Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. R DENGAN ATTENTION DEFICYT


HIPERAKTIVITY DISORDER (ADHD)

REVIEW STUDI KASUS

Disusun Oleh:
YERNI RAMBU WOJI
NIM. 01.3.21.00505

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI


PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
T.A 2021/2022
STIKES RS BAPTIS KEDIRI
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : YERNI RAMBU WOJI


NIM : 01.3.21.00505
JUDUL :ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. R DENGAN ATTENTION
DEFICYT HIPERAKTIVITY DISORDER (ADHD)

Dosen Pembimbing Kep. Anak Kediri, 07 Desember 2021


Mahasiswa

Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep Yerni Rambu Woji

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih Anugerah-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan “Laporan Asuhan Keperawatan Anak”.
Laporan ini saya susun sebagai penugasan laporan asuhan keperawatan mulai
tanggal 06 Desember 2021 secara online.
Dalam kesempatan ini dengan suka cita saya mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing yaitu, ibu Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep yang telah
membimbing dalam penyusunan asuhan keperawatan ini.
Saya menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan
saran dalam perbaikan langkah selanjutnya sangat saya harapkan

Kediri, 07 Desember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi.............................................................................................................
1.2 Etiologi.............................................................................................................
1.3 Patofisiologi......................................................................................................
1.4 Manifestasi Klinis.............................................................................................
1.5 Tumbuh Kembang Anak ADHD......................................................................
1.6 Kebutuhan Nutrisi Anak ADHD......................................................................
1.7 Peran Perawat pada Anak ADHD.....................................................................
1.8 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................
1.9 Komplikasi........................................................................................................
1.10 Penatalaksanaan Medis dan Perawatan...........................................................

BAB II TEORI ASUHAN KEPERAWATAN


2.1 Pengkajian.........................................................................................................
2.2 Diagnosa...........................................................................................................
2.3 Intervensi..........................................................................................................
2.4 Implementasi.....................................................................................................
2.5 Evaluasi.............................................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian.........................................................................................................
3.2 Diagnosa...........................................................................................................
3.3 Intervensi..........................................................................................................
3.4 Implementasi.....................................................................................................
3.5 Evaluasi.............................................................................................................
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Menurut American Academy Pediactrics, Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) adalah gangguan yang diketahui sebagai gangguan
hiperaktifitasdefisit-perhatian adalah suatu kondisi kronologis kronis yang
diakibatkan dari adanyagangguan fungsi pada sistem sistem saraf pusat dan tidak
berkaitan dengan jeniskelamin, tingkat kecerdasan, atau lingkungan kultural.
Gangguan hiperaktifitas defisit perhatian adalah istilah terakhir
dariserangkaian istilah yang dgunakan oleh ahli psikiatri dan neuorologi
untukmenjelaskan anak dengan intelegensi normal atau hampir normal,
tetapimemperlihatkan pola perilaku abnormal yang terutama ditandai dengan
kurangnya perhatian, mudah teralih perhatiannya, inpulsif, dan hiperaktif serta
sering disertaigangguan belajar serta agresifitas.
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,
suatukondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit
memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak),
Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu
banyak bergerak/aktif),dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak
usia sekolah menderitaADHD.
Dapat disimpulkan bahwa ADHD adalah gangguan neurobiologis yang
menyebabkan kelainan hiperaktifitas, kecenderungan untuk mengalami masalah
pemusatan perhatian, kontrol diri, dan kebutuhan untuk selalu mencari stimulasi
yang mulai ditunjukkan oleh anak sebelum usia 4 tahun, dan hal tersebut
menyebabkananak ADHD akan menunjukkan banyak masalah ketika SD karena
dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai
ketrampilan akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan.

1.2 Etiologi
Berbagai penelitian menunjukkan penyebab terjadinya gangguan ini, meliputi
berbagai faktor yang berpengaruh terhadap fungsi otak.

1. Faktor Penyebab
a. Faktor Genetik
Hier (1980) telah menunjukkan adanya hubungan anatara faktor
genetikdan penyebab gangguan ini, yaitu pada anak laki-laki dengan
kelebihan Y kromosom (XYY) menunjukkan peningkatan kejadian
hiperaktivitas yangmenyertai kemampuan verbal dan performance rendah.
Masalah kesulitanmemusatkan perhatian dan kesulitan belajar juga
diakibatkan adanya cacatgenetik. Pada anak perempuan dengan kromosom
45, XO juga menunjukkan kesulitan memusatkan perhatian dan kesulitan
menulis dan menggambar ulang.
b. Faktor Neurologik dan Proses dalam Otak
Rutter berpendapat bahwa ADHD adalah gangguan fungsi otak,
olehkarena itu didapatkan defisit aktivasi yang disebabkan oleh adanya
patologi diarea prefrontal dan atau sagital frontal pada otak dengan
predominasi padakorteks otak. Adanya kerusakan otak merupakan resiko
tinggi terjadinya gangguan psikiatrik termasuk ADHD. Kerusakan otak
pada janin dan neonatal paling sering disebabkan oleh kondisi hipoksia.
Keadaan hipoksia memiliki kecenderungan menyebabkan terjadinya
patologi yang merata padakorteks otakyang menimbulkan gangguan
fungsi integrasi koordinasi dan pengendaliankortikal. Korteks frontal
dianggap memiliki peran penting dalam aktivasi dan integrasi lebih lanjut
dari bagian otak lain. Oleh karena itu, patologi yang merata pada korteks
otak dianggap sebagai penyebab terjadinya gejala lobus frontalis.
c. Faktor Neurotransmitter
Berbagai penelitian menunjukkan hasil bahwa gejala aktivitas motorik
yang berlebihan pada ADHD secara patofisiologi disebabkan oleh fungsi
norepinefrin abnormal. Sedangkan gejala lain , yang tidak mampu
memusatkan perhatian dan penurunan vigilance disebabkan oleh fungsi
dopaminerjik abnormal. Gangguan pada sistem norepinefrin berpean pada
terjadinya gejalaADHD, tetapi tidak menjadi penyebab tunggal.
Terjadinya ADHD disebabkanoleh beberapa sistem yang berbeda tetapi
memiliki hubungan yang erat. Sistemtersebut memiliki peran yang
berbeda terhadap metabolisme dopamin ataunorepinefrin. Meskipun
berbagai obat anti ADHD memiliki komposisi kimiawi berbeda,
mekanisme kerja obat tersebut sama baik dengan dopaminerjik ataupun
norepinefrinerjik. Norepinefrin dan dopamin adalah poten agonis pada
reseptor D4 di celah pascasinaptik, gen reseptor dopamin D4 (DRD 4)
sampai saat initelah dianggap sebagai penyebab gangguan ini ( Landau et
al ., 1997 ;Biederman, 2000)
d. Faktor Psikososial
Willis dan Lovaas berpendapat bahwa perilaku hiperaktivitas disebabkan
oleh buruknya rangsang pengendalian oleh perintah dari ibu, dan
pengaturan perilaku yang buruk pada anak timbul dari manjemen
pengasuhan orangtua yang buruk. Berbagai penelitian juga menunjukkan
adanya pengaruh faktor lingkungan terhadap terjadinya gangguan ini
seperti stimulasi berlebihan oleh orangtua pada waktu mengasuh anak dan
masalah psikologis yang terjadi pada orang tua.
e. Faktor Lingkungan
Berbagai toksin endogen juga pernah dianggap sebagai penyebab ADHD.
Seperti keracunan timbal, aditif makanan, dan reaksi alergi. Akan tetapi
berbagai penelitian terhadap faktor tersebut belum ada yang menunjukkan
bukti adanya hubungan yang bermakna antara faktor tersebut dengan
ADHD.
2. Faktor Predisposisi
a. Teori psikodonamika.
Teori Mahler (1975) mengusulkan bahwa anak dengan ADHD adalah
tetap pada fase simbiotik dari perkembangan dan belum membedakan diri
dengan ibunya. Perkembangan ego mundur, dan dimanifestasikan perilaku
impulsif dan diperintahkan oleh id.
b. Teori biologia.
DSM-III-R menyatakan bahwa abnormalitas sistem saraf pusat (SSP),
seperti adnya neurotoksin-neurotoksin, serebral palsi, epilepsi, dan
perilaku-perilaku neurologis yang menyimpang lainnya, disebut sebagai
faktor predisposisi. Lingkungan-lingkungan yang tidak teratur atau
semrawut serta penyiksaan dan pengabaian terhadap anak dapat
merupakan faktor-faktor predisposisi pada beberapa kasus.
c. Teori dinamika keluarga.
Bowen (1978) mengusulkan bahwa bila ada hubungan pasangan
disfungsional, fokus dari gangguan dipindahkan pada anak, dimana
perilakunya lambat laun mulai mencerminkan pola-pola dari gangguan
fungsi system.

1.3 Patofisiologi
Patofisiologi ADHD atau di indonesia dikenal dengan GPPH (Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif) memang tak jelas. Ada sejumlah teori yang
membicarakan patofisiologi ADHD. Penelitian pada anak ADHD telah
menunjukkan ada penurunan volume korteks prefrontal sebelah kiri, Penemuan
ini menunjukkan bahwa gejala ADHD inatensi, hiperaktivitas dan impulsivitas
menggambarkan adanya disfungsi lobus frontalis, tetapi area lain di otak
khususnya cerebellum juga terkena.
Penelitian “neuroimaging” pada anak ADHD tak selalu memberikan hasil
yang konsisten, pada tahun 2008 hasilnya neuroimaging hanya digunakan untuk
penelitian, bukan untuk membuat diagnosa. Hasil penelitian “neuroimaging”,
neuropsikologi genetik dan neurokimiawi mendapatkan ada 4 area frontostriatal
yang memainkan peran patofsiologi ADHD yakni : korteks prefrontal lateral,
korteks cingulate dorsoanterior, kaudatus dan putamen. Pada sebuah penelitian
anak ADHD ada kelambatan perkembangan struktur otak tertentu rata-rata pada
usia 3 tahun, di mana gejala ADHD terjadi pada usia sekolah dasar.
Kelambatan perkembangan terutama pada lobus temporal dan korteks
frontalis yang dipercaya bertanggung jawab pada kemampuan mengontrol dan
memusatkan proses berpikirnya. Sebaliknya, korteks motorik pada anak
hiperaktif terlihat berkembang lebih cepat matang daripada anak normal, yang
mengakibatkan adanya perkembangan yang lebih lambat dalam mengontrol
tingkah lakunya, namun ternyata lebih cepat dalam perkembangan motorik,
sehingga tercipta gejala tak bisa diam, yang khas pada anak ADHD. Hal ini
menjadi alasan bahwa pengobatan stimulansia akan mempengaruhi faktor
pertumbuhan dari susunan saraf pusat.

Pada pemeriksaan laboratorium telah didapatkan bahwa adanya 7 repeat allele


DRD4 gene (Dopamine 04 receptor gene) di mana merupakan 30% risiko genetik
untuk anak ADHD di mana ada penipisan korteks sebelah kanan otak, daerah otak
ini penebalannya jadi normal sesudah usia 10 tahun bersamaan dengan
kesembuhan klinis gejala ADHD.
Dari aspek patofisiologik, ADHD dianggap adanya disregulasi dari
neurotransmitter dopamine dan norepinephrine akibat gangguan metabolisme
catecholamine di cortex cerebral. Neuron yang menghasilkan dopamine dan
norepinephrine berasal dari mesenphalon. Nucleus sistem dopaminergik adalah
substansia nigra dan tigmentum anterior dan nucleus sistem norepinephrine
adalah locus ceroleus.
1.4 Manifestasi Klinik
Menurut Diagnostic and Satatistical Manual of Mental Disorder (DSM),
terdapat 3 gejala utama ADHD, yaitu :
1. Inatensi
Yaitu anak ADHD menujukkan kesulitan memusatkan perhatian
dibandingkan dengan anak normal dengan umur dan jenis kelamin yang sama.
Masalah tersebut antara lain:
a. Sering tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu hal secara detail/rinci
b. Sering membuat kesalahan karena ceroboh
c. Sulit mempertahankan perhatiannya pada tugas-tugas atau aktivitas
bermain
d. Segera tidak mendengar sewaktu diajak bicara
e. Sering tidak mengikuti perintah/cenderung menentang dan tidak
memahami perintah
f. Sering tidak dapa mengorganisir / mengatur tugas-tugas / aktivitasnya
g. Sering menolak, tidak menyenangi untuk terikat pada tugas-tugas yang
menuntut
ketahanan mental
h. Sering kehilangan barang
i. Perhatiannya mudah beralih
j. Pelupa
2. Hiperaktivitas
Yaitu anak ADHD juga menunjukkan aktivitas yang sangat berlebihan atau
tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik aktivitas motorik maupun
verbal. Berikut merupakan perilaku anak yang menunjukkan hiperaktivitas:
a. Kaki dan tangan tidak dapat tenang
b. Berteriak-teriak di tempat duduknya
c. Sering meninggalkan tempat duduknya sewaktu di kelas
d. Berlari kesana kemari
e. Sulit melakukan aktivitas/bermain dengan tenang
f. Ada saja hal yang dilakukan
g. Seringkali berbicara dengan suara yang keras
3. Impulsivitas atau Perilaku Impulsif
Anak yang menderita ADHD pada umumnya tidak mampu menghambat
tingkah lakunya pada waktu memberikan respon terhadap tuntutan situasional
dibandingkan dengan anak normal dengan umur dan jenis kelamin yang sama.
Berikut merupakan perilaku impulsif yang mencirikan sebagai anak penderita
ADHD:
a. Menjawab sebelum selesai pertanyaan
b. Sulit menunggu giliran
c. Sering menginterupsi atau mengintrusi orang lain (misal orang lain sedang

berbicara atau bermain)

1.5 Tumbuh Kembang Anak ADHD


1. ADHD sebagai Gangguan Perkembangan
Gangguan perilaku ADHD merupakan gangguan perkembangan yang berawal
dari masa kanak-kanak dengan manifestasi gangguan perilaku yang kadang
justru semakin jelas pada usia-usia sesudahnya (Durand & Barlow, 2006).
Gangguan ADHD akan mengganggu kapasitas untuk mengatur dan mencegah
perilaku yang tidak semestinya, serta mengganggu atensi dalam melaksanakan
tugas perkembangan secara semestinya (Rief, 2008). Anak dengan ADHD
akan mengalami hambatan dalam prinsip sekuensial perkembangan manusia.
Prinsip sekuensial sendiri adalah kemampuan yang dicapai pada fase
sebelumnya yang akan menjadi pijakan perkembangan pada masa sesudahnya
dengan tidak menghilangkan kemampuan sebelumnya tersebut, dan
sebaliknya (Taylor & Houghton, 2008).
2. ADHD sebagai Gangguan Maladaptive
Jika dilihat dari perilaku yang ditunjukkan oleh anak ADHD, maka termasuk
dalam gangguan perilaku maladaptive. Maksudnya adalah perilaku-perilaku
yang muncul pada ADHD, yakni terlalu banyak bergerak, kehilangan
perhatian, dan impulsif akan menyebabkan hambatan penyesuaian diri dengan
lingkungan (maladaptif). Hal tersebut dapat terjadi karena anak kesulitan
memilah stimulus yang semestinya direspon dan diabaikan. Perilaku
maladaptif pada anak ADHD dikarenakan tidaka adanya kemampuan untuk
mengontrol aktivitasnya sesuai permintaan lingkungan. Adapun pada gejala
impulsifitas, perilaku maladaptive muncul karena mereka terlalu cepat an
tidak terarah dalam merespon stimulasi lingkungannya (Hardman, 1990)
3. ADHD sebagai Permasalahan Akademik
Hubungan anatara ADHD dengan gangguan belajar sangat bisa dimengerti
ketika anak dengan ADHD kehilangan perhatian dan konsentrasi pada
pelajarannya, dan justru beralih perhatian pada situasi-situasi umum di
lingkungan belajarnya seperti gambar di dinding. Pada siswa hiperaktif-
impulsif memiliki kecenderungan yang selalu bergerak dan berpindah tempat,
serta perilaku yang terburu – buru dan tidak bisa dikendalikan yang
mengahambat proses belajarnya. Secara umum gangguan belajar anak ADHD
dalam membaca dan menulis adalah kehilangan konsentrasi dan tidak bisa
fokus. Dalam matematika, anak ADHD seringkali kesulitan dalam membaca
tanda operasi hitungan dan kesulitan dalam memahami dan mengerjakan soal
cerita.
Tumbuh kembang yang abnormal di atas dapat menimbulkan masalah-
masalah pada anak seperti :
1. Masalah disekolah
Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru
dengan baik, konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak
dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian
yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-
tugas sekolah, kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu
anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka
bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak
hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan
matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan
motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa
2. Masalah dirumah
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih
mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan
psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis)
seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya
toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, dan
gampang emosional. Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan
mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi, hambatan-
hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang
mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya, karena
sering dibuat jengkel, orangtua sering memperlakukan anak secara kurang
hangat. Orangtua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan,
banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak
dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan antara orangtua dengan anak,
baik anak maupun orangtua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi
kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi.
Kegagalan bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang
negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak
mampu, dan ditolak.
3. Masalah bicara
Anak hiperaktif biasanya suka berbicara, dia banyak berbicara, namun
sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan
perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik,
anak ADHD cenderung banyak bergerak sehingga kurang mampu
merespon lawan bicara secara tepat.
4. Masalah fisik
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak
sebaik anak lain, beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi
tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang
anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering
terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik
anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh,
terkilir, dan sebagainya.

1.6 Kebutuhan Nutrisi Anak ADHD


Makanan merupakan faktor penting yang menunjang pengobatan ADHD.
Makanan yang tepat membantu otak untuk lebih mudah berkonsentrasi, terfokus,
dan terorganisir. Nutrisi bagi anak ADHD harus bebas dari semua makanan
penyebab alergi yang mungkin dialami oleh anak tersebut. Makanan yang
menyebabkan alergi tidak hanya menyebabkan efek negatif pada perkembangan
anak namun juga pada kesehatan secara keseluruhan. Makanan juga harus
mengandung semua vitamin yang dibutuhkan serta suplemen jika diperlukan.
Makanan sebaiknya juga disajikan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian
anak untuk mau memakannya.
Menurut Verayanti (2008) pengaturan nutrisi bermanfaat sebagai salah satu cara
yang digunakan untuk mengendalikan gejala-gejala pada anak ADHD. Selain
tidak berbahaya, pengaturan nutrisi aman digunakan dalam jangka panjang.
Berikut adalah beberapa makanan yang yang baik dibetrikan kepada anak ADHD:
1. Karbohidrat Kompleks
Nutrisi yang diberikan pada anak ADHD adalah meningkatkan jumlah asupan
karbohidrat kompleks, karena nutrisi ini akan dicerna secara perlahan-lahan
sehingga membuat perut kenyang untuk waktu yang lama. Hal ini untuk
mencegah ngemil di antara waktu makan, dan menghindarkan dari makanan
olahan dan junk food yang dapat memperburuk gejala ADHD. Sertakan lebih
banyak sayuran dan buah-buahan, seperti buah pir, jeruk keprok, jeruk, buah
kiwi, apel dan jeruk dalam diet penderita. Karbohidrat kompleks di malam
hari juga dapat membantu penderita supaya mudah tertidur. Karbohidrat
kompleks juga diperlukan anak ADHD sebagai sumber energinya dikarenakan
salah satu gejala kelainan ini adalah aktivitas motorik anak yang berlebihan
(hiperaktivitas).
2. Essential Fatty Acid (EFAs)
Merupakan salah satu lemak yang sebaiknya diberikan kepada anak. DHA
asam lemak omega 3 adalah kunci utama untuk mencegah ADHD
berkembang di dalam otak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap anak
dengan learning disorder, termasuk tingkat perhatian yang menurun dan juga
berlaku hiperaktif adalah salah satu akibat dari penurunan EFA. Untuk
meningkatkan kadar EFA, sebaiknya perbayak konsumsi ikan, biji-bijian, dan
juga kacang-kacangan yang merupakan sumber EFA yang baik.
3. Vitamin B Kompleks
Vitamin B dibutuhkan untuk meningkatkan aktifitas saraf dan sangat baik
untuk menurunkan stres, dan keduanya ini banyak sekali ditemui pada anak-
anak yang menderita ADHD. Meskipun hampir seluruh vitamin B ini adalah
baik, tapi ada dua jenis yang memiliki potensial efek. Seperti vitamin B3 atau
yang sering dikenal dengan niacin. Niacin ini dapat menyebabkan iritasi kulit,
yang sangat berpengaruh pada kerusakan hati. Tingginya dosis vitamin B6
juga dapat menyebabkan kurangnya sensitifitas anak.
Sumber vitamin B adalah ragi, hati, gandum utuh baik dari sereal atau roti,
nasi, kacang kacangan, telur, susu, ikan, buah-buahan, daging, sayuran hijau
dan juga kedelai.
4. Protein
Protein merupakan penyumbang energi terbaik untuk tubuh. Hal ini juga
sangat baik untuk anak-anak dengan ADHD, dengan mengkonsumsi sedikit
porsi protein sehari mampu mengganti energi yang telah mereka keluarkan
seharian. Makanan yang mengandung protein dapat ditemukan pada telur
ayam, daging ayam, tempe maupun tahu. Juga terdapat pada udang, namun
perlu diperhatikan apakah anak alergi terhadap udang tersebut.
5. Kalsium dan Magnesium
Kalsium selain baik untuk pertumbuhan tulang juga sangat baik melapisi
membran sel dan melindungi jaringan syaraf. Hal ini sangat baik dalam
mempengaruhi tingkah laku anak anak ADHD. Magnesium juga memberikan
efek menenangkan pada sistem saraf, membantu menjaga otot dan fungsi
saraf. Susu dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium. Sayuran hijau
seperti brokoli, dan gandum utuh yang terkandung dalam sereal juga menjadi
sumber tambahan. Sedangkan bayam, kacang-kacangan, dan makanan yang
berasal dari biji-bijian kaya akan magnesium.
6. Mineral
Mineral merupakan salah satu mikronutrient yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh setiap hari, meskipun dengan jumlah yang tidak terlalu besar. 'Trace
Mineral' dapat membantu ADHD anak-anak termasuk zat besi dan zinc. Studi
telah membuktikan bahwa anak-anak dengan ADHD memiliki kadar zinc
yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang tidak memiliki
ADHD. "Trace Mineral' ini dapat ditemukan dalam buah-buahan dan sayuran.
Akan tetapi mineral terbanyak bisa didapat dari multivitamin tambahan
dengan kadar gula rendah yang rendah.
Jenis makananan yang pantang dikonsumsi oleh anak ADHD adalah :

1. Gula dan makanan manis


Gula harus dihindari untuk anak-anak karena dapat menyerap vitamin mineral
dan juga enzim yang terdapat dalam tubuh. Hindaari menu sarapan yang
mengandung kadar gula lebih banyak, seperti sereal, energy bars, minuman
yang mengandung pemanis dan pengawet, dan masih banyak lagi.
Selain itu mood anak-anak sebagaian besar dipengaruhi oleh fungsi tubuh,
terutama tingkat gula darah. Ketika tingkat gula darah seorang anak terlalu
rendah, mereka menjadi lamban, mudah bingung dan kalut. Sebaliknya, ketika
gula darah seorang anak terlalu tinggi, mereka menjadi mudah marah, gelisah,
cemas dan, pada banyak kasus, mereka tak bisa dikendalikan. Mereka
bertindaktanpa tujuan, dan ini terjadi di luar kendali mereka.
Ketika tingkat gula darah meningkat, tubuh akan bekerja lebih keras untuk
mengatasi peningkatan hormon kortisol dan adrenalin. Hormon yang
menyuplai energi bagi tubuh untuk mengatasi tekanan, memberikan anak
sejumlah besar energi.
Dilihat dari usianya, normal bagi seorang anak menjadi aktif secara fisik
namun kelebihan hormon-hormon tersebut dapat menjadikan mereka anak
aktif. Mereka belum mampu mengontrol timbunan energi ini.
2. Zat Additives
Warna biru, pink, dan kuning dekorasi cake, atau goldfish crackers yang
berwarna warni sangat disukai anak-anak karena warnanya yang sangat
mencolok. Lembaga pengujian obat dan makanan di Amerika telah
menemukan puluhan bahkan ratusan makanan yang mzengandung zat additive
atau pengawet guna meningkatkan rasa, penampilan, dan juga aroma. Hal ini
bukan berarti aman untuk kesehatan anak khususnya yang menderita ADHD.
Usahakan makanan yang dikonsumsi sealami mungkin, tanpa menggunakan
pewarna seperti kuning dan merah, dan juga jauhkan dari makanan yang
mengandung Monosodium Glutamat(MSG).
3. Kafein
Kafein menyerap mineral daari dalam tulang, disaat tubuh sedang kekurangan
mineral. Kopi, teh dan minuman berkafein lainnya mengandung asam dan
kadarnya lebih rendah dari pH dalam tubuh, sehingga membuat tubuh bekerja
lebih keras untuk menyeimbangkan kadar pH dalam tubuh.
Hal ini menyebabkan anak-anak yang mengidap ADHD yang mungkin
mengkonsumsi terlalu banyak kafein yang seringkali terdapat dalam cokelat,
minuman soda, makanan manis lain kemungkinan kehilangan banyak mineral
dalam tubuh yang menyebabkan berkurangnya fungsi syaraf dalam tubuh.
4. Garam
Sodium yang terkandung dalam makanan asin adalah salah satu zat yang
dihindari untuk kasus anak dengan ADHD tinggi. Di banyak kasus telah
diketahui bahwa sodium dapat menyebabkan darah tinggi bagi orang dewasa.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan membawa pengaruh terhadap anak-
anak dengan ADHD.
1.7 Peran Perawat pada Anak ADHD
Menurut Videbeck (2008) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada
anak dengan Attention Deficyt Hyperactivity Disorder (ADHD) antara lain :
1. Memastikan keamanan anak dan keamanan orang lain dengan :
a. Hentikan perilaku yang tidak aman
b. Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat diterima dan
yang tidak dapat diterima
c. Berikan pengawasan yang ketat
2. Meningkatkan performa peran dengan cara :
a. Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan
b. Manajemen lingkungan (misalnya tempat yang tenang dan bebas dari
distraksi
untuk menyelesaikan tugas)
3. Menyederhanakan instruksi/perintah untuk :
a. Dapatkan perhatian penuh anak
b. Membagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil
c. Izinkan beristirahat
4. Mengatur rutinitas sehari-hari
a. Tetapkan jadual sehari-hari
b. Minimalkan perubahan
5. Penyuluhan dan dukungan kepada klien/keluarga dengan mendengarkan
perasaan
dan frustasi orang tua
6. Berikan nutrisi yang adekuat pada anak yang mengalami ADHD

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis
gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan
memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak
pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang
penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini
mempunyai makna yang tidak pasti. Menurut Doenges et. al (2007) pemeriksaan
diagnostic yang dilakukan pada anak dengan ADHD antara lain :
1. Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau
hipotiroid yang memperberat masalah
2. Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak
organik
3. Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas,
mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar
dan mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa
4. Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik
(misalnya
ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain, infeksi SSP)

Selain itu juga ada pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa


ADHD yaitu dengan Skrining DDTK pada anak pra sekolah dengan ADHD.
Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini anak adanya Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke
atas.
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau
bila ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga
kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA, dan guru
TK.Keluhan tersebutdapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :
1. Anak tidak bisa duduk tenang
2. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
3. Perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive

Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan


Perhatian dan Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale) yaitu
formulir yang terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orangtua /
pengasuh anak / guru TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan dari pemeriksa.
1. Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku
yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada
orangtua/pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada
formulir deteksi dini GPPH.
c. Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak
berada,missal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dll. Setiap saat dan ketika
anak dengan siapa saja.
d. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan
pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab
2. Format formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale)

No Kegiatan yang 0 1 2 3
Diamati
1 Tidak kenal lelah, atau aktivitas yang berlebiham
2 Mudah gembira, impulsive.
3 Mengganggu anak-anak lain
Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai,
4
rentang

perhatian pendek
Menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala secara
5
terus- menerus
6 Kurang perhatian,mudah teralihkan
7 Permintaannya harus segera dipenuhi, mudah menjadi
frustasi
8 Sering dan mudah menangis
9 Suasana hatinya mudah berubah dengan cepat dan drastis
10 Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak
terduga
Jumlah
Nilai total :
3. Interpretasi :
a. Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
b. Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
c. Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
d. Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
4. Intervensi :
a. Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah Sakit
yangmemiliki: fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak untuk
konsultasi lebih lanjut.
b. Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan
pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada orang-
orang terdekat dengan anak (orang tua, pengasuh, nenek, guru,dsb).

1.9 Komplikasi
1. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan
mengerjakan aritmatika (seringkali akibat abnormalitas konsentrasi).
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (seringkali akibat perilaku agresif dan
kata-kata yang diungkapkan)
1.10 Penatalaksanaan Medis dan Perawatan
1. Perawatan
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat dilakukan
orang tua terhadap anak yang menderita ADHD antara lain :
a. Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah dan
rumah
b. Pelatihan manajemen orang tua : Mengendalikan perilaku anak yang
merusak di rumah, mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta
meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi diri
c. Intervensi pendidikan : Mengendalikan perilaku yang merusak di kelas,
meningkatkan kemampuan akademik serta mengajarkan perilaku pro
sosial dan regulasi diri
d. Merencanakan program-program bulanan : Melakukan penyesuaian di
rumah dan keberhasilan ke depan di sekolah dengan mengombinasikan
perlakukan tambahan dan pokok dalam program terapi
e. Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga dan
individu yang berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan
permasalahan suami istri
f. Mencari kelompok pendukung : Menghubungkan anak dewasa dengan
orang tua anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan pengalaman
mengenai permasalahan umum dan memberi dukungan moral
g. Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana anak dapat
membahas permasalahan dan curahan hati pribadinya
2. Pengobatan
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan
berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi
perilaku, pengobatan melalui obat-obatan dan konseling. Disamping
pendekatan yang kontroversial antara lain melakukan diet khusus dan
penggunaan obat-obatan serta vitamin-vitamin tertentu (Delphie, 2006).
Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk
mengobati ADHD antara lain :
a. Metilfenidat (Ritalin)
Dosis 10-60 dalam 2 – 4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan
pantau supresi nafsu makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan,
berikan setelah makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.
b. Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall) Dosis 3-40 dalam 2
atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan, pantau adanya
insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek supresi nafsu
makan, efek obat lengkap dalam 2 hari
c. Pemolin (Cylert)
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay
peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2
minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap
Kebanyakan obat yang digunakan dalam menangani ADHD aman jika
mengikuti perintah dokter. Obat-obatan ini mempunyai toleransi tinggi
dan sedikit efek samping. Bagi beberapa anak, pengobatan akan
menaikkan nafsu makan. Jika obat diminum setelah si anak makan, akan
banyak mengurangi efek sampingnya. Beberapa anak yang menggunakan
obat untuk ADHD menunjukkan pertumbuhan badan yang diluar batas
normal. Hubungi dokter anda jika pertumbuhan si anak terlambat.
Sebagian orang tua merasa khawatir bahwa obat yang diminum akan
memgakibatkan si anak menjadi lebih agresif atau nantinya akan membuat
dia ketagihan obat atau minuman beralkohol. Kekhawatiran ini tidak dapat
dibenarkan. Pada kenyataannya, anak dengan ADHD yang tidak
mendapatkan penanganan yang baik cenderung lebih agresif atau menjadi
ketagihan obat-obatan dan minuman beralkohol.
BAB II
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau
usia antara lain:
1. Neonatus (0-28 hari)
a. Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis ?
b. Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala ?
c. Bagaimana kemampuan menghisap ?
d. Kapan mulai mengangkat kepala ?
e. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk
mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau
tangan) ?
f. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap
suara atau bel) ?
g. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan
mulai menatap muka untuk mengenali seseorang ?
2. Masa bayi /Infant (28 – 1 tahun)
1. Bayi usia 1-4 bulan.
a. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat
kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat
duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong
pada posisi berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat kepala
sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi
lengan dan tungkai kurang fleksi danm berusaha untuk merangkan) ?
b. Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang
suatu objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba
memegang benda dan memaksukkan dalam mulut, memegang benda
tetapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda
dengan kedua tangan, menagan benda di tangan walaupun hanya
sebentar)?
c. Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan bersuara dan
tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu
mengucapkan kata ooh/ahh, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan
atau berekasi dengan mengoceh) ?
d. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : mengamati
tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak
tersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman,
pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah manusia, walaupun
tidur dalams ehari lebih sedikit dari waktu terhaga, membentuk siklus
tidur bangun, menangis menjadi sesuatu yang berbeda, membedakan
wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal, senang menatap wajah-
wajah yang dikenalnya, diam saja apabila ada orang asing) ?
2. Bayi Umur 4-8 bulan
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat
telungkup pada alas dan sudah mulau mengangkat kepala dengan
melakukan gerakan menekan kedua tangannya dan pada bulan keempat
sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke kiri, sudah mulai
mampu duduk dengan kepala tegak, sudah mampu membalik badan,
bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban pada kaki dan dada
terangkat dan menumpu pada lengan, berayun ke depan dan
kebelakang, berguling dari terlentang ke tengkurap dan dapat dudu
dengan bantuan selama waktu singkat) ?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : sudah mulai
mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk
memegang, mengeksplorasi benda yang sedang dipegang, mengambil
objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di
kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai
satu kesatuan, memindahkan obajek dari satu tangan ke tangan yang
lain) ?
c. Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya : menirukan bunyi
atau kata-kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah sumber
bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak,
menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat
dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)?
d. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa
terpaksa jika ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut
akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan memukul-mukul
dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)?
3. Bayi Umur 8-12 bulan
a. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa
pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2
detik dan berdiri sendiri) ?
b. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan
meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya,
mampu mengambilnya dan mampu memegang dengan jari dan ibu jari,
membenturkannya dan mampy menaruh benda atau kubus
ketempatnya)?
c. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mulai
mengatakan papa mama yang belum spesifik, mengoceh hingga
mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata)?
d. Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak (misalnya
kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai
minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang lain, main-main
bola atau lainnya dengan orang) ?
3.Masa Toddler
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu
melanhkah
dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan
dipegang, mampu berlari-lari kecil, menendang bolan dan mulai
melompat)?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : mencoba
menyusun atau membuat menara pada kubus)?
c. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : memiliki sepuluh
perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal serta responsif
terhadap orang lain sangat tinggi, mampu menunjukkan dua gambar,
mampu mengkombinasikan kata kata, mulai mampu menunjukkan
lambaian anggota badan) ?
d. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya:
membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi
serta mencoba memakai baju) ?
4. Masa Prasekolah (Preschool)
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: kemampuan
untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu
kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi
merangkan dan berjalan dengan bantuan) ?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : kemampuan
menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih
garis yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari
lurus, mampu menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan
tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke dalam wadah, makan
sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan
bantuan, makan dengan jari, membuat coretan diatas kertas)?
c. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mampu
menyebutkan
empat gambar, menyebutkan satu hingga dua warna, menyebutkan
kegunaan benda, menghitung atau mengartikan dua kata, mengerti empat
kata depan, mengertio beberapa kata sifat dan sebagainya, menggunakan
bunyi yntum mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas, menirukan
bebagai bunyi kata, memahami arti larangan, berespons terhadap panggilan
dan orang-orang anggota keluarga dekat)?
d. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : bermain dengan
permainan sederhana, menagis jika dimarahi, membuat permintaan
sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan
terhadap perpisahan,mengenali anggota keluarga) ?
5. Masa school age
a. Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah ?
b. Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami disekolah ?
c. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan dengan
lingkungan sekolah)?
d. Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah ?
e. Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di sekolah?
f. Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan teman
sekolah ?
g. Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak ?
h. Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah ?
6. Masa adolensence
a. Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami
secara
mandiri ?
b. Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap
perubahan
bentuk dan fungsi tubuh yang dialami ?
c. Bagaimana kematangan identitas seksual ?
d. Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai
remaja ?
e. Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di
rumah (misalnya membersihkan rumah,memasak) ?
Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt
Hiperactivity Disorder (ADHD) antara lain :
1) Pengkajian riwayat penyakit
a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami
masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai
anak berusia todler atau masuk sekolah atau day care.
b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang
utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif
atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.
c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu
menghadapi perilaku anak.
d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk
mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dans emua itu sebagian
besar tidak berhasil.
2) Penampilan umum dan perilaku motoric
a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta bergoyang-
goyang saat mencoba melakukannya.
b. Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain
dengan
sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat
melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum
pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah
dikatakan.
d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik
yang
lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tahap perkembangannya
3) Mood dan Afek
a. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau temper
tantrum.
b. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
c. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak
memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
d. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan
perlawanan dan kemarahan
4) Proses dan isi piker
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mengkaji
anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap perkembangan
5) Sensorium dan proses intelektual
a. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau
persepsi seperti halusinasi.
b. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi
tergangguan secara nyata.
c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2
atau 3
menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya
tidak
tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak
dapat
berhenti memikirkan sesuati.
e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang
mampu menyelesaikan tugas
6) Penilaian dan daya tilik diri
a. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang
buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak
b. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan
impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.
c. Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak kecil
d. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika
dibandingkan dengan anak seusianya.
e. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama
sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.
f. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku
di sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman
dengan perilaku mereka sendiri.
7) Konsep diri
a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis ecara
umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai banyak
teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah,
mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri
sebagai orang yang buruk dan bodoh
8) Peran dan hubungan
a. Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademik maupun
sosial.
b. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang
menyebabkan
perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.
c. Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan
berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis
dan diterapi.
d. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan
yang
terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik,
bahkan memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga.
e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara
fisik.
f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh
atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami
ADHD yang meningkatkan penolakan anak.
9) Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan
waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama
makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan
masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko,
mungkin juga ada riwayat cedera fisik.

2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan Interaksi Sosial berhubungan dengan Perubahan neurologis
2. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan proses pikir.
3. Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan
mendeteksi bahaya.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif
5. Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi
/koping idividu tidak efektif.
6. Ketidakefektifankoping individu berhubungan dengankelainan fungsi
darisystem keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta
penganiayaan dan penelantaran anak.
2.3 Intervensi keperawatan
SDKI
Gangguan Interaksi Sosial (D.0118)
Kategori : Relasional
Subkategori : Interaksi Sosial
Definisi

Kuantitas dan/atau kualitas hubungan sosial yang kurang atau berlebih

Penyebab

1. Defisiensi bicara
2. Hambatan perkembangan/maturasi
3. Ketiadaan orang terdekat
4. Perubahan neurologis
5. Disfungsi sistem keluarga
6. Ketidakteraturan atau kekacauan lingkungan
7. Penganiayaan atau pengabaian anak
8. Hubungan orang tua –anak tidak memuaskan
9. Model peran negatif
10. Impulsif
11. Perilaku menentang
12. Perilaku agresif
13. Keengganan berpisah dengan orang terdekat

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif

1. Merasa tidak nyaman dengan 1. Kurang responsif atau tertarik


situasi sosial pada orang lain
2. merasa sulit menerima atau 2. Tidak berminat melakukan
mengkomunikasikan perasaan kontak emosi dan fisik

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif

1. Sulit mengungkapkan kasih sayang 1. Gejala cemas berat


2. Kontak mata kurang
3. Ekspresi wajah tidak responsif
4. Tidak kooperatif dalam bermain dan
teman dengan sebaya
5. Perilaku tidak sesuai usia

Kondisi klinis terkait

1. Retardasi mental
2. Gangguan autistik
3. ADHD
4. Gangguan perilaku
5. Oppositional
6. Gangguan Tourette
7. Gangguan kecemasan berpisahan
8. SindromDown

Intervensi Keperawatan (SLKI)


Interaksi Sosial (L.133115)
Definisi : Kuantitas dan/atau kualitas berhubungan sosial yang cukup

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


Menurun Meningkat
Perasaan 1 2 3 4 5
nyaman dengan
situasi sosial
P Perasaan muda
menerima atau
mengkomunikas
ikan perasaan
R responsif pada
orang lain
perasaan tertarik
pada orang lain
minat melakukan
kontak emosi
minat
melakukan
kontak fisk
Promosi Sosialisasi (I.13498)
Defisi : Meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain
Tindakan : Edukasi
Observasi 1. Anjurkan berinteraksi dengan
1. Identifikasi kemampuan orang lain secara bertahap
melakukan interaksi dengan orang 2. Anjurkan ikut serta kegiatan
lain sosial dan kemasyarakatan
2. Identifikasi hambatan melakukan 3. Anjurkan berbagi pengalaman
interaksi dengan orang lain dengan orang lain
Teraupetik 4. Anjurkan meningkatkan
1. Motivasi meningatkan keterlibatan kejujuran diri dan menghormati
dalam suatu hubungan hak orang lain
2. Motivasi kesabaran dalam 5. Anjurkan penggunaan alat bantu
mengembangkan suatu hubungan 6. Anjurkan pembuat perencanaan
3. Motivasi berpartisipasi dalam kelompok kecil untuk kegiatan
aktivitas baru dan kegiatan khusus
kelompok 7. Latihan bermain peran untuk
4. Motivasi berinteraksi di luang meningkat
lingkungan
5. Diskusikan kekuatan dan
keterbatasan dalam komunikasi
dengan orang lain
6. Diskusikan perencanaan kegiatan
di masa depan
7. Berikan umpan balik positif dalam
perawatan diri
8. Berikan umpan balik positif pada
setiap peningkatan kemampuan

Anda mungkin juga menyukai