LAPORAN ASUHAN ADHD (Yerni Rambu Woji)
LAPORAN ASUHAN ADHD (Yerni Rambu Woji)
Disusun Oleh:
YERNI RAMBU WOJI
NIM. 01.3.21.00505
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih Anugerah-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan “Laporan Asuhan Keperawatan Anak”.
Laporan ini saya susun sebagai penugasan laporan asuhan keperawatan mulai
tanggal 06 Desember 2021 secara online.
Dalam kesempatan ini dengan suka cita saya mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing yaitu, ibu Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep yang telah
membimbing dalam penyusunan asuhan keperawatan ini.
Saya menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan
saran dalam perbaikan langkah selanjutnya sangat saya harapkan
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi.............................................................................................................
1.2 Etiologi.............................................................................................................
1.3 Patofisiologi......................................................................................................
1.4 Manifestasi Klinis.............................................................................................
1.5 Tumbuh Kembang Anak ADHD......................................................................
1.6 Kebutuhan Nutrisi Anak ADHD......................................................................
1.7 Peran Perawat pada Anak ADHD.....................................................................
1.8 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................
1.9 Komplikasi........................................................................................................
1.10 Penatalaksanaan Medis dan Perawatan...........................................................
1.1 Definisi
Menurut American Academy Pediactrics, Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) adalah gangguan yang diketahui sebagai gangguan
hiperaktifitasdefisit-perhatian adalah suatu kondisi kronologis kronis yang
diakibatkan dari adanyagangguan fungsi pada sistem sistem saraf pusat dan tidak
berkaitan dengan jeniskelamin, tingkat kecerdasan, atau lingkungan kultural.
Gangguan hiperaktifitas defisit perhatian adalah istilah terakhir
dariserangkaian istilah yang dgunakan oleh ahli psikiatri dan neuorologi
untukmenjelaskan anak dengan intelegensi normal atau hampir normal,
tetapimemperlihatkan pola perilaku abnormal yang terutama ditandai dengan
kurangnya perhatian, mudah teralih perhatiannya, inpulsif, dan hiperaktif serta
sering disertaigangguan belajar serta agresifitas.
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,
suatukondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit
memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak),
Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu
banyak bergerak/aktif),dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak
usia sekolah menderitaADHD.
Dapat disimpulkan bahwa ADHD adalah gangguan neurobiologis yang
menyebabkan kelainan hiperaktifitas, kecenderungan untuk mengalami masalah
pemusatan perhatian, kontrol diri, dan kebutuhan untuk selalu mencari stimulasi
yang mulai ditunjukkan oleh anak sebelum usia 4 tahun, dan hal tersebut
menyebabkananak ADHD akan menunjukkan banyak masalah ketika SD karena
dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai
ketrampilan akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan.
1.2 Etiologi
Berbagai penelitian menunjukkan penyebab terjadinya gangguan ini, meliputi
berbagai faktor yang berpengaruh terhadap fungsi otak.
1. Faktor Penyebab
a. Faktor Genetik
Hier (1980) telah menunjukkan adanya hubungan anatara faktor
genetikdan penyebab gangguan ini, yaitu pada anak laki-laki dengan
kelebihan Y kromosom (XYY) menunjukkan peningkatan kejadian
hiperaktivitas yangmenyertai kemampuan verbal dan performance rendah.
Masalah kesulitanmemusatkan perhatian dan kesulitan belajar juga
diakibatkan adanya cacatgenetik. Pada anak perempuan dengan kromosom
45, XO juga menunjukkan kesulitan memusatkan perhatian dan kesulitan
menulis dan menggambar ulang.
b. Faktor Neurologik dan Proses dalam Otak
Rutter berpendapat bahwa ADHD adalah gangguan fungsi otak,
olehkarena itu didapatkan defisit aktivasi yang disebabkan oleh adanya
patologi diarea prefrontal dan atau sagital frontal pada otak dengan
predominasi padakorteks otak. Adanya kerusakan otak merupakan resiko
tinggi terjadinya gangguan psikiatrik termasuk ADHD. Kerusakan otak
pada janin dan neonatal paling sering disebabkan oleh kondisi hipoksia.
Keadaan hipoksia memiliki kecenderungan menyebabkan terjadinya
patologi yang merata padakorteks otakyang menimbulkan gangguan
fungsi integrasi koordinasi dan pengendaliankortikal. Korteks frontal
dianggap memiliki peran penting dalam aktivasi dan integrasi lebih lanjut
dari bagian otak lain. Oleh karena itu, patologi yang merata pada korteks
otak dianggap sebagai penyebab terjadinya gejala lobus frontalis.
c. Faktor Neurotransmitter
Berbagai penelitian menunjukkan hasil bahwa gejala aktivitas motorik
yang berlebihan pada ADHD secara patofisiologi disebabkan oleh fungsi
norepinefrin abnormal. Sedangkan gejala lain , yang tidak mampu
memusatkan perhatian dan penurunan vigilance disebabkan oleh fungsi
dopaminerjik abnormal. Gangguan pada sistem norepinefrin berpean pada
terjadinya gejalaADHD, tetapi tidak menjadi penyebab tunggal.
Terjadinya ADHD disebabkanoleh beberapa sistem yang berbeda tetapi
memiliki hubungan yang erat. Sistemtersebut memiliki peran yang
berbeda terhadap metabolisme dopamin ataunorepinefrin. Meskipun
berbagai obat anti ADHD memiliki komposisi kimiawi berbeda,
mekanisme kerja obat tersebut sama baik dengan dopaminerjik ataupun
norepinefrinerjik. Norepinefrin dan dopamin adalah poten agonis pada
reseptor D4 di celah pascasinaptik, gen reseptor dopamin D4 (DRD 4)
sampai saat initelah dianggap sebagai penyebab gangguan ini ( Landau et
al ., 1997 ;Biederman, 2000)
d. Faktor Psikososial
Willis dan Lovaas berpendapat bahwa perilaku hiperaktivitas disebabkan
oleh buruknya rangsang pengendalian oleh perintah dari ibu, dan
pengaturan perilaku yang buruk pada anak timbul dari manjemen
pengasuhan orangtua yang buruk. Berbagai penelitian juga menunjukkan
adanya pengaruh faktor lingkungan terhadap terjadinya gangguan ini
seperti stimulasi berlebihan oleh orangtua pada waktu mengasuh anak dan
masalah psikologis yang terjadi pada orang tua.
e. Faktor Lingkungan
Berbagai toksin endogen juga pernah dianggap sebagai penyebab ADHD.
Seperti keracunan timbal, aditif makanan, dan reaksi alergi. Akan tetapi
berbagai penelitian terhadap faktor tersebut belum ada yang menunjukkan
bukti adanya hubungan yang bermakna antara faktor tersebut dengan
ADHD.
2. Faktor Predisposisi
a. Teori psikodonamika.
Teori Mahler (1975) mengusulkan bahwa anak dengan ADHD adalah
tetap pada fase simbiotik dari perkembangan dan belum membedakan diri
dengan ibunya. Perkembangan ego mundur, dan dimanifestasikan perilaku
impulsif dan diperintahkan oleh id.
b. Teori biologia.
DSM-III-R menyatakan bahwa abnormalitas sistem saraf pusat (SSP),
seperti adnya neurotoksin-neurotoksin, serebral palsi, epilepsi, dan
perilaku-perilaku neurologis yang menyimpang lainnya, disebut sebagai
faktor predisposisi. Lingkungan-lingkungan yang tidak teratur atau
semrawut serta penyiksaan dan pengabaian terhadap anak dapat
merupakan faktor-faktor predisposisi pada beberapa kasus.
c. Teori dinamika keluarga.
Bowen (1978) mengusulkan bahwa bila ada hubungan pasangan
disfungsional, fokus dari gangguan dipindahkan pada anak, dimana
perilakunya lambat laun mulai mencerminkan pola-pola dari gangguan
fungsi system.
1.3 Patofisiologi
Patofisiologi ADHD atau di indonesia dikenal dengan GPPH (Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif) memang tak jelas. Ada sejumlah teori yang
membicarakan patofisiologi ADHD. Penelitian pada anak ADHD telah
menunjukkan ada penurunan volume korteks prefrontal sebelah kiri, Penemuan
ini menunjukkan bahwa gejala ADHD inatensi, hiperaktivitas dan impulsivitas
menggambarkan adanya disfungsi lobus frontalis, tetapi area lain di otak
khususnya cerebellum juga terkena.
Penelitian “neuroimaging” pada anak ADHD tak selalu memberikan hasil
yang konsisten, pada tahun 2008 hasilnya neuroimaging hanya digunakan untuk
penelitian, bukan untuk membuat diagnosa. Hasil penelitian “neuroimaging”,
neuropsikologi genetik dan neurokimiawi mendapatkan ada 4 area frontostriatal
yang memainkan peran patofsiologi ADHD yakni : korteks prefrontal lateral,
korteks cingulate dorsoanterior, kaudatus dan putamen. Pada sebuah penelitian
anak ADHD ada kelambatan perkembangan struktur otak tertentu rata-rata pada
usia 3 tahun, di mana gejala ADHD terjadi pada usia sekolah dasar.
Kelambatan perkembangan terutama pada lobus temporal dan korteks
frontalis yang dipercaya bertanggung jawab pada kemampuan mengontrol dan
memusatkan proses berpikirnya. Sebaliknya, korteks motorik pada anak
hiperaktif terlihat berkembang lebih cepat matang daripada anak normal, yang
mengakibatkan adanya perkembangan yang lebih lambat dalam mengontrol
tingkah lakunya, namun ternyata lebih cepat dalam perkembangan motorik,
sehingga tercipta gejala tak bisa diam, yang khas pada anak ADHD. Hal ini
menjadi alasan bahwa pengobatan stimulansia akan mempengaruhi faktor
pertumbuhan dari susunan saraf pusat.
No Kegiatan yang 0 1 2 3
Diamati
1 Tidak kenal lelah, atau aktivitas yang berlebiham
2 Mudah gembira, impulsive.
3 Mengganggu anak-anak lain
Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai,
4
rentang
perhatian pendek
Menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala secara
5
terus- menerus
6 Kurang perhatian,mudah teralihkan
7 Permintaannya harus segera dipenuhi, mudah menjadi
frustasi
8 Sering dan mudah menangis
9 Suasana hatinya mudah berubah dengan cepat dan drastis
10 Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak
terduga
Jumlah
Nilai total :
3. Interpretasi :
a. Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
b. Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
c. Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
d. Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
4. Intervensi :
a. Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah Sakit
yangmemiliki: fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak untuk
konsultasi lebih lanjut.
b. Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan
pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada orang-
orang terdekat dengan anak (orang tua, pengasuh, nenek, guru,dsb).
1.9 Komplikasi
1. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan
mengerjakan aritmatika (seringkali akibat abnormalitas konsentrasi).
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (seringkali akibat perilaku agresif dan
kata-kata yang diungkapkan)
1.10 Penatalaksanaan Medis dan Perawatan
1. Perawatan
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat dilakukan
orang tua terhadap anak yang menderita ADHD antara lain :
a. Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah dan
rumah
b. Pelatihan manajemen orang tua : Mengendalikan perilaku anak yang
merusak di rumah, mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta
meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi diri
c. Intervensi pendidikan : Mengendalikan perilaku yang merusak di kelas,
meningkatkan kemampuan akademik serta mengajarkan perilaku pro
sosial dan regulasi diri
d. Merencanakan program-program bulanan : Melakukan penyesuaian di
rumah dan keberhasilan ke depan di sekolah dengan mengombinasikan
perlakukan tambahan dan pokok dalam program terapi
e. Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga dan
individu yang berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan
permasalahan suami istri
f. Mencari kelompok pendukung : Menghubungkan anak dewasa dengan
orang tua anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan pengalaman
mengenai permasalahan umum dan memberi dukungan moral
g. Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana anak dapat
membahas permasalahan dan curahan hati pribadinya
2. Pengobatan
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan
berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi
perilaku, pengobatan melalui obat-obatan dan konseling. Disamping
pendekatan yang kontroversial antara lain melakukan diet khusus dan
penggunaan obat-obatan serta vitamin-vitamin tertentu (Delphie, 2006).
Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk
mengobati ADHD antara lain :
a. Metilfenidat (Ritalin)
Dosis 10-60 dalam 2 – 4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan
pantau supresi nafsu makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan,
berikan setelah makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.
b. Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall) Dosis 3-40 dalam 2
atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan, pantau adanya
insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek supresi nafsu
makan, efek obat lengkap dalam 2 hari
c. Pemolin (Cylert)
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay
peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2
minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap
Kebanyakan obat yang digunakan dalam menangani ADHD aman jika
mengikuti perintah dokter. Obat-obatan ini mempunyai toleransi tinggi
dan sedikit efek samping. Bagi beberapa anak, pengobatan akan
menaikkan nafsu makan. Jika obat diminum setelah si anak makan, akan
banyak mengurangi efek sampingnya. Beberapa anak yang menggunakan
obat untuk ADHD menunjukkan pertumbuhan badan yang diluar batas
normal. Hubungi dokter anda jika pertumbuhan si anak terlambat.
Sebagian orang tua merasa khawatir bahwa obat yang diminum akan
memgakibatkan si anak menjadi lebih agresif atau nantinya akan membuat
dia ketagihan obat atau minuman beralkohol. Kekhawatiran ini tidak dapat
dibenarkan. Pada kenyataannya, anak dengan ADHD yang tidak
mendapatkan penanganan yang baik cenderung lebih agresif atau menjadi
ketagihan obat-obatan dan minuman beralkohol.
BAB II
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau
usia antara lain:
1. Neonatus (0-28 hari)
a. Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis ?
b. Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala ?
c. Bagaimana kemampuan menghisap ?
d. Kapan mulai mengangkat kepala ?
e. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk
mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau
tangan) ?
f. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap
suara atau bel) ?
g. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan
mulai menatap muka untuk mengenali seseorang ?
2. Masa bayi /Infant (28 – 1 tahun)
1. Bayi usia 1-4 bulan.
a. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat
kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat
duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong
pada posisi berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat kepala
sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi
lengan dan tungkai kurang fleksi danm berusaha untuk merangkan) ?
b. Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang
suatu objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba
memegang benda dan memaksukkan dalam mulut, memegang benda
tetapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda
dengan kedua tangan, menagan benda di tangan walaupun hanya
sebentar)?
c. Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan bersuara dan
tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu
mengucapkan kata ooh/ahh, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan
atau berekasi dengan mengoceh) ?
d. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : mengamati
tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak
tersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman,
pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah manusia, walaupun
tidur dalams ehari lebih sedikit dari waktu terhaga, membentuk siklus
tidur bangun, menangis menjadi sesuatu yang berbeda, membedakan
wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal, senang menatap wajah-
wajah yang dikenalnya, diam saja apabila ada orang asing) ?
2. Bayi Umur 4-8 bulan
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat
telungkup pada alas dan sudah mulau mengangkat kepala dengan
melakukan gerakan menekan kedua tangannya dan pada bulan keempat
sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke kiri, sudah mulai
mampu duduk dengan kepala tegak, sudah mampu membalik badan,
bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban pada kaki dan dada
terangkat dan menumpu pada lengan, berayun ke depan dan
kebelakang, berguling dari terlentang ke tengkurap dan dapat dudu
dengan bantuan selama waktu singkat) ?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : sudah mulai
mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk
memegang, mengeksplorasi benda yang sedang dipegang, mengambil
objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di
kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai
satu kesatuan, memindahkan obajek dari satu tangan ke tangan yang
lain) ?
c. Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya : menirukan bunyi
atau kata-kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah sumber
bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak,
menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat
dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)?
d. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa
terpaksa jika ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut
akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan memukul-mukul
dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)?
3. Bayi Umur 8-12 bulan
a. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa
pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2
detik dan berdiri sendiri) ?
b. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan
meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya,
mampu mengambilnya dan mampu memegang dengan jari dan ibu jari,
membenturkannya dan mampy menaruh benda atau kubus
ketempatnya)?
c. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mulai
mengatakan papa mama yang belum spesifik, mengoceh hingga
mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata)?
d. Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak (misalnya
kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai
minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang lain, main-main
bola atau lainnya dengan orang) ?
3.Masa Toddler
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu
melanhkah
dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan
dipegang, mampu berlari-lari kecil, menendang bolan dan mulai
melompat)?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : mencoba
menyusun atau membuat menara pada kubus)?
c. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : memiliki sepuluh
perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal serta responsif
terhadap orang lain sangat tinggi, mampu menunjukkan dua gambar,
mampu mengkombinasikan kata kata, mulai mampu menunjukkan
lambaian anggota badan) ?
d. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya:
membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi
serta mencoba memakai baju) ?
4. Masa Prasekolah (Preschool)
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: kemampuan
untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu
kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi
merangkan dan berjalan dengan bantuan) ?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : kemampuan
menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih
garis yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari
lurus, mampu menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan
tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke dalam wadah, makan
sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan
bantuan, makan dengan jari, membuat coretan diatas kertas)?
c. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mampu
menyebutkan
empat gambar, menyebutkan satu hingga dua warna, menyebutkan
kegunaan benda, menghitung atau mengartikan dua kata, mengerti empat
kata depan, mengertio beberapa kata sifat dan sebagainya, menggunakan
bunyi yntum mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas, menirukan
bebagai bunyi kata, memahami arti larangan, berespons terhadap panggilan
dan orang-orang anggota keluarga dekat)?
d. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : bermain dengan
permainan sederhana, menagis jika dimarahi, membuat permintaan
sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan
terhadap perpisahan,mengenali anggota keluarga) ?
5. Masa school age
a. Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah ?
b. Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami disekolah ?
c. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan dengan
lingkungan sekolah)?
d. Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah ?
e. Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di sekolah?
f. Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan teman
sekolah ?
g. Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak ?
h. Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah ?
6. Masa adolensence
a. Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami
secara
mandiri ?
b. Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap
perubahan
bentuk dan fungsi tubuh yang dialami ?
c. Bagaimana kematangan identitas seksual ?
d. Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai
remaja ?
e. Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di
rumah (misalnya membersihkan rumah,memasak) ?
Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt
Hiperactivity Disorder (ADHD) antara lain :
1) Pengkajian riwayat penyakit
a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami
masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai
anak berusia todler atau masuk sekolah atau day care.
b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang
utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif
atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.
c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu
menghadapi perilaku anak.
d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk
mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dans emua itu sebagian
besar tidak berhasil.
2) Penampilan umum dan perilaku motoric
a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta bergoyang-
goyang saat mencoba melakukannya.
b. Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain
dengan
sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat
melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum
pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah
dikatakan.
d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik
yang
lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tahap perkembangannya
3) Mood dan Afek
a. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau temper
tantrum.
b. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
c. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak
memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
d. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan
perlawanan dan kemarahan
4) Proses dan isi piker
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mengkaji
anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap perkembangan
5) Sensorium dan proses intelektual
a. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau
persepsi seperti halusinasi.
b. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi
tergangguan secara nyata.
c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2
atau 3
menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya
tidak
tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak
dapat
berhenti memikirkan sesuati.
e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang
mampu menyelesaikan tugas
6) Penilaian dan daya tilik diri
a. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang
buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak
b. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan
impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.
c. Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak kecil
d. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika
dibandingkan dengan anak seusianya.
e. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama
sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.
f. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku
di sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman
dengan perilaku mereka sendiri.
7) Konsep diri
a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis ecara
umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai banyak
teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah,
mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri
sebagai orang yang buruk dan bodoh
8) Peran dan hubungan
a. Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademik maupun
sosial.
b. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang
menyebabkan
perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.
c. Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan
berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis
dan diterapi.
d. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan
yang
terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik,
bahkan memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga.
e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara
fisik.
f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh
atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami
ADHD yang meningkatkan penolakan anak.
9) Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan
waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama
makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan
masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko,
mungkin juga ada riwayat cedera fisik.
Penyebab
1. Defisiensi bicara
2. Hambatan perkembangan/maturasi
3. Ketiadaan orang terdekat
4. Perubahan neurologis
5. Disfungsi sistem keluarga
6. Ketidakteraturan atau kekacauan lingkungan
7. Penganiayaan atau pengabaian anak
8. Hubungan orang tua –anak tidak memuaskan
9. Model peran negatif
10. Impulsif
11. Perilaku menentang
12. Perilaku agresif
13. Keengganan berpisah dengan orang terdekat
Subjektif Objektif
Subjektif Objektif
1. Retardasi mental
2. Gangguan autistik
3. ADHD
4. Gangguan perilaku
5. Oppositional
6. Gangguan Tourette
7. Gangguan kecemasan berpisahan
8. SindromDown