Anda di halaman 1dari 4

TUGAS RESENSI FILM JOKER!!!

(2019)

NAMA : CAVAN RIJAL ARRAZZAQ


KELAS : XI TPTU 1
MAPEL : BAHASA INDONESIA

Anda yang mengikuti sepak terjang dunia superhero, terutama DC, pastinya mengenal baik
tentang karakter super villain bernama Joker. Karakter ini memiliki sejarah yang panjang sebagai
musuh bebuyutan Batman, dan merupakan salah satu otak kriminal dari berbagai teror serta
kekacauan yang terjadi di kota Gotham. Setelah sering muncul di berbagai seri dan film DC
seperti Batman, kini Joker memiliki film solo yang mengisahkan kehidupannya yang “normal”
sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang “Joker”.

“Put on a happy face…”

Diperkenalkan sebagai Arthur Fleck, ia adalah seorang warga Gotham yang memiliki profesi
sebagai badut pesta di bawah naungan agensi “Haha’s”. Kita diajak untuk melihat bagaimana
kehidupan seorang Arthur Fleck yang sekilas terlihat normal, tetapi memiliki beragam masalah
dan konflik tersendiri terutama karena Gotham tengah mendapatkan beragam ancaman, mulai
dari ancaman hama tikus dan sampah, hingga situasi yang membuat suasana kian tidak aman dan
mencekam untuk sebagian masyarakatnya. Dan hal ini juga diperburuk dengan kondisi kesehatan
mental dari Arthur sendiri, yang mengharuskan dirinya untuk berbicara dengan petugas sosial
dan meminum obat secara rutin.

Kita juga diajak untuk melihat bagaimana perjuangan Arthur untuk merawat ibunya sendirian
tanpa bantuan orang lain di sebuah apartemen tua, juga bagaimana ia kerap berusaha untuk bisa
menjenjang ke karir sebagai komedian yang diimpikannya dari segala kesulitan dan masalah
yang ia alami setiap harinya.

Mengesampingkan ragam masalah yang ia hadapi, Arthur tetap mencoba untuk melakukan
pekerjaannya sembari masih mengurus ibunya tanpa keluhan. Namun hal ini segera berubah
pesat seiring berjalannya waktu, terutama ketika Arthur dihadapi sebuah realita yang akhirnya ia
sadari, realita di mana ia memutuskan untuk tidak ingin berpura-pura terhadap dirinya sendiri,
maupun peduli lagi dengan apapun yang ada di sekitarnya….

“All I have are negative thoughts.”

Secara konsep cerita, kisah film Joker ini akan mengingatkan Anda terkait komik DC “The
Killing Joke” di mana karakter Joker akhirnya menjadi seorang “Joker” karena ia mengalami
“satu hari penuh keburukan” disertai dengan menjatuhkan dirinya ke dalam limbah kimia,
mengakibatkan perubahan wajah dan rambut yang ikonik sebagaimana kita mengenal “Joker”
hingga saat ini. Namun Todd Philips selaku sutradara dan produser film Joker sempat
mengatakan bahwa film ini tidak akan memiliki hubungan apapun dari komik DC tentang Joker
yang beredar, dan hal tersebut dibuktikan sendiri oleh film ini dengan universe-nya sendiri.
Film ini mengisahkan Joker dengan plot dan perspektif yang berbeda, namum tetap bisa
memberikan progres alur dan pembangunan karakter yang baik, membuat para penontonnya
lebih mengerti alasan Arthur Fleck akhirnya menjadi seorangi “Joker”. Walaupun Joker ini tidak
menjadi “gila” dengan cara konvensional seperti yang kita ketahui di dalam buku komiknya, film
Joker berhasil memberikan alasan lain mengapa kegilaan tersebut bisa terjadi sejak film ini
dimulai melalui kisah yang lebih bisa kita kaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

Ada keraguan terdapat pada pemilihan aktor utama untuk Joker di awal film ini mulai
diumumkan secara publik, tetapi Joaquin Phoenix berhasil memberikan sosok karakter Arthur
Fleck yang hidup penuh dengan konflik, tragis dan ironis, dengan kondisi kesehatan mental yang
mulai tidak stabil, hingga akhirnya menjadi sang badut gila Joker. Sulit untuk membandingkan
Joker baru ini dengan aktor-aktor yang pernah memerankan Joker sebelumnya, tapi rasanya
memilih Joaquin untuk memerankan Joker adalah keputusan yang sangat tepat. Kita bisa melihat
di dalam film ini bagaimana kerja keras Joaquin untuk memahami sang karakter secara fisik dan
mental, sehingga berhasil untuk menunjukkan perkembangan karakter yang baik disertai
kemampuan akting yang memukau.
Elemen fantasi dan fiksi masih ada di dalam film Joker ini, namun bumbu konflik yang lebih
realistis menjadi salah satu kunci keberhasilan pembangunan karakter dan suasana kelam hingga
akhir cerita. Film ini tidak menyuguhkan beragam adegan aksi yang seru, tetapi lebih terfokus ke
pada drama kehidupan sebagai masyarakat Gotham yang situasinya tengah tidak kondusif untuk
semua orang. Konflik yang lebih bisa dipahami dan dibarengi dengan bagaimana Arthur melihat
dunia dan sekelilingnya yang dipengaruhi berat dari kondisi kesehatan mental yang dimilikinya,
kita seolah diajak untuk turut jatuh ke dalam kegilaan yang dialaminya sepanjang film
berlangsung. Ada rasa simpati lebih besar terhadap karakter Joker kali ini, tetapi juga membuat
konflik tersendiri di dalam pikiran Anda bahwa apa yang dilakukan oleh Joker sendiri tidak bisa
sepenuhnya dibenarkan.

Harus diakui, suasana kelam telah terasa sejak film ini dimulai, dan akan terus berkembang di
sepanjang film hingga pada akhir film, dibumbui dengan scoring yang tepat sasaran, tidaklah
mengherankan jika Anda merasa bahwa terlalu banyak aura negatif yang terpancar dari film
Joker ini. Akibatnya, sesuatu hal yang mungkin seharusnya tidak memberikan dampak besar
kepada para penontonnya, menjadi lebih berarti, mengerikan sekaligus mencekam dengan
caranya sendiri. Humor gelap yang ditawarkan pada film ini lebih membuat Anda meringis
ketimbang tertawa lebar.

~TAMAT~

Anda mungkin juga menyukai