Anda di halaman 1dari 13

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

UNSUR-UNSUR PERJANJIAN DAN ANATOMI PERJANJIAN

Dosen Pembimbing:
Dr. Ahmad Rizki Sridadi

Disusun oleh:
Kelompok 6
Hilmi Dzaki Muhammad 042111433047
Firly Rijki Ananda 042111433139
Gema Khusnul Khasanah 042111433167
Aufa Bahwal 042111433169
Tito Nurkafi Rijali 042111433180

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI ISLAM
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2022/2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam membuat maupun menyusun suatu perjanjian diperlukan ketelitian dan
kecermatan dari para pihak yang membuat suatu perjanjian atau kontrak tersebut. Hal
tersebut perlu diperhatikan karena berkaitan dengan perlindungan serta kepastian hukum bagi
para pihak yang telah melakukan kesepakatan untuk saling terikat dan terdapat adanya
hubungan hukum. Hubungan hukum yang dimaksud dalam hal ini yaitu para pihak
menyepakati serta menentukan hak dan kewajiban yang ditulis dalam akta perjanjian. Pada
akta perjanjian tersebut merupakan pada dasarnya undang-undang bagi para pihak yang
berguna untuk menjamin serta melindungi pihak-pihak dalam pemenuhan hak serta
kewajibannya (Edi, 2005).
Perjanjian merupakan suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih. Hal tersebut terdapat dalam ketentuan pasal 1313
KUHPerdata (Sinaga, 2018). Dalam suatu perjanjian terdapat unsur-unsur yang harus ada
dalam syarat sahnya perjanjian, yaitu kesepakatan dari pihak-pihak yang mengikatkan dirinya
(de toes femming), kecakapan untuk membuat suatu perikatan (de belwaamheild), suatu hal
tertentu (een bepald onderwerp), suatu sebab yang legal (eene geoorloofde oorzaak) (Edi,
2005). Perjanjian yang telah memenuhi unsur diatas berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata
artinya mengikat dan dijadikan dasar untuk melakukan tuntutan hak bagi yang tidak sukarela
mematuhinya.
Pada umumnya yang bertindak sebagai para pihak dalam pembuatan suatu perjanjian
tidak sampai memikirkan secara detail maupun terperinci mengenai berbagai peraturan dalam
ketentuan dan persyaratan suatu rancangan perjanjian, melainkan hanya menetapkan hal-hal
pokok yang dianggap penting dan tidak memahami anatomi perjanjian secara utuh dan
menyeluruh (Edi, 2005).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dari unsur esensial, natural, dan aksidental dalam kontrak
perjanjian?
2. Apa yang dimaksud dengan anatomi perjanjian?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui unsur esensial, natural, dan aksidental dalam kontrak perjanjian.
2. Untuk mengetahui anatomi perjanjian.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 UNSUR-UNSUR PERJANJIAN


Dalam sebuah perjanjian diperlukan beberapa unsur pokok yang harus dipenuhi.
Apabila unsur-unsur tersebut tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut tidak bisa dilaksanakan
atau dianggap tidak memiliki pokok yang menyebabkan sebuah perjanjian tidak bisa terlahir.
Unsur-unsur perjanjian dibagi menjadi tiga macam, diantaranya:
a. Esensial
Esensial merupakan unsur mutlak yang harus terdapat dalam perjanjian. Tanpa adanya
unsur ini maka suatu perjanjian tidak mungkin ada. Misalnya adalah harga dan barang yang
disepakati pada perjanjian jual beli.

b. Natural
Natural merupakan unsur yang tidak diperjanjikan secara khusus, namun dianggap
ada dengan sendirinya karena sudah melekat dalam perjanjian tersebut. Unsur ini sudah
diatur dalam undang-undang, tetapi dapat dibuat kesepakatan lain oleh para pihak dalam
perjanjian.
Misalnya, dalam pasal 1276 KUHPerdata dinyatakan bahwa biaya penyerahan
ditanggung oleh pihak penjual sedangkan biaya pengambilan ditanggung oleh pihak pembeli.
Jika dalam perjanjian jual beli tersebut tidak disebutkan maka secara otomatis pihak penjual
akan menanggung biaya penyerahan. Hal ini akan berbeda jika terjadi kesepakatan antara
kedua belah pihak yang menyatakan bahwa biaya penyerahan ditanggung oleh pihak pembeli.

c. Aksidental
Aksidental merupakan unsur perjanjian yang ditambahkan oleh para pihak dalam
perjanjian ketika undang-undang tidak mengatur tentang hal tersebut. Karena tidak diatur
dalam undang-undang maka unsur aksidental harus dimuat secara tegas dalam perjanjian.
Misalnya adalah memilih domisili hukum jika terjadi sengketa.

2.2 ANATOMI PERJANJIAN


Pasal 1313 KUHPerdata menerangkan bahwa, “Perjanjian merupakan suatu perbuatan
dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Satu
orang atau lebih tersebut saling berjanji untuk melahirkan suatu hal sesuai dengan pasal 1320
KUHPerdata tentang syarat sahnya suatu perjanjian. Apabila syarat sahnya suatu perjanjian
telah terpenuhi maka artinya dapat dijadikan dasar untuk melakukan tuntutan hak kepada
mereka yang tidak secara sukarela mematuhinya.
Dalam membuat perjanjian tersebut harus memiliki anatomi perjanjian yang jelas
supaya nanti dapat dipahami oleh para pihak yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan
anatomi perjanjian adalah susunan dan tata urutan kerangka perjanjian. Berikut adalah
anatomi perjanjian dalam perjanjian bisnis:
a. Judul (heading)
Judul perjanjian merupakan suatu akta yang biasanya diberi nama sesuai dengan
isinya dan tidak terlalu singkat. Misalnya, Perjanjian Jual Beli Tanah dan Bangunan maka isi
pokok dari bahasan yang terdapat dalam akta adalah mengenai jual beli, mulai dari para pihak
yang bersangkutan, masa berlakunya perjanjian, tata cara pembayaran, sanksi-sanksi, jaminan
pihak pertama, hak dan kewajiban pihak kedua, dan lain-lain.

b. Pembukaan (opening)
Pembukaan dalam perjanjian merupakan permulaan dari suatu akta yang dimulai dari
rangkaian kata-kata (kalimat).

c. Komparisi (comparative)
Komparisi perjanjian merupakan bagian dari akta yang menyebutkan nama-nama para
pihak yang bersangkutan dalam pembuatan perjanjian, lengkap dengan menyebutkan
pekerjaan, identitas, dan tempat tinggal.

d. Premises (reticle)
Premises perjanjian merupakan latar belakang dari adanya perjanjian tersebut yang
dimulai dari latar belakang atau tujuan utama para pihak yang bersangkutan membuat
perjanjian.

e. Isi perjanjian
Isi perjanjian merupakan pokok perjanjian yang mencakup ketentuan dan persyaratan
para pihak yang bersangkutan sebagai suatu pernyataan tertulis yang sah.
f. Klausula
Klausula perjanjian merupakan suatu hal yang berupa force merger, wanprestasi,
pilihan penyelesaian perselisihan, pemberitahuan, dan pengakhiran perjanjian.

g. Penutup (testimonium)
Setiap perjanjian selalu diakhiri dengan kalimat yang menegaskan bahwa kekuatan
hukum dalam perjanjian dibuat oleh beberapa pihak dan diberi materai untuk ditandatangani
oleh para pihak yang bersangkutan dalam perjanjian.

h. Lampiran
Lampiran perjanjian biasanya memuat penjelasan-penjelasan lebih lanjut dari
beberapa klausula yang ada di perjanjian.
2.3 STUDY CASE
1. Pelanggaran Kontrak Di PT Framas

Setelah ribuan pekerja diberhentikan tanpa pesangon PT Panarub lagi lagi sebuah
perusahaan subkontraktor Adidas lain yaitu, PT Framas, Bekasi mem-PHK 300 pekerja tanpa
mengikuti aturan hukum ketenagakerjaan yang berlaku. PT Framas berdalih bahwa para
pekerja telah melebihi durasi kontrak. PT Framas kemudian tidak memperpanjang kontrak
kerja dan melanggar semua hak para pekerja. PT Framas melakukan 3 bulan kontrak kerja
dan terus memperpanjang statis mereka sebagai pekerja tidak tetap (pekerja kontrak) per 3
bulan,selama lebih dari 3 tahun. Sejak Desember 2012, kontrak mereka tidak diperpanjang
dan mereka semua kehilangan pekerjaan tanpa pesangon.

Sekitar 300 pekerja menjadi korban dari kontrak kerja berkepanjangan yang tidak
sesuai ketentuan hukum tanpa jaminan kesejahteraan dan keamanan kerja. Dan pada
akhirnya, mereka dipecat secara tidak adil. Dari 300 pekerja, karena PT Framas melakukan
intimidasi dan tekanan, maka hanya 40 orang pekerja memutuskan untuk memperjuangkan
nasib mereka. Para pekerja ini, sebagian besar adalah para pekerja yang tidak berserikat,
sebagian lagi merupakan anggota sebuah Serikat Pekerja di PT Framas namun menurut para
anggotanya tidak mau memperjuangkan nasib mereka.

Hasil analisis kelompok:

1. Unsur Esensialia
● Identitas dari PT Framas dan 300 pekerjanya.
● Kepastian mengenai waktu perpanjangan kontrak dan persyaratan pemutusan kontrak.
● Persyaratan menjadi pekerja tetap di PT Framas.
2. Unsur Naturalia
● Hukum ketenagakerjaan, hukum jaminan kesejahteraan dan keamanan kerja, serta hak
para pekerja yang harus dipatuhi dan dipenuhi oleh perusahaan.
3. Unsur Aksidental
● Waktu perpanjangan kontrak kerja yang dapat ditentukan oleh PT Framas.
● Penentuan status para pekerja apakah pekerja kontrak atau pekerja tetap.
2. Kasus Sewa Menyewa Surabaya Delta Plaza

Pada permulaan PT Surabaya Delta Plaza (PT SDP) dibuka dan disewakan untuk pertokoan,
pihak pengelola merasa kesulitan untuk memasarkannya. Salah satu cara untuk
memasarkannya adalah secara persuasif mengajak para pedagang meramaikan komplek
pertokoan di pusat kota Surabaya itu. Salah seorang diantara pedagang yang menerima ajakan
PT surabaya Delta Plaza adalah Tarmin Kusno, yang tinggal di Sunter-Jakarta. Tarmin
memanfaatkan ruangan seluas 888,71 M2 Lantai III itu untuk menjual perabotan rumah tanga
dengan nama Combi Furniture. Empat bulan berlalu Tarmin menempati ruangan itu,
pengelola SDP mengajak Tarmin membuat "Perjanjian Sewa Menyewa" dihadapan Notaris.
Dua belah pihak bersepakat mengenai penggunaan ruangan, harga sewa, Service Charge,
sanksi dan segala hal yang bersangkut paut dengan sewa menyewa ruangan. Tarmin bersedia
membayar semua kewajibannya pada PT SDP, tiap bulan terhitung sejak Mei 1988 s/d 30
April 1998 paling lambat pembayaran disetorkan tanggal 10 dan denda 2 0/00 (dua permil)
perhari untuk kelambatan pembayaran. Kesepakatan antara pengelola PT SD dengan Tarmin
dilakukan dalam Akte Notaris Stefanus Sindhunatha No. 40 Tanggal 8/8/1988. Tetapi
perjanjian antara keduanya agaknya hanya tinggal perjanjian. Kewajiban Tarmin ternyata
tidak pernah dipenuhi, Tarmin menganggap kesepakatan itu sekedar formalitas, sehingga
tagihan demi tagihan pengelola SDP tidak pernah dipedulikannya. Bahkan menurutnya, Akte
No. 40 tersebut, tidak berlaku karena pihak SDP telah membatalkan "Gentlement agreement"
dan kesempatan yang diberikan untuk menunda pembayaran. Hanya sewa ruangan, menurut
Tarmin akan dibicarakan kembali di akhir tahun 1991. Namun pengelola SD berpendapat
sebaliknya. Akte No. 40 tetap berlaku dan harga sewa ruangan tetap seperti yang tercantum
pada Akta tersebut Hingga 10 Mart 1991, Tarmin seharusnya membayar USS311.048,50 dan
Rp. 12.406.279,44 kepada PT SDP. Meski kian hari jumlah uang yang harus dibayarkan
untuk ruangan yang ditempatinya terus bertambah. Tarmin tetan berkeras untuk tidak
membayarnya. Pengelola SDP, yang mengajak Tarmin meramaikan pertokoan itu. Pihak
pengelola SP menutup COMBI Furniture secara paksa. Selain itu, pengelola SDI menggugat
Tarmin di Pengadilan Negri Surabaya

Hasil Analysis Kelompok

Setelah pihak PT Surabaya Delta Plaza (PT SP) mengajak Tarmin Kusno untuk meramaikan sekaligus
berjualan di komplek pertokoan di pusat kota Surabaya, maka secara tidak langsung PT Surabaya
Delta Plaza (PT SP) telah melaksanakan kerjasama kontrak dengan Tarmin Kusno yang dibuktikan
dengan membuat perjanjian sewa-menyewa di depan Notaris. Maka berdasarkan pasal 1338 BW yang
menjelaskan bahwa Suatu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya" sehingga dengan adanya perjanjian/ikatan kontrak tersebut maka pihak PT
SP dan Tarmin Kusno mempunyai keterikatan untuk memberikan atau berbuat sesuatu sesuai dengan
isi perjanjian. Perjanjian tersebut tidak boleh dilangggar oleh kedua belah pihak, karena perjanjian
yang telah dilakukan oleh PT SDP dan Tarmin Kusno tersebut dianggap sudah memenuhi syarat,
sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 1320 BW. Dalam pasal 1240 BW, dijelaskan bahwa :
Dalam pada itu si piutang adalah berhak menuntut akan penghapusan segala sesuatu yang telah dibuat
berlawanan dengan perikatan, dan bolehlah a minta supaya dikuasakan oleh Hakim untuk menyuruh
menghapuskan segala sesuatuyang telah dibuat tad atas blaya s1 berutang; dengan tak mengurang1
hak menuntut penggantian biaya, rugi dan bunga jika ada alasan untuk itu. Dari pasal diatas, maka
pihak PT SDP bisa menuntut kepada Tarmin Kusno yang tidak memenuhi suatu perikatan dan dia
dapat dikena1 denda untuk membayar semua tagihan bulanan kepada PT.Surabaya Delta Plaza. Dalam
kasus diatas dapat disimpulkan bahwa dalam sewa menyewa ruangan terdapat unsur unsur perjanjian
didalammya sesuai dengan syarat sahnya perjanjian dalam pasal 1320 BW serta tiga unsur yang harus
ada dalam perjanjian sewa menyewa, yaitu:

Pertama, unsur esensilla merupakan unsur utama yang narus tercantum dalam sebuan kontrak
atau perjanjian yang merupakan syarat sahnya sebuah perjanjian, dan apabila syarat ini tidak
dicantumkan maka kontrak atau perjanjian tersebut dikatakan tidak sempurna. Misalnya dalam
perjanjian sewa menyewa ruangan di pusat perbelanjaan, maka yang menjadi unsur pokok yang harus
dicantumkan dalam perjanjian tersebut adalah lokasi ruangan dan ukuran rang yang kemudian dapat
disepakati oleh para pihak dengan adanya harga sewa terhadap rang yang akan disewakan untuk
kegiatan berbisnis. Dalam sebuah kontrak sewa menyewa terdapat unsur pokok yang wajib tercantum
adalah harga sewa lokasi, apabila belum adanya kesepakatan terhadap harga sea yang di tentukan oleh
pihak pengelola pusat perbelanjaan, maka perjanjian sewa menyewa tidak akan berjalan, hal tersebut
dikarenakan perlu adanya kesepakatan antara para pihak barulah kerjasama tersebut dapat dijalankan.

Kedua, unsur naturalia merupakan unsur yang selalu dicantumkan di dalam perjanjiantapa
diperjanjikan secara khusus, dalam arti unsur ini mencantumkan hal-hal yang perlu diperjanjikan
berdasarkan pengaturan yang ada pada undang-undang, akan tetapi para pihak dapat menghilangkan
atau menggantikannya. Misalnya dalam proses sewa menyewa yang di pusat perbelanjaan, bila tidak
diatur syarat bahwa kalau penyewa harus menanggung segala kekurangan yang merupakan cacat pada
rang setelah masa sewa berakhir. Maka sesuai yang tercantum didalam Pasal 1552 KUH Perdata, yang
mengatur bahwa walaupun pihak tenant tidak mengetahuinya pada sat dibuat kesepakatan sewa
menyewa, akan tetapi hal tersebut dapat menyebabkan kerugian pada pihak pengelola, maka pihak
tenant wajib memberikan ganti rugi.
Ketiga, Unsur accidentalia merupakan unsur yang akan ditambahkan dan diperjanjikan oleh
para pihak yang sifatnya wajib dan dinyatakan secara tegas. Misalnya dalam kegiatan sewa menyewa
rung di pusat perbelanjaan, maka pihak pengelola dalam perjanjian sewa menyewa wajib
mencantumkan bagaimana cara pembayaran, bagaimana prosedur apabila ingin mengganti merek
dagang, dan cara penyelesaian sengketa yang terjadi antara para pihak.

3. Melanggar Perjanjian Kerja, Baim Wong Terancam Hukum Perdata Sekaligus


Pidana
Baim Wong dan Lucky Perdana dituding melakukan pelanggaran kerja terhadap manajemen
milik Kiki Astrida alias Astrid, yaitu QQ Production. Perkara hukum bermula ketika Baim
Wong diajak Krisna Mukti bergabung di manajemen QQ Production untuk kemudian
bergabung di sebuah partai dan maju sebagai calon legislatif (caleg). Baim Wong pun
menerima tawaran tersebut dan maju sebagai caleg.Tetapi di tengah perjalanannya Baim
Wong memilih mengundurkan diri dan justru menerima tawaran kerja dari partai tersebut
tanpa sepengetahuan manajemennya.

"Baim mengundurkan diri karena apa yang dilakukan Baim sendiri, sepakat walaupun secara
lisan, wa. Bahwa Baim menerima dana 5M kemudian dia menawar saya mendapatkan
perpresentase itu 10 persen artinya 500 juta tapi bukan buat saya, tapi seluruh tim dan
kegiatan sosialisasi."

"Saya bilang kayaknya nggak cukup deh Baim, makanya saya discuss dulu, belum sempat
discuss sama tim tiba-tiba pagi-pagi dia ke sana, ketemu sama orang yang memberikan dana.
Dan itu pengakuan dari dia sendiri," ungkap pemilik QQ Production, Astrid, saat ditemui
Grid.ID bersama pengacaranya, Didit, di kawasan Tendean, Jakarta Selatan, Kamis
(29/8/2019).

"Belum sempat saya disscuss sama tim ternyata besoknya pagi-pagi dia ke sana ketemu sama
orang yang memberikan dana dan itu pengakuan dari Baim sendiri 3 hari kemudian, apa itu
artinya namanya kalau bukan dia memang berusaha untuk menikung."

"Nah kemudian saya bilang Baim saya seorang mendapat perlakuan seperti ini karena sistem
trust yang dinodai oleh artis-artis yang belum paham dengan istilah trust yang dilakukan oleh
politik," lanjutnya. Baim Wong dan Lucky Perdana pernah melakukan kerjasama tertulis
dengan manajemennya.
Namun, kedua artis tersebut diduga tak melakukan kewajibannya ketika mendapatkan
pekerjaan. Akhirnya Baim Wong dan Lucky Perdana pun dilaporkan, sidang perdata
pertamanya telah dilakukan di Pengadilan Negeri Bogor, Jawa Barat, Kamis (28/8/2019).
Saat sidang, Lucky Perdana tidak hadir dan tidak mengirimkan pengacara sama sekali.
Sedangkan pihak Baim Wong mengirimkan pengacara tetapi tidak memiliki surat kuasa. Tak
hanya kasus perdata, Baim Wong juga dijerat kasus pidana dengan dugaan penipuan karena
telah melanggar janji.

"Bunda astrid ini dijanjikan sehingga tergerak menyerahkan uang dan barang, untuk
kepentingan Baim dan Lucky perdana. Nah setelah itu digunakan tipu muslihat, dia bilang
saya tidak jadi Caleg."

"Lah nah ini kan bukan manajeman caleg, QQ production manajeman artis, jadi anda mau
jadi caleg, kader apapun. Kalau anda mendapatkan suatu pekerjaan, itu lah kerjaannya QQ
Production."

"Jadi silahkan aja mundur dari Caleg tapi selesaikan. Dengan tipu muslihat dia gunakan itu,"
ungkap kuasa hukum Astrid, Didit. Astrid sendiri mengaku mengalami kerugian materil
mencapai Rp 2 Miliar atas kasus ini.

Hasil analisis kelompok

1. Unsur Esensialia
● Trust terhadap manajemen QQ Production.
● Kepastian mengenai penyelesaian kasus dengan manajemen.
● Uang kontrak yang mencapai Rp 2 Miliar.
2. Unsur Naturalia
● Hukum perjanjian, tindak pidana penipuan, dan pengembalian hak kontrak.
3. Unsur Aksidental
● Pengembalian kerugian manajemen dan klarifikasi terhadap publik.
BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN
Dalam menyusun sebuah perjanjian harus dilakukan dengan teliti. Hal ini dikarenakan
oleh isi perjanjian yang harus memuat beberapa unsur-unsur pokok yang harus dipenuhi.
Dalam setiap perjanjian memuat unsur-unsur yang berbeda sehingga unsur-unsur tersebut
dibagi menjadi tiga, yakni unsur esensial, natural, dan aksidental.
Anatomi perjanjian adalah susunan dan tata urutan kerangka perjanjian. Anatomi
perjanjian terdiri dari: Judul (heading). Pembukaan (opening), Komparisi (comparative),
Premises (reticle), Isi perjanjian, Klausula, Penutup (testimonium), Lampiran.
DAFTAR PUSTAKA

Krisharyanto, E., 2005. ANATOMI SUATU PERJANJIAN. Perspektif, 10(1), hlm.2-3.


Sridadi, A. R. (2019). Aspek Hukum Dalam Bisnis. Airlangga University Press. hlm 61-74

Anda mungkin juga menyukai