Anda di halaman 1dari 10

SOP Pelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan MedisHabis Pakai

UPT Puskesmas Selat Nasik

Halaman 1/1
UPT PUSKESMAS STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. 445/C-
SELAT NASIK PERENCANAAN /SOP/PKM-
SN/2018
Tanggal berlaku
1 MEI 2021

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan kegiatan perencanaan Sediaan
Farmasi - Alat Kesehatan sehingga mendapatkan jumlah dan jenis yang sesuai kebutuhan
dan menjamin ketersediaan sediaan farmasi-alat kesehatan di sarana pelayanan.

2. MANFAAT
Perencanaan obat yang baik dapat mencegah kekosongan atau kelebihan stok obat dan
menjaga ketersediaan obat di puskesmas.

3. PELAKSANA
Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP) di puskesmas
setiap periode, dilaksanakan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK) pengelola
ruang farmasi.

4. KEBIJAKAN
SK Kepala UPT Puskesmas Selat Nasik Nomor : 445/C-005/SK/PKM-SN/2018 Tentang
Penunjang layanan klinis

5. REFRENSI
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Puskesmas.

6. PROSEDUR
1) Pemilihan
Pemilihan obat di puskesmas dilakukan dalam rangka perencanaan permintaan obat ke
dinas kesehatan kabupaten/kota dan pembuatan formularium puskesmas. Pemilihan
obat di puskesmas harus mengacu pada Formularium Nasional (FORNAS) untuk Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
2) Pengumpulan data
Data yang dibutuhkan antara lain data penggunaan obat periode sebelumnya (data
konsumsi), data morbiditas, sisa stok dan usulan kebutuhan obat dari semua jaringan
pelayanan puskesmas
3) Data pemakaian, sisa stok dan permintaan kebutuhan obat puskesmas dituangkan dalam
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) puskesmas.
4) Laporan pemakaian berisi jumlah pemakaian obat dalam periode dan lembar
permintaan berisi jumlah kebutuhan obat puskesmas dalam satu periode, kecuali obat
untuk pasien yang menderita penyakit kronis lembar permintaan berisi jumlah
kebutuhan obat puskesmas maksimal dalam dua periode.
5) Perhitungan kebutuhan obat untuk satu periode dilakukan dengan menggunakan
metode konsumsi dan atau metode morbiditas.
6) LPLPO puskesmas menjadi dasar untuk rencana kebutuhan obat tingkat puskesmas dan
digunakan sebagai data pengajuan kebutuhan obat ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

7. EVALUASI
Evaluasi terhadap perencanaan dilakukan dengan penilaian kesesuaian antara RKO dengan
realisasi.
SOP Pelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan MedisHabis Pakai
UPT Puskesmas Selat Nasik

Halaman 1/1
UPT PUSKESMAS STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. 445/C-
SELAT NASIK PENGADAAN OBAT /SOP/PKM-
SN/2018
Tanggal berlaku
1 MEI 2021

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan kegiatan perencanaan Sediaan
Farmasi sehingga mendapatkan jumlah dan jenis yang sesuai kebutuhan dan menjamin
ketersediaan sediaan farmasi-alat kesehatan di sarana pelayanan.

2. MANFAAT
Perencanaan obat yang baik dapat mencegah kekosongan atau kelebihan stok obat dan
menjaga ketersediaan obat di puskesmas.

3. PELAKSANA
Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP) di puskesmas
setiap periode, dilaksanakan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK) pengelola
ruang farmasi.

4. KEBIJAKAN
SK Kepala UPT Puskesmas Selat Nasik Nomor : 445/C-005/SK/PKM-SN/2018 Tentang
Penunjang layanan klinis

5. REFRENSI
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Puskesmas.

6. PROSEDUR
1) Permintaan
Permintaan obat puskesmas diajukan oleh kepala puskesmas kepada kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO. Permintaan obat dari
sub unit ke kepala puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub unit.
Permintaan terbagi atas dua yaitu :
a. Permintaan rutin dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing – masing puskesmas.
b. Permintaan khusus dilakukan diluar jadwal distribusi rutin.

2) Pengadaan Mandiri
Pengadaan obat secara mandiri oleh Puskesmas dilaksanakan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Puskesmas dapat melakukan pembelian obat ke
distributor. Dalam hal terjadi kekosongan persediaan dan kelangkaan di fasilitas
distribusi, Puskesmas dapat melakukan pembelian obat ke apotek. Pembelian dapat
dilakukan dengan dua mekanisme:
a. Puskesmas dapat membeli obat hanya untuk memenuhi kebutuhan obat yang
diresepkan dokter.
b. Jika letak puskesmas jauh dari apotek, puskesmas dapat menggunakan SP (Surat
Pemesanan), dimana obat yang tidak tersedia di fasilitas distribusi dapat dibeli
sebelumnya, sesuai dengan stok yang dibutuhkan.
SOP Pelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan MedisHabis Pakai
UPT Puskesmas Selat Nasik

Halaman 1/2
UPT PUSKESMAS STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. 445/C-
SELAT NASIK PENERIMAAN /SOP/PKM-
SN/2018
Tanggal berlaku
1 MEI 2021

1. TUJUAN
Menjamin kualitas barang selama proses penerimaan dan mencegah terjadinya kerugian
akibat penanganan yang tidak tepat pada saat penerimaan barang

2. MANFAAT
untuk memeriksa kesesuaian jenis, jumlah dan mutu obat pada dokumen penerimaan.
Pemeriksaan mutu meliputi pemeriksaan label, kemasan dan jika diperlukan bentuk fisik
obat. Setiap obat yang diterima harus dicatat jenis, jumlah dan tanggal kadaluarsanya
dalam formulir penerimaan dan kartu stok obat.

3. PELAKSANA
Penerimaan dilakukan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK)
penanggungjawab ruang farmasi di puskesmas.

4. KEBIJAKAN
SK Kepala UPT Puskesmas Selat Nasik Nomor : 445/C-005/SK/PKM-SN/2018 Tentang
Penunjang layanan klinis

5. REFRENSI
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Puskesmas.

6. PROSEDUR
1) Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK) penanggungjawab memeriksa dokumen
pengiriman barang apakah alamatnya sesuai.
2) Pemeriksaan barang dilakukan dengan teliti dan benar
a. Periksa barang yang dikirim, bandingkan dengan dokumen LPLPO. Pemeriksaan
dilakukan pada jenis barang, jumlah, bets, shelf life expired date dan kualitas
kemasan produk apakah kemasannya original dan belum pernah dibuka/rusak.
b. Khusus untuk Produk Rantai Dingin:
a) Pastikan barang diterima menggunakan kemasan standar (styrofoam/cold bag)
berpendingin.
b) Periksa apakah kemasannya original dan belum pernah dibuka/rusak.
c) Periksa suhu barang, hindari thermometer kontak langsung dengan ice gel /dry
ice pada saat pemeriksaan suhu.
d) Catat suhu pada buku penerimaan.
c. Bila terdapat ketidaksesuaian antara fisik barang (jenis barang, jumlah, kemasan
barang rusak dan shelf life expired date yang telah ditetapkan) dengan SBBK maka
dibuatkan Berita Acara yang ditandatangani oleh apoteker penanggungjawab ruang
farmasi di puskesmas ke Gudang Farmasi Dinas Kesehata Kabupaten/Kota.
d. Produk yang menunggu keputusan apakah dapat diterima atau tidak, dikarantina di
SOP Pelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan MedisHabis Pakai
UPT Puskesmas Selat Nasik

ruang / tempat sesuai dengan tipe suhu produk yang bersangkutan (ambient, AC,
Cold Room/Chiller/Kulkas). Untuk produk rantai dingin yang tidak sesuai suhunya
disimpan pada chiller/refrigerator /cold room dengan label karantina.
3) Proses Administrasi
a. Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK) memastikan dokumen Surat Bukti
Barang Keluar (SBBK) /dokumen retur telah ditandatangani oleh kuasa penggunaan
barang.
b. Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) /dokumen retur ditanda tangani oleh penerima
barang, kemudian diarsip berdasarkan ketentuan pengarsipan. Khusus untuk produk
narkotika & psikotropika diarsip oleh Apoteker.
SOP Pelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan MedisHabis Pakai
UPT Puskesmas Selat Nasik

Halaman 1/3
UPT PUSKESMAS STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. 445/C-
SELAT NASIK PENYIMPANAN /SOP/PKM-
SN/2018
Tanggal berlaku
1 MEI 2021

1. TUJUAN
Untuk memastikan barang-barang di gudang, disimpan sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan oleh Principal dan peraturan Pemerintah serta terjaga kualitasnya

2. MANFAAT
Memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab,
menjaga ketersediaan, serta memudahkan pencarian dan pengawasan.

3. PELAKSANA
Penerimaan dilakukan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK)
penanggungjawab ruang farmasi di puskesmas.

4. KEBIJAKAN
SK Kepala UPT Puskesmas Selat Nasik Nomor : 445/C-005/SK/PKM-SN/2018 Tentang
Penunjang layanan klinis

5. REFRENSI
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Puskesmas.

6. PROSEDUR
1) Aspek umum yang perlu diperhatikan:
a. Persediaan obat dan BMHP puskesmas disimpan di gudang obat yang dilengkapi
lemari dan rak –rak penyimpanan obat.
b. Suhu ruang penyimpanan harus dapat menjamin kestabilan obat.
Kategori Produk Penyimpanan
o
Suhu +2 C s/d Produk yang tertulis Disimpan di Cold
+8 o
C (suhu pada kemas-an harus Storage, Chiller atau
dingin) disimpan +2 C s/d +8 C
o o
lemari pendingin
(Refrigerator)
Suhu +8o C s/d Produk yang tertulis pada Disimpan pada ruang
+15 Co
(suhu kemasan harus disimpan yang menggunakan Air
sejuk) o
+8 C s/d +15 C o
Condition (AC) dan
harus di atas pallet
Suhu +15o C s/d Produk Injeksi, produk Disimpan pada ruang
+25 Co
(suhu jenis antibiotik, produk yang yang menggunakan Air
kamarterkendali) bersalut gula, produk Condition (AC) dan
yang berbentuk ointment harus di atas pallet.
atau cream dengan
kemasan tube.
o
Suhu +26 C s/d Produk yang dapat disimpan Disimpan pada
SOP Pelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan MedisHabis Pakai
UPT Puskesmas Selat Nasik

+30o C (suhu pada suhu normal. ruangan dan harus di


kamar) atas pallet.

c. Sediaan farmasi dalam jumlah besar (bulk) disimpan diatas pallet, teratur dengan
memperhatikan tanda-tanda khusus.
d. Penyimpanan sesuai alfabet dengan sistem, First Expired First Out (FEFO), high alert
dan life saving (obat emergency).
e. Sediaan psikotropik dan narkotik disimpan dalam lemari terkunci dan kuncinya
dipegang oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian yang dikuasakan.
f. Sediaan farmasi dan BMHP yang mudah terbakar, disimpan di tempat khusus dan
terpisah dari obat lain. Contoh : alkohol, chlor etil dan lain-lain.
g. Tersedia lemari pendingin untuk penyimpanan obat tertentu yang disertai dengan
alat pemantau dan kartu suhu yang diisi setiap harinya.
h. Jika terjadi pemadaman listrik, dilakukan tindakan pengamanan terhadap obat yang
disimpan pada suhu dingin. Sedapat mungkin, tempat penyimpanan obat termasuk
dalam prioritas yang mendapatkan listrik cadangan (genset).
i. Obat yang mendekati kadaluarsa (3 bulan sebelum tanggal kadaluarsa) diberikan
penandaan khusus dan diletakkan ditempat yang mudah terlihat agar bisa digunakan
terlebih dahulu sebelum tiba masa kadaluarsa.
j. Inspeksi/pemantauan secara berkala terhadap tempat penyimpanan obat.

2) Aspek khusus yang perlu diperhatikan:


a. Obat High Alert Obat High Alert adalah obat yang perlu diwaspadai karena dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius ( sentinel event), dan berisiko
tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan ( adverse outcome). Obat yang
perlu diwaspadai terdiri atas:
1) Obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan ( error) dapat
mengakibatkan kematian atau kecacatan seperti insulin, atau obat antidiabetik
oral.
2) Obat dengan nama, kemasan, label, penggunaan klinik tampak/kelihatan sama
(look alike) dan bunyi ucapan sama (sound alike) biasa disebut LASA, atau
disebut juga Nama Obat dan Rupa Ucapan Mirip (NORUM). Contohnya tetrasiklin
dan tetrakain.
3) Elektrolit konsentrat seperti natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9%
dan magnesium sulfat dengan konsentrasi 20%, 40% atau lebih.
b. Obat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi harus sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun
2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi. Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
harus disimpan dalam lemari khusus dan menjadi tanggungjawab apoteker
penanggung jawab. Lemari khusus tempat penyimpanan narkotika, psikotropika dan
prekusor farmasi memiliki 2 (dua) buah kunci yang berbeda, satu kunci dipegang
oleh apoteker penanggung jawab, satu kunci lainnya dipegang oleh tenaga teknis
kefarmasian/tenaga kesehatan lain yang dikuasakan. Apabila apoteker penanggung
Jawab berhalangan hadir dapat menguasakan kunci kepada tenaga teknis
kefarmasian/tenaga kesehatan lain.
c. Obat kegawatdaruratan medis
a) Obat kegawatdaruratan medis digunakan hanya pada saat emergensi dan
SOP Pelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan MedisHabis Pakai
UPT Puskesmas Selat Nasik

ditempatkan di poli umum, poli gigi, ruang imunisasi, ruang bersalin dan di
Instalasi Gawat Darurat/IGD.
b) Monitoring terhadap obat kegawatdaruratan medis dilakukan secara berkala.
c) Obat yang kadaluarsa dan rusak harus diganti tepat waktu
d) Keamanan persediaan obat-obatan emergency harus terjamin keamanannya baik
dari penyalahgunaan, keteledoran maupun dari pencurian oleh oknum, sehingga
dan seharusnya tempat penyimpanan obat harus dikunci semi permanen atau
Segel yang hanya dapat digunakan sekali/disposable.
3) Sistem pencatatan pada kartu stok gudang dilakukan oleh Petugas Farmasi dengan
memperhatikan :
a. Nama barang
b. Tanggal
c. Kuantitas
d. Expired Date
e. Bets

Halaman 1/2
UPT PUSKESMAS STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. 445/C-
SELAT NASIK PENDISTRIBUSIAN /SOP/PKM-
SN/2018
Tanggal berlaku
1 MEI 2021

1. TUJUAN
Menyalurkan sediaan farmasi dan BMHP di Puskesmas untuk pelayanan pasien dalam proses
terapi baik pasien rawat inap maupun rawat jalan serta jaringan pelayanan puskesmas
(Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan bidan desa) untuk menunjang pelayanan
medis dan BMHP.

2. MANFAAT
Untuk memenuhi kebutuhan sediaan farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang ada di
wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.

3. PELAKSANA
Penerimaan dilakukan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK)
SOP Pelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan MedisHabis Pakai
UPT Puskesmas Selat Nasik

penanggungjawab ruang farmasi di puskesmas.

4. KEBIJAKAN
SK Kepala UPT Puskesmas Selat Nasik Nomor : 445/C-005/SK/PKM-SN/2018 Tentang
Penunjang layanan klinis

5. REFRENSI
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Puskesmas.

6. PROSEDUR
1) Pendistribusian sediaan farmasi dan BMHP dari puskesmas induk ke pasien rawat jalan
(Apotik)
a. Metode penyiapan sediaan farmasi dan BMHP berdasarkan sistem resep
perorangan (individu).
b. Penyiapan sediaan farmasi dan BMHP sesuai resep/instruksi pengobatan yang ditulis
dokter baik secara manual maupun elektronik untuk tiap pasien dalam satu periode
pengobatan.
c. Setiap pengeluaran obat di Apotek akan dicatat di Kartu Stok.
2) Pendistribusian sediaan farmasi dan BMHP dari puskesmas induk ke sub unit (ruang
rawat inap, UGD, poli umum, poli gigi dan Laboratorium)
a. Metode penyiapan sediaan farmasi dan BMHP berdasarkan Sistem Persediaan
Lengkap di Ruangan (floor stock).
b. Penanggung jawab ruang rawat inap, UGD dan lain-lain membuat permintaan
sediaan farmasi dan BMHP dalam satu periode ke petugas farmasi dalam bentuk
Surat Permintaan Barang.
c. Apabila permintaan sediaan farmasi dan BMHP dari sub unit tidak sesuai dengan
tingkat kecukupan sediaan farmasi dan BMHP di Puskesmas maka akan dilakukan
penyesuaian.
d. Setelah sediaan farmasi dan BMHP dinyatakan diterima oleh Petugas Sub Unit,
penerima sediaan farmasi dan BMHP akan menandatangani Surat Permintaan
Barang sebagai bukti serah terima.
e. Petugas Sub Unit menerima salinan Surat Permintaan Barang, sedangkan Surat
Permintaan Barang asli disimpan oleh Petugas Farmasi Puskesmas.
f. Setiap pengeluaran obat di Gudang Farmasi akan dicatat di Kartu Stok.
g. Compounding dan Dispensing yang dilakukan oleh perawat berdasarkan
resep/instruksi pengobatan yang ditulis oleh dokter.
3) Pendistribusian sediaan farmasi dan BMHP dari puskesmas induk untuk memenuhi
kebutuhan pada jaringan pelayanan puskesmas (Puskesmas pembantu dan bidan desa).
a. Pengelola obat Puskesmas pembantu dan bidan desa membuat permintaan sediaan
farmasi dan BMHP dalam satu periode ke petugas farmasi dalam bentuk Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
b. Apabila permintaan obat dari Puskesmas pembantu dan bidan desa tidak sesuai
dengan tingkat kecukupan obat di Puskesmas maka akan dilakukan penyesuaian
pada LPLPO.
c. Bila telah sesuai, LPLPO diajukan ke Kepala Puskesmas untuk mendapatkan
persetujuan.
d. Apabila LPLPO telah disetujui, maka petugas Farmasi Puskesmas akan
mempersiapkan obat yang akan didistribusikan.
e. Petugas Farmasi Puskesmas akan menginformasikan mengenai waktu
pendistribusian obat kepada Petugas Pengelola Obat Puskesmas pembantu dan
SOP Pelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan MedisHabis Pakai
UPT Puskesmas Selat Nasik

bidan desa.
f. Apabila terjadi kekeliruan atau kekurangan obat yang didistribusikan, Petugas
Pengelola Obat Puskesmas pembantu dan bidan desa melaporkan kepada Petugas
Farmasi Puskesmas.
g. Petugas Farmasi puskesmas akan melakukan perbaikan atau penambahan obat
sesuai dengan laporan permintaan yang diterima.
h. Setelah obat dinyatakan diterima oleh Pengelola Obat Puskesmas pembantu dan
bidan desa, penerima obat akan menandatangani LPLPO sebagai bukti serah terima.
i. Petugas Pengelola obat Puskesmas pembantu dan bidan desa menerima salinan
LPLPO, sedangkan LPLPO asli disimpan oleh Petugas Farmasi Puskesmas.
j. Setiap pengeluaran obat di gudang akan dicatat di Kartu Stok.
4) Pendistribusian sediaan farmasi dan BMHP dari puskesmas induk ke bagian Program
a. Petugas program membuat permintaan sediaan farmasi dan BMHP dalam satu
periode ke petugas farmasi dalam bentuk Surat Permintaan Barang.
b. Apabila permintaan obat dari Petugas program tidak sesuai dengan tingkat
kecukupan obat di Puskesmas maka akan dilakukan penyesuaian pada Surat
Permintaan Barang.
c. Apabila terjadi kekeliruan atau kekurangan obat yang didistribusikan, petugas
program melaporkan kepada Petugas Farmasi Puskesmas.
d. Petugas Farmasi puskesmas akan melakukan perbaikan atau penambahan obat
sesuai dengan laporan permintaan yang diterima.
e. Setelah obat dinyatakan diterima oleh petugas program, penerima obat akan
menandatangani Surat Permintaan Barang sebagai bukti serah terima.
f. Petugas program menerima salinan Surat Permintaan Barang, sedangkan Surat
Permintaan Barang asli disimpan oleh Petugas Farmasi Puskesmas.
g. Setiap pengeluaran obat di gudang akan dicatat di Kartu Stok

Halaman 1/1
UPT PUSKESMAS STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. 445/C-
SELAT NASIK PENGENDALIAN /SOP/PKM-
SN/2018
Tanggal berlaku
1 MEI 2021

1. TUJUAN
Mencegah terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di puskesmas

2. MANFAAT
a. Pengendalian ketersediaan;
b. Pengendalian penggunaan;

3. PELAKSANA
SOP Pelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan MedisHabis Pakai
UPT Puskesmas Selat Nasik

Penerimaan dilakukan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK)


penanggungjawab ruang farmasi di puskesmas.

4. KEBIJAKAN
SK Kepala UPT Puskesmas Selat Nasik Nomor : 445/C-005/SK/PKM-SN/2018 Tentang
Penunjang layanan klinis

5. REFRENSI
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Puskesmas.

6. PROSEDUR
a. Pengendalian ketersediaan
1) Melakukan substitusi obat dengan obat lain yang memiliki zat aktif yang sama.
2) Melakukan substitusi obat dalam satu kelas terapi dengan persetujuan dokter
penanggung jawab pasien
3) Membeli obat dari Apotek yang mempunyai Surat Izin Apotek (SIA)
4) Apabila obat yang dibutuhkan sesuai indikasi medis di puskesmas tidak tercantum
dalam Formularium Nasional, maka dapat digunakan obat lain berdasarkan
persetujuan dokter penulis resep dan kepala puskesmas.
5) Obat yang tidak tercantum dalam Formularium Nasional dimasukkan dalam
Formularium puskesmas.
b. Kegiatan pengendalian
1) Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu. Jumlah stok ini
disebutstok kerja.
2) Menentukan :
a) Stok optimumadalah stok obat yang diserahkan kepada unit pelayanan agar tidak
mengalami kekurangan/kekosongan.
Stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk mencegah terjadinya
sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya karena keterlambatan
pengiriman.
b) Menentukan waktu tunggu (leadtime) adalah waktu yang diperlukan dari mulai
pemesanan sampai obat diterima.
c) Menentukan waktu kekosongan obat

Anda mungkin juga menyukai