Anda di halaman 1dari 18

I Dewa Putu Wijana

PEMAKAIAN BAHASA DALAM KARYA ILMIAH POPULER

Oleh,
I Dewa Putu Wijana
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Email: idp_wijana@yahoo.com

Abstract

This article is intended to describe the characteristics of language used in popular scientific
discourse, and its differences from ones usually found in pure scientific articles. A close and
careful examination through some amount of data extracted from Intisari, one of the most popular
scientific megazines in Indonesia, shows that the use of language in the popular megazine is
considerably different from those generally exploited in more serious scientific articles. The
differences include the use of long and short sentence combinations, reported speech, pronouns,
simele and metaphor, diction, conjuction and other syntactic constituent ellipsis, and anecdotes
and play on word. The popular style is important to master, especially by anyone who are involved
and interested in popular writing activities. Accordingly, the standard variation is not the only
style to teach in langage learning.

Key words: popular, scientific, and style

1. Pendahuluan kesaksamaan penuturan memegang


Dari berbagai pakar yang telah peranan penting dalam bahasa ilmiah.
memaparkan karakteristik ragam bahasa Segala kemampuan yang yang ada
ilmiah, pandangan Poerwadarminta (1979, dalam bahasa dikerahkan untuk
18) agaknya cukup memadai digunakan mengkomunikasikan kebenaran,
sebagai acuan atau pegangan di dalam pengertian, pendapat, pengetahuan ,
mengidentifikasikan variasi bahasa yang keyakinan, dsb. seefisien-efisiennya.
sering digunakan oleh para ilmuan dalam Karena itu, digunakan kata-kata,
mengkomunikasikan pikiran-pikirannya ungkapan-ungkapan dan cara-cara
dalam situasi dan lingkungan keilmuan. penuturan yang khusus bagi satu
Secara lengkap dikatakan bahwa: bidang ilmiah dan teknik. Tak sedikit
kata-kata yang sengaja ditempa dan
“Ragam bahasa ilmiah adalah bahasa ditentukan pengertiannya, yaitu yang
pikiran yang sesungguh-sungguhnya. lazim disebut istilah keilmuan. Kata-
Yang disampaikan ialah kegiatan- kata itu bagi orang luar tak ubahnya
kegiatan pikiran, ditujukan kepada dengan kata-kata dewata. Lain dari itu
pikiran, dan harus pula ditangkap digunakan juga rumus-rumus dan
dengan pikiran. Ketepatan dan kependekan-kependekan yang hanya

19
Journal Arbitrer, Vol. 1 No. 1 Oktober 2013

ada dalam suatu bidang ilmiah atau 3. adanya keterbatasan penggunaan


teknik” elemen dialek dan daerah,
4. adanya penggunaan konjungsi bahwa
Sementara itu, Ramlan dkk. (1985, 10) dan karena secara konsisten dan
mencatat sekurang-kurangnya 7 ciri yang eksplisit,
mutlak dimiliki oleh bahasa ragam ilmu. 5. adanya penggunaan pola aspek plus
Adapun ketujuh ciri itu antara lain pelaku plus verba secara konsisten,
menyangkut kebakuan kaidah 6. adanya penggunaan konstruksi
pengucapan dan penulisan dalam berbagai sintetis –nya dan me(N)-kan misalnya
tataran kebahasaanya, kekhasan harganya dan meninggikan, alih-alih
pemakaian istilah, kejelasan dan konstruksi analitis dia punya harga
kehematan pemakaian unsur-unsur dan dibuat tinggi,
kebahasaannya, kekohesifan dan 7. penggunaan klitika kah dan pun
kekoherenan hubungan unsur-unsur secara konsisten,
pembentuk wacananya, serta 8. penggunaan elemen-elemen leksikal
ketidaktaksaan makna kata atau maksud yang baku,
penuturannya, kedominanan pemakaian 9. penggunaan bentuk sapaan yang
kalimat pasif, dan keajegan pemakaian konsisten,
istilah, tanda baca, dan kata ganti diri. 10. penggunaan istilah-istilah formal, dan
Pendek kata, kalimat-kalimat dalam 11. penggunaan ejaan formal.
ragam tulisan lebih cermat sifatnya.
Hubungan unsur-unsur pembentuk Sehubungan dengan batasan
kalimat, seperti subjek, predikat, dan Poerwadarmita dan ciri-ciri yang
objek harus nyata. Di dalam ragam lisan dikemukakan oleh Ramlan dan
nonformal salah satu atau beberapa di Kridalaksana di atas, maka wacana ilmiah
antaranya dapat ditanggalkan (Moeliono, hanya akan dinikmati oleh kalangan
1977, 6). Sementara itu, dengan tertentu yang sangat terbatas jumlahnya,
memfokuskan pada tataran-tataran yang dan dalam suasana penikmatan yang
lebih kecil Kridalaksana (1975) merinci khusus pula, yakni suasana penuh
11 ciri bahasa baku (periksa pula keseriusan. Sementara itu, ada
Kushartanti, 2006, 1-2). Kesebelas ciri itu sekelompok kalangan yang ingin pula
adalah menikmati informasi-informasi ilmiah
1. adanya penggunaan afiks me dan ber- dalam situasi penikmatan yang agak santai
secara eksplisit dan konsisten, dengan jenis ragam bahasa yang tidak
2. adanya penggunaan fungsi terlalu ketat mematuhi norma-norma
gramatikal (subjek, predikat, objek, penggunaan yang terlalu formal. Untuk
keterangan, dan pelengkap) yang mewadahi kebutuhan ini sejumlah penulis
eksplisit dan konsisten, perlu mengkreasikan jenis wacana tertentu
yang lazim disebut dengan wacana ilmiah

20
I Dewa Putu Wijana

populer. Penggolongan Brewer & antaranya yang dapat disebutkan di sini


Lichtenstein, (1982, 437, periksa pula misalnya kajian diakronis terhadap
Allan 1989, 118, Wijana, 2004, 2) yang perkembangan wacana keilmuan yang
secara sederhana membagi wacana dilakukan oleh Gunarsson (1997, 99).
berdasarkan daya perlokusinya menjadi, Dalam upaya memahami perkembangan
wacana interaktif, wacana informatif, dan historis wacana keilmuan atau wacana
wacana persuasif agaknya terlalu profesional harus diperhatikan isi teks dan
sederhana. Di dalam kenyataannya berbagai variasinya. Sehubungan dengan
berbagai jenis wacana seringkali itu, perkembangan itu harus dipandang
menggabungkan dua atau lebih fungsi sebagai proses dinamis yang melibatkan
perlokusioner bahasa. Wacana iklan tiga lapisan, yakni lapisan kognitif,
misalnya tidak semata-mata persuasif, lapisan sosietal, dan lapisan sosial.
tetapi di dalamnya terkandung pula Tulisan Johns (1996, 102) yang berjudul
maksud untuk memberi informasi tentang The Text and Its message mengulas
produk yang ditawarkan. Wacana ilmiah secara panjang lebar mengenai bagian-
populer yang menjadi kajian makalah ini bagian yang menyusun text, lalu
jelas sekali secara dominan menampakkan menggambarkan penyusun teks itu dalam
sekurang-kurangnya 2 fungsi pragmatis, berbagai model, seperti model diagram
yakni fungsi informatif untuk pohon, matriks, atau bagian alir.
menyampaikan fakta-fakta dan fungsi Rangkaian bagian-bagian yang menyusun
rekreatif untuk menghibur dan sebuah teks disebut sebagai struktur
mempertahankan minat pembaca dalam informasi sebuah teks. Sementara itu,
menikmati fakta-fakta yang disajikan tulisan Coulthard (1996, 1- 11) mengulas
penulisnya. Hanya saja permasalahannya berbagai kesalahan yang sering dilakukan
bagaimanakah wujud bahasa ilmiah oleh orang-orang yang hendak
populer itu, dan aspek-aspek apa saja yang memproduksi dan mengorganisasi sebuah
dimanfaatkan penulisnya untuk teks sehingga produk yang dihasilkan sulit
menciptakan tulisan yang memiliki daya dipahami. Tekstualisasi yang buruk dalam
pikat, sejauh ini belum ada pembahasan sebuah teks disebabkan oleh buruknya
yang khusus dan bersifat mendalam. struktur retorika yang dibangun oleh
penulisnya. Teks dibangun tidak
2. Tinjauan Pustaka mempertimbangkan calon pembaca
(imagined reader)-nya, dan tidak
Pembahasan mengenai bentuk atau wujud mengikuti prinsip-prinsip pola
bahasa atau bagian-bagian yang penyusunan struktur informasi teks,
membentuk sebuah wacana informatif seperti pola umum-khusus (general-
dalam berbagai kepustakaan selama ini particular pattern) dan pola problem dan
lebih banyak berhubungan dengan solusi (problem-solution pattern).
“wacana ilmiah murni”. Beberapa di Penelitian terhadap penggunaan elemen-

21
Journal Arbitrer, Vol. 1 No. 1 Oktober 2013

elemen bahasa yang lebih kecil di dalam Bagaimanakah ciri-ciri kalimat yang
teks telah pula dilakukan oleh beberapa ringkas dan mudah ditangkap? Apakah
Ahli. Pagano (1996, 250) misalnya yang dimaksud dengan kata-kata pemanis
membahas pemakaian bentuk negatif dan ciri-ciri alinea beruntun yang
dalam teks berbahasa Inggris, dan memikat, serta nada penulisan yang
penerapannya dalam bahasa Indonesia bersahabat? Kesemua ini masih
dilakukan oleh Triyoko. Sementara itu, memerlukan pembahasan yang lebih
McCarthy (1996) dan Fries (1996) secara terinci.
berturut-turut membahas pemakaian It,
this, dan that dan struktur tema (theme) 3. Landasan Teori
dan rema (rheme) sebuah teks.
Dalam berbagai teori kebahasaan yang
Tulisan yang paling lengkap menguraikan mempertimbangkan konteks situasi,
perihal wacana ilmiah populer dalam hampir tidak terbantah bahwa konteks
bahasa Indonesia adalah karya Soeseno ekstralingual merupakan faktor yang
(1995). Dalam bukunya yang berjudul sangat penting yang mempengaruhi wujud
Teknik Penulisan Ilmiah populer: Kiat bahasa seseorang. Di antara sejumlah
Menulis Nonfiksi untuk Majalah dibahas faktor yang disebutkan, dapat dipastikan
berbagai hal teknis dan teoretis mengenai bahwa faktor partisipan, khususnya lawan
tulisan dan penulisan karya ilmiah tutur merupakan salah satu faktor yang
populer, mulai dari batasan dan terpenting (periksa Leech, 1983, Hymes,
perbedaannya dengan jenis-jenis tulisan 1974, Wijana 1996). Hymes dalam teori
yang lain, persiapan penulisan, teknik komponen tuturnya “SPEAKING”
menulisnya, struktur wacananya, termasuk memasukkan lawan tutur sebagai bagian
pula penggunaan bahasanya yang khas. dari partisipan. Sementara itu, Firth
Khusus berkaitan dengan bahasa karya seperti yang dikutip oleh Halliday &
ilmiah populer dikatakan bahwa bahasa Hasan (1985) menggolongkannya sebagai
itu harus cepat ditangkap (dipahami) bagian dari pelibat. Dalam teori ranah
karena bebas kata pemanis dan dituturkan (domain), Fishman secara tegas
dengan kalimat yang hemat kata. Selain membatasi konsep ranah ini sebagai
itu menurut Soeseno bahasa tulisan ilmiah pemakaian bahasa yang kekhususannya
populer harus ringkas dan jelas, lengkap dicirikan oleh berbagai faktor, dan salah
dan teliti, kalimat-kalimatnya pendek, satu faktor itu adalah orang-orang yang
alineanya beruntun dan memikat, dan terlibat di dalam interaksi. Sehubungan
nada penulisannya bersahabat. Hanya saja dengan itu, walaupun permasalahan atau
yang belum diuraikan secara jelas dalam topik yang hendak dikemukakan sama
tulisan ini bagaimana kekhasan bahasa atau hampir sama dengan yang terdapat
ilmiah populer itu bila dilihat dan dalam wacana ilmiah murni, wacana
dijelaskan secara linguistis. ilmiah populer tentu akan memiliki

22
I Dewa Putu Wijana

bentuk-bentuk kebahasaan yang khas dan akrab, sering kali ditemui sehingga
sebagai konsekuensi perbedaan tipe tidak mudah memposisikan genre wacana
interaksinya, dan kekhususan bentuk- ini dengan kerangka teori Joss tersebut.
bentuk kebahasaannya merupakan ciri Hal yang serua akan dialami bila
genrenya. Di dalam aktivitas tulis- seseorang hendak menerapkan teori
menulis, pembaca yang secara tidak fungsi bahasa yang dikemukakan oleh
langsung berhadapan dengan penulis, Jakobson karena sering kali dalam
selalu dibayangkan keberadaannya. kenyataannya sebuah teks menampakkan
Pembaca-pembaca itu menurut konsepsi beberapa fungsi komunikatif (Holmes,
Coulthard disebut imagined readers. 1992) .
Untuk ini perhatikan kutipan berikut ini:
4. Metode
“As I create (this) text I have no way of
knowing anything about you, my Data-data yang disajikan dalam makalah
current reader, nor of when or where ini diambilkan dari artikel-artikel ilmiah
you will read my text. Thus, I cannot populer yang dimuat dalam majalah
create my text with you in mind, I Intisari, majalah yang selama ini cukup
cannot take into account what you dikenal sebagai media yang banyak
already know,and what you do not memuat karya-karya ilmiah populer
know, what you believe and what mengenai berbagai topik, seperti
you disbelieve. […] The only strategy pertanian, kedokteran, teknologi, sosial
open to me, therefore, is to imagine a budaya, dsb. Data-data yang menunjukkan
reader, and to create my text for that kekhasan bentuk penuturan setelah
imagined reader.” dibandingkan secara intuitif dengan
bagaimana umumnya wujud
Secara teoretis memang mudah penuturannya secara ilmiah murni
mengklasifikasikan ragam bahasa menjadi selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan
berbagai jenis, seperti halnya yang kekhasan ciri-ciri kebahasaannya. Untuk
dilakukan oleh Joss yang membagi ragam menjelaskan perbedaan sejumlah data
bahasa berdasarkan tingkat keformalannya diubah wujudnya ke dalam ragam yang
menjadi ragam beku (frozen), ragam resmi lain dengan tetap mempertahankan
(formal), ragam konsultatif (consultative), informasinya. Selain itu, perbandingan
ragam informal (casual), dan ragam akrab juga dilakukan dengan bentuk-bentuk
(intimate). Akan tetapi, dalam praktiknya wacana yang terdapat di dalam beberapa
kehadiran ciri-ciri masing-masing ragam karya ilmiah.
dapat muncul di dalam sebuah wacana. Di
dalam wacana ilmiah populer dapat 5. Ciri-ciri Kebahasaan dan Penuturan
diasumsikan beberapa ciri ragam itu, Wacana Ilmiah Populer
yakni ragam formal, konsultatif, inormal,

23
Journal Arbitrer, Vol. 1 No. 1 Oktober 2013

Sejumlah ciri kebahasaan yang kedokteran (geneeskunde,


membedakan karya ilmiah populer dengan heilkunde, medicine), yang di
tulisan ilmiah murni berhasil diungkapkan Malaysia disebut ilmu perubatan.
setelah dilakukan pengamatan terhadap Ketika Membuat istilah-istilah
data yang terkumpul. Dari hasil analisis ilmiah di Indonesia di zaman
itu dapat dibuktikan bahwa wacana ilmiah pendudukan Jepang, geneeskunde
populer berbeda dengan karya ilmiah diterjemahkan menjadi ilmu
murni dalam hal-hal berikut ini: ketabibab, yaitu ilmu yang
1. kombinasi kalimat pendek dan mendidik mahasiswa menjadi tabib
kalimat panjang dan harus menguasai hal-hal yang
2. pemakaian kutipan langsung bersangkutan dengan tabib. Oleh
3. pemakaian kata ganti karena tabib dalam masyarakat
4. penggunaan metafora dan simile mempunyai arti khusus, maka
5. pemakaian kata-kata ragam istilah tersebut tidak populer dan
percakapan pada awal kemerdekaan komisi
6. penghilangan kata penghubung dan istilah menggantinnya dengan ilmu
unsur-unsur kalimat lain kedokteran, sebab mahasiswa
7. pemanfaatan anekdot dan permainan dididik menjadi dokter, dan
bahasa kepadanya diajarkan hal-hal yang
berhubungan dengan pekerjaan
5.1 Kombinasi Kalimat pendek dan dokter. Dengan perkataan lain nama
kalimat panjang sebuah ilmu dibuat berdasarkan
Karya ilmiah murni lazimnya nama pelakunya atyau
mengungkapkan proposisi-proposisinya karyawannya, akan tetapi teknik
dengan gaya sintetis sehingga wacananya tidak disebut keinsinyuran,
cenderung disusun dengan kalimat- sedangkan di Malaysia sebaliknya
kalimat yang panjang. Sehubungan justru disebut ilmu kejuruteraan.
dengan itu, kombinasi kalimat-kalimat Cakupan pengobatan juga lebih luas
majemuk sering mendominasi jenis daripada kedokteran, karena
wacana ini sehingga konjungsi antar meliputi pengobatan tradisional,
klausa di manfaatkan secara maksimal di alternatif, komprehensif, integratif
dalamnya. Wacana (1) berikut misalnya atau holistis (Jacob, 1998, 1)
terdiri dari sejumlah kalimat majemuk
dengan memanfaatkan berbagai kata Walaupun tidak selamanya wacana ilmiah
penghubung (yang demi kemudahan populer disusun dengan kalimat-kalimat
dituliskan dengan cetak miring). pendek, tetapi pemanfaatan kalimat-
kalimat pendek jelas sekali terlihat untuk
(1) Istilah ilmu pengobatan dipakai di mengimbangi kalimat-kalimat yang lebih
sini sebagai sinonim ilmu kompleks. Untuk ini dapat diperhatikan

24
I Dewa Putu Wijana

wacana karya ilmiah populer (2) dan (a) dan (c), dan 2 kalimat tunggal (b) dan
(3)berikut ini: (d). Kalimat tunggal (b) dibentuk dengan
menghilangkan subjek atau topik warna
(2) (a) Saking harumnya buah carica buahnya yang sudah disebutkan pada
bisa mengecoh. (b) Mereka yang kalimat yang mendahuluinya. Adapun
pertama mencium aromanya bakal perihal penghilangan satuan-satuan
tertipu dan menyangka daging kalimat atau satuan-satuan lainya akan
buah ini pasti terasa manis diuraikan dalam 4.6 di bawah.
menyegarkan. (c) Nyatanya tidak.
(d) Meski sudah matang, daging Dari pengamatan yang dilakukan ternyata
buah bagian luarnya terasa hambar. para penulis tulisan ilmiah populer
(e) Tidak seperti daging pepaya seringkali sengaja meotong kalimat-
yang manis. (f) Rasanya lebih kalimat majemuk menjadi dua bagian,
mirip daging pepaya yang mentah yakni dengan meletakkan klausa kedua
(Intisari, Februari 2007). (umumnya yang koordinatif atau setara)
menjadi penggalan kalimat yang kedua.
(3) (a) Saat masih muda, warna Untuk ini dapat diperhatikan (4) dan (5)
buahnya hijau. (b) Sedikit lebih berikut ini:
gelap daripada hijau pepaya muda.
(c) Jika kulitnya dilukai, ia akan (4) Batuk memang menjengkelkan.
menghasilkan getah, sama seperti Tapi batuk sesungguhnya
pepaya muda. (d) Rasa daging mekanisme alami tubuh untuk
buahnya pun sama dengan pepaya mengeluarakan segala sesuatu yang
muda (Intisari, Februari 2007) mengganggu saluran pernafasan,
seperti lendir atau benda asing
Dalam wacana (2) yang tersusun dari 5 lainnya (Intisari Februari 2007).
penggal kalimat, hanya dua kalimat
merupakan kalimat majemuk, yakni (b) Gejala sesak nafas biasa muncul
dan (d), sedangkan yang lain merupakan (5) pada penderita asma dan penyakit
kalimat tunggal. Bahkan, kalimat (c) dan jantung koroner. Namun,
(e) adalah kalimat tunggal yang sangat sebenarnya ada kemungkinan
pendek dibentuk dengan pelesapan- penyebab lain yang jarang
pelesapan unsur-unsur yang diasumsikan diketahui oleh orang awam (Intisari
telah diketahui oleh pembacanya, yakni Februari 2007).
daging buah ini terasa manis
menyegarkan dan daging buah bagian Di dalam wacana-wacana yang lebih
luarnya. Demikian juga halnya dengan formal kata penghubung tetapi dan namun
wacana (3). Wacana ini tersusun dari 4 digunakan untuk merangkaikan klausa
kalimat, yakni 2 kalimat majemuk yakni yang mendahului dan mengikutinya

25
Journal Arbitrer, Vol. 1 No. 1 Oktober 2013

sehingga (4) dan (5) diungkapkan menjadi mendekatkan pembaca dengan objek yang
(4a) dan (4b) berikut ini: diamatinya, penulis seringkali
menggunakan kutipan-kutipan langsung
(4a) Batuk memang menjengkelkan, sehingga terasa lebih dekat dan ikut
tetapi batuk sesungguhnya bersama peneliti di dalam proses
mekanisme alami tubuh untuk penelitian. Untuk ini perhatikan contoh (6)
mengeluarakan segala sesuatu dan (7) berikut:
yang mengganggu saluran
pernafasan, seperti lendir atau (6) Rasa manis dan harum carica akan
benda asing lainnya. semakin terganggu jika saat
makan, getah carika ikut terkena
(5a) Gejala sesak nafas biasa muncul bibir. “Kalau kena tlutuh-nya, bibir
pada penderita asma dan penyakit bisa gatal, “kata Pawit, petani
jantung koroner, namun Kejajar mengingatkan (Intisari,
sebenarnya ada kemungkinan Februari 2007).
penyebab lain yang jarang
diketahui oleh orang awam. (7) Bobot satu buah carica biasanya
hanya satu ons. Jauh lebih kecil
Berkaitan dengan ini seringkali ada daripada pepaya. Satu kilogram
anjuran untuk melarang pemakaian kata- carica bisa 10-15 buah.
kata penghubung sejenisnya, seperti “Jumlahnya tidak tentu, “kata Mat
sedangkan, dan, lalu, kemudian, bahkan, Halim, warga desa Sikunang.
serta, dsb. untuk mengawali sebuah “Kalau buahnya kecil-kecil, satu
kalimat. Bila disimak lebih lanjut besar kilo (gram) bisa berisi 15 buah,
kemungkinan ditemukan penggunaan “katanmya dengan bahasa
konjungsi subordinatif. Indonesia tertegun-tegun sambil
tertawa di setiap akhir kalimat
5.2 Pemakaian Kutipan Langsung (Intisari Februari, 2007).

Di dalam wacana ilmiah yang Dalam penuturan ilmiah wujud kalimat


mengutamakan objektivitas penuturan (6) dan (7) tampaknya akan seperti (6a)
dapat dipastikan bahwa gaya pemaparan dan (7a) berikut:
yang digunakan adalah gaya “pelaporan”,
yakni penulis melaporkan atau (6a) Rasa manis dan harum buah carica
mendeskripsikan hasil-hasil temuannya. mungkin akan tidak dapat
Adapun gaya bercerita dengan dinikmati sepenuhnya jika
memanfaatkan kutipan langsung akan sewaktu memakannya, getahnya
terasa aneh. Dalam penulisan karya ilmiah terkena bibir.
populer terjadi hal yang sebaliknya. Untuk

26
I Dewa Putu Wijana

(7a) Berat satu buah carica biasanya Sehubungan dengan pemakaian kata ganti,
satu ons. Bobot ini jauh lebih kecil sekurang-kurangnya ada dua kekhasan
daripada pepaya. Ukuran buahnya yang dimiliki oleh wacana ilmiah populer.
berbeda-beda sehingga dalam satu Yang pertama berkaitan dengan
kilogram dapat terdiri dari 10 pemakaian kata ganti untuk mengacu
samapai dengan 15 buah. penulis dan pembaca dan pemakaian kata
ganti untuk menunjuk objek yang
Adapun contoh lainnya adalah wacana (8) dibicarakan.
di bawah ini:
5.3.1 Pemakain Kata Ganti untuk
(8) Kini bibitnya bisa diperoleh di Mengacu Penulis dan Pembaca
kebun-kebun pembibitan. Salah
satunya di Taman Wisata Untuk mengakrabkan hubungan penulis
Mekarsari. Di sini bibit pohon tin dan pembaca tulisan ilmiah populer cukup
setinggi 20-an cm dijual Rp lazim menggunakan kata ganti orang
150.000 perpot. “Pohon tin yang pertama jamak inklusif kita. Pronomina
itu pernah ditawar Rp 30 juta,“ persona ini digunakan untuk mengacu
kata Junaedi sambil menunjuk penulis dan pembaca. Dengan pemakaian
pohon itu yang tingginya sekitar 1 ini seolah-olah pembaca ikut serta dalam
m, di dalam pot di depan proses pengamatan, seperti terlihat dalam
kantornya. (Intisari, Oktober 2006) contoh (9) berikut:
.
(9) Di Jakarta kita bisa melihat sosok
Seseorang yang akan menulis wacana tanaman ini di depan Mesjid At-
ilmiah akan memnyusun wacana (8), tin, Taman Mini Indonesia Indah
seperti (8a) berikut ini (Intisari, Oktober 2006).

(8a) Bibit pohon ini dapat diperoleh di Dalam tulisan yang benar-benar ilmiah
kebun-kebun pembibitan. Di kalimat (9a) berikutlah yang lazimnya
Taman Wisata Mekarsari harga digunakan untuk mengungkapkan
bibit pohon tin setinggi 20-an cm kaliumat (9).
mencapai 150.000 perpot.
Menurut Junaedi pohon tin yang (9a) Di jakarta (sosok) tanaman ini
tingginya sekitar 1 m dapat dapat dilihat di depan Mesjid At-
mencapai harga 30 juta. tin, Taman Mini Indonesia Indah.
Pemakaian kita di dalam wacana ilmiah
5.3. Pemakaian kata ganti populer juga ditemui di dalam kalimat
pasif diri, yakni kalimat pasif yang
pelakunya berupa kata ganti orang

27
Journal Arbitrer, Vol. 1 No. 1 Oktober 2013

pertama dan kedua. Di dalam karya tulis percobaan (Intisari, November


ilimiah bentuk kalimat pasif ini dihindari. 2006).
Sebagai gantinya digunakan kalimat pasif
bentuk di- yang dianggap lebih netral. (11a) …tapi dari sekian banyak spesies
Utuk ini perhatikan wacana (10) berikut: itu, yang paling sering dipakai
adalah mencit, tikus putih, dan
(10) Sekilas pohon ini tampak seperti kelinci. Tak aneh jika kemudian
pepaya yang kita kenal. Batangnya kita mengenal idiom “kelinci
sama, daunnya tak beda, bunganya percobaan” untuk
pun serupa. (Intisari Oktober 2006) menggambarkan segala sesuatu
yang menjadi objek percobaan
Dalam wacana ilmiah yang lebih serius (Intisari, November 2006).
kalimat (10) akan berbentuk seperti (10a)
di bawah ini: (12a) Tapi dari sekian banyak spesies
itu, yang paling sering dipakai
(10a) Sekilas pohon ini tampak seperti adalah mencit, tikus putih, dan
pepaya biasa. Batangnya sama, kelinci. Tidaklah aneh jika
daunnya tidak berbeda, bunganya kemudian dikenal idiom “kelinci
pun serupa. percobaan” untuk
menggambarkan segala sesuatu
Contoh pemakian pronomina lainnya ada yang menjadi objek percobaan.
pada wacana (11) dan (12) berikut,
sedangkan wacana (11a) dan (12a) kira- 5.3.2 Pemakaian Kata Ganti untuk
kira wujudnya dalam pengungkapan yang Mengacu Objek Nonpersona
benar-benar ilmiah.
Kekhasan lain yang dapat dicatat adalah
(11) Mimba dan jamblang mungkin pemakaian kata ganti persona untuk
terdengar asing di telinga, menggantikan objek nonpersona.
terlebih kita yang tinggal di Misalnya kata ganti dia dan mereka kerap
perkotaan (Intisari, November digunakan untuk menggantikan hewan
2006) dan tumbuhan. Di dalam tulisan-tulisan
ilmiah biasanya nama genus
(12) …tapi dari sekian banyak spesies superordinatnyalah yang biasanya dipakai.
itu, yang paling sering dipakai Untuk ini dapat dilihat contoh (13) s.d.
adalah mencit, tikus putih, dan (15) berikut ini:
kelinci. Tak aneh jika kemudian (13) Di Wonosobo, daerah asalnya, ia
kita mengenal idiom “kelinci dikenal dengan tiga nama: kates,
percobaan” untuk menggambarkan gandul (dengan bunyi “d” seperti
segala sesuatu yang menjadi objek pada dengkul), dan carica (baca:

28
I Dewa Putu Wijana

karia) (Intisari Februari 2007).


(14a) Binatang-binatang ini menjadi
(14) Binatang-binatang ini menjadi “hewan terpilih” di antara jenis-
“hewan terpilih” di antara jenis- jenis yang lainkarena alasan
jenis yang lainkarena alasan fisiologis. Kebetulan binatang-
fisiologis. Kebetulan mereka bisa binatang ini bisa menjadi model
menjadi model simulasi yang simulasi yang bagus karena
bagus karena kondisi tubuh kondisi tubuh mereka mirip
mereka mirip dengan manusia. dengan manusia. (Intisari,
(Intisari, November 2006). November 2006).

(15) NASIB KAWANAN HEWAN (15a) NASIB KAWANAN HEWAN


COBA COBA
Mereka punya jasa besar bagi Hewan-hewan ini punya jasa besar
kemaslahatan umat manusia. bagi kemaslahatan umat manusia.
Berkat jasa mereka. Para ilmuwan Berkat jasanya para ilmuwan bisa
bisa menemukan obat-obatan. menemukan obat-obatan. Dengan
Dengan obat-obatan itu, manusia obat-obatan itu, manusia bisa
bisa melawan penyakit, melawan penyakit, memperpanjang
memperpanjang usia harapan usia hartapan hidup, hingga
hidup, hingga mempercantik diri. mempercantik diri. Semua itu tak
Semua itu tak mungkin terjadi mungkin terjadi tanpa pengorbanan
tanpa pengorbanan mereka yang hewan-hewan yang menanggung
menanggung derita sakit di derita sakit di laboratorium
laboratorium percobaan (Intisari percobaan (Intisari November,
November, 2006). 2006).

Dalam tulisan ilmiah bukan kata ia dan 5.4 Pemakaian Metafora dan Simile
mereka yang digunakan tetapi kata yang
lebih generik, yakni buah ini, binatang ini Untuk memudahkan pembaca
atau hewan ini. Untuk jelasnya perhatikan membayangkan masalah-masalah yang
(13a), (14a), dan (15a) di bawah ini: sedang dipaparkan, penulis karya ilmiah
populer lazim sekali membentuk metafora
(13a) Di Wonosobo, daerah asalnya, dan simile yang kalau diperhatikan sangat
buah ini dikenal dengan tiga khas sifatnya, dan sulit ditemukan pada
nama: kates, gandul (dengan karya ilimah biasa. Misalnya dalam
bunyi “d” seperti pada dengkul), wacana (16) kista dan miyoma disamakan
dan carica (baca: karia) (Intisari dengan tamu tak diudang, dan dalam (17)
Februari 2007)..

29
Journal Arbitrer, Vol. 1 No. 1 Oktober 2013

kedua penyakit itu diibaratkan sebagai maknanya dengan kista.


saudara sekandung. Keduanya memang sejenis, tetapi
memiliki sedikit perbedaan.
(16) Ini kisah tentang kesabaran dan
harapan Bernadetha Supartinah Adapun contoh lainnya adalah wacana
(45). Di usianya yang 40 tahun ia (18) yang membandingkan kesegaran
baru menikah. Bersama suaminya ia manisan carica dengan udara Dataran
berharap segera mempunyai Tinggi Dieng.
momongan. Tak dinyana ada kista
dan myoma di indung telur dan (18) Daging buahnya memang menjadi
rahimnya. Akankan para tamu tak manis karena tambahan gula, tapi
diundang ini menghalangi aroma manisan tidak seharum
datangnya sang buah hati? (Intisari, buahnya saat masih segar. Meski
Oktober 2006) demikian, manisan carica tetap
terasa segar sesegar udara Dieng
(17) Myoma kerap dipertukarkan saat cuaca cerah. (Intisari,
maknanya dengan kista. Keduanya Februari 2007)
memang saudara sepupu, tapi
sedikit berbeda. (Intisari, Oktober 5.5 Pemakaian Kata-kata Percakapan
2006)
Suasana pertuturan yang akrab merupakan
Dalam ragam ilmiah, tamu tak diundang ciri yang cukup menonjol di dalam
dan saudara sepupu dalam konteks (16) wacana ilmiah popuper. Untuk
dan (17) biasanya diungkapkan dengan menciptakan suasana ini sering kali para
penyakit dan sejenis (16a) dan (17a) di epenulisnya memanfaatkan penggunaan
bawah ini: kata-kata ragam percakapan. Dapat
(16a) Ini kisah tentang kesabaran dan dikatakan pemakaian kata-kata
harapan Bernadetha Supartinah percakapan ini merupakan ciri yang cukup
(45). Di usianya yang 40 tahun ia menonjol di dalam penulisan ragam
baru menikah. Bersama suaminya ilmiah populer. Kata macam, sebisa,
ia berharap segera mempunyai misalnya tidak digunakan di dalam situasi
momongan. Tak dinyana ada penuturan yang formal, alih-alih kata
kista dan miyoma di indung telur seperti, sedapat-lah yang lazim digunakan
dan rahimnya. Akankan untuk kepentingan ini. Untuk ini
penyakit-penyakit ini bandingkan (19) dan (20) dengan (19a)
menghalangi datangnya sang dan (20a).
buah hati? (19) Untuk hewan kecil macam mencit
atau tikus, eutanasia biasanya
(17a) Myoma kerap dipertukarkan dilakukan dengan cara dislokasi

30
I Dewa Putu Wijana

tulang leher (Intisari, November mengenyahkan penyakit


2006). degenarif.Rebusan daun mimba
juga dapat menurunkan
(20) Kalaupun terpaksa menggunakan kandungan asam urat, selain
hewan coba, jumlahnya harus memperbaiki jaringan hati yang
seminimal mungkin. Perlakuan sudah rusak (November 2006)
kepada mereka sebisa mungkin
tidak menyakitkan (Intisari 5.6 Penghilangan Kata Penghubung dan
November, 2006). Unsur-unsur Kalimat Lain

(19a) Untuk hewan kecil seperti mencit Fenomena penghilangan kata penghubung
atau tikus, eutanasia biasanya merupakan bukti lain mengenai cukup
dilakukan dengan cara dislokasi informalnya hubungan yang hendak
tulang leher (Intisari, November dibangun oleh penulis dengan khalayak
2006). pembacanya. Adapun kata penghubung
yang sering dilesapkan adalah kata
Kalaupun terpaksa menggunakan penghubung bahwa dalam berbagai
(20a) hewan coba, jumlahnya harus posisinya, baik sebagai penghubung
seminimal mungkin. Perlakuan penanda klausa subjek dalam kalimat
kepada mereka sedapat mungkin inversi, seperti dalam (22) atau sebagai
tidak menyakitkan (Intisari penghubung klausa subordinatif yang
November, 2006). berfungsi sebagai objek (23).

Berkaitan dengan ini di dalam wacana (22) Dari hasil penelitian diketahui,
karya ilmiah populer seringkali diselipkan minyak mimba tidak memberikan
kata-kata yang diambilkan dari dialek- efek sampingan sebagai obat
dialek yang ada dalam wilayah pemakaian kontrasepsi (Intisari, November
bahasa Indonesia. Contoh (21) berikut ini 2006)
misalnya menggunakan kata dialek
Jakarta mengenyahkan yang di dalam (23) Hasil penelitian lain
situasi formal berpadanan dengan menyebutkan, ekstrak daun
membasmi atau memberantas, atau mimba tidak mempengaruhi
mengobat. penggunaan glukosa pada
jaringan atau glikogen pada hati
(21) Ahli botani H. Schumutterer (Intaisari, November 2006) .
menyebut mimba sebagai
wonderful tree. Ini tak lepas dari Dalam tulisan-tulisan yang lebih formal
banyak peran yang disandangnya. klausa-klausa kalimat (23) dan (24)
Daunnya yang pahit dapat dihubungkan dengan penghubung bahwa

31
Journal Arbitrer, Vol. 1 No. 1 Oktober 2013

untuk mengeksplisitkan pertalian makna


yang ada di antara klausa-klausa itu. Dalam (24) terdapat penghilangan bagian
Untuk ini perhatikan (24a) dan (24a) di subjek halnya, sedangkan dalam (25)
bawah ini. terdapat pelesapan bagian predikat dan
sekaligus objek memiliki warna semu
(22a) Dari hasil penelitian diketahui merah yang dalam usaha untuk
bahwa minyak mimba tidak menghindari perulangan mungkin dapat
memberikan efek sampingan diungkapkan dengan bentuk lain, yakni
sebagai obat kontrasepsi (Intisari, memiliki corak seperti itu. Wacana (24a)
November 2006) dan kalimat (24b) boleh jadi merupakan
salah satu kemungkinan bentuknya di
(23a) Hasil penelitian lain dalam situasi yang lebih formal:
menyebutkan bahwa ekstrak
daun mimba tidak mempengaruhi (24) Lain lagi halnya dengan red
penggunaan glukosa pada crayfish. Tampilan lobster air
jaringan atau glkikogen pada hati tawar jenis ini menarik karena
(Intisari, November 2006) . warna tubuhnya yang merah
merata. Ukuran rata-ratanya 20
Selain penghubung subjek atau bagian cm. Ia suka hidup di air bersuhu
dari subjek atau predikat sering pula 18- 20 derajat celcius.
dihilangkan untuk menciptakan kalimat- Perkembangannya lebih optimal
kalimat yang tidak terkesan terlalu di daerah dingin (Intisari
formal, seperti terlihat dalam (24) dan September 2006). .
(25) berikut ini.
(25) Capit Lobster air tawar jantan
(24) Lain lagi dengan red crayfish. berwarna semu merah, sedangkan
Tampilan lobster air tawar jenis betinanya ti dak memiliki
ini menarikkarena warna corak seperti itu.
tubuhnya yang merah merata.
Ukuran rata-ratanya 20 cm. Ia 5.7 Pemanfaatan Anekdot dan
suka hidup di air bersuhu 18- 20 Permainan Bahasa
derajat celcius.
Perkembangannya lebih optimal Untuk menciptakan suasana akrab dengan
di daerah dingin (Intisari pembaca, para penulis seringkali membuat
September 2006). guyonan-guyonan. Dalam kaitan ini, tak
jarang dimanfaatkan anekdot-anekdot
(25) Capit Lat jantan punya warna yang tentu saja telah dimodifikasi terlebih
semu merah. Sedangkan dahulu. Misalnya perhatikan wacana (26)
betinanya tidak. berikut yang digunakan sebagai pembuka

32
I Dewa Putu Wijana

sebelum menceritakan masalah Nasruddin, buah tin itu bonyok.


“Penyebaran Pohon Tin”. Anehnya, tiap kali terkena satu
lemparan buah, Nasruddin
(26) Ini sebuah anekdot (dengan amalah berujar lirih,
sedikit modifikasi) yang “Alhamdulillah!” Pengawal raja
berasal dari Timur Tengah, yang mendengar heran dan
tempat pohon tin itu berasal. bertanya bagaimana ia malah ia
mengucap syukur. Jawab
Suatu hari Nasruddin Hoja pergi Nasruddin, “Penjual buah tin itu
ke istana untuk menghadap raja. benar. Untung saja saya
Sebagai oleh-oleh, ia membawa membawa buah yang lunak, Saya
sekeranjang buah kelapa. Di tidak bisa membayangkan
tengah perjalanan menuju istana, andaikata saya tadi membawa
ia bertemu dengan seorang buah kelapa.” (Intisari, Oktober
penjual buah tin. Kepada 2006)
Nasruddin, penjual buah tin itu
bilang bahwa raja tidak suka Kutipan pantun jenaka sering pula
kelapa. “Ia lebih suka diberi oleh- menghiasi wacana populer, seperti pada
oleh buah tin, karena dagiong wacana (27) berikut yang digunakan
buahnya lebih lunak,” katanya untuk mengantarkan lukisan keindahan
memberi alasan. “Kau pasti kawasan ekowisata Tangkahan, Sumatera
menyesal membawa kelapa ke Utara.
istana,” bujuk penjual yang
sehari-hari dagangannya tidak (27) Jalan-jalan ke kota Medan
laku. Tanpa pikir panjang, Jangan lupa mampir Tangkahan
Nasruddin segera memborong Naik Gajah keliling hutan
buah tin dan memberikan Petik durian buat kerabat Tuan
kelapanya kepada penjual buah Siapa lagi kalau bukan orang utan
itusecara gratis. Sesampai di
istana, ia pun memberikan Itulah pantun yang
hadiahnya itu kepada raja. Tapi, menggambarkan betapa
rupanya raja tidak berkenan. Ia menariknya hutan tangkahan. Tak
menganggap buah tin itu buah berlebihan jika kawasan ekowisata
remeh yang tidak layak ini bisa membuat pengunjung jatuh
dipersembahkan kepada raja, cinta dan enggan pulang (Intisari,
Raja murka, lalu melemparkan Desember 2006)
buah-buah tin iotu kemuka Sehubungan dengan situasi jenaka yang
Nasruddin. Plok! hendak diciptakannya, tidak
Tiap kali mengenai wajah mengherankan bila di dalam tulisan ilmiah

33
Journal Arbitrer, Vol. 1 No. 1 Oktober 2013

populer sering ditemukan permainan gaya yang tidak begitu terbelenggu oleh
bahasa yang berupa eksploitasi kata-kata kaidah-kaidah penggunaan bahasa baku
yang memiliki kemiripan bunyi, seperti yang sangat kaku. Tulisan-tulisan (ilmiah)
pada wacana (27) berikut ini. populer lazimnya menggunakan ragam
bahasa ini. Gaya populer dalam hubungan
(27) “Dulu saya nggak tahu apa itu ini harus dibedakan dengan ragam santai
rhesus. Kok kayak nama pelawak atau ragam informal pergaulan sehari-hari
(alm. Lesus-Red.) aja,” canda yang sangat longgar dalam menerapkan
Agus, seorang pemilik golongan atau mematuhi Kaidah-kaidah bahasa
darah B rhesus negatif. Di KTP baku. Hanya saja, dalam hal bagaimana
Agus Cuma tertulis bahwa secara kuantitatif perimbangan antara ciri-
golongan darahnya B. Itu saja. ciri bahasa baku dan tidak baku di dalam
Tak ada embel-embel rhesus sebuah tulisan ilmiah populer belum dapat
positif atau negatif. (Intisari diungkapkan dalam tulisan ini.
Oktober 2006).
Sejajar dengan betapa sentralnya tulisan-
6. Penutup tulisan populer di dalam kancah tulis-
menulis, Penuturan bergaya populer yang
Penguasaan secara mendalam terhadap ciri-cirinya baru sedikit saja dipaparkan di
ciri-ciri bahasa Indonesia ragam baku atas agaknya merupakan salah satu ragam
memang sangat penting. Dengan yang cukup penting untuk dikuasai oleh
menguasainya orang-orang secara relatif para calon penulis di samping
akan mampu menghasilkan tuturan- pengetahuannya mengenai aturan-aturan
tuturan atau kalimat-kalimat berlaras baku bahasa baku. Kesemuanya ini akhirnya
di dalam berkomunikasi pada situasi- akan semakin menyadarkan semua pihak
situasi yang formal atau sangat formal. yang berkepentingan dengan pengajaran
Akan tetapi, perlu pula disadari bahwa di bahasa Indonesia bahwa ragam bahasa
samping ragam yang formal itu, ada pula baku bukanlah satu-satunya ragam yang
ragam lain yang sifatnya sedikit santai harus diajarkan kepada anak didik di
yang digunakan untuk dalam aktivitas pengajaran bahasa
mengkomunikasikan berbagai masalah Indonesia.
yang sebenarnya cukup pelik atau dengan

REFERENSI

Allan, Keith. 1986, Linguistic Meaning, Volume I, London: Routledge & Kegan Paul.
Brewer, William & Edward H. Lichtenstein, 1982, “Stories are to Entertain: A
Structural Affect Theory of Stories”, Journal of Pragmatics, 6, 473-468.

34
I Dewa Putu Wijana

Coulthard, Malcolm. 1994, “On Analysing and Eavaluating Written Text”, in Advances
in Written Text Abalysis, Malcolm Coulthard (Ed.), London: Routledge
Fries, Peter H. 1994, “On Theme, Rheme, and Discourse Goals”, in Advances in Written
Text Abalysis, Malcolm Coulthard (Ed.), London: Routledge.
Gunnarsson, Britt- Louise, 1997, “On The Sociohistorical Construction of Scientific
Discourse”, in The Construction of Professional Discourse, (Edited by Britt-
Louise Gunnarsson, Per Linnell & Bengt Nordberg), New York: Addison
Wesley Longman Limited.
Halliday, M.A.K. & Ruqaiya Hasan. 1985, Language, Context, and Text: Aspects of
Language in Social semiotic Prespective, Melbourne: Deakin university.
Holmes, Janet, 1992, An Introduction to Sociolinguistics, London: Longman
Hymes, Dell, 1974, Foundations in Sociolinguistics: An Ethnographic Approach,
Philadelphia: University of Pennsylvania Press.
Johns, Tim, 1994, “The Text and Its Message”, in Advances in Written Text Abalysis,
Malcolm Coulthard (Ed.), London: Routledge.
Joss, Martin, 1967, The Five Clocks, New York: Harcourt Brace World Inc.
Kridalaksana, Harimurti, 1975, “Beberapa Ciri Bahasa Indonesia Standar”, Pengajaran
Bahasa dan Sastra, I, 15-18.
Kushartanti, 2006, “Bahasa Indonesia Baku dan Tak Baku pada Percakapan Anak
Jakarta”, Linguistik Indonesia, No. 1, Tahun ke-24, 1-10, Jakarta, Masyarakat
Linguistik Indonesia.
Leech, Geoffrey N., 1983, Principle of Pragmatics, New York: Longman.
McCarthy, Michael, 1994, “It, This and That”, in Advances in Written Text Abalysis,
Malcolm Coulthard (Ed.), London: Routledge
Moeliono, Anton M., 1977, “Bahasa Indonesia dan Ragam-ragamnya, Sebuah
Pengantar”, dalam Kompas, 25-26 Oktober 1977.
Pagano, Adriana, 1994, “Negatives in Written Text”, in Advances in Written Text
Abalysis, Malcolm Coulthard (Ed.), London: Routledge.
Poerwadarminta, W.J.S., 1979, Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang: Petunjuk
Menggunakan Bahasa Indoenesia Secara Tepat-Praktis, Yogyakarta: UP
Indonesia.
Ramlan, M., I Dewa Putu Wijana, Yohanes Tri Mastoyo, Sunarso, 1985, Inilah Bahasa
Indonesia yang Salah dan yang Benar, Yogyakarta: Andi.
Soeseno, Slamet, 1995, Teknik Penulisan Ilimiah Populer: Kiat Menulis Nonfiksi untuk
Majalah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Triyoko, Hanung, 2005, Negasi dalam Wacana Tulis Ilmiah Berbahasa Indonesia,
Tesis Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Wijana, I Dewa Putu, 1994, Kartun: Studi tentang Permainan Bahasa, Yogyakarta:
Ombak.

35
Journal Arbitrer, Vol. 1 No. 1 Oktober 2013

__________________, 1996, Dasar-dasar Pragmatik, Yogyakarta: Andi.

SUMBER DATA

Intisari, September 2006, Jakarta: Gramedia.


Intisari, Oktober 2006, Jakarta: Gramedia.
Intisari, November 2006, Jakarta: Gramedia.
Intisari, Desember 2006, Jakarta: Gramedia.
Intisari, Februari, 2007, Jakarta: Gramedia
Yacob, T., 1998, Peran Ilmu-ilmu Lunak dalam Ilmu Pengobatan, Program
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

36

Anda mungkin juga menyukai