) mengungkapkan :

“ Kalau melihat kejujurannya saya nilai sangat kejujuren, kejujurannya

itu ditampakkan dulu baru ditulis “.

seperti yang dinyatakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam standar

akuntansi keuangan (SAK) paragraf 24-46, bahwa karakteristik kualitatif laporan

keuangan adalah dapat dipahami, relevan, materialitas, keandalan, penyajian jujur,

substansial mengungguli bentuk, netralitas, pertimbangan sehat, kelengkapan dapat


49

diperbandingkan, tepat waktu, keseimbangan antara biaya dan manfaat,

keseimbangan diantara karakteristik kualitatifnya, dan penyajian wajar.

Kejujuran secara umum terkait dengan pengukuran dan pelaporan informasi

dengan cara yang objektif dan netral. Informasi dikatakan jujur jika objektif dan

netral. Seperti yang dinyatakan oleh Lee:

“Informasi harus didasarkan pada bukti-bukti perusahaan yang dapat

dibuktikan (jika memungkinkan), dan harus tidak cenderung menguntungkan

pengguna tertentu (atau kelompok pengguna tertentu) yang dapat merugikan pihak

lain”

Mbak Chawa ( seorang ketua bendahara di Ponpes Roudlotul Mubtadiin

Balekambang Gemiring Lor Nalumsari Jepara ) mengungkapkan :

“ setiap ada pemasukan ataupun pengeluaran harus ada nota atau

kwitansi ”.

Salah satu prinsip dasar yang dianut dalam Akuntansi adalah ‘Prinsip

Konservatif’ (Conservatism prisnciple), yaitu prinsip yang menjujung kehati-hatian

di atas sikap lainnya. Salah satu contoh konkret dari penerapan prinsip ini adalah

‘pendapatan diakui hanya bila sudah sungguh-sungguh terjadi, sementara biayanya

sudah harus diakui’. Lain daripada itu, Akuntansi tidak mengakui transaksi apapun
50

(baik itu biaya maupun pendapatan) tanpa adanya cukup bukti yang menunjukan

bahwa transaksi sungguh-sungguh terjadi.

Suatu lembaga/ organisasi/ perusahaan dalam menjalankan bisnisnya akan

mencatat transaksi keuangan secara sistematis. Pencatatan yang dilakukan akan

diringkas menjadi suatu laporan keuangan. Laporan ini dapat dibuat setiap saat,

dimana pihak-pihak yang terkait mengiginkannya, dapat dibuat dalam bulanan,

triwulanan, semesteran dan satu tahun atau satu periode akuntansi sesuai dengan

kebijakan perusahaan. Mbak Chawa (seorang ketua bendahara di Ponpes Roudlotul

Mubtadiin Balekambang Gemiring Lor Nalumsari Jepara) mengungkapkan :

“ pembuatan laporan keuangan di Ponpes Roudlotul Mubtadiin diakukan

setiap akhir bulan ”.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Akuntansi di Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang Mayong

Proses pencatatan ponpes dilakukan setiap ada transaksi masuk atau

keluar yang ditulis dalam buku besar dengan format nomor, jenis kegiatan,

tanggal, bulan, jumlah pengeluaran, jumlah pemasukan, keterangan, penerima

dan tandatangan. Semua jurusan mintanya ke pondok sebesar jumlah yang

dibutuhkan, setelah itu setiap akhir bulan membuat laporan rinciannya dan

diberikan ke pondok untuk mengetahui pengeluaran apa saja dalam satu bulan
51

yang disertai bukti nota. kemudian dicocokan dengan catatan bendahara

pondok jika ada kelebihan maka masuk lagi ke pondok jika terjadi kekurangan

pondok akan menambah sebesar kekurangan tersebut. Dengan menggunakan

bukti nota yang dikasih nomer sesuai urutan masuk atau keluarnya transaksi.

Bukti ditata tiap bulan dan disimpan. Setelah di catat dalam buku besar setiap

akhir bulan direkap dengan menjumlahkan semua penerimaan dan

menjumlahkan semua pengeluaran kemudian jumlah penerimaan dikurangkan

dengan jumlah pengeluaran, saldo akhirnya ditambahkan untuk bulan

berikutnya. Laporan keuangan Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang

dibuat setiap akhir tahun ajaran yaitu berupa data pemasukan dan pengeluaran

Ponpes untuk mengetahui saldo akhir tiap bulannya selama suatu periode. Dan

setiap satu bulan sekali diadakan rapat pengurus yang dihadiri ketua dan

anggota pengurus pondok. Sehubungan dengan judul skripsi yang penulis

utarakan, maka dalam penelitian ini penulis memerlukan data yaitu pencatatan

dan laporan keuangan dalam hal ini adalah laporan keuangan periode Juli 2010

- Juni 2011. Bagian keuangannya ada tiga orang yaitu ketua bendahara dan 2

orang bendahara pembantu.

Hambatan yang dihadapi selama menangani keuangan di Ponpes yaitu

transaksinya sudah di catat tapi notanya tidak ada. Jika ada kejadian seperti itu

pihak bendahara cara mengatasinya dengan mengingat-ingat sampai ketemu

atau dicari di buku besar karena di buku besar terdapat kolom penerima dan
52

kolom tandatangan dapat digunakan untuk bukti bahwa pada tanggal tersebut

memang terdapat transaksi.

Di Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang juga mengutamakan

kejujuran dalam pembukuan. Seperti yang di ungkapkan oleh Bapak Mustamir

( seorang ketua pengurus di Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang

Gemiring Lor Nalumsari Jepara ) bahwa :

“ pembukuan itu harus didasari dengan kejujuran, jika

manajemen kejujuran dipadukan dengan manajemen akuntansi jadilah

manajemen islam, karena mempelajari manajemen kejujuran lebih sulit

dibandingkan manajemen akuntansi ”.

Pendapat mengenai akuntansi diungkapkan oleh mbak Chawa ( seorang

ketua bendahara di Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang Gemiring Lor

Nalumsari Jepara) bahwa :

“manajemen keuangan itu kalau kamu lihatnya dari perusahaan-

perusahaan, kadang kan gini perusahaan ini dipegang oleh ahli keuangan

orang lain sama manajemen keuangan yang dipegang sendiri itu ada

perbedaan antara manajemen dipegang orang lain yang benar-benar ahli

keuangan dengan manajemen keuangan milik sendiri itu caranya beda,

katakanlah pegang uang sendiri dengan uang orang lain itu caranya

beda”.
53

Pada dasarnya, praktek akuntansi untuk organisasi nirlaba tidak jauh

berbeda dengan organisasi bisnis. Hal ini terlihat jelas bahwa aturan akuntansi

organisasi nirlaba diatur sebagai bagian dari PSAK no. 45: Pelaporan

Keuangan Organisasi Nirlaba. Jadi, lebih tepatnya yang diatur adalah

pelaporannya, teknis akuntansinya diatur secara mandiri diserahkan kepada

entitas masing-masing. Dengan bentuk pelaporan yang sudah diatur dalam

PSAK 45, secara tidak langsung pencatatan transaksi akan dibuat oleh entitas

mengikuti format laporan yang telah ada.

4.3.2. Laporan Keuangan Ponpes Roudlotul Mubtadiin Sesuai PSAK No.

45 Atau Tidak

Pelaporan organisasi nirlaba yang harus disajikan dalam laporan

keuangan organisasi nirlaba berdasarkan PSAK No. 45 yaitu:

1. laporan posisi keuangan yang menyediakan informasi mengenai aktiva,

kewajiban, dan aktiva bersih.

2. Laporan aktivitas yang menyajikan pendapatan sebagai penambah aktiva

bersih tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh

penyumbang, dan menyajikan beban sebagai pengurang aktiva bersih tidak

terikat.

3. Laporan arus kas yang menyajikan informasi mengenai penerimaan dan

pengeluaran kas dalam suatu periode.


54

4. Catatan atas laporan keuangan yang memberikan informasi yang jelas

untuk mengungkapkan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

laporan keuangan lainnya.

Dalam laporan keuangan yang disusun oleh Ponpes Roudlotul

Mubtadiin Balekambang tidak terdapat laporan posisi keuangan, laporan

aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan sebagaimana

yang ditentukan dalam PSAK No. 45. Laporan keuangan yang disusun Ponpes

Roudlotul Mubtadiin Balekambang hanya laporan data pemasukan dan

pengeluaran yang memberikan informasi mengenai keadaan ponpes pada

periode bersangkutan apakah mengalami surplus atau defisit.

Laporan data pemasukan dan pengeluaran Ponpes disajikan dengan

menjumlahkan semua pemasukan yang diperoleh ponpes dan kemudian

dikurangkan dengan biaya-biaya atau pengeluaran yang dilakukan oleh pihak

ponpes. Jika dibandingkan dengan laporan aktivitas, sebagaimana ditentukan

dalam PSAK No. 45, maka laporan data pemasukan dan pengeluaran yang

disajikan oleh pihak ponpes belum dapat memberikan informasi mengenai

perubahan aktiva bersih, hubungan antar transaksi dan peristiwa lain yang

mempengaruhi aktiva bersih, dan bagaimana penggunaan sumber daya dalam

pelaksanaan berbagai program dan jasa. Informasi yang disajikan dalam

laporan data pemasukan dan pengeluaran tersebut hanya mencerminkan

besarnya pemasukan dan pengeluaran ponpes yang kemudian diselisihkan

untuk menentukan surplus atau defisit. Perubahan aktiva bersih,


55

pengelompokan program jasa utama dan pendukung, pengelompokan beban

menurut klasifikasi fungsional juga tidak jelas disajikan pada laporan data

pemasukan dan pengeluaran ponpes.

Menurut PSAK No. 45, laporan aktivitas pada intinya adalah untuk

menyajikan perubahan jumlah aktiva bersih selama suatu periode.

Dilihat dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa laporan

keuangan Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang tidak sesuai PSAK No.

45 tentang pelaporan organisasi nirlaba dengan alasan yaitu Pendapat mbak

Chawa (seorang ketua bendahara di Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang

Gemiring Lor Nalumsari Jepara) mengungkapkan :

“ pembelajaran dari teori itu sangat membingungkan yang

terpenting prakteknya ”.

Standar akuntansi dibuat Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) bertujuan

untuk memudahkan pembuat dan pemakai laporan keuangan, akan tetapi masih

terdapat organisasi nirlaba yang sulit untuk menerima standar akuntansi

tersebut.
56

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang merupakan ponpes yang

didirikan oleh yayasan tujuannya untuk Tertanamnya Aqidah Ahlussunnah

Wal Jama’ah demi terwujudnya santri dan peserta didik yang unggul,

intelek dan berakhlaqul karimah.

2. Proses pencatatan ponpes yaitu bendahara mencatat sebesar jumlah yang

diminta oleh semua jurusan ke dalam buku bendahara, setiap akhir bulan

membuat laporan, dari laporan per sub-sub tadi dicek dicocokan dengan

catatan bendahara.

3. Adapun perbedaan antara laporan keuangan yang disajikan menurut PSAK

No. 45 dengan laporan keuangan yang disajikan oleh Ponpes Roudlotul

Mubtadiin Balekambang adalah laporan keuangan menurut PSAK No. 45

terdiri atas Laporan posisi keuangan, Laporan aktivitas, Laporan arus kas,

dan catatan atas laporan keuangan, sedangkan laporan keuangan yang

disajikan ponpes hanya laporan data pemasukan dan pengeluaran.

4. Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang tidak menyusun laporan

aktivitas melainkan laporan data pemasukan dan pengeluaran. Laporan

pemasukan dan pengeluaran yang telah disusun oleh pihak ponpes belum

dapat memenuhi fungsi laporan aktivitas. Hal ini disebabkan laporan


57

pemasukan dan pengeluaran yang disusun ponpes hanya menyajikan

selisih keseluruhan jumlah pemasukan dengan pengeluaran untuk

mendapatkan informasi tentang surplus atau defisit yang dialami.

5. Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang belum menyusun laporan

posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan atas

laporan keuangan. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa laporan

keuangan Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang tidak sesuai dengan

pelaporan keuangan organisasi nirlaba yang berdasarkan PSAK No. 45.

5.2. Saran

Untuk lebih meningkatkan mutu Ponpes Roudlotul Mubtadiin Balekambang

diharapkan untuk menggunakan akuntansi lebih baik lagi yang sesuai dengan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 agar terjadi transparansi,

lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi.
58

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE

Bastian, Indra. 2007. Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik. Yogyakarta: Erlangga

Belkaoui, dan Riahi Ahmed. 2000. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan


Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana

Elsia. 2004. Penerapan PSAK No. 45 Tentang Pelaporan Keuangan Organisasi


Nirlaba Pada Rumah Sakit Methodist Medan

Eprints.undip.ac.id/29748/1/Skripsi010.pdf

Hery. 2009. Akuntansi Keuangan Menengah I. Jakarta: Bumi Aksara

http://isbandiyah-pris.blogspot.com/2012/04/konsep-pesantren-sebagai-lembaga.html

http://jurnalakuntansikeuangan.com/2011/06/pentingnya-bukti-transaksi-dalam-
akuntansi/

http://kurniasaridian.wordpress.com/2011/02/09/sekilas-tentang-psak-nomor-45-
pelaporan-keuangan-organisasi-nirlaba
http://lecturer.poliupg.ac.id/~hasyim/Advance%201/BA.org.nirlaba.htm

http://mitoyono.blogspot.com/2011/01/akuntansi-organisasi-nirlaba.html

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pls_0606414_chapter1.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21946/3/Chapter%20II.pdf

http://srilestarimingxiu.blogspot.com/2011/02/akuntansi-keuangan-nirlaba-
yayasan_26.html
59

http://www.bloggerborneo.com/ternyata-ilmu-akuntansi-sudah-ada-sejak-jaman-
rasulullah

http://www.yayasansku.org/index.php/profil-yayasan/program-usaha-yayasan/

http://qistoos.multiply.com/journal/item/11?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2
Fitem
Ikatan Akuntan Indonesia. 1999. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat

Mursyidi. 2010. Akuntansi Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia

Roni Hendrawan. 2011. Analisis Penerapan PSAK No. 45 Tentang Pelaporan


Keuangan Organisasi Nirlaba Pada Rumah Sakit Berstatus Badan Layanan Umum
(Studi Kasus di RSUD Kota Semarang)
Sarwono, jonathan. 2006. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Edisi pertama.
Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu
Suwardjono. 2002. Akuntansi Pengantar Bagian 1 Proses Penciptaan Data
Pendekatan Sistem. Yogyakarta: BPFE
www.keuanganlsm.com/download/77/akuntansi-dasar

www.ksap.org/Riset&Artikel/Art6.pdf
Lampiran 1. Contoh Laporan Posisi Keuangan
Organisasi Nirlaba
Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 19X0 dan 19X1
(dalam jutaan)
19X0 19X1
Aktiva:
Kas dan setara kas Rp 188 Rp 1.150
Piutang bunga 5.325 4.175
Persediaan dan biaya dibayar di muka 1.525 2.500
Piutang lain-lain 7.562 6.750
Investasi lancar 3.500 2.500
Aktiva terikat untuk investasi dalam
tanah, bangunan dan peralatan 13.025 11.400
Tanah, bangunan dan peralatan 154.250 158.975
Investasi jangka panjang 545.175 508.750

Jumlah Aktiva Rp 730.550 Rp 696.200


Kewajiban dan Aktiva bersih:
Hutang dagang Rp 6.425 Rp 2.625
Pendapatan diterima di muka yang dapat
Dikembalikan 1.625
Hutang lain-lain 2.187 3.250
Hutang wesel 2.850
Kewajiban tahunan 4.213 4.250
Hutang jangka panjang 13.750 16.250

Jumlah Kewajiban Rp 26.575 Rp 30.850


Aktiva Bersih:
Tidak Terikat Rp 288.070 Rp 259.175
Terikat temporer (Catatan B) 60.855 63.675
Terikat permanen (Catatan C) 355.055 342.500

Jumlah Aktiva Bersih 703.975 665.350


Jumlah Kewajiban dan Aktiva Bersih Rp 730.550 Rp 696.200
Sumber: Standar Akuntansi Keuangan
Lampiran 2. Contoh Laporan Aktivitas Bentuk A
Organisasi Nirlaba
Laporan Aktivitas
Untuk Tahun Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 19X1
(dalam jutaan rupiah)
Perubahan Aktiva Bersih Tidak Terikat
Pendapatan dan Penghasilan:
Sumbangan Rp 21.600
Jasa layanan 13.500
Penghasilan investasi jangka panjang (Catatan E) 14.000
Penghasilan investasi lain-lain (Catatan E) 2.125
Penghasilan bersih investasi jangka panjang belum
direalisasi 20.570
Lain-lain 375
Jumlah Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat 72.170
Aktiva Bersih yang Berakhir Pembatasannya (Catatan D):
Pemenuhan program pembatasan 29.975
Pemenuhan pembatasan pemerolehan peralatan 3.750
Berakhirnya pembatasan waktu 3.125
Jumlah aktiva yang telah berakhir pembatasannya 36.850
Jumlah Pendapatan, Penghasilan dan Sumbangan
Lain 109.020
Beban dan Kerugian:
Program A 32.750
Program B 21.350
Program C 14.400
Manajemen dan umum 6.050
Pencarian dana 5.375
Jumlah Beban (Catatan F) 79.925
Kerugian akibat kebakaran 200
Jumlah Beban dan Kerugian 80.125
Kenaikan Jumlah Aktiva Bersih Tidak Terikat Rp 28.895
Perubahan Aktiva Bersih Terikat Temporer:
Sumbangan Rp 20.275
Penghasilan investasi jangka panjang (Catatan E) 6.450
Penghasilan bersih terealisasikan dan belum terealisasikan
dari investasi jangka panjang (Catatan E) 7.380
Kerugian aktuarial untuk kewajiban tahunan (75)
Aktiva Bersih terbebaskan dari pembatasan (Catatan D) (36.850)
Penurunan Aktiva Bersih Terikat Temporer (2.820)
Perubahan Dalam Aktiva Bersih Terikat Permanen:
Sumbangan Rp 700
Penghasilan dari investasi jangka panjang (Catatan E) 300
Penghasilan bersih terealisasikan dan belum terealisasikan
dari investasi jangka panjang (Catatan E) 11.550
Kenaikan Aktiva Bersih Terikat Permanen 12.550
Kenaikan Aktiva Bersih 38.625
Aktiva Bersih Pada Awal Tahun 665.350
Aktiva Bersih Pada Akhir Tahun Rp 703.975

Sumber: Standar Akuntansi Keuangan


Lampiran 3. Contoh Laporan Arus Kas Metode Langsung

Organisasi Nirlaba
Laporan Arus kas
Untuk tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 19X1
(dalam jutaan rupiah)
Aliran Kas dari Aktivitas operasi:
Kas dari pendapatan jasa Rp 13.050,0
Kas dari penyumbang 20.075,0
Kas dari piutang lain-lain 6.537,5
Bunga dan dividen yang diterima 21.425,0
Penerimaan lain-lain 375,0
Bunga yang dibayarkan (955,0)
Kas yang dibayarkan kepada karyawan dan suplier (59.520,0)
Hutang lain-lain yang dilunasi (1.063,5)
Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi (75,0)
Aliran Kas dari aktivitas Investasi:
Ganti rugi dari asuransi kebakaran 625,0
Pembelian peralatan 3.750,0
Penerimaan dari penjualan investasi 190.250,0
Pembelian investasi 187.250,0
Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas investasi (125,0)
Aliran kas dari aktivitas pendanaan:
Penerimaann dari kontribusi berbatas dari:
Investasi dalam endowment 500,0
Investasi dalam endowment berjangka 175,0
Insvestasi bangunan 3.025,0
Investasi perjanjian tahunan 500,0
4.200,0
Aktivitas pendanaan lain:
Bunga dan dividen berbatas untuk reinvestasi 750,0
Pembayaran kewajiban tahunan (363,0)
Pembayaran hutang wesel (2.850,0)
Pembayaran kewajiban jangka panjang (2.500,0)
(4.962,5)
Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas
pendanaan Rp (762,5)
Kenaikan (penurunan) bersih dalam kas dan setara kas Rp (962,5)
Kas dan setara kas pada awal tahun 1.150,0
Kas dan setara kas pada akhir tahun 187,5
Rekonsiliasi perubahan dalam aktiva bersih menjadi kas bersih yang digunakan
untuk aktivitas operasi:
Perubahan dalam aktiva bersih 38.625,0
Penyesuaian untuk rekonsiliasi perubahan dalam aktiva bersih
menjadi kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi:
Depresiasi 8.000,0
Kerugian akibat kebakaran 200,0
Kerugian aktuarial pada kewajiban tahunan 75,0
Kenaikan piutang bunga (1.150,0)
Penurunan dalam persediaan dan biaya dibayar dimuka 975,0
Kenaikan dalam piutang lain-lain (812,5)
Kenaikan dalam hutang dagang 3.800,0
Penurunan dalam penerimaan dimuka yang dapat
dikembalikan (1.625,0)
Penurunan dalam hutang lain-lain (1.062,5)
Sumbangan terikat untuk investasi jangka panjang (6.850,0)
Bunga dan dividen terikat untuk investasi jangka panjang (750,0)
Penghasilan bersih terealisasikan dan belum terealisasikan
dari investasi jangka panjang (39.500,0)
Kas bersih diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi Rp (75,0)
Data tambahan untuk aktivitas investasi dan pendanaan non kas:
Peralatan yang diterima sebagai hibah Rp 350,0
Pembebasan premi asuransi kematian, nilai kas yang
diserahkan 200,0
Sumber: Standar Akuntansi Keuangan
Lampiran 4. Contoh Catatan atas Laporan Keuangan
Ilustrasi catatan A menguraikan kebijakan pengungkapan yang diwajibkan
yang menyebabkan catatan B dan catatan C wajib disajikan. Catatan D, E, dan
F menyediakan informasi yang dianjurkan untuk diungkapkan oleh organisasi
nirlaba. Semua jumlah dalam ribuan rupiah.

Catatan A
Organisasi menyajikan hadiah dan wakaf berupa kas atau aktiva lain sebagai
sumbangan terikat jika hibah atau wakaf tersebut diterima dengan persyaratan
yang membatasi penggunaan aktiva tersebut. Jika pembatasan dari
penyumbang telah kadaluwarsa, yaitu pada saat masa pembatasan telah
berakhir atau pembatasan tujuan telah dipenuhi, aktiva bersih terikat temporer
digolongkan kembali menjadi aktiva bersih tidak terikat dan disajikan dalam
laporan aktivitas sebagai aktiva bersih yang dibebaskan dari pembatasan.
Organisasi menyajikan hibah atau wakaf berupa tanah, bangunan, dan
peralatan sebagai sumbangan tidak terikat kecuali jika ada pembatasan yang
secara eksplisit menyatakan tujuan pemanfaatan aktiva tersebut dari
penyumbang. Hibah atau wakaf untuk aktiva tetap dengan pembatasan
eksplisit yang menyatakan tujuan pemanfaatan aktiva tersebut dan sumbangan
berupa kas atau aktiva lain yang harus digunakan untuk memperoleh aktiva
tetap disajikan sebagai sumbangan terikat. Jika tidak ada pembatasan eksplisit
dari pemberi sumbangan mengenai pembatasan jangka waktu penggunaan
aktiva tetap tersebut, pembebasan pembatasan dilaporkan pada saat aktiva
tetap tersebut dimanfaatkan.

Catatan B
Aktiva bersih terikat temporer untuk periode keuangan adaah sebagai berikut:
Aktivitas program A:
Pembelian peralatan Rp 7.650
Penelitian 10.640
Seminar dan publikasi 3.800
Aktivitas program B:
Perbaikan kerusakan peralatan 5.600
Seminar dan publikasi 5.395
Aktivitas program C:
Umum 7.420
Bangunan dan peralatan 5.375
Perjanjian perwalian tahunan 7.125
Untuk periode setelah 31 Desember 19X1 7.850

Rp 60.855
Catatan C
Aktiva bersih terikat permanen dibatasi untuk:
Investasi tahunan, penghasilannya dibelanjakan untuk mendukung:
Aktivitas program A Rp 68.810
Aktivitas program B 34.155
Aktivitas program C 34.155
Kegiatan lain organisasi 204.930
Rp 342.050
Dana yang penghasilannya untuk ditambahkan pada jumlah
Sumbangan awal hingga mencapai nilai Rp 2.500
5.300
Polis asuransi kematian yang penerimaan ganti rugi asuransi
Atas kematian pihak yang diasuransikan tersedia untuk
mendanai aktivitas umum 200
Tanah yang harus digunakan untuk area rekreasi 7.500
Rp 355.050
Catatan D
Aktiva bersih yang dibebaskan dari pembatasan penyumbang
melalui terjadinya beban tertentu atau terjadinya kondisi
yang diisyaratkan oleh penyumbang.
Tujuan pembatasan yang dicapai:
Beban program A Rp 14.500
Beban program B 11.500
Beban program C 3.975
Rp 29.975
Peralatan untuk program A yang dibeli dan dimanfaatkan 3.750
Pembatasan waktu yang telah terpenuhi:
Jangka waktu yang telah dipenuhi Rp 2.125
Kematian penyumbang tahunan 1.000
Rp 3.125
Rp 36.850
Catatan E
Investasi dicatat sebesar nilai pasar atau nilai apraisal, dan penghasilan (atau
kerugian) yang telah terealisasikan atau belum terealisasikan dapat dilihat dari
laporan aktivitas. Entitas menginvestasikan kelebihan kas di atas kebutuhan
harian dalam investasi lancar. Pada tanggal 31 Desember 20X2, Rp 1.400
diinvestasikan pada investasi lancar dan menghasilkan Rp 850 per tahun.
Sebagian besar investasi jangka panjang dibagi kedalam dua kelompok.
Kelompok A adalah dana permanen dan tidak diwajibkan untuk menaikkan nilai
bersihnya. Kelompok B adalah jumah yang oleh badan perwalian ditujukan
untuk investasi jangka panjang. Berikut ini menunjukkan investasi jangka
panjang entitas.
Kel A Kel B Lain-lain Jumlah
Investasi awal tahun 410.000 82.000 16.750 508.750
Hibah tersedia untuk investasi:
Untuk dana permanen 500 200 700
Untuk dana temporer 175 175
Untuk dana perwalian tahunan 500 500
Jumah yang ditarik untuk penyumbang
tahunan yang meninggal (1.000) (1.000)
kembalian investasi (neto, setelah dikurangi
beban Rp 375) dividen, bunga dan sewa 15.000 5.000 750 20.750
penghasilan terealisasi dan belum
terealisasikan 30.000 9.500 39.500
jumlah kembalian investasi 45.000 14.500 750 60.250
jumlah tersedia untuk operasi tahun
berjalan (18.750) (5.000) (23.750)
penghasilan dana perwalian untuk tahun
berjalan dan masa depan (450.000)(450.000)
investasi akhir tahun 436.750 90.000 16.925 545.175
Komponen dalam setiap kelompok investasi dan kepemilikan investasi lain-lain
pada tanggal 31 Desember 20X2 disajikan dalam tabel berikut ini.
Kel A Kel B Lain-lain Jumlah
Aset neto terikat permanen Rp 342.050 5.500 347.550
Aset neto terikat temporer 26.880 11.425 38.305
Aset neto tidak terikat 67.820 91.500 159.320
Rp 436.600 90.000 16.925 545.175
Badan perwalian menerapkan peraturan yang mensyaratkan dana endowment
permanen dinilai sebesar nilai nyata atau daya beli kecuali penyumbang secara
eksplisit menyatakan penggunaan apresiasi neto yang disyaratkan. Untuk
memenuhi tujuan dana manajemen menetapkan bahwa apresiasi neto
dipertahankan secara permanen sebesar jumlah yang diperlukan sesuai untuk
menyesuaikan nilai mata uang historis dana sumbangan dengan menggunakan
indeks harga konsumen. Setiap kelebihan di atas dana abadi permanen dapat
digunakan untuk tujuan lain yang telah digunakan. Pada tahun 20X2, total
kembalian investasi kelompok A adalah Rp 18.000 (10,6 persen), dan dari
jumlah tersebut Rp 4.620 ditahan secara permanen untuk mempertahankan nilai
nyata sumbangan tersebut. Sisanya sebesar Rp 13.380 tersedia untuk tujuan lain
yang telah ditentukan oleh dewan perwalian.
Catatan F
Beban yang terjadi adalah:
Program Manajemen Pencarian
Total A B C Umum Dana
Gaji, upah Rp 37.787,5 18.500,0 9.750,0 4.321,5 2.825,0 2.400,0
Biaya lain-lain 11.875,0 5.187,5 1.875,0 4312,5
Supplies dan perjalanan 7.887,5 2.162,5 2.500,0 1.225,0 600,0 1.400,0
Biaya jasa dan 7.100,0 400,0 3.725,0 1.500,0 500,0 975,0
Profesional
Kantor dan pekerjaan 6.320,0 2.900,0 1.500,0 1.125,0 545,0 250,0
Depresiasi 8.000,0 3.600,0 2.000,0 1.425,0 625,0 350,0
Bunga 955,0 955,0
Jumlah beban 79.925,0 32.750,0 21.350,0 14.400,0 6.050,0 5.375,0

Sumber: Standar Akuntansi Keuangan

Anda mungkin juga menyukai