Anda di halaman 1dari 18

STUNTING

&
WASTING
Stunting & Wasting
◦ Stunting (kerdil) adalah kondisi
dimana balita memiliki panjang atau
tinggi badan yang kurang jika ◦ Wasting merupakan gabungan dari
dibandingkan dengan umur. istilah kurus (wasted) dan sangat
◦ Kondisi ini diukur dengan panjang kurus (severe wasted) yang
atau tinggi badan yang lebih dari didasarkan pada indeks Berat Badan
minus dua standar deviasi median menurut Panjang Badan (BB/PB)
standar pertumbuhan anak dari atau Berat Badan menurut Tinggi
WHO. Badan (BB/TB) dengan ambang
batas (Z- score) <-2 SD
Stunting
◦ Balita stunting termasuk masalah gizi
kronik yang disebabkan oleh banyak
faktor seperti kondisi sosial ekonomi,
gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi,
dan kurangnya asupan gizi pada bayi.
◦ Balita stunting di masa yang akan
datang akan mengalami kesulitan
dalam mencapai perkembangan fisik
dan kognitif yang optimal.
Situasi Nasional
◦ Kejadian balita stunting (pendek) ◦ Rata-rata prevalensi balita stunting
merupakan masalah gizi utama di Indonesia adalah 27,7%.
yang dihadapi Indonesia. ◦ (target 2020-2024 bisa turun 14%)
◦ Berdasarkan data Pemantauan Status => PROGRAM NASIONAL
Gizi (PSG) Stunting (pendek)
memiliki prevalensi tertinggi
dibandingkan dengan masalah gizi
lainnya seperti gizi kurang, kurus,
dan gemuk.
Situasi Ibu dan Bayi
Situasi Ibu dan Calon Ibu Situasi Bayi dan Balita
◦ Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan ◦ Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir sangat
saat kehamilan serta setelah persalinan berpengaruh terhadap pertumbuhannya
mempengaruhi pertumbuhan janin dan termasuk risiko terjadinya stunting.
risiko terjadinya stunting. a. Tidak terlaksananya inisiasi menyusu
◦ Faktor lainnya pada ibu yang mempengaruhi dini (IMD),
adalah b. Gagalnya pemberian air susu ibu (ASI)
a. postur tubuh ibu (pendek), eksklusif, dan proses penyapihan
b. jarak kehamilan yang terlalu dekat, c. Pemberian makanan pendamping ASI
c. ibu yang masih remaja, (MP ASI) hal yang perlu diperhatikan
adalah kuantitas, kualitas, dan keamanan
d. asupan nutrisi yang kurang pada saat pangan yang diberikan.
kehamilan.
dampak stunting menurut
WORLD HEALTH ORGANIZATION
1. Dampak Jangka Pendek. 2. Dampak Jangka Panjang.
a. Peningkatan kejadian kesakitan dan a. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa
kematian; (lebih pendek dibandingkan pada umumnya);
b. Perkembangan kognitif, motorik, dan b. Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit
verbal pada anak tidak optimal; dan lainnya;
c. Peningkatan biaya kesehatan. c. Menurunnya kesehatan reproduksi;
d. Kapasitas belajar dan performa yang kurang
optimal saat masa sekolah; dan
e. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak
optimal.
UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK
MENURUNKAN PREVALENSI
STUNTING
Upaya Menurunkan Prevalensi Stunting
di Rumah Sakit
1. Ibu Hamil dan Bersalin 2. Balita
a. Intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan; a. Pemantauan pertumbuhan
b. Mengupayakan jaminan mutu ante natal care (ANC) terpadu; balita;
c. Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan; b. Menyelenggarakan kegiatan
d. Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori,
Pemberian Makanan
protein, dan mikronutrien (TKPM); Tambahan (PMT) untuk
balita;
e. Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular);
c. Menyelenggarakan stimulasi
f. Pemberantasan kecacingan; dini perkembangan anak; dan
g. Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam d. Memberikan pelayanan
Buku KIA;
kesehatan yang optimal.
h. Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan
ASI eksklusif; dan
i. Penyuluhan dan pelayanan KB.
Standar Akreditasi
PROGRAM N ASION AL
PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN WASTING

No Fokus Area Elemen Asesmen


1 Setiap kunjungan balita dilakukan • Penetapan Tim pelayanan stunting dan wasting di
pemeriksaan status gizi dengan rumah sakit.
pengukuran BB dan TB/PB • Program kerja Tim pelayanan stunting dan
wasting.
• Dokumen yang mengatur tentang pelayanan
stunting dan wasting.
• Pelaksanaan pelayanan stunting dan wasting.
1. Penetapan Kebijakan (PK) : Dokumen tentang
pelayanan stunting
TIM
◦ Surat Penetapan / SK Tim Stunting
STUN TIN G
◦ Program Kerja Tim Stunting
1. Dokter Spesialis
◦ Peraturan, Panduan, Pedoman, SPO/ SOP obstetri Ginekologi
2. Pengamatan Lapangan (PL) : Catatan RM, Media 2. Dokter spesialis
Promosi Brosur / Biner tentang menyusui & Anak

makanan bergizi , Form Edukasi /Form konseling 3. Dokter Spesialis


Gizi
menyusui ASI / Makanan Pendamping ASI, buku
4. Nutrisionis , Bidan ,
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Perawat
3. Penjelasan petugas (PP) : Tentang tatalaksana 5. Dokter Spesialis lain
pelayanan stunting dirawat jalan : Penyakit dalam ,
Patologi Klinik
4. Penggalian Informasi (PI) : wawancara pasien dan 6. Nakes lain yang
keluarga dianggap perlu
PROGRAM NASIONAL
PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN
WASTING
No Fokus Area Elemen Asesmen

2 Kesiapan rumah sakit sebagai pusat • Kerjasama rumah sakit dengan Fasilitas
rujukan kasus Stunting untuk Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tentang
memastikan kasus stunting, pelayanan stunting.
penyebab dan tata laksana lanjut • Ketersediaan sumber daya rumah sakit
oleh dokter spesialis anak sebagai pusat rujuan kasus stunting.

• Pelaksanaan Pelayanan rumah sakit sebagai


rujukan kasus stunting.
PROGRAM NASIONAL
PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN
WASTING
No Fokus Area Elemen Asesmen

3 Kesiapan rumah sakit sebagai • Kerjasama rumah sakit dengan Fasilitas


pusat rujukan balita gizi buruk Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tentang
dengan komplikasi yang tidak pelayanan balita gizi buruk dengan komplikasi.
dapat ditangani di Puskesmas/ • Ketersediaan sarana rumah sakit sebagai
TFC, kasus gizi buruk pada balita pusat rujukan kasus gizi buruk dengan
usia ≥ 6 bulan dengan BB. komplikasi pada usia balita > 6 bulan.
• Pelaksanaan Pelayanan rumah sakit sebagai
rujukan kasus gizi buruk dengan komplikasi.
RS Rujukan Stunting
◦ Penetapan Kebijakan (PK) : ◦ Pengamatan Lapangan (PL) :
◦ MOU dengan Dinas Kesehatan setempat pelayanan rujukan pasien gizi buruk
, MOU dengan FKTP , dengan komplikasi di UGD / polyklinik
◦ Pedoman , panduan , SOP, Clinical anak, ruang rawat NICU / PICU,
Pathway Stunting gizi buruk dengan kelengkapan fasilitas alat medis, Lembar
komplikasi monitoring pasien stunting di
◦ Evaluasi pelayanan Stunting gizi NICU/PICU, form Rujukan balik dll
buruk dengan komplikasi ◦ Penjelasan Petugas (PP) : penjelasan
◦ Laporan pelayanan stunting gizi tatalaksana perawatan pasien stunting
buruk dengan komplikasi gizi buruk dengan komplikasi
◦ Penggalian Informasi (PI) :
wawancara keluarga pasien yang dirawat
daftar pustaka
◦ Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2017. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2008. Riset Kesehatan
Dasar Tahun 2007. Jakarta.
◦ Kementerian Kesehatan RI. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/Menkes/SK/XII/ 2010 tentang Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta.
◦ Kementerian Kesehatan RI. 2011. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. Jakarta.
◦ Kementerian Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang
Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia. Jakarta
◦ Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi. Jakarta.
◦ Kementerian Kesehatan RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta.
◦ Kementerian Kesehatan RI. 2016. Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2015. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. 2016.
◦ Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang
◦ Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. 2016.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 Tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi Gizi. Jakarta.
◦ Kementerian Kesehatan RI. 2017. Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2016. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. 2018. Buku
Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017. Jakarta.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai