Anda di halaman 1dari 52

Workshop Teknologi Beton

Samarinda 25-27 Maret 2014

DURABILITAS BETON

Dr. Eng. Januarti Jaya Ekaputri


Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
UMUR BANGUNAN

• Pada umumnya tergantung dari:


• Durabilitas materialnya
• Perencanaannya
• Pelaksanaannya
• Pemakaian (pembebanan)
• Kondisi lingkungan, dan
• Kondisi perawatannya.

• UMUR SUATU BANGUNAN BUKAN


MERUPAKAN SESUATU YANG MUDAH DIUKUR
Diketahuinya secara dini dari suatu kerusakan adalah
merupakan hal yang sangat menguntungkan

• Mekanisme yang baik utk memelihara


durabilitas struktur yaitu dengan pengawasan
secara berkala.
• Pengawasan diperkirakan memerlukan
anggaran ± 0,1% per tahun thd harga awal
pembangunan.
• Pemeliharaan diperkirakan memerlukan
anggaran ± 1% s/d 1,5% per tahun thd harga
awal pembangunan.
Gambaran durabilitas suatu struktur
se.a gm
se.a se.a
gm gm pm
OSLL OS OS
repa
ir repa
ir
CS CS CS

t t t
(a) EL (b) EL (c) EL
gm
S S S
pm gm pm
OSL
OS OS
OSL stren OSL
OS
gth
stre
ngth
CSL CSL CSL

t t t
(d) EL (e) EL higher loading EL
(f)
se = serviceability; a = appearance; s = safety; gm = good maintenance;
pm = poor maintenance; OS = original state ; EL = expected life time ; OSL
= original safety level; CSL = critical safety level (Buslov, Valery (1988))
 Gambar (a) dan (d) menunjukkan
karakteristik struktur dengan pemeliharaan
yang memperhatikan segi keamanan dan
kenyamanan.
 Gambar (b) dan (e), memerlukan
strengthening dan
 Gambar (c) dan (f) menunjukkan kasus
adanya perubahan kondisi eksternal dan
beban kerja, sehingga memerlukan repair
/ strengthening.
BETON BERTULANG

Rusak pada beton Rusak pada tulangan


(baja)

berupa berupa

Retak Keropos Karat


(adanya unsur agresif dari dalam
atau luar disebut → korosi
berasal dari berasal dari

beban luar karat unsur agresif Unsur agresif Faktor


dari dalam dari dalam pelaksanaan
atau luar

Peristiwa Korosi
KOMPOSISI ELEMEN MATERIAL BETON SETELAH UMUR
SATU TAHUN

±7% Porositas total

Agregat
± 75 %

± 18 % Total semen

Komponen yang dari 18 % (total semen)

± 13 % Ca(OH)2

CSH
± 47 % CAH
CAFH

Semen yang tidak ikut


± 40 %
berhidrasi
Tahapan Rusaknya Beton

SERANGAN I SERANGAN II

Porositas

Ca(OH)2

Agregat
Semen yang tidak ikut
berhidrasi III

CSH
Total semen CAH
CAFH IV
SEBAB SEBAB RUSAKNYA BETON

• A. Faktor Intern (Pengaruh Dari Dalam)


• * Kualitas semen
• - kandungan unsur-unsur yang ada di dalamnya
• - kehalusannya
• * Kualitas agregat
• - bersih
• - kandungan alkali (K, Na) dibatasi
• * Kualitas air
• - bersih
• - tidak boleh mengandung larutan agresif
(larutan sulfat, larutan asam-asaman)
• * Kualitas baja tulangan
• - jangan yang sudah terkena korosi
B. Faktor Extern (Pengaruh Dari Luar)
* Pada proses beton mengeras
 - Pengaruh kelembaban
 - Pengaruh temperatur
* Setelah beton mengeras
 Adanya lingkungan yang agresif :
 Kandungan CO2 dari udara
 Larutan air hujan yang besifat asam
 Air buangan industri yang bersifat asam atau basa
 Air laut
 * diuraikan pada bab lebih lanjut

C. Faktor Lain
 * Pengaruh pelaksanaan
 * Pengaruh pembebanan
Korosi yang Berasal dari Dalam

 a. Berasal dari Semen


 * Adanya unsur CaO bebas dalam beton
(reaksi dengan air yang menyebabkan
terbentuknya Ca(OH)2 dengan volume yang
lebih besar menyebabkan retak kecil dalam
beton).
 * Adanya unsur MgO dalam semen yang juga
menyebabkan retak dalam beton mengeras.
PROSES PEMBUATAN SEMEN

BAHAN DASAR KOMPOSISI PRODUKSI ANTARA KLINKER

PEMANASAN

Batu kapur Batu kapur Senyawa Senyawa


(CaCO3) utama utama
Alite (C3S)
Tanah liat CaO bebas Belite (C2S)
Tanah SiO2
liat Al2O3 SiO Senyawa
± 1450
Fe2O3 ºC lain:
DICAMPUR
K2O Senyawa C3A
Bahan tambahan
MgO lain: C4AF
antara lain :
NaO C12A7
- gibs Produksi
Kemungkinan C2(A.F)
- bauxite skunder :
bahan - Sulfo
- abu pyrite - Peri clase
tambahan : aluminat
dan lain-lain (MgO)
CaSO4 - Spurrite
Al2O3 - Sulfo purrite - Sulfate kapur
K2SO4 (CaO.SO4)
Catatan : C = CaO A = Al2O3 - Kalium
Na2SO4
S = SiO2 H = H2O Natrium
MgCO3
F = Fe2O3 S = SO4 Sulfat
(K2SO4)NaOH
Berasal dari Agregat

 * Ada beberapa tipe reaksi yang berasal dari


agregat
 - Reaksi alkali-carbonat
 - Reaksi alkali-silikat
 * Reaksi alkali carbonat
 Reaksi ini timbul terutama jika menemukan agregat
yang berasal dari batuan basa dolomitic .
Reaksi yang timbul :
 1) CaMg(CO3)2 + air + 2KOH CaCO3 +
Mg(OH)2 + K2CO3
 2) K2CO3 + Ca(OH)2 CaCO3 + 2KOH

 Terlihat bahwa KOH dan NaOH selalu


terbentuk pada akhir reaksi sehingga
menyebabkan reaksi 1) berulang kembali.
Terbentuknya Mg(OH)2 (brucit) yang
mempunyai sifat expansive yang
menyebabkan retak-retak dalam beton.
Reaksi alkali-silikat
 Hal ini tergantung dari asal reaksi itu sendiri .
 Reaksi yang timbul :
 - Silica + KOH/NaOH endapan alkali silikat
 (bentuk kristalnya tak sempurna) (sifat expansive)
 - Alkali + air + silica endapan silikat
 (dalam semen) reaktive (sifat expansive)
 Untuk itu menurut ASTM ada pembatasan
kandungan Na2O dalam semen max. 0,6 %.
 Semen yang mempunyai campuran fly ash atau
ponzolan bisa memperkecil peristiwa tersebut di
atas.
. Typical map-pattern cracking due to alkali-silica reaction in
a retaining wall in Ottawa, Ontario
Berasal dari Air
 Untuk ini diadakan pembatasan mengenai kandungan yang ada
dalam air.
 Tidak boleh mengandung :
 Chlor (Cl)

 Sulfate (SO4)

 Magnesium (Mg)

 Alkali (K, Na)

 Unsur-unsur organik
Dalam SNI 2847:2013
Dalam SNI 2847:2013
Dalam SNI 2847:2013
Dalam SNI 2847:2013 selimut beton
Dalam SNI 2847:2013
Korosi yang Berasal dari Luar (Lingkungan
yang Agresif)

 Hal-hal yang bisa mempengaruhi kerusakan


pada beton bertulang :
 Cuaca dimana struktur tersebut berada
 CO2 dari udara
 Larutan yang bersifat asam
 Air buangan industri
 Air laut
 Larutan yang bersifat asam
 Air hujan yang menyerap CO2 dari udara bisa bersifat asam.
Kalau melalui daerah industri bisa menyerap SO2.
 Larutan yang bersifat asam tersebut bisa melarutkan Ca(OH)2
yang ada dalam beton karena angka kelarutannya ± 1,8 g/l.
 Larutan AsamYang Berbahaya
 Asam Mineral
 a. Tingkat agresifitasnya tinggi
 - HF (Asam Flourida)
 - H2SO4 (Asam Sulfat)
 - HNO3 (Asam Nitrat)
 - HClO4 (Asam Hypochlorit)
 b. Tingkat agrtesifitasnya sedang
 - HCl (Asam Chlorida)
 - H3PO4 (Asam Phospat)
 Cuaca dimana struktur tersebut berada
 Daerah yang mempunyai perbedaan temperatur tinggi dan
lembab merupakan faktor yang tak menguntungkan beton.
 CO2 dari udara
 CO2 bisa terdapat dalam udara atau dalam larutan air.
 CO2 akan mudah menyerang Ca(OH)2 (kapur) di dalam beton
dengan reaksi : CO2 + Ca(OH)2 CaCO3 + H2O
 Ada 3 macam tipe CaCO3 :
 Calcite
 Vaterite
 Arogonit
 Yang paling menguntungkan adalah tipe calcite kadang-
kadang bisa memberi kekompakan dalam beton.
 Namun lama-kelamaan CO2 bisa juga menyerang unsur-unsur
CAH dan CSH dalam beton.
 Asam Organik
 a. Tingkat agresifitasnya tinggi
 - H – HCO2 (Asam Format)
 - CH3CHOH HCO2 (Asam Lactat)
 b. Tingkat agresifitasnya sedang
 - CH3COOH (Asam Acetat)
 c. Tingkat agresifitasnya rendah
 - C(OH)3 (Asam Oksalat)
 - HOCO CHOH CHOH HCO2 (Asam Tartrat)
 Air Buangan Industri
 Air buangan industri bisa bersifat : asam atau basa
 Yang bersifat asam seperti terurai di depan
 Yang bersifat basa seperti adanya larutan KOH dan NaOH akan
menyerang silikat di dalam beton seperti dijelaskan bagian
terdahulu.
BETON AIR LAUT

Ca(OH)2 Ca(OH)2 + MgSO4/MgCl2 MgSO4/MgCl2


Mg(OH)2 + CaSO4/CaCl2

(volume mengembang  beton


retak)

C3A (dari C3A + CaSO4/CaCl2


semen) 
(3CaO.Al2O3) 3.CaO.Al2O3.3CaSO4.32H2O
atau Ettringgitte
3.CaO.Al2O3.CaCl2.10H2O

(volume mengembang  menimbulkan keretakan


dalam
beton)

CSH CSH + MgSO4/MgCl2 MgSO4/MgCl2


 MSH + CaSO4/CaCl2

(struktur CSH yang rusak)


Contoh model kerusakan beton
a.Karena beban luar

b.karat

A A

Potongan A-A
Potongan A-A

Tahap awal
Tahap lanjut
c.Adanya unsur agresif dari dalam

Model kerusakan tidak


menentu

Beton rusak

d.Pengaruh faktor pelaksanaan

Misal pemadatan yang tak merata


sehingga terjadi penurunan
Kerusakan di Lapangan yang sering terjadi.
Kerusakan yang sering terjadi berkaitan dengan ketebalan penutup beton.
Di sini ditampilkan hubungan antara ketebalan penutup beton dan umur layanan
penutup tersebut.

30

Line in 10 cm cover
Years
20

7.5

5.0
10

2.5

0
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

W / C Ratio

Grafik waktu layan untuk bermacam-macam penutup beton dalam


kandungan klorida berkadar 2 %
Hubungan antara ketebalan penutup beton dan ketebalan kritis
karat yang mengakibatkan terjadinya retak

0,06
Tebal
Kritis
Karat
0,04
(mm)

0,02

0
2 3,5 5,0 6,0 7,0 8,0
Penutup Beton (Cover) (cm)

Grafik hubungan antara tebal kritis karat dan penutup beton pada saat
terjadi retak (Mornaville, Regourd.M (1992))
Pelapukan beton karena ketebalan beton decking yg tidak
memadai
Keretakan plat atap beton di lingkungan agresif (karena ketebalan
beton decking kurang dari ketentuan
PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UTK
MENGEVALUASI KERUSAKAN BETON.

 Untuk menganalisa sejauh mana kerusakan


struktur beton terjadi , maka perlu diketahui:
 Kekuatan sisa beton.
 Kedalaman retak.
 Kedalaman penetrasi chlor
 Potensi karat.
 Ketebalan karat .
 Kekuatan sisa tulangan
Pengetesan di lapangan meliputi:

 Pencatatan pengamatan visual terhadap kerusakan-kerusakan yang


ada, antara lain : lokasi pelapukan, lokasi retak dan lokasi korosi.
 Pengambilan sampel beton (benda uji) dengan core drill, dilakukan
berdasarkan ASTM C42-90.
 Saat pengambilan sampel beton, dilaksanakan pula pengambilan
sampel tulangan baja.
 Pengujian kekuatan beton dengan hammer pada lokasi sekitar core drill
Uji kekuatan ini dilaksanakan sesuai dengan ASTM C805-85.
 Pengujian ultrasonic untuk mengetahui tingkat kepadatan beton dan
kekuatan beton dengan mengkorelasikan hasil pengujian ultrasonic
dengan hasil kekuatan tekan benda uji core drill. Pengujian dilakukan
berdasarkan ASTM C597-83(91),
 Penentuan posisi tulangan, sekaligus mencari informasi tebal selimut
betonnya. Alat yang digunakan adalah bar locator.
 Pengukuran nilai potential yang ada di lingkungan baja tulangan
dengan memakai half-cell potential sesuai dengan standart ASTM.
Pengujian di laboratorium meliputi :

 Pengujian kekuatan tekan beton terhadap benda


uji core drill, sesuai persyaratan ASTM C39-93A.
 Chlor penetration dan pH test serta analisa lain
menurut standar ASTM C11-52.
 Corrosion rate test dengan standar ASTM G31-72.
Dg.mengetahui ketebalan karat dengan photo
micro.
 Pengujian kuat tarik tulangan baja berdasarkan
ASTM A370-94.
 Pengujian kandungan senyawa kimia dari
lingkungan (air laut) berdasarkan ASTM D2216-
92.
Hammer test
Hammer test merupakan salah satu dari non distructive test yang bertujuan untuk
mengetahui keseragaman beton.
Pengujian Tingkat Kepadatan Beton dengan Alat Ultrasonik
Pengujian Ultrasonik untuk mengetahui tingkat kepadatan beton
dan kekuatan beton dengan mengkorelasikan hasil pengujian
Ultrasonik dengan hasil kekuatan tekan benda uji core drill.
Pengukuran Nilai Potensial pada Tulangan
Potensial Half Cell merupakan metode pengujian yang dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya potensial elektrik yang timbul
karena proses korosi tulangan. Alat dan metode pengujian ini diatur
dalam ASTM C 876.
6
+ 3 0 + 1 3 0 + 1 3 0
+ 3 0 + 7 0 + 7 0 + 1 1 0 + 9 0 -8 0 + 8 0 + 1 0 0 + 1 0 0- 6 0 + 1 5 0 + 1 4 0 + 1 3 0 + 1 5 0
- 1 1 0+ 1 2 0 + 1 4 0 + 1 1 0 + 1 5 0

- 1 3 0+ 1 0 0 + 1 3 0 + 1 4 0 + 1 5 0 + 1 4 0 + 1 5 0 + 1 4 0 + 1 3 0 + 1 2 0 + 1 2 0 + 1 2 0 + 1 0 0 + 1 2 0 + 1 3 0 + 1 4 0 + 1 4 0 + 1 4 0 + 8 0

+ 1 60 + 1 60 + 1 00 + 1 30
+ 6 0+ 1 4 0 + 1 60 + 1 50 + 1 60
+ 1 0+ 1 1 0 + 1 20 + 1 1 0+ 1 0 + 1 4 0 + 9 0 + 1 20
+ 5 0+ 1 4 0 + 1 20 + 1 00 -1 1 0

-1 0

+ 1 3 0 + 1 6 0 + 1 1 0 + 1 0 0 + 1 5 0 + 1 5 0 + 8 0 + 1 3 0 + 8 0 + 6 0 + 1 1 0 + 1 2 0 + 1 4 0 + 1 4 0 + 1 2 0 + 1 1 0 + 1 1 0

11300
+ 2 0 -1 0 -2 0 -2 0 -2 5 0
-5 0
+ 1 3 0 + 1 1 0 + 1 0 0 + 1 1 0 + 1 3 0 + 1 4 0 + 1 4 0 + 1 2 0 + 8 0 + 6 0 + 1 2 0 + 1 1 0 + 1 2 0 + 1 0 0 + 1 0 0 + 1 0 0

+ 9 0 + 9 0
+ 8 0 + 9 0 + 1 0 0 + 1 0 0 + 1 3 0 + 1 4 0 + 1 5 0 + 4 0 + 8 0 + 1 1 0 + 9 0
- 3 2 0- 2 1 0 - 2 3 0
5
- 1 1 0- 1 1 0 - 1 1 0 -7 0 -1 7 0 -1 1 0 -1 5 0 -2 5 0

- 1 1 0- 1 1 0 -1 2 0 -1 8 0 -1 3 0 -2 1 0 -1 8 0

-1 1 0 -8 0 -2 6 0 -3 2 0 -2 3 0 -2 3 0

4 -1 2 0 -4 0 -1 3 0 -1 7 0 -2 4 0 -1 3 0

A B C D E F
Tes Carbonasi
Untuk mengetahui apakah permukaan beton sudah terkontaminasi
dg adanya CO2 atau belum dengan memakai larutan
phenolpthaline.
Pengukuran tebal karat pada tulangan
. KOROSI
DEFINISI KOROSI
 * Korosi adalah merupakan peristiwa
perusakan suatu material karena adanya
unsur lain melalui reaksi kimia.
 * Korosi (karat) pada baja adalah merupakan
peristiwa elektro kimia.
 * Peristiwa tersebut terjadi karena adanya
transfer (perpindahan) elektron dari dua
tempat yang berbeda potensialnya.
* Perbedaan potensial bisa disebabkan
karena :

 - Mutu material (baja) yang tidak seragam.


 - Kondisi lingkungan yang berbeda (adanya
perbedaan PH).
 - Adanya perbedaan tegangan pada baja.
 - Adanya luka pada permukaan.
Suatu material (baja) akan bebas terhadap bahaya korosi jika
dilindungi oleh suatu bahan penutup (coating), jauh dari unsur-unsur
agresif terutama Cl (chlor) atau di lingkungan yang mempunyai PH
yang membuat baja aman (di daerah pasif/daerah immunite).
MEKANISME KOROSI

• Ada beberapa mekanisme proses korosi


dimana tergantung dari lingkungan ,
antara lain :
• Korosi di lingkungan netral.
• Jika pH lingkungan turun sampai dibawah
9 maka akan memudahkan terjadinya
peristiwa korosi terutama jika
lingkungannya lembab.
Mekanisme Korosi Di Lingkungan Netral
(pH 7 lingkungan udara bebas)
O2 O2 H2
H2 H2
O O O

beton pH < 9
Fo++ 2(OH)-

baja
2O-

KATODE
pembentukan
ANODE 2e- + H2O +

Fe  Fe  2e  ½O22(OH)-
PENGURAIAN

Fe Fe++ + 2e- [daerah anoda]


2e- + H2O + ½O2 2(OH)- [daerah katoda]
++ -
Fe + 2(OH) Fe(OH)2 [daerah anoda]
2Fe(OH)2 + H2O + ½O2 2Fe(OH)3 [daerah anoda]
Korosi di lingkungan asam

Baja Uap
Hidrogen H2
e-
O-
O-

Penguraian Fe2+ Lingkungan asam


H+
H+

Fe Fe++ + 2e- [di daerah anoda]


2e- + 2H+ H2 [di daerah katoda]
BEBERAPA TIPE KOROSI
 Korosi Merata (Uniform)
 Peristiwa korosi ini terjadi jika baja tidak terlindung sama sekali, dan
karat terjadi merata pada seluruh permukaan.
 Korosi pada Luka
 Peristiwa korosi ini terjadi jika pada baja terdapat luka.
 Bagian luka menjadi daerah anoda dan bagian lain (tak luka) menjadi
daerah katoda.

BETON
pH > 12,5
Cl-
luka

BAJA

Luka menjadi daerah Daerah pasif menjadi


anoda katoda
Korosi Bimetalik (2 tipe metal yang berbeda)
Peristiwa ini bisa terjadi pada penyatuan dua metal (logam) yang
berbeda.
Logam yang lebih mulia lebih mudah mengeluarkan elektronegatif
dengan adanya elektrolit.

Mekanisme Korosi Pada Baja Galvanis (Baja Tidak Terkena Korosi)


Mekanisme korosi pada gabungan baja dan
tembaga (baja terkena korosi)

Deret volta:
Li K Ba Sr Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Cd Co Ni Sn Pb H Sb Bi Cu Hg Ag Pt Au

Semakin ke kiri kedudukan suatu logam dalam deret tersebut, maka


Logam semakin reaktif (semakin mudah melepas elektron)
Logam merupakan reduktor yang semakin kuat (semakin mudah mengalami oksidasi)
Sebaliknya, semakin ke kanan kedudukan suatu logam dalam deret tersebut, maka
Logam semakin kurang reaktif (semakin sulit melepas elektron)
Logam merupakan oksidator yang semakin kuat (semakin mudah mengalami reduksi)
Korosi pada Daerah yang Berbeda
Lingkungan

• Daerah yang ada kemungkinan mempunyai lingkungan yang


berbeda akan mempunyai konsentrasi oksigen yang berbeda pula,
sehingga memudahkan peristiwa korosi.
• Misal : daerah pertemuan antara baja, beton dan kena daerah
pasang surut.

• Korosi Karena Pengaruh Perbedaan Tegangan


• Peristiwa korosi karena pengaruh perbedaan tegangan, ini bisa
terjadi bersamaan dengan adanya lingkungan yang agresif.
• Misal : untuk baja prategang yang terletak di lingkungan agresif
bisa terjadi kerusakan secara brutal (rupture fragile).
. CARA PENCEGAHAN KOROSI

• * Mencegah kontak langsung dengan


lingkungan yang agresif atau unsur yang
mempunyai sifat sebagai elektrolit dengan
memberi suatu lapisan (coating).
• * Memberikan logam lain yang lebih mulia yang
berfungsi sebagai anoda korban (makanan
karat) yang sering disebut dengan sistem
cathodic protection.

Anda mungkin juga menyukai