Oleh,
I Dewa Putu Wijana
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Email: idp_wijana@yahoo.com
Abstract
This article is intended to describe the characteristics of language used in popular scientific
discourse, and its differences from ones usually found in pure scientific articles. A close and
careful examination through some amount of data extracted from Intisari, one of the most popular
scientific megazines in Indonesia, shows that the use of language in the popular megazine is
considerably different from those generally exploited in more serious scientific articles. The
differences include the use of long and short sentence combinations, reported speech, pronouns,
simele and metaphor, diction, conjuction and other syntactic constituent ellipsis, and anecdotes
and play on word. The popular style is important to master, especially by anyone who are involved
and interested in popular writing activities. Accordingly, the standard variation is not the only
style to teach in langage learning.
19
Journal Arbitrer, Vol. 1 No. 1 Oktober 2013
20
I Dewa Putu Wijana
21
Journal Arbitrer, Vol. 1 No. 1 Oktober 2013
elemen bahasa yang lebih kecil di dalam Bagaimanakah ciri-ciri kalimat yang
teks telah pula dilakukan oleh beberapa ringkas dan mudah ditangkap? Apakah
Ahli. Pagano (1996, 250) misalnya yang dimaksud dengan kata-kata pemanis
membahas pemakaian bentuk negatif dan ciri-ciri alinea beruntun yang
dalam teks berbahasa Inggris, dan memikat, serta nada penulisan yang
penerapannya dalam bahasa Indonesia bersahabat? Kesemua ini masih
dilakukan oleh Triyoko. Sementara itu, memerlukan pembahasan yang lebih
McCarthy (1996) dan Fries (1996) secara terinci.
berturut-turut membahas pemakaian It,
this, dan that dan struktur tema (theme) 3. Landasan Teori
dan rema (rheme) sebuah teks.
Dalam berbagai teori kebahasaan yang
Tulisan yang paling lengkap menguraikan mempertimbangkan konteks situasi,
perihal wacana ilmiah populer dalam hampir tidak terbantah bahwa konteks
bahasa Indonesia adalah karya Soeseno ekstralingual merupakan faktor yang
(1995). Dalam bukunya yang berjudul sangat penting yang mempengaruhi wujud
Teknik Penulisan Ilmiah populer: Kiat bahasa seseorang. Di antara sejumlah
Menulis Nonfiksi untuk Majalah dibahas faktor yang disebutkan, dapat dipastikan
berbagai hal teknis dan teoretis mengenai bahwa faktor partisipan, khususnya lawan
tulisan dan penulisan karya ilmiah tutur merupakan salah satu faktor yang
populer, mulai dari batasan dan terpenting (periksa Leech, 1983, Hymes,
perbedaannya dengan jenis-jenis tulisan 1974, Wijana 1996). Hymes dalam teori
yang lain, persiapan penulisan, teknik komponen tuturnya “SPEAKING”
menulisnya, struktur wacananya, termasuk memasukkan lawan tutur sebagai bagian
pula penggunaan bahasanya yang khas. dari partisipan. Sementara itu, Firth
Khusus berkaitan dengan bahasa karya seperti yang dikutip oleh Halliday &
ilmiah populer dikatakan bahwa bahasa Hasan (1985) menggolongkannya sebagai
itu harus cepat ditangkap (dipahami) bagian dari pelibat. Dalam teori ranah
karena bebas kata pemanis dan dituturkan (domain), Fishman secara tegas
dengan kalimat yang hemat kata. Selain membatasi konsep ranah ini sebagai
itu menurut Soeseno bahasa tulisan ilmiah pemakaian bahasa yang kekhususannya
populer harus ringkas dan jelas, lengkap dicirikan oleh berbagai faktor, dan salah
dan teliti, kalimat-kalimatnya pendek, satu faktor itu adalah orang-orang yang
alineanya beruntun dan memikat, dan terlibat di dalam interaksi. Sehubungan
nada penulisannya bersahabat. Hanya saja dengan itu, walaupun permasalahan atau
yang belum diuraikan secara jelas dalam topik yang hendak dikemukakan sama
tulisan ini bagaimana kekhasan bahasa atau hampir sama dengan yang terdapat
ilmiah populer itu bila dilihat dan dalam wacana ilmiah murni, wacana
dijelaskan secara linguistis. ilmiah populer tentu akan memiliki
22
I Dewa Putu Wijana
bentuk-bentuk kebahasaan yang khas dan akrab, sering kali ditemui sehingga
sebagai konsekuensi perbedaan tipe tidak mudah memposisikan genre wacana
interaksinya, dan kekhususan bentuk- ini dengan kerangka teori Joss tersebut.
bentuk kebahasaannya merupakan ciri Hal yang serua akan dialami bila
genrenya. Di dalam aktivitas tulis- seseorang hendak menerapkan teori
menulis, pembaca yang secara tidak fungsi bahasa yang dikemukakan oleh
langsung berhadapan dengan penulis, Jakobson karena sering kali dalam
selalu dibayangkan keberadaannya. kenyataannya sebuah teks menampakkan
Pembaca-pembaca itu menurut konsepsi beberapa fungsi komunikatif (Holmes,
Coulthard disebut imagined readers. 1992) .
Untuk ini perhatikan kutipan berikut ini:
4. Metode
“As I create (this) text I have no way of
knowing anything about you, my Data-data yang disajikan dalam makalah
current reader, nor of when or where ini diambilkan dari artikel-artikel ilmiah
you will read my text. Thus, I cannot populer yang dimuat dalam majalah
create my text with you in mind, I Intisari, majalah yang selama ini cukup
cannot take into account what you dikenal sebagai media yang banyak
already know,and what you do not memuat karya-karya ilmiah populer
know, what you believe and what mengenai berbagai topik, seperti
you disbelieve. […] The only strategy pertanian, kedokteran, teknologi, sosial
open to me, therefore, is to imagine a budaya, dsb. Data-data yang menunjukkan
reader, and to create my text for that kekhasan bentuk penuturan setelah
imagined reader.” dibandingkan secara intuitif dengan
bagaimana umumnya wujud
Secara teoretis memang mudah penuturannya secara ilmiah murni
mengklasifikasikan ragam bahasa menjadi selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan
berbagai jenis, seperti halnya yang kekhasan ciri-ciri kebahasaannya. Untuk
dilakukan oleh Joss yang membagi ragam menjelaskan perbedaan sejumlah data
bahasa berdasarkan tingkat keformalannya diubah wujudnya ke dalam ragam yang
menjadi ragam beku (frozen), ragam resmi lain dengan tetap mempertahankan
(formal), ragam konsultatif (consultative), informasinya. Selain itu, perbandingan
ragam informal (casual), dan ragam akrab juga dilakukan dengan bentuk-bentuk
(intimate). Akan tetapi, dalam praktiknya wacana yang terdapat di dalam beberapa
kehadiran ciri-ciri masing-masing ragam karya ilmiah.
dapat muncul di dalam sebuah wacana. Di
dalam wacana ilmiah populer dapat 5. Ciri-ciri Kebahasaan dan Penuturan
diasumsikan beberapa ciri ragam itu, Wacana Ilmiah Populer
yakni ragam formal, konsultatif, inormal,
23
Journal Arbitrer, Vol. 1 No. 1 Oktober 2013
24
I Dewa Putu Wijana
wacana karya ilmiah populer (2) dan (a) dan (c), dan 2 kalimat tunggal (b) dan
(3)berikut ini: (d). Kalimat tunggal (b) dibentuk dengan
menghilangkan subjek atau topik warna
(2) (a) Saking harumnya buah carica buahnya yang sudah disebutkan pada
bisa mengecoh. (b) Mereka yang kalimat yang mendahuluinya. Adapun
pertama mencium aromanya bakal perihal penghilangan satuan-satuan
tertipu dan menyangka daging kalimat atau satuan-satuan lainya akan
buah ini pasti terasa manis diuraikan dalam 4.6 di bawah.
menyegarkan. (c) Nyatanya tidak.
(d) Meski sudah matang, daging Dari pengamatan yang dilakukan ternyata
buah bagian luarnya terasa hambar. para penulis tulisan ilmiah populer
(e) Tidak seperti daging pepaya seringkali sengaja meotong kalimat-
yang manis. (f) Rasanya lebih kalimat majemuk menjadi dua bagian,
mirip daging pepaya yang mentah yakni dengan meletakkan klausa kedua
(Intisari, Februari 2007). (umumnya yang koordinatif atau setara)
menjadi penggalan kalimat yang kedua.
(3) (a) Saat masih muda, warna Untuk ini dapat diperhatikan (4) dan (5)
buahnya hijau. (b) Sedikit lebih berikut ini:
gelap daripada hijau pepaya muda.
(c) Jika kulitnya dilukai, ia akan (4) Batuk memang menjengkelkan.
menghasilkan getah, sama seperti Tapi batuk sesungguhnya
pepaya muda. (d) Rasa daging mekanisme alami tubuh untuk
buahnya pun sama dengan pepaya mengeluarakan segala sesuatu yang
muda (Intisari, Februari 2007) mengganggu saluran pernafasan,
seperti lendir atau benda asing
Dalam wacana (2) yang tersusun dari 5 lainnya (Intisari Februari 2007).
penggal kalimat, hanya dua kalimat
merupakan kalimat majemuk, yakni (b) Gejala sesak nafas biasa muncul
dan (d), sedangkan yang lain merupakan (5) pada penderita asma dan penyakit
kalimat tunggal. Bahkan, kalimat (c) dan jantung koroner. Namun,
(e) adalah kalimat tunggal yang sangat sebenarnya ada kemungkinan
pendek dibentuk dengan pelesapan- penyebab lain yang jarang
pelesapan unsur-unsur yang diasumsikan diketahui oleh orang awam (Intisari
telah diketahui oleh pembacanya, yakni Februari 2007).
daging buah ini terasa manis
menyegarkan dan daging buah bagian Di dalam wacana-wacana yang lebih
luarnya. Demikian juga halnya dengan formal kata penghubung tetapi dan namun
wacana (3). Wacana ini tersusun dari 4 digunakan untuk merangkaikan klausa
kalimat, yakni 2 kalimat majemuk yakni yang mendahului dan mengikutinya
25
Journal Arbitrer, Vol. 1 No. 1 Oktober 2013
sehingga (4) dan (5) diungkapkan menjadi mendekatkan pembaca dengan objek yang
(4a) dan (4b) berikut ini: diamatinya, penulis seringkali
menggunakan kutipan-kutipan langsung
(4a) Batuk memang menjengkelkan, sehingga terasa lebih dekat dan ikut
tetapi batuk sesungguhnya bersama peneliti di dalam proses
mekanisme alami tubuh untuk penelitian. Untuk ini perhatikan contoh (6)
mengeluarakan segala sesuatu dan (7) berikut:
yang mengganggu saluran
pernafasan, seperti lendir atau (6) Rasa manis dan harum carica akan
benda asing lainnya. semakin terganggu jika saat
makan, getah carika ikut terkena
(5a) Gejala sesak nafas biasa muncul bibir. “Kalau kena tlutuh-nya, bibir
pada penderita asma dan penyakit bisa gatal, “kata Pawit, petani
jantung koroner, namun Kejajar mengingatkan (Intisari,
sebenarnya ada kemungkinan Februari 2007).
penyebab lain yang jarang
diketahui oleh orang awam. (7) Bobot satu buah carica biasanya
hanya satu ons. Jauh lebih kecil
Berkaitan dengan ini seringkali ada daripada pepaya. Satu kilogram
anjuran untuk melarang pemakaian kata- carica bisa 10-15 buah.
kata penghubung sejenisnya, seperti “Jumlahnya tidak tentu, “kata Mat
sedangkan, dan, lalu, kemudian, bahkan, Halim, warga desa Sikunang.
serta, dsb. untuk mengawali sebuah “Kalau buahnya kecil-kecil, satu
kalimat. Bila disimak lebih lanjut besar kilo (gram) bisa berisi 15 buah,
kemungkinan ditemukan penggunaan “katanmya dengan bahasa
konjungsi subordinatif. Indonesia tertegun-tegun sambil
tertawa di setiap akhir kalimat
5.2 Pemakaian Kutipan Langsung (Intisari Februari, 2007).
26
I Dewa Putu Wijana
(7a) Berat satu buah carica biasanya Sehubungan dengan pemakaian kata ganti,
satu ons. Bobot ini jauh lebih kecil sekurang-kurangnya ada dua kekhasan
daripada pepaya. Ukuran buahnya yang dimiliki oleh wacana ilmiah populer.
berbeda-beda sehingga dalam satu Yang pertama berkaitan dengan
kilogram dapat terdiri dari 10 pemakaian kata ganti untuk mengacu
samapai dengan 15 buah. penulis dan pembaca dan pemakaian kata
ganti untuk menunjuk objek yang
Adapun contoh lainnya adalah wacana (8) dibicarakan.
di bawah ini:
5.3.1 Pemakain Kata Ganti untuk
(8) Kini bibitnya bisa diperoleh di Mengacu Penulis dan Pembaca
kebun-kebun pembibitan. Salah
satunya di Taman Wisata Untuk mengakrabkan hubungan penulis
Mekarsari. Di sini bibit pohon tin dan pembaca tulisan ilmiah populer cukup
setinggi 20-an cm dijual Rp lazim menggunakan kata ganti orang
150.000 perpot. “Pohon tin yang pertama jamak inklusif kita. Pronomina
itu pernah ditawar Rp 30 juta,“ persona ini digunakan untuk mengacu
kata Junaedi sambil menunjuk penulis dan pembaca. Dengan pemakaian
pohon itu yang tingginya sekitar 1 ini seolah-olah pembaca ikut serta dalam
m, di dalam pot di depan proses pengamatan, seperti terlihat dalam
kantornya. (Intisari, Oktober 2006) contoh (9) berikut:
.
(9) Di Jakarta kita bisa melihat sosok
Seseorang yang akan menulis wacana tanaman ini di depan Mesjid At-
ilmiah akan memnyusun wacana (8), tin, Taman Mini Indonesia Indah
seperti (8a) berikut ini (Intisari, Oktober 2006).
(8a) Bibit pohon ini dapat diperoleh di Dalam tulisan yang benar-benar ilmiah
kebun-kebun pembibitan. Di kalimat (9a) berikutlah yang lazimnya
Taman Wisata Mekarsari harga digunakan untuk mengungkapkan
bibit pohon tin setinggi 20-an cm kaliumat (9).
mencapai 150.000 perpot.
Menurut Junaedi pohon tin yang (9a) Di jakarta (sosok) tanaman ini
tingginya sekitar 1 m dapat dapat dilihat di depan Mesjid At-
mencapai harga 30 juta. tin, Taman Mini Indonesia Indah.
Pemakaian kita di dalam wacana ilmiah
5.3. Pemakaian kata ganti populer juga ditemui di dalam kalimat
pasif diri, yakni kalimat pasif yang
pelakunya berupa kata ganti orang
27
Journal Arbitrer, Vol. 1 No. 1 Oktober 2013
28
I Dewa Putu Wijana
Dalam tulisan ilmiah bukan kata ia dan 5.4 Pemakaian Metafora dan Simile
mereka yang digunakan tetapi kata yang
lebih generik, yakni buah ini, binatang ini Untuk memudahkan pembaca
atau hewan ini. Untuk jelasnya perhatikan membayangkan masalah-masalah yang
(13a), (14a), dan (15a) di bawah ini: sedang dipaparkan, penulis karya ilmiah
populer lazim sekali membentuk metafora
(13a) Di Wonosobo, daerah asalnya, dan simile yang kalau diperhatikan sangat
buah ini dikenal dengan tiga khas sifatnya, dan sulit ditemukan pada
nama: kates, gandul (dengan karya ilimah biasa. Misalnya dalam
bunyi “d” seperti pada dengkul), wacana (16) kista dan miyoma disamakan
dan carica (baca: karia) (Intisari dengan tamu tak diudang, dan dalam (17)
Februari 2007)..
29
Journal Arbitrer, Vol. 1 No. 1 Oktober 2013
30
I Dewa Putu Wijana
(19a) Untuk hewan kecil seperti mencit Fenomena penghilangan kata penghubung
atau tikus, eutanasia biasanya merupakan bukti lain mengenai cukup
dilakukan dengan cara dislokasi informalnya hubungan yang hendak
tulang leher (Intisari, November dibangun oleh penulis dengan khalayak
2006). pembacanya. Adapun kata penghubung
yang sering dilesapkan adalah kata
Kalaupun terpaksa menggunakan penghubung bahwa dalam berbagai
(20a) hewan coba, jumlahnya harus posisinya, baik sebagai penghubung
seminimal mungkin. Perlakuan penanda klausa subjek dalam kalimat
kepada mereka sedapat mungkin inversi, seperti dalam (22) atau sebagai
tidak menyakitkan (Intisari penghubung klausa subordinatif yang
November, 2006). berfungsi sebagai objek (23).
Berkaitan dengan ini di dalam wacana (22) Dari hasil penelitian diketahui,
karya ilmiah populer seringkali diselipkan minyak mimba tidak memberikan
kata-kata yang diambilkan dari dialek- efek sampingan sebagai obat
dialek yang ada dalam wilayah pemakaian kontrasepsi (Intisari, November
bahasa Indonesia. Contoh (21) berikut ini 2006)
misalnya menggunakan kata dialek
Jakarta mengenyahkan yang di dalam (23) Hasil penelitian lain
situasi formal berpadanan dengan menyebutkan, ekstrak daun
membasmi atau memberantas, atau mimba tidak mempengaruhi
mengobat. penggunaan glukosa pada
jaringan atau glikogen pada hati
(21) Ahli botani H. Schumutterer (Intaisari, November 2006) .
menyebut mimba sebagai
wonderful tree. Ini tak lepas dari Dalam tulisan-tulisan yang lebih formal
banyak peran yang disandangnya. klausa-klausa kalimat (23) dan (24)
Daunnya yang pahit dapat dihubungkan dengan penghubung bahwa
31
Journal Arbitrer, Vol. 1 No. 1 Oktober 2013
32
I Dewa Putu Wijana
33
Journal Arbitrer, Vol. 1 No. 1 Oktober 2013
populer sering ditemukan permainan gaya yang tidak begitu terbelenggu oleh
bahasa yang berupa eksploitasi kata-kata kaidah-kaidah penggunaan bahasa baku
yang memiliki kemiripan bunyi, seperti yang sangat kaku. Tulisan-tulisan (ilmiah)
pada wacana (27) berikut ini. populer lazimnya menggunakan ragam
bahasa ini. Gaya populer dalam hubungan
(27) “Dulu saya nggak tahu apa itu ini harus dibedakan dengan ragam santai
rhesus. Kok kayak nama pelawak atau ragam informal pergaulan sehari-hari
(alm. Lesus-Red.) aja,” canda yang sangat longgar dalam menerapkan
Agus, seorang pemilik golongan atau mematuhi Kaidah-kaidah bahasa
darah B rhesus negatif. Di KTP baku. Hanya saja, dalam hal bagaimana
Agus Cuma tertulis bahwa secara kuantitatif perimbangan antara ciri-
golongan darahnya B. Itu saja. ciri bahasa baku dan tidak baku di dalam
Tak ada embel-embel rhesus sebuah tulisan ilmiah populer belum dapat
positif atau negatif. (Intisari diungkapkan dalam tulisan ini.
Oktober 2006).
Sejajar dengan betapa sentralnya tulisan-
6. Penutup tulisan populer di dalam kancah tulis-
menulis, Penuturan bergaya populer yang
Penguasaan secara mendalam terhadap ciri-cirinya baru sedikit saja dipaparkan di
ciri-ciri bahasa Indonesia ragam baku atas agaknya merupakan salah satu ragam
memang sangat penting. Dengan yang cukup penting untuk dikuasai oleh
menguasainya orang-orang secara relatif para calon penulis di samping
akan mampu menghasilkan tuturan- pengetahuannya mengenai aturan-aturan
tuturan atau kalimat-kalimat berlaras baku bahasa baku. Kesemuanya ini akhirnya
di dalam berkomunikasi pada situasi- akan semakin menyadarkan semua pihak
situasi yang formal atau sangat formal. yang berkepentingan dengan pengajaran
Akan tetapi, perlu pula disadari bahwa di bahasa Indonesia bahwa ragam bahasa
samping ragam yang formal itu, ada pula baku bukanlah satu-satunya ragam yang
ragam lain yang sifatnya sedikit santai harus diajarkan kepada anak didik di
yang digunakan untuk dalam aktivitas pengajaran bahasa
mengkomunikasikan berbagai masalah Indonesia.
yang sebenarnya cukup pelik atau dengan
REFERENSI
Allan, Keith. 1986, Linguistic Meaning, Volume I, London: Routledge & Kegan Paul.
Brewer, William & Edward H. Lichtenstein, 1982, “Stories are to Entertain: A
Structural Affect Theory of Stories”, Journal of Pragmatics, 6, 473-468.
34
I Dewa Putu Wijana
Coulthard, Malcolm. 1994, “On Analysing and Eavaluating Written Text”, in Advances
in Written Text Abalysis, Malcolm Coulthard (Ed.), London: Routledge
Fries, Peter H. 1994, “On Theme, Rheme, and Discourse Goals”, in Advances in Written
Text Abalysis, Malcolm Coulthard (Ed.), London: Routledge.
Gunnarsson, Britt- Louise, 1997, “On The Sociohistorical Construction of Scientific
Discourse”, in The Construction of Professional Discourse, (Edited by Britt-
Louise Gunnarsson, Per Linnell & Bengt Nordberg), New York: Addison
Wesley Longman Limited.
Halliday, M.A.K. & Ruqaiya Hasan. 1985, Language, Context, and Text: Aspects of
Language in Social semiotic Prespective, Melbourne: Deakin university.
Holmes, Janet, 1992, An Introduction to Sociolinguistics, London: Longman
Hymes, Dell, 1974, Foundations in Sociolinguistics: An Ethnographic Approach,
Philadelphia: University of Pennsylvania Press.
Johns, Tim, 1994, “The Text and Its Message”, in Advances in Written Text Abalysis,
Malcolm Coulthard (Ed.), London: Routledge.
Joss, Martin, 1967, The Five Clocks, New York: Harcourt Brace World Inc.
Kridalaksana, Harimurti, 1975, “Beberapa Ciri Bahasa Indonesia Standar”, Pengajaran
Bahasa dan Sastra, I, 15-18.
Kushartanti, 2006, “Bahasa Indonesia Baku dan Tak Baku pada Percakapan Anak
Jakarta”, Linguistik Indonesia, No. 1, Tahun ke-24, 1-10, Jakarta, Masyarakat
Linguistik Indonesia.
Leech, Geoffrey N., 1983, Principle of Pragmatics, New York: Longman.
McCarthy, Michael, 1994, “It, This and That”, in Advances in Written Text Abalysis,
Malcolm Coulthard (Ed.), London: Routledge
Moeliono, Anton M., 1977, “Bahasa Indonesia dan Ragam-ragamnya, Sebuah
Pengantar”, dalam Kompas, 25-26 Oktober 1977.
Pagano, Adriana, 1994, “Negatives in Written Text”, in Advances in Written Text
Abalysis, Malcolm Coulthard (Ed.), London: Routledge.
Poerwadarminta, W.J.S., 1979, Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang: Petunjuk
Menggunakan Bahasa Indoenesia Secara Tepat-Praktis, Yogyakarta: UP
Indonesia.
Ramlan, M., I Dewa Putu Wijana, Yohanes Tri Mastoyo, Sunarso, 1985, Inilah Bahasa
Indonesia yang Salah dan yang Benar, Yogyakarta: Andi.
Soeseno, Slamet, 1995, Teknik Penulisan Ilimiah Populer: Kiat Menulis Nonfiksi untuk
Majalah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Triyoko, Hanung, 2005, Negasi dalam Wacana Tulis Ilmiah Berbahasa Indonesia,
Tesis Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Wijana, I Dewa Putu, 1994, Kartun: Studi tentang Permainan Bahasa, Yogyakarta:
Ombak.
35
Journal Arbitrer, Vol. 1 No. 1 Oktober 2013
SUMBER DATA
36