Anda di halaman 1dari 5

P E N E L I T I A N I LM I A H

RESPON PEMBERIAN EKSTRAK ABSTRACT


JINTAN HITAM (NIGELLA SATIVA
LINN) TERHADAP KADAR C- Hepatitis B is a liver inflammatory
REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA disease caused by hepatitis B virus. Hepatitis
TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI B virus that enters the body will attack the liver
VAKSIN HEPATITIS B cells and do self replication that causes
inflammation in the liver. Black cumin has
benefits as an immunomodulator with the main
content of Thymoquinone that can boost
immunity. Thymoquinone may increase
Response Of Giving Black Jintan Extracts macrophage activity through Toll-like receptor
(Nigella Sativa Linn) Of C-Reactive Protein (TLR) to microbial phagocytosis so as not to
(CRP) In Wistar Rats That Induced Hepatitic inflammate the cells. Determination of CRP
Vaccines levels is the easiest marker of inflammation.
The purpose of this study to evaluate the
response of the extract of black cumin (Nigella
sativa Linn) on levels of C-Reactive Protein
Putri Rahayu*) (CRP) in Wistar rats induced hepatitis B
*) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan vaccine. Black cumin extract as
(STIKes) Ngudia Husada Madura imunomodulator dose 75 mg per kilogram of
body weight and 150 mg per kilogram of body
weight for 7 days to respond to the levels of
CRP in Wistar rats induced hepatitis B vaccine.

Keywords : Black cumin extract, Hepatitis


B, C-Reactive Protein (CRP).

Correspondence : Putri Rahayu, Jl. R.E. Martadinata Bangkalan, Indonesia


PENDAHULUAN Setiap manusia memiliki imunitas atau
resistensi terhadap suatu penyakit
Hepatitis B merupakan penyakit terutama infeksi yang berbeda-beda.
peradangan hati yang disebabkan oleh Sistem imun diperlukan tubuh sebagai
virus hepatitis B atau yang sering pertahanan dari adanya benda asing
dikenal dengan HBV. Menurut WHO, yang masuk dalam tubuh (Bratawidjaja
sekitar 2 miliar penduduk dunia pernah & Rengganis, 2010).
terpajan virus hepatitis B dan kira-kira Respon imun tubuh kita akan
240 juta dari jumlah tersebut merupakan bekerja ketika tubuh terpapar benda
karier hepatitis B. Setiap tahun, 600 ribu asing seperti bakteri, virus, atau
pasien hepatitis B diantaranya mikroorganisme lainnya. Ketika virus
meninggal karena komplikasi akut dan hepatitis B masuk kedalam tubuh
kronik. Penyakit ini masih menjadi manusia, virus langsung menyerang sel
masalah kesehatan di dunia, prevalensi hati dan melakukan replikasi diri. Hal ini
tinggi ditemukan di negara berkembang, dapat menyebabkan inflamasi pada hati
termasuk Indonesia. Di Indonesia, dan memicu respon imun tubuh kita
prevalensi angka karier hepatitis B pada untuk memberikan tanda dan gejala
populasi penduduk yang sehat adanya infeksi hepatitis B (Andareto,
diperkirakan dapat mencapai 20 % dari 2015). Salah satu pemeriksaan yang
penduduk Indonesia (Elliot dkk., 2013). digunakan untuk membantu mengetahui
Penyakit hepatitis B masih adanya proses inflamasi adalah
menjadi salah satu penyebab kematian pemeriksaan C-Reactive Protein atau
tertinggi akibat dari kegagalan fungsi CRP. Kadar CRP dapat meningkat lebih
hati. Penyebaran dan penularan virus cepat dalam waktu 6 jam setelah
hepatitis B 10 kali lebih cepat terjadinya reaksi inflamasi atau
dibandingkan dengan virus HIV. Virus kerusakan jaringan, dalam waktu 24-48
hepatitis B dapat menular secara jam akan didapatkan nilai puncaknya
langsung melalui darah, air mani, atau (Handojo, 2004). CRP adalah suatu alfa
cairan tubuh yang lain (Andareto, 2015). globulin yang ada dalam serum ketika

33
terjadi inflamasi sebagai respons penyuluhan kesehatan. Pencegahan
imunitas non spesifik. Kadar CRP dengan menggunakan tanaman herbal
ditemukan hampir selalu meningkat masih kurang diterapkan oleh
pada pasien demam reumatik, artritis masyarakat Indonesia. Seharusnya
reumatoid, infeksi bakterial akut, memanfaatkan tanaman herbal atau
hepatitis virus. Kadar CRP dapat bagiannya adalah salah satu cara yang
kembali normal bila pengobatan paling murah dan mudah didapatkan.
imunosupresif berhasil (Widdman, Salah satunya adalah jintan hitam yang
1995). sudah dikenal oleh masyarakat
Resolusi World Health Assembly Indonesia sebagai habatussauda’, yaitu
(2010) merekomendasikan adanya obat dari segala penyakit. Senyawa
upaya komprehensif dalam pencegahan thymoquinone yang terkandung dalam
dan kontrol hepatitis virus. Upaya ekstrak jintan hitam sangat menarik
tersebut antara lain dengan mencegah untuk diteliti mengenai perannya dalam
penularan melalui penyuluhan meningkatkan sistem imun sehingga
kesehatan ke masyarakat dan dapat menghambat terjadinya inflamasi
mengembangkan vaksin dengan akibat masuknya virus hepatitis B ke
teknologi terbaru. Upaya pencegahan dalam tubuh. Pemeriksaan kadar CRP
lainnya yang bisa dilakukan oleh yang sering digunakan untuk melihat
masyarakat salah satunya adalah adanya inflamasi dapat dijadikan tolak
dengan memanfaatkan tanaman herbal ukur keberhasilan apakah ekstrak jintan
untuk mencegah terjadinya inflamasi hitam dapat digunakan sebagai alternatif
sehingga dapat berfungsi sebagai pencegahan untuk virus hepatitis B atau
imunomodulator hepatitis B (Kemenkes, tidak.
2014). Berdasarkan latar belakang
Salah satu tanaman herbal yang tersebut peneliti ingin melakukan
sudah digunakan sebagai obat sejak penelitian secara in vivo dan in vitro
2000 hingga 3000 SM, bahkan sejak mengenai respon pemberian ekstrak
masa kejayaan Islam dan sudah dikenal jintan hitam terhadap kadar CRP pada
oleh banyak masyarakat adalah jintan tikus wistar yang diinduksi vaksin
hitam atau Nigella sativa Linn yang Hepatitis B.
biasa dikenal habatussauda’
(Puspaningtyas, 2013). Jintan hitam
memiliki beberapa manfaat, salah METODE PENELITIAN
satunya adalah sebagai imunomodulator Dalam penelitian ini, jenis
dengan kandungan utama penelitian yang digunakan adalah
Thymoquinone yang dapat eksperimental laboratorium dengan
meningkatkan kekebalan tubuh (Akrom rancangan Post Test Only Control
& Fatimah, 2015). Group Design untuk mengetahui respon
Menurut (Marlinda, 2015) dari pemberian ekstrak biji jintan hitam
beberapa artikel review yang dilakukan, terhadap kadar CRP terhadap tikus
pemberian ekstrak etanol jintan hitam yang diinduksi vaksin Hepatitis B.
pada mencit dapat meningkatkan titer Variabel bebas dalam penelitian ini
antibodi yang merupakan sistem imun adalah dosis ekstrak biji Jintan Hitam
spesifik pada dosis 50 mg/kgBB, 100 (Nigella sativa L.) dan variabel terikat
mg/kgBB, dan 200 mg/kgBB, serta yaitu kadar CRP pada tikus yang telah
dapat meningkatkan jumlah sel leukosit diinduksi vaksin Hepatitis B.
yang merupakan sistem imun non Ekstrak jintan hitam diperoleh
spesifik. Kedua sistem imun tersebut dari proses ekstraksi biji jintan hitam
sangat berperan penting untuk dengan menggunakan metode maserasi
melindungi tubuh dari serangan etanol 96 % selama 3 hari di Unit
mikroorganisme, maka penggunaan Laboratorium Pengujian Fakultas
ekstrak etanol jintan hitam sangat efektif Farmasi Universitas Airlangga
untuk meningkatkan sistem imun. Surabaya.
Selama ini pencegahan penyakit Hewan Coba yang digunakan
hepatitis B yang sudah diterapkan di dalam penelitian ini adalah Tikus jantan
lingkungan kita, hanya sebatas dengan galur Wistar berusia 2-3 bulan yang
menggunakan vaksin hepatitis B dan memiliki berat badan 100-200 gram

34
sebanyak 25 ekor tikus. Tikus yang
sudah terpilih secara acak dari populasi
dilakukan penimbangan kembali
kemudian dipisahkan menjadi 5 Tabel 5.1 Hasil Respon Pemberian
kelompok perlakuan yaitu perlakuan Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa
pertama yaitu kelompok kontrol normal Linn) terhadap Kadar C-Reactive
dengan pemberian vaksin hepatitis B Protein (CRP) pada Tikus Wistar yang
secara injeksi sehari sekali selama 7 diinduksi Vaksin Hepatitis B
hari, perlakuan kedua yaitu kelompok
kontrol negatif hanya diberi makan dan Replikasi Hasil kadar
minum standar, perlakuan ketiga yaitu Per- CRP (mg/L)
Kelompok
kelompok kontrol positif tanpa lakuan
1 2 3 4 5
pemberian ekstrak jintan hitam namun
diinduksi vaksin dengan dosis 10x dari Dosis 75 (+)
1 (-) (-) (-) (-)
dosis vaksin normal, perlakuan keempat mg/KgBB 12
adalah sampel I dengan pemberian Dosis 150 (+)
2 (-) (-) (-) (-)
ekstrak jintan hitam secara per oral mg/KgBB 6
selama 7 hari dengan dosis 75 mg/kgBB Kontrol
3 (-) (-) (-) (-) (-)
kemudian pada hari ke-8 diinduksi Normal
vaksin dengan dosis 10x dari dosis Kontrol
4 (-) (-) (-) (-) (-)
vaksin normal, dan perlakuan kelima Negatif
adalah sampel II dengan pemberian Kontrol (+) (+) (+)
5 (-) (-)
ekstrak jintan hitam secara per oral Positif 24 24 24
selama 7 hari dengan dosis 150 Keterangan :
mg/kgBB kemudian pada hari ke-8 Dosis 75 mg/KgBB :
diinduksi vaksin dengan dosis 10x dari Kelompok lima ekor tikus yang
dosis vaksin normal. diberikan ekstrak jintan hitam dengan
Pemeriksaan CRP dilakukan dosis 75 mg/KgBB selama tujuh hari
dengan meneteskan 1 tetes kontrol berturut-turut, kemudian pada hari ke
positif pada lubang test 1 dan 1 tetes tujuh diinduksi vaksin Hepatitis B.
kontrol negatif pada lubang test 2 lalu Dosis 150 mg/KgBB :
meneteskan 40 µl serum pada lubang Kelompok lima ekor tikus yang
yang lain, kemudian menambahkan 1 diberikan ekstrak jintan hitam dengan
tetes reagen lateks pada masing-masing dosis 150 mg/KgBB selama tujuh hari
lubang, lalu diaduk melingkar selama 5 berturut-turut, kemudian pada hari ke
detik dengan menggunakan pengaduk. tujuh diinduksi vaksin Hepatitis B.
Hasil dapat dibaca dalam waktu 2 menit Kontrol Normal :
setelah menggoyang slide dengan Kelompok lima ekor tikus yang
gerakan memutar. Jika terjadi aglutinasi diinjeksi vaksin Hepatitis B dengan dosis
maka dilanjutkan dengan pengenceran normal (0,018 mL) setiap hari selama
serum dengan buffer (Human, 2014). tujuh hari.
Kontrol Negatif :
Kelompok lima ekor tikus yang
HASIL PENELITIAN hanya diberikan makan dan minum.
Dari penelitian yang telah Kontrol Positif :
dilakukan mengenai Respon Pemberian Kelompok lima ekor tikus tanpa
Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa pemberian ekstrak jintan hitam, namun
Linn) terhadap Kadar C-Reactive Protein diinduksi vaksin Hepatitis B dengan 10x
(CRP) pada Tikus Wistar yang diinduksi dosis normal
Vaksin Hepatitis B, didapatkan hasil (0,18 mL).
sebagai berikut:

35
Dari data tersebut diketahui bahwa CRP dapat meningkat dari nilai normal. Hal ini
pada perlakuan tikus Wistar yang diberi dapat dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu
ekstrak jintan hitam dengan dosis 75 mg/KgBB disebabkan oleh respon imun yang berbeda-
diperoleh hasil pemeriksaan kadar C-Reactive beda dari masing-masing tikus wistar bahwa
Protein (CRP) empat sampel negatif dan pemberian dosis ekstrak jintan hitam selama 7
hanya satu sampel yang positif dengan kadar hari masih kurang memberikan respon
12 mg/L. Sedangkan, pada perlakuan tikus terhadap peningkatan aktifitas makrofag
Wistar yang diberi ekstrak jintan hitam dengan sebagai respon imun non spesifik. Selain itu,
dosis 150 mg/KgBB diperoleh hasil hasil kadar CRP yang positif juga dapat
pemeriksaan CRP empat sampel negatif dan menjadi penanda adanya infeksi selain virus
hanya satu sampel yang positif dengan kadar hepatitis B dalam tubuh tikus wistar, karena
6 mg/L. Hasil pemeriksaan CRP pada pemeriksaan CRP merupakan pemeriksaan
kelompok normal dan kontrol negatif adalah diagnostik yang dapat menjadi penanda awal
negatif untuk lima replikasi. Hasil pemeriksaan adanya inflamasi namun tidak spesifik untuk
CRP pada kelompok kontrol positif didapatkan Hepatitis B Virus saja (Handojo, 2004).
dua sampel negatif dan tiga sampel positif Inflamasi yang terjadi bisa dikarenakan bakteri
dengan kadar 24 mg/L. atau mikroorganisme lainnya.
Hasil kadar CRP negatif pada dua
tikus kontrol positif menunjukkan tidak adanya
PEMBAHASAN ikatan antigen CRP dengan antibodi CRP
Penelitian mengenai respon dalam reagen lateks. Hal ini dapat
pemberian ekstrak jintan hitam (Nigella sativa dikarenakan oleh beberapa faktor, yang
Linn) terhadap Kadar C-Reactive Protein pertama adalah respon imun tubuh yang
(CRP) pada Tikus Wistar yang diinduksi berbeda dari masing-masing tikus wistar.
Vaksin Hepatitis B menunjukkan hasil bahwa Setiap makhluk hidup memiliki imunitas yang
pemberian ekstrak jintan hitam dengan dosis berbeda-beda terhadap adanya penyakit atau
75mg/KgBB dan 150 mg/KgBB selama 7 hari infeksi (Abbas et al., 2015). Sehingga, jika
dapat memberikan respon terhadap kadar terdapat kekebalan imun yang kuat pada
CRP pada tikus wistar yang diinduksi vaksin kedua tikus wistar tersebut, maka pemberian
Hepatitis B. vaksin dengan 10x dosis normal masih kurang
Hal itu ditandai dengan 80% hasil tinggi jika digunakan untuk membuat kondisi
kadar CRP yang negatif pada kelompok tikus tersebut terinfeksi hepatitis B. Respon
perlakuan satu yaitu pemberian dosis ekstrak imun tikus tersebut bisa mengeliminasi seluruh
jintan hitam 75 mg/KgBB dan kelompok antigen, sehingga tidak terbentuk CRP
perlakuan dua yaitu pemberian dosis ekstrak sebagai penanda adanya inflamasi.
jintan hitam 150 mg/KgBB. Kadar CRP negatif Faktor yang kedua adalah kurang
menunjukkan tidak terjadinya inflamasi pada sensitifnya pemeriksaan CRP pada infeksi
tikus wistar yang telah diinfeksi oleh virus yang disebabkan oleh virus. Pemeriksaan
Hepatitis B. CRP sangat sensitif namun tidak spesifik
Hasil kadar CRP yang negatif pada sehingga harus diikuti dengan memperhatikan
perlakuan dosis tersebut diperoleh gambaran klinis dan pemeriksaan diagnostik
dikarenakan kandungan Thymoquinone yang lainnya yang spesifik. Pemeriksaan CRP
terdapat dalam ekstrak jintan hitam dapat memang dapat digunakan untuk membedakan
mempengaruhi aktifitas makrofag melalui Toll- penyebab infeksi dari bakteri, jamur, parasit,
like receptor atau TLR, zat tersebut dapat atau virus. Pada infeksi yang disebabkan oleh
menginduksi enzim neu-1 sialidase yang bakteri, kadar CRP dapat meningkat sangat
berperan untuk aktivasi makrofag dengan tinggi yaitu dapat mencapai kadar lebih dari
memberikan sinyal tranduksi melalui TLR, 100 mg/L, namun peningkatan CRP kurang
sehingga dapat meningkatkan aktifitas bermakna atau seringkali peningkatan
makrofag sebagai respon imun non spesifik tersebut masih mendekati batas-batas normal
untuk memfagositosis mikroba (Akrom & jika infeksi disebabkan oleh virus (Litbang,
Fatimah, 2015). Produksi antibodi ketika 2009), akan tetapi pada penderita sirosis hati
terjadi infeksi virus akan lebih banyak dan CRP sangat bermakna untuk melihat adanya
makrofag dapat memfagositosis seluruh inflamasi.
antigen, sehingga tidak menimbulkan inflamasi Pemeriksaan kadar CRP pada
pada sel. penyakit akibat adanya infeksi virus kurang
Hasil kadar CRP positif pada salah spesifik dikarenakan CRP yang beredar
satu replikasi di perlakuan dosis 75 mg/KgBB didalam jaringan hati masih belum bisa
dan dosis 150 mg/KgBB menunjukkan adanya mengenali virus hepatitis B karena virus
inflamasi pada tikus tersebut sehingga kadar sangat mudah hilang dalam jaringan. Sesuai

36
dengan beberapa fungsi biologis CRP Akrom dan Fatimah. 2015. Ekstrak Heksan Biji
menurut Handojo (2004), bahwa CRP hanya Jintan Hitam (Nigella sativa L)
dapat mengenal residu fosforilkonin dari Meningkatkan Aktivitas Fagositosis
fosfolipid, lipoprotein membran sel rusak, Makrofag Tikus Betina Galur SD
kromatin inti, dan kompleks DNA-hoston dari (Sprague Dawley) Yang Diinduksi
virus, sedangkan pada bakteri, CRP dapat DMBA (7,12 Dimetilbenz(a)antrasen)
mengikat langsung C-Polisakarida dari Secara In Vitro. Pharmaciana, Vol 5,
berbagai bakteri melalui reaksi presipitasi dan No.1: 73-74
aglutinasi. Oleh karena itu, CRP hanya dapat Andareto, Obi. 2015. Penyakit Menular di
digunakan sebagai pemeriksaan awal Sekitar Anda. Jakarta: Pustaka Ilmu
penanda inflamasi akibat virus saja, namun Semesta
pemeriksaan CRP masih kurang spesifik dan Baratawidjaja dan Rengganis. 2010. Imunologi
kurang bermakna untuk infeksi yang Dasar Edisi ke-11. Jakarta: Badan
disebabkan oleh virus. Penerbit FK UI
Elliot. Tom, Worthington, Osman, dan Gill.
2013. Mikrobiologi Kedokteran &
KESIMPULAN DAN SARAN Infeksi Edisi 4. Jakarta: EGC
Handojo, Indro. 2004. Imunoasai Terapan
Kesimpulan pada Beberapa Penyakit Infeksi.
Berdasarkan hasil penelitian Respon Surabaya: Airlangga University
Pemberian Ekstrak Jintan Hitam (Nigella Press.
sativa Linn) terhadap Kadar C-Reactive Human. 2014. Humatex CRP. Jerman: Human
Protein (CRP) pada Tikus Wistar yang Gesellschaft fur Biochemica and
Diinduksi Vaksin Hepatitis B, dapat Diagnostica mbH.
disimpulkan bahwa : Litbang, 2009. C-Reactive Protein. Fact Sheet.
1. Pemberian jintan hitam dosis 75 Diperoleh dari PT Media Husada
mg/KgBB sebagai imunomodulator Marlinda, Lita. 2015. Efektivitas Ekstrak Etanol
selama 7 hari memberikan respon Efektivitas Ekstrak Etanol Biji Jintan
terhadap kadar C-Reactive Protein (CRP) Hitam (Nigella sativa Linn.) Terhadap
pada tikus wistar yang diinduksi vaksin Peningkatan Fagositosis dalam
hepatitis B. Respon Imun Tubuh. J Majority 4 (3):
2. Pemberian jintan hitam dosis 150 58-64
mg/KgBB sebagai imunomodulator Puspaningtyas, D dan Utami, P. 2013. The
selama 7 hari memberikan respon miracle of Herbs. Jakarta selatan:
terhadap kadar C-Reactive Protein (CRP) AgroMedia Pustaka
pada tikus wistar yang diinduksi vaksin R.I., Kementerian Kesehatan. 2014. Situasi
hepatitis B. dan Analis Hepatitis. Jakarta:
Saran Kementrian Kesehatan RI. Diperoleh
1. Bagi masyarakat diharapkan jintan hitam dari
(Nigella sativa Linn) dapat dimanfaatkan http://www.depkes.go.id/resources/d
sebagai alternatif untuk pencegahan virus ownload/pusdatin/infodatin/infodatin-
hepatitis B. hepatitis.pdf
2. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan Widdman, Frances K. 1995. Tinjauan Klinis
penelitian lanjutan untuk melihat adanya atas Hasil Pemeriksaan
inflamasi dengan pemeriksaan yang lebih Laboratorium (Clinical Interpretation
spesifik, misalkan menghitung jumlah of Laboratory Tests) Edisi 9. Jakarta:
makrofag atau aktifitas fagositosis EGC
makrofag. World Health Organization. 2016. Hepatitis B.
3. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan Fact Sheet. Diperoleh dari
penelitian lain terkait manfaat ekstrak http://www.who.int/mediacentre/facts
jintan hitam sebagai imunomodulator heets/fs204/en/#
pada penyakit lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K., Lichtman A.H., Phillai, S. 2015.


Cellular and Molecular Immunology
Edisi 8. Philadelphia cit: Elsevier
Saunders.

37

Anda mungkin juga menyukai