Anda di halaman 1dari 14

Nama : Tri Sukmo fajar Thaib

Nim : 431420025
Kelas : A Pendidikan Biologi
Tugas : Learning Jurnal KT II

Menurut Campbell dkk (2003), berdasarkan catatan fosil yang ada, sejarah adaptasi daratan
oleh tumbuhan terdapat empat periode utama evolusi tumbuhan. Periode tersebut merupakan
radiasi adaptif yang mengikuti evolusi struktur bagi peluang kehidupan di darat. Keempat
periode adalah sebagai berikut:

a) Periode Pertama

Periode Pertama evolusi, yaitu selama masa Ordovisian, zaman Palaeozoikum, sekitar 475
juta tahun yang silam, asal mula tumbuhan diduga berasal dari nenek moyang akuatik (alga
hijau). Adaptasi terhadap kehidupan darat (terrestrial) dibuktikan oleh adanya sporopolenin
dan gametangia berlapis yang melindungi gamet dan embrio. Adaptasi ini terjadi pada
bryofita yang merupakan tumbuhan darat pertama. Bryofita atau tumbuhan lumut ini
berkembang menjadi berbagai variasi dalam kelompoknya. Sebagian besar briofita tidak
memiliki jaringan vaskuler (air dari lingkungan berdifusi dan diserap oleh sel) , namun
beberapa briofita memiliki pembuluh pengangkut air.

b) Periode Kedua
Periode kedua Evolusi tumbuhan ditandai oleh diversifikasi tumbuhan vaskuler (tumbuhan
berpembuluh) selama masa Devon sekitar 400 juta tahun silam. Tumbuhan vaskuler awal
ini merupakan tumbuhan tak berbiji, misalnya pada jenis paku-pakuan serta kelompok
tumbuhan tak berbiji lainnya.

Fosil paku-pakuan
c) Periode Ketiga
Periode ketiga evolusi tumbuhan dimulai dengan kemunculan biji, yaitu struktur yang
melindungi embrio dari kekeringan dan ancaman perubahan lingkungan. Kemunculan
tumbuhan biji ini mempercepat perluasan kolonisasi tumbuhan di daratan. Biji tumbuhan
terdiri atas embrio dan cadangan makanan yang terlingdung oleh suatu penutup. Tumbuhan
vaskuler berbiji muncul kira-kira 360 juta tahun yang lalu dengan kemunculan
Gymnospermae (Bhs. Yunani: Gymnos = “terbuka” atau “telanjang” ; spermae = benih atau
biji). Gymnospermae, terdiri atas Konifer dengan berbagai variasi jenisnya. Konifer dan
paku-pakuan mendominasi kehidupan di hutan belantara selama lebih dari 200 juta tahun.

Fosil konifer

d) Periode Keempat
Periode Keempat dalam evolusi tumbuhan terjadi pada masa Kreta, zaman Mesozoikum
sekitar 130 juta tahun yang lalu. Periode ini ditandai dengan kemunculan tumbuhan
berbunga yang memiliki struktur reproduksi yang agak rumit di mana biji dilindungi oleh
ruangan yang disebut ovarium. Karena biji terlindung sedemikian rupa maka kelompok ini
disebut Tumbuhan berbiji tertutup atau Angiospermae (Bahasa Yunani : Angion =“wadah”;
spermae = benih atau biji).
Waktu Geologi Yang Menceritakan Tentang Evolusi Tumbuhan

a) Zaman Arkeozoikum (4,5 – 2,5 milyar tahun yang lalu)


Arkeozpoikum artinya jaman kehidupan purba yang merupakan masa awal pembentukan batuan
kerak bumi yang kemudian berkembang menjadi protokontinen. Batuan masa ini ditemukan di
beberapa bagian dunia yang lazim disebut kraton/perisai benua. Batuan tertua tercatat berumur kira-
kira 3.800.000.000 tahun. Masa ini juga merupakan awal muncul kehidupan primitif di dalam
samudera berupa mikroorganisme (bakteri dan ganggang). Fosil tertua yang telah ditemukan adalah
fosil Stromatolit dan Cyanobacteria dengan umur kira-kira 3.500.000.000 tahun.
Ilustrasi zaman arkeozoikum
b) Zaman Proterozoikum (2,5 milyar - 290 juta tahun lalu)
Proterozoikum artinya jaman kehidupan awal. Jaman Proterozoikum merupakan awal terbentuknya
hidrosfer dan atmosfer. Pada masa ini kehidupan mulai berkembang dari organisme bersel tunggal
menjadi bersel banyak. Menjelang akhir masa ini organisme lebih kompleks, jenis koral mulai
muncul di laut-laut dangkal, yang bukti-buktinya dijumpai sebagai fosil sejati pertama. Zaman
Arkeozoikum dan Proterozoikum bersama-sama dikenal sebagai masa Pra-Kambrium.

Koral
c) Periode Kambrium (590-500 juta tahun lalu)
Kambrian/Kambrium berasal dari kata “Cambria” nama latin untuk daerah Wales di Inggris, dimana
batuan berumur kambrium pertama kali dipelajari. Fosil yang umum dijumpai dan penyebarannya
luas adalah Alga, Sepon, Koral.

Fosil Yuknessia yaitu Makroalgae berdaun tipis seperti daun palem hijau menyerupai rumput laut
modern
d) Periode Ordovisium (500 - 440 juta tahun lalu)
Koral dan Alga berkembang membentuk karang, dimana trilobit dan Brakiopoda mencari mangsa.
Graptolit dan Trilobit melimpah, sedangkan Ekinodermata dan Brakiopoda mulai menyebar.

Karang

e) Periode Silurian (440 - 410 juta tahun lalu)


Periode silur merupakan waktu peralihan kehidupan dari air ke darat. Tumbuhan darat mulai muncul
pertama kalinya termasuk Pteridofita (tumbuhan paku).
f) Periode Devon (410-360 juta tahun lalu)
Periode Devon merupakan zaman perkembangan besar-besaran tumbuhan darat. Tumbuhan darat
semakin umum dan muncul serangga untuk pertama kalinya.
g) Periode Karbon (360 - 290 juta tahun lalu)
Pohon pertama muncul, jamur Klab, tumbuhan ferm dan paku ekor kuda tumbuh di rawa-rawa
pembentuk batubara. Pada zaman ini benua-benua di muka bumi menyatu membentuk satu masa
daratan yang disebut Pangea.

F
F

h) Periode Perm (290 -250 juta tahun lalu)


“Perm” adalah nama sebuah propinsi tua di dekat pegunungan Ural, Rusia.
Reptilia meningkat dan serangga modern muncul, begitu juga tumbuhan konifer dan Grikgo primitif.
Periode perm diakhiri dengan kepunahan micsa dalam skala besar, Tribolit, banyak koral menjadi
punah.
i) Periode Trias (250-210 juta tahun lalu)
Tumbuhan sikada mirip palem berkembang dan konifer menyebar. Benua Pangea bergerak ke utara
dan gurun terbentuk. Lembaran es di bagian selatan mencair dan celah-celah mulai terbentuk di
Pangea.
j) Periode Jura (210-140 juta tahun lalu)
Tumbuhan Konifer menjadi umum, sementara Bennefit dan Sequola melimpah pada waktu ini.
Pangea terpecah dimana Amerika Utara memisahkan diri dari Afrika sedangkan Amerika Selatan
melepaskan diri dari Antartika dan Australia.
k) Jaman Kapur (140-65 juta tahun lalu)
Tumbuhan berbunga mulai berkembang menjadi banyak bentuk yang berlainan.
l) Periode Tersier (65 - 1,7 juta tahun lalu)
Periode Tersier terdiri dari Epoch Miosin, Pliosin, Eosin dan Paleosin. Tumbuhan berbunga pada
Periode Tersier terus berevolusi menghasilkan banyak variasi tumbuhan, seperti semak belukar,
tumbuhan merambat dan rumput. Pada Periode Tersier - Kuarter, pemunculan dan kepunahan hewan
dan tumbuhan saling berganti seiring dengan perubahan cuaca secara global.
m) Periode Kuarter (1,7 juta tahun lalu - sekarang)
Periode Kuarter terdiri dari kala/epoch Pleistosen dan kala/epoch Holosen. Epoch Pleistosen mulai
sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan berakhir pada 10.000 tahun yang lalu. Kemudian diikuti oleh
Epoch Holosen yang berlangsung sampai sekarang. Flora dan fauna yang hidup pada Epoch
Pleistosen sangat mirip dengan flora dan fauna yang hidup sekarang

Beberapa kejadian utama evolusi tumbuhan (Sumber: Campbell, 2003) :


1. Karofita
Selama beberapa dekade ahli sistematik telah mengakui bahwa alga hijau protista
fotosintetik yang paling dekat kekerabatannya dengan tumbuhan. Terdapat keanekaragaman
yang sangat besar pada alga hijau, sehingga penelitian terbaru menfokuskan pada kelompok
organisme akuatik yang merupakan kerabat alga terdekat bagi kingdom tumbuhan.
Sekarang banyak sekali bukti yang mengarah pada alga hijau yang disebut karofita. Dengan
membandingkan ultrastruktur sel, biokimia dan informasi hereditas (DNA dan RNA serta
produk proteinnya) para peneliti telah menemukan homologi antara karofita dan tumbuhan
diantaranya, yaitu :
a) Kesamaan DNA kloroplas alga hijau karofita dengan tumbuhan
b) Kesamaan biokimiawi, yaitu komponen selulosa penyusun dinding sel dan komposisi
enzim peroksisom pada alga dan tumbuhan
c) Kemiripan dalam mekanisme mitosis dan sitokinesis, yaitu adanya organel-organel
mikrotubul, mikrofilamen aktin dan vesikula pada proses pembelahan sel.
d) Kemiripan dalam ultra struktur sperma
e) Adanya hubungan kekerabatan (genetik) berdasarkan kesamaan gen dan RNA.

Karofita yang diwakili oleh ganggang karangan (Characeae) menunjukkan bahwa karofita
dan tumbuhan memiliki nenek moyang yang sama. Karofita modern umumnya hidup di
perairan dangkal, sementara karofita primitif diduga juga telah hidup di air dangkal yang
mudah terancam kekeringan. Seleksi alam terjadi sehingga alga ini bertahan hidup di laut
dangkal. Perlindungan terhadap embrio yang berkembang di dalam gametangia merupakan
cara adaptasi terhadap kekeringan, dan ternyata cara ini berguna pada saat mereka hidup di
darat. Sejumlah karofita kuno yang hidup pada sekitar saat daratan pertama kali dihuni,
kemungkinan telah menempati habitat dangkal yang dapat mengalami kekeringan. Seleksi
alam telah memungkinkan karofita beradaptasi dengan melindungi gamet dan embrio pada
gametangia.

Ganggang hijau Cyanobacter Choleochaete

2. Briofita
Briofita menunjukkan adaptasi penting yang pertama kali membuat perpindahan ke daratan
menjadi mungkin. Karakteristik yang dimilik briofita di mana gamet berkembang dalam
gametangia, pembuahan sel telur dan embrio yang berkembang dalam organ betina. Dengan
kondisi ini, briofita tidak sepenuhnya terbebaskan dari habitat perairan nenek moyangnya.
Oleh karena, briofita memerlukan air untuk bereproduksi (sperma memiliki flagel untuk
berenang ke sel telur). Sebagian besar briofita tidak memiliki jaringan pembuluh angkut,
sehingga terjadi proses imbibisi dalam mengambil air dan proses difusi dalam penyebaran
air ke seluruh tubuhnya lambat. Briofita tidak memiliki jaringan yang diperkuat oleh lignin
yang menyokong tumbuhan tinggi di daratan. Meskipun dapat merentang secara horizontal
di atas permukaan tanah, briofita selalu menempati profil yang rendah. Sebagian besar
tingginya hanya 1-2 cm, dan yang paling besarpun kurang dari 20 cm. Terdapat tiga divisi
pada briofita yaitu :
a) Divisi Lumut Daun (Divisi Bryofita)
Lumut daun merupakan bryofita yang sangat dikenal, tumbuhan lumut ini hidup
berkelompok seperti hamparan yang lunak yang bersifat menyerap air. Masing-masing
tumbuhan memiliki rhizoid (rhiza= akar;-oid= mirip) sebagai alat untuk melekat pada
substrat. Lumut daun mempunyai bagian yang mirip akar, mirip daun dan mirip batang.
Bagian “akar”, “batang”, dan “daun” ini memang berbeda strukturnya dengan akar,
batang, dan daun sejati pada tumbuhan tinggi. Namun bagian “daun” –nya dapat
menyelenggarakan fotosintesis. Lumut daun berukuran kecil (pendek), meski demikian,
hamparan Sphagnum (lumut gambut) yang sangat tebal dapat menutupi kira-kira 3 %
permukaan bumi kita. Sphagnum yang mati di tanah yang basah menyimpan karbon
organik yang tak mudah diuraikan oleh mikroba
b) Divisi Lumut hati (Divisi Hepatofita)
Lumut hati banyak tumbuh di hutan tropika yang sarat dengan keanekaragaman Disebut
lumut hati karena tubuhnya terdiri dari beberapa lobus yang mengingatkan kita pada
lobus hati. Siklus hidupnya mirip dengan lumut daun yaitu memiliki fase seksual dan
aseksual. Secara aseksual dengan membentuk Gemmae yang terdapat di
dalam”mangkuk” dan kemudian akan terpental ke luar dari mangkuk oleh tetesan air
hujan.
c) Divisi Lumut tanduk (Anthoserofita)
Lumut ini disebut lumut tanduk karena sporofitnya membentuk kapsul yang memanjang
mirip tanduk. Berdasarkan penelitian asam nukleat diperoleh bukti bahwa lumut tanduk
merupakan kelompok bryofita yang paling dekat kekerabatannya dengan tumbuhan
vaskuler. Ketiga divisi bryofita tersebut telah berhasil hidup di darat dan beradaptasi
selama lebih dari 450 juta tahun. Bahkan diyakini bahwa pada 50 juta tahun pertama
sejak lahirnya komunitas darat, lumut merupakan satu-satunya tumbuhan yang
mendominasi daratan.
Contoh Bryofita

3. Tumbuhan vaskuler tak berbiji

Cooksonia
Tumbuhan awal
Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa adaptasi briofita terhadap kehidupan darat
meliputi gametangia, embrio, dan spora berdinding sporollenin. Stomata juga dievolusikan
pada briofita dan beberapa briofita memiliki kutikula yang mirip dengan kutikula tumbuhan
vaskuler. Tumbuhan memiliki asal usul dari monofiletik dari alga hijau. Tumbuhan vaskuler
menambahkan adaptasi baru terhadap kehidupan darat pada adapatasi yang telah
berkembang sebelumnya pada briofita.
Tubuh sebagian besar tumbuhan vaskuler berdiferensiasi menjadi system akar di bawah
permukaan tanah, yang menyerap air dan mineral dan system tunas batang dan daun di atas
pemukaan tanah, tempat fotosintesis berlangsung. Kedua jaringan penghantar system
pembuluh disebut xylem dan floem. Adaptasi darat penting yang lain adalah lignin yang
tertanam keras dalam matriks selulosa dinding sel yang memberikan sokongan mekanisme.
Fosil tumbuhan vaskuler yang tertua adalah Cooksonia, yang jika dibandingkan dengan
briofita hanya memperlihatkan dua perubahan penting. Pertama, sporofit merupakan tahap
dominan pada tumbuhan vaskuler awal, sedangkan gametofit tahapan dominan pada
briofita. Kedua, sporofit pada Cooksonia bercabang dan menyebabkan meningkatnya
jumlah sporangia dan spora yang dapat dihasilkan. Tiga divisi dalam tumbuhan vaskuler tak
berbiji adalah :
a) Divisi Lycophyta (likofita)
Paku likofita berevolusi selama masa Devon dan mendominasi daratan selama masa
Karbon. Pada masa itu, divisi Lycophyta berevolusi menjadi dua kelompok yaitu:(1)
Kelompok yang berevolusi menjadi pohon berkayu dengan diameter batang 2 meter dan
tinggi lebih dari 40 meter. (2) Kelompok yang tetap berukuran kecil, berbentuk herba
(tak berkayu), contohnya Lycopodium (paku “lumut”, “paku kawat”, ”pinus tanah”).
Spesies Lycophyta raksasa mendominasi rawa Karboniferous selama jutaan tahun, dan
kemudian punah ketika terjadi perubahan suhu di bumi dan rawa-rawa mengering pada
akhir periode Karbon. Spesies Lycophyta yang berukuran kecil hidup dekat permukaan
tanah di dasar hutan atau hidup sebagai epifit pada pohon lain. Penyebarannya mulai dari
hutan beriklim sedang hingga hutan tropika.

b) Divisi Sphenophyta (paku ekor kuda)


Kelompok sphenophyta dikenal sebagai paku ekor kuda ( horse tail), contohnya Equisetum.
Tumbuhan paku ini termasuk kelompok tumbuhan vaskuler primitif yang telah menghuni
daratan sejak masa Devon.Kelompok ini mendominasi daratan pada masa karbon, beberapa
spesies diantaranya mencapai tinggi 15 meter. Paku ekor kuda yang bertahan hingga masa
kini adalah genus tunggal. Equisetum dengan kira-kira 15 spesies yang tersisa. Hidup di
bumi belahan utara hingga daerah tropika di tepian aliran sungai. Paku ekor kuda merupakan
paku homospora.Tumbuhan yang terlihat adalah generasi sporofit. Pembelahan meiosis
terjadi di dalam sporangia dan menghasilkan spora haploid. Gametofit berkembang dari
spora, berukuran sangat kecil hanya beberapa millimeter saja.
c) Divisi Pterophyta (Pakis)
Divisi ini sangat beranekaragam, dikenal sebagai “pakis” dengan jumlah spesies lebih dari
12.000 spesies yang hidup hingga masa kini. Jumlah spesies sterbanyak terdapat di daerah
tropika, tetapi ada beberapa spesies yang hidup di daerah beriklim sedang. Daun pakis
berukuran besar, berbeda dengan daun lycophyta. Diduga bentuk daun mengalami evolusi,
setiap daun pakis yang disebut megafil kemungkinan berasal dari beberapa daun-daun kecil
yang berdekatan. Daun pakis merupakan daun majemuk, ketika masih muda menggulung
dan ujungnya membentuk seperti ujung biola, dan kemudian berangsur sempurna seiring
dengan membukanya gulungan daun tersebut. Ada pohon pakis yang berukuran besar yang
hidup di daerah tropika, misalnya “pakis haji”.

4. Gymnospermae
Gymnospermae kemungkinan merupakan keturunan dari progymnosperma yang pada
mulanya tumbuhan tak berbiji. Akan tetapi pada akhir masa Devon, biji telah dievolusikan.
Evolusi biji dikaitkan dengan megasporangium di mana pada tumbuhan berbiji bukanlah
suatu ruangan, akan tetapi sebaliknya merupakan struktur berdaging padat yang disebut
nusellus. Pada tumbuhan berbiji, keseluruhan struktur integumen, megasporangium, dan
megaspore membentuk ovul yang disebut bakal biji. Di dalam bakal biji tersebut, gametofit
betina berkembang di dalam dinding megaspore dan disuplai makanan oleh nusellus. Jika
tejadi pembuahan, maka zigot akan berkembang menjadi embrio sporofit dan disebut biji.
Ketika biji lepas dari integument, biji dapat dorman sampai pada kondisi yang
memungkinkan biji berkecambah.
Dalam sejarah kehidupan, pembentukan superkonteinen Pangea pada masa premium, telah
menimbulkan perubahan dramatis pada flora dan fauna. Banyak yang menghilang, dan
banyak yang muncul sebagai pengganti. Perubahan dominasi pun terjadi baik di lautan
maupun di daratan. Seperti likofit, paku ekor kuda dan pakis digantikan oleh gymnospermae
yang lebih cocok dengan iklim kering. Sampai saat ini terdapat empat divisi gymnospermae
yang tetap bertahan hidup yaitu :
a) Cycadophyta
Cycadophyta adalah kelompok tumbuhan yang anggotanya berbeda satu sama lainnya.
Salah atu contohnya adalah Cycas yang tubuhnya menyerupai tanaman palem. Sebagian
besar dari kelompok ini hidup di daerah tropis dan subtropics. Pada umumnya anggota
Cycadophyta adalah tanaman yang berukuran besar, beberapa jenis dapat mencapai tinggi
sampai 18 meter atau lebih. Batangnya tertutup oleh dasar dari daun yang gugur. Daun
Cycadophyta yang fungsional mengelompok berupa roset yang ada di ujung batang
sehingga menyerupai tanaman palem. Struktur reproduksinya berupa daun-daun mereduksi
yang mendukung sporangia dan mengelompok pada suatu aksis membentuk struktur seperti
kerucut. Strobilus jantan dan betina berada pada tanaman yang berbeda sehingga
penyerbukannya lewat angin.
b) Ginkgophyta
Salah satu anggotanya adalah Ginkgo biloba, tanaman ini mudah dikenali karena bentuk
daunnya seperti kipas dengan tulang daunnya yang bercabang menggarpu. Tingginya dapat
mencapi 30 meter atau lebih, tanaman ini bersifat desiduos, daunnya berubah menjadi
berwarna keemasan sebelum gugur. Gynkgophyta mempunyai ovulum dan mikrosporangia
yang terdapat pada individu yang berlainan. Ovulumnya berpasangan pada ujung cabang
pendek dan ketika masak menghasilkan biji yang berdaging.
c) Coniferophyta
Pinus merupakan marga yang paling popular diantara anggota Gymnospermae lainnya.
Pinus mempunyai susunan daun yang unik, yaitu pada saat serupa semaian mempunyai
susunan daun spiralis dan berupa daun tunggal. Akan tetapi ketika berumur satu atau dua
tahun daun yang berupa jaru terebut berubah menjadi tersusun dalam suatu berkas atau
fasikulus. Setiap fasikulus terdiri dari satu sampai delapan daun jarum tergantung jenisnya.
Dilihat dari struktur anatomisnya daun pinus sangat cocok untuk tumbuh di daerah kering.
Beberapa cirinya adalah sebagai berikut : epidermisnya tertutup oleh kutikula tebal,
epidermisnya tebal dan rapat, hipodermisnya tersusun oleh sel-sel yang berdinding tebal,
selain itu stomatanya tenggelam. Pinus seperti anggota Conifer lainnya menghasilkan
strobilus jantan dan betina pada satu pohon. Biasanya strobilus jantan tmbuh pada cabang
yang lebih rendah daripada cabang strobilus betina. Pada beberapa jenis pinus kedua jenis
strobilus ini tumbuh pada cabang yang sama dengan strobilus betina tumbuh dekat ujung
cabang. Strobilus betina mempunyai ukuran lebih besar dan kompleks daripada strobilus
jantan. Meskipun beberapa anggota Conifer lain tidak mempunyai daun jarum dan berbeda
dalam system reproduksinya tetapi Conifer merupakan kelompok yang relatif homogen.
d) Gnetophyta
Divisi ini meliputi 3 genera yaitu Gnetum, Epedhra, Welwitschia. Gnetum mempunyai 30
jenis meliputi tumbuhan yang berupa pohon dan merambat dengan daun yang tebal dan
besar seperti kulit, menyerupai daun tumbuhan dikotil. Tumbuh di daerah tropis. Ephedra
meliputi 35 jenis, pada umumnya berupa tumbuhan semak dengan daun kecil seperti sisik
dan batang bersambungan satu sama lainnya. Tumbuh didaerah kering atau gurun.
Welwitschia merupakan tumbuha berpembuluh paling aneh. Sebagian besar tubuhnya
teertanam dalam tanah berpasir. Bagian yang muncul di atas tanah berupa cakram besar
berkayu berbentuk konkaf dengan dua daun yang berbentuk pita. Cabang yang
menghasilkan strobilus tumbuh dari jaringan meristem yang ada di bagian tepi cakram.
Banyak ditemukan di gurun. Anggota Gnetophyta mempunyai karakteristik seperti
tumbuhan Angiospermae, misalnya antara strobilusnya dengan bunga majemuk pada
Angiospermae, adanya trakea di dalam xilemnya, serta tidak adanya arkegonia pada Gnetum
dan Welwitschia.

5. Angiospermae
Saat ini angiospermae merupakan tumbuhan yang paling beraneka ragam dan tersebar luas.
Saat ini dikenal 250.000 spesies angiospermae, dan ditempatkan dalam divisi tunggal yaitu
Anthophyta. Anthophyta terdiri atas dua kelas yaitu monokotiledon dan dikotiledon.
a) Kelas Monokotiledon
Ciri : mempunyai satu kotiledon, akarnya serabut, batang biasanya tidak bercabang dan
tidak membesar karena tidak mempunyai kambium, berkas pembuluh pada batang tersebar
atau tidak teratur. Daunnya memiliki pertulangan sejajar atau melengkung.
Tumbuhan yang termasuk ke dalam golongan ini banyak berperan dalam kehidupan
manusia. Makanan pokok seperti beras/padi, jagung dan sagu termasuk anggota tumbuhan
monokotil. Buah-buahan seperti salak, siwalan, dan pinang termasuk anggota kelompok ini.
Tanaman hias contohnya anggrek gladiol, lili, dan bunga bakung. Contoh lainnya adlaah
genjer (limnocharis flava), talas ( Colocasia esculenta), dan anggrek kasut lurik
(Paphiopedilum tonsum).
b) Kelas Dikotil
Ciri: mempunyai dua kotiledon atau daun biji didalam embrio, akarnya tunggang, batang
mempunyai kambium, pada tumbuhan berkayu dapat terlihat adanya aktivitas kambium
melalu pembesaran diameter batang. Berkas pembuluh pada batang tersusun dalam
lingkaran mengelilingi empulur ditengahnya. Daunnya memiliki pertulangan daun menjala,
menyirip atau menjari. Bagian bunga umumnya kelipatan 4 atau 5.
Selama masa evolusi angiospermae, xilem merupakan bagian yang lebih terspesialisasi.
Xilem diduga berkembang dari sel-sel trakeid yang pada gymnospermae berperan
menghantarkan air. Pada angiospermae, sel trakeid berkembang menjadi sel-sel yang lebih
pendek, dan lebih luas yang disebut unsur pembuluh. Unsur pembuluh membentuk saluran
yang bersambung yang lebih terspesialisasi. Xilem diperkuat dengan serat (fiber) yang juga
berkembang dari trakeid.
Selain spesialisasi xilem, faktor terbesar perkembangan angiospermae adalah evolusi bunga.
Bunga memiliki tingkat efisiensi reproduksi yang sangat tinggi pada tumbuhan. Bunga
adalah tunas yang mampat dengan empat lingkaran daun yang termodifikasi menjadi
kelopak, mahkota, benang sari, dan putik.
Kemunculan radiasi tumbuhan berbunga, menyebabkan bentang alam bumi berubah secara
dramatis. Nenek moyang angiospermae masih belum dipastikan, tetapi hasil analisis
kladistik pada ciri homolog menunjukkan gimnospermae dari divisi Gnetophyta sebagai
kerabat paling dekat dengan angiospermae. Fosil tertua angiospermae ditemukan pada
batuan awal masa Kretaseus yang berusia sekitar 130 juta tahun.

Adaptasi struktural, kimiawi dan reproduksi yang memungkinkan tumbuhan mendiami daratan

Semua tumbuhan, adalah eukoriota multiseluler yang merupakan autotrof fotosintetik. Akan tetapi,
tidak semua organisme dengan karakteristik seperti ini disebut tumbuhan, karakteristik tersebut juga
berlaku bagi beberapa alga termasuk alga laut cokelat raksasa yang diklasifikasikan sebagai protista.
Sel-sel tumbuhan memiliki dinding sel yang terbuat dari selulosa, dan tumbuhan menyimpan kelebihan
karbohidrat dalam bentuk pati. Akan tetapi , karakteristik yang sama dimiliki juga oleh sejumlah alga.
Bahkan tumbuhan memiliki lebih banyak lagi persamaan karakteristik dengan kerabat terdekat
tumbuhan dari kelompok alga, yaitu alga hijau. Sebagai contoh, kloroplas alga hijau dan tumbuhan
mengandung klorofil b sebagai suatu pigmen asesoris fotosintetik. Cara yang dapat kita lakukan untuk
membedakan tumbuhan dengan alga multiseluler, pertama yang kita definisikan sebagai tumbuhan
hampir semuanya merupakan organism daratan, meskipun beberapa tumbuhan, seperti teratai, telah
kembali secara sekunder ke air selama evolusinya. Hidup di darat menimbulkan permasalahan yang
sangat berbeda dibandingkan dengan hidup di air, dan kumpulan adaptasi structural, kimiawi Dan
reproduksi terhadap kehidupan darat inilah yang membedakan tumbuhan dari alga.

Di habitat darat, sumber daya yang diperlukan organisme fotosintetik tersedia di dua tempat yang sangat
berbeda, cahaya dan karbon dioksida sebagian besar tersedia di atas permukaan tanah, sementara air
dan nutrien mineral sebagian besar ditemukan dalam tanah dengan demikian, tumbuh tumbuhan yang
kompleks menunjukan derajat spesialisasi struktural yang beraneka ragam pada organ-organ berada di
tanah , yaitu akardan di atas permukaan tanah tunas yang akan menjadi daun, pada sebagian besar
tumbuhan, pertukaran karbondioksida dan oksigen antara atmosfer dan bagian dalam yang
berfotosontetik terjadi melalui stomata (daun mulut) yaitu pori mikroskopik yang melalui permukaan
daun.

Adaptasi darat struktur tumbuhan dilengkapi dengan adaptasi kimiawi. Sebagai contoh bagian
tumbuhan yang berada diatas permukaan tanah pada sebagian besar tumbuhan, seperti daun, memiliki
suatu lapisan berlilin yang disebut kutikula (cuticle) yang membantu mencegah terjadinya kehilangan
air secara berlebihan, yang merupakan masalah utama pada kehidupan tumbuhan di darat. Lilin pada
kutikula adalah contoh produk sekunder, dinamakan demikian karena senyawa tersebut tidak dihasilkan
oleh jalur metabolisme utama yang sama pada semua tumbuhan. Asam amino yang disintesis oleh
tumbuhan adalah contoh produk primer, seperti juga halnya selulosa. Produk primer adalah produk jalur
metabolisme yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan semua tumbuhan. Produk
sekunder disintesis oleh cabang samping jalur metabolisme utama dan menghasilkan senyawa-senyawa
yang esensial bagi kelangsungan hidup tumbuhan .tetapi bukan merupakan yang terpenting bagi
kebutuhan metabolik dasarnya. Seperti fotosintesis. Sintesis asam amino, dan produksi selulosa.
Sebagian besar produk sekunder sangan khas bagi spesies tumbuhan atau kelompok spesies tertentu,
seperti famili tumbuhan.

Banyak di antara produk sekunder membantuu melindungi tumbuhan terhadap kerusakan yang
berlebihan oleh herbovora. Sebagai contoh tumbuhan dari famili milkweed menghasilkan glikosida
kardiak. Racun yang rasanya sangat tidak enak bagi vertebrata dan mengganggu fungsi jantung
vertebrata herbivora jika dikonsumsi. Produk sekunder lain seperti lilin pada kutikula tersebar lebih luas
pada kingdom tumbuhan. Contoh lain produk sekunder sebagai adaptasi kehidupan darat adalah lignin,
yaitu bahan yang mengeraskan dinding sel jaringan “ berkayu” pada tumbuhan.

Suatu produk sekunder yang secara khusus penting dalam perjalanan evolusioner tumbuhan kedarat
adalah sporopollen, yaitu suatu polimer yang resiten terhadap hampir semua jenis kerusakan
lingkungan. Pada kenyataannya, catatan fosil tumbuhan sebagian besar ada berkat ketahanan
sporopollenin, lignin, dan bahan –bahan berkutikula. Sporopollen muncul pertama kali bukan pada
tumbuhan, karena sporopollen juga ditemukan pada dinding zigot yang resisten pada beberapa alga.
Tetapi sporopollen merupakan yang paling kuat di antara semua bahan yang silibatkan oleh tumbuhan
untuk meningkatkan reproduksi di darat, tempat resintensi terhadap lingkungan yang keras merupakan
tantangan yang sangat menentukan. Tumbuhan memiliki sporopollenin pada dinding sporanyadan pada
tumbuhan yang meiliki polen juga memiliki sporopollenin dalam selubung butir polen yang berstektur
(asal nama sporopollenin). Disini kita melihat suatu keadaan saling mempengaruhi antara adaptasi
struktur, kimiawi, dan reproduksi untuk kehidupan darat kemudian kita akan mengkaji adaptasi
reproduksi yang barangkali paling berperan dalam pendefenisian kingdom tumbuhan.

Referensi :

Academia.edu/19511890/Evolusi_Tumbuhan. Tri Rahmaeti, 2015 Universitas Nasional Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai