Anda di halaman 1dari 4

11 | Stigma Guru Bimbingan Konseling, Mengubah Mainset Peserta Didik Terhadap Guru Bimbingan Konseling

Melalui Keterampilan Komunikasi Interpersonal

STIGMA GURU BIMBINGAN KONSELING


(Mengubah Mainset Peserta Didik Terhadap Guru Bimbingan Konseling Melalui Keterampilan
Komunikasi Interpersonal)

Amalia Alvi
S2 Pascasarjana Bimbingan Konseling, Universitas Negeri Surabaya dan alviamalia484@gmail.com

Ma’fufah Hastin
S2 Pascasarjana Bimbingan Konseling, Universitas Negeri Surabaya dan fufahhastin@gmail.com

Abstrak
Penulisan artikel ini bertujuan untuk memaparkan pentingnya mengubah mainset
peserta didik terhadap guru bimbingan dan konseling melalui keterampilan
komunikasi interpersonal. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi
keberlangsungan suatu konseling, karena kualitas hubungan dapat menentukan
keberhasilan dalam konseling. Keterampilan komunikasi interpersonal sangat
diperlukan dalam konseling untuk memudahkan dalam menjalin hubungan yang baik
serta dapat menjembatani peserta didik dalam menyelesaikan semua kendala dan
permasalahan yang sedang dihadapi dan dapat menghilangkan stigma yang selama
ini disematkan kepada guru BK.
Kata Kunci: Bimbingan Konseling, Stigma Guru, Keterampilan Komunikasi
Interpersonal.

Abstract
The writing of this article aims to explain the importance of changing the mainset of
students towards teachers guidance and counseling through interpersonal
communication skills. Communication is very important for the continuity of
counseling, because the quality of relationships can determine success in counseling.
Interpersonal communication skills are indispenseble in counseling to make it easier
to establish good relationships and can bridge studentss in problem solving all the
obstacles and problems that are being faced and can eliminate the stigma that has
been pinned on the BK teacher.
Keywords: Guidance Counseling, Teachers Stigma, Interpersonal Communication
Skills.

disebut mama-papa, ayah-ibu. Pada lingkungan pesantren


PENDAHULUAN biasanya disebut ustadz atau ustadzah dan Kyai. Pada
Pendidikan pada hakikatnya adalah sebuah upaya yang lingkungan masyarakat untuk pendidik adalah tutor,
mengarahkan perkembangan manusia kearah yang lebih fasilitator atau instruktur. Pada lingkungan sekolah
baik. Telah dirumuskan, pendidikan adalah perkembangan biasanya disebut dengan guru (Siswoyo dkk, 2013)Guru
kepribadian manusia dengan hakikat menjadi insan kamil adalah sebagai pendidik dan guru juga sebagai komponen
dalam rangka mencapai tujuan akhir kehidupan. utama dalam pendidikanyang dituntut untuk mampu
Pendidikan sebagai pembentuk watak bangsa dengan mengimbangi bahkan juga melampaui perkembangan dan
tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik yang ilmu pengetahuan yang sedang berkembang di masanya.
nantinya akan menjadi manusia yang bertanggung jawab Dan salah satu guru yang ikut berperan penting bagi
tidak terlepas dari banyaknya komponen dan mendukung. pendidikan dan siswanya adalah guru bimbingan dan
Pendidik adalah setiap manusia yang dengan sadar dan konseling. Bimbingan dan konseling adalah membantu
sengaja sedang mempengaruhi orang lain untuk mencapai individu untuk menjadi insane yang berguna dalam
tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi. kehidupan yang memiliki berbagai wawasan, pandangan,
Penyebut nama pendidik dibeberapa tempat memiliki interpretasi, pilihan, penyesuaian dan keterampilan yang
perbedaan. Pendidik di lingkungan keluarga biasanya tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya.

11
Jurnal Bikotetik Volume 03 Nomor 01 Tahun 2019,11-14

Meskipun keberadaan Bimbingan dan konseling ini sudah kepada guru BK. (Arif Ainur Rofiq, 2012: 33)
lebih diakui tapi bukan menjadi rahasi umum lagi, bahwa menyebutkan bahwa hubungan yang buruk akan
seorang guru BK dianggap sebagai momok bagi peserta menyebabkan munculnya perilaku yang tak diharapkan
didik, guru BK selalu diidentikkan dengan hal-hal yang atau kontraproduktif. Selain itu, hubungan yang buruk
menjadi sumber ketakutan tidak heran jika peserta didik juga akan mempersulit guru BK dalam mengetahui
selalu memiliki julukan yang dianggap “kurang pantas” permasalahan yang seputar peserta didik dan
bagi seorang guru BK. lingkungannya sehingga melemahkan kontrol guru BK
Berbagai julukan yang seringkali diidentikkan kepada terhadap para peserta didik.
seorang guru BK menjadi cerminan tentang keadaan Berdasarkan pandangan tersebut, wajar bila siswa tidak
psikologis peserta didik ketika berhadapan dengan guru mau dating kepada guru bimbingan dan konseling, karena
BK, keadaan tersebut disebabkan oleh ketakutan, menganggap bahwa dengan dating kepada guru
kerisauan, serta kemarahan yang terus menerus dirasakan bimbingan dan konseling berarti membuka aibnya sendiri.
sehingga terbentuk sebuah anggapan bahwa guru BK Dari semua anggapan tersebut, sebaliknya dari semua
adalah sosok yang menakutkan. anggapan yang merugikan bagi dirinya sendiri, disekolah
Hal ini diperparah dengan lingkungan yang mendukung konselor pada dasarnya harus menjadi teman yang baik
terbentuknya pemikiran tersebut, masyarakat sekolah dan menjadi kepercayaan siswa serta tempat curahan hati
seperti guru mata pelajaran serta komponen lainnya seolah dan tempat yang terpenting buat siswa.
mendukung dan menjadikan guru BK sebagai momok Peran guru Bk yang seharusnya menjadi tempat yang
ketika salah satu peserta didik berbuat kesalahan, sehingga nyaman bagi peserta didik untuk berbagi cerita serta keluh
ketakutan tersebut menyebar ke seluruh peserta didik. kesah sehingga guru BK bisa memahami dan membantu
peserta didik untuk hidup lebih produktif dan menikmati
PEMBAHASAN kepuasan hidup sesuai dengan batasan-batasan yang ada,
Keberadaan Bimbingan dan konseling disekolah adalah (Shahudi Siradj, 2012: 53).
sebagai saran untuk menolong manusia yang sedang Dalam hal ini guru BK membantu peserta didik dalam
membutuhkan pertolongan dari masalah yang dihadapi mengembangkan dan memantapkan hal-hal atau
atau dari masalah yang mungkin akan dihadapi, yang permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan
artinya bimbingan dan konseling pada dasarnya berupaya hidupnya. Namun bukan hanya itu, guru BK juga
membantu individu atau siswa untuk mengatasi diharapkan mampu berperan menemukan serta
masalahnya, namun bimbingan dan konseling juga mengembangankan potensi atau bakat peserta didik yang
berfungsi melakukan usaha preventif agar individu atau belum diketahui, untuk itu diperlukan kedekatan
siswa tersebut terhindar dari masalah yang akan dihadapi. emosional diantara keduanya.
seperti dalam penjajakan awal disekolah SMA yang masih Munro, Manthei dan Small juga mendukung adanya
ada saja presepsi yang negative terhadap guru bimbingan pengembangan kompetensi komunikasi konselor yang
dan konseling. dapat menghasilkan konselor bermutu, memiliki sifat
Polisi sekolah adalah sebuah julukan yang seringkali luwes, terbuka, dapat menerima orang lain, hangat, dapat
disematkan kepada guru BK di sekolah dikarenakan guru merasakan penderitaan orang lain, dapat mengenali diri
BK kerap memberikan hukuman bagi para peserta didik dengan baik, tidak berpura-pura, tidak ingin menang
yang melanggar, bahkan julukan yang tak kalah asing pun sendiri, dan menghargai orang lain, serta memiliki sifat
turut serta disebutkan seperti Tukang Potong Rambut, objektif, (Achmad Juntika Nurihsan, 2014: 57)
Penyita, juga Satpam sekolah. Seiring perkembangan zaman, karakteristik peserta didik
Masih banyak anggapan bahwa peranan konselor juga semakin berbeda dari sebelumnya, guru BK dituntut
disekolah adalah polisi sekolah yang harus menjaga dan untuk terus mengembangkan diri baik itu melalui
mempertahankan tata tertib, disiplin, dan keamanan pelatihan maupun diskusi aktif antar sesama guru BK.
sekolah. Konselor menurut siswa itu seperti ditugaskan Namun yang paling sering dilupakan adalah
mencari siswa yang bermasalah dan diberi wewenang pengembangan keterampilan komunikasi antara guru BK
untuk mengambil tindakan bagi siswa-siswi yang terhadap peserta didik, sehingga dengan adanya
bermasalah. Konselor didorong untuk mencari macam- komunikasi yang baik diharapkan akan mampu membawa
macam bukti untuk mengakui kesalahannya, bahwa siswa hubungan yang baik di antara keduanya dan guru BK
tersebut telah melanggar dan mengakui perbuatan yang kembali kepada fungsinnya yang bukan hanya bersifat
tidak pada tempatnya atau kurang ajar. penyelesaian masalah melainkan juga pengembangan
Semua julukan yang berkonotasi negatif tersebut kompetensi peserta didik lainnya, (Dede Rahmat Hidayat,
disebabkan karena pendekatan guru BK yang salah 2013: 131).
sehingga peserta didik mempunyai pandangan yang buruk

12
13 | Stigma Guru Bimbingan Konseling, Mengubah Mainset Peserta Didik Terhadap Guru Bimbingan Konseling
Melalui Keterampilan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi merupakan bagian terpenting bagi sebuah teknis pencatatan secara sistematis seuah kejadian,
keberlangsungan suatu konseling, karena dengan perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal lain yang perlu
terjalinnya komunikasi yang baik maka akan sangat dan mendukung sebuah penelitian yang sedang dilakukan
menentukan keberhasilan konseling sehingga diharapkan ini. Kemudian teknik wawancara dalam penelitian ini
konselor atau guru BK akan mampu memposisikan diri adalah snowball (bola salju), yaitu merupakan teknik
dan menghapus stigma yang selama ini diyakini, karena sampling yang banyak dipakai ketika peneliti tidak
kualitas hubungan dapat menentukan keberhasilan dalam banyak tahu tentang populasi penelitian. Dan yang
konseling. Rogers berpendapat bahwa “dalam hubungan terakhir adalah dokumentasi dalam penelitian ini
bantuan terdapat kondisi-kondisi penting untuk terjadinya didapatkan dari dokumentasi sebuah foto dan dokumen-
perubahan kepribadian yang positif” hal ini tak lepas dari dokumen program bimbingan dan konseling yang ada
peran Guru BK selama berkomunikasi dalam konseling disekolah.
(Achmad Juntika Nurihsan, 2014: 85). Selanjutnya adalah analisis data yaitu dipenelitian ini
Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan tersebut, maka menggunakan analisis data kualitatif Bogdan dan Biklen
dapat diidentifikasihkan beberapa permasalahan antara yaitu upaya yang dilakukan peneliti adalah bekerja dengan
lain, siswa yang membuat stigma tersendiri kepada guru data, mengorganisasikan data, mencari dan menemukan
bimbingan dan konseling, siswa beranggapan bahwa pola, menemukan apa yang penting.
pekerjaan guru bimbingan dan konseling hanya untuk Uji keabsahan data dalam penelitian ini merupakan usaha
mengurusi siswa yang bermasalah, siswa mempunyai pembuktian yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan
stigma bahwa guru bimbingan dan konseli ng hanya kenyataan yag ada. Dalam penelitian ini, peneliti
mencari-cari permasalahan yang ada pada siswa, dan menggunakan teknik trianggulasi yaitu pemeriksaan
sering mengatai guru bimbingan dan konseling dengan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang diluar
kata-kata yang tidak pantas, seperti polisi sekolah dan data itu untuk pengecekan atau sebagai pendamping data
lain-lain. tersebut.

METODE PENELITIAN
PENUTUP
Metode yang digunaka dalam penelitian ini adalah
Simpulan
berjenis kualitatif deskriptif dengan menghasilkan data
Konselor sekolah atau guru BK hendaknya menjadi
deskriptif dengan menggambarkan perilaku subjek yang
pribadi yang intensional serta memiliki pengetahuan dan
diteliti. Kemudian kehadiran peneliti dalam sebuah
berbagai keterampilan yang diperlukan dalam konseling
penelitian ini, menurut Bogdan dan Biklem mengatakan
untuk memudahkan guru BK dalam menjalin hugungan
bahwa dalam penelitian kualitatif ini kehadiran peneliti
yang baik dengan peserta didik, sehingga hubungan yang
sangat penting kedudukannya, karena penelitian kualitatif
baik tersebut dapat menjadi jembatan bagi guru BK untuk
sama halnya dengan belajar kasus, maka segala sesuatu
membantu peserta didik dalam menyelesaikan semua
akan sangat bergantung pada kedudukan peneliti.
kendala dan permasalahan yang sedang dihadapi, juga
Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa data akan menghilangkan stigma yang selama ini disematkan
primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh dari kepada guru BK karena dianggap hanya sebagai
responden melalui observasi dan wawancara. Adapun penghukum bagi peserta didik yang melakukan kesalahan.
yang menjadi obyek wawancara dalam penelitian ini
adalah guru BK dan Siswa. Kemudian dalam penelitian Saran
ini juga ada penelitian sekunder yang berupa sebuah Diharapkan dalam pengembangan kompetensi guru BK
dokumentasi yang kemudiann diolah oleh peneliti untuk lebih ditekankan pada perbaikan karakakter dan
dimasukkan dalam temuan data serta peneliti juga kepribadian serta penekanan pada pelatihan
menggunakan buku refrensi sebagai data sekunder untuk pengembangan kompetensi keterampilan komunikasi
mencari teori-teori yang berkaitan dengan aspek penelitian konselor.
ini.
Dalam penelitian ini sumber dan jenis data dapat
DAFTAR PUSTAKA
ditentukan secara purposive sampling, yaitu salah satu
teknik pengambilan sampel yang sering digunakan dalam Ainur Rofiq, Arif. 2012. Keterampilan Komunikasi
sebuah penelitian. Konseling. Surabya: IAIN Press.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini Juntika Nurihsan, Achmad. 2014. Bimbingan &
menggunakan metode observasi, wawancara dan Konseling dalam Berbagai Latar Belakang
dokumentasi. Kegiatan observasi meliputi melakukan Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.

13
Jurnal Bikotetik Volume 03 Nomor 01 Tahun 2019,11-14

Juntika, A. 2005. Strategi Bimbingan dan Konseling.


Bandung: PT. RefikaAditama.
Prayitno. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Dan konseling,
Jakarya: PT. Rineka Cipta.
Rahmat Hidayat, Dede. 2013. Bimbingan Konseling
Kesehatan Mental di Sekolah. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Siradj, Shahudi. 2012. Pengantar Bimbingan &
Konseling, Surabaya: Revka Petra Media.
Siswoyo, D., dkk. 2013. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:
UNY Press.
Subagyo,Joko. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Dalam
Teori dan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

14

Anda mungkin juga menyukai