Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

UNSUR-UNSUR DAN ANATOMI PERJANJIAN

Disusun Oleh: Kelompok 1

Nizar Adi Laili 041711433095


Miftahul Jannah 041811433001
Dhida Shelma Aurelia 041811433010
Nadilla Intan Amalya 041811433021
Dhian Tri Setiawati 041811433029
Farras Zalfa Ardiyanto 041811433082

PROGRAM STUDI S1 EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia tidak bisa lepas akan interaksi antar sesame manusia sehingga selalu saja
terjadi gesekan akan segala persoalan karena fikiran manusia tidak sama dan adapaun juga
sifat mereka, maka dari itu untuk mengontrol sifat-sifat manusia yang beragam maka di
adakanlah sebuah hukum antar manusia salahsatunya di namakan perjanjian agar tidak ada
pertentangan yang tidak diperlukan di dalam hubungn antara manusia.

B. Rumusan masalah
1. Apa saja unsur-unsur dalam hukum perjanjian ?
2. Apa saja penyusunan struktur dan anatomi
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur dalam hukum perjanjian
2. Untuk mengetahui apa saja penyusunan struktur dan anatomi
BAB II
PEMBAHASAN

A. UNSUR-UNSUR DALAM HUKUM PERJANJIAN

Dalam doktrin ilmu hukum dikenal ada 3 unsur dalam membuat suatu perjanjian, yaitu :

- Unsur esensialia
Unsur yang mutlak harus ada bagi terjadinya perjanjian dan tanpa unsur ini perjanjian
tidak mungkin ada. Bahwa unsur ini merupakan unsur yang wajib ada dalam suatu
perjanjaian dan tanpa keberadaan unsur ini, maka perjanjian yang dimaksudkan untuk
dibuat dan diselenggarakan oleh para pihak dapat menjadi beda, dan karenanya menjadi
tidak sejalan dan sesua dengan kehendak para pihak.
- Unsur naturlia
Unsur yang tanpa perjanjian secara khusus dalam perjanjian secara diam-diam dengan
sendirinya dianggap ada dalam perjanjian karena sudah merupakan pembawaan atau
melekat pada perjanjian. Unsru ini sudah diatur dalam undang-undang, namun dapat
disimpangi oleh para pihak. Sehingga dapat dikatakan bahwa unsur naturalia adalah
unsur yang pasti ada dalam suatu perjanjian tertentu, setelah unsur esensialianya
diketahui secara pasti.
- Unsur aksidentalia
Unsur yang harus dimuat atau disebut secara tegas atau diperjanjikan secara tegas dalam
perjanjian. Sehingga dapat dikatakan bahwa unsur ini adalah unsur pelengkap dalam
suatu perjanjian, yang merupakan ketentuan-ketentuan yang dapat diatur secara
menyimpang oleh para pihak, sesuai denga kehendap para pihak yang merupakan
persyaratan khusus yang ditentukan secara bersama-sama oleh para pihak. Dengan
demikian maka unsur ini pada hakikatnya bukan merupakan suatu entuk prestasi yang
harus dilakukan atau dipenuji oleh para pihak.

Pada hakikatnya ketiga unsur tersebut merupakan perwujudan dari asas kebebasan berkontrak
yang diatur dalam pasal 1320 dan pasal 1339 kitab undang-undang hukum perdata.

B. PENYUSUNAN, STRUKTUR DAN ANATOMI KONTRAK

Pada dasarnya kontrak yang dibuat oleh para pihakberlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya. Dengan demikian, kontrak yang dibuat oleh para pihak mengikat
mereka selayaknya mentaati suatu peraturan perundang-undanagn. Oleh karena itu, untuk
membuat kontrak diperlukan ketelitian dan kecermatan dari para pihak yang membuat kuatu
erjanjian atau kontrak.
Adapun dalam pembuatan suatu perjanjian atau kontrak ada beberapa hal yang minimal
harus di cantumkan dalam kontrak tersebut, yaitu

- Adanya para pihak (disebutkan keududukan masing-masing)


- Objek perjanjian (hal apa yang menjadi dasar kerja sama)
- Hak dan kewajiban para pihak
- Jangka waktu perjanjian atau kapan perjanjian dikatakan berakhir
- Ketentuan tentang ingkat janji dan akibatnya
- Ketentuan tentang keadaan memaksa atau hal-hal diluar dugaan (overmacht)
- Ketentuan penyelesaian perselisihan
- Tandatangan para pihak

Adapun mengenai anatomi suatu perjanjian atau kontrak yang dibuat oleh para pihak secara
strukturnya adalah sebagai berikut :

1. Judul kontrak
dimana dalam suatu kontrak judul harus dibuat dengan singkat, padat, jelas, dan
sebagiknya memberikan gambaran yang ditangkan dalam perjanjian tersebut.
Contonhnya, perjanjuan jual beli, perjanjian sewa menyewa.
2. Awal kontrak
dalam ala kontrak dibuat secara ringkas dan banyak digunakan seperti : “yang
bertanda tangan dibawah ini” atau “pada hari senin, tanggal satu bulan februari,
tahun 2015, telah terjadi perjanjian jual-beli……anatra para pihak”.
3. Para pihak yang membuat kontrak
Dibagian ini disebutkan para pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian tersebut.
Penyebutan para pihak mencakup nama, pekerjaan, usia, jabatan, alamat, serta
bertindak untuk siapa.
4. Premis (recital)
Merupakan penjelasan mengenai latar belakang dibuatnya suatu perjanjian. Pada
bagian ini diuraikan secara ringkas tentang latar belakang terjadinya kesepakatan.
5. Isi kontrak
Dalam isi perjanjian biasa diwakili dalam pasar-pasal dan dalam setiap pasal diberi
judul. Isi suatu perjanjian biasanya meliputi 3 unsur yaitu essensialia, naturalia,
accidentalia dan ketiga unsur tersebut harus ada pada setiap perjanjian. Unsur lain
yang terpentng yang harus ada adalah penyebutan tentang upaya-upaya penyelesaian
apabila terjadi perselisihan atau sengketa.
6. Akhir kontrak (penutup)
Pada bagian akhir perjanjian berisi pengesahan kedua belah piak dan saksi-saksi
sebagai alat bukti dan tujuan dari perjanjian.
BAB III
KESIMPULAN

Dalam hukum perjanjian, banyak para ahli membedakan perjanjian menjadi perjanjian
bernama dan perjanjian tidak bernama. Yang dinamakan perjanjian bernama adalah perjanjian
yang diatur dalam KUHPerdata mulai dari Bab V sampai Bab XVIII. Sedangkan perjanjian
tidak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur dalam KUHPerdata (atau sering disebut
perjanjian khusus). Tetapi yang terpenting adalah sejauh mana kita dapat menetukan unsur-
unsur pokok dari suatu perjanjian, dengan begitu kita bisa mengelompokkan suatu perbuatan
sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 1234 KUHPerdata tentang jenis perikatan.

Unsur esensialia adalah unsur yang harus ada dan merupakan hal pokok dalam suatu
perjanjian, sehingga tanpa hal pokok tersebut perjanjian menjadi tidak sah dan tidak mengikat
para pihak yang membuatnya. Unsur naturalia adalah ketentuan umum yang tidak bersifat
wajib. Artinya, tanpa pencantuman syarat ini pun perjanjian tetap sah dan tidak mengakibatkan
suatu perjanjian menjadi tidak mengikat. Unsur aksidentalia yaitu berbagai hal khusus
(particular) yang dinyatakan dalam perjanjian yang disetujui oleh para pihak. Aksidentalia
artinya bisa ada atau diatur, bisa juga tidak ada, bergantung pada keinginan para pihak, merasa
perlu untuk memuat atau tidak. Selain itu aksidentalia adalah unsur pelengkap dalam suatu
perjanjian yang merupakan ketentuan- ketentuan yang dapat diatur secara khusus oleh para
pihak, sesuai dengan kehendak para pihak yang merupakan persyaratan khusus yang ditentukan
secara bersama-sama oleh para pihak.
BAB IV
STUDI KASUS
STUDY CASE 1

Tak Bisa Tepati Perjanjian Kerja, Elly Sugigi digugat Rp 165 juta di Pengadilan

Jakarta, Nusantaratv.com - Kasus Elly Sugigi dengan mitra kerjanya bernama Wendha
Tamtomo akhirnya berakhir di Pengadilan Negeri Jakarta Timur. Seperti diketahui, Elly Sugigi
yang tidak bisa menepati perjanjian kerja, akhirnya digugat Oleh Wendha dengan Wanprestasi
sebesar Rp 165 juta rupiah.

Perjanjian yang dikamsud di sini adalah pada 16 juni 2014, Elly Sugigi mengajak kerja sama
Wendha Tamtomo dalam bisnis penonton bayaran. Saat itu, Elly tidak mempunyai modal untuk
membayar penonton diawal.Dalam isi perjanjian, Wendha Tamtomo dijanjikan mendapatkan
uang Rp 5 juta setiap bulan. Tapi Elly membayarnya tidak sesuai dengan perjanjian atau
dibawah nominal.

"Namun dalam perjalanan tidak sesuai fakta bahwa apa yang disampaikan dalam progres
pekerjaan tersebut ternyata uang yang digunakan oleh Elly itu tidak maksimal atau tidak sesuai
dengan kesepakatan yang sudah dituangkan dalam sebuah perjanjian," kata kuasa hukum
Wendha Tamtomo, Gus Bejo saat ditemui di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Selasa
(3/9/2019)."Oleh karena itu kami selaku kuasa hukum mengajukan gugatan perdata di
Pengadilan Negeri Jakarta Timur dan diputus satu minggu yang lalu dengan amar putusan
mengabulkan sebagian. Tetapi sebagian tersebut menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh
saudara Elly telah melakukan perbuatan wanprestasi dan harus mengembalikan atau membayar
sesuai isi perjanjian yang ada di dalam isi putusan yang belum kami terima," bebernya.Namun,
pengadilan hanya mengabulkan sebagian gugatan Wendha Tamtomo. Elly Sugigi harus
membayar puluhan juta dari seluruh total gugatan.

STUDY CASE 2

Kasus Safari Hack oleh Google Ditolak Pengadilan Banding

Pengadilan banding AS memutuskan perjanjian Google untuk membayar US$5,5 juta kepada
organisasi privasi data untuk menyelesaikan tindakan kelas konsumen tidak memberikan
kompensasi yang layak bagi mereka yang privasinya diserang oleh salah satu program
pelacakan perusahaan. Pengadilan Banding AS untuk Sirkuit Ketiga membatalkan persetujuan
hakim federal Delaware atas penyelesaian gugatan class action tersebut.
Dalam penyelesaian gugatan sebelumnya, hakim federal menyetujui Google akan membayar
US$5,5 juta untuk menyelesaian tuduhan pelanggar privasi pengguna Safari dan Explorer
dengan menghindari pengaturan tanpa-pelacakan.

Kesepakatan itu menyerukan agar Google menyumbangkan lebih dari US$3 juta untuk enam
sekolah dan organisasi nirlaba - Pusat Hukum & Teknologi Berkeley, Pusat Berkman untuk
Internet & Masyarakat di Universitas Harvard, Pusat untuk Demokrasi & Teknologi, Penasihat
Publik, Clearinghouse Hak Privasi, dan Pusat Internet & Masyarakat di Universitas Stanford.
Kelompok-kelompok itu harus setuju untuk menggunakan uang itu untuk proyek-proyek yang
berkaitan dengan privasi online.

Penyelesaian juga meminta pengacara yang membawa kasus ini untuk menerima $ 1,925 juta,
tetapi tidak memberikan keringanan moneter kepada pengguna web individu. Ditambahkan,
melalui penyelesaian gugatan class action yang diusulkan, pelaku kejahatan konon berjanji
untuk membayar beberapa juta dolar kepada penasihat kelas dan memberikan kontribusi
penting kepada organisasi yang sudah disumbangkannya kepada yang lain, setidaknya satu di
antaranya memiliki afiliasi dengan penasihat kelas.

CASE 3

Akibat Pembatalan Perjanjian Kerjasama antara Klien Dan Vendor pada Masa
Pandemi Corona Virus Disease 2019

(Studi Kasus di Vendor Shofi Wedding


Organizer)

Shofi Wedding Organizer merupakan WO yang menyediakan jasa dengan perjanjian


tertulis antara klien dan pemilik vendor. Perjanjian tersebut berisi tentang biaya penyewaan,
waktu, dan tempat pelaksanaan. WO ini menyediakan berbagai paket sewa, seperti sewa
gaun, MC, dekor, gedung, dan juga jasa foto. Namun, sejak terkonfimasinya kasus covid-19
di Indonesia, Pemerintah dengan serentak mengisolasi mandiri warganya selama 2 minggu
dan seluruh warga Indonesia seretak melakukan work from home (WFH). Timbulnya wabah
internasional ini menyebabkan banyaknya aktifikas tertunda bahkan dihentikan salah satunya
yang berhubungan dengan hukum yakni pembatalan perjanjian. Pembatalan perjanjian ini
bukan semata-mata karena salah satu pihak tidak memenuhi persyaratan namun karena terjadi
force majeure (overmacht).

Perjanjian yang dilaksanakan oleh vendor dan klien untuk resepsi pernikahan terpaksa
dibatalkan karena adanya pandemi covid-19 yang mana pada saat itu pemerintah melarang
untuk berkerumunan. Perjanjian yang telah dibuat oleh pihak vendor dan klien yakni
perjanjian dengan kesepakatan pembayaran awal sebesar 50%. Jumlah klien dari bulan Maret
sampai Agustus 2020 yang dibatalkan yakni 24 client. Pembatalan klien dari jumlah tersebut
telah dibatalkan 9 klien, sisanya tidak dibatalkan, namun diundur waktu pelaksanaaannya.
Perjanjian ini berisi tentang formulir pemesanan, macam-macam pemesanan, waktu, tempat
acara, paket pemesanan, tambahan pemesanan dan pembayaran. Perjanjian ini disepakati oleh
kedua belah pihak ditandatangai dengan materai. Pendemi ini mengakibatkan perjanjian yang
telah disepakati dibatalkan oleh pihak vendor.

Ketidakpahaman masyarakat mengenai keadaan memaksa membuat masyarakat


enggan mengenai pembatalan perjanjian. Akibatnya masyarakat yang melaksanakan
perjanjian yang dibatalkan meminta ganti rugi atas pembatalan tersebut. Perilaku ini
diterapkan pada vendor Shofi Wedding Organizer, yang membatalkan perjanjian kepada
klien karena covid-19. Beberapa klien meminta ganti rugi atas pembatalan tersebut. Pihak
vendor yang membatalkan perjanjian tersebut terpaksa membayar ganti rugi karena merasa
bersalah akan pembatalan perjanjian

Hasil Analisis :

Perjanjian adalah suatu persetujuan antara seorang atau lebih mengikat dirinya
terhadap seorang lain atau lebih (Pasal 1313 BW). Perjanjian yang dilakukan oleh pihak
vendor dan klien ialah perjanjian kerjasama dimana keduanya memiliki usaha dan tujuan
bersama yakni untuk melancarkan suatu acara resepsi pernikahan. Dalam perjanjian
kerjasama antara keduanya terdapat jenis perjanjian yakni perjanjian tidak bernama, karena
dalam perjanjian tersebut tidak mempunyai nama tertentu dan jumlahnya tidak terbatas.
Perjanjian kerjasama ini juga mengandung asas kebebasan berkontrak, asas kepercayaan dan
juga asas iktikad baik.

Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam perjanjian kerjasama ini yakni unsur
esensialia, naturalia dan aksidentalia. Dalam perjanjian kerjasama tersebut unsur esensialia
terdapat pada bagian pokoknya yakni harga setiap jasa vendor yang diberikan kepada klien.
Harga dari pemberian jasa vendor ini beragam, dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
disesuaikan dengan kondisi keuangan yang ada. Harga yang ditawarkan vendor dari mulai
harga termurah berkisar Rp. 2.500.000 yang hanya menyediakan jasa makeup hingga Rp.
20.000.000 dengan menyediakan paket lengkap resepsi pernikahan.

Dalam unsur Naturalia ini, pihak vendor tidak mengatur mengenai wanpretasi, oleh
karena itu secara otomatis berlaku ketentuan dalam 1239 KUHPerdata diterangkan bahwa
tiap perikatan untuk berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu. Pada perjanjian kerjasama
secara lisan ini unsur aksidentalia terletak pada jika adanya perselisihan antara kedua belah
pihak maka akan diselesaikan secara negosiasi dengan persetujuan kedua belah pihak

Analisis tersebut mengkibatkan adanya pembatalan perjanjian karena syarat objektif


dari syarat sah perjanjian itu dilanggar oleh vendor karena adanya pandemi covid-19.
Keadaan tersebut termasuk keadaan memaksa karena tidak dapat diduga sebelumnya. Oleh
karena itu, menurut Pasal 1244 dan 1245 KUHPerdata bahwasanya prestasi yang tidak
dipenuhi karena keadaan memaksa pihak klien tidak berhak menuntu ganti kerugian atas hal
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Noor, M. (2015). Penerapan Prinsip-Prinsip Hukum Perikatan Dalam Pembuatan


Kontrak. Mazahib, Jurnal Pemikiran Hukum Islam, XIV(1), 89–96. https://journal1.iain-
samarinda.ac.id/index.php/mazahib/article/view/338%0Ahttps://media.neliti.com/media/
publications/57831-ID-penerapan-prinsip-prinsip-hukum-perikata.pdf (diakses pada 25
september 2021)
2. https://www.nusantaratv.com/showbiz/selebriti/tak-bisa-tepati-perjanjian-kerja-elly-sugigi-
akhirnya-digugat-165-juta-di-pengadilan
3. https://www.wartaekonomi.co.id/read239960/penyelesaian-kasus-safari-hack-oleh-google-
ditolak-pengadilan-banding.html
4. Izmi, Fitrotul. 2021, "AKIBAT PEMBATALAN PERJANJIAN KERJASAMA
ANTARA KLIEN DAN VENDOR PADA MASA PANDEMI CORONA VIRUS
DISEASE 2019 (STUDI KASUS DI VENDOR SHOFI WEDDING ORGANIZER)."
Dinamika: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum Vol. 27. No,11
http://riset.unisma.ac.id/index.php/jdh/article/view/11516

Anda mungkin juga menyukai