Laporan Antara Perencanaan Tanggul
Laporan Antara Perencanaan Tanggul
KATA PENGANTAR
Laporan Antara ini disusun untuk memenuhi salah satu proses dari tahapan
penyelesaian Rehabilitasi/Pemeliharaan Tanggul Desa Banua Rantau Kec. Banua Lawas.
Secara umum laporan meliputi tentang :
Pendahuluan
Gambaran Umum Wilayah Studi Perencanaan
Konsep Perencanaan
Pengukuran Topografi
Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan
Kendala dan Solusi Penyelesaiannya,
Gambar-gambar pra-rencana, Draf Gambar-Gambar Detail Hasil Perencanaan
Atas semua saran, koreksi dan kritik membangun yang telah diberikan dalam proses
penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih. Semoga buku laporan ini dapat berguna
bagi pengelolaan pembangunan di Kabupaten Tabalong.
Tanjung, 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL................................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................................................1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN..........................................................................................................3
1.3 SASARAN..................................................................................................................................3
1.4 LINGKUP KEGIATAN..............................................................................................................4
1.4 SISTEMATIKA LAPORAN ANTARA......................................................................................4
BAB 2 KONDISI UMUM DAERAH...................................................................................................5
2.1LETAK GEOGRAFIS, BATAS ADMINISTRATIF DAN TOPOGRAFI...................................5
2.1.1POSISI GEOGRAFIS............................................................................................................5
2.1.2WILAYAH ADMINISTRATIF...........................................................................................10
2.1.3KLIMATOLOGI.................................................................................................................11
2.2KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN..................................................................12
2.2.1KEPENDUDUKAN............................................................................................................12
2.3SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA......................................................................................16
2.3.1PENDIDIKAN.....................................................................................................................16
2.3.2KESEHATAN.....................................................................................................................16
2.3.3 KRIMINALITAS................................................................................................................16
2.4PERTANIAN..............................................................................................................................16
2.5INDUSTRI.................................................................................................................................21
2.6 TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI..................................................................................21
BAB 3 KONSEP PERENCANAAN JALAN......................................................................................22
3.1 DEFINISI JALAN.....................................................................................................................22
3.2 TAHAPAN PERENCANAAN JALAN....................................................................................24
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1 PENDAHULUAN
Manfaat Pertanian
3. Menjaga Lingkungan
Pertanian lainnya adalah dapat terjaganya kualitas lingkungan. Terdapat rantai
makanan yang selalu membuat ekologi dalam keadaan seimbang.
Jenis Pertanian
1. Pertanian Modern
Pertanian modern merupakan proses dalam arti budidaya pertanian yang
menggunakan peralatan canggih untuk memudahkan proses produksi dan
meningkatkan hasil pertanian dalam kurun waktu yang efektif dan efisien.
Dunia pertanian modern merupakan dunia mitos keberhasilan modernitas dimana
keberhasilan diukur dari besaran hasil panen yang diproduksi sehingga semakin
banyak hasil yang diperoleh maka sistem tersebut semakin dianggap maju.
Beberapa manfaat pertanian modern adalah untuk meningkatkan nilai ekspor,
memutakhirkan metode yang sudah ada, berkembangnya sistem agribisnis yang
menguntungkan dan lainnya.
2. Pertanian Organik
Pertanian organik adalah suatu rangkaian dalam sistem produksi pertanaman yang
berdasarkan daur ulang hara secara hayati, terutama mempergunakan strategi
pemindahan hara secara cepat dari sisa tanaman, pupuk kompos menjadi biomassa
tanah yang selanjutnya akan mengalami proses mineralisasi dan berakhir menjadi
hara dalam tanah.
Pertanian merupakan salah satu sektor yang paling vital di negara kita.
Mengapa sektor ini bisa dikategorikan vital ? Salah satunya adalah sebagian besar
penduduk kita bergantung kepadanya dalam hal kebutuhan pangan, juga tak dapat
dipungkiri bahwa sektor ini banyak sekali menyerap tenaga kerja. Seharusnya
dengan sektor pertanian yang sangat vital, Indonesia mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi melalui sektor ini. Sedangkan infrastruktur menjadi faktor
yang sangat menunjang bagi pemanfaatan lahan pertanian itu sendiri.
Berbicara mengenai infrastruktur pertanian tentu tak lepas dari sarana dan
prasarana yang menunjang pemanfaatan lahan pertanian. Sebelum membahas lebih
CV.ASRINDO GRAHA CONSULTANT
2
Laporan Antara
Rehabilitasi/Pemeliharaan Tanggul Desa Banua Rantau Kec. Banua Lawas
jauh mengenai sarana dan prasarana ada baiknya kita kupas terlebih dahulu definisi
dari sarana dan prasarana itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
sarana adalah 1 segala sesuatu yg dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai
maksud atau tujuan; alat; media, sedangkan prasarana adalah 1 segala sesuatu yg
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan,
proyek, dsb).
1.3SASARAN
Sasaran yang hendak dicapai sebagai hasil dari layanan jasa konsultansi ini
adalah sebagai berikut :
1.4LINGKUP KEGIATAN
Lingkup Kegiatan ini, adalah :
Kegiatan Persiapan
Survey Lokasi
Pekerjaan Teknis
Konsultasi dengan pengguna jasa
Membuat Laporan
Melakukan Dokumentasi
Luas
Kecamatan IbukotaKecamatan
Total Area
Subdistrict Capital ofSubdistrict
(km2/sq.km )
Tabel 2. 2 Tinggi Wilayah dan Jarak ke Ibu kota Kabupaten Tabalong, 2019
Berong
Lampeong II
Lawarang
Muara Mea
9840000
9840000
Lusan
Solan
Lano
Binangon
UR
KALI MATAN TIM
Salikong
9820000
9820000
Garagata
Muara U ya Nalui
PROVIN SI
Muara Langon
Jaro
Muang
Teratau
Binjai Jaro
Purui
Santuun Namun Batu Butok
Dambung Raya
NGAH
Gendawang
KALI MATAN TE
9800000
9800000
Lumbang
Panaan
Simpung Layung
Pelapi
Pasar Batu
Busui
Barum
PROVINSI
Mahe Pasar
Usih Halong Wirang
Batu Luput Hul u Juran
Nawin Hilir Nawin Hulu Lampahungi n Marindi II
Marindi I
Agung Bongkang Kinarum
Haruai
9780000
9780000
9760000
9760000
KABUPATEN TABALONG
IV - 5
Kecamatan
2015 2016 2017 2018 2019
Subdistrict
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Banua Lawas 15 15 15 15 15
Pugaan 7 7 7 7 7
Kelua 12 12 12 12 12
Muara Harus 7 7 7 7 7
Tanta 14 14 14 14 14
Tanjung 15 15 15 15 15
Murung Pudak 10 10 10 10 10
Haruai 13 13 13 13 13
Bintang Ara 9 9 9 9 9
Upau 6 6 6 6 6
Muara Uya 14 14 14 14 14
Jaro 9 9 9 9 9
Tabalong 131 131 131 131 131
Sumber : Tabalong Dalam Angka 2020
2.1.3 KLIMATOLOGI
Tabel 2. 5 Pengamatan Unsur Iklim di Stasiun Pengamatan Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di KabupatenTabalong, 2019
2.2.1 KEPENDUDUKAN
Sumber utama data kependudukan adalah sensus
penduduk yang dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali. Sensus
penduduk telah dilaksanakan sebanyakenam kali sejak Indonesia
merdeka, yaitu tahun 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010.Di dalam
sensus penduduk, pencacahan dilakukan terhadap seluruh penduduk yang
berdomisili di wilayah teritorial Indonesia termasuk warga negara asing
kecuali anggota korps diplomatik negara sahabat beserta keluarganya.
Metode pengumpulan data dalam sensus dilakukan dengan wawancara
antara petugas sensus dengan responden dan juga melalui e-census.
Pencatatan penduduk menggunakan konsep usual residence, yaitu
konsep dimana penduduk biasa bertempat tinggal. Bagi penduduk yang
bertempat tinggal tetap dicacah di mana mereka biasa tinggal, sedangkan
untuk penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap dicacah ditempat
dimana mereka ditemukan petugas sensus pada malam ‘Hari Sensus’.
Termasuk penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap adalah tuna
wisma, awak kapal berbendera Indonesia, penghuni perahu/rumah apung,
masyarakat terpencil/ terasing, dan pengungsi. Bagi mereka yang
mempunyai tempat tinggal tetap dan sedang bepergian ke luar wilayah
lebih dari enam bulan, tidak dicacah di tempat tinggalnya, tetapi dicacah di
tempat tujuannya. Untuk tahun yang tidak dilaksanakan sensuspenduduk,
data kependudukan diperoleh dari hasil proyeksi penduduk. Proyeksi
penduduk merupakan suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada
asumsi dari komponen- komponen perubahan penduduk, yaitu
kelahiran, kematian, dan migrasi. Proyeksi penduduk Tabalong 2010–2035
menggunakan data dasar penduduk hasilSP2010.
Lanjutan
Lanjutan
(1) (11)
Banua Lawas 100
Pugaan 102
Kelua 101
Muara Harus 101
Tanta 103
Tanjung 101
Murung Pudak 103
Haruai 104
Bintang Ara 106
Upau 104
Muara Uya 103
Jaro 101
Tabalong 102
HasilRegistrasi/Registration Result 102
Hasil Proyeksi 1/Projection Result 103
Sumber : Kabupaten Tabalong dalam Angka 2020
2.3.1 PENDIDIKAN
Angka partisipasi murni (APM) dan angka partisipasi kasar (APK)
di Kabupaten Tabalong pada 2019 adalah:
- APM 99,21; APK 107,83 untuk jenjang SD sederajat.
- APM 79,42; APK 93,38untuk jenjang SMP sederajat.
- APM 61,11; APK 89,27untuk jenjang SMA sederajat.
2.3.2 KESEHATAN
Tenaga kesehatan di Kabupaten Tabalong terdapat 27 dokter, 142
2.3.3KRIMINALITAS
Jumlah tindak pidana di Kabupaten Tabalong pada 2019 sedikit
menurun jika dibandingkan dengan angka pada tahun2018. Jumlah
tindak pidana yang dilaporkan pada tahun 2019 sebanyak 140 laporan
(turun dari 143 laporan pada 2018).
2.4 PERTANIAN
Tanaman sayuran di Kabupaten Tabalong pada tahun 2019 memiliki
luas panen total seluas 579 hektar dengan produksi mencapai 1.019,5
ton. Sedangkan luas panen tanaman sayuran dan buah-buahan
semusim, luas panennya mencapai 981 hektar dengan total produksi
sebasar 1.972,6 ton.
Tabel 2. 8 Luas Panen Tanaman Sayuran Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman di
Kabupaten Tabalong (ha), 2018 dan 2019
BawangMerah/Shallot Cabai/Chili
Kecamatan
Subdistrict 2018 2019
2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5)
Banua Lawas 0 1 5,00 17
Pugaan 0 0 5,00 12
Kelua 0 0 9,00 17
Muara Harus 0 0 6,00 9
Tanta 0 1 21,00 24
Tanjung 0 2 25,00 32
Murung Pudak 0 0 28,00 37
Haruai 0 3 47,00 53
Bintang Ara 0 2 25,00 29
Upau 0 7 40,00 46
Muara Uya 11,00 25 66,00 83
Jaro 1,00 7 71,00 77
Tabalong 12,00 48 348,00 436
Lanjutan
Kentang/Potato Kubis/Cabbage
Kecamatan
Subdistrict 2018 2019 2018 2019
(1) (6) (7) (8) (9)
Banua Lawas 0 0 0 0
Pugaan 0 0 0 0
Kelua 0 0 0 0
Muara Harus 0 0 0 0
Tanta 0 0 0 0
Tanjung 0 0 0 0
Murung Pudak 0 0 0 0
Haruai 0 0 0 0
Bintang Ara 0 0 0 0
Upau 0 0 0 0
Muara Uya 0 0 0 0
Jaro 0 0 0 0
Tabalong 0 0 0 0
Lanjutan
Petsai
Tomat/Tomato Bawang Putih/Garlic
Kecamatan Chinese Cabbage
Subdistrict
2018 2019 2018 2019 2018 2019
(1) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
Banua Lawas 0 0 1,00 3,00 0 0
Pugaan 0 0 0 3,00 0 0
Kelua 0 0 0 3,00 0 0
Muara Harus 0 0 0 0 0 0
Tanta 0 0 6,00 5,00 0 0
Tanjung 3,00 5,00 10,00 12,00 0 0
Murung Pudak 0 0 10,00 10,00 0 0
Haruai 0 0 15,00 10,00 0 0
Bintang Ara 0 0 9,00 8,00 0 0
Upau 0 0 15,00 7,00 0 0
Muara Uya 3,00 0 16,00 14,00 0 0
Jaro 3,00 1,00 18,00 14,00 0 0
Tabalong 9,00 6,00 100,00 89,00 0 0
Sumber : Kabupaten Tabalong dalam Angka 2020
BawangMerah/Shallot Cabai/Chili
Kecamatan
Subdistrict 2018 2019 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5)
Banua Lawas 0 7,00 5,50 17,00
Pugaan 0 0,00 7,50 10,00
Kelua 0 0,00 12,50 16,50
Muara Harus 0 0,00 6,50 6,00
Tanta 0 7,00 21,00 32,50
Tanjung 0 1,40 34,50 47,00
Murung Pudak 0 0,00 40,50 50,00
Haruai 0 14,00 69,50 77,50
Bintang Ara 0 14,00 31,00 41,00
Upau 0 49,00 59,50 65,50
Muara Uya 16,00 175,00 87,50 117,00
Jaro 0,8 49,00 105,500 106,50
Tabalong 16,80 316,40 481,00 586,50
Lanjutan
Kentang/Potato Kubis/Cabbage
Kecamatan
Subdistrict
2018 2019 2018 2019
(1) (6) (7) (8) (9)
Banua Lawas 0 0 0 0
Pugaan 0 0 0 0
Kelua 0 0 0 0
Muara Harus 0 0 0 0
Tanta 0 0 0 0
Tanjung 0 0 0 0
Murung Pudak 0 0 0 0
Haruai 0 0 0 0
Bintang Ara 0 0 0 0
Upau 0 0 0 0
Muara Uya 0 0 0 0
Jaro 0 0 0 0
Tabalong 0 0 0 0
Lanjutan
Petsai
Tomat/Tomato Bawang Putih/Garlic
Kecamatan Chinese Cabbage
Subdistrict
2018 2019 2018 2019 2018 2019
(1) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
Banua Lawas 0 0,00 1,00 3,00 0 0
Pugaan 0 0,00 0 3,00 0 0
Kelua 0 0,00 0 3,00 0 0
Muara Harus 0 0,00 0 0,00 0 0
Tanta 0 0,00 7,00 5,00 0 0
Tanjung 4,50 7,50 11,00 12,00 0 0
Murung Pudak 0 0,00 12,00 11,00 0 0
Haruai 0 0,00 26,00 14,00 0 0
Bintang Ara 0 0,00 13,00 8,00 0 0
Upau 0 0,00 25,00 10,00 0 0
Muara Uya 4,50 0,00 27,00 16,00 0 0
Jaro 7,50 2,50 30,00 22,00 0 0
Tabalong 16,50 10,00 152,00 107,00 0 0
JenisTanaman
2016 2017 2018 2019
KindofPlants
Alpukat 0 0 0 0
Anggur 0 0 0 0
Apel 0 0 0 0
Belimbing 30,2 10 15,2 32,8
Duku/Langsat/Kokosan 1246,1 268,4 274,1 288,4
Durian 3380,4 317,4 422,1 293,4
Jambu Air 103,9 15,2 22,6 45,7
Jambu Biji 218,4 61,4 51,7 69,7
Jengkol 0 0 0 0
Jeruk Besar 88,4 17 21,9 48,8
Jeruk Siam/Keprok 34,5 4,8 36,0 72,3
Mangga 71,8 33,7 61,9 104,4
Manggis 52,8 19,7 35,5 62,6
Lanjutan
JenisTanaman
2016 2017 2018 2019
KindofPlants
Markisa/Konyal 0 0 0 0
Melinjo 3,2 1,8 12,1 23
Nangka/Cempedak 1856,5 1005 939,3 1004,3
Nenas 69,3 41,6 41,2 52,1
Pepaya 246,1 62,9 51,1 78,5
Petai 58,3 14,6 21,4 38,6
Pisang 4170,6 3746,3 3739,1 3787,3
Rambutan 3696,2 1110 1415,8 920
Salak 41,3 13,6 13,8 21,4
Sawo 20,1 4,2 23,8 36,7
Sirsak 108 53,8 44,7 60,2
Sukun 17,7 4,3 22,9 42,8
2.5 INDUSTRI
Produksi batubara di Tabalong tahun 2019 mencapai 26.059.782 ton
atau mengalami kenaikan sebesar 6,35% dibandingkan tahun
sebelumnya.Pelanggan listrik PLN pada area PLN Ranting Tanjung di
Kabupaten Tabalong pada tahun 2019 mencapai 66.080 pelanggan atau
mengalami kenaikan 5,66% dibandingkan tahun sebelumnya. Pelanggan air
PDAM di Kabupaten Tabalong pada tahun 2019 mencapai 21.095
pelanggan atau mengalami kenaikan 0,64% dibandingkan tahun
sebelumnya.
2. Menurut fungsinya
a. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rerata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara berdaya guna.
b. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rerata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rerata rendah.
d. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rerata rendah.
3. Menurut statusnya
a. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan
jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis
nasional serta jalan tol.
b. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
c. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota
kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan
lokal, serta jalan umum dan sistem jaringan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan
jalan strategis kabupaten.
d. Jalan kota merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar
pusat pemukiman yang berada di dalam kota.
e. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan atau
antar pemukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
Suatu konstruksi jalan yang baik adalah jalan yang dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan lalu lintas untuk suatu masa tertentu yang dikenal dengan
umur rencana jalan.
Satu diantara beberapa bagian perencanaan yang penting pada suatu
konstruksi jalan adalah Geometrik.
B. LINGKUP PERENCANAAN
Pekerjaan perencanaan geometrik jalan antar kota meliputi 5 tahapan yang
berurutan sbb:
1. melengkapi data dasar
2. identifikasi lokasi jalur
3. penetapan kriteria perencanaan
4. penetapan alinernen jalan yang optimal
5. penggambaran detail perencanaan geometrik jalan dan pekerjaan tanah.
1. Data Dasar
Dasar dasar yang diperlukan adalah:
o peta topografi berkontur yang akan menjadi peta dasar perencanaan jalan,
dengan skala tidak lebih kecil dari 1 : 10.000 (skala yang lain misal 1 : 2.500,
1 : 5.000), perbedaan tinggi setiap garis kontur tidak lebih dari 5 m.
o peta geologi yang membuat informasi daerah labil maupun daerah stabil.
o Peta tata guna lahan yang membuat informasi ruang peruntukkan jalan.
o Peta jaringan yang ada.
3. Kriteria perencanaan
Tetapkan :
o Untuk perencanaan geometrik perlu ditetapkan klasifikasi menurut fungsi
jalan,
o Kendaraan rencana
o Pada alternatif yang paling efisien, perlu dievaluasi koordinasi antara alinemen
horizontal dan vertikal.
Perubahan kecil pada alinemen terpilih dapat dilakukan, tetapi jika perubahan
tersebut mengakibatkan panambahan pekerjaan tanah yang besar maka
proses pemilihan alinemen perlu diulang.
tekstur padat atau setengah padat. Unsur pokok yang menonjol di dalam aspal
disebut bitumen. Bitumen bisa terjadi secara alami atau bisa juga dihasilkan dari
penyulingan minyak.
Dalam penggunaannya, aspal dipanaskan terlebih dahulu sampai pada
temperatur tertentu hingga aspal menjadi cair. Dalam keadaan cair, aspal bisa
membungkus partikel agregat dan dapat masuk ke pori-pori lapisan jalan. Saat
temperaturnya sudah mulai turun, aspal akan menjadi keras lalu mengikat agregat di
tempatnya.
Jenis perkerasan jalan raya ini bisa ditemukan dengan mudah di berbagai
jalan di Indonesia. Jalan-jalan di perkotaan hingga jalan-jalan di pedesaan
menggunakan jenis perkerasan ini. Umumnya, jenis aspal yang digunakan di
Indonesia adalah jenis aspal dengan penetrasi 60/70 atau dengan penetrasi 80/100.
Jenis ini lebih cocok dengan iklim di Indonesia. Sedangkan untuk jalan di daerah
beriklim dingin dengan volume lalu lintas rendah, jenis aspal yang digunakan adalah
aspal dengan penetrasi tinggi 100/110.
Jenis perkerasan jalan raya dengan aspal ini memiliki sifat memikul dan
menyebarkan beban lalu lintas ke bagian tanah dasar. Jika menggunakan jenis
perkerasan ini, maka akan muncul rutting atau alur bekas roda, saat terjadi
pengulangan beban. Selain itu, pengaruh lainnya adalah terjadinya jalan yang
bergelombang sebagai akibat penurunan tanah bagian dasar.
Pada jenis perkerasan jalan raya ini, bahan pengikat yang digunakan adalah
semen portland atau PC. Di Indonesia, jalan raya dengan jenis konstruksi
perkerasan kaku ini lebih populer dengan sebutan jalan beton. Pada konstruksi ini,
lapisan atas adalah pelat beton yang diposisikan di atas tanah dasar atau pondasi.
Adapun sifat lapisan utama yang berupa plat beton adalah memikul sebagian besar
beban lalu lintas di atasnya. Jika terjadi pengulangan beban, maka akibatnya akan
timbul retak-retak di permukaan jalan.
Perkerasan kaku ini sesungguhnya bisa dikelompokkan ke dalam 3 jenis
yakni perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa menggunakan
tulangan sebagai kendali retak, perkerasan beton semen biasa dengan sambungan
CV.ASRINDO GRAHA CONSULTANT
28
Laporan Antara
Rehabilitasi/Pemeliharaan Tanggul Desa Banua Rantau Kec. Banua Lawas
memakai tulangan sebagai kendali retak, dan jenis perkerasan beton bertulang
tanpa sambungan.
Konstruksi perkerasan kaku atau jalan beton biasanya diterapkan untuk
jalan dengan beban lalu lintas yang tinggi seperti pada jalan tol. Konstruksi jalan
dengan perkerasan kaku ini memiliki kelebihan yakni lebih tahan lama dan biaya
perbaikannya terbilang lebih rendah. Tetapi memang para pengguna jalan merasa
lebih nyaman menggunakan jalan beraspal dibandingkan dengan jalan beton ini.
Pada jalan tol, beton yang digunakan adalah beton dengan kelas mutu P
yang memiliki ketebalan kurang lebih 29 Cm. Pada proses perkerasan ini digunakan
mesin sebagai alat bantu yakni mesin Wirtgen SP500 dan G&Z S600. Kedua mesin
ini tergolong sebagai mesin yang canggih dan berfungsi untuk menghamparkan dan
memadatkan beton pada permukaan jalan tol.
Mesin Wirtgen SP500 merupakan sebuah mesin buatan Jerman yang
bergerak maju saat melakukan tugas perkerasan jalan. Mesin ini mampu
mengerjakan beton sejauh 1 Km dalam kurun waktu kurang lebih 6 jam. Sedangkan
G&Z S600 atau kependekan dari Guntert & Zimmerman, adalah mesin yang lebih
baru jika dibandingkan dengan mesin Wirtgen SP500. Cara kerjanya tak jauh
berbeda, hanya saja G&Z S600 memiliki jangkauan pengecoran yang lebih panjang.
Mesin ini cocok dipakai untuk jalan yang mempunyai lebar lebih dari 6 meter. Mesin
ini juga bisa mengatur ketebalan beton hingga maksimal setebal 457 mm.
Shell, ESSO 2000 dllnya) . Komponen aspal memberikan sumbangan sebesar 60%
dari biaya total hot mix.).
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
· Lapisan tanah dasar, tanah galian.
· Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
· Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-
sifat dan daya dukung tanah dasar.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
· Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
· Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
· Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat
tanah pada lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan
misalnya kepadatan yang kurang baik.
· Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke
lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
· Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul
oleh lapisan di bawahnya.
Apabila dperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus
(wearing course) di atas lapis permukaan tersebut.Fungsi lapis aus ini adalah
sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya air dan
untuk memberikankekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Apis aus tidak
diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.
Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku,
terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah
(bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat
beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya
lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi,
akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasra yang cukup luas sehingga
bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri.
Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh
dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang
menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal
perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam
kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap
kapasitas struktural perkerasannya.
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa
pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali
terhadap sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah
dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working platform) untuk pekerjaan
konstruksi.
Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah :
· Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
· Warna beton membuat suasana jalan menjadi keras dan gersang shingga
menimbulkan efek kehati-hatian bagi pengendara di atasnya.
Koordinasidenganinstansidaerahterkaitmengenairencanaarealpengukuran, dan
metode kerja pengukuran yang akan dilaksanakan;
Meninjau areal yang akan diukur.
Menyiapkan base camp, tenaga lokal dan sarana transportasi lapangan;
Bersama-sama dengan pengawas/Direksi Lapangan menentukan titik awal
pengukuran, batas pengukuran dan lokasi BM.
2. Survey Lapangan
Pelaksanaan pekerjaan akan dilakukan sesuai dengan persyaratan yang diminta
dalam TOR. Setiap aktivitas pekerjaan akan dikonsultasikan dengan
Direksi/Pengawas Lapangan untuk menjamin hasil pekerjaan sesuai dengan
TOR. Pengukuran, perhitungan dan penggambaran draft situasi detail berskala 1
: 5.000 di atas kertas mm akan dilaksanakan di lapangan agar dapat bersama
-sama diperiksa dan diperbaiki apabila terjadi kesalahan pengukuran.
Alat ukur sudut yang akan digunakan adalah Theodolit T2 atau alat
lainnya yang sederajat,
Pemberian koreksi.
2. Kerangka DasarVertikal
· Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara rincikan dan harus terikat
CV.ASRINDO GRAHA CONSULTANT
40
Laporan Antara
Rehabilitasi/Pemeliharaan Tanggul Desa Banua Rantau Kec. Banua Lawas
a) Seluruh alur sungai (dasar sungai terendah dan lebar sungai harus
jelasterlihat).
b) Jalan propinsi, kabupaten, jalan desa dan jalansetapak.
c) Bangunan rawa dan drainase (exsisting), batas kampung, rumah-rumah
terpencil diluar kampung, jembatan dan saluran. Diameter atau dimensi
berikut ketinggian lantai semua gorong-gorong dan jembatan, sekolah,
mesjid dan kantor pemerintah (camat, mushola,desa dan lain-lain)
harusterlihat.
d) Pohon-pohon besar (berdiameter lebih besar dari 20cm dengan
ketinggian sekitar 12 m diatas tanah) bila pepohonan ini berada disawah.
e) Daerah rawa.
f) Batas tata guna tanah (misalnya belukar berupa rerumputan dan alang-
alang, tambak, sawah, rawa, ladang, kampung, kebun, dan lain-lain).
g) Tiap detail topografi setempat (seperti misalnya tanggul curam, bukit kecil
dan lain-lain).
h) Batas pemerintahan (kecamatan,desa dan lain-lain). Nama kampung,
kecamatan, nama jalan dan lain-lain diperlukan.
i) Jaringan kerangka dasar.
j) Petak-petak tambak & sawah (kecuali bila luas petak kurang dari 50 x 50
m). Petaktambak & sawah diperoleh dari titik-titik spot height dan diukur
dari batas pertemuan tambak & sawah (di tanah yang lapang, bukan
diatas tanah tanggul). Sket berperan penting, lihat contoh dibawah.
(gambar memperlihatkan ketinggian petak-petak tambak atau sawah
berikut layout titik-titik detail).
CV.ASRINDO GRAHA CONSULTANT
41
Laporan Antara
Rehabilitasi/Pemeliharaan Tanggul Desa Banua Rantau Kec. Banua Lawas
3. Perhitungan/Penggambaran
Perhitungan data lapangan merupakan perhitungan sementara untuk
mengetahui ketelitian ukuran.
Perhitungan definitive.
Perhitungan yang sudah menggunakan hitungan peralatan. Hasil
perhitungan ini akan digunakan dalam proses penggambaran
Penggambaran peta situasi detail dibuat pada kertas kalkir atau kertas lain
yang sama kualitasnya.
Gambar dibuat dengan ukuranA1.
Peta Ikhtisar digambar dengan skala 1:20.000 dan interval kontur 1,0m· Peta
situasi detail dibuat dengan skala 1 :5.000 dengan interval 0,5m.
Situasi Trace dan profil memanjang digambar dengan skala horizontal 1:5.000
dan vertikal 1 : 100.
Profil melintang digambar dengan skala horizontal 1:100 dan vertikal1: 100.
a ) Kegiatan Persiapan
Kegiatan persiapan meliputi, pengumpulan data sekunder dan persiapan survey
lapangan yang meliputi :
Pengumpulan data sekunder seperti; pengumpulan data jumlah produksi
sambal di wilayah sekitar
Persiapan survey meliputi:
Program kerja,
Inventarisasi peta kegiatan,
Persiapan alat survey.
b ) Kegiatan Survey Lapangan
Pengukuran
Melakukan dokumentasi data lapangan.
DOKUMENTASI PENGUKURAN