Anda di halaman 1dari 37

INSTRUMENTASI

INDUSTRI
■ Sensor Transduser
■ Signal Conditioning
(pengkondisi sinyal)




Amplifier
Filter
Signal Processing
ELEMEN
(pemroses sinyal)
➢ Multiplexing
Analog – Digital
SISTEM
INSTRUMENTASI

Converter
➢ Digital – Analog
Converter
■ Data Presentation
(display)
Pengkondisi Sinyal
PENGERTIAN
• Pengkondisian sinyal merupakan
suatu konversi sinyal menjadi bentuk
yang lebih sesuai yang merupakan
antarmuka dengan elemen-elemen
lain dalam suatu kontrol proses.
• Pengkondisian sinyal analog
Pengkondisian sinyal digital
Essential Elements

Input Output
Measurement
True value System Measured value
of variables of variables

Sensing Conditioning Processing Displaying


Element Element Element Element
PRINSIP PENGKONDISIAN
SINYAL
• Pengubahan Level Sinyal
• Linierisasi
• Konversi
• Filter dan Penyesuaian Impedansi
• Konsep Pembebanan.
Pengubahan Level Sinyal
• Penguatan
• Peredaman

Pertimbangan dalam pemilihan penguat:


• Impedansi masukan yang ditawarkan
kepada sensor (atau elemen lain yang
berfungsi sebagai masukan)
• Tanggapan frekuensi penguat.
Linierisasi
• Tujuan: untuk mendapatkan
keluaran yang berubah
secara linier terhadap
variabel masukan meskipun
keluaran sensornya tidak
linier
• Rangkaian linierisasi sulit
dirancang, dan biasanya
bekerja hanya dalam batas
yang sempit
• Cara linierisasi alternatif:
secara perangkat lunak.
Konversi
• Untuk mengkonversi suatu jenis
perubahan listrik ke jenis perubahan listrik
yang lain
• Transmisi Sinyal: konversi tegangan ke
arus. Standard: 4 sampai 20 mA
• Interface Digital: konversi sinyal analog
ke data digital (ADC). Biasanya
memerlukan pengaturan level sinyal
analog agar sesuai dengan masukan yang
diperlukan oleh ADC.
Filter dan Penyesuai Impedansi

• Sinyal yang diperlukan sering bercampur


dengan sinyal yang tidak diinginkan
(noise). Perlu filter yang sesuai, yaitu
LPF,HPF, notch filter, atau gabungan dari
filter-filter tersebut
• Penyesuaian impedansi kadang
diperlukan, yaitu apabila impedansi internal
transduser atau impedansi saluran dapat
menyebabkan terjadinya suatu kesalahan
dalam pengukuran suatu variabel.
Contoh 2.1
• Sebuah penguat mengeluarkan tegangan
sepuluh kali tegangan terminal masukannya,
dan mempunyai resistansi masukan sebesar
10 kW. Sebuah sensor mengeluarkan
tegangan yang sebanding suhu dengan
fungsi alih 20 mV/oC. Sensor tersebut
mempunyai resistansi keluaran sebesar 5
kW. Apabila suhu yang diukur sebesar 50 oC,
berapakah tegangan keluaran penguat
tersebut ?
Penyelesaian
• Tegangan sensor
T
20 mV/ oC VT Vin Gain = 10
dalam keadaan tanpa
Vo beban diperoleh dari
fungsi alih :
VT = (20mV / C )(50 C ) = 1,0V
o o

Tegangan keluaran penguat :


Vo = 10Vin = 10 (1,0V ) = 10V
Konsep Pembebanan
• Adanya pengaruh
pembebanan pada suatu
rangkaian oleh rangkaian lain
dapat menyebabkan terjadinya
ketidakpastian dalam
amplituda tegangan.
Rx

Vx Vy RL
x

 Rx   Rx 
V y = Vx − Vx   = Vx 1 − 
 RL + Rx   RL + Rx 
 RL 
= Vx   (2.1)
 RL + Rx 
dengan : Vy = tegangan beban
Vx = tegangan sensor dengan rangkaian terbuka
Rx = impedansi internal sensor
RL = impedansi beban.
Lanjutan Contoh 2.1
• Tegangan yang
5k sebenarnya muncul
T
VT Vin 10 k pada terminal
Vo
masukan penguat
adalah :
Gain = 10

 10 kW 
Vin = VT   = 0,67 V
 10kW + 5kW 
dengan Vin = 0,67 V maka besarnya
tegangan keluaran penguat adalah :
Vo = 10 (0,67V ) = 6,7V .
Latihan 2.1
• Sebuah penguat mengeluarkan tegangan
sepuluh kali tegangan terminal masukannya,
dan mempunyai resistansi masukan sebesar
100 kW. Sebuah sensor mengeluarkan
tegangan yang sebanding suhu dengan
fungsi alih 20 mV/oC. Sensor tersebut
mempunyai resistansi keluaran sebesar 10
kW. Apabila suhu yang diukur sebesar 45 oC,
berapakah tegangan keluaran penguat
tersebut ?
RANGKAIAN PASIF
• Rangkaian Pembagi Tegangan
• Rangkaian Jembatan
• Filter RC.
Rangkaian Pembagi Tegangan
Vs

• Rangkaian pembagi tegangan


R1 digunakan untuk mengkonversi
VD perubahan resistansi menjadi
perubahan tegangan
R2

R2 VS
VD = ( 2 .2 )
R1 + R2
dengan : VS = tegangan catu
R1, R2 = resistansi pembagi tegangan.
Karakteristik Rangkaian Pembagi Tegangan:

• Perubahan VD terhadap R1
maupun R2 tidaklah linier
• Impedansi keluaran efektif
rangkaian adalah kombinasi
paralel R1 dan R2
• Karena arus mengalir melalui
kedua resistor, maka rating daya
resistor maupun sensor harus
diperhatikan.
Rangkaian Jembatan Wheatstone

• Rangkaian jembatan digunakan untuk


mengkonversi perubahan impedansi
menjadi perubahan tegangan, terutama
untuk fraksi perubahan yang kecil
• Keluarannya dapat dibuat berubah di
sekitar nol, sehingga penguatan dapat
digunakan untuk memperbesar level
sinyal (guna meningkatkan sensitivitas
terhadap perubahan impedansi).
V = Va − Vb (2.3)
• dengan : Va = potensial
titik a terhadap titik c
• Vb = potensial titik b
terhadap titik c
VR3 VR4
Va = (2.4) Vb = (2.5)
R1 + R3 R2 + R4

VR3 VR4 R3 R2 − R1 R4
V = − =V ( 2 .7 )
R1 + R3 R2 + R4 ( R1 + R3 )( R2 + R4 )

V akan sama dengan nol (setimbang) bila:


R3 R2 = R1R4 (2.8).
Filter RC
• Filter RC Lolos rendah (LPF)
• Filter RC Lolos Tinggi (HPF)
• Contoh Perancangan
• Pertimbangan Praktis.
Filter RC lolos rendah (LPF)
R
• Perbandingan tegangan
keluaran dan masukan:
Vi C Vo Vo 1
= 1
(____
2.12)
Vi  f   22

1 +  f  
  C 
fC = frekuensi kritis, yaitu frekuensi dimana
perbandingan antara tegangan keluaran dan
tegangan masukan sama dengan 0,707:
1
fC = (_____
2.13)
2 RC
Tanggapan LPF
Filter RC Lolos Tinggi (HPF)
• Perbandingan antara tegangan
C
keluaran dan masukan:
Vi R Vo
VO
=
( f / fC )
 
(______
2.14)
1 + ( f / fC )
Vi 2 1/ 2

Tanggapan HPF:
Contoh 2.2
• Pulsa untuk sebuah motor step dikirimkan
pada frekuensi 2000 Hz (2 kHz). Pulsa ini
mengandung noise dengan frekuensi 60
Hz. Rancanglah sebuah filter yang
meredam frekuensi noise 60 Hz, tetapi
redamannya terhadap pulsa-pulsa untuk
motor step tidak boleh melebihi 3 dB.
Penyelesaian Contoh 2.1
P(dB) = 20 log (Vo/Vi)
Redaman 3 dB pada pulsa berarti bahwa P = -3 dB.
Oleh karena itu ,
P(dB) = 20 log (Vo/Vi) = -3
Vo/Vi = 10-3/20 = 0,707
Dari Persamaan 2.14, untuk frekuensi f = 2000 Hz:
VO
=
( f / fC )
= 0,707
Vi 
1 + ( f / fC )
2 1
/ 2

(2000 / f C ) = 0,707
1 + (2000 / fC ) 
2 1/ 2

 f C = 2000 Hz
• Misalkan C = 0,01 mF, maka dengan
menggunakan Persamaan (2.13):

1
2000 =
2 R(0,0110−6 )
R = 7,957 kW

Jadi dengan nilai C sebesar 0,01 mF maka


nilai R yang diperlukan adalah sebesar
7,957 kW.
• Pengaruh filter pada noise 60 Hz diperoleh
dengan menggunakan Persamaan (2.14),
untuk frekuensi f = 60 Hz
=
(60 / 2000)
= 0,03
(1 + (60 / 2000) )
VO / Vi
2 1/ 2

Jadi, dapat dilihat bahwa hanya 3 % dari


noise 60 Hz yang tersisa, dengan kata lain
telah teredam sebesar 97 %.
Latihan 2.2
• Pulsa untuk sebuah motor step dikirimkan
pada frekuensi 2500 Hz (2k5 Hz). Pulsa ini
mengandung noise dengan frekuensi 60
Hz. Rancanglah sebuah filter yang
meredam frekuensi noise 60 Hz, tetapi
redamannya terhadap pulsa-pulsa untuk
motor step tidak boleh melebihi 5 dB.
Contoh 2.3
• Suatu sinyal pengukuran mempunyai
frekuensi < 1kHz, dan mengandung
noise dengan frekuensi 1 MHz
• Rancanglah sebuah filter yang
meredam noise tersebut menjadi 1 %
• Bagaimana pengaruh filter tersebut
terhadap sinyal pengukuran pada
frekuensi maksimumnya (1 kHz).
Penyelesaian Contoh 2.3
• Dengan menggunakan Persamaan (2.12)
diperoleh frekuensi kritis sebagai berikut :
1
0,01 =
1 + (1MHz fC )
2 12

f C  10 kHz
Misalkan digunakan C = 0,01 mF, maka
diperoleh :
1
R= = 1,59 kW
2 (0,01mF )(10kHz )
• Untuk melihat pengaruh filter terhadap sinyal
1 kHz, dapat digunakan Persamaan (2.12) :

VO 1
= = 0,995
Vi 
1 + (0,1)
2

1/ 2

Jadi sinyal pengukuran pada frekuensi


maksimumnya hanya teredam sebesar 0,5 %.
Latihan 2.3
• Suatu sinyal pengukuran mempunyai
frekuensi < 1kHz, dan mengandung noise
dengan frekuensi 5 MHz
• Rancanglah sebuah filter yang meredam
noise tersebut menjadi 0,5 %
• Bagaimana pengaruh filter tersebut
terhadap sinyal pengukuran pada frekuensi
maksimumnya (1 kHz).
Pertimbangan Praktis
Untuk merancang filter, perlu diperhatikan :
• Setelah frekuensi kritis ditentukan, nilai-nilai
R dan C dapat dipilih yang memenuhi
Persamaan (2.13) dengan memperhatikan :
– Hindari pemilihan nilai resistansi yang terlalu kecil
/ kapasitor yang terlalu besar karena akan
menarik arus yang besar. Pada umumnya
digunakan resistansi dalam kisaran kW ke atas,
dan kapasitor dalam kisaran mF ke bawah
– Seringkali nilai frekuensi kritis yang eksak tidaklah
penting, tetapi jika memang diperlukan eksak,
biasanya lebih mudah memilih kapasitor lebih
dulu baru kemudian resistansinya disesuaikan
dengan menggunakan resistor trimmer.
Pertimbangan Praktis
• Impedansi masukan dan keluaran efektif
filter ada kemungkinan berpengaruh
terhadap rangkaian sebelum dan sesudah
rangkaian filter. Karena itu bilamana perlu
dapat digunakan suatu pengikut tegangan
• Dua filter dengan frekuensi kritis yang
sama dapat dikaskade untuk
meningkatkan ketajaman tanggapan,
dengan memperhatikan bahwa impedansi
keluaran filter pertama harus jauh lebih
kecil dibanding impedansi masukan filter
kedua, guna menghindari pengaruh
pembebanan.
SUMBER REFERENSI
• http://instrumentasi.lecture.ub.ac.id/prinsip-
pengkondisian-sinyal/
• http://all-thewin.blogspot.com/2011/10/membuat-
rangkaian-pengkondisi-sinyal.html
• https://www.tneutron.net/industri/pengkondisian-
sinyal/
• https://www.ni.com/en-tr/innovations/white-
papers/09/what-is-signal-conditioning-.html
• https://www.me.ua.edu/me360/spring05/Notes/To
pic4_Intro_to_Signal_Conditioning_sv.pdf

Anda mungkin juga menyukai