Anda di halaman 1dari 18

PENERAPAN PANCASILA ANTARA HARAPAN DAN

KENYATAAN DALAM KEHIDUPAN DI


MASYARAKAT

Dibuat Oleh :

Mutiara Dwi Putri (062011024)

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

UNIVERSITAS BINAWAN

JAKARTA TIMUR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah untuk tugas Ujian Akhir Semester
yang berjudul “Penerapan Pancasila Antara Harapan Dan Kenyataan pada Kehidupan di
Masyarakat” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Dosen Anna Mariani Kartasasmita, SH. M.Si. pada Mata Kuliah Pancasila. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Topik “Implementasi
Pancasila Antara Harapan Dan Kenyataan” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen Anna Mariani Kartasasmita, SH.
M.Si, selaku Dosen Mata Kuliah Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 04 Januari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 4

A. Latar Belakang .................................................................................................... 4

B. Perumusan Masalah ............................................................................................ 8

C. Tujuan Penelitan ................................................................................................. 8

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 9

A. Pancasila Antara Harapan dan Kenyataan ...................................................... 9

1. Ketuhanan yang Maha Esa ........................................................................... 10

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab ......................................................... 10

3. Persatuan Indonesia ...................................................................................... 11

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan ............................................................................. 12

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia ......................................... 13

BAB III KESIMPULAN .............................................................................................. 16

A. Kesimpulan Dan Saran ..................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa, artinya
setiap warga Negara Indonesia harus tunduk dan taat kepadanya. Siapa saja yang
melangggar Pancasila sebagai dasar Negara, harus ditindak menurut hukum yakni hukum
yang berlaku di Indonesia. Dengan kata lain pengamalan Pancasila sebagai dasar Negara
disertai sanksisanksi hukum. Sedangkan pengamalan Pancasila sebagai weltanschuung,
yaitu pelaksanaan Pancasila dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum
tetapi mempunyai sifat mengikat, artinya setiap manusia Indonesia terikat dengan cita-
cita yang terkandung di dalamnya untuk mewujudkan dalam hidup dan kehidupanya,
sepanjang tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang barlaku di
Indonesia.Jadi, jelaslah bagi kita bahwa mengamalkan dan mengamankan Pancasila
sebagai dasar Negara Republik Indonesia mempunyai sifat imperatif memaksa.
Sedangkan pengamalan atau pelaksanaan Pancasila sebagai pandangan hidup dalam
hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai sifat mengikat.

Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara dihubungkan fungsinya sebagai


dasar Negara, yang merupakan landasan idiil bangsa Indonesia dan Negara Republik
Indonesia dapatlah disebut pula sebagai ideologi nasional atau ideologi Negara. Artinya
pancasila merupakan satu ideologi yang dianut oleh Negara atau pemerintah dan rakyat
Indonesia secara keseluruhan, bukan milik atau monopoli seseorang ataupun sesuatu
golongan tertentu. Sebagai filsafat atau dasar kerohanian Negara, yang meruapakn cita-
cita bangsa, Pancasila harus dilaksanakan atau diamalkan, yang mewujudkan kenyataan
dalam penyelenggaraan hidup kenegaraan kebangsaan dan kemasyarakatan kita.Bila
terjadi kesenjangan dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan, kita harus kembali
kepada filsafat Negara Republik Indonesia untuk mencari jalan keluarnya atau untuk
meluruskan kembali.

4
Istilah demokrasi itu sendiri, tidak termaktub dalam Pembukaan Undang-undang
dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang memuat Pancasila. Namun, esensi
demokrasi terdapat dalam Sila keempat Pancasila, Kedaulatan Rakyat yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksnaan berdasar Permusyawaratan/ Perwakilan. Sejauh apa demokrasi kita
merupakan perwujudan Sila keempat itu ?

Pancasila yang mempunyai hierarki dalam setiap sila-sila dalam pancasila yang
mempunyai wujud kepedulian terhadap bangsa Indonesia. Sila pertama yaitu “Ketuhanan
Yang Maha Esa”, yang mempunyai arti bahwa negara dan bangsa Indonesia mengakui
adanya Tuhan dan Mempercayai agama dan melaksanakan ajaran-ajaran agama yang
dianut oleh bangsa Indonesia. Sila yang kedua sampai sila kelima merupakan sebuah
akisoma dari sisi humanisme bangsa Indonesia itu sendiri. Dengan masyarakat Indonesia
yang dikatakan heterogen, yang mempunyai kebudayaan, bahasa, suku yang berbeda-
beda, maka pancasila inilah yang menjadi sebuah kekuatan untuk mempersatukan
masyarakat yang heterogen ini (bhineka tunggal ika). Pancasila tidak memandang
stereotype suatu suku, suatu adat, atau budaya. Integrasi masyarakat yang heterogen
menjadi masyarakat yang homogen dapat terwujud bila adanya rasanya persatuan dan
kesatuan. Dinamika masyarakat yang heterogen menjadikan kekuatan Indonesia dalam
menjadikan sebuah yang dinamakan “bangsa”, tetapi dapat menghancurkan Indonesia itu
sendiri bila tidak ada rasa untuk bersatu.

Ketika para pendiri bangsa ini merumuskan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945, sudah tentu ingin memberikan system ketatanegaraan
yang terbaik bagi bangsa ini. Yang terbaik itu, adalah yang sesuai dengan kondisi bangsa
yang sangat plural, baik dari aspek etnis, agama ,dan sosial budaya. Bahwa kedaulatan
ditangan rakyat, mekanismenya berdasar Permusyawaratan/ Perwakilan. Sudahkah esensi
demokrasi seperti itu diterjemahkan dalam kehidupan demokrasi kita? Sudahkah UU
Pemilu kita benar-benar merujuk pada esensi demokrasi yang dicita-citakan para pendiri
bangsa ini? Sudahkah mekansime demokrasi yang kita tempuh dalam setiap pengambilan
keputusan merujuk ke esensi demokrasi yang kita cita-citakan?

Demokrasi merupakan nilai dari pancasila, dimana nilai tersebut memiliki makna
dan hubungan yang erat. Adapun makna yang terkandung dalam pancasila sila ke-4

5
(“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan”) adalah sebagai berikut :

1. Setiap warga negara Indonesia memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang
sama,
2. Tidak Boleh memaksakan kehendak kepada orang lain,
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama,
4. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah
5. Didalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan
pribadi atau golongan, dan
6. Memberikan kepercayaan kepada wakil-Wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan permusyawaratan.

Mengenai sila keempat dari pada Pancasila, dasar filsafat negara Indonesia, yaitu
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyarawatan /
perwakilan dapat diketahui dengan empat hal sebagai berikut:

1. Sila kerakyatan sebagai bawaan dari persatuan dan kesatuan semua sila,
mewujudkan penjelmaan dari tiga sila yang mendahuluinya dan merupakan
dasar daripada sila yang kelima.
2. Di dalam Pembukaan Undang-undang Dasar, sila kerakyatan ditentukan
penggunaannya yaitu dijelmakan sebagai dasar politik Negara, bahwa negara
Indonesia adalah negara berkedaulatan rakyat.
3. Pembukaan Undang-undang Dasar merupakan pokok kaidah Negara yang
fundamentil sehingga dengan jalan hukum selama-lamanya tidak dapat diubah
lagi, maka dasar politik Negara berkedaulatan rakyat merupakan dasar mutlak
daripada Negara Indonesia.
4. Dasar berkedaulatan rakyat dikatakan bahwa,”Berdasarkan kerakyatan dan
dalam permusyarawatan/perwakilan, oleh karena itu sistem negara yang nanti
akan terbentuk dalam Undang-undang dasar harus berdasar juga, atas
kedaulatan rakyat dan atas dasar permusyarawatan/perwakilan”. Sehingga

6
Negara Indonesia adalah mutlak suatu negara demokrasi, jadi untuk selama-
lamanya.

Sila ke-empat merupakan penjelmaan dalam dasar politik Negara, ialah Negara
berkedaulatan rakyat menjadi landasan mutlak daripada sifat demokrasi Negara
Indonesia. Disebabkan mempunyai dua dasar mutlak, maka sifat demokrasi Negara
Indonesia adalah mutlak pula, yaitu tidak dapat dirubah atau ditiadakan.

Berkat sifat persatuan dan kesatuan daripada Pancasila, sila ke-empat


mengandung pula sila-sila lainnya, sehingga kerakyatan dan sebagainya adalah
kerakyatan yang berkeTuhanan Yang Maha Esa, Yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan Indonesia dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Negara Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem demokrasi, yang
artinya pemegang kekuasaan atau kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat namun tetap
dalam koridor hukum.Hal ini tertuang pada pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan bahwa “Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Dalam pasal ini kita
dapat melihat bahwa demokrasi itu sendiri dapat diartikan sebagai pemerintahan dari,
oleh, dan untuk rakyat dalam tertib perundang - undangan.Oleh karena itu, dalam Negara
demokrasi seperti Indonesia menghendaki atau menuntut pertanggung jawaban dari yang
memerintah.Sehingga dalam pelaksanaannya, pemerintah yang berjalan secara
demokratis tidak boleh melanggar hak-hak asasi perorangan atau kelompok atau
melainkan harus melindungi hak asasi tersebut.

Setiap warga Negara Indonesia mempunyai kebebasan untuk menyampaikan


usulan dan aspirasinya yang bertujuan untuk membangun dan memajukan bangsa dan
negara. Hal ini dapat ditemukan dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.
Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat merupakan hak
asasi manusia yang harus dilaksanakan untuk memperkuat semangat kebangsaan dalam

7
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang demokratis.Hak untuk berserikat dan
berkumpul ini kemudian diwujudkan dalam pembentukan Partai Politik sebagai salah satu
pilar demokrasi dalam sistem politik Indonesia. 1

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dan untuk memberikan batasan dalam proses
penelitian maka penulis memilih beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Penerapan pancasila menurut Sila keempat didalam masyarakat ?


2. Bagaimana penerapan Pancasila sesuai urutan Sila-Sila dalam Pancasila?
3. Apakah ada Perbadaan Antara Harapan dan Kenyataan yang membedakan
Penerapan Pancasila sesuai yang diterapkan pada masyarakat?

C. Tujuan Penelitan

1. Untuk mengetahui dan menganalisis Penerapan Pancasila dalam kehidupan


masyarakat
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pendidikan Pancasila dalam pelaksanaan
Pancasila sesuai sila-sila.
3. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang Harapan Penerapan pancasila dan Fakta
yang diterapkan dalam Penerapan Pancasila dikehidupan Masyarakat.

8
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pancasila Antara Harapan dan Kenyataan

Riuh gemuruh suara masyarakat nyaring terdengar setiap kali merayakan hari
besar nasional khususnya pada hari lahirnya Pancasila. Pancasila yang bermakna 5 nilai
dan diperingati per 1 Juni tiap tahunnya merupakan satu cita-cita Bung Karno dan para
founding fathers lain untuk mampu menjadikan negara yang diperjuangkannya menjadi
negara yang adil makmur gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja (kondisi
negara yang sangat subur serta sangat makmur dan kehidupan di dalamnya tertib, tentram
serta sejahtera dan berkecukupan segala sesuatunya).

Sebagai ideologi dan falsafah negara, kelahiran Pancasila tentu menjadi hari yang
sangat bersejarah bagi kehidupan berbangsa dan bernegara kita sampai saat ini. Namun,
menjadi hal yang sangat ironis, miris dan tragis ketika realitas kehidupan berbangsa dan
bernegara kita saat ini sangat jauh dari apa yang diamanahkan oleh Pancasila itu sendiri.

Upaya pengimplementasian dan/atau bentuk realisasi dari butir-butir yang


terkandung dalam Pancasila hanya sebatas dibibir yang akhirnya tidak jarang digunakan
sebagai senjata dalam beretorika. Dari serangkaian rentetan kekuasaan yang pernah ada
pasca lahirnya Pancasila sampai hari ini belum ada rezim yang mampu
mengimplementasikan Pancasila secara maksimal dan utuh.

Pada rezim Orde Lama penerapan Pancasila terhambat oleh perjuangan revolusi;
pada rezim Orde Baru penerapan Pancasila dijadikan alat indoktrinasi; dan pasca
Reformasi, Pancasila menjadi tempat persembunyian para tirani. Adapun, untuk melihat
sejauh mana upaya penerapan Pancasila dewasa ini, mari kita bedah amanah yang ada
dalam Pancasila dan realitas kehidupan dewasa ini.

Seperti halnya di Indonesia, Penerapan Pancasila antara Harapan yang ingin


dikembangkan dan Kenyataan yang terjadi memiliki beberapa perbedaan yang cukup
besar, Berikut Penerapan Pancasila Antara Harapan dan Kenyataan sesuai Sila Pancasila:

9
1. Ketuhanan yang Maha Esa
Rakyat Indonesia sebagai pemilik sah negara ini secara implisit dituntut untuk
menjadikan norma agama sebagai pedoman dalam melakukan segala sesuatu dengan
harapan agar setiap tindak tanduknya dapat mencerminkan nilai ketuhanan yang begitu
sempurna.

Kenyataan :

Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kita sangat tidak mencerminkan nilai
ketuhanan atau tidak sejalan dengan norma agama. Salah satu contohnya adalah banyak
diantara pejabat-pejabat yang bahkan sudah disumpah atas nama Tuhan dengan kitab suci
diatas kepalanya justru masih tetap melakukan tindakan korupsi. Selain itu masih banyak
pihak yang melakukan aksi provokasi, hasutan dan fitnah berbau SARA yang tidak jarang
memicu konflik horizontal bahkan verikal hal tersebut tentu tidak diajarkan dalam norma
agama.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Masyarakat Indonesia dituntut menjunjung tinggi nilai egaliter atau kesetaraan dalam
menjalani kehidupan di bumi nusantara ini. Butir ke-2 Pancasila dapat diartikan juga
sebagai upaya untuk memanusiakan manusia untuk terhindar dari penindasan dan
perbudakan. Bahkan Bung Karno menegaskan bahwa tujuan daripada revolusi indonesia
adalah untuk menghilangkan apa yang disebut l'exploitation de l'homme par l'homme dan
l'exploitation de nation par nation (eksploitasi manusia terhadap manusia dan eksploitasi
negara terhadap negara).

Kenyataan :

Ketidakadilan masih terlihat jelas dan bahkan tak jarang itu terjadi secara langsung di
depan mata kita. Salah satu contohnya adalah tentang penegakkan hukum di Indonesia.
Prinsip equality before the law hanya mampu menjadi nilai teoritis yang
pengimplementasiannya sangat jauh dari keluhuran atas makna kalimat di dalamnya.
Ketidakadilan dan tindakan tidak beradab yang dilakukan oleh pemilik kekuasaan sangat
dirasakan oleh Si Miskin yang memang tidak memiliki daya dan upaya untuk melakukan
perlawanan. Tindakan dan perlakuan berbeda para penegak hukum dari sejak penyidikan

10
sampai dengan pembacaan putusan bahkan hingga pelaksanaan hukuman secara eksplisit
menunjukkan bukti nyata bahwa keadilan bukan untuk mereka yang miskin. Kita tentu
sudah sering melihat perbedaan perlakukan terhadap orang kaya dan orang miskin ketika
sama-sama dihadapkan pada masalah hukum.

Dengan kata lain, kehormatan dan martabat manusia saat ini yang menjadi salah satu nilai
dalam sila ke-2 hanya dapat diukur dari aspek materialisme dan bukan pada kemurnian
hati serta jiwa yang tulus ikhlas. Dampaknya, suatu nilai yang amat luhur untuk
menciptakan manusia yang adil dan beradab justru melahirkan penyalahgunaan juga
kesewenang-wenangan.

3. Persatuan Indonesia
Perbedaan dan kemajemukan bukanlah suatu hambatan dan/atau permasalahan, justru
dengan perbedaan serta kemajemukan itulah kita dituntut untuk membangun bangsa dan
negara Indonesia yang lebih baik. Karena hanya dengan persatuan, kita mampu menjadi
suatu bangsa dan negara yang kuat dan utuh guna menghadapi tantangan zaman yang
mencoba menggerus dan mematahkan semangat dan upaya kita untuk menjadikan bangsa
dan negara ini sebagai bangsa dan negara yang disegani dunia.

Kenyataan :

Baku hantam yang terjadi, konflik yang berkepanjangan juga lahirnya kelompok separatis
menunjukkan sudah minimnya semangat persatuan yang ada di negara ini.
Primoridalisme dan ego sentris menjadi penyakit kebangsaan yang saat ini kita hadapi
bersama. Masyarakat saat ini hanya menjadikan kata "PERSATUAN" sebagai sebuah
kata kosong yang tak bermakna. Mereka hanya mengkampanyekan semangat persatuan
tanpa ada upaya untuk menjadikan persatuan sebagai hal yang nyata dan harus terealisasi.

Dibalik itu semua, justru mereka menggembosi dan mencabik-cabik semangat persatuan
dengan menyuarakan politik identitas yang memang tumbuh secara alamiah dalam diri
seorang manusia. Politik identitas memang merupakan suatu keniscayaan, namun perlu
disadari juga bahwa politik identitas adalah malapetaka bagi keutuhan dan kesatuan
negara Indonesia. Isu SARA yang hadir ditengah masyarakat saat ini seakan menjadi bom

11
waktu yang dapat memecah belah bangsa Indonesia dan menempatkan kita pada konflik
horizontal.

Perlu disadari, bahwa saat tidak adanya lagi rasa persatuan dan yang ada justru amarah,
dendam, dan rasa saling curiga antar sesama kita, maka stabilitas politik dan ekonomi
negara ini akan terganggu sehingga pada akhirnya nanti memungkinkan negara asing
mengintervensi bahkan mengkolonisasi kembali negara yang sudah merdeka ini.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan
Perlu digaris bawahi bahwa secara substansial butir ke-4 Pancasila ini memiliki makna
yang erat kaitannya dengan konsep sosial politik Indonesia. Butir ke-4 Pancasila secara
tersirat ingin memberikan gambaran bahwa rakyatlah sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi. Rakyat mendapat posisi strategis dan hak eksklusif dalam menentukan arah dan
jalannya roda pemerintahan. Rakyat pula yang berhak menunjuk wakil-wakilnya dan
memberikan mandat untuk memperjuangkan aspirasi rakyat secara keseluruhan. Secara
singkat, sila ini ingin menegaskan tentang konsep berdemokrasi saat ini. Namun,
demokrasi yang dimaksud dalam sila ke-4 adalah demokrasi yang mengedepankan aspek
musyawarah hingga tercapainya mufakat melalui wakil-wakil rakyat yang berintegritas
dan berkapasitas dalam menyuarakan kepentingan rakyat. Dengan kata lain, sila ke-4
menjadi satu petunjuk, satu mekanisme dan satu langkah teknis bagi rakyat indonesia
untuk mencapai kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik.

Kenyataan :

Dewasa ini, rakyat Indonesia tidak mampu memahami makna yang terkandung dalam sila
ke-4. Pemahaman mengenai sila ini hanya ditafsirkan sebagai hak politik yang cenderung
tidak sejalan dengan apa yang diamanahkan. Konsep one man one vote pada prinsipnya
bertentangan dengan konsep berdemokrasi Indonesia yang memilih permusyawarahan
perwakilan sebagai solusi pemecahan masalah sosial ekonomi maupun sosial politik
bangsa Indonesia.

Pemahaman atas konsep demokrasi yang saat ini digelorakan dan dikampanyekan oleh
banyak orang hanyalah sebatas pemberian hak kepada setiap orang untuk memilih dan

12
dipilih tanpa harus melihat kecakapan, kompetensi, wawasan, integritas dan ide serta
gagasan apa yang mendorongnya untuk terlibat dalam politik praktis. One man one
vote bukanlah demokrasi ala Indonesia yang khas serta identik dengan musyawarah
perwakilannya.

Alhasil saat ini, dengan rakyat diberikan kebebasan untuk memilih dan dipilih, malah
menjadikan Indonesia gagap dalam menjalankan roda pemerintahannya. Bagaimana
tidak, Indonesia masih merupakan negara berkembang. Kebanyakan rakyatnya belum
mengecap pendidikan formal atau hanya mendapatkan kualitas pendidikan yang
tergolong rendah, namun seluruh rakyatnya diberikan hak untuk maju dalam kontetastasi
politik yang tak jarang hanya bermodalkan materi serta popularitas. Disisi lain, rakyat
yang tak terdidik itu juga diberikan hak untuk menentukan siapa pemimpin yang akan
menjadi perwakilan mereka dengan bermodalkan informasi yang di dapat dari media
cetak ataupun elektronik yang sudah diatur untuk membangun dan menggiring opini
publik agar mendukung salah satu kandidat yang sudah menandatangani kontrak politik
dengan pemilik media itu sendiri.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Amanah dari sila ke-5 ini adalah untuk membawa seluruh tumpah darah indonesia berada
dalam kehidupan yang adil makmur tanpa adanya kesenjangan sosial antara Si Kaya dan
Si Miskin. Bahkan Bung Karno pernah berpidato bahwa keberhasilan dari sila ke-5 adalah
sampai tidak ada lagi seorang ibu yang menangis karena tidak mampu memberikan ASI
kepada anaknya. Pancasila adalah aliran sosialisme dan aliran kiri itu sangat jelas
terkandung dalam sila ini. Dengan konsep sosialisme, sila ke-5 diharapkan dapat menjadi
alat perjuangan untuk menghancurkan neo-imprealisme dan kolonialisme sehingga
negara Indonesia mampu menjadi negara yang berdikari secara politik, berdaulat secara
ekonomi dan berkepribadian secara sosial budaya.

Kenyataan :

Nasib rakyat indonesia saat ini belum jauh berubah dari pasca kemerdekaan, yaitu sama-
sama miskin dan menderita. Yang membedakan hanyalah bingkai atau kemasan dari
kemiskinan itu sendiri pada masing-masing rezim. Di rezim orde lama, kemiskinan

13
dikemas dengan dalil sibuk menuntaskan revolusi; di rezim orde baru dan pasca
reformasi, kemiskinan dikemas dengan memperlihatkan pembangunan yang konon akan
memberikan dampak pada kesejahteraan rakyat.

Realitas saat ini menunjukkan bahwa pembangun infrastruktur tidaklah berbanding lurus
dengan tingkat kesejahteraan rakyat. Pembangunan jalan tol darat ataupun tol laut secara
fungsional memang untuk mempermudah mobilitas rakyat secara keseluruhan dalam
menjangkau wilayah tertentu, tapi jika kita renungkan sejenak, pembangunan
infrastruktur sejatinya ditujukan untuk para pemilik modal untuk mempercepat arus dan
perputaran kapital mereka sehingga produk-produk kapital dapat dengan mudah di
distribusikan ke seluruh pelosok negeri dan pada akhirnya rakyat kita hanya akan tetap
menjadi masyarakat yang konsumtif.

Rakyat Indonesia khususnya rakyat kecil tidak dijadikan objek pemberdayaan oleh
pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan mutu SDM mereka. Rakyat kecil justru
hanya dijadikan sebagai objek eksploitatif guna menunjang kebutuhan dan memenuhi
kepentingan kapitalis dalam mendominasi dan memonopoli perekonomian nasional dari
hilir hingga ke hulu.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
belumlah terealisasi dengan baik. Bahkan, menurut Bank Dunia angka kemiskinan rakyat
Indonesia mencapai 70 juta jiwa. Di negeri yang begitu kaya akan sumber daya alam,
justru kita hanya menjadi budak dan orang yang mengharap belas kasih dari pemerintahan
yang anti-rakyat.

Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa harus mampu mewujudkan apa
yang memang menjadi nilai-nilai luhur dalam Pancasila itu sendiri. Satu hal yang perlu
kita sadari bersama, bahwa Pancasila bukanlah suatu alat untuk sekedar menghilangkan
radikalisme yang saat ini menjadi isu dan fenomena yang sangat panas. Sangat dangkal
jika Pancasila hanya dijadikan ideologi penumpas kelompok separatis atau yang sekarang
lebih dikenal dengan julukan terorisme. Lebih jauh dari itu, Pancasila adalah alat
pemersatu bangsa Indonesia, sekaligus alat perjuangan untuk menjadikan negara
kepulauan ini sebagai negara yang mampu membangun peradaban modern yang
berketuhanan, berkeadilan, dan rakyatnya hidup dengan adil makmur dibawah payung
harmoni.

14
1 hal yang perlu menjadi refleksi bagi kita bersama, apabila prinsip dalam praktik
pancasila saat ini tetap dipertahankan, maka kita hanya akan menjadi seorang hipokrit
yang menghianati harapan dan cita-cita luhur para founding fathers. 2

15
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan Dan Saran

Dasar kehidupan bersama di Indonesia adalah Pancasila. Kita selalu melandaskan


Pancasila dalam melandaskan segala apapun. Pancasila pertama kali disebut dalam sidang
pertama BPUPKI yang berlangsung pada tanggal 29 Mei hingga 1 Juni. Tepatnya pada
tanggal 1 Juni, Ir. Soekarno memperkenalkan 5 sila yang terdiri dari Kebangsaan
Indonesia, Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi,
Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Maka, lahirlah Pancasila.

Meskipun saat Orde Baru sempat disalahgunakan, tetapi pada jaman sekarang Pancasila
digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai landasan dalam berkehidupan berbangsa
dan bernegara. Masyarakat Indonesia sadar bahwa Pancasila itu sangat penting. Mereka
mengimplementasikan Pancasila ke dalam kehidupan sehari-hari.

Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam kehidupan sekarang, setiap masyarakat
Indonesia dijamin kebebasan dalam menjalani kepercayaannya masing-masing.
Masyarakat kini dapat menjalani kepercayannya dengan tenang tanpa gangguan
intoleransi. Di sila ini, masyarakat juga diminta agar tidak menistakan agama lain dan
harus menjunjung tinggi kerukunan umat beragama antara satu dengan yang lain.

Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Di sila ini, semua warga negara
Indonesia memiliki hak yang setara dalam pemenuhan kesejahteraan. Selain itu, juga
kesetaraan dalam kehidupan yang layak, hak politik, hokum, dan semua hal yang telah
diatur di undang-undang tanpa melihat suku dan ras warga negara Indonesia tersebut.

Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Di sila ketiga ini, semua warga negara Indonesia tidak
boleh melakukan aksi-aksi yang dapat merenggangkan persatuan dan kesatuan negara
kita, seperti melakukan tindakan terorisme, intoleransi, gerakan separatism, dan hal-hal
yang serupa. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, kita harus tetap menjaga
keutuhan negara kita. Kita harus menghindari tindakan-tindakan yang dapat memecah
belah negara kita.

16
Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan. Dapat dilihat, bahwa banyak sekali kasus ataupun masalah
yang terjadi di negara kita yang menunjukkan penurunan sila keempat ini. Contohnya
banyaknya kasus sengketa Pilkada yang harus berakhir di MK. Hal ini semakin parah
karena masyarakat disuguhkan oleh matinya sikap dalam menghormati pendapat orang
lain. Demokrasi dan rasa legowo di hati para pihak yang kalah seolah-olah sudah mati
sejak lama. Sebagai warga negara yang baik, kita harus menghormati segala keputusan
yang telah dirundingkan bersama. Meskipun kalah, kita harus lapang dada dalam
menerima apapun hasilnya.

Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Di sila kelima ini, dapat
dilihat bahwa tujuannya adalah agar seluruh warga negara Indonesia mendapat
kesejahteraan dan keadilan yang merata. Seluruh rakyat Indonesia berhak mendapatkan
penghidupan yang layak, penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia, perlindungan
keamanan dan hokum yang seutuhnya, dan semua hal yang berkaitan dengan
kesejahteraan warga negara.

Meskipun banyak orang maupun pihak yang ingin memecah belah negara kita dengan
menganggu nilai-nilai Pancasila, kita tidak boleh goyah. Kita harus berpegang teguh pada
Pancasila yang menyatukan Indonesia yang sangat luas ini. Nilai-nilai Pancasila
merupakan hasil kerja keras para leluhur kita yang ingin Indonesia dapat hidup dengan
damai dan tenteram. Kita sebagai anak muda, harus bisa selalu menjaga keutuhan nilai-
nilai Pancasila agar tidak pudar karena budaya-budaya luar yang masuk ke Indonesia.
Apalagi sekarang ancaman bisa datang dari mana saja. Bisa saja dari internet, paham tidak
benar, dan lain-lain.

Implementasi Pancasila sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Bila kita tidak
menerapkan Pancasila sebagai landasan dalam berkehidupan bersama, maka dapat
menimbulkan berbagai masalah yang dapat merugikan diri sendiri maupun oleh orang
lain. Oleh karena itu, kita tidak boleh lupa untuk selalu melandaskan Pancasila dan tetap
menjaga keutuhan nilai dari Pancasila itu sendiri. 3

17
DAFTAR PUSTAKA

1. L Ariestino. (2017). Makalah Bab I Pendahuluan Pancasila. Sumber :


http://repository.unissula.ac.id/9572/3/BAB%20I.pdf

2. Pangeran Mns. (2018). Refleksi Penerapan Pancasila, Antara Harapan dan


Penghianatan. Sumber :
https://www.kompasiana.com/pangeran33078/5b12721fcf01b428205623f4/refle
ksi-penerapan-pancasila-antara-harapan-dan-penghianatan

3. Jonathan Averino. (2020). Implementasi Pancasila sebagai dasar kehidupan


bersama di Indonesia. Sumber :
https://www.kompasiana.com/pangeran33078/5b12721fcf01b428205623f4/refle
ksi-penerapan-pancasila-antara-harapan-dan-penghianatan

18

Anda mungkin juga menyukai