Anda di halaman 1dari 20

KARAKTERISTIK BUDAYA SEKOLAH DALAM PELAKSANAAN

PEMBINAAN KEAGAMAAN

(Studi Kasus di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Tahun Pelajaran

2014/2015)

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas


Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Oleh :
Erma Diah Ayu Aprilia
NIM: G000110080
NIRM: 11/X/02.2.1/5253

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
KARAKTERISTIK BUDAYA SEKOLAH DALAM PELAKSANAAN
PEMBINAAN KEAGAMAAN (Studi Kasus di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Jatinom Tahun Pelajaran 2014/2015)
Nama: Erma Diah Ayu Aprilia, NIM: G000110080, Fakultas Agama Islam
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah semakin banyak tindakan kriminal dan
kejahatan yang dilakukan anak diusia sekolah yang dikarenakan semakin buruknya
norma dan moral, sehingga diperlukan suatu pendidikan yang dapat membangun
moral dan karakter anak. Kegiatan-kegiatan dan kebiasaan-kebiasaan yang baik
sangat berpengaruh pada karakter anak, apalagi kebiasaan-kebiasaan itu dilakukan
secara rutin. Dalam pendidikan formal yaitu sekolah, kebiasaan-kebiasaan tersebut
akan membentuk suatu budaya sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik budaya sekolah
dalam pembinaan keagamaan yang dilakukan sekolah untuk pembiasaan siswa-
siswinya. Madrasah Tasanawiyah Negeri Jatinom adalah lembaga pendidikan yang
sangat berperan dalam membentuk karakter siswa-siswinya dalam bidang keagamaan
dengan cara mengenalakan ilmu agama islam dan membiasakan kegiatan keagamaan
untuk memberi bekal dan pondasi siswa-siswinya dimasa yang akan datang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan
pendekatan deskriptif kualitatif dan analisis yang digunakan adalah analisis induktif.
Dan metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara dan
observasi.
Berdasarkan analisis data penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa
karakteristik budaya sekolah di Madrasah Tasanawiyah Negeri Jatinom sangat baik
dan berkualitas itu terlihat dari nilai-nilai budaya yang dikembangkan dan diterapkan
di sekolah seperti budaya Islam, religius, disiplin, jujur, dan visi misi yang diangkat
di sekolah tersebut merujuk pada generasi yang memiliki karakter Islam.
Pelaksanaan pembinaan keagamaan di Madrasah Tasanawiyah Negeri Jatinom
sangat menekankan aspek disiplin dan pembiasaan, itu terlihat dari pembinaan
keagamaan yang dilakukan secara rutin teratur dan wajib diikuti seluruh warga
sekolah. Seperti shalat duha, dzuhur, jum‟at yang dilakukan secara berjamaah,
rutinitas membaca ayat suci al-Qur‟an sebelum pelajaran dimulai, tausiah sebelum
shalat dzuhur, exstra baca tulis al-Qur‟an bagi siswa yang belum pandai membaca
dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan di sekolah oleh seluruh
warga sekolah bertujuaan untuk menimbulkan bibit generasi baru manusia yang
unggul dan cakap dalam ilmu umum dan ilmu agama.

Kata Kunci : Karakteristik Budaya Sekolah, Pelaksanaan Pembinaan


Keagamaan, Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom.
PENDAHULUAN memimpin serta menjawab tantangan
Latar Belakang Masalah akan kebutuhan pengembangan
Budaya sekolah adalah sumberdaya manusia yang dapat
sekumpulan nilai yang melandasi berperan dalam perkembangan iptek
perilaku, tradisi, kebiasaan, dan berlandaskan imtak.
kesehariaan, dan simbol –simbol Dalam kurikulum KTSP 2006
yang dipraktikan oleh kepala sekolah, (Kurikulum Tingkat Satuan
guru, peserta didik, dan karyawan Pendidikan) guru dituntut lebih aktif,
sekolah. Budaya sekolah merupakan kreatif, kompetitif, inspiratif, inisiatif,
ciri khas, karakter atau watak dan citra independen, inovatif dalam
sekolah tersebut dimasyarakat luas. menemukan, dan mengembangkan
Akan tetapi menurut Komarudin kurikulum baru. Sekolah diberi
Hidayat, tanpa budaya sekolah yang kebebasan dalam membuat program
bagus, akan sulit melakukan kerja dalam pemerintah melalui
pendidikan karakter bagi anak-anak standar kompetensi lulusan (SKL)
didik. Jika budaya sekolah sudah yang merupakan salah satu dari
mapan, siapapun yang masuk dan delapan standar nasional
bergabung di sekolah itu hampir (Permendiknas) No 23 Tahun 2006.2
secara otomatis akan mengikuti tradisi Pengelola sekolah harus
yang sudah ada.1 membangun sebuah sistem yang
Jika diperhatikan budaya didalamnya mengutamakan kerjasama.
sekolah diera sekarang mengalami Setiap sekolah harus menciptakan
kemunduran yang luar biasa, itu budaya sekolah sendiri sebagai
ditandai dengan adanya kecurangan identitas diri dan juga sebagai rasa
saat ujian nasioanal, kerjasama dalam kebanggaan akan sekolahnya.
mengerjakan soal, tindak plagiasi, Madrasah Tsanawiyah Negeri
membolos, guru sering terlambat dan Jatinom memiliki budaya sekolah
membolos saat mengajar, sekolah yang berkarakter, yaitu tepat waktu
sering dipulangkan lebih awal sampai dalam proses belajar mengajar,
kebiasaan masa orientasi siswa dengan membiasakan budaya Islam, relegius,
tindak kekerasan terhadap peserta disiplin, jujur, memiliki peraturan
didik baru. sekolah yang tidak memihak kepada
Sebuah sekolah harus kepala sekolah, guru, peserta didik,
mempunyai misi menciptakan budaya dan karyawan. Sehingga sekolah
sekolah yang menantang dan mampu menghasilkan lulusan yang
menyenangkan, adil, kreatif, inovatif, unggul, cakap, berprestasi, dan
terintergrasi, dan menghasilkan berakhlak mulia. Selain itu Madrasah
lulusan yang berkualitas tinggi dalam Tsanawiyah Negeri Jatinom juga
perkembangan intelektulnya dan membiasakan pembinaan keagamaan
mempunyai karakter takwa, jujur, yang sangat disiplin. Seperti
kreatif, maupun menjadi teladan,
bekerjakeras, toleran dan cakap dalam 2
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
1
Komarudinhidayat.2010.’’kulturseko 2006, Tentang Standar Kompetensi Lulusan
lah’‟.http://.www.Uinjkt.ac.id/index.php/categ untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
orytable1456-membangun-kultur-sekolah- Menengah (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm.
html-Diakses 2 maret 2015 pukul 20;49. 343
melakukan sholat duha berjamaah, di Madrasah Tsanawiyah Negeri
dzuhur berjama‟ah, kultum, dan Jatinom.
menuntut semua peserta didiknya 2. Manfaat penelitian
memahami dan melaksanakan a. Dari segi teoris, dapat menambah
kewajiban-kewajiban seorang muslim pengetahuan dalam dunia
terhadap Tuhannya dimanapun mereka pendidikan khususnya tentang
berada,yaitu dengan melaksanakan budaya sekolah yang memiliki
rukun Islam dan menjalankan rukun karakteristik yang baik dan
Iman. berkualitas, serta pentingnya
Untuk mengetahui sekolah melaksanakan pembinaan
karakteristik budaya sekolah lebih keagamaan terhadap anak didiknya.
mendalam dan pelaksanaan b. Dari segi praktis, dapat
pembinaan keagamaan di Madrasah menjadikan bahan untuk sekolah
Tasanawiyah Negeri Jatinom penulis lebih memupuk dan
tertarik untuk mengadakan penelitian mengembangkan budaya sekolah
dilembaga pendidikan tersebut yang di yang baik, serta lebih
rangkum dengan sebuah judul mengembangkan pembinaan
“KARAKTERISTIK BUDAYA keagamaan secara mendalam.
SEKOLAH DALAM Tinjauan Pustaka
PELAKSANAAN PEMBINAAN Dalam tinjauan pustaka ini
KEAGAMAAN’’. (Studi Kasus di peneliti akan mendeskripsikan
Madrasah Tsanawiyah Negeri beberapa penelitian yang dilakukan
Jatinom Tahun Pelajaran terdahulu relevansinya dengan judul
2014/2015). skripsi ini. Adapun karya – karya
Rumusan Masalah tersebut adalah:
Berdasarkan uraian dalam latar 1. Andari Lis (UIN Sunan Kalijaga
belakang masalah diatas maka penulis Yogyakarta 2013), dalam skripsinya
tuliskan rumusan masalah sebagai yang berjudul “Pengaruh Budaya
berikut: Sekolah Terhadap Karakter Siswa di
1. Bagaimana Karakteristik Budaya SDN Jumeneng Lor Mlati Sleman
Sekolah di Madrasah Tsanawiyah Yogyakarta”. Menunjukkan bahwa
Negeri Jatinom Tahun Pelajaran terdapat pengaruh yang positif antara
2014/2015? budaya sekolah dan karakter siswa,
2. Bagaimana pelaksanaan pembinaan semakin baik karakter budaya sekolah
keagamaan di Madrasah Tsanawiyah semakin baik pula karakter siswa.
Negeri Jatinom Tahun Pelajaran Karakter siswa dipengaruhi oleh
2014/2015? budaya sekolah sebesar 17,4%
Tujuan dan Manfaat Penelitian sedangkan 82,6% di pengaruhi oleh
1. Tujuan penelitian faktor lain diluar variabel dalam
a. Ingin mengetahui bagaimana penelitiaan yang digunakan.
karakteristik budaya sekolah di Pelaksanaan penanaman karakter
Madrasah Tsanawiyah Negeri melalui proses kegiatan belajar
Jatinom. mengajar, kurikulum yang digunakan,
b. Ingin mengetahui bagaimana pengembangan proses pembelajaran,
pelaksanaan pembinaan keagamaan pengembangan budaya sekolah, dan
pusat kegiatan belajar yang meliputi
kegiatan rutin, kegiatan spontan, seseorang yang terbentuk dari hasil
keteladanan, dan pengkondisiaan.3 internalisasi berbagai kebijakan yang
2. M. Khoirur Rofiq (IAIN Walisongo diyakini dan digunakan sebagai
Semarang 2009) dalam skripsinya landasan, serta sebagai cara pandang,
yang berjudul “Implementasi berfikir, bersikap, dan bertindak.6
Pembinaan Keagamaan Melalui Budaya sekolah adalah sekumpulan
Madrasah Diniyah Lembaga nilai yang melandasi perilaku, tradisi,
Pemasyarakatan Kelas I Kedungpane kebiasaan, kesehariaan, dan simbol –
Semarang”. Mengungkap tentang simbol yang dipraktikan oleh kepala
pelaksanaan pembinaan keagamaan sekolah, guru, siswa dan karyawan
melalui Madrasah Diniyah di sekolah. Budaya sekolah merupakan
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I ciri khas, karakter atau watak dan
Kedungpane Semarang.4 citra sekolah tersebut dimasyarakat
Dari penelitian yang penulis luas.7 Jadi yang dimaksud karakteristik
paparkan maka dapat diratik budaya sekolah disini adalah
kesimpulan bahwa ada titik sambung pengetahuan dan hasil karya cipta
antara karya tersebut dengan apa yang komunitas sekolah yang berusaha
akan penulis bahas, yaitu sama-sama ditransformasikan kepada peserta
menyinggung tentang budaya sekolah didik dan dijadikan pedoman dalam
dan pelaksanaan pembinaan setiap tindakan komunitas sekolah.
keagamaan. Akan tetapi terdapat Pengetahuan tersebut terwujud dalam
banyak hal yang membedakan antara sikap dan perilaku nyata dalam
karya tersebut dengan tema yang akan komunitas sekolah, sehingga
penulis paparkan. Salah satunya menciptakan warna kehidupan sekolah
adalah fokus penelitian. Dalam yang bisa dijadikan cermin bagi siapa
penelitian ini penulis lebih saja yang terlibat didalamnya.8 Contoh
menekankan pada aspek karakteristik sederhananya adalah kebiasaan peserta
budaya sekolah dalam pelaksanaan didik mencium tangan guru dan
pembinaan keagamaan. rutinitas shalat duha dan dzuhur
Tinjauan Teoritik berjamaa‟ah di sekolah.
1. Karakteristik budaya sekolah Dalam meningkatkan ciri khas,
Menurut kamus besar bahas karakter, dan mutu, sekolah perlu
Indonesia (KBBI) karakteristik menciptakan budaya sekolah yang
sinonim dari karakter.5 Karakter baik dan berbeda dengan sekolah lain.
menurut Kemendiknas adalah watak, Seperti melestarikan budaya – budaya
tabiat, akhlak atau kepribadian yang bermutu diantaranya adalah

3
Andari Lis, Pengaruh Budaya
Sekolah Terhadap Karakter Siswa di SDN
6
Jumeneng Lor Mlati Sleman Yogyakarta, Pengembangan Pendidikan Budaya
Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Karakter Bangsa (Jakarta: Kementerian
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013. Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan
4
M. Khoirur Rofiq, Implementasi Pengembangan Pusat Kurikulum, 2011), hlm.
Pembinaan Keagamaan Melalui Madrasah 8.
7
Diniyah Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Herminanto dan Winarno, Ilmu
Kedungpane Semarang, Skripsi, Fakultas Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Bumi
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009. Aksara, 2011), hlm. 72.
5 8
KBBI Ibid, hlm. 79.
budaya Islam, budaya relegius, budaya manajer yang Islami, nilai-nilainya
disiplin, dan budaya jujur.9 adalah nilai-nilai Islami.
a. Budaya Islam Bagaimanapun sebuah organisasi akan
Salah satu tugas yang diemban sehat jika dikembangkan dengan nilai-
oleh pendidikan adalah mewariskan nilai yang sehat yang bersumber dari
nilai-nilai luhur budaya kepada peserta agama.13 Dalam lembaga pendidikan
didik dalam upaya membentuk Islam, budaya Islami akan menjadi
kepribadian intelek yang bertanggung kekuatan tersendiri. Nilai, kebiasaan,
jawab melalui jalur pendidikan.10 Dan dan sikap positif yang terdapat dalam
lembaga yang dipercaya oleh budaya Islami merupakan modal non-
masyarakat ini adalah sekolah. Nilai- material yang kuat bagi terwujudnya
nilai yang dikembangkan di sekolah lembaga pendidikan Islam yang
tentunya tidak dapat dilepaskan dari unggul diera sekarang dan mendatang.
keberadaan sekolah itu sendiri sebagai Jika melihat pengertian
organisasi pendidikan yang memiliki pendidikan Islam, yaitu aktivitas
peran dan fungsi untuk pendidikan yang diselenggarakan dan
mengembangkan, melestarikan, dan didirikan dengan niat untuk
mewariskan nilai-nilai budaya kepada mengejawantahkan ajaran dan nilai-
peserta didik. Sebagaimana peran nilai Islam. Maka berbagai komponen
sekolah yang tertulis dalam al yang terdapat dalam suatu organisasi
Tarbiyah wa al Thuruq al Tadris pendidikan Islam, seperti dasar
bahwasanya, “Sekolah merupakan pendidikan, tujuan, kurikulum,
sarana yang bekerjasama dengan metode, pola hubungan dan lain
keluarga untuk mendidik anak.”11 sebagainya harus didasarkan pada
Suatu organisasi terbentuk dari nilai-nilai moral dan etis dalam ajaran
kumpulan individu yang berbeda baik Islam. Inilah yang menjadi ciri khas
sifat, karakter, keahlian, pendidikan, yang membedakan antara organisasi
dan latar belakang pengalaman. Oleh yang Islami dengan yang tidak.14
karena itu perlu ada penyatuan Dari sini dapat diketahui,
pandangan yang dapat berguna untuk budaya Islami adalah norma hidup
pencapaian misi dan tujuan organisasi yang bersumber dari syariat Islam.
tersebut, sehingga tidak berjalan Budaya ini merupakan prasarana yang
sendiri-sendiri.12 esensial untuk dikelola dalam rangka
Hal yang harus disadari bahwa penerapan pengajaran berbasis nilai di
sebuah organisasi yang baik dengan sekolah, khususnya sekolah yang
kepemimpinan yang baik, harus diikat bercirikan Islam. Budaya Islami ini
pula oleh nilai-nilai yang diyakini oleh dapat tercermin dalam sikap: tabassum
manajer dan bawahannya. Bagi (senyum), menghargai waktu, cinta
ilmu, mujahadah (kerja keras dan
9
Ibid, hlm. 81.
10
Nazarudin Rahman, Regulasi
Pendidikan (Yogyakarta:Pustaka Felicha,
2009), hlm.194.
11
Abuddin Nata, Manajemen
13
Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Didin Hafidhuddin dan Hendri
Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik
Kencana, 2010), hlm. 207. (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hlm. 30.
12 14
Ibid, hlm 209. Ibid, hlm, 210.
optimal), tanafus dan ta‟awun Dalam tataran nilai, budaya
(berkompetisi dan tolong-menolong).15 religius dapat berupa semangat
b. Budaya religius berkorban, semangat persaudaraan,
Budaya religius sekolah adalah saling tolong menolong, dan tradisi
nilai-nilai Islam yang dominan yang mulia yang lainnya. Sedangkan dalam
didukung oleh sekolah atau falsafah tataran perilaku budaya religius dapat
yang menuntun kebijakan sekolah berupa kebiasaan sholat berjama‟ah,
setelah semua unsur dan komponen gemar shadaqah, dan perilaku baik
sekolah termasuk stake holders lainnya. Dengan demikian pada
pendidikan. Budaya sekolah merujuk hakikatnya budaya religius sekolah
pada suatu sistem nilai, kepercayaan, adalah terwujudnya nilai-nilai ajaran
dan norma-norma yang dapat diterima agama sebagai tradisi dalam
secara bersama. Serta dilakukan berperilaku dalam budaya organisasi
dengan penuh kesadaran sebagai yang diikuti oleh seluruh warga
perilaku Islami yang dibentuk oleh sekolah. Oleh karena itu untuk
lingkungan yang menciptakan membudayakan nilai-nilai keagamaan
pemahaman yang sama diantara dapat dilakukan dengan beberapa cara
seluruh unsur dan personil sekolah yakni, melalui kepala sekolah,
baik kepala sekolah, guru, staf, peserta kegiatan belajar mengajar,
didik, dan komite.16 Budaya religius ekstrakulikuler, dan juga tradisi
sekolah merupakan cara berfikir dan perilaku warga sekolah yang
cara bertindak warga sekolah yang dilaksanakan secara kontinyu dan
didasarkan atas nilai-nilai religius konsisten di lingkungan sekolah.
(keberagamaan). Seperti firman Allah Itulah yang akan membentuk religius
swt dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 208: culture.18
Saat ini usaha penanaman
      nilai-nilai religius dalam rangka
mewujudkan budaya religius sekolah
       dihadapkan dengan berbagai tantangan
baik dari internal sekolah maupun
    eksternal. Karena dalam sebuah
lembaga pendidikan tentunya terdiri
Artinya: Hai orang-orang yang dari latar belakang individu yang
beriman, masuklah kamu ke dalam berbeda dan juga mengahadapi
Islam keseluruhan, dan janganlah tantangan dunia luar yang begitu
kamu turut langkah-langkah syaitan. dahsyat tentunya sangat berpengaruh
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang pada peserta didik.19
nyata bagimu.17 c. Budaya disiplin
Sebuah proses pendidikan
15
Didin Hafidhuddin dan Hendri tidak akan berhasil jika tidak ada
Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik penerapan disiplin kepada peserta
(Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hlm. 40.
16
Elly M.Setiadi, Ilmu Sosial Budaya
18
dan Dasar (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 34. Ibid, hlm. 29.
17 19
Muhammad Shahib, Al- Abuddin Nata, Kapita Selekta
Qur’anulkarim Terjemah Tafsir Perkata Pendidikan Islam Isu-Isu Kontemporer
(Bandung: Sygma dan Syamil Quran: 2007), tentang Pendidikan Islam (Jakarta: Rajawali
hlm. 24. Pres, 2012) hlm. 185.
didik. Disiplin adalah kemampuan d. Budaya jujur
memanfaatkan waktu untuk Budaya jujur merupakan salah
melakukan hal-hal yang positif guna satu fadhilah yang menentukan status
mencapai sebuah prestasi. Disiplin dan kemajuan perseorangan dan
juga berarti kemampuan berbuat yang msyarakat. Menegakkan prinsip
hanya memberikan manfaat bagi diri, kejujuran adalah salah satu sendi
orang lain, dan lingkungan.20 kemaslahatan dalam hubungan antara
Disiplin merupakan hasil dari manusia dengan manusia dan antara
sebuah proses atau interaksi peserta satu golongan dengan golongan yang
didik dengan lingkungannya, baik lain.23
bacaan, budaya, atau individu.21 Maka Jujur dalam bahasa Arab
sangat penting menyediakan berarti benar (siddiq). Benar disini
lingkungan sekolah yang disiplin, yaitu benar dalam berkata dan benar
sehingga peserta didik memiliki dalam perbuatan. Hadist Nabi
kedisiplinan diri. Disiplin diri mengatakan yang artinya: Berlaku
dilakukan karena kesadaran bahwa jujur dengan perkataan dan
prestasi tidak bisa diraih tanpa kerja perbuatan, mengandung makna,
keras dan perilaku yang baik. Prestasi berkata harus sesuai dengan yang
dicapai bukan semata bermodal sesungguhnya, dan sebaliknya jangan
kecerdasan, namun melalui disiplin berkata yang tidak sesuai dengan yang
yang tinggi dalam belajar dan sesungguhnya. Dan perkatan itu
melakukan sesuatu. disesuaikan dengan tingkah laku
Manfaat kedisiplinan adalah perbuatan. Sebagaimana yang
membuat peserta didik menjadi lebih dijelaskan dalam Q.S. At-Taubah ayat
tertib dan teratur dalam menjalankan 119:
kehidupannya, serta peserta didik juga
      
dapat mengerti bahwa kedisiplinan itu
amat sangat penting bagi masa
depannya karena dapat membangun  
kepribadian peserta didik yang kokoh Artinya: Hai orang-orang yang
dan bisa diharapkan berguna bagi beriman bertakwalah kepada Allah,
semua pihak. Budaya sekolahpun juga dan hendaklah kamu bersama orang-
berawal dari sebuah kedisiplinan. orang yang benar.24
Berawal dari sebuah hal kecil, bila Dampak dari sifat jujur adalah
dilaksanakan secara istiqomah atau menimbulkan rasa berani, karena tidak
disiplin pasti akan melahirkan suatu ada orang yang merasa tertipu dengan
kebiasaan atau budaya. Bila sifat yang diberikan kepada orang lain.
menerapkan hal yang positif, tentunya Dan bahkan orang merasa senang dan
akan terlahir budaya yang positif dan percaya terhadap pribadi orang yang
sebaliknya.22 jujur. Pepatah mengatakan “berani
karena benar, takut karena salah”.
20
Mujamil Qomar, Kesadaran
Pendidikan Sebuah Penentu Keberhasilan
23
Pendidikan (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, Hamzah Ya‟cub, Etika Islam
2012) hlm. 129. (Bandung : Diponegoro, 1983), hlm.102.
21 24
Ibid, hlm. 130. Muhammad Shahib, Al-
22
Ibid, hlm. 131-132. Qur’anulkarim, hlm. 206.
Seperti firman Allah swt dalam Sedangkan pengertiaan
Q.S. Ibrāhīm ayat 27: keagamaan yang dimaksud disini yaitu
agama Islam itu sendiri yang ajaran-
       ajarannya diwahyukan Tuhan kepada
umat manusia melalui Nabi
       Muhammad saw. Sebagai Rasul
dimana ajarannya berisi mengenai
       berbagai aspek dari segi kehidupan
manusia dan sebagai sumber ajaran
Artinya: Allah meneguhkan (iman) tersebut adalah al-Qur‟an dan hadist.27
orang-orang yang beriman dengan Dari keterangan diatas, dapat
Ucapan yang teguh itu dalam disimpulkan bahwa pembinaan
kehidupan di dunia dan di akhirat; keagamaan adalah suatu aktivitas yang
dan Allah menyesatkan orang-orang dilakukan oleh seseorang agar mereka
yang zalim dan memperbuat apa yang memiliki pribadi yang bermoral serta
Dia kehendaki..25 berakhlak mulia dalam jasmani dan
Dari penjabaran di atas dapat rohani. Oleh karna itu salah satu usaha
disimpulkan, jika prinsip kejujuran untuk mengantisipasi hal yang tidak
telah membudaya maka akan tegaklah diinginkan adalah dengan pembinaan
suatu masyarakat yang harmonis, keagamaan.
aman, dan sentosa. Seperti halnya b. Dasar pembinaan keagamaan
pribadi mukmin yang hatinya selalu Dasar atau landasan pembinaan
merasa aman dan damai karena keagamaan telah dijelaskan dalam
berkata dan bertingkah laku yang ajaran-ajaran Islam yang bersumber
benar. Jadi prinsip jujur adalah hal dari al-Qur‟an dan hadist.
pokok pertama yang harus dipupuk Diantaranya yang menjelaskan hal
dan diterapkan di sekolah. tersebut adalah Q.S. Āli ʻImrān ayat
2. Pembinaan keagamaan 104:
a. Pengertian pembinaan keagamaan
Pembinaan adalah suatu proses       
belajar dengan melepaskan hal-hal
yang sudah dimiliki dan mempelajari       
hal-hal baru yang belum dimiliki,
dengan tujuan membantu orang yang  
menjalaninya untuk membetulkan dan
mengembangkan pengetahuan dan Artinya: “Dan hendaklah diantara
kecakapan yang sudah ada serta kamu ada segolongan orang yang
mendapatkan pengetahuan dan menyeru kepada kebajikan, menyeru
kecakapan baru untuk mencapai tujuan (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah
hidup dan kerja yang sedang dijalani dari yang munkar. Dan mereka itulah
secara efektif.26 orangorang yang beruntung”.28

25 27
Muhammad Shahib, Al- Harun Nasution, Islam di tinjau
Qur’anulkarim, hlm. 259. dari Berbagai aspek (Jakarta : UI Press 1985),
26
A. Mangunhardjana, Pembinaan: hlm. 24.
28
Arti dan Metodenya (Yogyakarta: Kanisius, Muhammad Shahib, Al-
1991), hlm.12. Qur’anulkarim, hlm. 63.
Sedangkan dalam hadist yang Tujuan ini berkaitan dengan
diriwayatkan oleh Abdillah bin Amr pembinaan dan pengajaran
disebutkan yang artinya: “Dari sebagai sebuah ilmu.31
Abdillah bin Amr, Rasulullah saw Dalam konteks kehidupan
bersabda: Sampaikanlah ajaranku beragama, pembinaan keagamaan
kepada orang lain, walaupun hanya bertujuan untuk menumbuhkan
satu ayat”.29 kesadaran dan memelihara norma
c. Tujuaan pembinaan keagamaan agama secara terus-menerus agar
Sebagaimana dikutip oleh perilaku hidup manusia senantiasa
Abdul Mujib dkk, tujuan pembinaan berada pada tatanan. Namun secara
keagamaan antara lain adalah: garis besar, arah atau tujuan dari
1) Mengembangkan wawasan pembinaan keagamaan adalah meliputi
spiritual yang semakin mendalam. dua hal, yaitu: a) Tujuan yang
2) Membekali anak muda berorientasi pada kehidupan akhirat,
dengan berbagai pengetahuan yaitu membentuk seorang hamba yang
dan kebaikan. bertakwa kepada Allah swt, b) Tujuan
3) Membantu peserta didik yang berorientasi pada kehidupan
yang sedang tumbuh untuk dunia, yaitu membentuk manusia yang
belajar berpikir secara logis mampu menghadapi segala bentuk
dan membimbing proses kebutuhan dan tantang kehidupan agar
pemikirannya. hidupnya lebih layak dan bermanfaat
4) Mengembangkan wawasan bagi orang lain.
relasional dan lingkungan Allah swt berfirman dalam
sebagaimana yang dicita- Q.S. Al-Qaṣaṣ ayat 77:
citakan dalam Islam, dengan
melatih kebiasaan dengan        
baik.30
Armai Arief mengutip      
pendapat Mohammad Al Toumy Al
Syaibani tentang pembinaan        
keagamaan mencakup tiga hal yaitu:
1) Tujuan individual         
Tujuan ini berkaitan dengan
masing-masing individu dalam Artinya: “Dan carilah (pahala) negeri
mewujudkan perubahan yang akhirat dengan apa yang telah
dicapai pada tingkah laku dan dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi
aktifitasnya. janganlah kamu lupakan bagianmu di
2) Tujuan sosial dunia”.32
Tujuan ini berkaitan dengan Ayat diatas mengandung
kehidupan masyarakat sebagai pengertian bahwa Allah swt menyuruh
keseluruhan dan tingkah laku kepada semua hamba-Nya agar
mereka secara umum.
3) Tujuan profesional 31
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan
Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:
29
HR. At Turmudzi. Ciputat Pres,2002), hlm. 25-26.
30 32
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Muhammad Shahib, Al-
Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.82. Qur’anulkarim, hlm. 394.
mencari kebahagiaan akhirat dengan (ritual). Ibadah mencakup semua
cara beribadah kepada Allah swt. perilaku dalam semua aspek
Tetapi manusia tidak boleh melupakan kehidupan yang sesuai dengan
kebahagiaan dunia, oleh sebab itu ketentuan Allah swt dengan iklas
manusia disuruh untuk bekerja guna untuk mendapatkan rida Allah swt.35
memenuhi kehidupan selama masih Ibadah adalah salah satu sendi ajaran
hidup di dunia. Islam yang harus ditegakkan. Materi
d. Materi pembinaan keagamaan ibadah pada pokoknya adalah rukun
Materi pembinaan keagamaan Islam yang meliputi sholat, puasa,
meliputi berbagai aspek. Namun infaq, dan shadaqah. Sesuai dengan
secara garis besar dapat dibedakan firman Allah swt dalam Q.S. Luqmān
dalam tiga aspek utama, yaitu: aqidah, ayat 17:
akhlak, dan ibadah. Adapun uraian
      
dari ketiga aspek tersebut secara
umum adalah sebagai berikut:
Secara etimologi (bahasa)         
aqidah adalah ikatan, sangkutan.
Sedangkan menurut terminologi   
(istilah) makna aqidah adalah iman,
keyakinan.33 Oleh karena itu aqidah Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat
ditautkan dengan rukun iman yang dan suruhlah (manusia) mengerjakan
merupakan asas dari seluruh ajaran yang baik dan cegahlah (mereka) dari
Islam, yaitu terdiri dari: a) Iman perbuatan yang mungkar dan
kepada Allah swt, b) Iman kepada bersabarlah terhadap apa yang
Malaikat, c) Iman kepada kitab suci, menimpa kamu. Sesungguhnya yang
d) Iman kepada Nabi dan Rasul, e) demikian itu Termasuk hal-hal yang
Iman kepada hari akhir, dan f) Iman diwajibkan (oleh Allah).36
kepada qadha‟ dan qadar. Sekolah merupakan solusi
Sedangkan akhlak berasal dari tepat untuk memberikan dan
kata khuluk yang berarti perangai, mensosialisasikan paket pembelajaran
sikap, perilaku, watak, dan budi yang diikuti dengan materi-materi
pekerti. Akhlak ialah sikap yang yang diajarkan kepada peserta didik,
menimbulkan kelakuan baik dan sehingga semua dampak buruk yang
buruk.34 Akhlak manusia terhadap diakibatkan dari perkembangan zaman
Allah swt dibahas dalam ilmu tasawuf tidak akan dilakukan peserta didik,
sedangkan ilmu yang membahas karena memiliki iman dan akhlak yang
tentang akhlak manusia terhadap mulia.37
sesama ciptaan Allah (makhluk)
disebut ilmu akhlak. Kemudian yang
dimaksud ibadah yaitu peraturan-
35
peraturan yang mengatur hubungan Zakia Derajat dkk. Dasar – dasar
anatara manusia dangan Allah swt Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1984),
hal. 253.
36
Muhammad Shahib, Al-
33
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Qur’anulkarim, hlm. 412.
37
Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Zakia Derajat, Membina Nilai –
Persada, 2000), hlm.134. Nilai Moral di Indonesia (Jakarta: Bulan
34
Ibid. hlm.135. Bintang,1998), hlm. 68.
e. Tanggung jawab pembinaan agama tersebut.39 Pendekatan yang digunakan
Dikotomi antara ilmu agama adalah pendekatan deskriptif
Islam dengan ilmu umum terjadi kualitatif, yaitu dengan metode studi
dalam dunia pendidikan. Pendidikan kasus. Metode studi kasus adalah
agama Islam di sekolah dianggap penelitian yang mengungkap suatu
sebagai repersentasi ilmu agama keadaan secara mendalam, intensif,
Islam, sedangkan pelajaran lainnya baik perseorangan, individu,
dianggap sebagai pelajaran umum. kelompok, lembaga atau masyarakat.40
Akibatnya adalah beban yang sangat Analisis yang digunakan adalah analisi
berat bagi guru yang mengajar induktif, yaitu mendeskripsikan teori
pelajaran pendidikan agama Islam kemudian dikaitkan dengan fakta-fakta
yaitu seolah-olah sebagai penanggung yang ada ditempat penelitian.
jawab ketika terjadi hal – hal yang Tempat dan Subjek Penelitian
tidak sesuai dengan doktrin agama Tempat penelitian ini berada di
sebagaimana dirumuskan dalam UU Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom
No. 20 Tahun 2013 bahwa pendidik yang terletak di Kabupaten Klaten,
keagamaan berfungsi mempersiapkan Provinsi Jawa Tengah. Subjek
peserta didik menjadi anggota penelitiaan ini adalah peserta didik,
masyarakat yang memahami dan guru, kepala sekolah, dan tenaga
mengamalkan nilai-nilai ajaran pendidik.
agamanya atau menjadi ahli ilmu Metode Pengumpulan Data
agama.38 1. Metode wawancara
Melihat fenomena diatas Wawancara adalah cara untuk
seharusnya tidak menitik beratkan mengumpulkan data dengan
pembinaan keagamaan oleh guru mengadakan tatap muka secara
pendidikan agama Islam saja, langsung antara orang yang bertugas
melainkan semua struktur pembimbing mengumpulkan data dengan orang
peserta didik mulai dari kepala yang menjadi sumber data atau objek
sekolah, guru, dan karyawan untuk penelitian.41 Wawancara adalah
membina keagamaan peserta didik percakapan dengan maksud tertentu
dalam budaya Islam di sekolah. yang dilakukan oleh dua pihak yang
METODE PENELITIAN pewawancara mengajukan pertanyaan
Jenis dan Pendekatan Penelitian dan terwawancara memberikan
Jenis penelitian yang jawaban atas pertanyaan itu.42
digunakan adalah penelitian lapangan
yaitu suatu penelitian yang dilakukan 39
dilapangan atau lokasi penelitian Abdurrahmat Fathoni, Metodologi
Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi
sebagai tempat yang dipilih untuk (Jakarta:
menyelidiki gejala objektif, PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 96.
40
sebagaimana yang terjadi dilokasi Mahmud, Metode Penelitian
Pendidikan ( Bandung: CV Pustaka Setia,
38
2011), hlm.102.
Deny Saepul Hayat, Pembelajaran 41
Ahmad Tanzeh, Metodologi
PAI Melalui Pendekatan Kontektual Penelitian Praktis (Yogyakarta: 2011), hlm.
(Alternatif Model Pengembangan 89.
Pembelajaran PAI di Sekolah) 42
Lexy J. Moeleong, Metodologi
http://dsn2.wordpres.com/2009/02/09 diakses penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
07 Maret 2015 jam 14:50. Rosdakarya, 2007), hlm. 186.
2. Metode observasi memokuskan, mengabstraksi, dan
Obeservasi secara terminologis mengubah data kasar.
dimaknai sebagai pengamatan atau 2. Sajian data (display data) adalah
peninjauan secara cermat.43 Observasi merangkai data dalam bentuk narasi
yang dilakukan dalam penelitian ini untuk memudahkan dalam membuat
adalah pengumpulan data dengan kesimpulan.
melakukan penelitian langsung 3. Verifikasi adalah penjelasan tentang
terhadap kondisi lingkungan objek makna data dalam suatu konfigurasi
penelitian sehingga didapat gambaran yang secara jelas menunjukan alur
secara jelas tentang kondisi objek kausalnya.46Penarikan kesimpulan dari
penelitian tersebut.44 Metode ini data yang telah disajikan pada tahap
digunakan untuk memperoleh data display data.
tentang karakteristik budaya sekolah HASIL PENELITIAN DAN
dalam pelaksanaan pembinaan PEMBAHASAN
keagamaan di Madrasah Tsanawiyah KARAKTERISTIK BUDAYA
Negeri Jatinom. SEKOLAH DALAM
Metode Analisis Data PELAKSANAAN PEMBINAAN
Dalam penelitian ini peneliti KEAGAMAAN DI MADRASAH
menggunakan metode analisis TASANAWIYAH NEGERI
deskripsi kualitatif, yaitu perolehan JATINOM TAHUN PELAJARAN
data yang digambarkan dengan kata 2014/2015.
atau kalimat menurut masing-masing 1. Karakteristik Budaya Sekolah di
kategori untuk memperoleh Madrasah Tsanawiyah Negeri
kesimpulan. Untuk mengukur analisis Jatinom
data ini penulis menggunakan analisis Sebagaimana dipaparkan pada
induktif. Analisis induktif adalah bab II halaman 7 menurut Abdul Aziz
penelitian yang dilakukan oleh Wahab budaya sekolah adalah
seorang peneliti dengan berangkat ke pengetahuaan dan hasil karya cipta
tempat penelitian atau kelapangan komunitas sekolah yang berusaha
untuk mengumpulkan berbagai bukti ditransformasikan kepada peserta
melalui penelaahan terhadap fenomena didik dan dijadikan pedoman setiap
kemudian merumuskan teori.45 tindakan komunitas sekolah.
Adapun langkah langkah dalam Karakteristik budaya sekolah
analisis induktif adalah: reduksi, merujuk pada suatu sistem nilai,
display data, dan verifikasi. kepercayaan dan norma-norma yang
1. Reduksi data adalah proses diterima secara bersama, serta
memilih, menyederhanakan, dilaksanakan dengan penuh kesadaran
sebagai perilaku alami, dibentuk oleh
lingkungan yang menciptakan
43
Kaelan, Metode Penelitian pemahaman yang sama oleh seluruh
Kualitatif Interdisipliner (Yogyakarta unsur dan personil sekolah baik itu
:Paradigma, 2012), hlm. 100. kepala sekolah, guru, staf, peserta
44
Syofian Siregar, Metode Penelitian
Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media didik, dan jika perlu membentuk opini
Grup, 2013), hlm. 117.
45
Mahmud, Metode Penelitian
Pendidikan ( Bandung: CV Pustaka Setia,
46
2011), hlm. 90. Ibid. hlm. 93.
masyarakat yang sama dengan dikembangkan dengan nilai-nilai Islam
sekolah. dengan tujuaan agar seluruh warga
Seperti yang dipaparkan pada sekolah di Madrasah Tsanawiyah
bab IV halaman 25 bahwasannya Negeri Jatinom memiliki nilai-nilai
kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah luhur.
Negeri Jatinom sangat b. Budaya religius
memperhatikan, mengembangkan Budaya religius yang
keadaan, dan kemajuaan sekolahnya dipaparkan pada bab II halaman 9-10
dalam pengembangan nilai –nilai adalah cara bertindak warga sekolah
budaya yang berkembang di sekolah yang didasarkan atas nilai-nilai
dengan baik, memberikan mutu dan religius (keberagamaan), dalam
kualitas baik di sekolah yang tataran perilaku budaya religius dapat
dipimpinnya. berupa kebiasaan shalat berjama‟ah,
Dengan demikian dapat gemar shadaqah, dan perilaku baik
dikatakan bahwa karakteristik budaya lannya. Dengan demikian pada
sekolah perlu dikembangkan dengan hakikatnya budaya religius sekolah
kualitas – kualitas budaya sekolah adalah terwujudnya nilai-nilai ajaran
yang baik, karena budaya sekolah agama sebagai tradisi dalam
tersebut sebagai contoh, cerminan, dan berperilaku dalam budaya organisasi
kebiasaan yang akan dilakukan dan yang diikuti oleh seluruh warga
dikembangkan oleh warga sekolah. sekolah. Seperti yang dipaparkan pada
Jika budaya sekolah sudah mapan dan bab IV halaman 26 budaya religius
baik siapapun yang berada di yang dihadirkan sekolah bertujuaan
lingkungan sekolah pasti akan untuk membiasakan warga sekolah
mengikuti tradisi yang ada. Dan jika lebih dekat terhadap Tuhan.
tradisi itu terus berkembang maka c. Budaya disiplin
akan menjadi sebuah ciri khas Budaya disiplin yang
tersendiri bagi sekolah tersebut. dipaparkan pada bab II halaman 11-12
a. Budaya Islam adalah kemampuan memanfaatkan
Budaya Islam yang dipaparkan waktu untuk melakukan hal-hal yang
pada bab II halaman 7-8 adalah untuk positif guna mencapai sebuah prestasi.
mewariskan nilai-nilai luhur budaya Disiplin juga berarti kemampuan
kepada peserta didik dalam upaya berbuat yang hanya memberikan
membentuk kepribadian intelek yang manfaat bagi diri, orang lain, dan
bertanggung jawab melalui jalur lingkungan. Hal ini seperti yang
pendidikan. Dalam lembaga dipaparkan pada bab IV halaman 27
pendidikan Islam, budaya Islami akan bahwa budaya disipin bertujuaan
menjadi kekuatan tersendiri. Nilai, untuk menanamkan seluruh warga
kebiasaan, dan sikap positif yang sekolah memiliki tanggung jawab
terdapat dalam budaya Islami dengan peraturan-peraturan sekolah
merupakan modal non-material yang yang menuntut disiplinitas tinggi.
kuat bagi terwujudnya lembaga d. Budaya jujur
pendidikan Islam yang unggul di era Budaya jujur yang dipaparkan
sekarang dan mendatang. Hal ini pada bab II halaman 12-13 adalah
sebagaimana dipaparkan pada bab IV salah satu fadhilah yang menentukan
halaman 26 bahwa budaya Islam juga
status, kemajuan perseorangan, dan sangat penting untuk dilaksanakan
masyarakat. dalam pendidikan di sekolah karena
Menegakkan prinsip kejujuran sekolah sebagai tempat pendidikan
adalah salah satu sendi kemaslahatan kedua setelah keluarga.
dalam hubungan antara manusia a. Dasar – dasar pembinaan
dengan manusia dan antara satu keagamaan
golongan dengan golongan yang lain. Dasar diadakan pembinaan
Hal ini sebagaimana dipaparkan pada agama Islam yaitu al-Quran dan
bab IV halaman 27 budaya jujur hadist. Menurut ajaran Islam bahwa
adalah tombak kebaikan, untuk pelaksanaan pembinaan agama Islam
menghindari hal – hal yang tidak merupakan perintah Allah dan
diinginkan, seperti kecurangan murid merupakan ibadah bagi yang
dan guru saat ujian, kecurangan guru melaksanakan, seperti yang di
saat mengemban tugas, menghindari paparkan bab II halaman 14-15 dalam
bibit – bibit plagiasi, bahkan sampai Firman Allah swt dalam Q.S. Āli
bibit koruptor. ʻImrān ayat 104 yang artinya: “Dan
Dengan demikian budaya jujur hendaklah di antara kamu ada
perlu dihadirkan, dipupuk, dan dilatih segolongan orang yang menyeru
sejak dini sebagi bekal awal seorang kepada kebajikan, menyeru (berbuat)
anak dalam perkembangannya dan yang ma’ruf, dan mencegah dari yang
sebagai budaya yang harus dimiliki munkar. Dan mereka itulah
setiap individu organisasi, serta orangorang yang beruntung”.
lembaga lainnya. Sedangkan dalam hadist yang
2. Pembinaan Keagamaan diriwayatkan oleh Abdillah bin Amr
Merujuk hasil teori bab II disebutkan: “ ari Abdillah bin Amr,
halaman 14 dalam konteks kehidupan Rasulullah Saw bersabda:
beragama, pembinaan keagamaan Sampaikanlah ajaranku kepada orang
bertujuan untuk menumbuhkan lain, walaupun hanya satu ayat”. (HR.
kesadaran dan memelihara norma At Turmudzi).
agama secara terus-menerus agar Sesuai dengan pemaparan bab
perilaku hidup manusia senantiasa IV halaman 28 bahwa dasar yang
berada pada tatanan. Namun secara digunakan dalam pembinaan
garis besar, arah atau tujuan dari keagamaan adalah al-Qur‟an dan
pembinaan keagamaan adalah meliputi hadist, namun yang membedakan
dua hal, yaitu: a) Tujuan yang adalah Q.S. Asy-Syuʻarā‟ ayat 214
berorientasi pada kehidupan akhirat, yang artinya ’’Dan berilah peringatan
yaitu membentuk seorang hamba yang kepada kerabat-kerabatmu yang
bertakwa kepada Allah swt, b) Tujuan terdekat, selain itu juga kepeduliaan
yang berorientasi pada kehidupan terhadap sesama muslim juga
dunia, yaitu membentuk manusia yang dijadikan pedoman”.
mampu menghadapi segala bentuk Dengan demikian dapat
kebutuhan, tantang kehidupan agar dikatakan bahwa dasar pembinaan
hidupnya lebih layak, dan bermanfaat keagamaan harus bersumber pada al-
bagi orang lain. Qur‟an dan hadist karena ada
Dengan demikiaan dapat keterkaitan dan hubungan yang sangat
dikatakan pembinaan keagamaan erat antara pokok-pokok dan prinsip-
prinsip pendidikan agama Islam yang dan ibadah sebagai salah satu sendi
menggali ayat-ayat al-Qur‟an dan yang harus ditegakkan dalam ajaran
hadist agar tidak salah dalam Islam. Sebagaimana terdapat pada bab
pembinaan. Selain itu kepedulian IV halaman 29, materi yang
terhadap sesama muslim harus dikembangkan dan dipraktikan dalam
ditingkatkan agar Islam dapat berjalan pembinaan keagamaan lebih
dengan baik dan seimbang. menekankan pada tiga materi tersebut.
b. Tujuaan pembinaan keagamaan Jadi materi pembinaan
Tujuaan pembinaan keagamaan perlu diberikan sesuai
keagamaan seperti yang dipaparkan dengan tingkat kemampuan dan umur.
pada bab II halaman 15 – 16 bahwa Serta harus dikemas dengan baik dan
pembinaan keagamaan bertujuan benar, disampaikan dengan mudah
untuk menumbuhkan kesadaran dan agar dapat diterima, dan
memelihara norma agama secara dikembangkan.
terus-menerus agar perilaku hidup c. Kegiatan-kegiatan yang dipraktikan
manusia senantiasa berada pada dalam materi aqidah, akhlak, ibadah,
tatanan Islam yang benar. dan pelaksanaan pembinaan
Sebagaimana dipaparkan pada bab IV keagamaan yang dikembangkan di
halaman 29, dimana sekolah sangat Madrasah Tsanawiyah Negeri
memperhatikan ajaran pendidikan Jatinom.
agama Islam terhadap siswa-siswinya Dari pengembangan
agar memiliki perilaku, ilmu wawancara tentang materi pembinaan
pengetahuaan Islam yang baik dan keagamaan pada bab IV halaman 29-
benar. 30, sekolah banyak melakukan
Dengan demikiaan dapat kegiatan – kegiatan seperti shalat duha
dikatakan bahwa tujuaan pembinaan berjama‟ah setiap hari, berdoa, dan
keagamaan adalah untuk mengarahkan hafalan surah atau tadarus sebelum
manusia dalam mencapai kepribadiaan pelajaran dimulai, kultum rutin
muslim berdasarkan syari‟at Islam. sebelum shalat dzuhur, sholat dzuhur
c. Materi pembinaan keagamaan berjamaah, sholat jum‟at setiap hari
Dalam proses pembinaan jum‟at, infak rutin setiap satu minggu
keagamaan, materi yang disampaikan sekali dihari jum‟at, setoran surah
pada anak sekolah menengah pertama atau ayat al-Qur‟an setiap triwulan
hanya bersifat sederhana dan sekali sebagai bentuk tanggung jawab
mendasar, sebagai bentuk dasar siswa dan sebagai ukuran kemampuan
pengenalan terhadap ilmu agama siswa meningkat atau tidak dalam
seperti yang dipaparkan pada bab II belajar al–Qur‟an.
halaman 17 -18. Dengan demikiaan dapat
Materi pembinaan keagamaan dikatakan bahwa sekolah juga
meliputi berbagai aspek. Namun mengembangkan materi pembinaan
secara garis besar dapat dibedakan keagamaan aqidah, akhlak, dan ibadah
dalam tiga aspek utama, yaitu: aqidah, dengan cara mempraktikan dalam
akhlak, dan ibadah, aqidah sebagai kegiatan – kegiatan sekolah kepada
pengenalan enam hal yang wajib di seluruh warga sekolah di Madrasah
imani. Akhlak sebagai ukuran Tsanawiyah Negeri Jatinom.
tingkahlaku baik buruknya manusia
d. Tanggung jawab pembinaan yang diangkat di sekolah tersebut
keagamaan merujuk pada generasi yang memiliki
Tanggung jawab pendidikan karakter Islam.
keagamaan adalah tanggung jawab 2. Pelaksanaan pembinaan keagamaan
semua muslim, seperti yang di Madrasah Tasanawiyah Negeri
dipaparkan pada bab II halaman 19 Jatinom sangat menekankan aspek
yang tidak menitik beratkan disiplin dan pembiasaan, itu terlihat
pembinaan keagamaan oleh guru dari pembinaan keagamaan yang
pendidikan agama Islam saja dilakukan secara rutin teratur dan
melainkan semua struktur pembimbing wajib diikuti seluruh warga sekolah.
siswa mulai dari kepala sekolah, guru Seperti shalat duha, dzuhur, jum‟at
dan tenaga pendidik untuk membina yang dilakukan secara berjamaah,
keagamaan siswa dalam budaya Islam rutinitas membaca ayat suci al-Qur‟an
di sekolah. Hal ini seperti yang sebelum pelajaran dimulai, tausiah
dipaparkan pada bab IV halaman 30- sebelum shalat dzuhur, exstra baca
31, bahwa yang bertanggung jawab tulis al-Qur‟an bagi siswa yang belum
dalam pembinaan keagamaan siswa pandai membaca, dan lain sebagainya.
adalah seluruh warga di Madrasah Kegiatan-kegiatan yang
Tsanawiyah Negeri Jatinom, namun dikembangkan di sekolah oleh seluruh
penanggung jawab seluruh kegiatan warga sekolah bertujuan untuk
keagamaan yang diselenggarakan menimbulkan bibit generasi baru
sekolah adalah bidang kerohania. manusia yang unggul dan cakap dalam
Dengan demikiaan dapat ilmu umum dan ilmu agama.
dikatakan bahwa pembinaan Tanpa mengurangi rasa hormat
keagamaan adalah tanggung jawab kepada semua pihak, peneliti berusaha
seluruh umat manusia terutama umat memberikan masukan dan
Islam sebagai mana yang dicontohkan pertimbangan terhadap pengembangan
Rasul, dimana beliau mengemban karakteristik budaya dalam
tugas dengan menyebarkan agama dan pelaksanaan pembinaan keagamaan,
ajaran Islam tanpa mengenal lelah. diantaranya:
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kepada kepala sekolah Madrasah
Setelah melakukan penelitian Tasanawiyah Negeri Jatinom
dan menganalisis mengenai a. Lebih meningkatkan karekteristik
karakteristik budaya sekolah dalam budaya sekolah dan selalu
pelaksanaan pembinaan keagamaan di mengadakan evaluasi setiap
Madrasah Tasanawiyah Negeri tahunnya agar lebih baik.
Jatinom tahun pelajaran 2014 / 2015, b. Manfaatkan hasil penelitian
maka penulis dapat mengambil pendidikan baik dari dalam maupun
kesimpulan sebagai berikut : luar untuk peningkatan kualitas
1. Karakteristik budaya sekolah di pendidikan di Madrasah
Madrasah Tasanawiyah Negeri Tsanawiyah Negeri Jatinom.
Jatinom sangat baik dan berkualitas, 2. Guru pendidikan agama Islam
itu terlihat dari nilai – nilai budaya a. Terus memotivasi siswa dalam
yang dikembangkan dan diterapkan di pembelajaran keagamaan.
sekolah. Seperti budaya Islam, b. Mengenalkan ilmu – ilmu agama
religius, disiplin, jujur, dan visi misi dengan berbagai macam metode
yang menarik, tidak membosankan, dalam Praktik. Jakarta: Gema
dan tidak membebankan kepada Insani Press.
siswa. Elly, M.Setiadi. 2010. Ilmu Sosial
c. Mempraktekan pembinaan – Budaya dan Dasar. Jakarta:
pembinaan kegamaan dalam Kencana.
kegiatan di luar kelas agar Fathoni, Abdurrahmat. 2006.
menghasilkan suasana baru. Metodelogi Penelitian dan
3. Peserta didik Teknik Penyusunan Skripsi.
a. Ikuti dan kembangkan budaya Jakarta: Rineka Cipta.
sekolah yang baik yang Herminanto,Winarno. 2011. Ilmu
dikembangkan disekolah. Sosial dan Budaya Dasar.
b. Berperilaku baik, sopan, dan Jakarta: Bumi Aksara.
jujur tidak hanya di sekolah, namun Ibn Hajar al-„Asqalani, Bulughul
di lingkungan luar sekolah juga. Maram. 1997. Penerjemah (
c. Ikuti kegiatan – kegiatan yang Machfuddin Aladif), Bulughul
ada di sekolah tanpa ada rasa Maram. Semarang: Toha Putra.
paksaan dari pihak manapun. Kaelan. 2012. Metode Penelitian
d. Selalu disiplin dalam melakukan Kualitatif Interdisipliner. Yogyakarta:
pekerjaan. Paradigma.
e. Ketahuilah semua upaya yang Kartono, Kartini .1990. Pengantar
dikembangkan dan dilaksanakan Metodologi Riset . Bandung: Mandar
sekolah adalah kebaikan yang Maju.
ditanamkan untuk bekal. Mangunhardjana.1991. Pembinaan:
DAFTAR PUSTAKA Arti dan
Amirul, Hadi dan Haryanto.1998. Metodenya.Yogyakarta:
Metodologi Penelitian Kanisius.
Pendidikan untuk IAIN dan Moeleong, Lexy J. 2007. Metodologi
Ptain Semua Jurusan Penelitian Kualitatif. Bandung:
Komponen MKK. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Pustaka Setia. Mahmud. 2011. Metodelogi Penelitian
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu Pendidikan. Bandung: CV Pustaka
dan Metodologi Pendidikan Setia
Islam. Jakarta: Ciputat Pres. Nata, Abuddin. 2010. Manajemen
Daud Ali, Muhammad. 2000. Pendidikan: Mengatasi
Pendidikan Agama Islam. Kelemahan Pendidikan Islam
Jakarta: PT Raja Grafindo di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Persada. Pengembangan Pendidikan Budaya
Derajat, Zakia.1984. Dasar – Dasar dan Karakter Bangsa. 2001.
Agama Islam. Jakarta: Bulan Jakarta: Kementerian
Bintang. Pendidikan Nasional Badan
------------------.1998. Membina Nilai – Penelitian dan Pengembangan
Nilai Moral di Indonesia. Pusat Kurikulum.
Jakarta: Bulan Bintang. Qomar, Mujami.2012. Kesadaran
Didin, Hafidhuddin. Hendri Tanjung. Pendidikan Sebuah Penentu
2003. Manajemen Syariah Keberhasilan Pendidikan.
Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Rahman, Nazarudin. 2009. Regulasi Deny Saepul, Hayat. Pembelajaran
Pendidikan. Yogyakarta:Pustaka PAI Melalui Pendekatan
Felicha. Kontektual (Alternatif Model
Shahib, Muhammad. 2007. Al- Pengembangan Pembelajaran
Qur’anulkarim Terjemah PAI di Sekolah)
Tafsir Perkata. Bandung: http://dsn2.wordpres.com/2009
Sygma dan Syamil Quran. /02/09 diakses 07 Maret 2015
Siregar, Syofian. 2013. Metode jam 14:50.
Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Komarudinhidayat.2010.’’kultursekola
Kencana Prenad Media Grup. h’‟.http://.www.Uinjkt.ac.id/in
Tanzeh, Ahmad. 2011. Metodologi dex.php/categorytable1456-
Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras. membangun-kultur-sekolah-
Wayan, Nurkacana . P.P.N. html-Diakses 2 maret 2015
Sumartana.1986. Evaluasi pukul 20;49.
Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
KBBI V-1 diakses 21 April 2015 jam 16:35.

Anda mungkin juga menyukai