Anda di halaman 1dari 11

Lampiran 1

BAHAN AJAR
Perkembangan Sistem Periodik Unsur
1. Triade Dobereiner
Pada tahun 1892, Johann Wolfgang Dobereiner mempelajari sifat-sifat beberapa unsur
yang sudah dikenal saat itu. Dari unsur-unsur yang dipelajari, didapatkan suatu pola tertentu.
Pola tersebut dikenal sebagai Triade Dobereiner, yaitu bila unsur-unsur dikelompokkan
berdasarkan kesamaan sifat dan diurutkan massa atomnya, maka di setiap kelompok terdapat
tiga unsur dimana massa unsur yang ditengah merupakah rata-rata dari massa unsur yang di
tepi. Tiga unsur yang sifatnya mirip ini disebut dengan unsur sekeluarga atau triade.

Gambar 1. Tabel Triade Dobereiner

Massa atom Li = 7 dan K = 39 sehingga


Massaatom Na = (Massa atom Li + K) / 2
= (7 + 39) / 2 = 23

2. Teori Oktaf Newlands


Dalam memepelajari sifat unsur, Dobereiner hanya menitikberatkan pada hubungan
masing-masing unsur dalam triade dan tidak berhasil menjelaskan hubungan antara triade
yang satu dengan yang lain. Baru pada tahun 1865, John Newlands yang juga seorang
penggemar musik menyusun daftar unsur yang lebih banyak melibatkan unsur-unsur yang
sudah dikenal pada saat itu. Susunan Newlands tersebut menunjukkan bahwa bila unsur-unsur
disusun berdasarkan kenaikan massa atomnya, maka setelah atom kedelapan akan didapatkan
unsur yang mirip dengan unsur pertama, unsur kesembilan sifatnya mirip dengan unsur kedua,
dan

seterusnya.
Kecenderungan tersebut dinyatakan sebagai Hukum Oktaf Newlands : Jika unsur-unsur
disusun berdasarkan kenaikan massa atom, maka sifat unsur tersebut akan berulang setelah
unsur kedelapan.
Gambar 2. Tabel Unsur Oktaf Newlands
Sifat Li mirip dengan Na, K, Cu, Rb, Ag, dan Cs. Sifat Be mirip dengan sifat Mg, Ca, Zn,
Sr, Cd, dan Hg.

3. Sistem Periodik Mendeleev


Pada tahun 1869, Dmitri Ivanovich Mendeleev, seorang ilmuwan Rusia, membuat daftar
unsur-unsur yang didasarkan pada sifat fisis dan sifat kimia dihubungkan dengan massa atom
unsur. Penyusun sebelumnya hanya menitikberatkan pada sifat fisis saja. Susunan Mendeleev
tersebut merupakan sistem periodik pertama yang sering disebut Sistem Periodik Unsur
bentuk pendek.
Sistem periodik Mendeleev disusun berdasarkan kenaikan massa atom dan kemiripan
sifat. Dari susunan tersebut, didapatkn hukum periodik, dimana sifat unsur merupakan
fungsi periodik dari massa atom. Artinya, bila unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan
massa atomnya, maka sifat unsur akan berulang secara periodik.
Laju tegak disebut golongan dan laju mendatar disebut periode. Pada tabel sistem
periodik tersebut, tampak bahwa ada sifat kimia yang dicantumkan, misalnya rumus
oksidanya. Sebagai contoh, pada golongan I (Gruppe I) terdapat rumus R 2O yang
menunjukkan bahwa golongan I tersebut bila membentuk oksida akan mempunyai rumus
H2O, Li2O, dan Na2O.
Mendeleev menyusun tabel dari unsur-unsur yang disusun oleh Newlands dengan
beberapa perbaikan, anatara lain sebagai berikut.
a. Beberapa tempat disediakan untuk unsur yang diramalkan dan diyakini oleh Mendeleev
akan ditemukan. Diramalkan massa atomnya 44, 68, 72, dan 100.
b. Ditempatkannya unsur-unsur yang sekarang disebut sebagai unsur transisi pada lajur
khusus.
c. Mengadakan koreksi terhadap massa atom yang kurang tepat, misalnya atom Cr yang
semula diyakini 43,3 dikoreksi menjadi 52,0.
d. Meramalkan sifat unsur yang belum ditemukan dan ternyata ramalannya tepat setelah
unsur tersebut ditemukan.
Gambar 3. Tabel Periodik Mendeleev

4. Sistem Periodik Modern


H.F.J.
Moseley pada
sekitar perang
Dunia I
berhasil
menemukan
kesalahan
pada sistem
periodik yang
dibuat
Mendeleev,
yaitu terdapat unsur yang terbalik letaknya. Setelah mempelajari lebih lanjut, Moseley
menemukan bahwa keperiodikan sifat tidak didasarkan massa atom, tetapi didasarkan pada
nomor atom atau muatan inti.
Susunan periodik yang disusun oleh Moseley akhirnya berkembang lebih baik sampai
didapatkan bentuk seperti sekarang dengan mengikuti hukum periodik, bahwa sifat unsur
merupakan fungsi periodik dari nomor atom. Artinya, bila unsur-unsur disusun berdasarkan
kenaikan nomor atom maka sifat unsur akan berulang secara periodik. Sistem periodik
modern dikenal juga sebagai sistem periodik bentuk panjang, dimana terdapat lajur mendatar
yang disebut periode dan lajur tegak yang disebut golongan.
Jumlah periode dalam sistem periodik modern ada 7 dan diberi tanda dengan angka
sebagai berikut.
a. Periode 1 disebut sebagai periode sangat pendek dan berisi 2 unsur.
b. Periode 2 dan 3 disebut periode pendek dan masing-masing berisi 8 unsur.
c. Periode 4 dan 5 disebut periode panjang dan masing-masing berisi 18 unsur.
d. Periode 6 disebut periode sangat panjang yang berisi 32 unsur. Pada periode ini,
terdapat deretan unsur yang disebut deret Lantanida, yaitu unsur dengan nomor 58
sampai nomor 71 dan diletakkan pada bagian bawah.
e. Periode 7 disebut periode belum lengkap karena mungkin masih akan bertambah lagi
jumlah unsur yang menempatinya, dimana sampai saat ini berisi 24 unsur. Pada
periode ini, terdapat pula deretan unsur yang disebut dengan deret Aktinida, yaitu
unsur bernomor 90 sampai 103, dan diletakkan pada bagian bawah.

Gambar 4.
Tabel Periodik
Modern
Kelebihan dan Kelemahan

Model SPU Kelebihan Kelemahan


Tiade Adanya keteraturan setiap unsur Pengelompokan unsur ini
Dobereiner yang sifatnya mirip massa Atom kurang efisien dengan adanya
(Ar) unsur yang kedua (tengah) beberapa unsur lain dan tidak
merupakan massa atom rata-rata termasuk dalam kelompok triade
di massa atom unsure pertama padahal sifatnya sama dengan
dan ketiga unsur dalam kelompok triade
tersebut

Teori Oktaf Lebih banyak unsur yang Hukum oktaf hanya berlaku
Newlands terdaftar dalam tabel periodik untuk unsur yang ringan, masih
dibandingkan SPU Dobereiner. ditemukan beberapa oktaf yang
isinya lebih dari 8 unsur

Sistem Periodik Terdapat tempat-tempat kosong Adanya empat pasal anomali,


Mendeleev yang diramalkan akan diisi yaitu penyimpangan terhadap
dengan unsur yang belum hukum perioditas yang disusun
ditemukan pada waktu itu berdasarkan kenaikan massa
atomnya. Yaitu Ar-K, Te-I, Co-
Ni, Th-Pa

Sistem Periodik Dapat menggolongkan unsur Posis hidrogen masih


Modern kimia berdasarkan sifatnya diperdebatkan, Tidak bisa
secara teratur, Penggolongan mengakomodasi logam transisi
berdasarkan nomor atom, bukan yang termasuk kelompok
massa atom, Penggolongan lantanida dan aktinida
sistematis dan mudah diingat

Sifat-Sifat Keperiodikan
1. Jari-Jari Atom
Jari-jari atom merupakan jarak dari pusat atom (inti atom) samapai kulit elektron terluar
yang ditempati elektron.Panjang pendeknya jari-jari atom ditentukan oleh 2 faktor, yaitu
sebagai berikut.
a. Jumlah kulit elektron
Semakin banyak jumlah kulit yang dimiliki oleh suatu atom, maka semakin panjang
jari-jari atomnya. Contoh : Jari-jari atom Na lebih panjang dari Li karena jumlah kulit
yang dimiliki atom Na lebih banyak dari atom Li.

b. Muatan inti atom


Bila jumlah kulit dari dua atom sama banyak, maka yang berpengaruh terhadap
panjangnya jari-jari atom adalah muatan inti atom. Semakin besar
muatan intinya, gaya tarik inti atom terhadap elektron lebih kuat,
sehingga elektron lebih mendekat ke inti atom.
Contoh
Na : 2 8 1
11 17Cl : 2 8 7
Kedua atom ini mempunyai jumlah kulit yang sama banyak (3
kulit), tetapi nomor atom Cl (17) lebih besar dibandingkan
nomor atom Na(11) sehingga gaya tarik inti atom Cl lebih kuat daripada Na.
Akibatnya, jari-jari atom Cl lebih pendek daripada Na.

Gambar 5. Kecenderungan perubahan jari-jari atom


Dari tabel tersebut,terlihat ada kecenderungan bahwa jari-jari atom dalam suatu periode
dari kiri ke kanan semakin pendek sedangkan jari-jari atom unsur segolongan dari atas
kebawah semakin panjang. Kecenderungan tersebut diakibatkan oleh adanya gaya tarik inti
terhadap elektron dan jumlah kulit elektron.
Dalam satu periode dari kiri kekanan, muatan inti semakin bertambah, sedangkan jumlah
kulit elektronnya tetap. Akibatnya,gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin kuat
sehingga menyebabkan jarak elektron kulit terluar dengan inti semakin dekat.
Dalam satu golongan, semakin kebawah, jumlah kulitnya semakin banyak. Meskipun
dalam hal ini jumlah muatan inti semakin banyak, tetapi pengaruh bertambahnya jumlah kulit
lebih besar daripada pengaruh muatan inti. Akibatnya, jarak elektron kulit terluar terhadap inti
semakin jauh.

2. Energi Ionisasi
Energi ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron yang terikat
paling lemah oleh suatu atom-atom atau ion dalam wujud gas. Elektron yang terikat paling
lemah dari suatu atom adalah elektron yang terdapat pada kulit terluar.

Contoh
Na(g)  Na+ (g) + e– Ei = 495,9m kJ/mol
Mg(g)  Mg+(g) + e– Ei = 737,7m kJ/mol

Besarnya energi ionisasi merupakan ukuran mudah tidaknya elektron terlepas dari atom,
atau kuat tidaknya elektron terikat oleh inti atom. Semakin besar energi ionisasinya, semakin
mudah elektron terlepas dari atom. Contoh diatas menunjukkan bahwa energi sebesar 495,9
kJ diperlukan untuk melepaskan sebuah electron dari atom gas natrium, sedangkan untuk
melepaskan sebuah eletron dari atom gas magnesium, diperlukan 737,7 kJ. Hal ini
menunjukkan bahwa logam natrium lebih mudah melepaskan elektron daripada logam
magnesium.
Jari-jari atom Na adalah 186Å dan jari-jari atom Mg 160Å. Dengan demikian, besarnya
energi ionisasi suatu atom dipengaruhi oleh ukuran jari-jari atomnya. Semakin panjang jari-
jari atom, semakin jauh jarak elektron terhadap inti sehingga gaya tarik inti terhadap electron
lemah. Oleh karena itu, dibutuhkan energi yang rendah untuk melepas elektronnya. Jadi,
dapat disimpulkan semakin panjang jari-jari atom, semakin kecil energi ionisasinya.
Energy ionisasi unsur-unsur dalam satu periode dari kiri kekanan cenderung semakin
besar dan energy ionisasi unsur-unsur segolongan dari atas ke bawah semakin kecil.

Gambar 6. Grafik kecenderungan energi ionisasi unsur-unsur


3. Afinitas Elektron
Tidak semua atom unsur mudah melepaskan elektron, tetapi ada sebagian atom-atom
unsur yang justru cenderung lebih mudah menarik elektron. Bila energi ionisasi merupakan
energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron, maka afinitas elektron adalah besarnya
energi yang dihasilkan atau dilepaskan apabila suatu atom menarik sebuah elektron. Semakin
besar energi yang dilepas (afinitas elektron), semakin besar pula kecenderungan atom tersebut
menarik elektron dan menjadi ion negative.

Contoh
Cl(g) + e–  Cl- (g) Afinitas elektron = 352,4 kJ

Nilai afinitas elektron suatu unsur sukar ditentukan, apalagi bila unsur tersebut sukar
menangkap electron. Gambar 7 menunjukkan nilai afinitas elektron beberapa unsur yang
sudah diketahui.
Gambar 7. Nilai afinitas electron beberapa unsur (kJ/mol)
Kecenderungan afinitas elektron menunjukkan pola yang sama dengan pola
kecenderungan energi ionisasi.
4. Keelektronegatifan
Dengan adanya kesulitan dalam pengukuran afinitas elektron untuk semua unsur, maka
para ahli kimia menciptakan besaran baru yang dapat menggantikan nilai afinitas elektron,
yaitu kelektronegatifan atau elektronegatifitas. Keelektronegatifan atau elektronegatifitas
adalah kecenderungan suatu atom dalam menarik pasangan elektron yang digunakan bersama
dalam membentuk ikatan.
Gambar 8. Nilai keelektronegatifan unsur-unsur dalam system periodik

Semakin besar nilai keelektronegatifan suatu atom, semakin mudah bagi atom tersebut
untuk menarik pasangan elektron ikatan, atau gaya tarik elektron dari atom tersebt semakin
kuat. Dengan demikian, pola kecenderungannya akan sama dengan afinitas elektron.
Keelektonegatifan mempunyai makna yang berlawanan dengan energi ionisasi karena
semakin mudah suatu atom melepaskan elektron berarti semakin sukar dalam menarik
elektron, dan sebaliknya. Skala keelektronegatifan tidak mmempunyai satuan karena nilainya
didasarkan pada gaya tarik suatu atom pada elektron, relatif terhadap gaya tarik atom lainnya
pada elektron.

Anda mungkin juga menyukai